Social contexts and socio emotional development

advertisement
Educational Psychology
Social contexts and socio emotional
development
John W. Santrock, 4th ed
Andrika Pesparani 69080082
Christina Budi Setyaningrum 690800
Chapter Outline
Teori kontemporer
Learning Goals
1
Menggambarkan dua
perspektif kontemporer
pada perkembangan
sosioemosional
2
Mendiskusikan
bagaimana konteks sosial
dari keluarga, kelompok
teman sebaya, sekolah
berkoneksi dengan
perkembangan sosial
• Teori Ekologi Bronfenbrenner’s
• Teori Erikson’s Life Span Development
Konteks sosial dari perkembangan
• Keluarga
• Kelompok teman sebaya
• Sekolah
Perkembangan Sosioemosional
• Diri
• Perkembangan moral
• Mengatasi stress
3
Menjelaskan aspek-aspek
dari perkembangan
sosioemosional anak :
harga diri, identitas,
perkembangan moral,
dan mengatasi stress
Teori Ekologi Bronfenbrenner’s
Macrosystem
Attitudes and ideologies of the culture
Chronosystem
Chronosystem
TIME
(Sociohistorical conditions and
time since life events)
5 Sistem Lingkungan
1. Microsystem :
setting/lokasi dimana individu menghabiskan waktunya yang dapat
dipertimbangkan bersama keluarga, peers, sekolah, tetangga. Individu
menjalin interaksi timbal balik secara langsung dengan mereka dan
membantu menciptakan microsystem.
2. Mesosystem :
hubungan diantara microsystem. Hubungan antara keluarga dan
sekolah, sebagai contoh : pelajar yang diberikan kesempatankesempatan yang lebih besar untuk mengkomunikasikan dan mengambil
keputusan, apakah di rumah atau di dalam kelas, menunjukkan lebih
banyak inisiatif dan mendapatkan nilai yang lebih baik.
Contoh Mesosystem
Hubungan antara keluarga, rekan sebaya, sekolah dan pekerjaan orang tua 
program sekolah menengah dan sekolah tinggi.
Program Outreach pada pelajar dengan “low income” di Latin dan African
American. Pelajar mengomentari bahwa program ini membantu mereka
menjembatani gap dalam perbedaan kelas sosial. Banyak dari pelajar
tersebut melihat sekolah mereka dan tetangga-tetangga mereka sebagai
konteks dimana seseorang diekspektasi untuk gagal, hamil, dan
meninggalkan sekolah, atau berperilaku kriminal. Program ini
menyediakan pelajar dengan ekspektasi dan tujuan moral untuk
melakukan sesuatu yang baik untuk masyarakatmu, seperti bekerja di
komunitas dan mendorong saudara-saudara sekandung belajar di
perguruan tinggi.
3. Exosystem
bekerja ketika pengalaman-pengalaman di dalam setting yang lain (dimana
pelajar tidak memiliki peran yang aktif) mempengaruhi apa yang pelajar
dan guru alami di dalam konteks yang segera.
sebagai contoh, pertimbangkan sekolah dan supervisor yayasan dalam
komunitas. Mereka mempunyai peran yang kuat dalam memutuskan
kualitas sekolah, taman, rekreasi, dan perpustakaan. Keputusan mereka
dapat menolong perkembangan anak.
4. Macrosystem
: melibatkan budaya yang lebih luas. Pengertian budaya termasuk peran
sosial dan sosio ekonomic dalam perkembangan anak. Konteks
dimana pelajar dan guru hidup, termasuk nilai-nilai dan adat istiadat,
norma.
Beberapa budaya (pedesaan China dan Iran) menekankan peran jenis kelamin
secara tradisional. Beberapa budaya di US menerima lebih banyak jenis
peran dari jenis kelamin, menghargai kesempatan yang sama bagi pria dan
wanita. Negara-negara Timur Tengah, sistem pendidikannya men-support
dominasi pria.
Kondisi sosioekonomic seperti kemiskinan dapat berpengaruh pada
perkembangan anak , membahayakan kemampuan mereka untuk belajar,
meskipun beberapa anak improverished lingkungan yang ditandai dengan
fleksibel.
5. Chronosystem
Termasuk kondisi-kondisi sociohistorical dari perkembangan pelajar. Sebagai
contoh, gaya hidup anak-anak sekarang berbeda dengan orang tua masa
dulu. Adanya “child care, komputer, hidup dalam keluarga yang bercerai
atau menikah kembali, memiliki sedikit kontak dengan orang diluar
keluarga, bertumbuh besar dalam bentuk bentuk baru seperti single,
kota-kota yang terdekonsentrasi tidak seperti urban (perkotaan), rural
(pedesaan), suburban.
Evaluasi Teori Bronfenbrenner
Manfaat: merupakan satu dari sedikit kerangka teoritis yang secara sistematis
menguji konteks sosial antara level mikro dan makro, menjembatani gap
antara teori-teori perilaku yang berfokus pada setting yang kecil dan teoriteori antropologi yang menganalisis setting yang lebih besar. Teori ini
menjadi instrumen untuk menunjukkan bagaimana perbedaan konteks
pada kehidupan anak saling berkaitan. Diperlukan guru untuk mengetahui
apa yang terjadi di dalam keluarga, tetangga, dan kelompok teman sebaya.
Kritik : memberikan terlalu sedikit perhatian pada faktor biologis dan kognitif
pada perkembangan anak. Teori ini juga tidak dimaksudkan untuk
perubahan perkembangan tahap per tahap seperti teori Piaget dan
Erickson
Strategi untuk mengedukasi Anak menurut
Teori Brofenbrenner’s
1.
Berpikirlah bahwa anak sebagai bentukan dari sistem lingkungan dan
pengaruhnya
 pihak sekolah dan guru, orangtua dan saudara kandung, komunitas
dan tetangga, teman teman dekat dan sebayanya, media, kepercayaan
(agama), dan budaya
2. Perhatikan koneksi antara sekolah dan keluarga
 membangun hubungan melalui outreach “penjangkauan” secara
formal dan informal
3.
Mengakui akan pentingnya komunitas, status sosial ekonomi, dan
budaya dalam perkembangan anak
 konteks sosial yang lebih luas dapat mempunyai pengaruh-pengaruh
yang besar pada perkembangan anak
Erickson’s Life Span Development Theory
8 tahapan perkembangan manusia
Setiap perkembangan memberikan detil tugas sebagaimana yang dijalani
seseorang dalam sepanjang kehidupannya. Setiap tahapan mempunyai
tugas perkembangan yang mengkonfrontasi individu dengan suatu krisis.
Menurut Erickson, krisis bukanlah ketidakberuntungan melainkan turning
point untuk meningkatkan potensi . Semakin sukses seseorang
memecahkan setiap krisis, semakin sehat secara psikologis individu yang
bersangkutan. Setiap tahap memiliki sisi positif dan negatif.
1.
Trust vs mistrust (percaya vs tidak percaya)
Tahapan psikososial pertama. Terjadi pada tahun pertama kehidupan.
Perkembangan rasa percaya membutuhkan kehangatan, mengasuh,
merawat. Hasil positifnya adalah perasaaan nyaman dan ketakutan yang
minimal. Mistrust (tidak percaya) berkembang ketika bayi diperlakukan
terlalu negatif atau diabaikan.
2. Autonomy vs shame and doubt (otonomi vs rasa malu)
Terjadi pada late infancy dan kanak-kanak awal. Setelah memperoleh trust dari
“caregiver”, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah dirinya.
Mereka mengklaim independence (kemandirian) dan menyadari keinginan
mereka. Jika bayi dikonrol terlalu banyak atau dihukum terlalu cepat, mereka
mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu
3. Initiative vs Guilt (Inisiatif vs rasa bersalah)
Masa awal kanak-kanak, sekitar usia 3 sampai 5 tahun. Mereka mengalami
dunia sosial yang meluas, mereka ditantang lebih dari mereka sebagai kanakkanak. Untuk mengatasi tantangan ini, mereka butuh untuk terlibat aktif,
perilaku yang bertujuan melibatkan inisiatif. Kanak-kanak akan
mengembangkan rasa bersalah yang tidak menyenangkan jika mereka tidak
bertanggung jawab atau merasa terlalu cemas.
4. Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas)
usia SD, 6 tahun sampai pubertas atau remaja awal. Sebagaimana mereka
berpindah pada tahun-tahun sekolah, mereka menyalurkan energinya untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Bahaya pada masa
tahun-tahun SD dengan mengembangkan rasa rendah diri, tidak produktif dan
tidak kompeten.
5. Identity vs Identity Confusion (identitas vs kebingungan peran)
Di tahun – tahun remaja. Mereka berusaha menemukan siapa mereka, apa
sesungguhnya mereka, dan kemana mereka akan pergi di dalam hidup ini.
Mereka akan berkonfrontasi dengan banyak peran baru dan status orang
dewasa (vocational dan romantic). Mereka perlu diijinkan untuk
mengeksplorasi jalan yang berbeda-beda untuk mendapatkan identitas yang
sehat. Jika tidak dengan benar mengeksplorasi peran yang berbeda-beda dan
mengabaikan jalan menuju masa depan yang positif, mereka akan mengalami
kebingungan dengan identitasnya
6. Intimacy vs Isolation (Keintiman vs isolasi)
Di tahun-tahun dewasa muda, usia 20 tahunan – 30 tahunan. Tugas
perkembangan adalah membentuk hubungan dekat yang positif dengan orang
lain. Resiko dari tahap ini adalah seseorang gagal untuk membentuk relasi yang
intim dengan partner yang romantis atau teman dan secara sosial menjadi
terisolasi
7. Generativity vs Stagnation
Berhubungan dengan tahun tahun dewasa tengah, usia 40 tahunan dan 50 tahunan.
Generativity berarti transmitting seseuatu yang positif pada generasi berikutnya. Ini
dapat melibatkan bebrapa peran sebagai orang tua dan pengajar, melalui dimana
orang dewasa menemani generasi selanjutnya pada pengembangan kehidupan
yang bermanfaat. Erickson menggambarkan “stagnation” sebagai perasaan tidak
mempunyai apa-apa untuk membantu generasi selanjutnya
8. Integrity vs despair (Integritas vs keputusasan)
tahun-tahun dewasa akhir, 60 tahun-an sampai kematian. Orang dewasa yang lebih
tua melakukan review terhadap kehidupan mereka, merefleksikan apa yangtelah
mereka lakukan. Jika evaluasi retrospective positif, mereka mengembangkan
integritas. Mereka melihat kehidupan mereka terintegrasi positif dan kehidupan
yang bermakna. Sebaliknya, orang dewasa yang lebih tua menjadi putus asa jika
mereka melihat ke belakang terutama yang negatif
Evaluasi Ericksons Theory
Manfaat: menangkap beberapa tugas-tugas sosioemosional (kunci kehidupan)
dan menempatkannya pada kerangka perkembangan. Konsepnya dalam
mengidentifikasi khususnya membantu dalam memahami remaja akhir
dan pelajar universitas. Teorinya secara menyeluruh adalah dorongan kritis
yang mendorong untuk menciptakan pandangan saat ini dari
perkembangan manusia sepanjang masa kediupannya dibandingkan
dibatasi hanya pada masa kanak-kanak.
Kritik : Beberapa ahli menyatakan bahwa tahapan ini terlalu kaku. Bernice
Neugarten (1988) mengatakan bahwa identitas, intimacy, independence,
dan aspek lain dalam perkembangan sosioemosional tidak seperti drip
dalam string yang tampak secara teratur tergabung dalam intervalinterval. Belum terdokumentasi secara ilmiah, scienticts. Sebagai contoh.,
beberapa individu (terutama wanita), intimacy lebih dulu atau
berkembang secara simultan
Strategi untuk mengedukasi Anak menurut
Teori Erickson
1. Mendorong inisiatif untuk remaja
Preschool dan childhood  memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi
dunianya.
Children at this stage love to play
Benefit for: socioemotional development, cognitive growth.
- Mendorong permainan sosial dengan peers dan permainan fantasi
- Menolong anak dalam hal “tanggungjawab” untuk mengambil dan
mengembalikan alat bermain ke tempatnya setelah selesai bermain
- Anak dapat diberikan tumbuhan atau bunga untuk di rawat (perhatikan) dan
mengambil peran dengan membantu merawatnya
Kritik diminimalkan sehingga anak tidak mengembangkan high levels of
guilt and anxiety (rasa bersalah dan kecemasan), mereka lebih
membutuhkan model yang baik , masa ini mereka banyak melakukan
kesalahan dan kegagalan.
Strukturkan aktivitas-aktivitas mereka dan lingkungan untuk sukses,
sebagai contoh , jangan buat mereka frustrasi dengan duduk dalam
periode yang lama untuk mengerjakan akademik paper dan tugas2
tertulis
2. Mempromosikan industri pada kanak-kanak SD
Guru menyediakan suasana dimana anak-anak menjadi antusias belajar.
Guru dengan tenang namun tegas mendorong siswa dalam
petualangan untuk menemukan bahwa mereka dapat mencapai apa
yang belum pernah dipikirkan atau dilakukan melalui belajar. Di SD,
siswa haus akan rasa ingin tahu, dan menguasai tugas-tugas. Guru
berperan mendorong mencapai ini. Tantanglah siswa, namun jangan
terlalu berlebihan. Dengan tegas akan mendorong siswa produktif,
namun jangan over kritik. Khususnya jadi toleran dan jujur pada
kesalahan dan meyakinkan setiap siswa mempunyai kesempatan
untuk sukses dalam banyak hal.
3. Melakukan stimulasi eksplorasi identitas pada remaja
Mengakui bahwa identitas pelajar multidimensi. Aspek mencakup tujuan
pekerjaan, pencapaian intelektual, minat pada hobi, olah raga, musik dan
area lain. Minta mereka menulis essay mengenai beberapa dimensi,
eksplorasi siapa mereka dan apa yang mau mereka lakukan dengan
kehidupannya. Dorong mereka untuk berpikir mandiri dan secara bebas
mengekspresikan pandangannya. Ini akan menstimulasi self-exploration.
Dorong mereka untuk mendengarkan debat mengenai issue agama,
politik, dan ideologi. Ini akan menstimulasi mereka dalam menguji
perpekstif yang berbeda.
Banyak remaja di sekolah menengah baru mulai mengeksplorasi identitas,
dorong mereka untuk berbicara dengan konselor tentang pilihan karir.
4. Ujilah kehidupan Anda sebagai guru melalui lensa Erickson 8 tahapan
Contoh, issue penting adalah identitas dan kebingungan identitas atau
intimacy dan isolation. Karir sukes Anda sebagai pengajar dapat menjadi
aspek kunci dalam keseluruhan identitas Anda.
5. Manfaat dari karakteristik beberapa tahap lain Erickson
Pengajar yang kompeten percaya, menunjukkan inisiatif, industri, dan sense
of mastery dan termotivasi untuk mengkontribusikan sesuatu yang
memiliki arti untuk generasi selanjutnya
Social Context of Development
• Keluarga
• Kelompok Teman sebaya
• Sekolah
Keluarga
Meskipun anak-anak berkembang dan bertumbuh dalam
keluarga yang berbeda, secara virtual setiap orangtua
memainkan peran yang penting dalam mendukung dan
merangsang prestasi akademik dan sikap di sekolah.
Parenting Style (Gaya Pengasuhan)
Baumrind , 4 jenis pengasuhan
1. Authotarian parenting : restrictive (melarang) and punitive (disiplin).
Mendorong anak untuk mengikuti perintah dan hormat pada mereka.
Mereka memberikan batasan dan kontrol, komunikasi verbal yang
diijinkan sedikit. Anak-anak menjadi berperilaku tidak kompeten dalam
sosial. Mereka cenderung cemas menganai pembandingan sosial, gagal
untuk aktivitas –aktivitas kreatif, dan memiliki skill komunikasi yang buruk.
2. Authoratative parenting
Mendorong anak untuk mandiri tetapi masih menempatkan kontrol dan
batasan pada perilaku mereka. Extensive verbal give and take diijinkan,
orangtua menunjukan kasih sayang dan mendukung. Anak-anak
berperilaku kompeten dalam lingkungan sosial. Mereka cenderung selfreliant , menunda kesenangan, berhubungan baik dengan peers,
menunjukkan self esteem yang tinggi.
3. Neglectful parenting
Orangtua tidak terlibat dalam kehidupan anak-anaknya. Aspek-aspek lain
selain orangtua lebih penting bagi dirinya. Anak-anak sering berperilaku
tidak kompeten dalam sosial, memiliki pengendalian diri yang buruk, tidak
dapat mengatasi kemandirian dengan baik, dan tidak termotivasi
berprestasi
4. Indulgent parenting
Orangtua terlibat penuh dengan anak – anak namun menempatkan
sedikit batasan dan kontrol pada perilaku mereka. Membiarkan anak-anak
melakukan apa yang diinginkannya dan mendapatkan caranya karena
mereka percaya kombinasi dukungan kasih sayang dan kekurangan
larangan akan memproduksi kreativitas, anak-anak yang percaya diri.
Hasilnya adalah biasanya anak tidak belajar untuk mengontrol perilaku
mereka. Orangtua tidak mengambil account pada perkembangan anak
menyeluruh,
Coparenting – dukungan orangtua satu sama lain untuk bersama
membesarkan anak. Koordinasi yang buruk diantara orang tua,
kekurangan kerja sama dan kehangatan, melemahkan orang tua yang lain,
dan terputusnya oleh salah satuorang tua adalah kondisi-kondisi dimana
anak-anak beresiko untuk masalah-masalah.
• Perubahan keluarga dalam perubahan di masyarakat
- Meningkatnya jumlah anak , meningkatnya keluarga yang bercerai
- Keluarga stepparent
- Keluarga dimana orang tua bekerja diluar rumah
Orang tua bekerja di rumah : sisi negatif dan positif  overtime, stressful
work, kekurangan otonomi di tempat kerja, akan lebih irretable di rumah
dan sedikit efektif dalam pengasuhan dibandingkan dengan mereka yang
emmeiliki kondisi kerja yang baik di tempat kerja.
Anak dengan keluarga yang bercerai : Memiliki romantic yang tidak stabil.
Marital relationship dan pendidikan level rendah dalam masa remaja.
Strategies for forging school-Family-Community
linkages
1. Menyediakan bantuan kepada keluarga-keluarga
2. Berkomunikasi secara efektif dengan keluarga mengenai
program sekolah dan kemajuan anak mereka
3. Mendorong orangtua menjadi sukarelawan
4. Melibatkan keluarga dengan anak-anak mereka dalam
aktivitas belajar di rumah
5. Melibatkan keluarga-keluarga sebagai partisipan dalam
keputusan sekolah
6. Mengkoordinasikan kolaborasi komunitas
Peers (Kelompok teman sebaya)
Peers adalah anak-anak yang memiliki usia yang sama atau level kematangan.
Fungsi peer group yakni untuk menyediakan sumber-sumber informasi
dan perbandingan mengenai dunia diluar keluarga.
Relasi peer ini berhubungan apakah anak-anak melakukan hal baik di sekolah
dan di kehidupan.
-
-
Kompeten dalam relasi peers selama SD berkaitan dengan sukses
pekerjaan dan kepuasan dalam hubungan romantis pada remaja awal.
Kompeten dalam relasi peers diukur oleh teacher ratings of social contact
dengan peers, popularity, friendship, social skill, dan leadership
Popularitas dengan peers dan level rendah agresi pada usia 8 memprediksi
status pekerjaan yang lebih tinggi pada usia 48
Peer Statuses
• Popular children : teman terbaik dan jarang tidak disukai oleh peer 
memberikan reinforcement, mendengar dengan hati-hati,
mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan peers, happy,
bertindak seperti peers, menunjukkan antusiasme dan perhatian pada
orang lain, dan percaya diri tanpa menjadi arogan
• Average children : menerima jumlah yang rata-rata dari nominasi positive
dan negative dari peers
• Neglected children : dinominasikan sebagai teman terbaik namun tidak
disukai oleh peers
• Rejected children : dinominasikan sebagai teman terbaik seseorang
namun sering secara aktif tidak disukai oleh peers
• Controversial children : antara teman terbaik seseorang dan tidak disukai
Sekolah
• Early childhood education
Developmentally Appropriate education: pengetahuan dari
perkembangan tipikal anak didalam rentang usia (ageappropriateness) pada saat yang bersamaan dengan
keunikan anak (individual-appropriateness).
• Domains of children development – physical, cognitive,
socioemotional – are closely
Montessori approach
Filosofis dalam pendidikan yang memberikan
kebebasan dan spontanitas dalam memilih aktivitas
Mendorong siswa mengambil keputusan dan
memecahkan persoalan dengan mengguankan waktu
secara efektif
Socioemotional Development
SELF
• Self esteem : pandangan secara menyeluruh
seseorang terhadap dirinya (self worth, self image)
• Persistent low self esteem : prestasi rendah, depresi,
gangguan makan, dan kriminalitas
Perkembangan identitas
Marcia 4 identitas status
Eksplorasi dapat didefinisikan sebagai derajat dimana
ketertarikan individu dalam mencari jati diri
mengenai nilai, kepercayaan, tujuan dan proses
eksplorasi menunjukkan percobaan dengan
perbedaan aturan sosial, rencana dan ideologi.
Komitmen kembali pada kesetiaan untuk patuh dalam
menyatukan keyakinan, tujuan dan nilai.
1. Identitas diffusion. Orang tipe ini, yaitu orang
yang mengalami kebingungan dalam
mencapai identitas. Ia tidak memiliki krisis
dan juga tidak memiliki tekad untuk
menyelesaikannya.
2. Identitas foreclosure; identitas ini ditandai dengan
tidak adanya suatu krisis, tetapi ia memiliki
komitmen atau tekad. Sehingga individu seringkali
berangan-angan tentang apa yang ingin dicapai
dalam hidupnya, tetapi seringkali tidak sesuai dengan
kenyataan yang dihadapinya. Akibatnya, ketika
individu dihadapkan pada masalah realitas, tidak
mampu menghadapi dengan baik. Bahkan kadangkadang melakukan mekanisme pertahanan diri
seperti ; rasionalisasi, regresi pembentukan reaksi
dan sebagainya.
3. Identitas moratorium ; identitas ini ditandai
dengan adanya krisis, tetapi ia tidak memiliki
kemauan kuat (tekad) untuk menyelesaikan
masalah krisis tersebut.
4. Identitas achievement ; seorang individu
dikatakan telah memiliki identitas, jika dirinya
telah mengalami krisis dan ia dengan penuh
tekad mampu menghadapinya dengan baik.
Moral development
• Preconventional learning : anak menunjukan
internalisasi nilai-nilai moral, anak melakukan
sesuatu agar memperoleh hadiah dan tidak
mendapatkan hukuman
Conventional learning
• Tingkat konvensional ( moralitas konvensional ) : tingkat
konvensional berfokus pada kebutuhan sosial ( konformitas )
tahap 3 : Orientasi mengenai anak yang baik -> anak
memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain
tahap 4 : mempertahankan norma norma sosial dan otoritas > menyadari kewajiban untuk melaksankan norma norma
yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan
norma, artinya untuk dapat hidup secara harmonis, kelompok
sosial harus menerima peraturan yang lebih disepakati
bersama dan melaksanakannya.
tingkat post konvensional
• : individu mendasarkan penilaian moral pad aprinsip yang benar secara
intern
Tahap 5 : Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan
sosialnya -> Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu
dengan dengan linkungan sosialnya, artinya bila seseorang melaksanakan
kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma sosial, maka ia berharap
akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat.
tahap 6 : Prinsip universal -> pada tahap ini ada norma etik dan norma
pribadi yang bersifat subjektif. Artinya dalam hubungan antara seseorang
dengan masyarakat ada unsur unsur subjektif yang menilai apakah suatu
perbuatan itu bbaik atau tidak baik moral atau tidak. Disini dibuthkan
unsur etik / norma etik yang sifatnya universal sebgai sumber untuk
menentukan suatu perilaku yang berhubungan dengan moralitas
Kritik Kohlberg
• Terlalu menekankan pada mpral thinking  pemikiran moral tidak selalu
memprediksi perilaku moral, alasan moral seringkali menjadi perlindungan
bagi perilaku immoral
• Terlalu individualistik
-Justice perspective  fokus pada hak-hak individu dan yang berdiri sendiri
dan membuat keputusan moral secara bebas
- Care
perspective  suatu perspektif moral yang memandang manusia dari
sudut keterkaitannya dengan manusia lain dan menekankan komunikasi
interpersonal, relasi dengan manusia lain, dan kepedulian terhadap orang
lain
Moral Education
• The hidden curriculum
moral atmosphere that is a part of every school – is
created by school and classroom rules, the moral
orientation of teachers and school administration,
and text materials (cheating, lying, stealing,
consideration for other)
• Character education
Pendekatan langsung pada pendidikan moral yang
melibatkan pengajaran siswa basic moral literacy
untuk mencegah mereka melakukan pada perilaku
immoral dan melakukan hal yang membahayakan diri
mereka maupun orang lain
• Values verification
membantu orang lain mengklarifikasi untuk apa
mereka hidup dan apa yang berharga untuk
dikerjakan. Pelajar di dorong untuk mendefinisikan
nilai-nilai mereka dan memahami nilai orang lain
• Cognitive moral education
keyakinan yang pelajar seharusnya pelajari untuk
menilai hal-hal ideal seperti demokrasi, keadilan
sebagai perkembangan pertimbangan moral
• Service learning
bentuk pendidikan yang mendukung
tanggung jawab sosial dan pelayanan pada
komunitas
Download