peran parlemen dalam transparansi anggaran

advertisement
Input Delegasi Indonesia
PERAN PARLEMEN DALAM TRANSPARANSI ANGGARAN
AIPA Workshop on Parliamentary Budgeting / Transparency
Jakarta, 9-12 September, 2013
Disampaikan oleh : Drs. Setyanta Nugraha, M.M
Yth. Para Anggota Parlemen
Yth. Sekretaris Jenderal AIPA
Para Delegasi dan hadirin sekalian,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dalam kesempatan ini izinkan saya untuk berbagi informasi mengenai proses anggaran
dan peran parlemen dalam mendukung transparansi anggaran di Indonesia.
Indonesia telah dan terus melaksanakan reformasi anggaran untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas anggaran Negara. Proses ini tidak hanya terjadi di level
pemerintah, melalui pelaksanaan paket UU di bidang keuangan Negara, tapi juga melibatkan
peningkatan peran parlemen dalam proses pembahasan, penetapan dan akuntabilitas
anggaran.
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan Negara yang dilakukan secara terbuka
dan bertanggungjawab dan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, khususnya dalam hal transparansi anggaran, Indonesia telah
melaksanakan reformasi dalam pengelolaan keuangan negara dalam hal proses pembahasan
dan penetapan APBN, partisipasi public dan mekanisme pengawasan anggaran.
THE ROLE OF PARLIAMENT
Sesuai dengan konstitusi, peran DPR dalam fungsi anggaran sangat kuat.Setiap tahun
pemerintah mengajukan RUU APBN untuk tahun anggaran berikutnya guna dibahas dan
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 1
disetujui oleh DPR.Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN, maka Pemerintah menggunakan
anggaran setinggi-tingginya sejumlah anggaran tahun berjalan. Reformasi pengelolaan
keuangan negara telah melahirkan 3 (tiga) paket UU di bidang Keuangan Negara, yaitu UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. Dalam undang-undang tersebut antara lain menegaskan tujuan dan fungsi
penganggaran pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses
penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian system akuntabilitas kinerja dalam
system penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan
penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran. Dalam
kaitan ini persetujuan anggaran yang dilakukan oleh DPR meliputi persetujuan secara rinci yang
meliputi unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
DPR RI juga memiliki peran penting dalam merumuskan, membahas, menetapkan dan
melakukan perubahan terhadap APBN. Dalam hal perumusan dan pembahasan anggaran, peran
penting DPR RI antara lain :
1. Membahas dan menetapkan bidang-bidang prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah yang
merupakan dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun
(Badan Anggaran)
2. Membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiscal yang digunakan
sebagai acuan bagi kementrian/lembaga dalam menyusun usulan anggaran (Badan
Anggaran)
3. Membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan
kementrian dan lembaga (di Komisi)
Pelaksanaan peran tersebut senantiasa berpegang pada tiga fungsi yang dimiliki DPR,
yaitu :
1. Fungsi Legislasi dilaksanakan dalam pembentukan undang-undang dengan persetujuan
bersama Presiden. Dalam menjalankan fungsi ini, DPR bertanggung jawab untuk
menghasilkan produk legislasi yang benar-benar berkualitas serta benar-benar berorientasi
pada kebutuhan rakyat dan bangsa. Fungsi Legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR
selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang.
2. Fungsi Anggaran dilaksanakan dalam bentuk pemberian persetujuan atau tidak
memberikan persetujuan atas undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja
negara dengan persetujuan bersama Presiden. Dalam menjalan fungsi ini, DPR melakukan
penyempurnaan terhadap rancangan anggaran yang diajukan pemerintah sebelum diambil
keputusan.
3. Fungsi Pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
dan anggaran pendapatan dan belanja negara (Komisi dan Badan Akuntabilitas Keuangan
Negara).
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 2
Sesuai siklus anggaran, pembahasan APBN dilakukan melalui tahapan, sebagai berikut :
a. Pembicaraan Pendahuluan dan Rencana Kerja Pemerintah untuk RAPBN tahun berikutnya
pada pertengahan bulan Mei-pertengahan Juli. Dokumen yang disampaikan oleh Pemerintah
untuk di bahas adalah Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan Kerangka Ekonomi Makro,
dokumen Rencana Kerja Pemerintah yang memuat kebijakan prioritas anggaran.
b. Pembahasan RUU tentang APBN untuk tahun fiscal berikutnya dilakukan pada Pertengahan
Agustus-akhir Oktober.
c. Pembahasan Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II untuk APBN tahun
berjalan dilakukan pada bulan Juli.
d. Pembahasan Perubahan APBN tahun berjalan, yang waktunya disesuaikan dengan
pengajuan Pemerintah
e. Pembahasan dan Persetujuan RUU tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN
tahun sebelumnya. Dokumen Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN berisi Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat, yang terdiri atas Laporan Keuangan, neraca, Laporan Arus Kas,
Catatan atas Laporan Keuangan, dan Laporan Rugi/Laba. RUU ini diserahkan kepada DPR 6
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan dan setelah diaudit oleh BPK.
Persetujuan Parlemen selambat-lambatnya 3 bulan sejak BPK menyampaikan hasil audit
terhadap LKPP kepada DPR.
Berdasarkan pada siklus anggaran tersebut, dokumen yang disampaikan oleh pemerintah
dapat dikelompokkan sebagai berikut Pre Budget Document (Pokok-pokok Kebijakan Fiskal),
Executive Budget (RAPBN), Enacted Budget (Nota Keuangan dan UU APBN), Citizen Budget
(ringkasan anggaran di media massa dan website), In Year Report (laporan realisasi anggaran
secara periodik), Mid Year Review (laporan tengah semester), End Year Report (Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat), dan Audit Report (Laporan Audit BPK).
PROSES PEMBAHASAN APBN
Parlemen menerima dokumen RAPBN secara resmi setiap tanggal 16
Agustus.Penyampaian secara langsung oleh Presiden dalam Sidang Paripurna DPR dan DPD.
Selain dokumen RUU APBN dan Nota Keuangan, Pemerintah juga menyampaikan dokumen
pendukungnya, yaitu himpunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKAK/L)
seluruh Kementerian dan lembaga.
Pemerintah telah menerapkan Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budget)
dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework).KPJM
adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan
keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 3
anggaran.Untuk pembahasan RAPBN tahun anggaran 2014, pemerintah juga telah menyusun
alokasi anggaran kementerian negara/lembaga untuk 3 tahun berikutnya yaitu tahun 2015 –
2017.
Pembahasan APBN di Parlemen melibatkan fraksi, Komisi, dan Badan Anggaran. Sebelum
dilakukan pembahasan di Komisi I-XI, dan Badan Anggaran, Fraksi-fraksi menyampaikan
Pemandangan Umum terhadap RAPBN yang diajukan oleh Presiden, kemudian Menteri
Keuangan selaku wakil Pemerintah menanggapinya. Kedua kegiatan tersebut dilakukan dalam
Rapat Paripurna terbuka dalam waktu yang berbeda. Setelah itu Komisi I-XI bersama pasangan
kerjanya membahas secara detil anggaran di masing-masing Kementerian/lembaga. Sementara
itu Badan Anggaran membahas RAPBN secara keseluruhan meliputi Asumsi Makro, besaran
Pendapatan Negara, besaran Belanja Negara, Kebijakan Defisit, dan Pembiayaan untuk
menutup defisit.
Berdasarkan pada UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, DPR RI dapat mengajukan
usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan
Undang-undang tentang APBN. Perubahan pada besaran asumsi makroekonomi akan
berdampak pada besaran pendapatan Negara, belanja Negara dan pembiayaan defisit APBN.
Proses perubahan anggaran dilakukan melalui mekanisme rapat bersama antara Parlemen dan
Pemerintah, baik di komisi terkait maupun di Badan Anggaran.
Persetujuan final terhadap APBN dilakukan dalam Rapat Paripurna DPR yang dihadiri juga
oleh Wakil Pemerintah. Proses pengambilan keputusan diawali dengan Laporan Ketua Badan
Anggaran yang menyatakan pembahasan APBN telah selesai dilaksanakan dan meminta untuk
diambil keputusan. Dalam laporan tersebut, Ketua Badan Anggaran melaporkan juga mengenai
pendapat dan catatan-catatan dari masing-masing fraksi.Kemudian Pimpinan Rapat Paripurna
menanyakan kepada seluruh anggota Parleman apakah dapat menyetujui atau menolak hasil
pembahasan tersebut. Persetujuan pada dasarnya dilakukan dengan musyawarah dan
mufakat, namun apa bila tidak tercapai, maka pengambilan keputusan dilakukan melalui
pengambilan suara terbanyak (voting)
Persetujuan atas RAPBN dalam satu UU yang meliputi seluruh pendapatan, belanja, baik
belanja Pemerintah pusat maupun dana transfer ke daerah, dan besaran pembiayaan defisit.
Persetujuan APBN oleh Parlemen selambat-lambatnya harus dilakukan pada akhir bulan
Oktober atau 2 bulan sebelum diberlakukannya UU tersebut.Jadi pembahasan dilakukan kurang
dari 3 bulan.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 4
DUKUNGAN TEKNIS DARI SUPPORTING SYSTEM
Dukungan teknis, khususnya dalam pembahasan anggaran dilakukan oleh unsur suporting
system yang terdiri atas Sekretariat Jenderal dan Tenaga Ahli.Salah satu unsur pendukung yang
langsung terlibat dalam pembahasan APBN adalah Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan
APBN yaitu unit organisasi Eselon II yang memiliki fungsi memberikan dukungan secara teknis,
administratif, dan substansi.Dalam hal substansi, dukungan yang diberikan adalah dalam
bentuk analisis, kajian, dan referensi.
KESIMPULAN
Reformasi anggaran yang ditandai dengan dikeluarkannya paket UU di bidang keuangan
Negara, yaitu Undang-Undang No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang
No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang No. 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, telah menjadi babak
baru dalam system pengelolaan keuangan Negara secara menyeluruh. Di sisi legislative,
pemberlakuan UU No. 27 tahun 2009 tentang MD3 juga untuk mengatur mekanisme
pembahasan APBN dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
Secara keseluruhan upaya untuk meningkatkan transparansi anggaran juga tercermin
dengan semakin membaiknya skor yang dimiliki Indonesia dalam survey Open Budget Index
tahun 2012 yang dilakukan oleh International Budget Partnership dibandingkan pada tahun
2010. Dari 59 negara yang mengalami peningkatan skor antara tahun 2008 dan 2012, Indonesia
masuk dalam 7 negara yang mengalami kenaikan signifikan, yaitu dari skor 51 (tahun 2010)
menjadi 62 (tahun 2012). Kenaikan skor ini menunjukan bahwa transparansi anggaran
Indonesia berada di kategori kedua dalam hal penyediaan informasi anggaran secara
substansial.Hasil survei tersebut mendudukan Indonesia meraih nilai OBI tertinggi di wilayah
Asia Tenggara dan terbaik kedua di kawasan Asia (setelah Korea Selatan).
Terbitnya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(UU KIP) di satu sisi telah menciptakan peluang bagi pemerintah atau badan publik untuk lebih
bersikap terbuka dalam mengelola pemerintahan, khususnya APBN dan di sisi lain adalah
peluang bagi warga negara untuk lebih leluasa mengakses setiap informasi anggaran yang
dikelola oleh pemerintah atau badan publik lainnya.
DPR RI secara terus menerus berupaya meningkatkan transparansi dalam hal
pembahasan Anggaran baik melalui perubahan mekanisme dan proses pembahasan anggaran,
maupun dari sisi SDM pendukungnya yang secara langsung memberikan dukungan atas
pelaksanaan fungsi anggaran dewan. Proses persetujuan anggaran oleh DPR yang harus
dilakukan terinci berdasarkan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja,
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 5
menuntut adanya peningkatkan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas supporting system.
Menanggapi hal tersebut, DPR-RI saat ini telah merintis pembentukan Badan Fungsional
Keahlian yang diharapkan dapat memberikan dukungan optimal terhadap pelaksanaan fungsi
Dewan di bidang anggaran, pengawasan dan perundang-undangan secara substansial.
Terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN | 6
Download