BAB VIII PENGAWASAN DAN PEMBINAAN: PERAN PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA Peran Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mendukung pelaksanaan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa, akan diuraikan tentang pengorganisasian, pelaksana, pengawasan, dan pembinaan. A. Pengorganisasian 1. Pemerintahan Pusat yaitu Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dalam pelaksanaannya di tingkat Provinsi. Khusus RS Jiwa Pemerintah Pusat, RS Jiwa Swasta, RS Umum Pusat dan RS Swasta yang mempunyai pelayanan kesehatan jiwa, di bawah arahan Kementerian Kesehatan. 2. Pemerintahan Provinsi yaitu Gubernur menunjuk Dinas Kesehatan Provinsi dalam pelaksanaannya di tingkat Provinsi. Khusus RS Jiwa Daerah, RS Jiwa Swasta, RS Umum Provinsi dan RS Swasta yang mempunyai pelayanan kesehatan jiwa, di bawah arahan Gubernur. 3. Pemerintahan Kabupaten/ Kota yaitu Bupati/ Walikota menunjuk Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam pelaksanaannya di tingkat Kabupaten/ Kota dan Kecamatan. Khusus RS Umum Daerah dan RS Swasta yang mempunyai pelayanan kesehatan jiwa, di bawah arahan Bupati/ Walikota. B. Pelaksana Pelaksanaan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa adalah di masyarakat (RW/ Desa Siaga) dan tatanan pelayanan kesehatan (di Puskesmas, Rumah Sakit Umum dan swasta yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa, dan Rumah Sakit Jiwa). Di RW/ Desa Siaga, pelaksanaan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa dilakukan oleh kader kesehatan jiwa, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan (perawat dan dokter umum yang telah dilatih tentang kesehatan jiwa); sementara di tatanan pelayanan kesehatan, pelaksanaan pemberdayaan keluarga 67 68 pasien gangguan jiwa dilakukan oleh tenaga kesehatan (psikiater, perawat spesialis jiwa, psikolog, dokter umum, dan perawat umum). Berikut akan dijelaskan tentang kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa, yaitu kader kesehatan jiwa, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan. 1. Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa dalam Pemberdayaan Keluarga Pasien Gangguan Jiwa a. Menjelaskan pada keluarga tentang tanda-tanda gangguan jiwa. b. Mendeteksi gangguan jiwa pada anggota keluarga binaannya. c. Mengidentifikasi masalah dan beban keluarga dalam merawat anggota yang mengalami gangguan jiwa. d. Menginformasikan pada keluarga tentang pelayanan kesehatan jiwa yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan jiwa dan merawat dirinya sendiri (anggota keluarga yang menjadi care giver). e. Memotivasi dan membantu keluarga dalam menetapkan pelayanan kesehatan jiwa yang akan digunakan untuk mengatasi gangguan jiwa. f. Menjelaskan cara merawat pasien gangguan jiwa yang ada dalam keluarga. g. Mengingatkan cara-cara mengatasi masalah yang telah diajarkan perawat pada pasien gangguan jiwa. h. Melakukan kunjungan rumah secara berkala untuk memantau kondisi pasien gangguan jiwa dan keluarganya. i. Memantau kemampuan pasien merawat diri dan kemampuan mengatasi masalah lain. j. Membantu keluarga merawat dan memantau aktivitas hidup sehari-hari pasien gangguan jiwa yang ada dalam keluarga. k. Menjadi pendengar yang baik untuk semua keluhan yang dirasakan keluarga terkait beban merawat. l. Mengingatkan keluarga tentang cara-cara mengatasi masalah yang telah diajarkan perawat pada keluarga. m. Menggerakkan keluarga untuk hadir dalam penyuluhan kesehatan jiwa di masyarakat. 69 n. Menjelaskan pada keluarga tentang perkumpulan keluarga pasien gangguan jiwa yang dapat digunakan keluarga untuk berbagi masalah dan penyelesaian masalah. o. Memotivasi keluarga untuk terlibat dalam kegiatan perkumpulan keluarga pasien gangguan jiwa. p. Membantu seluruh anggota keluarga untuk menerima pasien gangguan jiwa yang ada dalam keluarga. q. Membantu seluruh anggota keluarga bersikap dan berperilaku sesuai dengan arahan yang telah diterima dari petugas kesehatan. r. Menjelaskan kepada keluarga agar mendukung dan memfasilitasi fungsi sosial pasien gangguan jiwa: aktivitas kehidupan sehari-hari dan sosialisasi. s. Mengingatkan pasien dan keluarga untuk kontrol ke pelayanan kesehatan jiwa secara teratur. t. Mendampingi keluarga mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan jiwa, jika keluarga membutuhkan. u. Menginformasikan tentang lintas sektor yang dapat digunakan keluarga untuk membantu proses penyembuhan pasien. v. Membantu keluarga mengurus kelengkapan surat-surat yang dibutuhkan dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dan lintas sektor. 2. Kegiatan Tokoh Masyarakat dalam Pemberdayaan Keluarga Pasien Gangguan Jiwa a. Mengidentifikasi perubahan peran serta keluarga dalam aktivitas kemasyarakatan. b. Mendeteksi masalah dan beban keluarga yang menyebabkan tidak aktif dalam aktivitas kemasyarakatan. c. Mendiskusikan bersama keluarga tentang masalah yang dialami keluarga dan anggotanya yang mengalami gangguan jiwa. d. Menginformasikan tentang pelayanan kesehatan jiwa yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan jiwa dan merawat dirinya sendiri (anggota keluarga yang menjadi care giver). 70 e. Memotivasi dan membantu keluarga dalam menetapkan pelayanan kesehatan jiwa yang akan digunakan untuk mengatasi gangguan jiwa. f. Menginformasikan tentang bantuan yang dapat diberikan oleh tokoh masyarakat setempat. g. Melakukan kunjungan rumah secara berkala untuk mengetahui kondisi pasien dan keluarga. h. Memberikan dukungan bagi keluarga sesuai dengan kemampuan tokoh masyarakat. i. Memotivasi keluarga untuk merawat pasien gangguan jiwa yang ada dalam keluarga seperti yang telah diajarkan oleh tenaga kesehatan. j. Menjadi pendengar yang baik untuk segala keluhan yang dirasakan keluarga terkait beban merawat. k. Menjelaskan kegiatan kemasyarakatan yang dapat diikuti oleh keluarga untuk mendapat dukungan sosial. l. Memotivasi keluarga untuk terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan. m. Mensosialisasikan kepada masyarakat pemahaman yang benar tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa. n. Mengarahkan anggota masyarakat untuk bersikap positif terhadap pasien gangguan jiwa dan keluarganya. o. Menganjurkan anggota masyarakat memberi dukungan pada keluarga dalam merawat anggota keluarganya. p. Memberikan informasi tentang sarana kesehatan jiwa yang tersedia. q. Membantu keluarga dalam pengurusan surat keterangan yang dibutuhkan fasilitas pelayanan kesehatan. r. Mendampingi keluarga mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan jiwa, jika keluarga membutuhkan. 71 3. Kegiatan Tenaga Kesehatan dalam Pemberdayaan Keluarga Pasien Gangguan Jiwa a. Menginformasikan tentang gangguan jiwa, melalui informasi langsung pada pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan, penyuluhan, pembagian leaflet, pemasanganan poster. b. Mendeteksi gangguan jiwa melalui pengkajian. c. Menjelaskan kondisi gangguan jiwa yang dialami oleh pasien. d. Menjelaskan masalah dan beban yang dapat dialami keluarga. e. Mengidentifikasi masalah dan beban yang dialami oleh keluarga. f. Menjelaskan masalah dan beban yang dialami oleh keluarga. g. Mendiskusikan dan membantu keluarga untuk dapat menetapkan pelayanan kesehatan jiwa untuk membantu proses penyembuhan pasien dan mengatasi masalah serta beban keluarga. h. Memotivasi keluarga untuk tetap menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa untuk penyembuhan pasien dan mengatasi masalah serta beban keluarga. i. Memberikan asuhan keperawatan: asuhan keperawatan pasien, pendidikan kesehatan tentang cara merawat, psikoedukasi keluarga, terapi kelompok suportif, kelompok swabantu. j. Memberikan pengobatan medis: menetapkan diagnosis gangguan jiwa, memberikan konsultasi dan pemberian psikofarmaka, memberikan terapi lain sesuai indikasi k. Memberikan layanan konsultasi kesehatan dan keperawatan jiwa l. Memberikan layanan melalui Hotline Service m. Melatih keluarga tentang manajemen stres. n. Memberikan pengetahuan tentang cara menciptakan kondisi suasana lingkungan (fisik dan non fisik) yang dapat mendukung penyembuhan, mencegah kekambuhan, dan kepatuhan minum obat o. Menginformasikan pada keluarga tentang kondisi-kondisi pasien yang membutuhkan perawatan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. 72 p. Menginformasikan tentang pelayanan kesehatan jiwa yang tersedia untuk mengatasi masalah keluarga. q. Menginformasikan keberadaan lintas sektor yang dapat digunakan untuk proses penyembuhan pasien. r. Memotivasi keluarga menggunakan lintas sektor untuk proses penyembuhan pasien. s. Menginformasikan tentang jejaring dukungan keluarga yang dapat digunakan untuk proses penyembuhan pasien. t. Memotivasi keluarga untuk terlibat dalam jejaring dukungan keluarga. C. Pengawasan Pengawasan dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa telah dilakukan di masyarakat, tatanan pelayanan kesehatan, lintas sektor, dan jejaring dukungan keluarga. 1. Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat mengawasi Provinsi yang telah melaksanakan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa. 2. Provinsi Pemerintah Provinsi mengawasi Kabupaten/Kota yang telah melaksanakan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa. 3. Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota mengawasi Kecamatan yang telah melaksanakan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa. 4. Dalam rangka pengawasan, Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat melibatkan peran masyarakat untuk tujuan kesinambungan pelaksanaan program. D. Pembinaan Pemerintah Pusat dan Provinsi melakukan pembinaan melalui sosialisasi dan bimbingan teknis penyelenggaraan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa. 73 Pembinaan dilakukan terhadap upaya pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa yang belum tepat dilaksanakan dan bagi yang belum melaksanakan upaya pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa. 1. Pembinaan bagi yang belum tepat dalam upaya pelaksanaan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa a. Melakukan bimbingan teknis penyelenggaraan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa secara terjadual. b. Memberikan masukan dan arahan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa. 2. Pembinaan bagi yang belum melakukan upaya pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa a. Mensosialisasikan tentang upaya pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa. b. Melatih kader kesehatan dan tokoh masyarakat tentang kesehatan jiwa (tanda dan gejala gangguan jiwa, peran kader dan tokoh masyarakat (misal: melakukan deteksi, rujukan, dan lain-lain). c. Melatih tenaga kesehatan (perawat dan dokter Puskesmas) tentang kesehatan jiwa. d. Melakukan supervisi/ bimbingan teknis secara terjadual pelaksanaan pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa. terhadap