identifikasi jemaah haji sakit berat

advertisement
IDENTIFIKASI JEMAAH HAJI SAKIT BERAT
I.
DESKRIPSI SINGKAT
Berbagai macam penyakit dapat menyerang Jemaah haji saat menjalankan
ibadah haji. Berbagai penyakit ini berpotensi menjadi penyakit berat dan
mengancam jiwa bila tidak dikenali secara dini dan diberikan tatalaksana
dengan benar.Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, tenaga kesehatan
harus
dibekali
keterampilan
untuk
mengenali
penyakit
yang
dapat
mengancam nyawa dan bagaimana tatalaksananya, sehingga bila ditemukan
kondisi seperti diatas dapat dilakukan tatalaksana dengan benar dan tepat
sehingga mortalitas dan morbiditas dapat dicegah.
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan identifikasi
jemaah haji sakit berat.
B. Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi jemaah haji sakit berat atau yang berpotensi sakit
berat
2. Melakukan tatalaksana awal jemaah haji sakit berat
III.
POKOK BAHASAN
Pokok bahasan pada modul ini 11 penyakit yang sering menyerang jemaah
haji dan dapat mengancam jiwa
1. Heat Stroke/ Frostbite
2. PPOK Eksaserbasi Akut
3. Asma Eksaserbasi Akut
4. Pneumonia berat
5. Penyakit jantung koroner
6. Gagal jantung
7. Gangguan irama jantung
Modul Pelatihan PPIH 2017
1
8. Krisis hiperglikemia dan hipoglikemia
9. Stroke akut
10. Hipertensi emergensi
11. Penyakit menular (Mers-Co, dll)
IV.
BAHAN BELAJAR
1. Flipchart
2. Whiteboard
3. Alat tulis (ATK)
4. Materi Inti 1
V.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator

Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas

Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan
ramah dan hangat

Fasilitator memperkenalkan diri
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan
b. Menjawab salam
B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar tentang konsep gawat darurat
b. Menyampaikan pokok bahasan
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang
belum dipahami.
Modul Pelatihan PPIH 2017
2
C. Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum
poin-poin
penting
dari
hasil
proses
kegiatan
pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Membalas salam
VI.
URAIAN MATERI
1. Heat Stroke/ Frostbite
Sengatan panas (heat stroke) merupakan kondisi emergensi yang
menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama
haji saat musim panas. Banyaknya jemaah haji yang berusia lanjut
dengan berbagai komorbid, suhu yang tinggi (bisa lebih dari 45 oC),
aktivitas fisik yang berat selama prosesi haji merupakan faktor risiko
terjadinya sengatan panas.Heat stroke didefinisikan peningkatan suhu
inti tubuh melebihi 40 oC disertai adanya disfungsi sistem saraf pusat
dan terjadi pada lingkungan dengan suhu yang tinggi.
Berikut faktor risiko terjadinya heat stroke

Usia lanjut, diatas 65 tahun

Penyakit Kronis (kardiovaskular atau hipertensi, Diabetes
mellitus, Penyakit liver, Penyakit ginjal atau penggunaan
diuretik)

Obesitas

Alkohol atau kokain

Obat obat antikolinergik
Terapi heat stroke diawali dengan stabilisasi airway, breathing, dan
circulation. Morbiditas akan sangat menurun bila dapat dilakukan
pendinginan sesegera mungkin.
Modul Pelatihan PPIH 2017
3
Bila menemukan pasien heat stroke:

Pindahkan pasien ke ruangan sejuk dan terlindung dari
matahari, longgarkan pakaian pasien

Semprotkan air dingin pada seluruh tubuh

Berikan kantong es di lipatan tubuh seperti ketiak, lipat paha

Bila pasien sadar berikan minum dalam jumlah banyak

Pasang IV lines dan berikan loading infus NaCL 0,9%
2. PPOK Eksaserbasi Akut
Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang memiliki ciriciri berupa gejala saluran pernafasan yang persisten dan terbatasnya
aliran udara masuk ke paru dikarenakan adanya kelainan pada saluran
pernafasan dan atau alveolus yang biasanya disebabkan oleh paparan
partikel atau gas yang berbahaya.
Bila terjadi eksaserbasi akut PPOK dapat diberikan tatalaksana

BerikanOksigenasi (target saturasi 88-92%)

Inhalasi Short ActingB2 Agonis (SABA) dengan atau tanpa
antikolinergik kerja pendek

Kortikosteroid sistemik

Antibiotik, bila diindikasikan

Antibiotik diberikan bila ada 3 tanda kardinal
a. Sesak meningkat.
b. Volume sputum meningkat
c. Sputum purulen

Beberapa pasien memerlukan support ventilasi
3. Asma Eksaserbasi Akut
Asma eksaserbasi akut merupakan kondisi emergensi yang sering
terjadi di Arab saudi, yang berpotensi menimbulkan ancaman jiwa bila
tidak di tatalaksana dengan benar. Bila terjadi eksaserbasi akut dinilai
apakah eksaserbasi ringan/sedang, berat atau mengancam nyawa.
Modul Pelatihan PPIH 2017
4
Pada eksaserbasi ringan sedang berikan

Oksigen dengan target SpO2: 93-95%,

Inhalasi Short Acting B2 Agonis (SABA) dapat di ulang tiap 20
menit selama 1 jam

Kortikosteroid sistemik 1 mg/kgbb bila diperlukan.
Pada eksaserbasi berat dan mengancam jiwa segera transfer ke fasilitas
kesehatan, sebelum di transfer berikan

Oksigenasi target SpO2: 93-95%

Inhalasi SABA+ Ipatropium bromida

Kortikostetoid sistemik

Nilai perlu tidaknya support ventilasi
4. Pneumonia berat
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus
respiratorius dan alveoli, dapat mengganggu pertukaran oksigen dan
karbondioksida di paru-paru. Saat petugas curiga terjadi pneumonia
pada Jemaah maka petugas harus menentukan apakah derajat
pneumonianya. Pertolongan yang dapat dilakukan ditempat tugas
adalah memberikan oksigen, memberikan inhalasi bila terdapat
bronkospasme, atau bila diperlukan melakukan secure airway dengan
memasang intubasi/LMA
5. Penyakit jantung koroner (Sindrom Koroner Akut)
Suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinis
perasaan tidak enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai akibat
iskemia miokard. Ditegakan secara tepat dan cepat berdasarkan 3
kriteria:
a) Gejala klinis berupa nyeri dada yang khas
b) Gambaran elektrokardiogram (EKG)
c) Evaluasi biokomia enzim jantung
Bila ditemukan SKA tanpa komplikasi, berikan terapi sebagai berikut
Modul Pelatihan PPIH 2017
5

O2 2-5 L/menit

Nitrat Short Acting Sub Lingual (bila nyeri dada dan TDS > 90
mmHg)

Aspirin 165-320 mg bila tidak ada kontraindikasi

Clopidogrel 300 mg

Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrat dapat diberikan morfin 2,5
mg dapat diulang tiap 5 menit dosis maksimal 20 mg

Rujuk Segera
Bila ditemukan SKA dengan komplikasi edema paru, berikan terapi
sebagai berikut:

O2 2-5 L/menit

Nitrat Short Acting SL atau IV, (bila nyeri dada dan TDS > 90
mmHg)

Furosemid 40-80 mg IV

Aspirin 165-320 mg bila tidak ada kontraindikasi

Clopidogrel 300 mg

Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrat dapat diberikan morfin 2,5
mg dapat diulang tiap 5 menit dosis maksimal 20 mg

Rujuk segera
6. Gagal jantung
Gagal jantung akut kondisi yang mengancam nyawa yang memerlukan
tatalakasana segera. Bila terjadi gagal jantung akut berikan terapi
suplementasi 02 bila SpO2 < 90%. Kebanyakan pasien mengalami
sesak nafas akibat edema paru, sehingga pemberian diuretik intravena
secara cepat akan mengurangi gejala. Dosis diuretik yang dibetrikan
bisa sampai 2,5x dosis oral sebelumnya (bila pasien pengguna rutin
diuretik). Opiat dapat berguna pada pasien edema paru akut, karena
mengurangi sesak, mengurangi ansietas dan sebagai venodilator
Modul Pelatihan PPIH 2017
6
7. Gangguan irama jantung
Atrial fibrilasi merupakan gangguna irama jantung yang paling sering
terjadi dan memerlukan tatalaksana segera. Tatalaksana yang
diberikan sesuai guidelines tetapi disesuaikan dengan sumber daya
yang ada saat bertugas.
8. Krisis hiperglikemia dan hipoglikemia
Krisis hiperglikemia merupakan kegawatan yang sering terjadi pada
pasien diabetes yang menjalani ibadah Haji. Krisis hiperglikemia dapat
berupa
Ketoasidosis
Diabetikum
(KAD)
atau
Hiperosmolar
hiperglicemia State (HHS).
KAD ditandai dengan trias :
1) Hiperglikemia (GD > 250)
2) asidosis (HCO3 < 18)
3) ketosis (Keton positif)
Begitu masalah diagnosis KAD ditegakkan, segera pengelolaan
dimulai. Prinsip-prinsip pengobatan KAD adalah:

Penggantian cairan dan garam yang hilang
Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan dengan kecepatan 15 –
20ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama (± 1–1,5 liter).
secara praktis pemberian cairan sebagai berikut: 1 liter pada 30
menit pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter
setiap 4 jam sampai pasien terehidrasi. Sumber lain menyarankan
1–1,5 liter pada jam pertama, selanjutnya 250–500 ml/jam pada
jam berikutnya. Petunjuk ini haruslah disesuaikan dengan status
hidrasi pasien dan penyakit yang mendasari

Menekan lipolisis dengan pemberian insulin

Mengatasi stress sebagai pencentus KAD

Mengembalikan keadaan fisiologi normal
Cairan fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan dengan kecepatan 15 –
Modul Pelatihan PPIH 2017
7
20ml/kgBB/jam atau lebih selama jam pertama (± 1–1,5 liter). secara
praktis pemberian cairan sebagai
berikut: 1 liter pada 30 menit
pertama, 1 liter dalam 2 jam berikutnya, kemudian 1 liter setiap 4 jam
sampai pasien terehidrasi. Sumber lain menyarankan 1–1,5 liter pada
jam pertama, selanjutnya 250–500 ml/jam pada jam berikutnya.
Petunjuk ini haruslah disesuaikan dengan status hidrasi pasien.
Hipoglikemia
Hipoglikemia berarti kadar glukosa darah di bawah normal yang
mampu menyebabkan munculnya tanda dan gejala, termasuk
terganggunya
fungsi
otak.
Diagnosis
hipoglikemia
ditegakkan
berdasarkan trias Whipple yang terdiri dari:

Keluhan yang menunjukan adanya kadar glukosa plasma darah
yang rendah,

Kadar glukosa darah yang rendah

Hilangnya secara cepat keluhan-keluhan setelah kadar glukosa
plasma meningkat
Tatalaksana
Sesudah diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila pasien sadar berikan
10-20 gr glukosa oral (teh manis). Idealnya dalam bentuk tablet, jelli
atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar. Dalam kondisi emergensi pasien tidak sadar dapat diberikan
glukosa intravena D 40% 2 Flavon, selanjutnya dinilai sesuai
kebutuhan gula pasien
9. Stroke akut
Sroke akut merupakan kondisi emergensi yang cukup sering terjadi.
Pertimbangan kemungkinan ada stroke bila terdapat defisit neurologis
atau penurunan kesadaran pada pasien. Stroke secara garis besar
dibagi 2, stroke iskemik dan stroke perdarahan. Bila menemukan
Modul Pelatihan PPIH 2017
8
pasien terduga stroke maka petugas segera menilai airway, breathing
dan circulation memberikan penangan kegawatdaruratan yang sesuai,
kemudian merujuk pasien.
10. Hipertensi emergency
Berdasarkan JNC VII, krisis hipertensi dibagi dua yaitu hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi.
Hipertensi urgensi adalah TD>
180/120 Tanpa adanya kerusakan organ akut, sedangkan hipertensi
emergensi TD> 180/120 Dengan adanya kerusakan organ akut
(system saraf, jantung, ginjal). Hipertensi emergensi tekanan darah
harus
diturunkan
dalam
hitungan
menit
sampai
jam
dengan
menggunakan obat-obatan parenteral misalnya nicardipin dengan
dosis 5-15 mg/jam. Saat bertugas di lapangan seringkali tidak tersedia
obat-obatan parenteral seperti nicardipin, maka sebagai petugas
pertolongan yang dapat diberikan adalah berikan oksigen, obat oral
sublingual bila tidak ada kontraindikasi dan segera rujuk.
11. Penyakit menular (Mers-Co, dll)
MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome
Corona Virus.Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan Maret 2012
di Arab Saudi. Virus SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok
virus Corona dan dapatmenimbulkan pneumonia berat akan tetapi
berbeda dari virus MERS-CoV. MERS-CoV adalah penyakit sindrom
pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang
saluran pernapasan mulai dari yang ringan sampai berat.Gejalanya
adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya.
Bila
pasiendicurigai
menderita
MersCoV maka diperlukan
tindakan pencegahan standar
meliputi: Kebersihan tangan dan
penggunaan
diri (APD) untuk
alat
pelindung
menghindari
kontak langsung dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk
secret pernapasan) dan kulit lecet atau luka.
Modul Pelatihan PPIH 2017
9
Download