Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011 PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA) Adhitomo Wirawan 1, Denny Dermawan 2 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia1 [email protected] Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia2 [email protected] ABSTRAK Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Sementara itu iklim kerja adalah hasil perpaduan suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga sebagai akibat pekerjaannya. Iklim kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja pekerja di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja dan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja pada pembuatan kapal fiber berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja. Penelitian ini menggunakan metoda pengamatan langsung terhadap aktifitas pekerja, pengukuran iklim kerja dengan menggunakan alat thermocouple, dan wawancara dengan supervisor pekerja PT. Fiberboat Indonesia di Bengkel Non Metal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS). Hasil penelitian ini menunjukkan beban kerja termasuk kategori sedang sebesar 310,1 Kkal/jam (>200-350 Kkal/jam) dengan prosentase 100% waktu kerja, Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) pada tempat kerja rata-rata sebesar 28,72oC. Kondisi ini menunjukkan, bahwa iklim kerja telah melampaui standar. Di sisi lain, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, supervisor pekerja menilai para pekerja tidak merasakan efek pengaruh iklim kerja yang melampaui standar, sehingga produktivitas kerja tetap sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan meskipun berada di atas NAB iklim kerja, secara subyektif kondisi iklim kerja tersebut tidak mempengaruhi terhadap produktivitas kerja, meskipun berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/1999 telah melampaui standar NAB iklim kerja. Rekomendasi yang diberikan dalam bentuk tindakan administrative control adalah mengubah komposisi waktu kerja dan waktu istirahat yang telah ada menjadi 50% waktu kerja dan 50% waktu istirahat, serta untuk tindakan engineering control adalah memasang ventilasi mekanis atau pendingin ruangan guna menurunkan temperatur tempat kerja dan menjadikan sesuai dengan standar. Kata kunci: iklim kerja, produktivitas kerja, kapal fiber, Bengkel PPNS, ISBB, administrative control, engineering control. Non Metal PENDAHULUAN Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011 (Depnaker RI, 1970). Sementara itu iklim kerja adalah hasil perpaduan suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga sebagai akibat pekerjaannya. Iklim kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja pekerja di tempat kerja (Depnaker RI, 1999). Negara Indonesia merupakan negara tropis dengan ciri utamanya adalah suhu dan kelembaban yang tinggi. Iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi pekerja, karena beban bagi tubuh mereka bertambah dan apabila pekerja harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik dan berat, maka dapat memperburuk kondisi kesehatan dan stamina pekerja. Pengukuran iklim kerja pada tempat kerja di Bengkel Non Metal PPNS-ITS merupakan salah satu aspek tempat kerja yang perlu diperhatikan sebagai upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Efek samping proses produksi, dapat berakibat buruk kepada pekerjaan dan lingkungan kerja, sehingga tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan terhadap tenaga kerja dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (Soeripto, 2008). Pembuatan kapal fiber di Bengkel Non Metal PPNS-ITS berada di daerah terbuka (outdoor). Hal ini bertujuan agar paparan dari zat kimia yang terkandung pada fiber dapat terbuang secara langsung ke udara ambien. Namun di sisi lain, radiasi dari sinar matahari yang mengenai secara langsung lokasi kerja akan meningkatkan iklim kerja. Penelitian ini akan membahas tentang pengukuran iklim kerja guna mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap produktivitas kerja ditinjau dari sisi Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/1999 tentang NAB Faktor Fisika dan subyektifitas pekerja sendiri. METODA Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: a. Studi pustaka tentang iklim kerja (definisi, akibat negatif, teknik pengukuran, beban kerja, NAB iklim kerja, dan teknik pengendalian). b. Pengamatan langsung aktifitas pekerja di lapangan. Hasil pengamatan digunakan untuk menghitung beban kerja. c. Pengukuran iklim kerja dengan menggunakan alat thermocouple. Pengukuran dilakukan di 3 (tiga) titik lokasi konsentrasi para pekerja, setiap titik dilakukan 3 (tiga) kali pengukuran. Hasil yang diambil adalah nilai iklim kerja tertinggi. Gambar 1. Thermocouple (Sumber: Hasil Dokumentasi, 2011) d. Penyebaran kuesioner tentang pengaruh iklim kerja terhadap produktivitas pekerja. Kuesioner disebarkan kepada para pekerja dengan metoda cross sectional. Hasil ISBN : 978-602-97491-3-7 D-2-2 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011 kuesioner ini digunakan untuk menilai produktivitas pekerja berdasarkan subyektifitas pekerja sendiri Gambar 2. Pembuatan Kapal Fiber di Bengkel Non Metal PPNS-ITS (Sumber: Hasil Dokumentasi, 2011) HASIL DAN DISKUSI Hasil pengukuran iklim kerja dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Pengukuran Iklim Kerja Suhu Basah (oC) Suhu Kering (oC) Suhu Bola (oC) 27.4 30.6 32.1 27.6 30.7 32.8 27.0 30.4 (Sumber: Hasil Penelitian, 2011) 33.1 Dari Tabel 1, dapat dikalkulasikan ISBB tempat pembuatan kapal fiber. Berikut ini adalah perhitungan dari ISBB tempat pembuatan kapal fiber pada setiap titiknya. a. Perhitungan pada titik 1 ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering = (0,7 × 27,4) + (0,2 × 32,1) + (0,1 × 30,6) = 19,18 + 6,42 + 3,06 = 28,66oC b.Perhitungan pada titik 2 ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering = (0,7 × 27,6) + (0,2 × 32,8) + (0,1 × 30,7) = 19,32 + 6,56 + 3,07 = 28,95oC c.Perhitungan pada titik 3 ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering = (0,7 × 27,0) + (0,2 × 33,1) + (0,1 × 30,4) = 18,9 + 6,62 + 3,04 = 28,56oC Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh nilai ISBB rata-rata sebesar 28,72oC. Perhitungan beban kerja berdasarkan hasil pengamatan secara langsung aktifitas pekerja di lapangan adalah: a. Jenis aktifitas: pekerjaan kayu, logam, dan pengecetan dalam industri. b. Jumlah pekerja: 9 orang. ISBN : 978-602-97491-3-7 D-2-3 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011 c. d. e. f. Berat badan rata-rata pekerja: 70 kg BB Metabolisme basal (semua pekerja laki-laki) = 1 x Kkal/jam x Berat Badan Durasi pekerjaan: 8 jam (100% kerja terus-menerus) Beban kerja: Pekerjaan kayu, logam, dan pengecetan dalam industri (3,43 kkal / jam.kgBB) x 70 kg = 240,1 Kkal/jam Metabolisme Basal: (1 kkal / jam.kgBB) x 70 kg = 70 Kkal/jam Total Kalori = 310,1 kkal/jam Berdasarkan perhitungan ini diketahui, bahwa aktifitas pekerja PT. Fiberboat Indonesia di Bengkel Non Metal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) termasuk beban kerja sedang dengan kebutuhan kalori sebesar 310,1 Kkal/jam (>200350 Kkal/jam). Kondisi ini menunjukkan, bahwa iklim kerja dikaitkan dengan beban kerja dan waktu kerja telah melampaui standar, seharusnya berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/1999 tentang NAB iklim kerja, iklim kerja maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar 26,7 oC. Kondisi iklim kerja yang tidak sesuai standar ini dibandingkan dengan hasil wawancara terhadap supervisor pekerja PT. Fiberboat Indonesia yang mengawasi segala aktifitas pekerja di Bengkel Non Metal. Hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil Wawancara Pengaruh Iklim Kerja terhadap Produktivitas Pekerja Pertanyaan Jawaban Komentar Y N N/A Apakah pekerja terasa v Tidak ada kendala yang terjadi. nyaman dalam lingkungan kerja? Apakah pakaian pekerja v Tidak ada pengaruh pakaian dalam mempengaruhi pekerjaan. Pakaian yang dikenakan sesuai. kenyamanan pekerjaan? Apakah jadwal pekerja v Pekerjaan di mulai pukul 08.00–16.30 dan terjadwal? waktu istirahat pukul 12.00-13.00. Apakah asupan makanan v Pekerja menyiapkan makanan sendiri dan pekerja teratur? pada saat istirahat tidak ada batasan dalam memilih makanan. Apakah komposisi dari v Komposisi dari makanannya lebih banyak makanan pekerja sesuai karbohidrat (nasi) daripada protein. dengan pekerjaannya? Apakah terdapat general v Akan tetapi apabila terdapat pekerja yang checkup untuk kesehatan sakit akan dilakukan rotasi dan pembiayaan pekerja dalam periode kesehatan ditanggung oleh perusahaan tertentu? (Sumber: Hasil Penelitian, 2011) Hasil wawancara menunjukkan, bahwa kondisi iklim kerja yang tidak sesuai standar berdasarkan standar NAB iklim kerja ternyata menurut pengamatan supervisor tidak mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas pekerja. Meskipun begitu sebagai tindakan preventif dalam konteks keselamatan dan kesehatan kerja (K3), maka ISBN : 978-602-97491-3-7 D-2-4 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Juli 2011 tetap diperlukan tindakan pengendalian dalam bentuk tindakan administrative control yaitu mengubah komposisi waktu kerja dan waktu istirahat yang telah ada menjadi 50% waktu kerja dan 50% waktu istirahat atau ada shift kerja setiap 4 jam, serta untuk tindakan engineering control adalah memasang ventilasi mekanis atau pendingin ruangan guna menurunkan temperatur tempat kerja dan menjadikan sesuai dengan standar. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Kondisi iklim kerja di Bengkel Non Metal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dikaitkan dengan beban kerja dan waktu kerja pekerja PT. Fiberboat Indonesia telah melampaui standar, seharusnya berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/1999 tentang NAB iklim kerja, iklim kerja maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar 26,7 oC, tetapi berdasarkan pengukuran iklim kerja sebesar 28,72oC. 2. Hasil wawancara menunjukkan, bahwa produktivitas kerja para pekerja tidak terpengaruh oleh iklim kerja yang telah melampaui standar NAB iklim kerja. 3. Rekomendasi pengendalian iklim kerja meliputi tindakan administrative control adalah mengubah komposisi waktu kerja dan waktu istirahat yang telah ada menjadi 50% waktu kerja dan 50% waktu istirahat (shift kerja tiap 4 jam), serta untuk tindakan engineering control adalah memasang ventilasi mekanis atau pendingin ruangan guna menurunkan temperatur tempat kerja dan menjadikan sesuai dengan standar. PUSTAKA BSN, (2004), SNI 16-7063-2004 : Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja, Badan Standar Nasional, Jakarta, Indonesia. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, (1970), Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta, Indonesia. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, (1999), Keputusan Menteri Tenaga Kerja KepMen/Kep-51.Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta, Indonesia. Sherman, H. C, (1919), Chemistry of Food and Nutrition, Columbia University, The Macmilan Company, USA. Soeripto, M, (2008), Hygiene Industri, Balai penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia. Suma’mur, P.K., (1982), Ergonomi untuk Produktifitas Kerja, Yayasan Swabhawa Karya, Jakarta, Indonesia. www.novalynk.com.diunduh tanggal 20 April 2011. www.relativehumiditytablenovalynkcorporation.mht.pageI.diunduh tanggal 20 April 2011 ISBN : 978-602-97491-3-7 D-2-5