METODE PENELITIAN Paradigma Penelitian Paradigma secara umum dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak di kehidupan sehari-hari (Salim, 2001). Lincoln dan Guba dalam Denzin dan Lincoln (2000), mengemukakan empat paradigma utama yang bersaing dalam ilmu pengetahuan dengan berbagai asumsi-asumsi yang mendasarinya, yaitu positivisme, post-positivisme, teori kritis dan konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme digunakan dalam penelitian dikaitkan dengan beberapa pertimbangan, misalkan secara ontologis (sifat realita), aliran ini menyatakan bahwa realitas sosial adalah wujud bentukan (construction) individuindividu subyek yang terlibat dalam penelitian yaitu terutama tineliti dan peneliti, bersifat subyektif dan majemuk. “Subyektif” di sini berarti “melihat dari sudut pandang tineliti sebagai subyek penelitian”. Realitas sosial bersifat subyektif, maka secara epistemologi (hubungan antara peneliti dan tineliti) terjadi interaksi sosial yang dinamis, informal, dan akrab. Hubungan antara peneliti dan tineliti dirumuskan sebagai hubungan “subyek-subyek”, bukan hubungan “subyekobyek” seperti pada penelitian kuantitatif. Dalam arti bahwa antara peneliti dan tineliti memiliki kedudukan sebagai orang yang sama-sama belajar memaknai realitas sosial yang diteliti bahkan kadang peneliti bisa menjadi orang yang diteliti. Sedangkan secara metodologis, proses penelitiannya bersifat induktif yang berorientasi pada pengembangan pola dan teori untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat kontekstual atas suatu kejadian atau gejala sosial (Creswell, 1994; Sitorus, 2003 dalam Ihsaniyati, 2010). Desain Penelitian Paradigma konstruktivisme merupakan bagian dari pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif bersifat “emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya,” bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan “sebagaimana adanya” yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh sumber data (Sugiyono, 2008). Penelitian kualitatif adalah meneliti subyek penelitian atau informan dalam lingkungan hidup kesehariannya. Peneliti kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara langsung dan mengenal secara dekat dunia kehidupan informan, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan secara apa adanya. 40 Pemahaman simbol-simbol dan bahasa asli masyarakat menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam penelitian kualitatif (Rianse & Abdi, 2008). Sedangkan tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami situasi sosial, peristiwa, peran, kelompok atau interaksi tertentu. Penelitian ini merupakan sebuah proses investigasi dimana secara bertahap berusaha memahami fenomena sosial dengan membedakan, membandingkan, meniru, mengkatalogkan dan mengelompokkan obyek studi (Miles & Haberman, 1992). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif guna menemukan komunikasi partisipatif pendamping, perangkat kelurahan serta tokoh masyarakat dalam kegiatan Posdaya. Penelitian kualitatif deskriptif dilakukan dengan mengembangkan konsep serta menghimpun data, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis (Singarimbun & Effendi, 1995). Metode yang digunakan adalah studi kasus, yaitu melakukan penelitian secara terinci tentang seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu tertentu. Metode ini melibatkan penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap perilaku seseorang individu (Sevilla dkk, 2006). Metode studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam kancah penelitian sosial. Studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Studi kasus juga dapat memasuki unit-unit sosial terkecil seperti perhimpunan, kelompok, dan berbagai bentuk unit sosial lainnya. Studi kasus dalam khasanah metodologi dikenal sebagai suatu studi yang bersifat komprehensif, intens dan mendalam serta diarahkan sebagai upaya menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer. Sebuah definisi yang lebih tegas dan bersifat teknis sehingga sangat membantu tentang studi kasus diberikan Yin dan Mudzakir (2002) yang menyebutkan bahwa studi kasus adalah inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan. Lebih terinci studi kasus mengisyaratkan keunggulankeunggulan berikut: 1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas lagi. 41 2. Studi kasus memberikan kesempatan-kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif dapat ditemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak diharapkan/diduga sebelumnya. 3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. Diletakkan dalam konteks pendekatan kualitatif studi kasus atau desain penelitian studi kasus tidaklah kaku sifatnya, studi kasus menawarkan keluwesan dan sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan perkembangan yang lebih menarik, unik dan penting dari fakta empiris yang tengah dicermati. Hal ini tidak berarti terjadi inkonsistensi. Sebab fenomena dan praktek-praktek sosial sebagai sasaran buruan penelitian kualitatif tidak bersifat mekanistis melainkan penuh dinamika dan keunikan dan karenanya tidak bisa diciptakan menurut kehendak peneliti (Bungin, 2003). Penelitian menggunakan strategi studi kasus, dengan pertimbangan bahwa: (1) pertanyaan penelitian berkenaan dengan “bagaimana” dan “mengapa” (deskripsi), (2) penelitian memberikan peluang yang besar bagi peneliti untuk mengungkapkan gejala sosial sebagaimana adanya, (3) menyangkut peristiwa atau gejala sosial kontemporer dalam konteks kehidupan nyata. Menurut Yin dan Mudzakir (2002) studi kasus bermanfaat untuk pengembangan teori (generalisasi analitis), bukan untuk menghitung frekuensi (generalisasi statistik). Studi kasus yang digunakan adalah studi kasus instrumental. Menurut Stake (1994) dalam Ihsaniyati (2010), studi kasus instrumental yaitu kajian atas suatu kasus khusus untuk memperoleh wawasan atas isu atau untuk penyempurnaan teori. Studi kasus berfungsi sebagai pendukung atau instrumen untuk membantu peneliti dalam memahami suatu permasalahan tertentu. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu RW 05 Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan: pertama, bahwa RW 05 Kelurahan Situgede menjadi salah satu wilayah pelaksana program Posdaya yang berada di lingkar kampus IPB dinyatakan telah berhasil melaksanakan kegiatan Posdaya dan menjadi 42 rujukan bagi Posdaya-Posdaya yang lain di Kota Bogor; kedua, hubungan baik dengan kader, koordinator Posdaya dan perangkat kelurahan setempat yang telah terjalin memudahkan dalam menjalankan penelitian serta mempermudah memperoleh data dan informasi serta komunikasi dalam proses penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar; ketiga, lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal serta kampus IPB, ini diharapkan dapat mengurangi hambatan ekonomis dan budaya dengan subyek penelitian. Penjajagan lokasi penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011. Pengambilan dan pengumpulan data serta penyempurnaan panduan wawancara dilaksanakan sejak April sampai dengan Mei 2011, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan penyusunan hasil penelitian pada bulan Mei sampai dengan Juni 2011. Berinteraksi dengan masyarakat RW 05 Kelurahan Situgede selama satu bulan lebih, rasanya tidak cukup untuk mengungkapkan dan memahami seluruh gejala dan situasi yang terjadi di Kelurahan Situgede. Selama penelitian, berdiskusi dengan ketua RW 05 yang merangkap menjadi koordinator Posdaya Kenanga dilakukan untuk mengetahui tentang narasumber dan Kelurahan Situgede. Menginap di rumah informan hanya dilakukan satu kali, selebihnya pengambilan data dilakukan dengan datang pukul 07.00 WIB dan pulang pukul 05.30 WIB. Penelitian yang dilaksanakan selama satu bulan lebih menjadikan keakraban dengan masyarakat RW 05 Kelurahan Situgede terutama tineliti. Kedekatan dan keakraban tersebut menambah kepercayaan tineliti dan masyarakat, sehingga keterangan (data dan informasi) yang diberikan oleh tineliti adalah benar dan jujur. Penentuan Subjek Penelitian Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan situasi sosial yang terdiri atas tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity). Istilah populasi tidak digunakan tetapi situasi sosial yang digunakan yaitu komunikasi partisipatif (aktivitas) kader (pelaku) pada kegiatan Posdaya (tempat) (Sugiyono,2008). Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian. Subyek penelitian dalam penelitian dinamakan informan. Informan dalam penelitian kualitatif bukan disebut sampel statistik yang harus mewakili kondisi populasi untuk kepentingan generalisasi populasi, melainkan subyek penelitian yang dipilih sesuai pertimbangan dan tujuan penelitian yaitu 43 mengembangkan konsep/teori (Sugiyono, 2008). Subyek kasus penelitian adalah kader yang melaksanakan kegiatan program Posdaya di lokasi penelitian. Penelitian kualitatif, situasi sosial tertentu dijajaki terlebih dahulu, observasi dan wawancara dilakukan kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi/realitas sosial yang diteliti. Penentuan informan dilakukan secara sengaja yaitu dipilih sesuai pertimbangan dan tujuan tertentu, penentuan informan dilakukan dengan teknik bola salju (snowball sampling), yaitu suatu metode sampling nonprobability yang sering digunakan dalam penelitian di lapangan di mana masing-masing orang yang diwawancara memberikan informasi tentang siapa saja yang memungkinkan untuk diwawancara selanjutnya, dengan pertimbangan dan tujuan tertentu sesuai kebutuhan penelitian, sampai didapatkan informasi yang memadai. Kunjungan ke Posdaya Kenanga pertama kali dilakukan saat Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan sekitar bulan Oktober 2010 mengenai rapat kerja kegiatan Posdaya. Selama FGD yang dilakukan adalah mempelajari dan melihat aktivitas para kader, pendamping dalam menyampaikan pendapat, masukan, keinginan terhadap rencana kerja Posdaya Kenanga selama 3 tahun ke depan. Pada saat itu tidak langsung dilakukan aktivitas pengambilan data dari informan, namun dilakukan pra survey terlebih dahulu untuk beradaptasi mengetahui dengan jelas kondisi Kelurahan Situgede serta Posdaya Kenanga. Kurang lebih tiga bulan melakukan penjajakan di lokasi penelitian sambil proposal tesis disusun, beradaptasi dan mengenal RW 05 Kelurahan Situgede dilakukan dengan berjalan-jalan menyusuri jalan RW 05 Kelurahan Situgede, ke danau yang ada di Situgede, ke tempat-tempat fasilitas umum. Lebih dekat dan diterima di masyarakat setempat, berbincang-bincang dengan kader, shalat berjamaah di Masjid Nurul Yaqin, belanja dan mengobrol di warung-warung terdekatpun dilakukan. Proses adaptasi dilakukan guna mengetahui gambaran umum RW 05 Kelurahan Situgede dan persiapan mental secara pribadi (keyakinan diterima masyarakat). Hasil proses adaptasi dan pengamatan didapatkan beberapa gambaran umum tentang kondisi fisik dan non fisik Kelurahan Situgede. Kondisi fisik di antaranya kondisi pemukiman, jalan, masjid, sekolah, kantor kelurahan, dan yang tidak kalah penting adalah danau Situgede. Kondisi non fisik meliputi aktivitas para kader Posdaya, aktivitas pekerjaan di kegiatan Posdaya, interaksi kader, bahasa yang digunakan penduduk, serta rutinitas penduduk RW 05 Kelurahan 44 Situgede, pertemuan-pertemuan (forum) masyarakat yang ada dan sebagainya. Gambaran umum Kelurahan Situgede selengkapnya diuraikan pada Bab Gambaran Umum Wilayah Penelitian. Setelah melakukan adaptasi di lokasi penelitian, didapatkan nama-nama informan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan kemudian dilakukan diskusi dengan koordinator Posdaya Kenanga. Diskusi tersebut dilakukan di rumah koordinator Posdaya Kenanga sekaligus Ketua RW 05 dan beliau memberikan tanggapan serta dukungan yang baik. Hasil diskusi didapatkan daftar calon informan yang tersebar di kegiatan Posdaya Kenanga. Namun seiring dengan perkembangan data, informasi dan situasi, daftar informan bertambah dan mengalami perubahan pada beberapa informan. Perubahan pada daftar informan disebabkan karena kondisi kader yang tidak begitu aktif dalam kegiatan Posdaya, serta kesibukan informan sehingga sulit ditemui. Informan penelitian adalah para kader Posdaya Kenanga dan seseorang atau lembaga yang mendukung data penelitian. Seseorang atau lembaga tersebut yaitu pemerintah kelurahan (Lurah, kepala urusan sosial dan kemasyarakatan), tokoh masyarakat. Selanjutnya informan berkembang sesuai perkembangan data penelitian. Besarnya jumlah informan dalam penelitian didasarkan pada pernyataan Powell (1999) yang dikutip oleh Kurnadi (2004) dalam Ihsaniyati (2010) bahwa tidak ada formula paling benar yang memberikan pedoman mengenai besarnya informan (subyek penelitian). Kedalaman dan kekayaan data merupakan hal yang dianggap paling penting karena pemahaman terhadap masalah yang diteliti merupakan tujuan utama penelitian kualitatif. Jumlah informan yang berhasil ditemui sebanyak 27 orang yang terdiri dari 18 orang kader Posdaya Kenanga, dua orang pendamping, dua orang perangkat kelurahan, satu orang tokoh masyarakat dan empat orang masyarakat.. Hasil penelitian tidak digeneralisasikan ke populasi karena penentuan informan tidak dilakukan secara acak (random). Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian dapat ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial (tempat) lain apabila situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2008). 45 Data dan Metode Pengumpulan Data Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari subyek kasus dan informan. Hasil survei pendahuluan digunakan informan sebagai berikut : para kader, pendamping, perangkat kelurahan, serta tokoh masyarakat; dan pengamatan lapangan (kondisi usaha ekonomi produktif, dan interaksi antara kader dan kelompok). Terdapat lima kriteria untuk pemilihan key informan atau informan yang dijadikan sumber pengambilan data di antaranya: 1. Subyek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informasi, yang menghayati secara sungguhsungguh sebagai akibat dari keterlibatan yang cukup lama dengan lingkungan atau kegiatan yang bersangkutan. Biasanya ditandai oleh kemampuan dalam memberikan informasi tentang sesuatu yang ditanyakan. 2. Subyek yang masih terlibat secara aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian penelitian. 3. Subyek yang mempunyai cukup waktu atau kesempatan untuk diwawancara. 4. Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dipersiapkan terlebih dahulu. 5. Subyek yang sebelumnya tergolong cukup asing dengan penelitian sehingga lebih mudah menggali informasi (Bungin, 2003). Data primer didapatkan dengan menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu: pengamatan berperan serta, wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah (FGD/Focused Group Discussion). Metode tersebut digunakan untuk memenuhi bahan penelitian kualitatif. Masing-masing metode digunakan sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan penelitian. Data yang diperoleh dari masing-masing metode dianalisis berdasarkan penggunaan data tersebut. Pertama, pengamatan berperan serta terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dan menjadi obyek penelitian untuk memahami keseharian subjek penelitian serta makna dari tindakan mereka. Terdapat dua alasan metodologis, kenapa menggunakan teknik pengumpulan data berperan serta (Moleong, 1989:138 dalam Ihsaniyati 2010). (1) pengamatan memungkinkan melihat, merasakan dan memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial di dalamnya sebagaimana tineliti melihat, merasakan dan memaknainya. (2) pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama dengan tineliti. Salah satu rumah penduduk dipilih sebagai tempat tinggal dalam 46 penelitian. Pilihan didasarkan pada informasi yang luas dan dipercaya serta menghubungkan dengan orang-orang yang diperlukan dalam rangkaian penelitian. Informan dapat menguasai informasi di RW 05 dan relasi yang luas di luar RW 05, sehingga tidak saja informasi tentang warga di wilayahnya saja tetapi informasi di RW lain juga bisa diperoleh. Rentang waktu satu bulan lebih di lapangan memang cukup singkat untuk mampu mengungkap secara jujur dan apa adanya pendapat para kader. Penelitian sangat terbantu oleh informan kunci Kelurahan Situgede yaitu Bapak Skn beserta istri, beliau sebagai Ketua RW 05, Ketua BKM Kelurahan Situgede, koordinator Posdaya Kenanga serta guru olahraga di SMA Kornita IPB. Dengan profesinya sebagai guru, ketua RW 05, Ketua BKM Kelurahan Situgede dan koordinator Posdaya Kenanga yang bersangkutan menguasai informasi di RW 05 khususnya dan di Kelurahan Situgede pada umumnya. Melalui beliau dipertemukan dan diperkenalkan kepada tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki kapasitas dan dapat memberikan referensi untuk mendapatkan data penelitian. Kedua, metode wawancara mendalam digunakan dalam penelitian. Wawancara mendalam adalah komunikasi antara peneliti dan subyek kasus atau informan untuk memperoleh informasi melalui tatap muka berulang kali di fokus lokasi penelitian. Wawancara ini bersifat fleksibel dengan susunan outline wawancara yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lokasi penelitian. Wawancara mendalam ditujukan kepada kader yang ikut dalam kegiatan program Posdaya, perangkat kelurahan, tokoh masyarakat dan pendamping. Informasi yang ingin diperoleh adalah peran serta pendamping, perangkat kelurahan, dan tokoh masyarakat serta komunikasi partisipatif dalam kegiatan Posdaya untuk pemberdayaan masyarakat. Sebelum wawancara dengan seluruh informan, pendekatan informan dilakukan dengan mendatangi rumah informan, memperkenalkan diri, dan melakukan perbincangan ringan seputar keluarga. Wawancara dilakukan sesuai dengan pedoman wawancara dengan perbincangan santai. Teknik wawancara dilakukan secara tidak terstruktur di mana wawancara bersifat “lepas” dan informal dengan informan, namun terlebih dahulu dibuat pokok-pokok pertanyaan. Alat bantu voice recorder (alat rekam audio) dan kamera digital digunakan untuk merekam apa yang disampaikan para informan serta kemudian memasukkan data yang diperoleh ke dalam catatan lapangan. Wawancara dilakukan sesuai dengan kesepakatan dengan informan meliputi waktu dan 47 tempat wawancara. Tempat wawancara dilakukan di rumah, atau tempat bekerja informan sesuai kesepakatan. Wawancara dilakukan pada pagi, siang, dan sore, sesuai waktu luang yang dimiliki informan. Wawancara siang hari tidak menjadi masalah karena jarak rumah informan yang satu dengan informan yang lain cukup berdekatan yaitu sama-sama di lingkungan RW 05. Untuk perangkat kelurahan kegiatan wawancara dilakukan di kantor Kelurahan Situgede. Dalam satu hari wawancara dengan informan maksimal dilakukan sebanyak empat kali dengan informan yang berbeda. Ketiga, Focused Group Discussion (FGD) adalah suatu kegiatan diskusi terfokus yang ditujukan untuk menggali informasi dari sekelompok narasumber (informan) terpilih yang memahami betul tentang kegiatan program Posdaya di lokasi penelitian. Sesuai dengan namanya, yakni Focused Group Discussion (FGD), maka metoda penggalian informasi dalam kegiatan penelitian ini memiliki tiga kata kunci, yakni : (1) Diskusi, adalah kegiatan “tukar pendapat” atau “curah pendapat” untuk mendapatkan informasi lebih mendalam dari para peserta secara subyektif baik berdasarkan pengalaman, pemahaman maupun pengetahuan peserta mengenai topik-topik yang berhubungan dengan peran serta pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat serta komunikasi partisipatif dalam kegiatan Posdaya. (2) Kelompok, adalah sekumpulan orang yang terdiri dari unsur-unsur yang mewakili kedudukannya dalam kegiatan Posdaya. (3) Terfokus, dimana kegiatan “tukar pendapat” atau “ curah pendapat” dilaksanakan sesuai dengan panduan dan topik-topik pembahasan yang spesifik sesuai dengan tujuan dilaksanakannya FGD itu sendiri, sehingga kegiatan diskusi menjadi terstruktur. Teknik pengamatan dilakukan untuk melengkapi data dan informasi yang tidak dapat diperoleh dari teknik wawancara. Diskusi kelompok dilakukan di ujung pengumpulan data yaitu pada tanggal 14 Mei 2011 pukul 15.30 WIB sampai dengan selesai di rumah Koordinator Posdaya Kenanga RW 05 Kelurahan Situgede. Diskusi kelompok tersebut dilakukan untuk mengklarifikasi data dan informasi penelitian yang telah diperoleh dari wawancara dengan subyek tineliti. Diskusi kelompok dihadiri oleh informan penelitian. Sebagai pendukung penyimpanan data dari ketiga teknik yang dipakai, maka dibuat catatan harian, rekaman wawancara, dan foto-foto. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen antara lain: dokumen Yayasan Damandiri, 48 dokumen P2SDM LPPM IPB, serta dokumen di Kelurahan yaitu monografi Kelurahan Situgede. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sejak pengumpulan data dimulai dari sebelum data benar-benar terkumpul sampai dengan penulisan laporan penelitian. Tahap-tahap analisis data meliputi: 1. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian maka data yang telah direduksi memberikan gambaran yang jelas mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. 2. Penyajian data yaitu menyajikan data dalam berbagai bentuk seperti cuplikan percakapan, narasi, deskripsi situasi sosial, foto dengan tujuan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Menurut Miles dan Huberman (1992) bahwa data kualitatif disajikan dalam bentuk narasi, bukan dalam bentuk angka. Data penelitian disajikan dalam bentuk narasi yang dilengkapi dengan kutipan-kutipan pernyataan narasumber dan foto-foto. 3. Interpretasi data yaitu memberikan penafsiran/interpretasi atas data yang ada dalam penelitian. 4. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi yaitu menyimpulkan dan mengecek ulang data-data yang telah direduksi dan disajikan (Miles dan Huberman, 1984; Creswell, 1994 dalam Ihsaniyati, 2010). Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara: (1) memikir ulang selama penulisan, (2) tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, (3) peninjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubyektif,” dan (4) upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Ketiga kegiatan analisis (reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan) yang dilakukan ini merupakan proses siklus dan interaktif. Ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan. Analisis data dapat digambarkan (Miles & Huberman 1992) adalah sebagai berikut : 49 Pengumpulan Data Penyajian Data Simpulan : Verifikasi Reduksi Data Gambar 2 Proses Analisis Data Kredibilitas dan Dependabilitas (Reliabilitas) Penelitian Uji kredibilitas atau dalam penelitian kuantitatif disebut validitas dilakukan untuk menguji apakah data umum penelitian yang telah dikumpulkan adalah benar (valid). Menguji kredibilitas penelitian kualitatif digunakan triangulasi. Triangulasi meliputi triangulasi sumber, teknik pengumpulan data dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber-sumber data tersebut. Member check dilakukan dengan diskusi kelompok informan. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik yang digunakan dapat berupa wawancara atau pengamatan. Reliabilitas pada penelitian kualitatif, disebut dependabilitas. Suatu penelitian dikatakan dependable apabila dapat mengulang/mereplikasi proses penelitian tersebut (Sugiyono, 2008). Uji dependalibilitas dilakukan dengan mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian.