Evaluasi Kondisi Iklim Kerja di Bengkel Outfitting PT. Indonesia

advertisement
Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016
ISSN: 2548-1509
Evaluasi Kondisi Iklim Kerja di Bengkel Outfitting
PT. Indonesia Marina Shipyard
Mochamad Luqman Ashari1*, Denny Dermawan2
1
Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111
2
Program Studi Teknik Pengolahan Limbah, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya, Surabaya 60111
*
[email protected]
Abstrak
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, lokasi tenaga kerja
bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan didalamnya terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya (Depnaker RI, 1970). Iklim kerja adalah hasil perpaduan suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga sebagai akibat pekerjaannya
(Depnakertrans RI, 2011). Iklim kerja yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja dan kesehatan pekerja. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi iklim kerja di Bengkel Outfitting PT. Indonesia Marina Shipyard (PT.
IMS). Standar yang digunakan dalam mengevaluasi iklim kerja adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. 13/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja. Penelitian ini menggunakan
alat thermocouple dengan metode pengukuran langsung pada daerah konsentrasi kerumunan aktifitas pekerja.
Faktor yang diamati pada pengukuran iklim kerja yaitu jenis pekerjaan, lamanya jam kerja, jenis kelamin, dan
berat rata-rata pekerja. Data-data tersebut digunakan untuk menghitung beban kerja. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa total kalori yang dibutuhkan oleh pekerja dengan jenis kelamin laki – laki membutuhkan 310,1 Kkal/jam,
masuk dalam kategori beban kerja sedang (200-350 Kkal/jam). Rata-rata Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) adalah
27,3oC dengan 75% waktu kerja dan 25% waktu istirahat, sehingga kondisi ini masih sesuai dengan NAB.
Rekomendasi yang diberikan dalam bentuk tindakan administrative control adalah mempertahankan komposisi
waktu kerja dan waktu istirahat yang telah ada, serta untuk tindakan engineering control adalah mempertahankan
bukaan ventilasi alami dan operasional ventilasi mekanis yang telah berjalan.
Kata kunci: iklim kerja, bengkel outfitting PT. IMS, ISBB, administrative control, engineering control.
PENDAHULUAN
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga
kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya (Depnaker RI, 1970). Iklim kerja adalah hasil perpaduan suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga sebagai akibat pekerjaannya.
Iklim kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja pekerja di tempat kerja
(Depnaker RI, 2011). Evaluasi kondisi iklim kerja pada tempat kerja di Bengkel Outfitting PT. IMS merupakan
upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. IMS. Pada penelitian di Bengkel Non Metal Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya dengan pekerjaan pembuatan kapal dengan aktifitas sejenis dengan yang dilakukan
di Bengkel Outfitting PT. IMS yaitu pekerjaan kayu dan logam diperoleh beban kerja kategori sedang dan iklim
kerja melampaaui NAB (Wirawan dan Dermawan, 2011). Efek samping proses produksi berupa kegiatan
pembuatan dan perawatan kapal dapat berakibat buruk kepada pekerjaan dan lingkungan kerja, sehingga tidak
memenuhi syarat-syarat kesehatan terhadap tenaga kerja dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (Soeripto,
2008). Respon-respon fisiologis tubuh akan terlihat jelas terhadap pekerja dengan iklim kerja panas tersebut,
seperti peningkatan darah dan denyut nadi yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas,
sehingga iklim kerja akan memperburuk kondisi pekerja, selain respon tekanan darah dan denyut nadi, sistem
Thermoregulator di otak (Hypothalamus) akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu tubuh sekitar 36oC - 37oC. Namun
apabila paparan dibiarkan terus - menerus akan menyebabkan kelelahan (fatigue) dan akan menyebabkan
mekanisme kontrol ini tidak lagi bekerja yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya efek “heat stress”
(Budiono, 1990). Penelitian ini membahas kondisi iklim kerja di Bengkel Outfitting PT. IMS mengacu pada NAB
untuk iklim kerja dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13/2011 tentang NAB Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja seperti tertera pada Tabel 1 berikut.
1
Tabel 1. NAB ISBB di Tempat Kerja
(Sumber: DEPNAKERTRANS RI, 2011)
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
a.
b.
c.
Studi pustaka tentang iklim kerja (definisi, akibat negatif, teknik pengukuran, beban kerja, NAB iklim
kerja, dan teknik pengendalian).
Pengamatan langsung aktifitas pekerja di lapangan. Hasil pengamatan digunakan untuk menghitung
beban kerja.
Pengukuran iklim kerja dengan menggunakan alat thermocouple. Pengukuran dilakukan di 3 (tiga) titik
lokasi konsentrasi para teknisi bekerja, setiap titik dilakukan 3 (tiga) kali pengukuran. Hasil yang diambil
adalah nilai iklim kerja tertinggi. Thermocouple dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Thermocouple
(Sumber: Hasil Dokumentasi, 2016)
Gambar 2. Aktivitas Kerja Teknisi Bengkel Outfitting PT.IMS
(Sumber: Hasil Dokumentasi, 20116)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran iklim kerja dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Indeks Suhu Bola Basah di Bengkel Outfitting PT.IMS
ISBB Indoor (oC)
27,3oC
27,4oC
27,2oC
27,3oC
(Sumber: Hasil Pengukuran, 2016)
Titik
1
2
3
Rata-rata
2
Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016
ISSN: 2548-1509
Perhitungan beban kerja berdasarkan hasil pengamatan secara langsung aktifitas Teknisi Bengkel
Outfitting PT.IMS adalah:
a. Berat badan rata-rata pekerja: 60 kg BB.
b. Metabolisme basal = 1 x Kkal/jam x Berat Badan.
c. Durasi pekerjaan: 7 jam kerja dan 1 jam istirahat (termasuk kategori 75 - 100% waktu kerja).
d. Beban kerja:
Pekerjaan kayu, logam, dan pengecetan dalam industri
= (3,43 kkal / jam.kgBB) x 70 kg = 240,1 Kkal/jam
Metabolisme Basal:
= (1 kkal / jam.kgBB) x 70 kg = 70 Kkal/jam
Perhitungan Total Kalori per jam
= 240,1 Kkal/jam + 70 Kkal/jam
= 310,1 kkal/jam
Berdasarkan perhitungan ini diketahui, bahwa aktifitas teknisi Bengkel Outfitting PT.IMS termasuk beban
kerja sedang dengan kebutuhan kalori sebesar 310,1 Kkal/jam (200-350 Kkal/jam) dengan waktu kerja 7 jam
dan jumlah total waktu kerja dalam sehari adalah 8 jam, sehingga pengaturan waktu kerjanya adalah 75 – 100%.
Rata-rata ISBB adalah 27,3oC. Kondisi ini menunjukkan, bahwa iklim kerja dikaitkan dengan beban kerja dan
waktu kerja masih sesuai dengan standar berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
13/2011. NAB iklim kerja yang diperbolehkan adalah maksimal 28oC.
Rekomendasi yang diberikan dalam bentuk tindakan administrative control adalah mempertahankan
komposisi waktu kerja dan waktu istirahat yang telah ada, serta untuk tindakan engineering control adalah
mempertahankan bukaan ventilasi alami dan operasional ventilasi mekanis yang telah berjalan.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1.
2.
Kondisi iklim kerja di Bengkel Outfitting PT.IMS dikaitkan dengan beban kerja dan waktu kerja telah
sesuai dengan standar berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13/2011.
NAB iklim kerja yang diperbolehkan adalah maksimal 28oC, sedangkan hasil pengukuran iklim kerja
sebesar 27,3oC.
Rekomendasi pengendalian iklim kerja meliputi tindakan administrative control adalah mempertahankan
komposisi waktu kerja dan waktu istirahat yang telah ada, serta untuk tindakan engineering control
adalah mempertahankan bukaan ventilasi alami dan operasional ventilasi mekanis yang telah berjalan.
DAFTAR NOTASI
ISBB = Indeks Suhu Basah dan Bola [oC]
DAFTAR PUSTAKA
ACGIH, 2005. Kategori Beban Kerja Dengan Kategori Tingkat Metabolisme, ACGIH, USA.
ACGIH, 2005. Paparan Panas WBGT yang Diperkenankan Sebagai NAB (WBGT dalam °C), ACGIH, USA.
Arismunandar, S. H, 1981. Penyegara Udara. Pradya Paramita, Surabaya, Indonesia.
Budiono, A.M. Sugeng (editor), 1990. Panduan Pelayanan Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Tri Tunggal Tata
Fajar, Semarang, Indonesia.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 1970. Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta, Indonesia.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
13/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI, Jakarta, Indonesia.
Heru, S, 2007. Hygiene Lingkungan Kerja, Mitra Cendekia Press, Jogjakarta, Indonesia.
Soeripto, M, 2008. Hygiene Industri, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia.
Wirawan, A., Dermawan, D., 2011. Pengaruh Iklim Kerja terhadap Produktivitas Kerja pada Pembuatan Kapal
Fiber (Studi Kasus: PT. Fiberboat Indonesia), Program Studi MMT-ITS, Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi XIV, Surabaya, Indonesia, 23 Juli 2011, Program Studi MMT-ITS, Surabaya.
3
Download