pola parenting pada paud

advertisement
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
POLA PARENTING PADA PAUD-TK PELINDO
DAN PAUD-TK SABILAL MUHTADIN
KOTA BANJARMASIN
Raihanatul Jannah*
Abstrak
Pola Parenting pada Paud-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, yakni pola
centra persiapan, pola centra Imtaq, pola centra bermain, pola centra bercerita, pola pengasuhan
kasih sayang serta pola centra bahan alam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengasuhan, yaitu
tenaga pendidik, anak didik dan sarana prasarana. Tenaga pendidik sudah memiliki kriteria
pendidik yang baik. Mereka memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama minimal sekitar 5
tahun, kecuali TK-Paud Sabilal Muhtadin ada 4 orang yang baru satu tahun masa kerja akan
tetapi latar belakang mereka sangat relevan yakni S1 dan DII PGTK, pengetahuan, kecakapan
serta keterampilan yang bagus dalam mendidik anak-anak. Dengan kata lain, mereka
berkompeten untuk mengasuh anak-anak usia dini. Tidak aneh jika Paud-TK keduanya berhasil
mewujudkan aspek-aspek penting dalam pengasuhan yang telah disebutkan di atas.
Sarana dan prasarana sudah memadai, yaitu memiliki bangunan yang di dalamnya terdapat
beberapa ruangan untuk sentra-sentra. Setiap sentra ditata dengan baik, dijaga kebersihannya dan
menawarkan alat-alat bermain yang berbeda-beda. Sentra bahan alam misalnya, selain bersih,
memiliki berbagai macam gambar dengan banyak warna di dinding-dindingnya serta
menyediakan alat-alat bermain yang menarik. Kesemuanya itu membuat anak didik merasa
senang dan betah berada di ruangan tersebut.
Kata Kunci: Parenting, persiapan, bermain, bercerita, dan kasih sayang
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Darling (1999) pola asuh
(parenting) adalah suatu aktifitas yang
kompleks yang meliputi beberapa tingkah
laku spesifik yang bekerja secara sendirisendiri maupun bersama-sama untuk mempengaruhi anak. Pengertian parenting menurut Gunarsa (1995) adalah cara orang tua
bertindak sebagai orang tua terhadap anakanaknya dimana mereka melakukan
serangkaian usaha aktif.1
Parenting adalah perlakuan orang
tua dalam rangka memenuhi kebutuhan,
memberi perlindungan dan mendidik anak
dalam kehidupan sehari-hari (Meichati,
1978). Menurut Gunarsa (1989) keluarga
merupakan lingkungan kehidupan yang
dikenal anak untuk pertama kalinya, dan
*Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Antasari Banjarmasin.
1
Repository.
Usu.ac.id/bitstream/123456789/16321/4/Chapter II.
h. 29.
untuk seterusnya anak belajar di dalam kehidupan keluarga. 2
Berdasarkan uraian di atas maka
dapat diambil pemahaman bahwa pola asuh
adalah serangkaian usaha aktif yang diterapkan oleh orang tua maupun pengganti orang
tua dalam berinteraksi dengan anakanaknya, meliputi cara mendidik, memberkan perlindungan, perhatian, aturan-aturan,
hadiah atau hukuman, serta tanggapan
terhadap anaknya dalam kehidupan seharihari.
Perenting memang kewajiban azasi
orang tua terhadap anaknya, idealnya
penangananya pun dialaksanakan langsung
oleh orang tua, akan tetapi di kota-kota besar
termasuk Banjarmasin parenting tersebut
sebagian ada yang ditangani oleh PAUD.Hai
ini memang tuntutan keadaan dimana
masing-masing orang tua baik bapak
maupun ibu keduanya sibuk bekerja dari
pagi hingga sore bahkan sampai malam.
2
Ibid., h. 30.
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 19
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
Dengan kesibukan bekerja makapelaksanaan
parenting berada pada penanganan PAUD
agar pendidikan, perlindungan, perhatian,
etika dan interaksi sosial anak bisa berjalan
searah dengan harapan dan keinginan orang
tua yakni menjadikan anak sebagai anak
shaleh yang thaat dengan orangtua serta
berbakti kepada agama nusa dan bangsa.
Beranjak dari kondisi seperti itu
maka parenting yang dilaksanakan di PAUD
menjadi sangat penting karena pada
hakekatnya siapapun yang terlibat dalam
penanganan parenting mengemban kewajiban yang mulia sebagaimana kewajiban orang
tua asuhnya sendiri terhadap anaknya.
Sedemikian mulianya tugas parenting ini di
dalam surah At-Tahrim ayat: 6 Allah
menyindir dengan firman-Nya sebagai
berikut:
ِ
ِ َّ
‫ود اها‬
ُ ُ‫ين اآمنُوا قُوا أانْ ُف اس ُك ْم اوأ ْاهلي ُك ْم اَن ًرا اوق‬
‫اَي أايُّ اها الذ ا‬
ِ ٌ ‫اْلِجارةُ علاي ها مالئِ اكةٌ ِغال‬
‫صو ان‬
ُ ‫ظ ش اد ٌاد ال يا ْع‬
‫َّاس او ْ ا ا ا ْ ا ا‬
ُ ‫الن‬
)٦( ‫اَّللا اما أ اامارُه ْم اويا ْف اعلُو ان اما يُ ْؤام ُرو ان‬
َّ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan
batu;
penjaganya
malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap
apa
yang
diperintahkan-Nya
kepada
mereka
dan
selalu
mengerjakan
apa
yang
diperintahkan.”(QS. At Tahrim: 6)
Berdasarkan ayat di atas, maka
istilah lain dari parenting ini menurut
konsep Islam adalah pendidikan dalam
keluarga. Pendidikan keluarga menjadi amat
penting dan sangat menentukan bagi
keselamatan seorang kepala keluarga dan
anak-anaknya yakni keselamatan dari siksa
api
neraka.
Mengingat
pentingnya
pendidikan parenting/pendidikan keluarga
ini maka sudah semestinya orang tua yang
tidak bisa sepenuhnya menangani anak di
rumah atau pendidikan informal meminta
bantuan kepada pihak lain agar kewajiaban
tersebut bisa dilaksanakan sesuai dengan
amanat Allah sebagaimana yang telah
disebutkan di atas. Lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu
alternatifnya yang bisa membantu orang tua
dalam rangka mengemban kewajiban
terhadap pendidikan dan pengasuhan anak di
dalam keluarga (informal). Seperti apa
PAUD ini dilaksanakan khususnya di Kota
Banjarmasin maka kelompok peneliti
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan mencoba
mengangkat judul proposal penelitian, yaitu:
POLA PARENTING PADA PAUD-TK
PELINDO DAN PAUD-TK SABILAL
MUHTADIN KOTA BANJARMASIN.
B. Definisi Operasional
Untuk mempertegas permasalahan
guna menghindari kesalahpahaman judul
penelitian yang penulis susun, maka perlu
penulis tegaskan untuk membatasi istilah
yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Pola
Pola.3 Yang penulis maksudkan adalah
bentuk, model parenting pada PAUD.
2. Parenting
Parenting adalah proses interaksi
berkelanjutan antara orang tua dan anakanak mereka yang meliputi aktivitasaktivitas berikut: memberi makan
(nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anakanak ketika mereka bertumbuh.4
3. PAUD
PAUD adalah pendidikan berbasis
keluarga yang merupakan suatu bentuk
layanan pendidikan anak usia dini yang
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan
formal keluarga. Layanan pendidikan
dilaksanakan secara tidak terstruktur
meskipun interaksi yang dialaksanakan
tetap berbasis pada upaya untuk
mengembangkan semua potensi kecerdasan anak. Oleh karena itu PAUD
berbasis keluarga merupakan pendidikan
informal.
Dimaksud dengan judul di atas
adalah penulis ingin mengetahui pola
parenting pada PAUDyang meliputiprogram
parenting, aplikasi pola parentingserta
kendala yang dihadapi dalam aplikasi
3
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 61.
4
Jane B. Brooks,TheProcess of Parenting,
(Third ed.: Mountain View: Mayfield, 1991), h. 19.
20 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
parenting pada PAUD-TK Pelindo dan
PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin.
C. Rumusan Masalah
Dilihat dari permasalahan di atas,
maka penulis merumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pola parenting pada PAUDTK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal
Muhtadin Kota Banjarmasin?
2. Bagaimana aplikasi pola parenting pada
PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK
Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin?
3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam
aplikasi pola parenting pada PAUD-TK
Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin
Kota Banjarmasin?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di
atas, maka dalam penelitian ini penulis
bertujuan untuk mengetahui:
1. Pola parenting pada PAUD-TK Pelindo
dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota
Banjarmasin.
2. Aplikasi pola parenting pada PAUD-TK
Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin
Kota Banjarmasin.
3. Kendala yang dihadapi dalam aplikasi
pola
parenting
pada
PAUD-TK
Pelindodan PAUD-TK Sabilal Muhtadin
Kota Banjarmasin.
E. Signifikansi Penelitian
1. Hasil penelitian ini akan berguna bagi
perkembangan
ilmu
pendidikan
khususnya Pendidikan dalam Keluarga.
2. Hasil penelitian ini akan berguna bagi
para guru, pengelola PAUDdan
segenap stake holder yang terlibat
dalam pengelolaan PAUD serta calon
guru sebagai bahan masukan dan
sumbangan
pemikiran
dalam
memanfaatkan
serta
mengelola
Parenting sebaik-baiknya pada PAUD
dimanapun dan siapapun yang
mengelolanya.
3. Hasil penelitian ini akan berguna
sebagai data untuk kegiatan penelitian
berikutnya.
F. Kajian Teoritis dan Telaah Pustaka
1. Kajian Teoritis
a. Pengertian Parenting
Parent dalam kata parenting
memiliki beberapa definisi, misalnya ayah,
ibu, seseorang yang akan membimbing
dalam kehidupan baru, seorang penjaga,
maupun seorang pelindung.5 Brooks,
sebagaimana dikutip Ma’ruf, menjelaskan
bahwa parent adalah seseorang yang
mendampingi dan membimbing semua
tahapan pertumbuhan anak, yang merawat,
melindungi, mengarahkan kehidupan baru
anak dalam setiap tahapan perkembangannya.6 Melihat pemaknaan seperti ini,
pemeran dalam aktifitas parenting bisa jadi
orang tua, kakek-nenek, paman, saudara atau
orang lain yang melaksanakan pengasuhan
atau memberikan bimbingan termasuk para
guru di lembaga-lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD).
Lebih jauh, istilah parenting merujuk
kepada serangkaian aksi dan interaksi yang
dilakukan orang tua atau pengasuh untuk
mendukung perkembangan anaknya.7Proses
interaksi ini menurut Berns, sebagaimana
dikutip Yayan, berlangsung terus-menerus
dan mempengaruhi bukan hanya anak tetapi
juga orang tua.8
Jerome Kagan menjelaskan bahwa
parenting mencakup apa yang harus
dilakukan oleh orang tua/pengasuh agar
anak mampu bertanggung jawab dan
memberikan kontribusi sebagai anggota
masyarakat, termasuk juga apa yang harus
dilakukan orang tua/pengasuh ketika anak
menangis, marah, berbohong, dan tidak
melakukan kewajibannya dengan baik.9
5
Okvina Nur Alvita, Konsep Pengasuhan
(parenting),
http://okvina.wordpress.com/2009/02/18/konseppengasuhan-parenting, (diakses pada hari Sabtu, 01
Desember 2012).
6
Hidayat Ma’ruf, op.cit., diakses tanggal 01
Desember 2012.
7
Ibid.
8
Yayan, Pengaruh Perilaku Orang Tua dan
Pola Kasih Sayang Terhadap Anak Pada Kedekatan
Hubungan,
http://yayangy08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/pengar
uh-perilaku-orang-tua-dan-pola-kasih-sayangterhadap-anak-pada-kedekatan-hubungan/, (diakses
pada hari Sabtu, tanggal 01 Desember 2012).
9
Ibid.
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 21
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
Wonohadidjojo mengamati sejauh
ini belum ada padanan kata parenting dalam
bahasa Indonesia yang dapat mewakili
totalitas konsep parenting. Namun ada yang
mengusulkan
bahwa
kata
parenting
dipadankan dengan “menjadi orang tua,”
“meng-orang-tua-i,” atau “membesarkan
anak”. Ada pula yang mengusulkan “pengasuhan atau pola asuh”.10
Dari
berbagai
padanan
kata
parenting yang diusulkan di atas, penulis
memilih untuk menggunakan “pola asuh”.
Di dalam literatur berbahasa Indonesia, pola
asuhdisebut sebagai “suatu cara terbaik yang
dapat ditempuh orang tua dalam mendidik
anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa
tanggung jawab kepada anak-anaknya.”11
Secara lebih rinci, Fadillah menjelaskan pola
asuh atau parenting12 sebagai “sebuah
rangkaian usaha aktif yang diterapkan oleh
orang tua dalam berinteraksi dengan anakanaknya, meliputi cara mendidik, memberikan perhatian, perlindungan, aturan-aturan,
hadiah atau hukuman serta tanggapan
terhadap anaknya dalam kehidupan seharihari.”13
Pola asuh dalam penelitian ini
berfokus pada yang diterapkan di lembaga
pendidikan usia dini atau PAUD. Pendidikan
usia dini, menurut Soemiarti Patmodewo,
diselenggarakan untuk “mengembangkan
pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang
melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh”.14 Berbagai cara
pengasuhan anak usia dini, misalnya dengan
menanamkan nilai-nilai moral, akan sangat
berpengaruh baik terhadap perkembangan
jiwa anak tersebut. Pendidikan di usia itu
mudah sekali membekas dan akan menjadi
dasar bagi perkembangan anak selanjutnya.
10
Wonohadidjojo dikutip dari Hidayat
Ma’ruf, loc.cit.
11
Pendapat ini dirujuk kepada Chabib Thoha
oleh Mansur. Lihat Mansur, op.cit., h. 350.
12
Agus Wibowo, op.cit., h. 75.
13
D. Fadillah, loc.cit.
14
Soemarti Pamonodewo, Pendidikan Anak
Prasekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet.
ke-2, h. 43.
b. Masa Anak Usia Dini
1) Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini
Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan proses alami yang terjadi dalam
kehidupan manusia, dimulai sejak anak itu
dilahirkan hingga ajal menjemputnya.
Pertumbuhan lebih menitikberatkan pada
perubahan fisik yang bersifat kuantitatif,
sedangkan perkembangan yang bersifat
kualitatif merupakan serangkaian perubahan
progresif sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman.15
Anak usia dini adalah anak yang
berusia nol hingga enam tahun.16 Pada masa
ini anak mengalami pertumbuhan fisik yang
sangat penting, khususnya di usia tiga
sampai empat tahun di mana perkembangan
anak sangat cepat. Di usia ini anak baru
memulai kegiatan-kegiatan fisik dan
karenanya, asupan gizi dan vitamin sangat
dibutuhkan oleh anak.17
Pada masa ini pula perkembangan
kecerdasan berada dalam fase krusial.
Menurut Leonardy Hermainy, yang dikutip
oleh Agus Wibowo, 50% dari kecerdasan
orang dewasa sudah terjadi ketika anak
berusia sekitar empat tahun atau pada masamasa golden age (dari usia nol sampai enam
tahun). Peningkatan kecerdasan selanjutnya
terjadi pada usia delapan tahun yaitu sekitar
30% dan sisanya 20% pada pertengahan atau
akhir dasawarsa kedua.18
Dalam konteks pendidikan, usia dini
merupakan masa yang sulit bagipara
pendidik. Abu Ahmadi dan Ahmad Munawar mengatakan bahwa situasi anak di usia
ini bisa dilukiskan sebagai demam
menghendaki. Misalnya, anak bisa menghendaki sebuah mobil-mobilan tanpa bisa
ditahan tetapi tidak lagi memperduli-kannya
setelah benda itu sudah didapatnya, dan
15
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
Cet. ke-3, h. 17.
16
Siti Aisyah, dkk., Perkembangan dan
Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), Cet. ke-10, h.
1.3.
17
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia
Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet. ke-1,
h. 8.
18
Ibid., h. 28.
22 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
malah menginginkan mainan yang lain lagi.
Menghadapi situasi seperti ini, para pendidik
hendaknya bersikap bijaksana, yaitu
menghindari sikap ekstrim, baik ekstrim
menekan (selalu mengatakan tidak atau
jangan) maupun ekstrim memanjakan (selalu
memberikan apa yang diinginkan anak).19
Ada enam prinsip perkembangan
anak usia diniyang dapat dirinci sebagai
berikut.20 Pertama, Anak akan belajar
dengan baik apabila kebutuhan fisiknya
terpenuhi, merasa aman dan nyaman dalam
lingkungannya. Kedua, anak belajar terusmenerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi
lingkungan, menemukan kembali sesuatu
konsep, hingga mampu membuat sesuatu
yang berharga. Ketiga, minat dan ketekunan
anak akan memotivasi belajar anak.
Keempat, anak belajar melalui interaksi
sosial, baik dengan orang dewasa maupun
dengan teman sebayanya. Kelima, perkembangan dan gaya belajar anak harus
dipertimbangkan sebagai perbedaan individu. Dan keenam, anak belajar dari hal-hal
yang sederhana sampai yang komplek, dari
yang konkrit ke abstrak, dari yang berupa
gerakan ke bahasa verbal, dan dari diri
sendiri ke interaksi dengan orang lain.
2) Kebutuhan
Anak
untuk
Mendapatkan
Pengasuhan
yang Baik
Sudah menjadi sunatullah bahwa
anak harus mendapatkan pengasuhan dan
bimbingan yang baik dari orang dewasa.
Saat lahir, seorang anak begitu lemah, tak
berdaya dan tidak mengerti apa-apa
sehingga orang dewasalah yang melindungi,
mengasuh dan mendidiknya, dan kewajiban
ini dibebankan kepada orang tua mereka.
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an
surah al-Nahl ayat 78:
‫اوهللاُ ا ْخار اج ُك ْم ِم ْن بُتُ ْو ِن أ َُّم اهاتُ ُك ْم االتا ْعلا ُم ْو ان اشْي ئًا‬
.‫ص اار اواالافْئِ ادةا لا اعلَّ ُك ْم تا ْش ُك ُرْو ان‬
َّ ‫او اج اع ال لا ُك ُم‬
‫الس ْم اع او ْاْلابْ ا‬
Anak-anak
perlu
mendapatkan
bimbingan dan pengasuhan yang baik
supaya benar-benar terbentuk kepribadian
yang hasanah. Nabi Muhammad SAW
mengajarkan bahwa anak yang lahir ke
dunia ini sudah membawa bekal dan potensi
yaitu fitrah.21 Orang tua dan lingkungan
berperan sangat penting dalam mengelola
dan mengembangkan potensi ini. Dalam
konsep John Locke tentang tabularasa,
bahkan dikatakan bahwa baik atau buruknya
anak tergantung orang tua atau masyarakat
sekitarnya.22
Keharusan bagi anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang
baik adalah karena adanya tiga aspek
penting, yaitu aspek pedagogis, aspek
sosiologis dan kultural dan aspek tauhid.
Pertama aspek pedagogis, dalam hal
ini para ahli didik memandang manusia
sebagai animal educandum, yaitu makhluk
yang memerlukan pendidikan. Dalam
kenyataannya manusia dapat dikategorikan
sebagai animal, artinya binatang yang dapat
dididik. Sedangkan binatang pada umumnya
tidak dapat dididik, melainkan hanya bisa
dilatih secara dressur, yaitu latihan untuk
mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis,
tidak berubah.23
Kedua aspek sosiologis dan kultural,
menurut ahli sosiologi pada prinsipnya
manusia adalah homosocius, yaitu makhluk
yang berwatak dan berkemampuan dasar
atau yang memiliki garizah (instink) untuk
hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk
sosial manusia harus memiliki rasa tanggung
jawab sosial yang diperlukan dalam
mengembangkan hubungan timbal balik dan
saling
pengaruh-mempengaruhi
antar
24
sesama anggota masyarakat.
Ini bisa
diwujudkan melalui pengasuhan dan
pendidikan yang baik sejak dini.
Ketiga aspek tauhid, yaitu aspek
pandangan yang mengakui bahwa manusia
itu adalah makhluk yang berketuhanan, yang
21
19
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh,
PsikologiPerkembangan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2005), Cet. ke-1, h.37.
20
Departemen
Pendidikan
Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, op. cit., h. 5.
Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj alQusairy al-Naisabury, loc.cit.
22
Dikutip dari Abu Ahmadi dan Munawar
Sholeh, op.cit., h.59.
23
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 86.
24
Ibid., h. 87.
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 23
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
menurut istilah para ahli disebut homo
divinous (makhluk yang percaya adanya
Tuhan) atau disebut juga homo religious
(makhluk
yang
beragama).25
Tanpa
pengasuhan dan pendidikan yang baik,
seorang anak akantumbuh dan berkembang
tanpa mempercayai adanya kekuasaan
Tuhan.
Allah menciptakan manusia terdiri
dari dua unsur yang berlainan, jasmani dan
rohani. Masing-masing unsur tersebut
mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kebutuhan jasmani meliputi masalahmasalah yang berhubungan dengan sandang,
pangan dan papan, sedangkan kebutuhan
rohani misalnya pendidikan, rekreasi dan
ibadah. Kedua unsur tersebut merupakan
dua hal yang tak terpisahkan, saling
berhubungan erat dan saling berkaitan.
Anak-anak didik dengan segala
potensi yang mereka miliki, perlu mendapatkan bimbingan dan pengasuhan yang baik
supaya benar-benar terbentuk kepribadian
yanghasanah. Konsep yang dimiliki oleh
John Locke tentang tabularasa sebagaimana
yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan
Munawar Sholeh dalam buku mereka
menggambarkan bahwa anak akan baik atau
buruk tergantung lingkungan terdekatnya.
Bisa jadi itu adalah orang tua atau
masyarakat sekitarnya.26
Konsep yang dimiliki oleh Nabi
Muhammad saw adalah bahwa anak yang
lahir ke dunia ini sudah membawa bekal dan
potensi yang populer yaitufitrah.27 Oleh
karena itu peran orang tua dan lingkungan
juga sangat penting dalam mengelola dan
mengembangkan potensi ini.
Dari dua tokoh di atas, John Locke
dan Nabi Muhammad, bisa ditarik
kesimpulan bahwa faktor penting dalam
pengasuhan anak adalah orang tua dan
lingkungan. Dalam hal ini, sekolah adalah
kategori lingkungan terbaik untuk anak
setelah lingkungan keluarga. Di sekolah
anak dididik, dilatih dan dibiasakan untuk
selalu berbuat hal yang baik, jujur,
25
26
Ibid., h. 89.
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, op.cit.,
bertanggung jawab, dan sebagainya serta
anak dilatih untuk mengembangkan potensi
intelektualnya secara optimal.
c. Macam-macam Pola Asuh
Hasil
yang
baik
tergantung
bagaimana pola pengasuhan yang diberikan
lembaga pendidikan kepada anak-anak
didiknya. Dalam hal ini Mansur, mengutip
pendapat Hurlock, membagi pola asuh anak
didik menjadi tiga macam, yaitu:28
1) Pola Asuh Otoriter
Pada pola ini anak didik lebih
banyak diam, pasrah terhadap apa yang
diinginkan pendidik. Anak didik dipaksa
untuk mengikuti apa yang diinstruksikan
pendidik. Anak jarang diajak berkomunikasi, malah lebih sering ditegur atau
dimarah-marahi. Dampak negatif dari pola
ini adalah anak bisa menjadi pesimis.
2) Pola Asuh Demokratis
Pada pola ini anak didik yang dia
suka dan pendidik mengakui terhadap
kemampuan anak didiknya. Anak sering
diajak berkomunikasi, bermain bersama dan
bercerita. Jika melakukan kesalahan anak
mendapat teguran dengan cara yang lembut
dan diarahkan untuk melakukan yang benar.
3) Pola Asuh Permisif
Pada pola ini pendidik tidak begitu
memperhatikan anak didiknya. Semua yang
dilakukan anak didik dianggap biasa-biasa
saja. Pola ini memiliki ciri sebagai berikut:
a. Pendidik memberi kebebasan penuh pada
anak didik untuk berbuat.
b. Dominasi pada anak.
c. Sikap longgar atau kebebasan dari
pendidik.
d. Tidak ada bimbingan atau arah dari
pendidik.
e. Kontrol dan perhatian dari pendidik
sangat kurang bahkan tidak ada.29
Dampak negatif dari pola asuh ini
adalah anak akan merasa apa yang dia
lakukan itu semuanya benar dan tidak
menutup kemungkinan anak akan menjadi
nakal.
d. Metode Pengasuhan Anak
Agar tumbuh kembang anak sesuai
dengan prinsip perkembangannya, maka ada
beberapa metode pengasuhan yang sering
h.59.
27
Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj alQusairy al-Naisabury, loc.cit.
24 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
28
Mansur, op.cit.,h. 353.
Agus wibowo, op.cit., h. 77.
29
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
dilakukan oleh para pendidik terhadap anak
didiknya, yaitu:
1) Bermain
Lebih tepatnya belajar sambil
bermain. Conny R. Semiawan menyatakan
dalam bukunya bahwa bermain bagi anak
adalah suatu kegiatan yang serius dan
mengasyikkan, melalui aktivitas ini berbagai
pekerjaan anak didik tercapai. Bermain
adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh
anak kerena menyenangkan, bukan karena
ingin memperoleh hadiah atau pujian.
Bermain juga merupakan alat bagi anak
untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak
dikenalinya sampai pada yang diketahuinya
dan dari yang tidak dapat diperbuatnya
sampai pada yang dapat diperbuatnya.30
Conny R. Semiawan menyimpulkan
bahwa bermain mempunyai nilai dan ciri
yang
penting
dalam
kemajuan
perkembangan anak didik sehari-hari.31
a) Bermain memiliki berbagai arti. Setiap
permainan memiliki unsur resiko, misalnya bermain dengan melompat, memanjat
dan lain-lain. Betapa pun sederhananya
permainan selalu ada resiko yang
mengiringinya, namun dibalik semua itu
secara tidak langsung anak dilatih untuk
berhati-hati.
b) Unsur lain adalah pengulangan. Melalui
berbagai permainan yang diulang, maka
anak akan memperoleh tambahan
kemampuan untuk melakukan aktivitas
lain.
c) Setiap aktivitas permainan sederhana
dapat menjadi kendaraan untuk mencapai
permainan yang kompleks, hal ini bisa
dilihat dan terbukti ketika anak menjadi
remaja.
d) Melalui bermain anak secara aman dapat
menyatakan kebutuhannya tanpa ada
hukuman atau teguran. Misalnya melalui
bermain peran anak dapat menyatakan
rasa benci, takut dan gangguan emosional.
Di sini pengasuh berperan sebagai
pengamat dan pembimbing mereka agar
permainan yang sedang mereka lakukan
30
Conny R. Semiawan, Belajar dan
Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar,
(Jakarta: Indeks, 2008), Cet. ke-3, h. 20.
31
Ibid.
dapat mendukung perkembangan keterampilan gerakan halus dan kasar, perkembangan kognitif, sosial dan emosional.
2) Bercerita
Dunia anak adalah dunia cerita.
Dengan bercerita pengasuh dapat memberikan pengalaman, pemahaman, keterlibatan
emosi dan keterlibatan mental kepada anak
didik. Apalagi jika pengasuh dapat
menyelami materi cerita sehingga isi cerita
dapat memasuki dunia anak dan menghasilkan pengalaman yang paling mendalam bagi
mereka.32
Dalam bercerita dengan cara yang
baik dan menarik maka tanpa disadari cerita
tersebut akan mempengaruhi perkembangan
pribadi anak, membentuk sikap-sikap moral
dan keteladanan.33 Misalnya cerita kura-kura
dan kelinci, anak akan mendapat pengalaman bahwa jika ingin berhasil dilakukan
dengan penuh kesabaran, ulet dan percaya
diri.
3) Kasih Sayang
Dunia anak adalah dunia cinta dan
kasih sayang. Anak-anak sangat suka dan
merasa bahagia apabila dijadikan objek
kasih sayang orang lain. Kasih sayang dan
rasa cinta bagi anak seperti vitamin yang
sangat dibutuhkan oleh tubuhnya dan dapat
menjadikan anak tumbuh dan berkembang
dengan baik.34
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW mencium cucunya Hasan bin Ali ra.,
dan pada waktu itu ada Akra’ bin Habs yang
berkata kepada Rasulullah saw., “Saya
memiliki sepuluh anak, tetapi tidak satu pun
dari mereka yang aku cium.” Rasulullah
saw. kemudian memandang Akra’ bin Habs,
lalu beliau bersabda:
‫ (رواه مسلم عن أيب‬.‫إنه من ال يرحم ال يرحم‬
35
)‫هريرة‬
32
Ibid., h. 34.
Abdullah Muhammad Ash-Shubbi, Seni
Mendidik & Mengatasi Masalah Perilaku Anak
Secara Islami, (Jakarta: Pustaka Al-Fadhilah, 2010),
Cet. ke-1, h. 106.
34
Ibid., h. 107.
35
Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj alQusairy al-Naisabury, op.cit., h. 410.
33
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 25
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
Rasa kasih sayang bisa membuat
perasaan dan psikologi anakmenjadi sehat
dan tenang. Perasaan itu juga akan
membekas di hati anak ketika dewasa dan
akan membalas dengan rasa kasih sayang
terhadap orang yang menyayanginya.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Parenting (Pola Asuh) pada
Kelompok Bermain (KB)
1) Pendidik
Pendidik yang ada di PAUD
sebagaimana disebutkan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah (PP) N0. 27/1990
khususnya yang pada Pasal 14 ayat 1 oleh
Agus Wibowo dalam bukunya, berdasarkan
PP tersebut “para pendidik dituntut untuk
berperan tidak saja sebagai orang tua kedua
bagi anak, tetapi juga sebagai pekerja sosial,
pengasuh, pemelihara kesehatan anak,
bahkan sebagai psikolog yang harus menyelesaikan permasalahan-permasalahan psikis
anak”.36
Pendidik merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar yang sangat berperan dalam
pembentukan karakter anak didiknya dalam
usaha pembentukan sumber daya manusia.
Peran pendidik sangat menentukan apakah
berhasil atau tidaknya pendidikan karakter
anak didiknya. Dalam artian bahwa setiap
diri pendidik itu terletak tanggung jawab
untuk membawa para anak didiknya pada
suatu kedewasaan atau taraf kematangan
tertentu.37
Kemampuan pengasuh dalam mengajar merupakan hal yang sangat berpengaruh
dalam penggapaian keberhasi-lan suatu
proses pengasuhan, kemampuan guru itu
tidaklah berdiri dengan sendiri tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya
faktor latar belakang pendidikan dan
pelatihan keguruan yang pernah diikuti dan
faktor pengalaman mengajar.
Untuk lebih jelasnya mengenai
faktor-faktor tersebut akan dijelaskan satu
persatu sebagai berikut.
a) Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan seorang
pendidik yang satu dengan pendidik lainnya
terkadang tidak sama. Perbedaan ini dilatar
belakangi oleh jenis dan jenjang dalam
pendidikan. Perbedaan ini sedikit banyaknya
akan mempengaruhi pembelajaran.
Seorang pendidik yang mempunyai
latar belakang pendidikan keguruan tentunya
berbeda cara mengajarnya dengan orang
yang mempunyai latar belakang nonkeguruan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuhnya maka akan semakin
tinggi pula kemampuan dalam mendidik dan
membimbing anak didiknya.
Seorang pendidik yang mempunyai
pendidikan dan pengetahuan yang baik akan
merasa sangat bertanggung jawab terhadap
masa depan anak dididknya.
b) Kepribadian Pendidik
Kepribadian merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
seorang pengasuh, karena di samping
sebagai orang yang memberikan pendidikan
dan pengasuhan guru juga berfungsi sebagai
panutan.
Sebuah pepatah mengatakan guru
kencing berdiri murid kencing berlari.
Kepribadian akan turut menentukan apakah
para pendidik sebagai guru yang baik atau
sebaliknya. Karena anak yang masih dini
tumbuh besar dengan cara melihat dan
meniru orang di sekitarnya.
Dalam hal ini, seorang pengasuh
dituntut untuk menjadi teladan bagi anak
didiknya. Begitu juga dalam pengasuhan
pada KB, karena anak didik akan melakukan
apapun yang dilakukan pengasuhnya. Oleh
karena itu, seorang pengasuh harus dapat
memahami dan menempatkan kedewasaannya sebagai guru dan mampu menjadikan
dirinya sebagai teladan.38
c) Kompetensi Pendidik
Rumusan standar kompetensi yang
berkembang di Indonesia mengacu pada
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana yang dikutip oleh Yufiati dan
Titi Candrawati dalam bukunya yaitu:
Pendidik harus memiliki kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan
36
Agus wibowo, op.cit., h. 108.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008), h. 125.
37
38
Sa’ad Riyadh, Agar Anak Mencintai Al
Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2008), h.28.
26 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
tujuan pendidikan nasional. Pada pasal (3)
dinyatakan bahwa Kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan anak
usia dini meliputi empat komponen, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.39
Pendidik/pengasuh yang profesional
adalah seseorang yang memiliki empat
standar kompetensi tersebut. Selain itu
pendidik juga harus mampu memahami dan
mengamalkan tujuan pendidikan, khususnya
yang berhubungan pendidikan anak usia
dini.
Anak didik semakin hari semakin
besar, tumbuh dan berkembang. Perubahan
itu tidak hanya asal tumbuh dan berkembang, melainkan anak akan mengalami
perubahan pisik dan psikis sesuai dengan
pengalamannya berdasarkan minat dan
kebutuhan yang ingin dicapainya. Di sinilah
peran pendidik dalam mendewasakan anak
didiknya.
d) Pengalaman Mengajar
Pengalaman
dalam
mengajar
merupakan hal yang sangat penting bagi
seorang pengasuh, sebab selain memberi
pelajaran berharga bagi yang bersangkutan
juga merupakan modal untuk meningkatkan
kualitasnya sebagai seorang pengajar yang
baik, di dalam maupun di luar jam
pelajaran.40
Lama atau tidaknya seorang pengasuh dalam memberikan pengasuhan juga
sangat mempengaruhi proses pembelajaran.
Semakin lama seorang pengasuh itu
memberikan pengajaran maka semakin
banyak pula pengalaman yang didapat dan
semakin baik pula cara mengajarnya.
2) Anak Didik
Anak didik merupakan subjek dalam
proses belajar mengajar. Anak usia dini
tidaklah berbeda dengan murid-murid atau
siswa-siswa yang lainnya, hanya saja
mereka lebih suka bermain. Bermain bagi
anak seusia mereka lebih penting daripada
teori-teori pendidikan. Oleh karena itulah,
pengasuhan yang diberikan para pengasuh
lebih
dituntut
untuk
melatih
dan
mengembangkan kemampuan dasar yang
dimiliki anak didiknya.
Dalam pengasuhan, yang pertama
kali diperhatikan adalah anak didik, bagaimana kemauan atau minat beraktifitas anak,
kondisi atau keadaan anak didiknya, kondisi
lingkungannya dan baru kemudian menentukan komponen-komponen yang lain. Seperti
bahan apa yang diperlukan, cara bagaimana
yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas
apa yang cocok dan mendukung, semua itu
harus disesuaikan dengan karakteristik anak
didik.41
3) Sarana Prasarana
Sarana adalah “sesuatu yang dipakai
sebagai alat untuk mempermudah pekerjaan”42 dan prasarana adalah “segala yang
merupakan
penunjang
utama
terse43
lenggaranya sesuatu proses” . Jadi yang
dimaksud dengan sarana dan prasarana
adalah semua fasilitas yang diperlukan
dalam proses pembelajaran baik bergerak
ataupun tidak bergerak agar mencapai tujuan
pembelajaran sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan
efisien.
Bertitik tolak pada pengertian sarana
dan prasarana di atas adalah sebuah proses
pembelajaran jika ditunjang dengan sarana
dan prasana yang mendukung maka akan
berjalan dengan baik dan lancar.
Adapun yang harus diperhatikan oleh
para pendidik dalam menciptakan proses
pembelajaran yang dapat menumbuhkan
minat dan motivasi mereka dalam
penggunaan sarana dan prasarana yang
sesuai dengan kondisi lingkungan, diantaranya:
a) Penataan Ruangan
Agar terciptanya proses pembelajaran yang menggairahkan maka perlu
diperhatikan penyusunan atau penataan
ruangan. “Penataan sarana dan prasarana
yang baik tidak hanya karena lengkap dan
mewah, tetapi faktor letak kesesuaian
41
39
Yufiarti
dan
Titi
Chandrawati,
Profesionalitas Guru PAUD, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2011), Cet. ke-8, h. 3.31-3.32.
40
Ibid., h.5.13
Sardiman, op.cit., h.111.
Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher, 2006),
Cet. ke-1, h.475.
43
Ibid., h.427.
42
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 27
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
penataan ruangan dengan kebutuhan dan
perkembangan anak sangat penting”.44
Penataan ruangan yang baik akan
memudahkan anak didik dalam belajar
sesuai dengan tingkatannya masing-masing
serta memudahkan para pengasuh dalam
bergerak dan secara leluasa untuk membantu
anak didiknya dalam proses pengasuhan.
b) Penataan Alat-alat Bermain
“Bermain bagi anak adalah suatu
kegiatan yang serius dan menyenangkan.
Melalui aktifitas bermain, semua pekerjaannya terwujud. Aktivitas bermain juga
merupakan salah satu alat utama yang
menjadi latihan untuk pertumbuhannya.”45
Untuk mempermudah dan terasa
lebih menyenangkan dalam bermain maka
alat-alat bermainpun juga harus ditata
dengan rapi. Alat-alat bermain dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, di
dalam dan di luar ruangan.
c) Penataan Keindahan dan Kebersihan
Ruangan
Ruangan yang bersih, indah, rapi,
sejuk dan tenang dapat membuat anak didik
merasa nyaman dan betah berada di dalam
ruangan dibandingkan dengan ruangan yang
kotor, pengap apalagi bising. Dengan
perasaan inilah anak didik merasa lebih
mudah menerima bimbingan dari para
pengasuhnya.
Penataan ini bisa dibuat misalnya
dengan cara memberikan hiasan-hiasan pada
dinding atau langit-langit ruangan, menyediakan kipas angin dan menempatkan
lemari sesuai dengan fungsinya.
d) Ventilasi dan Tata Cahaya
Pengaturan cahaya atau sinar matahari perlu diperhatikan agar cahaya atau
sinar matahari yang masuk bisa membuat
ruangan terlihat lebih cerah. Selain itu,
sirkulasi udara juga penting untuk menetralisir keadaan ruangan, segar dan tidak
pengap.
f. Beberapa Hal yang Harus
Diperhatikan dalam Pelaksanaan
Parenting
1) Pemahaman Orang Tua tentang
Dirinya Sendiri
Asuhan (upbringing) yang mereka
terima pada masa kecil. Bersama dengan
banyak hal lainnya, kita diajar sebuah gaya
parenting tertentu oleh orang tua kita.
Ketikamenjadi orang tua, akan sangat sulit
bagikita melakukan sesuatu dengan cara
yang berbeda dengan yang pernahkita
terima. Kita akan selalu kembali kepada apa
yang kita pelajari dariorang tua kita.
Sebagian besar orang tua Filipina dalam
studi ini.46
Veritas:
Jurnal
Teologi
dan
Pelayanan berpendapat bahwa mereka
berasal dari keluarga yang otoriter.47
Hardikan dan pukulan, tanpa kesempatan
menjelaskan kesulitan mereka,merupakan
metode pendisiplinan yang paling sering
dipakai oleh orangtua mereka. Secara
implisit, mereka dipaksa untuk menerima
bahwagaya otoriter adalah “cara yang baik
untuk melatih anak-anak menjadi orang
yang bertanggung jawab.” Tidak sedikit dari
mereka yang merasaambivalen dengan gaya
parenting orang tua mereka.Aspek lain dari
asuhan (up bringing) orang tua adalah
kesulitan hidup yang mereka alami semasa
kecil. Para orang tua Filipina memahami
kehidupan ini sebagai sesuatu yang penuh
dengan tantangan dankesulitan, khususnya
secara ekonomi. Akibatnya, mereka cenderung menghadapi kehidupan ini secara
serius (taking life seriously) dan mempersiapkan anak-anak mereka lewat didikan
yang “ketat, keras, dan berat.” Menurut
mereka, pada saat bertumbuh anak-anak
harusbelajar mengerti bagaimana kerasnya
hidup dan tidak tersedianya waktu untuk
bersenang-senang (limiting the enjoyment).
Gaya parenting seperti ini menimbulkan
46
44
Hapidin, dkk., Manajemen Pendidikan TK,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. 72.
45
Conny R. Semiawan, Belajar dan
Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, loc.cit.
Kevin Leman, Bringing Up Kids without
Tearing Them Down (Nashville: Thomas Nelson,
1995) h. 25. 26
47
Gaya parenting otoriter adalah gaya yang
suka membatasi (restrictive) dan suka menghukum
(punitive); orang tua membuat batasan-batasan dan
kontrol yang ketat bagi anak-anak dan hanya
mengizinkan sedikit pertukaran kata-kata (verbal
exchange). Gaya ini menuntut ketaatan total.
28 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
pemberontakan di hati anak-anak ketika
merekaberanjak dewasa, tetapi di pihak lain
mereka juga bersyukur karena telahdiajar
bahwa hidup ini sangatlah serius. Perasaan
ambivalen ini kemudian menjadi dilema
ketika mereka menghadapi anak-anak
mereka sendiri. Sebagai pembanding,
mayoritas orang tua Tionghoa dalam
penelitian ini dibesarkan dalam keluarga
yang berkecukupan sehingga mereka
terbiasa dengan gaya parenting otoritatif.
Mereka adalah generasi ketiga yang lahir di
Filipina yang secara praktis, sampai pada
batas tertentu, sudah berintegrasi ke dalam
budaya setempat, sehingga gaya parenting
khas orang Tionghoa, yang sering disalah
mengerti sebagai otoriter, sudah berubah
menjadi otoritatif.
Asuhan (upbringing) orang tua
memiliki pengaruh kuat pada ciri-ciri
parenting mereka. Walaupun demikian,
sebetulnya parenting adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari. Sejauh para orang
tua menyadari apa yang mereka lakukan
terhadap anak-anak dan mengapa mereka
melakukannya, gaya parenting tersebut
dapat dimodifikasi menjadi gaya yang lebih
relevan, sesuai dengan konteks di mana
mereka berada. Orang tua bisa mengubah
gaya parentingnya dengan sengaja, walau
prosesnya memerlukan waktu. Kevin Lema
mengungkapkan: Gaya parenting otoriter
adalah gaya yang suka membatasi
(restrictive) dan suka menghuk-um (punitive); orang tua membuat batasan-batasan dan
kontrol yangketat bagi anak-anak dan hanya
mengizinkan sedikit pertukaran kata-kata
(verbal exchange). Gaya ini menuntut
ketaatan total. Gaya parenting otoritatif
mendorong anak-anak untuk mandiri, tetapi
tetap menempatkan batasan-batasan dan
kontrol terhadap tingkah laku mereka. Gaya
ini memberi anak-anak kesempatan untuk
bertumbuh sendiri sampai batas tertentu.
2) Pemahaman Orang Tua Tentang
Anak
Natur anak. Setiap pendekatan dalam
pengasuhan anak (childrearing) berakar pada
filsafat hidup yang mengandung pandangan
tertentu tentang natur anak.48 Sebagian besar
48
Bruce Narramore, Parenting with Love
and Limits (Grand Rapids: Zondervan, 1979), h. 33.
orang tua dalam penelitian. ini percaya
bahwa anak-anak pada dasarnya baik dan
hanya memerlukan lingkungan yang sehat
untuk bertumbuh. Suasana keluarga yang
kondusif
akan
menolong anak-anak
mengalami pertumbuhan maksimal. Berkaitan dengan hal ini, orang tualah yang
bertanggung jawab untuk menciptakan suasana keluarga seperti yang diharapkan. Ada
orang tua Filipina yang percaya bahwa anakanak mereka lahir dengan membawa
beberapa sifat buruk. Akibatnya, mereka
tidak berusaha menciptakansuasana keluarga
yang baik tetapi menerapkan disiplin ketat
untuk menghilangkan sifat buruk tersebut.
Selain itu, ada beberapa orang tua Filipina
dan juga Tionghoa, yang menekankan
perlunya kelahiran barubagi anak-anak
mereka.
Kemampuan anak dalam mengambil
keputusan. Mayoritas orangtua Filipina beranggapan bahwa anak tidak mampu mengambil keputusan dengan tepat dan memerlukan bimbingan orang tua. Argumen mereka
adalah, belum tiba waktunya bagi anak
membuat keputusan-keputusan penting bagi
dirinya sendiri, karena ia belum mampu
menyadari risiko sebuah keputusan yang
keliru. Alasan ini menjadi dasar untuk tidak
mengikut sertakan anak dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga. Kenyataan ini
sedikit berbeda dengan sebagian besar orang
tua Tionghoa yang percaya bahwa dengan
bimbingan orang tua anak mampu
mengambil keputusan yang tepat untuk
dirinya sendiri. Para orang tua Tionghoa ini
memberikan hak dan kesempatan kepada
anak untuk ikut serta dalam mengambil
keputusan keluarga. Jenis kelamin, umur,
dan temperamen anak. Kedua kelompok
orangtua, baik Filipina maupun Tionghoa,
memiliki pengertian yang miriptentang hal
ini. Sebagian besar orang tua Filipina
percaya akan prinsipkeadilan (fairness) dan
menghindari pilih kasih (favoritism).
Apapun jenis kelaminnya, anak harus
mendapat perlakuan yang sama. Hal ini
berarti mereka memakai “pukulan atau
hukuman fisik yang lain” baik bagi anak
laki-laki maupun perempuan. Demikian juga
para orang tua Tionghoa. Walaupun
parenting Tionghoa biasanya lebih menyu-
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 29
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
kai anak laki-laki, namun mereka tidak
membedakan anak laki-laki maupun
perempuan. Mereka menerapkan peraturan
rumah tangga dan disiplinyang sama bagi
keduanya
karena
prinsip-prinsipnya
sederhana.
Hampir semua orang tua dalam
penelitian ini berpendapat bahwa mereka
harus menggunakan metode pendisiplinan
sesuai dengan umur anak. Anak yang
umurnya lebih tua memerlukan diskusi dan
penjelasan lebih banyak dibanding anak
yang masih kecil. Umur juga menentukan
kemampuan emosi seorang anak dalam
menerima perlakuan yang kerasdari orang
tua, dan mempengaruhi kemampuannya
untuk mengertialasan di balik sebuah
disiplin. Orang tua harus lebih sabar ketika
menjelaskan peraturan rumah tangga kepada
anak kecil daripada anakyang lebih besar.
Anak yang masih kecil memerlukan
bimbingan langkah demi langkah dan
peringatan, tetapi anak yang lebih besar
harus belajar lebih bertanggung jawab dan
menguasai dirinya sendiri. Mayoritas orang
tua berpendapat bahwa mereka harus
memperlakukan seorang anak sebagai satu
pribadi yang unik. Sifat-sifat pribadi dan
temperamen
merupakan
pertimbangan
penting dalam parenting. Anak yang
berkemauan keras (strong-willed) memerlukan kesabaran dari orang tua. Anak yang
sensitif membutuhkan perlakuan hati-hati,
dan anak yang ramah atau suka bergaul
(outgoing) perlu perhatian yang cukup dari
orang tua. Beberapa orang tua Filipina
membandingkan parenting dengan mengajar
(teaching). Keduanya membutuhkan caracara kreatif untuk berurusan dengan anak
yang kepribadiannya berbeda-beda agar
dapat memperoleh hasil terbaik. Salah satu
orang tua Tionghoa berkata, “A ‘small
sermon’ will make asensitive girl cry
already, but spanking maybe needed for an
outgoing strong-willed child.”
3) Pemahaman Orang Tua tentang
Situasi di Masyarakat Masa Kini
Para orang tua Filipina berpendapat
bahwa stabilitas finansial dan kondisi sosial
masa kini tidak jauh berbeda dengan masa
sebelumnya. Memang ada beberapa hal yang
telah berubah, tetapi perubahan-perubahan
tersebut belum mampu meningkatkan
kehidupan keluarga mereka karena kehidupan mereka ternyata masih saja penuh dengan
kesulitan. Mereka berharap situasi menjadi
lebih baik sehingga waktu kerja berkurang
dan kebersamaan dengan anak-anak
meningkat. Para orang tua ini juga menginginkan pekerjaan yang aman (secure job)
serta penghasilan yang stabil untuk
memenuhi kebutuhan finansial keluarga.
Anak-anak harus memahami hal ini, dan
oleh karenanya para orang tua memperketat
parenting mereka. Mereka juga yakin bahwa
aktivitas spiritual sangat penting dan
sanggup melindungi anak-anak mereka dari
pengaruh buruk masyarakat saat ini. Mereka
menyadari bahwa hidup menjadi makin sulit
dan anak-anak harus dilatih untuk lebih
percayadiri (self-reliant) serta mandiri
(independent). Keprihatinan mereka berpusat pada pengaruh-pengaruh teknologi,
media massa, dan teman-teman sepergaulan
anak. Hal-hal tersebut mempengaruhi
tingkah laku anak-anak mereka. Kenyataan
ini memaksa para orang tua untuk
menyesuaikan parenting mereka menjadi
lebih ketat dan lebih banyak menuntut.
Prestasi akademis yang gemilang, konsumsi
mata (majalah, film dan video) yang selektif,
dan kehati-hatian dalam memilih teman
merupakan nasihat yang sering diberikan
para orang tua kepada anak-anak. Seperti
orang tua Filipina, para orang tua Tionghoa
juga menekankan pentingnya aktivitasaktivitas rohani bagi anak-anak mereka.
g. Kendala Pelaksanaan Parenting
Faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan parenting pada PAUD dalam
pandangan
Islam
diantaranya
yang
dikemukakan oleh Manshur adalah Sosial
Agama Keluarga, kepedulian keluarga,
bimbingan dan pola asuh keluarga, faktor
pendidikan, keagamaan serta lingkungan.49
Faktor yang mempengaruhi parenting pada
dasarnya relative berbeda mengingat anak
lahir dari berbagai latar belakang sosial
kultural masyarakat. Berawal darisosial
kultural yang berbeda tersebut maka bisa
49
Manshur, Pendidikan Anak Usia Dini
dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.
318.
30 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
dipahami pula adanya dinamikalatar
belakang pendidikan, bimbingan dan pola
asuh, kepedulian keluarga dalam hal
pengasuhan terhadap anaknya. Secara lebih
khusus jika parenting dilakukan oleh PAUD
maka program parentingyang jelas dan
terarah juga sangat mempengaruhi terhadap
pelaksanaan dan kesuksesan bagi parenting
yang dilaksanakan pada PAUD tersebut. Di
samping itu pula yang tidak kalah
pentingnya mempengaruhi bagi pelaksanaan
parenting pada PAUD ini adalah
pengalaman dalam pengelolaan PAUD.
Kemudian dalam konteknya dengan penelitian ini maka faktor yang mempengaruhi
parenting akan digali dengan melihat
fenomena-fenomena yang muncul dan
terungkap selama penggalian data dilakukan
pada PAUD yang terdapat se Kota
Banjarmasin.
2. Telaah Pustaka
Pola asuh (parenting) adalah suatu
aktifitas yang kompleks yang meliputi
beberapa tingkah laku spesifik yang bekerja
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
untuk mempengaruhi anak. Parenting
menurut adalah cara orang tua bertindak
sebagai orang tua terhadap anak-anaknya
dimana mereka melakukan serangkaian
usaha aktif.
Parenting adalah perlakuan orang
tua dalam rangka memenuhi kebutuhan,
memberi perlindungan dan mendidik anak
dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga
merupakan lingkungan kehidupan yang
dikenal anak untuk pertama kalinya, dan
untuk seterusnya anak belajar didalam
kehidupan keluarga. Dengan demikian maka
dapat pula diambil pemahaman bahwa pola
asuh/parenting adalah serangkaian usaha
aktif yang diterapkan oleh orang tua maupun
pengganti orang tua dalam berinteraksi
dengan anak-anaknya, meliputi cara
mendidik, memberikan perlindungan, perhatian, aturan-aturan, hadiah atau hukuman,
serta tanggapan terhadap anaknya dalam
kehidupan sehari-hari. Kemudian dalam
kontek penelitian ini parenting yang
dimaksudkan adalah parenting yang
dilaksanakan secara terorganisir yang
terdapat pada PAUD meskipun masih
mengaitkan dengan parenting yang terdapat
pada keluarga. Hal ini dimaksudkan karena
pada dasarnya parenting yang dilaksanakan
di PAUD bersifat integral pelaksanaanya,
hal ini mengingat dalam program salah
satunya adalah adanya pertemuan antara
pengelola parenting di PAUD dengan orang
tua selaku pelaku parenting di dalam
keluarga.
Secara teoritis dan metodologis
konsep parenting yang akan digali dalam
penelitian ini akan didekatkan dengan
konsep pengasuhan anak/parenting menurut
pandangan Islam yang akan lebih banyak
dikaji dalam buku yang dikemukakan oleh
Manshur dalam bukunya yang berjudul
“Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam”.
Kemudian secara esensial parenting yang
akan diteliti kelompok penelitian ini
meliputi: pola parenting, aplikasi pola
parenting serta kendala yang dihadapi dalam
aplikasi pola parenting pada PAUD-TK
Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin
Kota Banjarmasin PAUD-TK Pelindo dan
PAUD-TK
Sabilal
Muhtadin
Kota
Banjarmasin.
Bertolak dari hal tersebut pula maka
berdasarkanpengetahuan kelompok peneliti
penelitian semacam ini belum pernah
diadakan di kelompok penelitian Dosen
Fakultas Tarbiyah. Sementara itu pula bukubuku yang cukup membantu dalam rangka
memperkaya kajian penelitian ini, yang
berkaitan dengan parenting sangat banyak
ditemukan diataranya adalah Bruce Narramore, Parenting with Love and Limits (Grand
Rapids: Zondervan, 1979). Manshur,
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). Ishak
S. Wonohadidjojo, “A Comparative Study of
the Parenting Styles of Selected Chinese and
Filipino Christian Parents in Baguio City,
Philippines”(Unpublished M. A. Thesis,
Philippine Baptist Theological Seminary,
1998). Kevin Leman, Bringing Up Kids
without Tearing Them Down, (Nashville:
Thomas Nelson, 1995)
G. Metode Penelitian
1. Fokus dan Bentuk Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pola
parenting, aplikasi pola parenting serta
kendala yang dihadapi dalam aplikasi paren-
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 31
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
ting pada PAUD-TK Pelindo dan PAUD-TK
Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin.
Di samping itu berbagai kendala
yang dianggap ikut mempengaruhi juga
akan digali dalam penelitian. Penelitian ini
dilakukan dalam bentuk penelitian lapangan
(field
Reseach)
dengan
pendekatan
Diskriptif Kualitatif.
2. Objek dan Subjek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini
adalahprogram parenting, aplikasi program
parenting serta kendala yang dihadapi dalam
aplikasi parenting pada PAUD-TK Pelindo
dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin Kota
Banjarmasin.
Adapun yang menjadi Subjek
penelitian ini adalah pengelola PAUD dan
segenap Stake Holder yang terlibat dalam
pengelolaan PAUD-TK Pelindo dan PAUDTK Sabilal Muhtadin Kota Banjarmasin
Kota Banjarmasin.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PAUDTK Pelindo dan PAUD-TK Sabilal
Muhtadin Kota Banjarmasin.
4. Teknik Pengumpulan Data
Langkah awal pengumpulan data
dilakukan
dengan
terlebih
dahulu
melaksanakan pengamatan pendahuluan
sebagai persiapan untuk pedoman pengumpulan data lebih lanjut di lapangan. Setelah
langkah persiapan telah dianggap cukup,
termasuk pematangan pedoman observasi
dan wawancara, selanjutnya dilakukan
pengumpulan data. Data dikumpulkan
dengan menggunakan metode observasi dan
wawancara mendalam.
5. Pemerikasaan Keabsahan Data
Pemeriksaan
keabsahan
data
dilakukan sebelum dilakukan langkah
penafsiran data, dengan cara triangulasi (cek
dan ricek) untuk menguji kebenaran hasil
observasi dengan wawancara, reinterview
dan melihat konsistensi data dari waktu ke
waktu. Kegiatan ini berlangsung selama
penelitian, dari pengumpulan data sampai
penarikan kesimpulan.
6. Penafsiran Data dan Analisis Data
Langkah penafsiran dan analisis data
dilakukan bersamaan dengan pengumpulan
data. Jadi selama dilakukan pengamatan
yang rinci dan wawancara yang mendalam
hingga dilakukan cek dan ricek, penafsiran
terhadap data yang ada terus dilakukan
hingga data dianggap jenuh Selanjutnya
dilakukan penyusunan hasil analisisdengan
metode induktif ke deduktifsecara diskriptif
analiktik dan menjadi teori substantif.
7. Waktu dan Jadwal Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
dari bulan Januari sampai Desember 2013,
mulai dari penyusunan desain operasional,
pengumpulan dan pengolahan data, analisis
data hingga penulisan laporan penelitian.
H. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Taman Kanak-kanak Paud Pelindo
Kota Banjarmasin
a. Sejarah TK-Paud Pelindo
TK Pelindo didirikan pada tahun
1965 di depan kantor walikota Banjarmasin,
setelah itu pada tahun1977 TK-Paud Pelindo
dipindahkan ke jalan Pelabuhan Timur RE
Martadinata No. 17 Rt. 35 Banjarmasin
sesudah itu izin operasional keluar pada
tanggal 18 April 1987, pendiri TK Pelindo
adalah Bapak Nehwa, beliau adalah Kepala
Pelabuhan III Banjarmasin.
Pada tahun 2013 TK-PAUD Pelindo
berubah namanya menjadi TK Paud
Barunawati dimana tempatnya pun dipindahkan ke Jalan Dahlia Gg. Budaya RT. 34
Kelurahan Telawang, pembangunan TKPAUD Pelindo ini dibantu oleh PT. Pelindo
III Banjarmasin dan diresmikan oleh Bapak
Walikota H. Muhidin dan Kepala Pelindo III
Banjarmasin pada hari Kamis tanggal 2 Mei
2013 dan sekarang berubah namanya
menjadi TK Barunawati yang sudah
diserahkan ke Dinas Kota Banjarmasin jadi
sejak itulah TK-PAUD yang semulanya
dibawah Yayasan Pelindo telah berakhir dan
menjadi hak penuh Dinas Kota Banjarmasin.
Kalau
sebelum
penyerahan
tersebut
namanya TK-Paud Pelindo karena memang
pembangunanya dibiayai penuh oleh
Yayasan Pelindo, namun sekarang sudah
menjadi hak milik Dinas Kota Banjarmasin
dan segala hal
yang menyangkut
pembangunan dan pembiayaan dan operasionalnya
dibawah
tanggung
jawab
pemerintah Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin. Sekarang TK Pelindo hanya tinggal
sejarah nama yayasan pendiri saja,
32 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
sedangkan nama resmi TK-Paud Pelindo
sekarang bernama TK-Paud Barunawati.
b. Visi, Misi & Motto TK-PAUD
Visi, Meningkatkan mutu pendidikan
anak usia TK dan membentuk manusia yang
beriman, berakhlaq mulia, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki budi
pekerti yang luhur dan berprestasi.
Misi, TK Barunawati membentuk
manusia seutuhnya yang cerdas, jujur, gigih,
disiplin dan sosial.
Motto, TK Barunawati cepat
tanggap, Beradaptasi, Bermain seraya
belajar, Riang dan bersemangat, Aman
dalam bermain.
c. Cara Pembelajaran
Pembelajaran di TK Baruawati
menggunakan sistem kelompok dimana
didalam 1 kelas anak dibagi menjadi 3
kelompok, misalnya dari 21 anak dibagi
menjadi 3 kelompok jadi 1 kelompok ada 7
orang anak dan guru memberikan pembelajaran dengan menggunakan panduan Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana
Kegiatan Harian (RKH).
d. Nama Kepala Sekolah dan Dewan Guru
Kepala sekolah: Hj. Apriati, S.Pd.
Dewan Guru:
1) Kelompok A:
a) Yunita, A.Ma
b) Juhriah
c) Resti Meilisa
2) Kelompok B:
a) Hj. Nurbaya, S.Pd
d) Safarina, A.Ma
e) Naili Hidayati, A.Ma
3) Guru PAI: Budiansyah, A.Ma
e. Fasilitas/Sarana TK. Barunawati
1) Fasilitas Ruangan
a) Ruangan Kantor/Kepala
buah
b) Ruang Kelas
(1) Kelompok A: 1 Buah
(2) Kelompok B: 1 Buah
(3) WC/Toilet: 1 buah
2) Sarana Ruang Sekolah
a) Ruang kantor
(1) Meja Kepala Sekolah
(2) Kursi Kepala Sekolah
(3) Meja Guru
(4) Kursi Guru
(5) Lemari Buku
Sekolah: 1
: 1 Buah
: 1 Buah
: 5 Buah
: 5 Buah
: 2 buah
(6) Rak Buku
: 2 buah
(7) Televisi
: 1 buah
(8) Tape
: 2 buah
(9) Kotak P3K
: 3 Buah
3) Ruang Kelas
a) Kelompok A
(1) Meja Guru
: 1 Buah
(2) Kursi Guru
: 1 Buah
(3) Lemari
: 1 Buah
(4) Meja Anak
: 2 Buah
(5) Meja Buku
: 3 Buah
(6) Locker
: 1 Buah
(7) Kipas Angin
: 1 Buah
(8) Rak Sepatu
: 2 Buah
(9) Papan Tulis
: 1 Buah
(10) Papan Absen
: 1 Buah
(11) Papan Planel
: 1 Buah
b) Kelompok B
(1) Meja Guru
: 1 Buah
(2) Kursi Guru
: 1 Buah
(3) Lemari
: 1 Buah
(4) Meja Anak
: 12 Buah
(5) Meja Buku
: 3 Buah
(6) Locker
: 1 Buah
(7) Kipas Angin
: 1 Buah
(8) Rak Sepatu
: 2 Buah
(9) Papan Tulis
: 1 Buah
(10) Papan Absen
: 1 Buah
(11) Papan Planel
: 1 Buah
(12) Sarana di luar sekolah
(a) Putaran
(b)Perosotan
(c) Jungkitan
(d)Tangga Majemuk
(e) Bola Dunia
f. Denah Gedung Sekolah TK Barunawa-ti
Banjarmasin
Keterangan:
1) Kantor Kepala Sekolah & Guru
2) Kelas Kelompok A
3) Kelas Kelompok B
4) WC
5) Teras
6) Halaman Sekolah
2. Taman Kanak-kanak-Paud Sabilal
Muhtadin Kota Banjarmasin
a. Latar belakangnya Berdirinya TK-Paud
Sabilal Muhtadin
Pendidikan adalah usaha sadar dan
sistematis yang dilakukan oleh sebuah
komunitas (masyarakat) untuk memanusiakan manusia sekaligus eksistensinya dalam
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 33
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
posisinya sebagai khalifahtullah fil ardhi.
Dalam kontek ini pendidikan memegang
peranan penting dalam mengaktualisasikan
potensi-potensi yang memiliki manusia
menuju insan yang ideal yakni manusia yang
beriman, berilmu, bertaqwa, beramal shaleh
dan berakhlakul karimah menuju derajat
yang tinggi.
Pendidikan usia dini merupakan
yang paling mendasar dan menempati
kedudukansebagai golden-age dan sangat
strategis dalam pengembangan sumber daya
manusia. Rentang usia dini dari lahir sampai
usia enam tahun adalah usia kritis sekaligus
strategis dalam proses pendidikan dan dapat
mempengaruhi proses serta hasil pendidikan
seseorang selanjutnya. Artinya pada periode
ini merupakan periode kondusif untuk
menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik,
kognitif, bahasa, sosio-emosional dan
spritual.
Pada usia dini anak mulai mengenal
interaksi sosial anak mulai membutuhkan
teman bermain dan mulai membentuk
karakter pengalaman sosial. Pada masa
pembentukan karakter, pengalaman sosial
amat sangat menentukan kepribadian anak
setelah anak menjadi dewasa. Hasenstab dan
Horner mengemukakan bahwa salah satu
tujuan daripendidikan dari pendidikan anak
usia dini adalah memberi pengalaman dan
kesempatan dan penguasaan kemampuan
pada semua bidang perkembanganuntuk
meningkatkan kesempatan berhasil ketika
anak memasuki jenjang pendidikan formal
selanjutnya. Pendidikan anak usia dini
adalah membekali dan menyiapkan anak
sejak dini untuk memperoleh kesempatan
dan pengalaman yang dapat membantu
perkembangan selanjutnya. Inilah sekilas
yang melatar belakangi berdirinya TK-Paud
Yayasan Pendidikan Islam Terpadu Sabilal
Muhtadin Kota Banjarmasin.
Menyadari begitu pentingnya pendidikan anak usia dini seperti tergambar dalam
perspektif-perspektif tersebut, maka upaya
peningkatan mutu pendidikan menjadi hal
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Khususnya di tingkat lembaga pendidikan
sekolah. Pendidikan yang bermutu, relevan
dan memiliki daya saing merupakan
dambaan semua pengurus dan pelaksana
pendidikan tidak terkecuali bagi masyarakat
pelayan jasa pendidikan TK-Paud Sabilal
Muhtadin.
b. Visi, Misi, Tujuan dan Sumber Nilai TKPaud Terpadu Islam Sabilal Muhtadin
Mengacu kepada visi dan misi,tujuan
dan sumber nilai Lembaga pendidikan Islam
sabilal Muhtadin maka visi. Misi, tujuan dan
sumber nilai PAUD Terpadu Islam Sabilal
Muhtadin adalah sebagai berikut :
Visi: terwujudnya PAUD Terpadu
Islam yang bermutu tinggi, berdaya saing
tinggi dan berakar dimasyarakat
Misi: melalui kegiatan bermain anak
dapat mengembangkan kesluruh aspek
perkembanganya yang dimilikinya seperti
afeksi, kognisi, bahasa, fisik serta sosial
anak, untuk siap mengukir jenjang
pendidikan selanjutnya.
Tujuan:
1) Beriman danbertaqwa
2) Berakhlakul Karimah
3) Sehat Jasmani dan rohani
4) Cerdas berpengetahuan dan terampil
5) Berkepribadian dan mandiri
6) Bertanggung jawab atas perkembangan
umat dan bangsa
7) Sumber Nilai: Al Qur’an, Sunnah dan
Falsafah Pancasila
c. Kurikulum TK-Paud Terpadu Islam
Sabilal Muhtadin
Kurikulum yang digunakan oleh KB
dan TK Islam Sabilal Muhtadin adalah
Curriculur Domain yang mengembangkan
lima aspek perkembangan, yaitu:
1) Afeksi
Fokus
perkembangan
membangun
kepercayaan diri anak, kemandirian,
inisiatif, tekun dalam menyelesaikan
tugas, menguasai dirinya dan bisa
memahami dirinya.
2) Kognisi
Fokus perkembangan meliputi kemampuan konsentrasi dalam melakukan kegiatan, mampu mengenali ciri, sifat, tanda
benda, kemampuan logis matematika,
berfikir kritis, mampu menganalisa dan
membuat kesimpulan serta belajar
tentang aturan-aturan.
34 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
3) Bahasa
Fokus perkembangan meliputi kemampuan mendengarkan, menafsirkan pesan,
mengekspresikan pengetahuan, membaca
dan menulis.
4) Fisik
Fokus perkembangan meliputi kesadaran
pada tubuh, motorik kasar dan halus serta
kesehatan fisik.
5) Sosial
1. Program
jangka
Pendek
dan
Menengah PAUD Terpadu Islam
Sabilal Muhtadin
a. Program Jangka Pendek
1) Mengadakan workshop guru dan
karyawan
untuk
membuat
program setiap tahun ajaran.
2) Mendatangkan
nara
sumber/tenaga
ahli
untuk
pembinaan guru dan karyawan
3) Melaksanakan pelatihan/magang
guru-guru ke sekolah al Falah
Jakarta (sekolah rujukan)
4) Melaksanakan kerjasama dengan
komunite sekolah dalam rangka
pelaksanaan program sekolah
5) Melaksanakan kerjasama dengan
sekolah dan melalui kegiatan
IGTKI, KKG, HEMPAUDI,
K3TK dan lainya.
6) Melaksanakan kerjasama dengan
instansi terkait antara lain. Dinas
pendidikan, UNLAM, IAINdan
lainya.
b. Program Jangka Menengah
1) Pembinaan dan peningkatan
mutu SDM (guru dan karyawan)
2) Membuat
inovasi
dalam
pembelajaran
3) Mengevaluasi setiap jenis kegiatan
4) Melengkapi setiap sarana dan
prasarana
5) Melaksanakan kerjasama dengan
lembaga dan instatsi lain yang
terkait
6) Menjalin hubungan baik dengan
orang tua/wali anak.
d. Keadaan Sarana dan Prasarana Paud
Terpadu Islam Sabilal Muhtadin
No
A
Jenis Prasarana
Status Gedung/ Bangunan untuk
pelaksanaan kegiatan PAUD
B
Ruang
kelas/Ruang
Pembelajaran
1. Jumlah ruangan
2. Luas keseluruhan ruangan
3. Kondisi ruangan
Ruang Bermain/ Halaman
C
D
E
F
G
Ruang Administrasi/ Kantor
1. Ruang kepala/pengelola
2. Ruang Guru/ Pendidik
Kamar Mandi/ Toilet
1. Toilet Anak
2. Toilet Guru
Jenis APE Luar (OUTDOOR)
1. Tangga majemuk
2. Turun naik-tangga
3. Ayunan
4. Papan Titian
Jenis APE dalam ( Indoor)
1. Sentra persiapan
2. Sentra bahan alam
3. Sentra balik
4. Sentra peran besar
5. Sentra peran kecil
6. Sentra Imtaq
7. Sentra Seni
e. Jumlah Siswa Keseluruhan
Laki- PeremKelompok
laki
puan
Toddler
5
3
KB. 1
6
9
KB. 2
6
6
KB. 3
4
7
KB.4
7
6
TK.A1
6
6
TK.A2
6
6
TK.A3
7
6
TK.A4
7
6
TK.A5
7
6
TK.A6
7
6
TK.B1
6
6
TK.B2
3
7
TK.B3
4
7
TK.B4
5
6
TK.B5
5
6
TK.B6
6
5
TK.B7
4
7
TK.B8
5
6
TK.B6
5
5
Jumlah
111
122
Status
Milik
Lembaga
Yayasan
9 ruang
294 m2
Baik
Ada Luas 378
m2
Ada
Ada
Ada
Ada
2buah
1 buah
1 buah
2 buah
85 buah
60 buah
9 set
52 buah
36 buah
34 buah
14 buah
Jumlah
siswa
8
15
12
11
13
12
12
12
13
13
13
12
10
11
11
11
11
11
11
10
233
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 35
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
f. Guru dan Karyawan TK-PAUD Sabilal Muhtadin
No
Nama
Ijazah/Tempat
1
Martini, S.Pd.I.
S1. PAI Al Jami
2
Siti Asyah, AK, S.Pd.
S1. BK Unlam
3
Suhartini, S.Pd.I
S1. PAUD Unlam
4
Mastawiah, S.Pd.
S1. BK Uniska
5
Rusdiah, S.Pd.I
S1. PAI Al Jami
6
Abdul Rifai, S.Pd.I
S1. PAI Al Jami
7
Lailatul Qamariah, S.Pd.I.
S1. PAI Al Jami
8
Mariatul Kiptiah, S.Pd
S1. BK Unlam
9
Salasiah, M.Pd
S2. MP. Unlam
10 Abdurrasyid, S.Ag
S1. Unlam
11 Rusmin Nurian, S.Pd
S1. BK Unlam
12 Lisda Ariani, S.Pd
S1. BK Unlam
13 Dahliana, S.Pd
S1. PAUD Unlam
14 Shafiah, SE
S1. Ekonomi STIE
15 Andan Nuryati, S.Pd.I
S1. PAI UNMUH Malang
16 Ana Wardini, S.Pd
S1. PAUD Unlam
17 Rida Fitria, S.Sos
S1. Niaga Unlam
18 Jamiah Nila Sari
SMA 1 jur IPS
19 Elyana,, W. Ama
D2. PGTK Unlam
20 Lisnawati, A.Ma
D2. PGTK Unlam
21 Rizekia Muliyani, A.Ma
D2. PGTK Unlam
22 Hj. Rahmika, A. Ma
D2. PGTK Unlam
23 Sriwulan Roohanawati, A.Ma
D2. PGTK Unlam
24 Eka Emelda Indriyatna, A.Ma
D2. PGTK Unlam
25 Wardinah, A.MA
D2. PGTK Unlam
26 Nurlina, S.Pd
S1. PAUD Unlam
I. Penyajian Data Penelitian
1. Pola Parenting pada PAUD-TK
Pelindo dan Paud-TK Sabilal
Muhtadin Banjarmasin
Parenting di pada PAUD-TK
Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin
menekankan beberapa centra, yaitu persiapan, bermain, bercerita, penanaman kasih
sayang serta kesopanan. Di bawah ini
penulis akan paparkan aspek-aspek ini satu
persatu.
a. Pola Centra Persiapan (Kelas Besar)
Persiapan yaitupola parenting yang
dilaksanakan secara klasikal, pada centra ini
anakmelakukan berbagai macam kegiatan
disesuaikan dengan program kegiatan
harian, berdasarkan hasil observasi kelompok peneliti bahwa pada centra persiapan ini
bisa diisi dengan Imtaq seperti do’a-doa,
pengenalan huruf hijaiyah, menghafal surah
surah pendekserta berbagai amalan-amalan
TMT
1997
1998
1988
1990
1991
1997
1988
1990
1997
1997
2002
1997
2002
1998
2007
2006
2006
2001
2009
2010
2010
2013
2013
2013
2013
2013
keagamaan lainya, selain itu adapula
kegiatan bermain, seni serta bercerita.
Centra persiapan merupakan centra pemanasan dalam memasuki centra berikutnya
yang dipandu oleh masing-masing guru
dalam rangka menempati centra-centra
berikutnya meskipun setiap memasuki
centra lainya masih ada langkah persiapan
disetiap centra yang ada.
b. Pola Centra Imtaq
Parenting pada PAUD-TK Pelindo
dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin sama-sama
melaksanakan centra Imtaq. Pada sentra ini
anak dibawa ke dalam suasana Religius,
bermusik dengan lagu-lagu keagamaan,
mengamati video keagamaan, do’a-do’a
harian, hafalan surah-surah pendek, praktek
shalat.
c. Pola Centra Bermain
Menyadari asyiknya bermain bagi
anak, PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK
36 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
Sabilal Muhtadin mengadakan banyak sekali
kegiatan bermain untuk anak-anak didiknya.
Permainan-permainan dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan sentra dan sistem
rolling. Di sentra bermain ini, misalnya,
anak-anak dapat bermain kartu, koran bekas,
playdough, bongkar pasang, menjepit, dan
lain-lain.
Berdasarkan observasi penulis, anak
didik mempunyai kebebasan dalam memilih
permainan baik di dalam maupun di luar
ruangan. Guru sebagai pengasuh hanya
memberikan penjelasan cara bermain dan
mengawasi anak didik mereka agar
permainan tersebut lebih terarah.
Ada beberapa macam permainan
yang terdapat di sentra persiapan ini, yaitu:50
1) Bermain Koran bekas
Masing-masing anak didik diberikan
koran bekas dalam permainan ini. Kemudian
mereka diajarkan untuk merobek koran
secara lurus dan memanjang dengan
menggunakan jari-jemarinya. Sobekansobekan tadi lalu dikumpulkan dan diremasremas sehingga membentuk bola. Kegunaan
permainan ini untuk melatih tangan dan jarijemari anak agar menjadi kuat.
2) Bermain playdough
Ini adalah permainan membuat
benda-benda dengan bentuk sekehendak hati
dengan bahan yang aman buat anak berupa
campuran tepung, garam, pewarna dan
sedikit air. Setelah semua bahan dicampur
kemudian diaduk hingga menyerupai lilin
mainan anak-anak. Anak didik boleh
membentuk apa saja yang ia inginkan dan
dapat dibantu dengan menggunakan cetakan
yang sudah disediakan oleh pengasuh.
Bahan-bahan ini dibuat sendiri agar tidak
membahayakan mereka karena tidak
mengandung bahan kimia berbahaya.
Adapun kegunaan permainan ini selain
melatih jari-jemari anak agar kuat juga dapat
mengembangkanimajinasi anak didik.
3) Bermain bongkar pasang
Permainan bongkar pasang ini
mengajarkan anak didik untuk bebas
membuat apa saja yang ia inginkan, seperti
kereta api, rumah, pesawat dan lain
50
Sentra Persiapan, Wawancara Pribadi,
Paud–Tk Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin,
26 September 2012.
sebagainya. Adapun guru bisa memberikan
usulan kepada anak tentang apa yang mau
dibuat. Setelah dibentuk anak didik bebas
memainkannya.
4) Bermain jepitan
Permainan ini terdiri dari jepitan
baju dan gantungannya. Dalam permainan
ini anak didik bebas menjepit sesuai dengan
kreatifitas dan imajinasinya. Adapun
kegunaan permainan ini adalah untuk
melatih jari-jemarinya agar kuat dalam
memegang benda dan mengasah kreatifitas
dan imajinasi anak.
5) Bermain kartu
Pada permainan ini anak didik mulai
diperkenalkan berhitung, mengenal abjad,
warna dan angka. Dalam salah satu cara
memainkan permainan ini, kartu dibagikan
kepada anak didik, dan selanjutnya mereka
diharuskan untuk menyebutkan angka atau
abjad beserta warna yang diperolehnya pada
kartu tersebut. Semua kartu kemudian
dikumpulkan untuk bersama-sama dibaca.
Dalam wawancara yang penulis
lakukan dengan guru kelas PAUD-TK
Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin
mengemukakan bahwa:
Anak-anak yang bermain baik di luar
maupun di dalam ruangan tidak dibiarkan
sendiri tanpa pengawasan. Para guru terus
mengarahkan dan mengawasi. Tujuan
yang ingin dicapai dalam bermain yaitu
disiplin, kemandirian, melatih motorik
halus dan kasar dan kognitif. Permainan
anak disesuaikan dengan sentra.51
Dari hasil wawancara dengan
pengasuh PAUD-TKPelindo dan PAUD-TK
Sabilal Muhtadintentang bermain bagi anakanak seusia mereka, penulis menyimpulkan
bahwa bermain merupakan sesuatu yang
asyik dan sangat membantu dalam
mengembangkan potensi kecerdasan logika
anak didik. Bermain juga dapat melatih anak
untuk memecahkan masalah, melatih
kestabilan emosi dan merangsang anak didik
untuk mengekspresikan diri secara kreatif.
Khusus untuk TK –Paud sabilal Muhtadin
pada sentra ini dibedakan menjadicentra
peran besar yakni anak bermain dalam
kelompok besar dan centra kecil yakni anak
51
Wawancara Pribadi, Paud-Tk Pelindo dan
PAUD-TK Sabilal Muhtadin, 19 September 2013.
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 37
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
bermain dalam bentuk kelompok kecil,
makanya dalam sentra besar ada 52 buah
permainan sementara pada centra kecil
hanya ada 36 alat permainan.
d. Pola Centra Bercerita
Salah satu cara pendidik memompa
semangat anak didik dalam mengikuti
proses
pembelajaran
adalah
dengan
bercerita. Adapun cerita di sini bisa dari
pendidik dan bisa juga dari anak didik.
Dengan bercerita anak-anak akan mudah
tertarik untuk mendengarkan apa yang akan
disampaikan oleh pengasuhnya. Pada saat
anak didik tidak semangat belajar maka
dengan cerita dapat memotivasi mereka,
baik untuk bermain maupun belajar.
Selama
observasi
penulis
menemukan bahwa pengasuh bercerita
sebelum anak didik melakukan permainan
yang ada di masing-masing sentra dan
ceritanya disesuaikan dengan tema yang
dipelajari. Misalnya pada tema makanan dan
sub temanya manfaat makanan, maka guru
bercerita tentang ayam yang berjudul ‘Ayam
Yang Suka Bertelur’. Sebagai ilustrasi,
berikut catatan lapangan saya.
Pertama pengasuh memperlihatkan
sebuah buku cerita kepada anak seraya
berkata, “Anak-anak, Ibu punya buku cerita,
siapa yang mau dengar cerita Ibu”.
Kemudian
anak-anak
pun
langsung
merespon, “Saya bu…!” jawab anak-anak
spontan. “Ibu ingin bercerita tetapi (anakanak) duduk yang manis dulu”. Anak-anak
pun langsung duduk dengan rapi dan mereka
tidak sabar menunggu cerita dari ibu
pengasuh.
Sebelum
bercerita,
pengasuh
memperlihatkan
gambar-gambar
yang
menarik untuk memotivasi anak dalam
keingintahuannya tentang isi ceritanya.
“Anak-anak, siapa yang tau gambar apa
ini?”, tanya Ibu Pengasuh kepada anak-anak.
Karena gambar itu sudah tidak asing lagi
bagi mereka lalu anak-anak serentak
menjawab “Gambar ayam Bu…”. Melihat
antusias anak-anak, Ibu Pengasuh tersenyum
lalu menjawab seruan anak-anak “Iya betul.
Terus siapa yang punya ayam di rumah?”.
Zigi dan Dafi, dua anak usia dini di PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin,
menjawab bersamaan “Saya bu”. Wah! Zigi
dan Davi hebat ya.” Ibu pengasuh
menanggapi jawaban Zigi dan Davi. “Nah!
Sekarang Ibu akan bercerita”, lanjut Ibu
Pengasuh.
“Hari ini ibu punya cerita yang
berjudul Ayam yang Suka Bertelur. Kita
buka bukunya dengan perlahan dan hati-hati
ya supaya tidak rusak,” kata Ibu
Pengasuhnya. “Hah…! ada ayam yang
sedang bertelur. Ayam ini namanya Yumi.
Yumi adalah ayam yang selalu bahagia di
peternakan itu karena setiap hari selalu
bertelur. Ayam-ayam lain yang tahu tentang
Yumi yang selalu bertelur menjadi iri,
terutama Wui dan Nui. Wui adalah ayam
yang paling cantik, Wui berkata “pasti Yumi
makan obat pembuat telur.” “Kita pecahkan
telurnya, yuk!” ajak Nui mulai jahat. “Kalau
ketahuan bagaimana?” tanya Wui. Nui
tersenyum, lalu membisikkan sesuatu
ditelinga Wui. Sebuah rencana jahat!
Kemudian Ibu Pengasuh bertanya
kepada anak didiknya, “Rencana jahat apa
ya yang ingin mereka lakukan? Ayo, siapa
yang mau tau cerita selanjutnya? Anak-anak
pun menjawab “Iya Bu…! Saya Bu…!”.
Ibu guru pun meneruskan ceritanya.
Suatu siang, Yumi kaget melihat telurnya
pecah. “Siapa yang melakukan ini?” tanya
Yumi. “Ah, barangkali pecah karena aku
terlalu semangat bertelur”, kata Yumi lagi.
Keesokan harinya, Yumi bertelur pelanpelan sekali. Ia tidak mau telur yang
dihasilkan pecah lagi. Ternyata, telurnya
lagi-lagi pecah. Yumi keluar kandang. Lalu,
melihat tempat jatuhnya telur. Di ujung
tempat jatuhnya telur ada paku. Buru-buru
Yumi mencabut paku tersebut. “Nah!
Sekarang sudah aman,” kata Yumi, “Besok
telurku pasti tidak akan pecah lagi.”
Besoknya, lagi-lagi telurnya pecah.
Setelah dilihat, ternyata ada paku lagi di
tempat jatuhnya telur. Yumi mulai curiga.
Diam-diam, ia membuat rencana. Pagi-pagi
sekali sebelum bertelur, Yumi pura-pura
tidur. Pelan-pelan, matanya terbuka ketika
melihat bayangan dua ekor ayam menuju
kandangannya. Mereka adalah Wui dan Nui.
“Hati-hati!” bisik Wui. “Tenang…
Yumi masih tidur” kata Nui. “Sedang apa
mereka?” kata Yumi dalam hati. “Apa
mereka yang memasang paku? Kenapa
38 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
mereka melakukan itu, ya?”. “Pakunya
sudah terpasang,” kata Nui. Lalu mereka
kembali ke kandang. Yumi pura-pura baru
bangun. Tanpa sepengetahuan Wui dan Nui,
Yumi membuang paku yang dipasang Wui
dan Nui. Yumi kembali kekandang, tidak
lama kemudian bertelur. Ia tersenyum
karena telurnya tidak pecah. Wui dan Nui
heran mengetahui telur Yumi tidak pecah.
“Wui, Nui, kalian sedang apa?” tanya Yumi.
Wui dan Nui tidak menjawab. “Mau
membuat telurku pecah lagi, ya?” tanya
Yumi lagi. “Kenapa kalian melakukan itu?”.
“Maafkan kami. Kami iri melihat kamu bisa
bertelur setiap hari,” kata Wui.
“Kalian juga bisa bertelur seperti
aku. Syaratnya, selain makan yang teratur,
kalian harus selalu bersih dan selalu
gembira,” kata Yumi tersenyum. Yumi tidak
marah walaupun dijahati teman-temannya
malah Yumi memberi saran kepada
temannya-temannya bagaimana agar bisa
bertelur seperti dirinya. “Terima kasih atas
nasihatmu!” kata Wui dan Nui. Sejak itu,
telur Yumi tidak pernah pecah lagi”.
Akhirnya
Ibu
Pengasuh
mengakhiri
ceritanya.
Dalam cerita tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa jika ingin hidup sehat
maka makanlah dengan teratur dan makan
makanan yang bergizi serta menyehatkan.
Dengan bercerita anak yang tadinya tidak
terlalu semangat belajar menjadi semangat
dan mendengarkan benar-benar isi ceritanya.
Dalam wawancara penulis dengan
guru kelas PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK
Sabilal Muhtadin mengemukakan bahwa:
Dengan bercerita anak-anak dilihatkan
gambar-gambar yang menarik. Sedangkan
cerita disesuaikan dengan tema dan sub
tema, misalnya pada tema makanan dan sub
temanya manfaat makanan, maka anak
diceritakan tentang manfaat makanan.
Dalam cerita tersebut mengandung pesanpesan moral terapan untuk anak.52
Adapun bentuk cerita dari anak didik
adalah pengasuh meminta anak didik untuk
menceritakan
tentang
pengalamanpengalaman mereka pada liburan atau
keseharian mereka. Dan dengan semangat
anak didik menceritakan pengalamanpengalamannya, ada yang bercerita pergi
menonton pawai di Banjarmasin, ada juga
pergi jalan-jalan ke taman, dan lain
sebagainya.
e. Pola
Kasih
Sayang
serta
Kesopanan
Dalam keseharian mereka di sekolah,
anak didik bergaul dan berinteraksi dengan
teman, guru maupun orang tuanya. Dalam
pergaulan itu para pengasuh di PAUDTKPelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin
menanamkan rasa kasih sayang serta
kesopanan pada anak-anak didik mereka.
Berdasarkan observasi, anak-anak
dididik untuk menyayangi baik terhadap
pendidik maupun pada teman-temannya.
Pengasuhan dengan pola kasih sayang itu
bisa dilihat di saat ada anak didik yang
sedang rewel. Pengasuh akan mengajaknya
beraktivitas
kembali
dengan
penuh
kesabaran dan kasih sayang. Adapun bentuk
kasih sayang yang diberikan pengasuh,
misalnya melalui belaian hangat seperti
dipangku sambil mengusap-usap kepala,
bujukan-bujukan lembut seperti “Nak, coba
lihat teman-temannya, mereka asyik
bermain. Ayo, kita bermain lagi bersamasama” dan lain sebagainya.
Dalam wawancara penulis dengan
guru kelas PAUD-TK Pelindo dan Paud -TK
Sabilal Muhtadin mengemukakan bahwa,
“[d]alam mengasuh anak didik, seorang guru
membiasakan dengan perkataan lemah
lembut dalam berkomunikasi kepada anak,
seperti dalam menegur anak, kata ‘maaf’
yang digunakan terlebih dahulu. Ini
bertujuan agar anak didik tidak merasa
terlalu disalahkan”.53
Kasih sayang antara sesama anak
didik pun juga dapat dilihat dalam
keseharian mereka di sekolah. Misalnya
tidak memilih-milih teman ketika bermain,
membereskan alat-alat bermain bersamasama, tidak mengejek teman dan makan
bersama-sama.
Adapun bentuk kesopanan yang
pengasuh PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK
52
Guru Kelas, Wawancara Pribadi, Paud –Tk
Pelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin, 20
September 2013.
53
Guru Kelas, Wawancara Pribadi, PaudTKPelindo dan PAUD-TK Sabilal Muhtadin, 24
September 2013.
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 39
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
Sabilal
Muhtadin
ajarkan
adalah
membiasakan anak didik mengucapkan
terima kasih jika mendapat bantuan atau
diberi makanan oleh pendidik. Hal ini
terlihat ketika pengasuh meminta bantuan
kepada anak didik untuk mengambilkan
sesuatu sambil mengatakan “Tolong nak,
ambilkan spidol itu”, setelah spidol
diambilkan pendidik mengucapkan “Terima
kasih ya nak.” Secara tidak langsung
pendidik mengajarkan kepada anak ketika
membutuhkan sesuatu, yaitu dengan
mengucapkan kata ‘tolong’ dan setelah
diberi pertolongan anak juga diajarkan
mengucapkan kata ‘terima kasih’.54
Selanjutnya, setiap anak yang ingin
memulai permainan atau kegiatan apapun,
mereka akan menunggu ucapan ‘silakan’
dari para pengasuh. Jika anak melakukan
kesalahan, maka anak ditegur dengan lemah
lembut dan teguran itu dimulai dengan kata
‘maaf’. Hal ini bisa dilihat ketika anak tidak
mau bermain bersama-sama lalu pendidik
membujuknya
supaya
mau
bermain
bersama-sama, seperti “Maaf ya nak,
bermainnya di sini saja bersama temanteman”.55
f. Pola Centra Bahan Alam
Berdasarkan hasil observasi kami
bahwa pada PAUD-TKPelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin di area
centra bahan alam ini anak diajakuntuk
mengenal dan mengolah bahan-bahan yang
diambil dari alam seperti: daun-daunan,
ranting,pohon, buah, akar, mewarna dari
bahan alam yang dibuat dalam sebuah pola
tertentuseperti sebuah pohon hidup yang
utuh bertujuan menanamkan kecintaan anak
terhadap lingkungan hidup dam macammacam tumbuhan yang ada dilingkungan
sekitar anak.Perbedaanya antara kedua
PAUD dan TK dia atas adalah pada PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin mereka
memiliki area centra bahan alam yang luas
di luar kelas sehingga centra ini sering
dilakukan di Kebun Kota Banjarmasin yang
masih menyatu tempatnya dengan komplek
Sabilal Muhtadin. Sementara pada PAUD54
Guru Kelas Paud-Tk Pelindo dan PAUDTK Sabilal Muhtadin, op.cit., 20 September 2013.
55
Guru Kelas Paud –Tk Pelindo dan PAUDTK Sabilal Muhtadin, op.cit., 24 September 2013.
TKPelindo cukup dilaksanakan didalam
kelas dan hanya membawa bahan-bahan
alam dari luar ke dalam kelas karena mereka
tidak memiliki lokasiyang strategis untuk
dibawa ke dalam lingkungan alam yang
sebenarnya seperti di pada Paud-TK Sabilal
Muhtadin.
Kemudian pada bagian ini dapat
dikemukakan pula contoh persiapan belajar
mengajar pada TK PAUD Pelindo dan
Sabilal Muhtadin sebagai berikut:
Proses Belajar Mengajar dari
Kegiatan Awal Sampai Akhir
- Tema/Sub Tema
: Air, Udara dan Api/
Asal Air
- Kelompok
:A
- Semester/Minggu : II/11
I. Kompetensi
a. Anak terbiasa membaca do’a setiap
mengawali kegiatan
b. Anak mampu memahami cerita yang
dibacakan
c. Anak mampu melakukan gerakan
antisipasi
d. Anak mampu mengenal lambang
bilangan
e. Anak dapat mengetahui konsep
banyak dan sedikit
f. Anak mampu mengkoordinasikan
mata dan tangan untuk melakukan
gerakan yang rumit.
II. Indikator
a. Berdo’a sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan (NAM)
b. Mendengarkan cerita sederhana (B)
c. Berjalan maju pada garis lurus (F)
d. Menghubungkan/memasangkan
lambang bilangan dengan bendabenda sampai 10 (anak tidak disuruh
menulis) (K)
e. Menunjukkan dua kumpulan benda
yang sama jumlahnya, yang tidak
sama, lebih banyak dan lebih sedikit
(K)
f. Menyanyi 15 lagu anak-anak (F)
III. Tujuan Pembelajaran
a. Membiasakan anak berdo’a sebelum
belajar dan membaca surah-surah
pendek dengan benar
b. Anak mendengarkan cerita sederhana
c. Anak dapat berjalan maju pada garis
lurus
40 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
d. Anak dapat menghubungkan jumlah
gambar dengan lambang bilangannya
e. Anak dapat menunjukkan dua
kumpulan benda yang lebih banyak
dan lebih sedikit
f. Anak dapat menyanyi 15 lagu anakanak
IV. Materi Pembelajaran
a. Membaca do’a sebelum belajar
“Rabbi Jidni Ilma Warjukni Fahma”
dan membaca surah-surah pendek
(Al-fatihah, Al-ikhlas, Al-falaq dan
An-nas)
b. Bercakap-cakap mengenai tentang
asal air
c. Pemberian tugas berjalan maju pada
garis lurus sambil membawa gelas
berisi air
d. Pemberian tugas, memasangkan
gambar gelas berisi air dengan
lambang bilangannya.
e. Pemberian tugas menghubungkan
jumlah gambar gelas berisi air
dengan lambang bilangannya.
f. Pemberian tugas menunjukkan lebih
banyak dan lebih sedikit air yang ada
di gelas.
g. Praktek langsung menyanyi lagu
“Air”
Adapun Skenario kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran sebagai
berikut:
1) Kegiatan Awal ± 30 Menit
a) Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam kepada anak-anak
dilanjutkan dengan membaca do’a
belajar dan surah-surah pendek
b) Guru mempersiapkan alat dan
bahan/media pembelajaran
c) Guru memeriksa kehadiran anak
d) Guru menjelaskan tentang asal air
2)Kegiatan Inti ± 60 Menit
a) Guru
meminta
anak
untuk
mempraktikkan berjalan maju pada
garis lurus sambil membawa gelas
berisi air
b) Guru meminta anak untuk menghubungkan jumlah gelas berisi air dengan
lambang bilangannya.
c) Guru
meminta
anak
untuk
menunjukkan lebih banyak dan lebih
sedikit air yang ada di gelas.
3)Kegiatan Akhir ± 30 Menit
a) Guru meminta anak untuk menyanyi
lagu “Air”
b) Guru menanyakan apa komentar anak
setelah melakukan kegiatan
c) Guru memberikan kesimpulan dan
evaluasi mengenai kegiatan hari ini
d) Guru menutup pelajaran dengan
membaca
do’a
pulang
dan
mengucapkan salam.
4) Pelaksanaan Tindakan
a) Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal pembelajaran
dimulai dengan guru mengucapkan
salam kepada anak dilanjutkan dengan
membaca do’a belajar dan surah-surah
pendek. Kemudian guru menyiapkan
alat dan bahan/media pembelajaran
seperti buku paket, gambar gelas,
gelas, air, lembar kegiatan anak
(LKA). Setelah itu guru memeriksa
kehadiran
anak,
lalu
guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
sesuai dengan tema.
b) Kegiatan Inti
Guru meminta anak untuk mempraktekkan berjalan maju pada garis lurus
sambil membawa gelas berisi air,
setelah itu guru meminta anak untuk
menghubungkan
jumlah
gambar
bilangan dengan lambang bilangannya. Dan kegiatan selanjutnya guru
meminta anak untuk menunjukkan
lebih banyak dan lebih sedikit air yang
ada digelas.
c) Kegiatan Akhir
Guru meminta anak untuk menyanyi
lagu “Air”. Kemudian guru memberikan kesimpulan dan evaluasi mengenai kegiatan hari ini, guru menutup
pelajaran dengan membaca do’a
pulang dan mengucapkan salam.
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 41
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Parenting pada PAUD-TK Pelindo
dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin
a. Faktor Tenaga Pengasuh
Jumlah seluruh guru PAUD-TK
Pelindo ada Tujuh orang yaitu terdiri dari
satu orang kepsek dan enam orang guru
sentra.
Paud-TK
Sabilal
Muhtadin
Banjarmasin ada 24 orang yaitu terdiri dari
satu orang kepsek dan 26 orang guru sentra.
Untuk mengetahui faktor dari tenaga
pengasuh, bisa dilihat dari latar belakang
pendidikan,
kepribadian
pengasuh,
kompetensi pengasuh dan yang terakhir
pengalaman mengajar.
1) Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendidikan terakhir para pengasuh PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin. Meskipun demikian, tentu
penulis juga harus memperhatikan latar
belakang pendidikan para pengasuh PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin
Berdasarkan data yang diperoleh
peneliti melalui wawancara dengan Kepala
Sekolah, yang diperkuat dengan sejumlah
dokumen, para pengasuh ternyata memiliki
latar belakang pendidikan yang menunjang
dalam proses pembelajaran di PAUD-TK
Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin. Walaupun sebagian pengasuh
masih ada yang hanya lulus SLTA, namun
mereka tengah berada dalam masa
pendidikan S-1 PGTK yang dibeyai oleh
beaya siswa Kementerian Pendidikan
Nasional di samping itu mereka juga sering
mengikuti pelatihan-pelatihan terkait PAUD
dan penerapan pembelajaran sentra. Para
nara sumber dalam training-training tersebut
tentu juga merupakan orang yang ahli
dibidangnya dan di datangkan langsung oleh
pihak yayasan dengan bekerjasama baik
kepada Kementerian Agama Kota maupun
Kementerian Pendidikan Nasional kota
Banjarmasin
serta
Kantor
Wilayah
Kalimantan Selatan. Ada juga kegiatan studi
banding yang diikuti oleh para guru ke
sekolah yang lebih dulu menerapkan sistem
sentra.
2) Kepribadian Pengasuh
Seorang pengasuh, di samping
sebagai orang yang memberikan pendidikan
dan pengasuhan, pengasuh juga berfungsi
sebagai panutan. Oleh karena itu
kepribadian merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan seorang
pengasuh. Untuk itu, seorang pengasuh
harus memiliki kepribadian yang cocok bagi
pendidikan dengan keteladanan. Penulis
memperhatikan kepribadian para pengasuh
ini melalui tindak-tanduk mereka sehariharinya semasa memberikan pengasuhan
terhadap anak didiknya di PAUD-TK
Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin.
Melalui observasi, penulis melihat
bahwa semua pengasuh perempuan di
PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal
Muhtadin Banjarmasin menggunakan busana muslim yang rapi. Dengan busana
muslim yang rapi, selain menghormati
dirinya sendiri, dia juga menghormati orang
yang ada di sekitarnya. Para guru juga
bersikap sabar dan bijaksana, ketika
menghadapi anak-anak didiknya yang
sedang rewel. Adapun yang dilakukan oleh
pengasuh terhadap anak tersebut adalah
memangku anak itu dan menanyakan
dengan lemah lembut dengan perkataan,
“Sayang, kenapa rebahan, ngantuk ya? Cuci
muka yuk supaya tidak ngantuk lagi”. Anak
itu pun menggelengkan kepalanya dan
pengasuh menanyakan kembali, “Apa Raffa
ada masalah?” Anak yang ditanya itu
bernama Raffa dan ia hanya diam. Pengasuh
tidak memaksakan jika anak tidak mau
beraktifitas
setelah
dibujuk. Selama
pengasuh membujuk anak yang sedang
rewel, anak yang lain tetap diperhatikan dan
dipegang oleh guru yang satunya. Secara
umum para guru berkata dengan lemah
lembut dan sopan baik kepada anak didik,
pengasuh lainnya dan orang tua murid.
3) Kompetensi Pengasuh
Seorang pengasuh selain memiliki
kualifikasi akademik, juga harus mempunyai
kompetensi. Kompotensi yang dimaksud
yaitu
kemampuan
pengasuh
dalam
mengelola anak didik baik di dalam maupun
di luar ruangan. Jika pada proses
pengasuhan berjalan lancar berarti itu sudah
42 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
membuktikan bahwa pengasuh mempunyai
kompetensi dalam mengasuh anak didiknya.
Di lingkungan sekolah, lingkungan
belajar yang baik tergantung bagaimana para
pengasuh dalam mengelola kelas mereka
dengan baik, dan ini tidak mungkin terjadi
jika para pengasuh di PAUD-TK Pelindo
dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin
tidak memiliki kemampuan atau kompetensi
dalam mengelola proses pengasuhan.
Berdasarkan
observasi,
ketika
memasuki ruangan belajar, penulis menyaksikan sebuah ruangan yang tertata rapi,
indah dan menyenangkan. Anak-anak duduk
dengan rapi membentuk lingkaran dan
lesehan. Tingkah laku anak didik di PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin yang penurut dan mudah diajak
berkomunikasi juga memberikan indikasi
bahwa para pengasuh mereka berkompeten
dalam memberikan pengasuhan yang baik.
4) Pengalaman Mengajar
Sebagaimana
pepatah
lama
mengatakan experience is the best teacher
(pengalaman adalah guru terbaik), bagi
seorang pengajar pengalaman mengajar
sangat mempengaruhi proses pengasuhan
yang mereka laksanakan. Semakin lama dia
mengajar maka semakin berpengalaman
pula dia dalam mengasuh anak didiknya.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan Tata Usaha yang diperkuat dengan
dokumen sekolah diketahui bahwa sebagian
besar pengasuh di PAUD-TKPelindo dan
Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin
sudah cukup lama mengajar di sana, yaitu
minimal sekitar 5 tahun keatas lebih bahkan
ada yang sudah lebih sepuluh tahunan.
Kesenjangan para guru dalam lama atau
tidaknya mereka mengajar ini sudah dapat
diatasi dengan adanya pelatihan-pelatihan
dan juga studi banding ke sekolah yang
lebih maju.
b. Faktor Anak Didik
Untuk murid PAUD-TK Pelindo dan
Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin.
pada tahun ajaran 2013/2014 secara
keseluruhan Untuk TK Pelindo berjumlah
58 orang yang terdiri dari 32 orang laki-laki
dan 23 orang perempuan. Sementara untuk
Paud-TK Sabilal Muhtadin berjumlah 48
orang yang terdiri dari16 orang laki-laki dan
32 orang perempuan Untuk lebih jelasnya
lagi tentang keadaan murid PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin pada tahun pelajaran 2013/
2014.
Selain faktor pendidik, anak didik
juga ikut mempengaruhi jalannya proses
pengasuhan. Untuk itu faktor anak didik
dapat dilihat dari segi minat beraktifitas
anak, kondisi anak dan faktor lingkungan
anak.
1) Minat Beraktifitas Anak
Proses lancarnya pengasuhan anak di
PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal
Muhtadin Banjarmasin. tentu tidak bisa
lepas dari faktor anak itu sendiri, karena
anak merupakan subjek dan objek dalam
proses pengasuhan.
Berdasarkan hasil observasi, anak
didik terlihat senang mengikuti proses
pengasuhan. Hal ini terbukti dengan
terlihatnya anak didik yang senang dalam
bermain dan hampir semuanya merespon
positif dalam proses pengasuhan.
2) Kondisi Anak
Untuk mengetahui pengaruh kondisi
anak didik ini dapat dilihat dari kondisi fisik
dan psikisnya. Apakah mereka mempunyai
cacat fisik atau malah memiliki gangguan
mental,atau bisa juga mereka dalam keadaan
sehat atau sakit, kesemuanya ini tentu juga
sangat mempengaruhi terhadap jalannya
proses pengasuhan anak.
Saat observasi di lapangan, penulis
melihat bahwa kondisi fisik dan psikis anakanak didik PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK
Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Ketika
mengikuti proses pengasuhan dalam
keadaan baik dan normal. Tidak nampak
adanya anak yang cacat tubuhnya,
mempunyai keterbelakangan mental atau
mengalami gangguan psikis lainnya. Mereka
juga terlihat bersemangat dan penuh perhatian saat mengikuti proses pengasuhan, itu
juga menunjukkan bahwa kondisi mereka
dalam keadaan sehat. Namun bukan berarti
mereka tidak pernah sakit, bagi mereka yang
sakit diizinkan untuk tidak mengikuti proses
pengasuhan di sekolah, atau dengan kata
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 43
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
lain mereka dibolehkan untuk tidak masuk
sekolah.56
3) Kondisi Lingkungan Anak
Yang dimaksud lingkungan dalam
penelitian ini adalah lingkungan di PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin baik di dalam ruangan maupun
di luar ruangan.
Lingkungan di PAUD-TK Pelindo
dan Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin
juga merupakan salah satu faktor penunjang
dalam berhasil atau tidaknya proses
pengasuhan anak. Lingkungan yang bersih
dan tenang akan menyebabkan akal fikiran
anak didik menjadi lebih rileks dalam proses
pengasuhan.
Berdasarkan hasil observasi yang
penulis temukan, bahwa lingkungan di
PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal
MuhtadinBanjarmasin ini cukup bersih dan
tenang, baik di dalam maupun di luar
ruangan. Hal ini terbukti ketika dalam
proses observasi penulis melihat bahwa (di
dalam) ruangan itu penuh dengan gambargambar dengan berbagai bentuk yang
berwarna-warni dan bersih. Di luar ruangan
(halaman sekolah) pun juga begitu, terdapat
pohon yang rindang, banyaknya alat
bermain dan lingkungan yang bersih.
c. Faktor Sarana Prasarana
Dalam upaya memperlancar pendidikan pada anak didik tentu faktor sarana dan
prasarana sangat berperan dalam proses
pengasuhan. Dengan adanya sarana dan
prasarana yang memadai maka proses
pengasuhan anak tentu akan lebih optimal.
Dari observasi yang penulis lakukan,
faktor sarana dan prasarana ini sudah
mencukupi. PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin memiliki
fasilitas yang sudah bisa memenuhi
kebutuhan proses pengasuhan. Walaupun
ada permainan yang sedikit rusak, tetapi itu
masih bisa digunakan untuk bermain.
56
J. Analisis Data
1. Parenting pada Kelompok Bermain
(KB) di PAUD Mutiara Landasan
Ulin Banjarbaru
Bagian ini akan menganalisis empat
aspek parenting di PAUD-TKPelindo dan
Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin.
Pertama, metode pengasuhannya; kedua,
sifat pola asuhnya; ketiga, apakah prinsip
perkembangan anak diperhatikan dalam
pengasuhan; dan keempat, apakah tiga aspek
pendidikan dalam pengasuhan dipenuhi.
Analisis pertama adalah mengenai
metode pengasuhan yang digunakan di
PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal
MuhtadinBanjarmasin.Penulis menemukan
beberapa metode yang dipakai agar proses
pengasuhan berjalan sesuai harapan dan
tidak bertentangan dengan prinsip perkembangan anak. Metode-metode terse-but
adalah bermain, bercerita dan menanamkan
nilai-nilai kasih sayang serta kesopanan
sejak dini. Pilihan ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan pada kajian teoritis.
Langkah yang ditempuh lembaga ini
sangat tepat karena proses tumbuh dan
kembang anak tidak sama dengan proses
hidup orang dewasa. Melalui bermain,
bercerita dan dengan perilaku kasih sayang
serta kesopanan para pengasuh lebih mudah
untuk menanamkan nilai-nilai kedisiplinan,
sifat saling tolong-menolong dan rasa
tanggungjawab sejak dini.
Aspek kedua yang dianalisis adalah
sifat dari pola asuh yang diterapkan di
PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK Sabilal
Muhtadin Banjarmasin. Pola asuh yang tepat
diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai: mencetak anak-anak didik yang
berkualitas baik dari segi pengetahuan
maupun sosialnya.
Dari hasil wawancara dan diperkuat
dengan observasi, penulis menyimpulkan
bahwa pengasuh di PAUD-TK Pelindo dan
Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin
menerapkan pola asuh demokratis. Dalam
proses pengasuhan, yang penulis temukan
adalah anak didik bebas memilih permainan
yang mereka inginkan dan pendidik hanya
mengarahkan serta mengawasinya. Anak
didik juga sering diajak berkomunikasi,
bercerita dan bermain bersama. Anak didik
Ibid.
44 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
ditegur secara lemah lembut jika melakukan
kesalahan dan kemudian diarahkan kepada
yang benar.
Penulis tidak menemukan adanya
dua pola asuh yang lain, yaitu pola asuh
otoriter dan permisif. Hal ini bagus sekali
karena baik pola asuh otoriter apalagi
permisif sangat tidak tepat untuk anak usia
dini. Menurut teori, hanya pola asuh
demokratis yang tidak menghasilkan
dampak buruk.
Selanjutnya, pengasuhan di PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin telah dilandasi prinsip-prinsip
perkembangan anak. Dalam penelitian ini,
ada enam prinsip perkembangan anak yang
dianggap penting. Pertama, kebutuhan fisik
anak terpenuhi. Anak-anak di PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin merasa aman dan nyaman
dalam lingkungannya. Ketika anak datang
ke sekolah, mereka sudah sarapan dan di KB
mereka kembali mendapat makanan. Anak
juga merasa aman dan nyaman ketika berada
dalam lingkungan sekolah yang bersih dan
selalu diawasi serta dijaga. Prinsip
perkembangan kedua adalah anak belajar
terus-menerus. Pada PAUD-TK Pelindo dan
Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin,
permainan yang beraneka ragam dengan
satu tujuan pembelajaran cenderung diulangulang sampai anak-anak benar-benar bisa
atau paham. Prinsip ketiga, minat dan
ketekunan anak akan memotivasi belajar
anak. Hal ini disadari sepenuhnya oleh
pengelola PAUD-TK Pelindo dan Paud-TK
Sabilal Muhtadin Banjarmasin sehingga
mereka menggunakan pendekatan sentra.
Selain untuk mengetahui minat anak, sistem
sentra membuat anak tekun dan termotivasi
dalam belajar.
Prinsip keempat yang disadari dalam
pengasuhan adalahbahwa anak belajar
melalui interaksi sosial, baik dengan orang
dewasa maupun dengan teman sebayanya.
Anak didik diajarkan cara berinteraksi yang
baik dengan orang tuanya, guru atau
temannya, yaitu dengan cara berkata lemah
lembut, tidak meninggikan suaranya, dan
saling sayang-menyayangi. Prinsip kelima,
perkembangan dan gaya belajar anak harus
dipertimbangkan sebagai perbedaan indivi-
du. Ada anak yang cepat dan ada juga yang
lambat dalam menerima sesuatu yang
diajarkan oleh pengasuhnya. Oleh sebab itu,
para pengasuh PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin.bagi anak
yang lambat diadakan remedial.
Dan prinsip perkembangan yang
terakhir yaitu anak belajar dari hal-hal yang
sederhana sampai yang kompleks, dari yang
konkrit ke abstrak, dari yang berupa gerakan
ke bahasa verbal, dan dari diri sendiri ke
interaksi dengan orang lain. Pada sentra
bahan alam misalnya, anak dikenalkan
warna dasar dulu kemudian dicampurkan
warna-warna itu sehingga menghasilkan
warna yang baru. Pada sentra bermain peran,
anak dikenalkan sayur-sayuran dengan
bentuk sayuranyang asli, bukan tiruan. Di
sentra ini anak juga memerankan ibunya
yang sedang memasak dan kemudian pada
pertemuan berikutnya anak memerankan
seorang ibu yang sedang bercakap-cakap.
Anak dibiasakan berbicara dengan sopan
sehingga mereka terbiasa berinteraksi
dengan orang tuanya, para pengasuh dan
teman-temannya.
Akhirnya, selain keenam prinsip
perkembangan tersebut, tiga aspek pendidikan juga dipenuhi oleh para pengasuh
kepada anak didiknya. Pertama, aspek
pedagogis yaitu para ahli didik memandang
manusia sebagai makhluk yang memerlukan
pendidikan. Meskipun anak usia 2-4 tahun
sangat sulit sekali diasuh dan dididik,
pengasuh di PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin memilih
permainan yang sesuai dengan usia
perkembangan anak. Misalnya anak dikenalkan warna melalui meronce, anak bisa
membuat kalung, gelang dan lain-lain
dengan berbagai warna.
Kedua, aspek sosiologis dan kultural.
Pengasuh mengajarkan kepada anak didik
cara bersosialisasi baik kepada orang tua,
guru
dan
teman
sebaya.
Mereka
mengajarkan berbicara yang sopan dan
mengenalkan kesantunan dalam interaksi.
Ketiga adalah aspek tauhid. Sebagai
bagian dari umat yang beragama Islam,
anak-anak di PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin dibiasakan dengan berbagai macam tingkah laku
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 45
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
islami. Misalnya, mengucap salam ketika
datang ke sekolah dan pulang sekolah,
membaca do’a sebelum dan sesudah belajar,
baca do’a sebelum dan sesudah makan,
membaca surah-surah pendek, bersalaman
kepada guru dan lain-lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, penulis berpen-dapat
bahwa proses pengasuhan pada PAUD-TK
Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin. Ini sudah berjalan dengan
baik. Ini terbukti dari keenam prinsip
perkembangan anak dan ketiga aspek
pendidikan sudah terlaksana.
Adapun penggunaan pendekatan
sentra dan lingkaran, ini sangat bagus sekali
diterapkan untuk anak usia dini. Kegunaan
sentra itu sendiri yaitu untuk mengetahui
bakat anak, agar anak tidak jenuh dan untuk
memotivasi anak dalam belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang
penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa
parenting atau dengan kata lain pola asuh
anak pada Kelompok Bermain PAUD-TK
Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin, sudah sangat bagus. Meskipun
belum sempurna -karena tidak ada yang
sempurnanya di dunia ini-, namun proses
pengasuhan di PAUD-TKPelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, sudah
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Parenting pada PAUD-TK Pelindo
dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin
Dalam
melaksanakan
tugas
mengasuh, ada banyak aspek yang turut
berpengaruh.
Selain
empat
aspek
pengasuhan
yang
telah
dianalisis
sebelumnya, faktor para pengasuh juga
sangatlah berperan. Pengetahuan, kecakapan
dan keterampilan seorang pengasuh sangat
mendukung keberhasilan pendidikan. Lebih
lanjut, pengasuhan yang baik adalah
pengasuhan yang mendapat dukungan dari
semua faktor, termasuk fasilitas yang layak
serta lingkungan yang aman dan nyaman.
Pengasuh merupakan salah satu
faktor penentu berhasil atau tidaknya sebuah
pengasuhan. Seorang pengasuh yang baik
adalah dia yang selalu siap dalam
pengasuhan. Latar belakang pendidikan
yang dimiliki oleh para pengasuh di PAUDTKPelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin, sudah dianggap cukup untuk
memberikan pengasuhan terhadap anak
didik mereka. Meskipun masih ada yang
masih lulusan SLTA namun mereka suda
dibekali dengan seminar-seminar serta
pelatihan-pelatihan tentang pendidikan anak.
Hal ini tentu sangat mendukung dalam
rangka meningkatkan kualitas pengasuhan.
Pengasuh juga merupakan orang
yang paling dekat dengan anak didiknya,
sehingga tingkah laku pengasuhlah yang
paling sering ditiru oleh anak-anak. Dengan
berpakaian yang islami serta bersikap sopan
para pengasuh PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, sudah
dapat memberikan keteladanan yang baik
terhadap anak didiknya. Para pengasuh
PAUD-TKPelindo dan Paud-TK Sabilal
Muhtadin Banjarmasin, juga dianggap
mampu dalam mengelola kelas karena
karena anak-anak merasa betah dan nyaman
berada di ruangan tersebut.
Proses pengasuhan akan berjalan
dengan baik dan sesuai yang diharapkan jika
para
pengasuh
dapat
memberikan
pengasuhan dengan baik dan benar. Hal ini
tentu sangat dipengaruhi oleh pengalamanpengalaman pengasuh selama memberikan
pengasuhan. Berdasarkan wawancara dan
observasi serta diperkuat dengan dokumendokumen sekolah, penulis menyimpulkan
bahwa para pengasuh PAUD-TK Pelindo
dan
Paud-TK
Sabilal
Muhtadin
Banjarmasin, sudah berpengalaman dalam
memberikan pengasuhan. Hal ini dibuktikan
ketika penulis melakukan observasi di
sebuah rungan belajar mereka, di sana anakanak terlihat antusias dalam mengikuti
proses pengasuhan.
Di samping pengasuh, faktor anak
didik juga sangat berpengaruh. Minat
beraktifitas, kondisi anak serta kondisi
lingkungan belajarnya sangat mempengaruhi
proses pengasuhan. Anak didik akan merasa
senang dan betah berada di suatu sekolah
yang memberikan apa yang mereka
inginkan.
Pada PAUD-TKPelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin, memiliki
minat beraktifitas yang tinggi. Hal ini dapat
46 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
dibuktikan dengan rasa senangnya anak
dalam mengikuti permainan-permainan yang
diadakan pihak PAUD. Kondisi anak juga
mempengaruhi. Kondisi anak PAUD-TK
Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin,dalam keadaan baik fisiknya
maupun mentalnya. Selain itu kondisi
lingkungan juga sangat mendukung. PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin, mempunyai lingkungan yang
bersih dan anak merasa aman.
Selain faktor-faktor pengasuh dan
anak didik, faktor sarana dan prasarana juga
sangat berpengaruh terhadap proses
pengasuhan anak. Ruang belajar yang
terlihat rapi, penuh dengan hiasan dan
gambar-gambar mendukung proses pengasuhan. Alat-alat bermain yang tertata rapi,
lingkungan sekolah yang bersih, indah dan
sejuk serta tenang membuat anak-anak betah
dan senang berada di sana. Dikatakan sejuk
karena di halaman sekolah terdapat pohon
yang bisa melindungi anak dari panasnya
terik matahari, dan dikatakan aman karena
jauh dari keramaian orang dan bisingnya
suara motor.
Ruang belajarnya juga mempunyai
kipas angin dan ventilasi serta jendela yang
selalu terbuka di saat jam sekolah, sehingga
memudahkan
keluar-masuknya
udara.
Lancarnya sirkulasi udara ini juga
menyebabkan suhu ruangan menjadi tidak
pengap.
Berdasarkan hasil observasi dan
dokumenter penulis menyimpulkan bahwa
sarana dan prasarana pada PAUD-TK
Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin, memiliki fasilitas yang
lengkap dan memadai.
K. Simpulan
Pola Parenting pada PAUD-TK
Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin, yakni pola centra persiapan,
pola centra Imtaq, pola centra bermasin,
pola centra bercerita, pola pengasuhan kasih
sayang serta pola centra bahan alam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengasuhan di PAUD-TK Pelindo dan PaudTK Sabilal Muhtadin Banjarmasin: tenaga
pendidik, anak didik dan sarana-prasarana.
Tenaga pendidik di PAUD-TK Pelindo dan
Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin
sudah memiliki kriteria pendidik yang baik.
Mereka memiliki pengalaman mengajar
yang cukup lama minimal sekitar 5 tahun,
kecuali TK-Paud Sabilal Muhtadin ada 4
orang yang baru satu tahun masa kerja akan
tetapi latar belakang mereka sangat relevan
yakni S1 dan DII PGTK, pengetahuan,
kecakapan serta keterampilan yang bagus
dalam mendidik anak-anak. Dengan kata
lain, mereka kompeten untuk mengasuh
anak-anak usia dini. Tidak aneh jika PAUDTK Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin berhasil mewujudkan aspekaspek penting dalam pengasuhan yang telah
disebutkan di atas.
Anak-anak usia dini yang diasuh
secara umum menunjukkan keaktifan dan
rasa senang saat berada di PAUD-TK
Pelindo dan Paud-TK Sabilal Muhtadin
Banjarmasin mereka asyik bermain di
sentra-sentra, antusias mendengarkan ceritacerita sarat pesan moral, serta belajar sopan
santun dan tanggung jawab. Kondisi fisik
dan mental mereka yang sehat memungkinkan mereka untuk aktif bergerak dan belajar.
Umumnya, sarana dan prasarana
yang terdapat pada PAUD-TK Pelindo dan
Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin.
sudah memadai. PAUD-TK Pelindo dan
Paud-TK Sabilal Muhtadin Banjarmasin.
memiliki bangunan yang di dalamnya
terdapat beberapa ruangan untuk sentrasentra. Tiap-tiap sentra ditata dengan baik,
dijaga kebersihannya dan menawarkan alatalat bermain yang berbeda-beda. Sentra
bahan alam misalnya, selain bersih,
memiliki berbagai macam gambar dengan
banyak warna di dinding-dindingnya serta
menyediakan alat-alat bermain yang
menarik. Kesemuanya itu membuat anak
didik merasa senang dan betah berada di
ruangan tersebut.
Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977--------- 47
Raihanatul Jannah, Pola Parenting ...
DAFTAR PUSTAKA
Al Naisabury, Abu al-Husain Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusairy, Shahih Muslim. Beirut, Darul alFikr, Juz ke.2, 2005.
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, PsikologiPerkembangan. Jakarta, PT. Rineka Cipta, Cet. ke1, 2005.
Amirul Hadi dan H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung, Pustaka Setia, 2005.
Anonim, Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen & Undang-Undang
RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS. Bandung, Fermana, 2006.
Ash-Shubbi, Abdullah Muhammad, Seni Mendidik Dan Mengatasi Masalah Perilaku Anak
Secara Islami. Jakarta, Pustaka Al-Fadhilah, Cet. ke-1, 2010.
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya. Surabaya, PT. Mahkota, 2000.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ke III. Jakarta, Balai
Pustaka, 2005.
______, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi ke III. Jakarta, Balai Pustaka, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Direktorat
Pendidikan Anaka Usia Dini, Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers dan
Circles Time (BCCT)” (Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran) Dalam Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta, 2006.
Fathoni, Abdurrahman, Metode Penelitian dan Teknik Penyusuan Skripsi. Jakarta, Rineka Cipta,
2006.
Hapidin, dkk., Manajemen Pendidikan TK. Jakarta, Universitas Terbuka, 2006.
IAIN Antasari, Pedoman Akademik IAIN Antasari Banjarmasin. Banjarmasin, Antasari Pers,
2007.
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cet. ke-3,
2009.
Montolalu, B.E.F., dkk., Bermain dan Permainan Anak. Jakarta, Universitas Terbuka, 2008.
Muda, Ahmad A.K., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Jakarta, Reality Publisher, Cet. ke-1,
2006.
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Format PAUD: Konsep, Karakteristik, dan implementasi
Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, Cet. ke-1, 2012.
Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta, Rineka Cipta, Cet. ke-2, 2003.
48 --------- Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 7, ISSN 2088-2977
Download