Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari tahapan analisis risiko yaitu identifikasi bahaya yang dilakukan dengan beberapa tahap yaitu studi kondisi lapangan, pengumpulan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder, pengolahan data dengan menggunakan analisa statistik. Tahapan penelitian dilakukan seperti yang terlihat pada Gambar III.1. start Studi kondisi lapangan . proses kerja . lokasi penelitian Pengumpulan data Data sekunder Data primer Pengolahan data . statistika . analisa risiko kesehatan Analisa data . Menilai kesepadanan antara kelompok yang diteliti . Menghitung hazard index . Mengevaluasi paparan di lingkungan kerja dengan menghitung index-index panas . Menghitung risiko relatif dan risiko atribut Kesimpulan & saran Gambar III.1. Diagram alir metode penelitian 33 III.1 Studi Kondisi Lapangan Studi kondisi lapangan dilakukan untuk mengetahui proses kerja yang terdapat di industri strategis PT.X yang bertujuan untuk penentuan unit yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Lokasi penelitian dilakukan di unit COR I dan II serta TEMPA yang digunakan sebagai pembanding III.2 Pengumpulan Data III.2.1 Data Primer III.2.1.1 Penentuan Lokasi Pengukuran Lokasi pengukuran faktor-faktor lingkungan dilakukan di lokasi peleburan logam dan lokasi pengecoran unit COR I dan II tempat pekerja melakukan kegiatan kerja. Untuk unit TEMPA di lakukan di tempat pekerja melakukan aktivitas kerja. Gambar berikut menunjukkan lokasi pengukuran faktor-faktor lingkungan yang dilakukan: Disamatic Line Shake Out Melting Furan Line Shake Out Finishing 1'-2 1/4" Gambar III.2. Skema lokasi pengukuran di unit COR I 34 11'-4" 5'-0" 28'-0" 6'-4" Melting CetakPasir 1'-9" 7'-4 1/16" 7'-1 7/8" Finishing 1'-4" 3'-6" 3'-9 1/4" 9'-3" 18'-9" OlahPasir Gambar III.3. Skema lokasi pengukuran di unit COR II Perkakas PAB Perkakas PAB Perkakas Gambar III.4. Skema lokasi pengukuran di unit TEMPA III.2.1.2 Penentuan Pekerja Pekerja yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama adalah pekerja yang bekerja dengan kondisi terpapar panas di lokasi peleburan dan pengecoran unit COR I dan II atau yang dapat disebut kasus. Kelompok kedua adalah pekerja yang bekerja dengan kondisi yang tidak terpapar 35 panas di lokasi TEMPA atau yang disebut sebagai kontrol. Sampel dalam masing masing kelompok sebanyak 24 pekerja. Pekerja yang terlibat dalam penelitian baik kelompok kasus maupun kontrol sebaiknya memiliki atribut yang komparabel atau seragam. Adapaun atribut tersebut adalah umur, lama kerja, dan berat badan. Cara yang digunakan untuk memperoleh data atribut pekerja yaitu dengan penyebaran kuesioner kepada dua kelompok pekerja. Struktur kuesioner dapat dilihat pada lampiran A. III.2.1.3 Pengukuran Kondisi Eksternal Lingkungan Pengukuran kondisi eksternal lingkungan meliputi pengukuran temperatur kering dengan menggunakan termometer kering, temperatur basah dengan menggunakan termometer basah, temperatur radiasi dengan menggunakan termometer radiasi/globe, kelembaban dengan menggunkan hygrometer, kecepatan angin dengan menggunakan anemometer serta tekanan udara dengan menggunakan barometer. Berikut adalah gambar peralatan yang digunakan pada penelitian: Gambar III.5. Globe Gambar III.6. Automatic blood pressure Gambar III.7. Kalorimeter Gambar III.8. Hygrometer 36 Gambar III.9. Anemometer Gambar III.10. Sling pyschometer Gambar III.11. Barometer III.2.1.4 Pengukuran Kondsi Kesehatan Pekerja Pengukuran kondisi kesehatan pekerja dilakukan untuk mengetahui pengaruh kesehatan pekerja akibat paparan panas yang diterimanya selama bekerja. Pengukuran yang dilakukan terdiri: 1. Pengukuran temperatur tubuh dengan menggunakan termometer tubuh 2. Tekanan sistolik, tekanan diastolik, dan denyut nadi dengan menggunakan automatic blood pressure. Pengukuran dilakukan terhadap dua kelompok sebanyak 2 kali sesaat sebelum bekerja dan sesaat setelah bekerja. III.2.2 Data Sekunder Data sekunder digunakan sebagai data pendukung yang diperlukan dalam penelitian yang terdiri dari data gambaran umum perusahaan, proses kerja dan lain lain. Data sekunder ini diperoleh dari industri strategis PT.X. III.3 Analisis Data III.3.1 Analisis Statistik Analisis statistik digunakan untuk menghitung kesepadanan antara dua kelompok yang diteliti berdasarkan atribut yang dimiliki oleh masing masing kelompok, 37 melihat perbedaan kondisi lingkungan antara lokasi yang terpapar panas dengan yang tidak terpapar panas serta melihat perbedaan kondisi kesehatan yang dimiliki oleh pekerja yang terpapar panas suhu ekstrim dengan yang tidak terpapar panas suhu ekstrim. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik inferensi terhadap dua rata rata populasi dengan menggunakan uji t (paired sample t test dan independent t test) yaitu uji yang dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan (paired); sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sampel, namum mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, seperti subjek A akan mendapatkan perlakuan I kemudian perlakuan II dan independent atau bebas berarti tidak ada hubungan antara dua sampel dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (mean) antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sampelnya. Pada statistik inferensi dilakukan berbagai analisis yang mengarah ke sebuah pengambilan keputusan melalui estimasi, peramalan (forecast) dan uji hipotesis (Santoso, 2007). Namun yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah peramalan dan uji hipotesis dengan dasar keterbatasan peralatan penelitian dan keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian. III.3.2 Pengukuran Indeks Tekanan Panas III.3.2.1 Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) Nilai ISBB diperoleh melalui hubungan antara: a. temperatur kering (oC) b. temperatur basah (oC) c. temperatur radiasi/bola (oC) yang kemudian dihitung menurut persamaan (2.5) dan (2.6) seperti berikut ini: Untuk tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung ISBB = 0.7sba + 0.2sb + 0.1s Untuk tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari ISBB = 0.7sba + 0.3sb 38 ISBB yang diperoleh dibandingkan terhadap NAB untuk memperoleh indeks bahaya. III.3.2.2 Belding-Hatch Index Metode ini relatif lebih mudah digunakan. Nilai indeks tekanan panas ini diperoleh melalui hubungan antara: a. Metabolisme/beban kerja (W/m2) dengan asumsi area permukaan tubuh setiap pekerja sama yaitu 1,8 m2 b. Temperatur radiasi/bola (oC) c. Kecepatan angin (m/s) d. Tekanan (kPa) e. Temperatur udara/kering (oC) Metode Belding Hatch Index juga dapat digunakan untuk menghitung waktu paparan yang diperbolehkan (Allowable Exposure Timest) dengan menggunakan persamaan yang tertera pada Tabel II.3. Berikut ini merupakan konversi nilai dari faktor-faktor yang digunakan dalam metode ini: 1. 1 Kilokalori = 3,97 BTU 2. 1 BTU = 0,293 watt-jam 3. 1 hPa = 0,1 kPa III.3.2.3 Heat Index Heat index adalah sebuah indeks yang mengkombinasikan temperatur udara dan kelembaban relatif untuk menentukan temperatur panas yang dirasakan pekerja seperti terlihat pada Gambar III.11. Berikut ini adalah persamaan untuk menghitung Heat Index dalam derajat Fahreinheit ± 1,3oF. Persamaan berikut dapat digunakan hanya pada saat nilai temperatur minimal 80oF (Rothfusz,1990) HI = C1 + C2T + C3R + C4TR + C5T2 + C6R2 + C7T2R + C8TR2 + C9T2R2 HI = Heat Index (oF) T = Temperatur kering (oF) 39 (4.1) R C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 = Kelembaban relatif (%RH) = -42,379 = 2,04901523 = 10,14333127 = -0,22475541 = -6,83783 x 10-3 = -5,481717 x 10-2 = 1,22874 x 10-3 = 8,5282 x 10-4 = -1,99 x 10-6 Konversi satuan: o F = [(9/5)oC + 32o] Gambar III.12 Nilai Heat Index yang diperoleh berdasarkan hubungan antara temperatur udara dan kelembaban relatif Sumber: (NOAA's National Weather Service, 2006) III.3.3 Perhitungan Nilai Hazard Index, Risiko Relatif (RR), dan Risiko Atribut (AR) Studi yang digunakan dalam identifikasi bahaya adalah dengan menggunakan studi epidemiologi yang bersifat observasional dengan menggunakan model cross-sectional atau yang disebut juga studi prevalesi karena yang diukur adalah prevalensi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahawa pekerja yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, maka pada akhirnya akan 40 dilakukan perbandingan antara dua kelompok tersebut berupa matriks 2x2 untuk menghitung nilai RR, AR terhadap parameter kesehatan pekerja. (4.2) (4.3) RR AR Ie Io = = = = risiko relatif risiko atribut insiden terpapar insiden tidak terpapar Dalam penelitian ini juga dilakukan perhitungan nilai Hazard index yang mana apabila nilainya besar dari 1 maka paparan panas dapat dinyatakan berbahaya begitu juga sebaliknya. (4.4) HQ = Hazard Quotient ADD = dosis yang diterima RfD = nilai ambang batas (NAB) Nilai Hazard Index diperoleh setelah mendapatkan nilai Hazard Quotient (4.5) HI = Hazard Index HQ = Hazard Quotient 41