Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... POLA PARENTING PADA PAUD-TK PELINDO DAN PAUD-TK SABILAL MUHTADIN KOTA BANJARMASIN Raihanatul Jannah* Abstrak Pola Parenting pada Paud-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, yakni pola centra persiapan, pola centra Imtaq, pola centra bermain, pola centra bercerita, pola pengasuhan kasih sayang serta pola centra bahan alam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan, yaitu tenaga pendidik, anak didik dan sarana prasarana. Tenaga pendidik sudah memiliki kriteria pendidik yang baik. Mereka memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama minimal sekitar 5 tahun, kecuali TK-Paud Sabilal Muhtadin ada 4 orang yang baru satu tahun masa kerja akan tetapi latar belakang mereka sangat relevan yakni S1 dan DII PGTK, pengetahuan, kecakapan serta keterampilan yang bagus dalam mendidik anak-anak. Dengan kata lain, mereka berkompeten untuk mengasuh anak-anak usia dini. Tidak aneh jika Paud-TK keduanya berhasil mewujudkan aspek-aspek penting dalam pengasuhan yang telah disebutkan di atas. Sarana dan prasarana sudah memadai, yaitu memiliki bangunan yang di dalamnya terdapat beberapa ruangan untuk sentra-sentra. Setiap sentra ditata dengan baik, dijaga kebersihannya dan menawarkan alat-alat bermain yang berbeda-beda. Sentra bahan alam misalnya, selain bersih, memiliki berbagai macam gambar dengan banyak warna di dinding-dindingnya serta menyediakan alat-alat bermain yang menarik. Kesemuanya itu membuat anak didik merasa senang dan betah berada di ruangan tersebut. Kata Kunci: Parenting, persiapan, bermain, bercerita, dan kasih sayang A. Latar Belakang Masalah Menurut Darling (1999) pola asuh (parenting) adalah suatu aktifitas yang kompleks yang meliputi beberapa tingkah laku spesifik yang bekerja secara sendirisendiri maupun bersama-sama untuk mempengaruhi anak. Pengertian parenting menurut Gunarsa (1995) adalah cara orang tua bertindak sebagai orang tua terhadap anakanaknya dimana mereka melakukan serangkaian usaha aktif.1 Parenting adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari (Meichati, 1978). Menurut Gunarsa (1989) keluarga merupakan lingkungan kehidupan yang dikenal anak untuk pertama kalinya, dan *Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin. 1 Repository. Usu.ac.id/bitstream/123456789/16321/4/Chapter II. h. 29. untuk seterusnya anak belajar di dalam kehidupan keluarga. 2 Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil pemahaman bahwa pola asuh adalah serangkaian usaha aktif yang diterapkan oleh orang tua maupun pengganti orang tua dalam berinteraksi dengan anakanaknya, meliputi cara mendidik, memberkan perlindungan, perhatian, aturan-aturan, hadiah atau hukuman, serta tanggapan terhadap anaknya dalam kehidupan seharihari. Perenting memang kewajiban azasi orang tua terhadap anaknya, idealnya penangananya pun dialaksanakan langsung oleh orang tua, akan tetapi di kota-kota besar termasuk Banjarmasin parenting tersebut sebagian ada yang ditangani oleh PAUD.Hai ini memang tuntutan keadaan dimana masing-masing orang tua baik bapak maupun ibu keduanya sibuk bekerja dari pagi hingga sore bahkan sampai malam. 2 Ibid., h. 30. Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 19 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... Dengan kesibukan bekerja makapelaksanaan parenting berada pada penanganan PAUD agar pendidikan, perlindungan, perhatian, etika dan interaksi sosial anak bisa berjalan searah dengan harapan dan keinginan orang tua yakni menjadikan anak sebagai anak shaleh yang thaat dengan orangtua serta berbakti kepada agama nusa dan bangsa. Beranjak dari kondisi seperti itu maka parenting yang dilaksanakan di PAUD menjadi sangat penting karena pada hakekatnya siapapun yang terlibat dalam penanganan parenting mengemban kewajiban yang mulia sebagaimana kewajiban orang tua asuhnya sendiri terhadap anaknya. Sedemikian mulianya tugas parenting ini di dalam surah At-Tahrim ayat: 6 Allah menyindir dengan firman-Nya sebagai berikut: ِ ِ َّ ود اها ُ ُين اآمنُوا قُوا أانْ ُف اس ُك ْم اوأ ْاهلي ُك ْم اَن ًرا اوق اَي أايُّ اها الذ ا ِ ٌ اْلِجارةُ علاي ها مالئِ اكةٌ ِغال صو ان ُ ظ ش اد ٌاد ال يا ْع َّاس او ْ ا ا ا ْ ا ا ُ الن )٦( اَّللا اما أ اامارُه ْم اويا ْف اعلُو ان اما يُ ْؤام ُرو ان َّ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At Tahrim: 6) Berdasarkan ayat di atas, maka istilah lain dari parenting ini menurut konsep Islam adalah pendidikan dalam keluarga. Pendidikan keluarga menjadi amat penting dan sangat menentukan bagi keselamatan seorang kepala keluarga dan anak-anaknya yakni keselamatan dari siksa api neraka. Mengingat pentingnya pendidikan parenting/pendidikan keluarga ini maka sudah semestinya orang tua yang tidak bisa sepenuhnya menangani anak di rumah atau pendidikan informal meminta bantuan kepada pihak lain agar kewajiaban tersebut bisa dilaksanakan sesuai dengan amanat Allah sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu alternatifnya yang bisa membantu orang tua dalam rangka mengemban kewajiban terhadap pendidikan dan pengasuhan anak di dalam keluarga (informal). Seperti apa PAUD ini dilaksanakan khususnya di Kota Banjarmasin maka kelompok peneliti Fakultas Tarbiyah dan Keguruan mencoba mengangkat judul proposal penelitian, yaitu: POLA PARENTING PADA PAUD-TK PELINDO DAN PAUD-TK SABILAL MUHTADIN KOTA BANJARMASIN. B. Definisi Operasional Untuk mempertegas permasalahan guna menghindari kesalahpahaman judul penelitian yang penulis susun, maka perlu penulis tegaskan untuk membatasi istilah yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Pola Pola.3 Yang penulis maksudkan adalah bentuk, model parenting pada PAUD. 2. Parenting Parenting adalah proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anakanak mereka yang meliputi aktivitasaktivitas berikut: memberi makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anakanak ketika mereka bertumbuh.4 3. PAUD PAUD adalah pendidikan berbasis keluarga yang merupakan suatu bentuk layanan pendidikan anak usia dini yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan formal keluarga. Layanan pendidikan dilaksanakan secara tidak terstruktur meskipun interaksi yang dialaksanakan tetap berbasis pada upaya untuk mengembangkan semua potensi kecerdasan anak. Oleh karena itu PAUD berbasis keluarga merupakan pendidikan informal. Dimaksud dengan judul di atas adalah penulis ingin mengetahui pola parenting pada PAUDyang meliputiprogram parenting, aplikasi pola parentingserta kendala yang dihadapi dalam aplikasi 3 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 61. 4 Jane B. Brooks,TheProcess of Parenting, (Third ed.: Mountain View: Mayfield, 1991), h. 19. 20 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... parenting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin. C. Rumusan Masalah Dilihat dari permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana pola parenting pada PAUDTK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin? 2. Bagaimana aplikasi pola parenting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin? 3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam aplikasi pola parenting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengetahui: 1. Pola parenting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin. 2. Aplikasi pola parenting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin. 3. Kendala yang dihadapi dalam aplikasi pola parenting pada PAUD-TK Pelindodan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin. E. Signifikansi Penelitian 1. Hasil penelitian ini akan berguna bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya Pendidikan dalam Keluarga. 2. Hasil penelitian ini akan berguna bagi para guru, pengelola PAUDdan segenap stake holder yang terlibat dalam pengelolaan PAUD serta calon guru sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam memanfaatkan serta mengelola Parenting sebaik-baiknya pada PAUD dimanapun dan siapapun yang mengelolanya. 3. Hasil penelitian ini akan berguna sebagai data untuk kegiatan penelitian berikutnya. F. Kajian Teoritis dan Telaah Pustaka 1. Kajian Teoritis a. Pengertian Parenting Parent dalam kata parenting memiliki beberapa definisi, misalnya ayah, ibu, seseorang yang akan membimbing dalam kehidupan baru, seorang penjaga, maupun seorang pelindung.5 Brooks, sebagaimana dikutip Ma’ruf, menjelaskan bahwa parent adalah seseorang yang mendampingi dan membimbing semua tahapan pertumbuhan anak, yang merawat, melindungi, mengarahkan kehidupan baru anak dalam setiap tahapan perkembangannya.6 Melihat pemaknaan seperti ini, pemeran dalam aktifitas parenting bisa jadi orang tua, kakek-nenek, paman, saudara atau orang lain yang melaksanakan pengasuhan atau memberikan bimbingan termasuk para guru di lembaga-lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Lebih jauh, istilah parenting merujuk kepada serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan orang tua atau pengasuh untuk mendukung perkembangan anaknya.7Proses interaksi ini menurut Berns, sebagaimana dikutip Yayan, berlangsung terus-menerus dan mempengaruhi bukan hanya anak tetapi juga orang tua.8 Jerome Kagan menjelaskan bahwa parenting mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua/pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat, termasuk juga apa yang harus dilakukan orang tua/pengasuh ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik.9 5 Okvina Nur Alvita, Konsep Pengasuhan (parenting), http://okvina.wordpress.com/2009/02/18/konseppengasuhan-parenting, (diakses pada hari Sabtu, 01 Desember 2012). 6 Hidayat Ma’ruf, op.cit., diakses tanggal 01 Desember 2012. 7 Ibid. 8 Yayan, Pengaruh Perilaku Orang Tua dan Pola Kasih Sayang Terhadap Anak Pada Kedekatan Hubungan, http://yayangy08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/pengar uh-perilaku-orang-tua-dan-pola-kasih-sayangterhadap-anak-pada-kedekatan-hubungan/, (diakses pada hari Sabtu, tanggal 01 Desember 2012). 9 Ibid. Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 21 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... Wonohadidjojo mengamati sejauh ini belum ada padanan kata parenting dalam bahasa Indonesia yang dapat mewakili totalitas konsep parenting. Namun ada yang mengusulkan bahwa kata parenting dipadankan dengan “menjadi orang tua,” “meng-orang-tua-i,” atau “membesarkan anak”. Ada pula yang mengusulkan “pengasuhan atau pola asuh”.10 Dari berbagai padanan kata parenting yang diusulkan di atas, penulis memilih untuk menggunakan “pola asuh”. Di dalam literatur berbahasa Indonesia, pola asuhdisebut sebagai “suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya.”11 Secara lebih rinci, Fadillah menjelaskan pola asuh atau parenting12 sebagai “sebuah rangkaian usaha aktif yang diterapkan oleh orang tua dalam berinteraksi dengan anakanaknya, meliputi cara mendidik, memberikan perhatian, perlindungan, aturan-aturan, hadiah atau hukuman serta tanggapan terhadap anaknya dalam kehidupan seharihari.”13 Pola asuh dalam penelitian ini berfokus pada yang diterapkan di lembaga pendidikan usia dini atau PAUD. Pendidikan usia dini, menurut Soemiarti Patmodewo, diselenggarakan untuk “mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh”.14 Berbagai cara pengasuhan anak usia dini, misalnya dengan menanamkan nilai-nilai moral, akan sangat berpengaruh baik terhadap perkembangan jiwa anak tersebut. Pendidikan di usia itu mudah sekali membekas dan akan menjadi dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. 10 Wonohadidjojo dikutip dari Hidayat Ma’ruf, loc.cit. 11 Pendapat ini dirujuk kepada Chabib Thoha oleh Mansur. Lihat Mansur, op.cit., h. 350. 12 Agus Wibowo, op.cit., h. 75. 13 D. Fadillah, loc.cit. 14 Soemarti Pamonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. ke-2, h. 43. b. Masa Anak Usia Dini 1) Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia, dimulai sejak anak itu dilahirkan hingga ajal menjemputnya. Pertumbuhan lebih menitikberatkan pada perubahan fisik yang bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan yang bersifat kualitatif merupakan serangkaian perubahan progresif sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.15 Anak usia dini adalah anak yang berusia nol hingga enam tahun.16 Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan fisik yang sangat penting, khususnya di usia tiga sampai empat tahun di mana perkembangan anak sangat cepat. Di usia ini anak baru memulai kegiatan-kegiatan fisik dan karenanya, asupan gizi dan vitamin sangat dibutuhkan oleh anak.17 Pada masa ini pula perkembangan kecerdasan berada dalam fase krusial. Menurut Leonardy Hermainy, yang dikutip oleh Agus Wibowo, 50% dari kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia sekitar empat tahun atau pada masamasa golden age (dari usia nol sampai enam tahun). Peningkatan kecerdasan selanjutnya terjadi pada usia delapan tahun yaitu sekitar 30% dan sisanya 20% pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.18 Dalam konteks pendidikan, usia dini merupakan masa yang sulit bagipara pendidik. Abu Ahmadi dan Ahmad Munawar mengatakan bahwa situasi anak di usia ini bisa dilukiskan sebagai demam menghendaki. Misalnya, anak bisa menghendaki sebuah mobil-mobilan tanpa bisa ditahan tetapi tidak lagi memperduli-kannya setelah benda itu sudah didapatnya, dan 15 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. ke-3, h. 17. 16 Siti Aisyah, dkk., Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), Cet. ke-10, h. 1.3. 17 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet. ke-1, h. 8. 18 Ibid., h. 28. 22 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... malah menginginkan mainan yang lain lagi. Menghadapi situasi seperti ini, para pendidik hendaknya bersikap bijaksana, yaitu menghindari sikap ekstrim, baik ekstrim menekan (selalu mengatakan tidak atau jangan) maupun ekstrim memanjakan (selalu memberikan apa yang diinginkan anak).19 Ada enam prinsip perkembangan anak usia diniyang dapat dirinci sebagai berikut.20 Pertama, Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi, merasa aman dan nyaman dalam lingkungannya. Kedua, anak belajar terusmenerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali sesuatu konsep, hingga mampu membuat sesuatu yang berharga. Ketiga, minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak. Keempat, anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebayanya. Kelima, perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai perbedaan individu. Dan keenam, anak belajar dari hal-hal yang sederhana sampai yang komplek, dari yang konkrit ke abstrak, dari yang berupa gerakan ke bahasa verbal, dan dari diri sendiri ke interaksi dengan orang lain. 2) Kebutuhan Anak untuk Mendapatkan Pengasuhan yang Baik Sudah menjadi sunatullah bahwa anak harus mendapatkan pengasuhan dan bimbingan yang baik dari orang dewasa. Saat lahir, seorang anak begitu lemah, tak berdaya dan tidak mengerti apa-apa sehingga orang dewasalah yang melindungi, mengasuh dan mendidiknya, dan kewajiban ini dibebankan kepada orang tua mereka. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah al-Nahl ayat 78: اوهللاُ ا ْخار اج ُك ْم ِم ْن بُتُ ْو ِن أ َُّم اهاتُ ُك ْم االتا ْعلا ُم ْو ان اشْي ئًا .ص اار اواالافْئِ ادةا لا اعلَّ ُك ْم تا ْش ُك ُرْو ان َّ او اج اع ال لا ُك ُم الس ْم اع او ْاْلابْ ا Anak-anak perlu mendapatkan bimbingan dan pengasuhan yang baik supaya benar-benar terbentuk kepribadian yang hasanah. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa anak yang lahir ke dunia ini sudah membawa bekal dan potensi yaitu fitrah.21 Orang tua dan lingkungan berperan sangat penting dalam mengelola dan mengembangkan potensi ini. Dalam konsep John Locke tentang tabularasa, bahkan dikatakan bahwa baik atau buruknya anak tergantung orang tua atau masyarakat sekitarnya.22 Keharusan bagi anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang baik adalah karena adanya tiga aspek penting, yaitu aspek pedagogis, aspek sosiologis dan kultural dan aspek tauhid. Pertama aspek pedagogis, dalam hal ini para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum, yaitu makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya bisa dilatih secara dressur, yaitu latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah.23 Kedua aspek sosiologis dan kultural, menurut ahli sosiologi pada prinsipnya manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki garizah (instink) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik dan saling pengaruh-mempengaruhi antar 24 sesama anggota masyarakat. Ini bisa diwujudkan melalui pengasuhan dan pendidikan yang baik sejak dini. Ketiga aspek tauhid, yaitu aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang berketuhanan, yang 21 19 Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, PsikologiPerkembangan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet. ke-1, h.37. 20 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, op. cit., h. 5. Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj alQusairy al-Naisabury, loc.cit. 22 Dikutip dari Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, op.cit., h.59. 23 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 86. 24 Ibid., h. 87. Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 23 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... menurut istilah para ahli disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homo religious (makhluk yang beragama).25 Tanpa pengasuhan dan pendidikan yang baik, seorang anak akantumbuh dan berkembang tanpa mempercayai adanya kekuasaan Tuhan. Allah menciptakan manusia terdiri dari dua unsur yang berlainan, jasmani dan rohani. Masing-masing unsur tersebut mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan jasmani meliputi masalahmasalah yang berhubungan dengan sandang, pangan dan papan, sedangkan kebutuhan rohani misalnya pendidikan, rekreasi dan ibadah. Kedua unsur tersebut merupakan dua hal yang tak terpisahkan, saling berhubungan erat dan saling berkaitan. Anak-anak didik dengan segala potensi yang mereka miliki, perlu mendapatkan bimbingan dan pengasuhan yang baik supaya benar-benar terbentuk kepribadian yanghasanah. Konsep yang dimiliki oleh John Locke tentang tabularasa sebagaimana yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh dalam buku mereka menggambarkan bahwa anak akan baik atau buruk tergantung lingkungan terdekatnya. Bisa jadi itu adalah orang tua atau masyarakat sekitarnya.26 Konsep yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw adalah bahwa anak yang lahir ke dunia ini sudah membawa bekal dan potensi yang populer yaitufitrah.27 Oleh karena itu peran orang tua dan lingkungan juga sangat penting dalam mengelola dan mengembangkan potensi ini. Dari dua tokoh di atas, John Locke dan Nabi Muhammad, bisa ditarik kesimpulan bahwa faktor penting dalam pengasuhan anak adalah orang tua dan lingkungan. Dalam hal ini, sekolah adalah kategori lingkungan terbaik untuk anak setelah lingkungan keluarga. Di sekolah anak dididik, dilatih dan dibiasakan untuk selalu berbuat hal yang baik, jujur, 25 26 Ibid., h. 89. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, op.cit., bertanggung jawab, dan sebagainya serta anak dilatih untuk mengembangkan potensi intelektualnya secara optimal. c. Macam-macam Pola Asuh Hasil yang baik tergantung bagaimana pola pengasuhan yang diberikan lembaga pendidikan kepada anak-anak didiknya. Dalam hal ini Mansur, mengutip pendapat Hurlock, membagi pola asuh anak didik menjadi tiga macam, yaitu:28 1) Pola Asuh Otoriter Pada pola ini anak didik lebih banyak diam, pasrah terhadap apa yang diinginkan pendidik. Anak didik dipaksa untuk mengikuti apa yang diinstruksikan pendidik. Anak jarang diajak berkomunikasi, malah lebih sering ditegur atau dimarah-marahi. Dampak negatif dari pola ini adalah anak bisa menjadi pesimis. 2) Pola Asuh Demokratis Pada pola ini anak didik yang dia suka dan pendidik mengakui terhadap kemampuan anak didiknya. Anak sering diajak berkomunikasi, bermain bersama dan bercerita. Jika melakukan kesalahan anak mendapat teguran dengan cara yang lembut dan diarahkan untuk melakukan yang benar. 3) Pola Asuh Permisif Pada pola ini pendidik tidak begitu memperhatikan anak didiknya. Semua yang dilakukan anak didik dianggap biasa-biasa saja. Pola ini memiliki ciri sebagai berikut: a. Pendidik memberi kebebasan penuh pada anak didik untuk berbuat. b. Dominasi pada anak. c. Sikap longgar atau kebebasan dari pendidik. d. Tidak ada bimbingan atau arah dari pendidik. e. Kontrol dan perhatian dari pendidik sangat kurang bahkan tidak ada.29 Dampak negatif dari pola asuh ini adalah anak akan merasa apa yang dia lakukan itu semuanya benar dan tidak menutup kemungkinan anak akan menjadi nakal. d. Metode Pengasuhan Anak Agar tumbuh kembang anak sesuai dengan prinsip perkembangannya, maka ada beberapa metode pengasuhan yang sering h.59. 27 Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj alQusairy al-Naisabury, loc.cit. 24 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 28 Mansur, op.cit.,h. 353. Agus wibowo, op.cit., h. 77. 29 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... dilakukan oleh para pendidik terhadap anak didiknya, yaitu: 1) Bermain Lebih tepatnya belajar sambil bermain. Conny R. Semiawan menyatakan dalam bukunya bahwa bermain bagi anak adalah suatu kegiatan yang serius dan mengasyikkan, melalui aktivitas ini berbagai pekerjaan anak didik tercapai. Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak kerena menyenangkan, bukan karena ingin memperoleh hadiah atau pujian. Bermain juga merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dikenalinya sampai pada yang diketahuinya dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai pada yang dapat diperbuatnya.30 Conny R. Semiawan menyimpulkan bahwa bermain mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan anak didik sehari-hari.31 a) Bermain memiliki berbagai arti. Setiap permainan memiliki unsur resiko, misalnya bermain dengan melompat, memanjat dan lain-lain. Betapa pun sederhananya permainan selalu ada resiko yang mengiringinya, namun dibalik semua itu secara tidak langsung anak dilatih untuk berhati-hati. b) Unsur lain adalah pengulangan. Melalui berbagai permainan yang diulang, maka anak akan memperoleh tambahan kemampuan untuk melakukan aktivitas lain. c) Setiap aktivitas permainan sederhana dapat menjadi kendaraan untuk mencapai permainan yang kompleks, hal ini bisa dilihat dan terbukti ketika anak menjadi remaja. d) Melalui bermain anak secara aman dapat menyatakan kebutuhannya tanpa ada hukuman atau teguran. Misalnya melalui bermain peran anak dapat menyatakan rasa benci, takut dan gangguan emosional. Di sini pengasuh berperan sebagai pengamat dan pembimbing mereka agar permainan yang sedang mereka lakukan 30 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, (Jakarta: Indeks, 2008), Cet. ke-3, h. 20. 31 Ibid. dapat mendukung perkembangan keterampilan gerakan halus dan kasar, perkembangan kognitif, sosial dan emosional. 2) Bercerita Dunia anak adalah dunia cerita. Dengan bercerita pengasuh dapat memberikan pengalaman, pemahaman, keterlibatan emosi dan keterlibatan mental kepada anak didik. Apalagi jika pengasuh dapat menyelami materi cerita sehingga isi cerita dapat memasuki dunia anak dan menghasilkan pengalaman yang paling mendalam bagi mereka.32 Dalam bercerita dengan cara yang baik dan menarik maka tanpa disadari cerita tersebut akan mempengaruhi perkembangan pribadi anak, membentuk sikap-sikap moral dan keteladanan.33 Misalnya cerita kura-kura dan kelinci, anak akan mendapat pengalaman bahwa jika ingin berhasil dilakukan dengan penuh kesabaran, ulet dan percaya diri. 3) Kasih Sayang Dunia anak adalah dunia cinta dan kasih sayang. Anak-anak sangat suka dan merasa bahagia apabila dijadikan objek kasih sayang orang lain. Kasih sayang dan rasa cinta bagi anak seperti vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuhnya dan dapat menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik.34 Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW mencium cucunya Hasan bin Ali ra., dan pada waktu itu ada Akra’ bin Habs yang berkata kepada Rasulullah saw., “Saya memiliki sepuluh anak, tetapi tidak satu pun dari mereka yang aku cium.” Rasulullah saw. kemudian memandang Akra’ bin Habs, lalu beliau bersabda: (رواه مسلم عن أيب.إنه من ال يرحم ال يرحم 35 )هريرة 32 Ibid., h. 34. Abdullah Muhammad Ash-Shubbi, Seni Mendidik & Mengatasi Masalah Perilaku Anak Secara Islami, (Jakarta: Pustaka Al-Fadhilah, 2010), Cet. ke-1, h. 106. 34 Ibid., h. 107. 35 Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj alQusairy al-Naisabury, op.cit., h. 410. 33 Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 25 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... Rasa kasih sayang bisa membuat perasaan dan psikologi anakmenjadi sehat dan tenang. Perasaan itu juga akan membekas di hati anak ketika dewasa dan akan membalas dengan rasa kasih sayang terhadap orang yang menyayanginya. e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Parenting (Pola Asuh) pada Kelompok Bermain (KB) 1) Pendidik Pendidik yang ada di PAUD sebagaimana disebutkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) N0. 27/1990 khususnya yang pada Pasal 14 ayat 1 oleh Agus Wibowo dalam bukunya, berdasarkan PP tersebut “para pendidik dituntut untuk berperan tidak saja sebagai orang tua kedua bagi anak, tetapi juga sebagai pekerja sosial, pengasuh, pemelihara kesehatan anak, bahkan sebagai psikolog yang harus menyelesaikan permasalahan-permasalahan psikis anak”.36 Pendidik merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang sangat berperan dalam pembentukan karakter anak didiknya dalam usaha pembentukan sumber daya manusia. Peran pendidik sangat menentukan apakah berhasil atau tidaknya pendidikan karakter anak didiknya. Dalam artian bahwa setiap diri pendidik itu terletak tanggung jawab untuk membawa para anak didiknya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.37 Kemampuan pengasuh dalam mengajar merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam penggapaian keberhasi-lan suatu proses pengasuhan, kemampuan guru itu tidaklah berdiri dengan sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya faktor latar belakang pendidikan dan pelatihan keguruan yang pernah diikuti dan faktor pengalaman mengajar. Untuk lebih jelasnya mengenai faktor-faktor tersebut akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut. a) Latar Belakang Pendidikan Latar belakang pendidikan seorang pendidik yang satu dengan pendidik lainnya terkadang tidak sama. Perbedaan ini dilatar belakangi oleh jenis dan jenjang dalam pendidikan. Perbedaan ini sedikit banyaknya akan mempengaruhi pembelajaran. Seorang pendidik yang mempunyai latar belakang pendidikan keguruan tentunya berbeda cara mengajarnya dengan orang yang mempunyai latar belakang nonkeguruan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuhnya maka akan semakin tinggi pula kemampuan dalam mendidik dan membimbing anak didiknya. Seorang pendidik yang mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang baik akan merasa sangat bertanggung jawab terhadap masa depan anak dididknya. b) Kepribadian Pendidik Kepribadian merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang pengasuh, karena di samping sebagai orang yang memberikan pendidikan dan pengasuhan guru juga berfungsi sebagai panutan. Sebuah pepatah mengatakan guru kencing berdiri murid kencing berlari. Kepribadian akan turut menentukan apakah para pendidik sebagai guru yang baik atau sebaliknya. Karena anak yang masih dini tumbuh besar dengan cara melihat dan meniru orang di sekitarnya. Dalam hal ini, seorang pengasuh dituntut untuk menjadi teladan bagi anak didiknya. Begitu juga dalam pengasuhan pada KB, karena anak didik akan melakukan apapun yang dilakukan pengasuhnya. Oleh karena itu, seorang pengasuh harus dapat memahami dan menempatkan kedewasaannya sebagai guru dan mampu menjadikan dirinya sebagai teladan.38 c) Kompetensi Pendidik Rumusan standar kompetensi yang berkembang di Indonesia mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang dikutip oleh Yufiati dan Titi Candrawati dalam bukunya yaitu: Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan 36 Agus wibowo, op.cit., h. 108. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h. 125. 37 38 Sa’ad Riyadh, Agar Anak Mencintai Al Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2008), h.28. 26 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... tujuan pendidikan nasional. Pada pasal (3) dinyatakan bahwa Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan anak usia dini meliputi empat komponen, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.39 Pendidik/pengasuh yang profesional adalah seseorang yang memiliki empat standar kompetensi tersebut. Selain itu pendidik juga harus mampu memahami dan mengamalkan tujuan pendidikan, khususnya yang berhubungan pendidikan anak usia dini. Anak didik semakin hari semakin besar, tumbuh dan berkembang. Perubahan itu tidak hanya asal tumbuh dan berkembang, melainkan anak akan mengalami perubahan pisik dan psikis sesuai dengan pengalamannya berdasarkan minat dan kebutuhan yang ingin dicapainya. Di sinilah peran pendidik dalam mendewasakan anak didiknya. d) Pengalaman Mengajar Pengalaman dalam mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi seorang pengasuh, sebab selain memberi pelajaran berharga bagi yang bersangkutan juga merupakan modal untuk meningkatkan kualitasnya sebagai seorang pengajar yang baik, di dalam maupun di luar jam pelajaran.40 Lama atau tidaknya seorang pengasuh dalam memberikan pengasuhan juga sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Semakin lama seorang pengasuh itu memberikan pengajaran maka semakin banyak pula pengalaman yang didapat dan semakin baik pula cara mengajarnya. 2) Anak Didik Anak didik merupakan subjek dalam proses belajar mengajar. Anak usia dini tidaklah berbeda dengan murid-murid atau siswa-siswa yang lainnya, hanya saja mereka lebih suka bermain. Bermain bagi anak seusia mereka lebih penting daripada teori-teori pendidikan. Oleh karena itulah, pengasuhan yang diberikan para pengasuh lebih dituntut untuk melatih dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki anak didiknya. Dalam pengasuhan, yang pertama kali diperhatikan adalah anak didik, bagaimana kemauan atau minat beraktifitas anak, kondisi atau keadaan anak didiknya, kondisi lingkungannya dan baru kemudian menentukan komponen-komponen yang lain. Seperti bahan apa yang diperlukan, cara bagaimana yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan karakteristik anak didik.41 3) Sarana Prasarana Sarana adalah “sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mempermudah pekerjaan”42 dan prasarana adalah “segala yang merupakan penunjang utama terse43 lenggaranya sesuatu proses” . Jadi yang dimaksud dengan sarana dan prasarana adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran baik bergerak ataupun tidak bergerak agar mencapai tujuan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Bertitik tolak pada pengertian sarana dan prasarana di atas adalah sebuah proses pembelajaran jika ditunjang dengan sarana dan prasana yang mendukung maka akan berjalan dengan baik dan lancar. Adapun yang harus diperhatikan oleh para pendidik dalam menciptakan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi mereka dalam penggunaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kondisi lingkungan, diantaranya: a) Penataan Ruangan Agar terciptanya proses pembelajaran yang menggairahkan maka perlu diperhatikan penyusunan atau penataan ruangan. “Penataan sarana dan prasarana yang baik tidak hanya karena lengkap dan mewah, tetapi faktor letak kesesuaian 41 39 Yufiarti dan Titi Chandrawati, Profesionalitas Guru PAUD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), Cet. ke-8, h. 3.31-3.32. 40 Ibid., h.5.13 Sardiman, op.cit., h.111. Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher, 2006), Cet. ke-1, h.475. 43 Ibid., h.427. 42 Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 27 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... penataan ruangan dengan kebutuhan dan perkembangan anak sangat penting”.44 Penataan ruangan yang baik akan memudahkan anak didik dalam belajar sesuai dengan tingkatannya masing-masing serta memudahkan para pengasuh dalam bergerak dan secara leluasa untuk membantu anak didiknya dalam proses pengasuhan. b) Penataan Alat-alat Bermain “Bermain bagi anak adalah suatu kegiatan yang serius dan menyenangkan. Melalui aktifitas bermain, semua pekerjaannya terwujud. Aktivitas bermain juga merupakan salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya.”45 Untuk mempermudah dan terasa lebih menyenangkan dalam bermain maka alat-alat bermainpun juga harus ditata dengan rapi. Alat-alat bermain dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, di dalam dan di luar ruangan. c) Penataan Keindahan dan Kebersihan Ruangan Ruangan yang bersih, indah, rapi, sejuk dan tenang dapat membuat anak didik merasa nyaman dan betah berada di dalam ruangan dibandingkan dengan ruangan yang kotor, pengap apalagi bising. Dengan perasaan inilah anak didik merasa lebih mudah menerima bimbingan dari para pengasuhnya. Penataan ini bisa dibuat misalnya dengan cara memberikan hiasan-hiasan pada dinding atau langit-langit ruangan, menyediakan kipas angin dan menempatkan lemari sesuai dengan fungsinya. d) Ventilasi dan Tata Cahaya Pengaturan cahaya atau sinar matahari perlu diperhatikan agar cahaya atau sinar matahari yang masuk bisa membuat ruangan terlihat lebih cerah. Selain itu, sirkulasi udara juga penting untuk menetralisir keadaan ruangan, segar dan tidak pengap. f. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pelaksanaan Parenting 1) Pemahaman Orang Tua tentang Dirinya Sendiri Asuhan (upbringing) yang mereka terima pada masa kecil. Bersama dengan banyak hal lainnya, kita diajar sebuah gaya parenting tertentu oleh orang tua kita. Ketikamenjadi orang tua, akan sangat sulit bagikita melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dengan yang pernahkita terima. Kita akan selalu kembali kepada apa yang kita pelajari dariorang tua kita. Sebagian besar orang tua Filipina dalam studi ini.46 Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan berpendapat bahwa mereka berasal dari keluarga yang otoriter.47 Hardikan dan pukulan, tanpa kesempatan menjelaskan kesulitan mereka,merupakan metode pendisiplinan yang paling sering dipakai oleh orangtua mereka. Secara implisit, mereka dipaksa untuk menerima bahwagaya otoriter adalah “cara yang baik untuk melatih anak-anak menjadi orang yang bertanggung jawab.” Tidak sedikit dari mereka yang merasaambivalen dengan gaya parenting orang tua mereka.Aspek lain dari asuhan (up bringing) orang tua adalah kesulitan hidup yang mereka alami semasa kecil. Para orang tua Filipina memahami kehidupan ini sebagai sesuatu yang penuh dengan tantangan dankesulitan, khususnya secara ekonomi. Akibatnya, mereka cenderung menghadapi kehidupan ini secara serius (taking life seriously) dan mempersiapkan anak-anak mereka lewat didikan yang “ketat, keras, dan berat.” Menurut mereka, pada saat bertumbuh anak-anak harusbelajar mengerti bagaimana kerasnya hidup dan tidak tersedianya waktu untuk bersenang-senang (limiting the enjoyment). Gaya parenting seperti ini menimbulkan 46 44 Hapidin, dkk., Manajemen Pendidikan TK, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. 72. 45 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, loc.cit. Kevin Leman, Bringing Up Kids without Tearing Them Down (Nashville: Thomas Nelson, 1995) h. 25. 26 47 Gaya parenting otoriter adalah gaya yang suka membatasi (restrictive) dan suka menghukum (punitive); orang tua membuat batasan-batasan dan kontrol yang ketat bagi anak-anak dan hanya mengizinkan sedikit pertukaran kata-kata (verbal exchange). Gaya ini menuntut ketaatan total. 28 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... pemberontakan di hati anak-anak ketika merekaberanjak dewasa, tetapi di pihak lain mereka juga bersyukur karena telahdiajar bahwa hidup ini sangatlah serius. Perasaan ambivalen ini kemudian menjadi dilema ketika mereka menghadapi anak-anak mereka sendiri. Sebagai pembanding, mayoritas orang tua Tionghoa dalam penelitian ini dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan sehingga mereka terbiasa dengan gaya parenting otoritatif. Mereka adalah generasi ketiga yang lahir di Filipina yang secara praktis, sampai pada batas tertentu, sudah berintegrasi ke dalam budaya setempat, sehingga gaya parenting khas orang Tionghoa, yang sering disalah mengerti sebagai otoriter, sudah berubah menjadi otoritatif. Asuhan (upbringing) orang tua memiliki pengaruh kuat pada ciri-ciri parenting mereka. Walaupun demikian, sebetulnya parenting adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari. Sejauh para orang tua menyadari apa yang mereka lakukan terhadap anak-anak dan mengapa mereka melakukannya, gaya parenting tersebut dapat dimodifikasi menjadi gaya yang lebih relevan, sesuai dengan konteks di mana mereka berada. Orang tua bisa mengubah gaya parentingnya dengan sengaja, walau prosesnya memerlukan waktu. Kevin Lema mengungkapkan: Gaya parenting otoriter adalah gaya yang suka membatasi (restrictive) dan suka menghuk-um (punitive); orang tua membuat batasan-batasan dan kontrol yangketat bagi anak-anak dan hanya mengizinkan sedikit pertukaran kata-kata (verbal exchange). Gaya ini menuntut ketaatan total. Gaya parenting otoritatif mendorong anak-anak untuk mandiri, tetapi tetap menempatkan batasan-batasan dan kontrol terhadap tingkah laku mereka. Gaya ini memberi anak-anak kesempatan untuk bertumbuh sendiri sampai batas tertentu. 2) Pemahaman Orang Tua Tentang Anak Natur anak. Setiap pendekatan dalam pengasuhan anak (childrearing) berakar pada filsafat hidup yang mengandung pandangan tertentu tentang natur anak.48 Sebagian besar 48 Bruce Narramore, Parenting with Love and Limits (Grand Rapids: Zondervan, 1979), h. 33. orang tua dalam penelitian. ini percaya bahwa anak-anak pada dasarnya baik dan hanya memerlukan lingkungan yang sehat untuk bertumbuh. Suasana keluarga yang kondusif akan menolong anak-anak mengalami pertumbuhan maksimal. Berkaitan dengan hal ini, orang tualah yang bertanggung jawab untuk menciptakan suasana keluarga seperti yang diharapkan. Ada orang tua Filipina yang percaya bahwa anakanak mereka lahir dengan membawa beberapa sifat buruk. Akibatnya, mereka tidak berusaha menciptakansuasana keluarga yang baik tetapi menerapkan disiplin ketat untuk menghilangkan sifat buruk tersebut. Selain itu, ada beberapa orang tua Filipina dan juga Tionghoa, yang menekankan perlunya kelahiran barubagi anak-anak mereka. Kemampuan anak dalam mengambil keputusan. Mayoritas orangtua Filipina beranggapan bahwa anak tidak mampu mengambil keputusan dengan tepat dan memerlukan bimbingan orang tua. Argumen mereka adalah, belum tiba waktunya bagi anak membuat keputusan-keputusan penting bagi dirinya sendiri, karena ia belum mampu menyadari risiko sebuah keputusan yang keliru. Alasan ini menjadi dasar untuk tidak mengikut sertakan anak dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Kenyataan ini sedikit berbeda dengan sebagian besar orang tua Tionghoa yang percaya bahwa dengan bimbingan orang tua anak mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri. Para orang tua Tionghoa ini memberikan hak dan kesempatan kepada anak untuk ikut serta dalam mengambil keputusan keluarga. Jenis kelamin, umur, dan temperamen anak. Kedua kelompok orangtua, baik Filipina maupun Tionghoa, memiliki pengertian yang miriptentang hal ini. Sebagian besar orang tua Filipina percaya akan prinsipkeadilan (fairness) dan menghindari pilih kasih (favoritism). Apapun jenis kelaminnya, anak harus mendapat perlakuan yang sama. Hal ini berarti mereka memakai “pukulan atau hukuman fisik yang lain” baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Demikian juga para orang tua Tionghoa. Walaupun parenting Tionghoa biasanya lebih menyu- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 29 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... kai anak laki-laki, namun mereka tidak membedakan anak laki-laki maupun perempuan. Mereka menerapkan peraturan rumah tangga dan disiplinyang sama bagi keduanya karena prinsip-prinsipnya sederhana. Hampir semua orang tua dalam penelitian ini berpendapat bahwa mereka harus menggunakan metode pendisiplinan sesuai dengan umur anak. Anak yang umurnya lebih tua memerlukan diskusi dan penjelasan lebih banyak dibanding anak yang masih kecil. Umur juga menentukan kemampuan emosi seorang anak dalam menerima perlakuan yang kerasdari orang tua, dan mempengaruhi kemampuannya untuk mengertialasan di balik sebuah disiplin. Orang tua harus lebih sabar ketika menjelaskan peraturan rumah tangga kepada anak kecil daripada anakyang lebih besar. Anak yang masih kecil memerlukan bimbingan langkah demi langkah dan peringatan, tetapi anak yang lebih besar harus belajar lebih bertanggung jawab dan menguasai dirinya sendiri. Mayoritas orang tua berpendapat bahwa mereka harus memperlakukan seorang anak sebagai satu pribadi yang unik. Sifat-sifat pribadi dan temperamen merupakan pertimbangan penting dalam parenting. Anak yang berkemauan keras (strong-willed) memerlukan kesabaran dari orang tua. Anak yang sensitif membutuhkan perlakuan hati-hati, dan anak yang ramah atau suka bergaul (outgoing) perlu perhatian yang cukup dari orang tua. Beberapa orang tua Filipina membandingkan parenting dengan mengajar (teaching). Keduanya membutuhkan caracara kreatif untuk berurusan dengan anak yang kepribadiannya berbeda-beda agar dapat memperoleh hasil terbaik. Salah satu orang tua Tionghoa berkata, “A ‘small sermon’ will make asensitive girl cry already, but spanking maybe needed for an outgoing strong-willed child.” 3) Pemahaman Orang Tua tentang Situasi di Masyarakat Masa Kini Para orang tua Filipina berpendapat bahwa stabilitas finansial dan kondisi sosial masa kini tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Memang ada beberapa hal yang telah berubah, tetapi perubahan-perubahan tersebut belum mampu meningkatkan kehidupan keluarga mereka karena kehidupan mereka ternyata masih saja penuh dengan kesulitan. Mereka berharap situasi menjadi lebih baik sehingga waktu kerja berkurang dan kebersamaan dengan anak-anak meningkat. Para orang tua ini juga menginginkan pekerjaan yang aman (secure job) serta penghasilan yang stabil untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Anak-anak harus memahami hal ini, dan oleh karenanya para orang tua memperketat parenting mereka. Mereka juga yakin bahwa aktivitas spiritual sangat penting dan sanggup melindungi anak-anak mereka dari pengaruh buruk masyarakat saat ini. Mereka menyadari bahwa hidup menjadi makin sulit dan anak-anak harus dilatih untuk lebih percayadiri (self-reliant) serta mandiri (independent). Keprihatinan mereka berpusat pada pengaruh-pengaruh teknologi, media massa, dan teman-teman sepergaulan anak. Hal-hal tersebut mempengaruhi tingkah laku anak-anak mereka. Kenyataan ini memaksa para orang tua untuk menyesuaikan parenting mereka menjadi lebih ketat dan lebih banyak menuntut. Prestasi akademis yang gemilang, konsumsi mata (majalah, film dan video) yang selektif, dan kehati-hatian dalam memilih teman merupakan nasihat yang sering diberikan para orang tua kepada anak-anak. Seperti orang tua Filipina, para orang tua Tionghoa juga menekankan pentingnya aktivitasaktivitas rohani bagi anak-anak mereka. g. Kendala Pelaksanaan Parenting Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan parenting pada PAUD dalam pandangan Islam diantaranya yang dikemukakan oleh Manshur adalah Sosial Agama Keluarga, kepedulian keluarga, bimbingan dan pola asuh keluarga, faktor pendidikan, keagamaan serta lingkungan.49 Faktor yang mempengaruhi parenting pada dasarnya relative berbeda mengingat anak lahir dari berbagai latar belakang sosial kultural masyarakat. Berawal darisosial kultural yang berbeda tersebut maka bisa 49 Manshur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 318. 30 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... dipahami pula adanya dinamikalatar belakang pendidikan, bimbingan dan pola asuh, kepedulian keluarga dalam hal pengasuhan terhadap anaknya. Secara lebih khusus jika parenting dilakukan oleh PAUD maka program parentingyang jelas dan terarah juga sangat mempengaruhi terhadap pelaksanaan dan kesuksesan bagi parenting yang dilaksanakan pada PAUD tersebut. Di samping itu pula yang tidak kalah pentingnya mempengaruhi bagi pelaksanaan parenting pada PAUD ini adalah pengalaman dalam pengelolaan PAUD. Kemudian dalam konteknya dengan penelitian ini maka faktor yang mempengaruhi parenting akan digali dengan melihat fenomena-fenomena yang muncul dan terungkap selama penggalian data dilakukan pada PAUD yang terdapat se Kota Banjarmasin. 2. Telaah Pustaka Pola asuh (parenting) adalah suatu aktifitas yang kompleks yang meliputi beberapa tingkah laku spesifik yang bekerja secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk mempengaruhi anak. Parenting menurut adalah cara orang tua bertindak sebagai orang tua terhadap anak-anaknya dimana mereka melakukan serangkaian usaha aktif. Parenting adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga merupakan lingkungan kehidupan yang dikenal anak untuk pertama kalinya, dan untuk seterusnya anak belajar didalam kehidupan keluarga. Dengan demikian maka dapat pula diambil pemahaman bahwa pola asuh/parenting adalah serangkaian usaha aktif yang diterapkan oleh orang tua maupun pengganti orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya, meliputi cara mendidik, memberikan perlindungan, perhatian, aturan-aturan, hadiah atau hukuman, serta tanggapan terhadap anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dalam kontek penelitian ini parenting yang dimaksudkan adalah parenting yang dilaksanakan secara terorganisir yang terdapat pada PAUD meskipun masih mengaitkan dengan parenting yang terdapat pada keluarga. Hal ini dimaksudkan karena pada dasarnya parenting yang dilaksanakan di PAUD bersifat integral pelaksanaanya, hal ini mengingat dalam program salah satunya adalah adanya pertemuan antara pengelola parenting di PAUD dengan orang tua selaku pelaku parenting di dalam keluarga. Secara teoritis dan metodologis konsep parenting yang akan digali dalam penelitian ini akan didekatkan dengan konsep pengasuhan anak/parenting menurut pandangan Islam yang akan lebih banyak dikaji dalam buku yang dikemukakan oleh Manshur dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam”. Kemudian secara esensial parenting yang akan diteliti kelompok penelitian ini meliputi: pola parenting, aplikasi pola parenting serta kendala yang dihadapi dalam aplikasi pola parenting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin. Bertolak dari hal tersebut pula maka berdasarkanpengetahuan kelompok peneliti penelitian semacam ini belum pernah diadakan di kelompok penelitian Dosen Fakultas Tarbiyah. Sementara itu pula bukubuku yang cukup membantu dalam rangka memperkaya kajian penelitian ini, yang berkaitan dengan parenting sangat banyak ditemukan diataranya adalah Bruce Narramore, Parenting with Love and Limits (Grand Rapids: Zondervan, 1979). Manshur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). Ishak S. Wonohadidjojo, “A Comparative Study of the Parenting Styles of Selected Chinese and Filipino Christian Parents in Baguio City, Philippines”(Unpublished M. A. Thesis, Philippine Baptist Theological Seminary, 1998). Kevin Leman, Bringing Up Kids without Tearing Them Down, (Nashville: Thomas Nelson, 1995) G. Metode Penelitian 1. Fokus dan Bentuk Penelitian Penelitian ini difokuskan pada pola parenting, aplikasi pola parenting serta kendala yang dihadapi dalam aplikasi paren- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 31 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... ting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin. Di samping itu berbagai kendala yang dianggap ikut mempengaruhi juga akan digali dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian lapangan (field Reseach) dengan pendekatan Diskriptif Kualitatif. 2. Objek dan Subjek Penelitian Yang menjadi objek penelitian ini adalahprogram parenting, aplikasi program parenting serta kendala yang dihadapi dalam aplikasi parenting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin. Adapun yang menjadi Subjek penelitian ini adalah pengelola PAUD dan segenap Stake Holder yang terlibat dalam pengelolaan PAUD-TK Pelindo dan PAUDTK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin Kota Banjarmasin. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PAUDTK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin. 4. Teknik Pengumpulan Data Langkah awal pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu melaksanakan pengamatan pendahuluan sebagai persiapan untuk pedoman pengumpulan data lebih lanjut di lapangan. Setelah langkah persiapan telah dianggap cukup, termasuk pematangan pedoman observasi dan wawancara, selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara mendalam. 5. Pemerikasaan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data dilakukan sebelum dilakukan langkah penafsiran data, dengan cara triangulasi (cek dan ricek) untuk menguji kebenaran hasil observasi dengan wawancara, reinterview dan melihat konsistensi data dari waktu ke waktu. Kegiatan ini berlangsung selama penelitian, dari pengumpulan data sampai penarikan kesimpulan. 6. Penafsiran Data dan Analisis Data Langkah penafsiran dan analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Jadi selama dilakukan pengamatan yang rinci dan wawancara yang mendalam hingga dilakukan cek dan ricek, penafsiran terhadap data yang ada terus dilakukan hingga data dianggap jenuh Selanjutnya dilakukan penyusunan hasil analisisdengan metode induktif ke deduktifsecara diskriptif analiktik dan menjadi teori substantif. 7. Waktu dan Jadwal Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Desember 2013, mulai dari penyusunan desain operasional, pengumpulan dan pengolahan data, analisis data hingga penulisan laporan penelitian. H. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Taman Kanak-kanak Paud Pelindo Kota Banjarmasin a. Sejarah TK-Paud Pelindo TK Pelindo didirikan pada tahun 1965 di depan kantor walikota Banjarmasin, setelah itu pada tahun1977 TK-Paud Pelindo dipindahkan ke jalan Pelabuhan Timur RE Martadinata No. 17 Rt. 35 Banjarmasin sesudah itu izin operasional keluar pada tanggal 18 April 1987, pendiri TK Pelindo adalah Bapak Nehwa, beliau adalah Kepala Pelabuhan III Banjarmasin. Pada tahun 2013 TK-PAUD Pelindo berubah namanya menjadi TK Paud Barunawati dimana tempatnya pun dipindahkan ke Jalan Dahlia Gg. Budaya RT. 34 Kelurahan Telawang, pembangunan TKPAUD Pelindo ini dibantu oleh PT. Pelindo III Banjarmasin dan diresmikan oleh Bapak Walikota H. Muhidin dan Kepala Pelindo III Banjarmasin pada hari Kamis tanggal 2 Mei 2013 dan sekarang berubah namanya menjadi TK Barunawati yang sudah diserahkan ke Dinas Kota Banjarmasin jadi sejak itulah TK-PAUD yang semulanya dibawah Yayasan Pelindo telah berakhir dan menjadi hak penuh Dinas Kota Banjarmasin. Kalau sebelum penyerahan tersebut namanya TK-Paud Pelindo karena memang pembangunanya dibiayai penuh oleh Yayasan Pelindo, namun sekarang sudah menjadi hak milik Dinas Kota Banjarmasin dan segala hal yang menyangkut pembangunan dan pembiayaan dan operasionalnya dibawah tanggung jawab pemerintah Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin. Sekarang TK Pelindo hanya tinggal sejarah nama yayasan pendiri saja, 32 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... sedangkan nama resmi TK-Paud Pelindo sekarang bernama TK-Paud Barunawati. b. Visi, Misi & Motto TK-PAUD Visi, Meningkatkan mutu pendidikan anak usia TK dan membentuk manusia yang beriman, berakhlaq mulia, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki budi pekerti yang luhur dan berprestasi. Misi, TK Barunawati membentuk manusia seutuhnya yang cerdas, jujur, gigih, disiplin dan sosial. Motto, TK Barunawati cepat tanggap, Beradaptasi, Bermain seraya belajar, Riang dan bersemangat, Aman dalam bermain. c. Cara Pembelajaran Pembelajaran di TK Baruawati menggunakan sistem kelompok dimana didalam 1 kelas anak dibagi menjadi 3 kelompok, misalnya dari 21 anak dibagi menjadi 3 kelompok jadi 1 kelompok ada 7 orang anak dan guru memberikan pembelajaran dengan menggunakan panduan Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH). d. Nama Kepala Sekolah dan Dewan Guru Kepala sekolah: Hj. Apriati, S.Pd. Dewan Guru: 1) Kelompok A: a) Yunita, A.Ma b) Juhriah c) Resti Meilisa 2) Kelompok B: a) Hj. Nurbaya, S.Pd d) Safarina, A.Ma e) Naili Hidayati, A.Ma 3) Guru PAI: Budiansyah, A.Ma e. Fasilitas/Sarana TK. Barunawati 1) Fasilitas Ruangan a) Ruangan Kantor/Kepala buah b) Ruang Kelas (1) Kelompok A: 1 Buah (2) Kelompok B: 1 Buah (3) WC/Toilet: 1 buah 2) Sarana Ruang Sekolah a) Ruang kantor (1) Meja Kepala Sekolah (2) Kursi Kepala Sekolah (3) Meja Guru (4) Kursi Guru (5) Lemari Buku Sekolah: 1 : 1 Buah : 1 Buah : 5 Buah : 5 Buah : 2 buah (6) Rak Buku : 2 buah (7) Televisi : 1 buah (8) Tape : 2 buah (9) Kotak P3K : 3 Buah 3) Ruang Kelas a) Kelompok A (1) Meja Guru : 1 Buah (2) Kursi Guru : 1 Buah (3) Lemari : 1 Buah (4) Meja Anak : 2 Buah (5) Meja Buku : 3 Buah (6) Locker : 1 Buah (7) Kipas Angin : 1 Buah (8) Rak Sepatu : 2 Buah (9) Papan Tulis : 1 Buah (10) Papan Absen : 1 Buah (11) Papan Planel : 1 Buah b) Kelompok B (1) Meja Guru : 1 Buah (2) Kursi Guru : 1 Buah (3) Lemari : 1 Buah (4) Meja Anak : 12 Buah (5) Meja Buku : 3 Buah (6) Locker : 1 Buah (7) Kipas Angin : 1 Buah (8) Rak Sepatu : 2 Buah (9) Papan Tulis : 1 Buah (10) Papan Absen : 1 Buah (11) Papan Planel : 1 Buah (12) Sarana di luar sekolah (a) Putaran (b)Perosotan (c) Jungkitan (d)Tangga Majemuk (e) Bola Dunia f. Denah Gedung Sekolah TK Barunawa-ti Banjarmasin Keterangan: 1) Kantor Kepala Sekolah & Guru 2) Kelas Kelompok A 3) Kelas Kelompok B 4) WC 5) Teras 6) Halaman Sekolah 2. Taman Kanak-kanak-Paud Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin a. Latar belakangnya Berdirinya TK-Paud Sabilal Muhtadin Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh sebuah komunitas (masyarakat) untuk memanusiakan manusia sekaligus eksistensinya dalam Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 33 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... posisinya sebagai khalifahtullah fil ardhi. Dalam kontek ini pendidikan memegang peranan penting dalam mengaktualisasikan potensi-potensi yang memiliki manusia menuju insan yang ideal yakni manusia yang beriman, berilmu, bertaqwa, beramal shaleh dan berakhlakul karimah menuju derajat yang tinggi. Pendidikan usia dini merupakan yang paling mendasar dan menempati kedudukansebagai golden-age dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Rentang usia dini dari lahir sampai usia enam tahun adalah usia kritis sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya. Artinya pada periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional dan spritual. Pada usia dini anak mulai mengenal interaksi sosial anak mulai membutuhkan teman bermain dan mulai membentuk karakter pengalaman sosial. Pada masa pembentukan karakter, pengalaman sosial amat sangat menentukan kepribadian anak setelah anak menjadi dewasa. Hasenstab dan Horner mengemukakan bahwa salah satu tujuan daripendidikan dari pendidikan anak usia dini adalah memberi pengalaman dan kesempatan dan penguasaan kemampuan pada semua bidang perkembanganuntuk meningkatkan kesempatan berhasil ketika anak memasuki jenjang pendidikan formal selanjutnya. Pendidikan anak usia dini adalah membekali dan menyiapkan anak sejak dini untuk memperoleh kesempatan dan pengalaman yang dapat membantu perkembangan selanjutnya. Inilah sekilas yang melatar belakangi berdirinya TK-Paud Yayasan Pendidikan Islam Terpadu Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin. Menyadari begitu pentingnya pendidikan anak usia dini seperti tergambar dalam perspektif-perspektif tersebut, maka upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Khususnya di tingkat lembaga pendidikan sekolah. Pendidikan yang bermutu, relevan dan memiliki daya saing merupakan dambaan semua pengurus dan pelaksana pendidikan tidak terkecuali bagi masyarakat pelayan jasa pendidikan TK-Paud Sabilal Muhtadin. b. Visi, Misi, Tujuan dan Sumber Nilai TKPaud Terpadu Islam Sabilal Muhtadin Mengacu kepada visi dan misi,tujuan dan sumber nilai Lembaga pendidikan Islam sabilal Muhtadin maka visi. Misi, tujuan dan sumber nilai PAUD Terpadu Islam Sabilal Muhtadin adalah sebagai berikut : Visi: terwujudnya PAUD Terpadu Islam yang bermutu tinggi, berdaya saing tinggi dan berakar dimasyarakat Misi: melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kesluruh aspek perkembanganya yang dimilikinya seperti afeksi, kognisi, bahasa, fisik serta sosial anak, untuk siap mengukir jenjang pendidikan selanjutnya. Tujuan: 1) Beriman danbertaqwa 2) Berakhlakul Karimah 3) Sehat Jasmani dan rohani 4) Cerdas berpengetahuan dan terampil 5) Berkepribadian dan mandiri 6) Bertanggung jawab atas perkembangan umat dan bangsa 7) Sumber Nilai: Al Qur’an, Sunnah dan Falsafah Pancasila c. Kurikulum TK-Paud Terpadu Islam Sabilal Muhtadin Kurikulum yang digunakan oleh KB dan TK Islam Sabilal Muhtadin adalah Curriculur Domain yang mengembangkan lima aspek perkembangan, yaitu: 1) Afeksi Fokus perkembangan membangun kepercayaan diri anak, kemandirian, inisiatif, tekun dalam menyelesaikan tugas, menguasai dirinya dan bisa memahami dirinya. 2) Kognisi Fokus perkembangan meliputi kemampuan konsentrasi dalam melakukan kegiatan, mampu mengenali ciri, sifat, tanda benda, kemampuan logis matematika, berfikir kritis, mampu menganalisa dan membuat kesimpulan serta belajar tentang aturan-aturan. 34 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... 3) Bahasa Fokus perkembangan meliputi kemampuan mendengarkan, menafsirkan pesan, mengekspresikan pengetahuan, membaca dan menulis. 4) Fisik Fokus perkembangan meliputi kesadaran pada tubuh, motorik kasar dan halus serta kesehatan fisik. 5) Sosial 1. Program jangka Pendek dan Menengah PAUD Terpadu Islam Sabilal Muhtadin a. Program Jangka Pendek 1) Mengadakan workshop guru dan karyawan untuk membuat program setiap tahun ajaran. 2) Mendatangkan nara sumber/tenaga ahli untuk pembinaan guru dan karyawan 3) Melaksanakan pelatihan/magang guru-guru ke sekolah al Falah Jakarta (sekolah rujukan) 4) Melaksanakan kerjasama dengan komunite sekolah dalam rangka pelaksanaan program sekolah 5) Melaksanakan kerjasama dengan sekolah dan melalui kegiatan IGTKI, KKG, HEMPAUDI, K3TK dan lainya. 6) Melaksanakan kerjasama dengan instansi terkait antara lain. Dinas pendidikan, UNLAM, IAINdan lainya. b. Program Jangka Menengah 1) Pembinaan dan peningkatan mutu SDM (guru dan karyawan) 2) Membuat inovasi dalam pembelajaran 3) Mengevaluasi setiap jenis kegiatan 4) Melengkapi setiap sarana dan prasarana 5) Melaksanakan kerjasama dengan lembaga dan instatsi lain yang terkait 6) Menjalin hubungan baik dengan orang tua/wali anak. d. Keadaan Sarana dan Prasarana Paud Terpadu Islam Sabilal Muhtadin No A Jenis Prasarana Status Gedung/ Bangunan untuk pelaksanaan kegiatan PAUD B Ruang kelas/Ruang Pembelajaran 1. Jumlah ruangan 2. Luas keseluruhan ruangan 3. Kondisi ruangan Ruang Bermain/ Halaman C D E F G Ruang Administrasi/ Kantor 1. Ruang kepala/pengelola 2. Ruang Guru/ Pendidik Kamar Mandi/ Toilet 1. Toilet Anak 2. Toilet Guru Jenis APE Luar (OUTDOOR) 1. Tangga majemuk 2. Turun naik-tangga 3. Ayunan 4. Papan Titian Jenis APE dalam ( Indoor) 1. Sentra persiapan 2. Sentra bahan alam 3. Sentra balik 4. Sentra peran besar 5. Sentra peran kecil 6. Sentra Imtaq 7. Sentra Seni e. Jumlah Siswa Keseluruhan Laki- PeremKelompok laki puan Toddler 5 3 KB. 1 6 9 KB. 2 6 6 KB. 3 4 7 KB.4 7 6 TK.A1 6 6 TK.A2 6 6 TK.A3 7 6 TK.A4 7 6 TK.A5 7 6 TK.A6 7 6 TK.B1 6 6 TK.B2 3 7 TK.B3 4 7 TK.B4 5 6 TK.B5 5 6 TK.B6 6 5 TK.B7 4 7 TK.B8 5 6 TK.B6 5 5 Jumlah 111 122 Status Milik Lembaga Yayasan 9 ruang 294 m2 Baik Ada Luas 378 m2 Ada Ada Ada Ada 2buah 1 buah 1 buah 2 buah 85 buah 60 buah 9 set 52 buah 36 buah 34 buah 14 buah Jumlah siswa 8 15 12 11 13 12 12 12 13 13 13 12 10 11 11 11 11 11 11 10 233 Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 35 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... f. Guru dan Karyawan TK-PAUD Sabilal Muhtadin No Nama Ijazah/Tempat 1 Martini, S.Pd.I. S1. PAI Al Jami 2 Siti Asyah, AK, S.Pd. S1. BK Unlam 3 Suhartini, S.Pd.I S1. PAUD Unlam 4 Mastawiah, S.Pd. S1. BK Uniska 5 Rusdiah, S.Pd.I S1. PAI Al Jami 6 Abdul Rifai, S.Pd.I S1. PAI Al Jami 7 Lailatul Qamariah, S.Pd.I. S1. PAI Al Jami 8 Mariatul Kiptiah, S.Pd S1. BK Unlam 9 Salasiah, M.Pd S2. MP. Unlam 10 Abdurrasyid, S.Ag S1. Unlam 11 Rusmin Nurian, S.Pd S1. BK Unlam 12 Lisda Ariani, S.Pd S1. BK Unlam 13 Dahliana, S.Pd S1. PAUD Unlam 14 Shafiah, SE S1. Ekonomi STIE 15 Andan Nuryati, S.Pd.I S1. PAI UNMUH Malang 16 Ana Wardini, S.Pd S1. PAUD Unlam 17 Rida Fitria, S.Sos S1. Niaga Unlam 18 Jamiah Nila Sari SMA 1 jur IPS 19 Elyana,, W. Ama D2. PGTK Unlam 20 Lisnawati, A.Ma D2. PGTK Unlam 21 Rizekia Muliyani, A.Ma D2. PGTK Unlam 22 Hj. Rahmika, A. Ma D2. PGTK Unlam 23 Sriwulan Roohanawati, A.Ma D2. PGTK Unlam 24 Eka Emelda Indriyatna, A.Ma D2. PGTK Unlam 25 Wardinah, A.MA D2. PGTK Unlam 26 Nurlina, S.Pd S1. PAUD Unlam I. Penyajian Data Penelitian 1. Pola Parenting pada PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin Parenting di pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin menekankan beberapa centra, yaitu persiapan, bermain, bercerita, penanaman kasih sayang serta kesopanan. Di bawah ini penulis akan paparkan aspek-aspek ini satu persatu. a. Pola Centra Persiapan (Kelas Besar) Persiapan yaitupola parenting yang dilaksanakan secara klasikal, pada centra ini anakmelakukan berbagai macam kegiatan disesuaikan dengan program kegiatan harian, berdasarkan hasil observasi kelompok peneliti bahwa pada centra persiapan ini bisa diisi dengan Imtaq seperti do’a-doa, pengenalan huruf hijaiyah, menghafal surah surah pendekserta berbagai amalan-amalan TMT 1997 1998 1988 1990 1991 1997 1988 1990 1997 1997 2002 1997 2002 1998 2007 2006 2006 2001 2009 2010 2010 2013 2013 2013 2013 2013 keagamaan lainya, selain itu adapula kegiatan bermain, seni serta bercerita. Centra persiapan merupakan centra pemanasan dalam memasuki centra berikutnya yang dipandu oleh masing-masing guru dalam rangka menempati centra-centra berikutnya meskipun setiap memasuki centra lainya masih ada langkah persiapan disetiap centra yang ada. b. Pola Centra Imtaq Parenting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin sama-sama melaksanakan centra Imtaq. Pada sentra ini anak dibawa ke dalam suasana Religius, bermusik dengan lagu-lagu keagamaan, mengamati video keagamaan, do’a-do’a harian, hafalan surah-surah pendek, praktek shalat. c. Pola Centra Bermain Menyadari asyiknya bermain bagi anak, PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK 36 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... Sabilal Muhtadin mengadakan banyak sekali kegiatan bermain untuk anak-anak didiknya. Permainan-permainan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sentra dan sistem rolling. Di sentra bermain ini, misalnya, anak-anak dapat bermain kartu, koran bekas, playdough, bongkar pasang, menjepit, dan lain-lain. Berdasarkan observasi penulis, anak didik mempunyai kebebasan dalam memilih permainan baik di dalam maupun di luar ruangan. Guru sebagai pengasuh hanya memberikan penjelasan cara bermain dan mengawasi anak didik mereka agar permainan tersebut lebih terarah. Ada beberapa macam permainan yang terdapat di sentra persiapan ini, yaitu:50 1) Bermain Koran bekas Masing-masing anak didik diberikan koran bekas dalam permainan ini. Kemudian mereka diajarkan untuk merobek koran secara lurus dan memanjang dengan menggunakan jari-jemarinya. Sobekansobekan tadi lalu dikumpulkan dan diremasremas sehingga membentuk bola. Kegunaan permainan ini untuk melatih tangan dan jarijemari anak agar menjadi kuat. 2) Bermain playdough Ini adalah permainan membuat benda-benda dengan bentuk sekehendak hati dengan bahan yang aman buat anak berupa campuran tepung, garam, pewarna dan sedikit air. Setelah semua bahan dicampur kemudian diaduk hingga menyerupai lilin mainan anak-anak. Anak didik boleh membentuk apa saja yang ia inginkan dan dapat dibantu dengan menggunakan cetakan yang sudah disediakan oleh pengasuh. Bahan-bahan ini dibuat sendiri agar tidak membahayakan mereka karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Adapun kegunaan permainan ini selain melatih jari-jemari anak agar kuat juga dapat mengembangkanimajinasi anak didik. 3) Bermain bongkar pasang Permainan bongkar pasang ini mengajarkan anak didik untuk bebas membuat apa saja yang ia inginkan, seperti kereta api, rumah, pesawat dan lain 50 Sentra Persiapan, Wawancara Pribadi, Paud–Tk Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin, 26 September 2012. sebagainya. Adapun guru bisa memberikan usulan kepada anak tentang apa yang mau dibuat. Setelah dibentuk anak didik bebas memainkannya. 4) Bermain jepitan Permainan ini terdiri dari jepitan baju dan gantungannya. Dalam permainan ini anak didik bebas menjepit sesuai dengan kreatifitas dan imajinasinya. Adapun kegunaan permainan ini adalah untuk melatih jari-jemarinya agar kuat dalam memegang benda dan mengasah kreatifitas dan imajinasi anak. 5) Bermain kartu Pada permainan ini anak didik mulai diperkenalkan berhitung, mengenal abjad, warna dan angka. Dalam salah satu cara memainkan permainan ini, kartu dibagikan kepada anak didik, dan selanjutnya mereka diharuskan untuk menyebutkan angka atau abjad beserta warna yang diperolehnya pada kartu tersebut. Semua kartu kemudian dikumpulkan untuk bersama-sama dibaca. Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan guru kelas PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin mengemukakan bahwa: Anak-anak yang bermain baik di luar maupun di dalam ruangan tidak dibiarkan sendiri tanpa pengawasan. Para guru terus mengarahkan dan mengawasi. Tujuan yang ingin dicapai dalam bermain yaitu disiplin, kemandirian, melatih motorik halus dan kasar dan kognitif. Permainan anak disesuaikan dengan sentra.51 Dari hasil wawancara dengan pengasuh PAUD-TKPelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadintentang bermain bagi anakanak seusia mereka, penulis menyimpulkan bahwa bermain merupakan sesuatu yang asyik dan sangat membantu dalam mengembangkan potensi kecerdasan logika anak didik. Bermain juga dapat melatih anak untuk memecahkan masalah, melatih kestabilan emosi dan merangsang anak didik untuk mengekspresikan diri secara kreatif. Khusus untuk TK –Paud sabilal Muhtadin pada sentra ini dibedakan menjadicentra peran besar yakni anak bermain dalam kelompok besar dan centra kecil yakni anak 51 Wawancara Pribadi, Paud-Tk Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin, 19 September 2013. Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 37 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... bermain dalam bentuk kelompok kecil, makanya dalam sentra besar ada 52 buah permainan sementara pada centra kecil hanya ada 36 alat permainan. d. Pola Centra Bercerita Salah satu cara pendidik memompa semangat anak didik dalam mengikuti proses pembelajaran adalah dengan bercerita. Adapun cerita di sini bisa dari pendidik dan bisa juga dari anak didik. Dengan bercerita anak-anak akan mudah tertarik untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh pengasuhnya. Pada saat anak didik tidak semangat belajar maka dengan cerita dapat memotivasi mereka, baik untuk bermain maupun belajar. Selama observasi penulis menemukan bahwa pengasuh bercerita sebelum anak didik melakukan permainan yang ada di masing-masing sentra dan ceritanya disesuaikan dengan tema yang dipelajari. Misalnya pada tema makanan dan sub temanya manfaat makanan, maka guru bercerita tentang ayam yang berjudul ‘Ayam Yang Suka Bertelur’. Sebagai ilustrasi, berikut catatan lapangan saya. Pertama pengasuh memperlihatkan sebuah buku cerita kepada anak seraya berkata, “Anak-anak, Ibu punya buku cerita, siapa yang mau dengar cerita Ibu”. Kemudian anak-anak pun langsung merespon, “Saya bu…!” jawab anak-anak spontan. “Ibu ingin bercerita tetapi (anakanak) duduk yang manis dulu”. Anak-anak pun langsung duduk dengan rapi dan mereka tidak sabar menunggu cerita dari ibu pengasuh. Sebelum bercerita, pengasuh memperlihatkan gambar-gambar yang menarik untuk memotivasi anak dalam keingintahuannya tentang isi ceritanya. “Anak-anak, siapa yang tau gambar apa ini?”, tanya Ibu Pengasuh kepada anak-anak. Karena gambar itu sudah tidak asing lagi bagi mereka lalu anak-anak serentak menjawab “Gambar ayam Bu…”. Melihat antusias anak-anak, Ibu Pengasuh tersenyum lalu menjawab seruan anak-anak “Iya betul. Terus siapa yang punya ayam di rumah?”. Zigi dan Dafi, dua anak usia dini di PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin, menjawab bersamaan “Saya bu”. Wah! Zigi dan Davi hebat ya.” Ibu pengasuh menanggapi jawaban Zigi dan Davi. “Nah! Sekarang Ibu akan bercerita”, lanjut Ibu Pengasuh. “Hari ini ibu punya cerita yang berjudul Ayam yang Suka Bertelur. Kita buka bukunya dengan perlahan dan hati-hati ya supaya tidak rusak,” kata Ibu Pengasuhnya. “Hah…! ada ayam yang sedang bertelur. Ayam ini namanya Yumi. Yumi adalah ayam yang selalu bahagia di peternakan itu karena setiap hari selalu bertelur. Ayam-ayam lain yang tahu tentang Yumi yang selalu bertelur menjadi iri, terutama Wui dan Nui. Wui adalah ayam yang paling cantik, Wui berkata “pasti Yumi makan obat pembuat telur.” “Kita pecahkan telurnya, yuk!” ajak Nui mulai jahat. “Kalau ketahuan bagaimana?” tanya Wui. Nui tersenyum, lalu membisikkan sesuatu ditelinga Wui. Sebuah rencana jahat! Kemudian Ibu Pengasuh bertanya kepada anak didiknya, “Rencana jahat apa ya yang ingin mereka lakukan? Ayo, siapa yang mau tau cerita selanjutnya? Anak-anak pun menjawab “Iya Bu…! Saya Bu…!”. Ibu guru pun meneruskan ceritanya. Suatu siang, Yumi kaget melihat telurnya pecah. “Siapa yang melakukan ini?” tanya Yumi. “Ah, barangkali pecah karena aku terlalu semangat bertelur”, kata Yumi lagi. Keesokan harinya, Yumi bertelur pelanpelan sekali. Ia tidak mau telur yang dihasilkan pecah lagi. Ternyata, telurnya lagi-lagi pecah. Yumi keluar kandang. Lalu, melihat tempat jatuhnya telur. Di ujung tempat jatuhnya telur ada paku. Buru-buru Yumi mencabut paku tersebut. “Nah! Sekarang sudah aman,” kata Yumi, “Besok telurku pasti tidak akan pecah lagi.” Besoknya, lagi-lagi telurnya pecah. Setelah dilihat, ternyata ada paku lagi di tempat jatuhnya telur. Yumi mulai curiga. Diam-diam, ia membuat rencana. Pagi-pagi sekali sebelum bertelur, Yumi pura-pura tidur. Pelan-pelan, matanya terbuka ketika melihat bayangan dua ekor ayam menuju kandangannya. Mereka adalah Wui dan Nui. “Hati-hati!” bisik Wui. “Tenang… Yumi masih tidur” kata Nui. “Sedang apa mereka?” kata Yumi dalam hati. “Apa mereka yang memasang paku? Kenapa 38 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... mereka melakukan itu, ya?”. “Pakunya sudah terpasang,” kata Nui. Lalu mereka kembali ke kandang. Yumi pura-pura baru bangun. Tanpa sepengetahuan Wui dan Nui, Yumi membuang paku yang dipasang Wui dan Nui. Yumi kembali kekandang, tidak lama kemudian bertelur. Ia tersenyum karena telurnya tidak pecah. Wui dan Nui heran mengetahui telur Yumi tidak pecah. “Wui, Nui, kalian sedang apa?” tanya Yumi. Wui dan Nui tidak menjawab. “Mau membuat telurku pecah lagi, ya?” tanya Yumi lagi. “Kenapa kalian melakukan itu?”. “Maafkan kami. Kami iri melihat kamu bisa bertelur setiap hari,” kata Wui. “Kalian juga bisa bertelur seperti aku. Syaratnya, selain makan yang teratur, kalian harus selalu bersih dan selalu gembira,” kata Yumi tersenyum. Yumi tidak marah walaupun dijahati teman-temannya malah Yumi memberi saran kepada temannya-temannya bagaimana agar bisa bertelur seperti dirinya. “Terima kasih atas nasihatmu!” kata Wui dan Nui. Sejak itu, telur Yumi tidak pernah pecah lagi”. Akhirnya Ibu Pengasuh mengakhiri ceritanya. Dalam cerita tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa jika ingin hidup sehat maka makanlah dengan teratur dan makan makanan yang bergizi serta menyehatkan. Dengan bercerita anak yang tadinya tidak terlalu semangat belajar menjadi semangat dan mendengarkan benar-benar isi ceritanya. Dalam wawancara penulis dengan guru kelas PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin mengemukakan bahwa: Dengan bercerita anak-anak dilihatkan gambar-gambar yang menarik. Sedangkan cerita disesuaikan dengan tema dan sub tema, misalnya pada tema makanan dan sub temanya manfaat makanan, maka anak diceritakan tentang manfaat makanan. Dalam cerita tersebut mengandung pesanpesan moral terapan untuk anak.52 Adapun bentuk cerita dari anak didik adalah pengasuh meminta anak didik untuk menceritakan tentang pengalamanpengalaman mereka pada liburan atau keseharian mereka. Dan dengan semangat anak didik menceritakan pengalamanpengalamannya, ada yang bercerita pergi menonton pawai di Banjarmasin, ada juga pergi jalan-jalan ke taman, dan lain sebagainya. e. Pola Kasih Sayang serta Kesopanan Dalam keseharian mereka di sekolah, anak didik bergaul dan berinteraksi dengan teman, guru maupun orang tuanya. Dalam pergaulan itu para pengasuh di PAUDTKPelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin menanamkan rasa kasih sayang serta kesopanan pada anak-anak didik mereka. Berdasarkan observasi, anak-anak dididik untuk menyayangi baik terhadap pendidik maupun pada teman-temannya. Pengasuhan dengan pola kasih sayang itu bisa dilihat di saat ada anak didik yang sedang rewel. Pengasuh akan mengajaknya beraktivitas kembali dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Adapun bentuk kasih sayang yang diberikan pengasuh, misalnya melalui belaian hangat seperti dipangku sambil mengusap-usap kepala, bujukan-bujukan lembut seperti “Nak, coba lihat teman-temannya, mereka asyik bermain. Ayo, kita bermain lagi bersamasama” dan lain sebagainya. Dalam wawancara penulis dengan guru kelas PAUD-TK Pelindo dan Paud -TK Sabilal Muhtadin mengemukakan bahwa, “[d]alam mengasuh anak didik, seorang guru membiasakan dengan perkataan lemah lembut dalam berkomunikasi kepada anak, seperti dalam menegur anak, kata ‘maaf’ yang digunakan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar anak didik tidak merasa terlalu disalahkan”.53 Kasih sayang antara sesama anak didik pun juga dapat dilihat dalam keseharian mereka di sekolah. Misalnya tidak memilih-milih teman ketika bermain, membereskan alat-alat bermain bersamasama, tidak mengejek teman dan makan bersama-sama. Adapun bentuk kesopanan yang pengasuh PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK 52 Guru Kelas, Wawancara Pribadi, Paud –Tk Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin, 20 September 2013. 53 Guru Kelas, Wawancara Pribadi, PaudTKPelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin, 24 September 2013. Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 39 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... Sabilal Muhtadin ajarkan adalah membiasakan anak didik mengucapkan terima kasih jika mendapat bantuan atau diberi makanan oleh pendidik. Hal ini terlihat ketika pengasuh meminta bantuan kepada anak didik untuk mengambilkan sesuatu sambil mengatakan “Tolong nak, ambilkan spidol itu”, setelah spidol diambilkan pendidik mengucapkan “Terima kasih ya nak.” Secara tidak langsung pendidik mengajarkan kepada anak ketika membutuhkan sesuatu, yaitu dengan mengucapkan kata ‘tolong’ dan setelah diberi pertolongan anak juga diajarkan mengucapkan kata ‘terima kasih’.54 Selanjutnya, setiap anak yang ingin memulai permainan atau kegiatan apapun, mereka akan menunggu ucapan ‘silakan’ dari para pengasuh. Jika anak melakukan kesalahan, maka anak ditegur dengan lemah lembut dan teguran itu dimulai dengan kata ‘maaf’. Hal ini bisa dilihat ketika anak tidak mau bermain bersama-sama lalu pendidik membujuknya supaya mau bermain bersama-sama, seperti “Maaf ya nak, bermainnya di sini saja bersama temanteman”.55 f. Pola Centra Bahan Alam Berdasarkan hasil observasi kami bahwa pada PAUD-TKPelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin di area centra bahan alam ini anak diajakuntuk mengenal dan mengolah bahan-bahan yang diambil dari alam seperti: daun-daunan, ranting,pohon, buah, akar, mewarna dari bahan alam yang dibuat dalam sebuah pola tertentuseperti sebuah pohon hidup yang utuh bertujuan menanamkan kecintaan anak terhadap lingkungan hidup dam macammacam tumbuhan yang ada dilingkungan sekitar anak.Perbedaanya antara kedua PAUD dan TK dia atas adalah pada PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin mereka memiliki area centra bahan alam yang luas di luar kelas sehingga centra ini sering dilakukan di Kebun Kota Banjarmasin yang masih menyatu tempatnya dengan komplek Sabilal Muhtadin. Sementara pada PAUD54 Guru Kelas Paud-Tk Pelindo dan PAUDTK Sabilal Muhtadin, op.cit., 20 September 2013. 55 Guru Kelas Paud –Tk Pelindo dan PAUDTK Sabilal Muhtadin, op.cit., 24 September 2013. TKPelindo cukup dilaksanakan didalam kelas dan hanya membawa bahan-bahan alam dari luar ke dalam kelas karena mereka tidak memiliki lokasiyang strategis untuk dibawa ke dalam lingkungan alam yang sebenarnya seperti di pada Paud-TK Sabilal Muhtadin. Kemudian pada bagian ini dapat dikemukakan pula contoh persiapan belajar mengajar pada TK PAUD Pelindo dan Sabilal Muhtadin sebagai berikut: Proses Belajar Mengajar dari Kegiatan Awal Sampai Akhir - Tema/Sub Tema : Air, Udara dan Api/ Asal Air - Kelompok :A - Semester/Minggu : II/11 I. Kompetensi a. Anak terbiasa membaca do’a setiap mengawali kegiatan b. Anak mampu memahami cerita yang dibacakan c. Anak mampu melakukan gerakan antisipasi d. Anak mampu mengenal lambang bilangan e. Anak dapat mengetahui konsep banyak dan sedikit f. Anak mampu mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit. II. Indikator a. Berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan (NAM) b. Mendengarkan cerita sederhana (B) c. Berjalan maju pada garis lurus (F) d. Menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan bendabenda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis) (K) e. Menunjukkan dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit (K) f. Menyanyi 15 lagu anak-anak (F) III. Tujuan Pembelajaran a. Membiasakan anak berdo’a sebelum belajar dan membaca surah-surah pendek dengan benar b. Anak mendengarkan cerita sederhana c. Anak dapat berjalan maju pada garis lurus 40 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... d. Anak dapat menghubungkan jumlah gambar dengan lambang bilangannya e. Anak dapat menunjukkan dua kumpulan benda yang lebih banyak dan lebih sedikit f. Anak dapat menyanyi 15 lagu anakanak IV. Materi Pembelajaran a. Membaca do’a sebelum belajar “Rabbi Jidni Ilma Warjukni Fahma” dan membaca surah-surah pendek (Al-fatihah, Al-ikhlas, Al-falaq dan An-nas) b. Bercakap-cakap mengenai tentang asal air c. Pemberian tugas berjalan maju pada garis lurus sambil membawa gelas berisi air d. Pemberian tugas, memasangkan gambar gelas berisi air dengan lambang bilangannya. e. Pemberian tugas menghubungkan jumlah gambar gelas berisi air dengan lambang bilangannya. f. Pemberian tugas menunjukkan lebih banyak dan lebih sedikit air yang ada di gelas. g. Praktek langsung menyanyi lagu “Air” Adapun Skenario kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal ± 30 Menit a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kepada anak-anak dilanjutkan dengan membaca do’a belajar dan surah-surah pendek b) Guru mempersiapkan alat dan bahan/media pembelajaran c) Guru memeriksa kehadiran anak d) Guru menjelaskan tentang asal air 2)Kegiatan Inti ± 60 Menit a) Guru meminta anak untuk mempraktikkan berjalan maju pada garis lurus sambil membawa gelas berisi air b) Guru meminta anak untuk menghubungkan jumlah gelas berisi air dengan lambang bilangannya. c) Guru meminta anak untuk menunjukkan lebih banyak dan lebih sedikit air yang ada di gelas. 3)Kegiatan Akhir ± 30 Menit a) Guru meminta anak untuk menyanyi lagu “Air” b) Guru menanyakan apa komentar anak setelah melakukan kegiatan c) Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi mengenai kegiatan hari ini d) Guru menutup pelajaran dengan membaca do’a pulang dan mengucapkan salam. 4) Pelaksanaan Tindakan a) Kegiatan Awal Dalam kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam kepada anak dilanjutkan dengan membaca do’a belajar dan surah-surah pendek. Kemudian guru menyiapkan alat dan bahan/media pembelajaran seperti buku paket, gambar gelas, gelas, air, lembar kegiatan anak (LKA). Setelah itu guru memeriksa kehadiran anak, lalu guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan tema. b) Kegiatan Inti Guru meminta anak untuk mempraktekkan berjalan maju pada garis lurus sambil membawa gelas berisi air, setelah itu guru meminta anak untuk menghubungkan jumlah gambar bilangan dengan lambang bilangannya. Dan kegiatan selanjutnya guru meminta anak untuk menunjukkan lebih banyak dan lebih sedikit air yang ada digelas. c) Kegiatan Akhir Guru meminta anak untuk menyanyi lagu “Air”. Kemudian guru memberikan kesimpulan dan evaluasi mengenai kegiatan hari ini, guru menutup pelajaran dengan membaca do’a pulang dan mengucapkan salam. Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 41 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Parenting pada PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin a. Faktor Tenaga Pengasuh Jumlah seluruh guru PAUD-TK Pelindo ada Tujuh orang yaitu terdiri dari satu orang kepsek dan enam orang guru sentra. Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin ada 24 orang yaitu terdiri dari satu orang kepsek dan 26 orang guru sentra. Untuk mengetahui faktor dari tenaga pengasuh, bisa dilihat dari latar belakang pendidikan, kepribadian pengasuh, kompetensi pengasuh dan yang terakhir pengalaman mengajar. 1) Latar Belakang Pendidikan Latar belakang pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan terakhir para pengasuh PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Meskipun demikian, tentu penulis juga harus memperhatikan latar belakang pendidikan para pengasuh PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui wawancara dengan Kepala Sekolah, yang diperkuat dengan sejumlah dokumen, para pengasuh ternyata memiliki latar belakang pendidikan yang menunjang dalam proses pembelajaran di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Walaupun sebagian pengasuh masih ada yang hanya lulus SLTA, namun mereka tengah berada dalam masa pendidikan S-1 PGTK yang dibeyai oleh beaya siswa Kementerian Pendidikan Nasional di samping itu mereka juga sering mengikuti pelatihan-pelatihan terkait PAUD dan penerapan pembelajaran sentra. Para nara sumber dalam training-training tersebut tentu juga merupakan orang yang ahli dibidangnya dan di datangkan langsung oleh pihak yayasan dengan bekerjasama baik kepada Kementerian Agama Kota maupun Kementerian Pendidikan Nasional kota Banjarmasin serta Kantor Wilayah Kalimantan Selatan. Ada juga kegiatan studi banding yang diikuti oleh para guru ke sekolah yang lebih dulu menerapkan sistem sentra. 2) Kepribadian Pengasuh Seorang pengasuh, di samping sebagai orang yang memberikan pendidikan dan pengasuhan, pengasuh juga berfungsi sebagai panutan. Oleh karena itu kepribadian merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang pengasuh. Untuk itu, seorang pengasuh harus memiliki kepribadian yang cocok bagi pendidikan dengan keteladanan. Penulis memperhatikan kepribadian para pengasuh ini melalui tindak-tanduk mereka sehariharinya semasa memberikan pengasuhan terhadap anak didiknya di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Melalui observasi, penulis melihat bahwa semua pengasuh perempuan di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin menggunakan busana muslim yang rapi. Dengan busana muslim yang rapi, selain menghormati dirinya sendiri, dia juga menghormati orang yang ada di sekitarnya. Para guru juga bersikap sabar dan bijaksana, ketika menghadapi anak-anak didiknya yang sedang rewel. Adapun yang dilakukan oleh pengasuh terhadap anak tersebut adalah memangku anak itu dan menanyakan dengan lemah lembut dengan perkataan, “Sayang, kenapa rebahan, ngantuk ya? Cuci muka yuk supaya tidak ngantuk lagi”. Anak itu pun menggelengkan kepalanya dan pengasuh menanyakan kembali, “Apa Raffa ada masalah?” Anak yang ditanya itu bernama Raffa dan ia hanya diam. Pengasuh tidak memaksakan jika anak tidak mau beraktifitas setelah dibujuk. Selama pengasuh membujuk anak yang sedang rewel, anak yang lain tetap diperhatikan dan dipegang oleh guru yang satunya. Secara umum para guru berkata dengan lemah lembut dan sopan baik kepada anak didik, pengasuh lainnya dan orang tua murid. 3) Kompetensi Pengasuh Seorang pengasuh selain memiliki kualifikasi akademik, juga harus mempunyai kompetensi. Kompotensi yang dimaksud yaitu kemampuan pengasuh dalam mengelola anak didik baik di dalam maupun di luar ruangan. Jika pada proses pengasuhan berjalan lancar berarti itu sudah 42 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... membuktikan bahwa pengasuh mempunyai kompetensi dalam mengasuh anak didiknya. Di lingkungan sekolah, lingkungan belajar yang baik tergantung bagaimana para pengasuh dalam mengelola kelas mereka dengan baik, dan ini tidak mungkin terjadi jika para pengasuh di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin tidak memiliki kemampuan atau kompetensi dalam mengelola proses pengasuhan. Berdasarkan observasi, ketika memasuki ruangan belajar, penulis menyaksikan sebuah ruangan yang tertata rapi, indah dan menyenangkan. Anak-anak duduk dengan rapi membentuk lingkaran dan lesehan. Tingkah laku anak didik di PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin yang penurut dan mudah diajak berkomunikasi juga memberikan indikasi bahwa para pengasuh mereka berkompeten dalam memberikan pengasuhan yang baik. 4) Pengalaman Mengajar Sebagaimana pepatah lama mengatakan experience is the best teacher (pengalaman adalah guru terbaik), bagi seorang pengajar pengalaman mengajar sangat mempengaruhi proses pengasuhan yang mereka laksanakan. Semakin lama dia mengajar maka semakin berpengalaman pula dia dalam mengasuh anak didiknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Tata Usaha yang diperkuat dengan dokumen sekolah diketahui bahwa sebagian besar pengasuh di PAUD-TKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin sudah cukup lama mengajar di sana, yaitu minimal sekitar 5 tahun keatas lebih bahkan ada yang sudah lebih sepuluh tahunan. Kesenjangan para guru dalam lama atau tidaknya mereka mengajar ini sudah dapat diatasi dengan adanya pelatihan-pelatihan dan juga studi banding ke sekolah yang lebih maju. b. Faktor Anak Didik Untuk murid PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. pada tahun ajaran 2013/2014 secara keseluruhan Untuk TK Pelindo berjumlah 58 orang yang terdiri dari 32 orang laki-laki dan 23 orang perempuan. Sementara untuk Paud-TK Sabilal Muhtadin berjumlah 48 orang yang terdiri dari16 orang laki-laki dan 32 orang perempuan Untuk lebih jelasnya lagi tentang keadaan murid PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin pada tahun pelajaran 2013/ 2014. Selain faktor pendidik, anak didik juga ikut mempengaruhi jalannya proses pengasuhan. Untuk itu faktor anak didik dapat dilihat dari segi minat beraktifitas anak, kondisi anak dan faktor lingkungan anak. 1) Minat Beraktifitas Anak Proses lancarnya pengasuhan anak di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. tentu tidak bisa lepas dari faktor anak itu sendiri, karena anak merupakan subjek dan objek dalam proses pengasuhan. Berdasarkan hasil observasi, anak didik terlihat senang mengikuti proses pengasuhan. Hal ini terbukti dengan terlihatnya anak didik yang senang dalam bermain dan hampir semuanya merespon positif dalam proses pengasuhan. 2) Kondisi Anak Untuk mengetahui pengaruh kondisi anak didik ini dapat dilihat dari kondisi fisik dan psikisnya. Apakah mereka mempunyai cacat fisik atau malah memiliki gangguan mental,atau bisa juga mereka dalam keadaan sehat atau sakit, kesemuanya ini tentu juga sangat mempengaruhi terhadap jalannya proses pengasuhan anak. Saat observasi di lapangan, penulis melihat bahwa kondisi fisik dan psikis anakanak didik PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Ketika mengikuti proses pengasuhan dalam keadaan baik dan normal. Tidak nampak adanya anak yang cacat tubuhnya, mempunyai keterbelakangan mental atau mengalami gangguan psikis lainnya. Mereka juga terlihat bersemangat dan penuh perhatian saat mengikuti proses pengasuhan, itu juga menunjukkan bahwa kondisi mereka dalam keadaan sehat. Namun bukan berarti mereka tidak pernah sakit, bagi mereka yang sakit diizinkan untuk tidak mengikuti proses pengasuhan di sekolah, atau dengan kata Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 43 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... lain mereka dibolehkan untuk tidak masuk sekolah.56 3) Kondisi Lingkungan Anak Yang dimaksud lingkungan dalam penelitian ini adalah lingkungan di PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Lingkungan di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin juga merupakan salah satu faktor penunjang dalam berhasil atau tidaknya proses pengasuhan anak. Lingkungan yang bersih dan tenang akan menyebabkan akal fikiran anak didik menjadi lebih rileks dalam proses pengasuhan. Berdasarkan hasil observasi yang penulis temukan, bahwa lingkungan di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal MuhtadinBanjarmasin ini cukup bersih dan tenang, baik di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini terbukti ketika dalam proses observasi penulis melihat bahwa (di dalam) ruangan itu penuh dengan gambargambar dengan berbagai bentuk yang berwarna-warni dan bersih. Di luar ruangan (halaman sekolah) pun juga begitu, terdapat pohon yang rindang, banyaknya alat bermain dan lingkungan yang bersih. c. Faktor Sarana Prasarana Dalam upaya memperlancar pendidikan pada anak didik tentu faktor sarana dan prasarana sangat berperan dalam proses pengasuhan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai maka proses pengasuhan anak tentu akan lebih optimal. Dari observasi yang penulis lakukan, faktor sarana dan prasarana ini sudah mencukupi. PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin memiliki fasilitas yang sudah bisa memenuhi kebutuhan proses pengasuhan. Walaupun ada permainan yang sedikit rusak, tetapi itu masih bisa digunakan untuk bermain. 56 J. Analisis Data 1. Parenting pada Kelompok Bermain (KB) di PAUD Mutiara Landasan Ulin Banjarbaru Bagian ini akan menganalisis empat aspek parenting di PAUD-TKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Pertama, metode pengasuhannya; kedua, sifat pola asuhnya; ketiga, apakah prinsip perkembangan anak diperhatikan dalam pengasuhan; dan keempat, apakah tiga aspek pendidikan dalam pengasuhan dipenuhi. Analisis pertama adalah mengenai metode pengasuhan yang digunakan di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal MuhtadinBanjarmasin.Penulis menemukan beberapa metode yang dipakai agar proses pengasuhan berjalan sesuai harapan dan tidak bertentangan dengan prinsip perkembangan anak. Metode-metode terse-but adalah bermain, bercerita dan menanamkan nilai-nilai kasih sayang serta kesopanan sejak dini. Pilihan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan pada kajian teoritis. Langkah yang ditempuh lembaga ini sangat tepat karena proses tumbuh dan kembang anak tidak sama dengan proses hidup orang dewasa. Melalui bermain, bercerita dan dengan perilaku kasih sayang serta kesopanan para pengasuh lebih mudah untuk menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, sifat saling tolong-menolong dan rasa tanggungjawab sejak dini. Aspek kedua yang dianalisis adalah sifat dari pola asuh yang diterapkan di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Pola asuh yang tepat diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai: mencetak anak-anak didik yang berkualitas baik dari segi pengetahuan maupun sosialnya. Dari hasil wawancara dan diperkuat dengan observasi, penulis menyimpulkan bahwa pengasuh di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin menerapkan pola asuh demokratis. Dalam proses pengasuhan, yang penulis temukan adalah anak didik bebas memilih permainan yang mereka inginkan dan pendidik hanya mengarahkan serta mengawasinya. Anak didik juga sering diajak berkomunikasi, bercerita dan bermain bersama. Anak didik Ibid. 44 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... ditegur secara lemah lembut jika melakukan kesalahan dan kemudian diarahkan kepada yang benar. Penulis tidak menemukan adanya dua pola asuh yang lain, yaitu pola asuh otoriter dan permisif. Hal ini bagus sekali karena baik pola asuh otoriter apalagi permisif sangat tidak tepat untuk anak usia dini. Menurut teori, hanya pola asuh demokratis yang tidak menghasilkan dampak buruk. Selanjutnya, pengasuhan di PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin telah dilandasi prinsip-prinsip perkembangan anak. Dalam penelitian ini, ada enam prinsip perkembangan anak yang dianggap penting. Pertama, kebutuhan fisik anak terpenuhi. Anak-anak di PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin merasa aman dan nyaman dalam lingkungannya. Ketika anak datang ke sekolah, mereka sudah sarapan dan di KB mereka kembali mendapat makanan. Anak juga merasa aman dan nyaman ketika berada dalam lingkungan sekolah yang bersih dan selalu diawasi serta dijaga. Prinsip perkembangan kedua adalah anak belajar terus-menerus. Pada PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, permainan yang beraneka ragam dengan satu tujuan pembelajaran cenderung diulangulang sampai anak-anak benar-benar bisa atau paham. Prinsip ketiga, minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak. Hal ini disadari sepenuhnya oleh pengelola PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin sehingga mereka menggunakan pendekatan sentra. Selain untuk mengetahui minat anak, sistem sentra membuat anak tekun dan termotivasi dalam belajar. Prinsip keempat yang disadari dalam pengasuhan adalahbahwa anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebayanya. Anak didik diajarkan cara berinteraksi yang baik dengan orang tuanya, guru atau temannya, yaitu dengan cara berkata lemah lembut, tidak meninggikan suaranya, dan saling sayang-menyayangi. Prinsip kelima, perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai perbedaan indivi- du. Ada anak yang cepat dan ada juga yang lambat dalam menerima sesuatu yang diajarkan oleh pengasuhnya. Oleh sebab itu, para pengasuh PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin.bagi anak yang lambat diadakan remedial. Dan prinsip perkembangan yang terakhir yaitu anak belajar dari hal-hal yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, dari yang berupa gerakan ke bahasa verbal, dan dari diri sendiri ke interaksi dengan orang lain. Pada sentra bahan alam misalnya, anak dikenalkan warna dasar dulu kemudian dicampurkan warna-warna itu sehingga menghasilkan warna yang baru. Pada sentra bermain peran, anak dikenalkan sayur-sayuran dengan bentuk sayuranyang asli, bukan tiruan. Di sentra ini anak juga memerankan ibunya yang sedang memasak dan kemudian pada pertemuan berikutnya anak memerankan seorang ibu yang sedang bercakap-cakap. Anak dibiasakan berbicara dengan sopan sehingga mereka terbiasa berinteraksi dengan orang tuanya, para pengasuh dan teman-temannya. Akhirnya, selain keenam prinsip perkembangan tersebut, tiga aspek pendidikan juga dipenuhi oleh para pengasuh kepada anak didiknya. Pertama, aspek pedagogis yaitu para ahli didik memandang manusia sebagai makhluk yang memerlukan pendidikan. Meskipun anak usia 2-4 tahun sangat sulit sekali diasuh dan dididik, pengasuh di PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin memilih permainan yang sesuai dengan usia perkembangan anak. Misalnya anak dikenalkan warna melalui meronce, anak bisa membuat kalung, gelang dan lain-lain dengan berbagai warna. Kedua, aspek sosiologis dan kultural. Pengasuh mengajarkan kepada anak didik cara bersosialisasi baik kepada orang tua, guru dan teman sebaya. Mereka mengajarkan berbicara yang sopan dan mengenalkan kesantunan dalam interaksi. Ketiga adalah aspek tauhid. Sebagai bagian dari umat yang beragama Islam, anak-anak di PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin dibiasakan dengan berbagai macam tingkah laku Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 45 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... islami. Misalnya, mengucap salam ketika datang ke sekolah dan pulang sekolah, membaca do’a sebelum dan sesudah belajar, baca do’a sebelum dan sesudah makan, membaca surah-surah pendek, bersalaman kepada guru dan lain-lainnya. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, penulis berpen-dapat bahwa proses pengasuhan pada PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Ini sudah berjalan dengan baik. Ini terbukti dari keenam prinsip perkembangan anak dan ketiga aspek pendidikan sudah terlaksana. Adapun penggunaan pendekatan sentra dan lingkaran, ini sangat bagus sekali diterapkan untuk anak usia dini. Kegunaan sentra itu sendiri yaitu untuk mengetahui bakat anak, agar anak tidak jenuh dan untuk memotivasi anak dalam belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa parenting atau dengan kata lain pola asuh anak pada Kelompok Bermain PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, sudah sangat bagus. Meskipun belum sempurna -karena tidak ada yang sempurnanya di dunia ini-, namun proses pengasuhan di PAUD-TKPelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Parenting pada PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin Dalam melaksanakan tugas mengasuh, ada banyak aspek yang turut berpengaruh. Selain empat aspek pengasuhan yang telah dianalisis sebelumnya, faktor para pengasuh juga sangatlah berperan. Pengetahuan, kecakapan dan keterampilan seorang pengasuh sangat mendukung keberhasilan pendidikan. Lebih lanjut, pengasuhan yang baik adalah pengasuhan yang mendapat dukungan dari semua faktor, termasuk fasilitas yang layak serta lingkungan yang aman dan nyaman. Pengasuh merupakan salah satu faktor penentu berhasil atau tidaknya sebuah pengasuhan. Seorang pengasuh yang baik adalah dia yang selalu siap dalam pengasuhan. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh para pengasuh di PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, sudah dianggap cukup untuk memberikan pengasuhan terhadap anak didik mereka. Meskipun masih ada yang masih lulusan SLTA namun mereka suda dibekali dengan seminar-seminar serta pelatihan-pelatihan tentang pendidikan anak. Hal ini tentu sangat mendukung dalam rangka meningkatkan kualitas pengasuhan. Pengasuh juga merupakan orang yang paling dekat dengan anak didiknya, sehingga tingkah laku pengasuhlah yang paling sering ditiru oleh anak-anak. Dengan berpakaian yang islami serta bersikap sopan para pengasuh PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, sudah dapat memberikan keteladanan yang baik terhadap anak didiknya. Para pengasuh PAUD-TKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, juga dianggap mampu dalam mengelola kelas karena karena anak-anak merasa betah dan nyaman berada di ruangan tersebut. Proses pengasuhan akan berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan jika para pengasuh dapat memberikan pengasuhan dengan baik dan benar. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh pengalamanpengalaman pengasuh selama memberikan pengasuhan. Berdasarkan wawancara dan observasi serta diperkuat dengan dokumendokumen sekolah, penulis menyimpulkan bahwa para pengasuh PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, sudah berpengalaman dalam memberikan pengasuhan. Hal ini dibuktikan ketika penulis melakukan observasi di sebuah rungan belajar mereka, di sana anakanak terlihat antusias dalam mengikuti proses pengasuhan. Di samping pengasuh, faktor anak didik juga sangat berpengaruh. Minat beraktifitas, kondisi anak serta kondisi lingkungan belajarnya sangat mempengaruhi proses pengasuhan. Anak didik akan merasa senang dan betah berada di suatu sekolah yang memberikan apa yang mereka inginkan. Pada PAUD-TKPelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, memiliki minat beraktifitas yang tinggi. Hal ini dapat 46 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... dibuktikan dengan rasa senangnya anak dalam mengikuti permainan-permainan yang diadakan pihak PAUD. Kondisi anak juga mempengaruhi. Kondisi anak PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin,dalam keadaan baik fisiknya maupun mentalnya. Selain itu kondisi lingkungan juga sangat mendukung. PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, mempunyai lingkungan yang bersih dan anak merasa aman. Selain faktor-faktor pengasuh dan anak didik, faktor sarana dan prasarana juga sangat berpengaruh terhadap proses pengasuhan anak. Ruang belajar yang terlihat rapi, penuh dengan hiasan dan gambar-gambar mendukung proses pengasuhan. Alat-alat bermain yang tertata rapi, lingkungan sekolah yang bersih, indah dan sejuk serta tenang membuat anak-anak betah dan senang berada di sana. Dikatakan sejuk karena di halaman sekolah terdapat pohon yang bisa melindungi anak dari panasnya terik matahari, dan dikatakan aman karena jauh dari keramaian orang dan bisingnya suara motor. Ruang belajarnya juga mempunyai kipas angin dan ventilasi serta jendela yang selalu terbuka di saat jam sekolah, sehingga memudahkan keluar-masuknya udara. Lancarnya sirkulasi udara ini juga menyebabkan suhu ruangan menjadi tidak pengap. Berdasarkan hasil observasi dan dokumenter penulis menyimpulkan bahwa sarana dan prasarana pada PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai. K. Simpulan Pola Parenting pada PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, yakni pola centra persiapan, pola centra Imtaq, pola centra bermasin, pola centra bercerita, pola pengasuhan kasih sayang serta pola centra bahan alam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan di PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin: tenaga pendidik, anak didik dan sarana-prasarana. Tenaga pendidik di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin sudah memiliki kriteria pendidik yang baik. Mereka memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama minimal sekitar 5 tahun, kecuali TK-Paud Sabilal Muhtadin ada 4 orang yang baru satu tahun masa kerja akan tetapi latar belakang mereka sangat relevan yakni S1 dan DII PGTK, pengetahuan, kecakapan serta keterampilan yang bagus dalam mendidik anak-anak. Dengan kata lain, mereka kompeten untuk mengasuh anak-anak usia dini. Tidak aneh jika PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin berhasil mewujudkan aspekaspek penting dalam pengasuhan yang telah disebutkan di atas. Anak-anak usia dini yang diasuh secara umum menunjukkan keaktifan dan rasa senang saat berada di PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin mereka asyik bermain di sentra-sentra, antusias mendengarkan ceritacerita sarat pesan moral, serta belajar sopan santun dan tanggung jawab. Kondisi fisik dan mental mereka yang sehat memungkinkan mereka untuk aktif bergerak dan belajar. Umumnya, sarana dan prasarana yang terdapat pada PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. sudah memadai. PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin. memiliki bangunan yang di dalamnya terdapat beberapa ruangan untuk sentrasentra. Tiap-tiap sentra ditata dengan baik, dijaga kebersihannya dan menawarkan alatalat bermain yang berbeda-beda. Sentra bahan alam misalnya, selain bersih, memiliki berbagai macam gambar dengan banyak warna di dinding-dindingnya serta menyediakan alat-alat bermain yang menarik. Kesemuanya itu membuat anak didik merasa senang dan betah berada di ruangan tersebut. Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 47 Raihanatul Jannah, Pola Parenting ... DAFTAR PUSTAKA Al Naisabury, Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusairy, Shahih Muslim. Beirut, Darul alFikr, Juz ke.2, 2005. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, PsikologiPerkembangan. Jakarta, PT. Rineka Cipta, Cet. ke1, 2005. Amirul Hadi dan H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung, Pustaka Setia, 2005. Anonim, Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen & Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS. Bandung, Fermana, 2006. Ash-Shubbi, Abdullah Muhammad, Seni Mendidik Dan Mengatasi Masalah Perilaku Anak Secara Islami. Jakarta, Pustaka Al-Fadhilah, Cet. ke-1, 2010. Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya. Surabaya, PT. Mahkota, 2000. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ke III. Jakarta, Balai Pustaka, 2005. ______, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi ke III. Jakarta, Balai Pustaka, 2006. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anaka Usia Dini, Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers dan Circles Time (BCCT)” (Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran) Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta, 2006. Fathoni, Abdurrahman, Metode Penelitian dan Teknik Penyusuan Skripsi. Jakarta, Rineka Cipta, 2006. Hapidin, dkk., Manajemen Pendidikan TK. Jakarta, Universitas Terbuka, 2006. IAIN Antasari, Pedoman Akademik IAIN Antasari Banjarmasin. Banjarmasin, Antasari Pers, 2007. Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cet. ke-3, 2009. Montolalu, B.E.F., dkk., Bermain dan Permainan Anak. Jakarta, Universitas Terbuka, 2008. Muda, Ahmad A.K., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Jakarta, Reality Publisher, Cet. ke-1, 2006. Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Format PAUD: Konsep, Karakteristik, dan implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, Cet. ke-1, 2012. Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta, Rineka Cipta, Cet. ke-2, 2003. 48 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977