Uploaded by User15829

LAPORAN PBL

advertisement
LAPORAN PBL (FIELDTRIP)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PUNDONG II YOGYAKARTA
KELOMPOK 4 :
1. KASIYO
2. TRI MELI SUSILAWATI
3. TUTI ALIANA
4. NINA OKTARINA
5. SAIAN GHOFUR
6. SRI MARGIATI
7. RITA PURNAMASARI
8. SUCY ANANDA
9. MUHISAM
10. PRINCE SYAHTRI
11. YULI MIHARTINI
12. FITRI RAHMAWATI
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Teori Pemberdayaan Masyarakat
Konsep pemberdayaan masyarakat dapat dipahami dengan dua cara pandang. Pertama,
pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi
masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat yang tergantung pada pemberian dari pihak luar
seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan
dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan
kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ). Inti
pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan / kesenjangan /
ketidakberdayaan.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga
pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini.
Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan
pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan
partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan
masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan
pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilakukan dari tiga sisi, yaitu ;
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.
Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat,
memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.
3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah
amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak
berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan
yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas
yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada berbagai program pemberian. Karena, pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan
pihak lain. Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat,
memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan
yang lebih baik secara berkesinambungan.
II.
Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang dilakukan, yaitu
a) Tahap Persiapan. Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu:
pertama, penyimpanan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa
dilakukan oleh community woker, dan kedua penyiapan lapangan yang pada dasarnya
diusahakan dilakukan secara non-direktif.
b) Tahapan pengkajian (assessment). Pada tahapan ini yaitu proses pengkajian dapat
dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal
ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (feel
needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
c) Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahapan ini petugas sebagai
agen perubahan (exchange agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam
konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan
kegiatan yang dapat dilakukan.
d) Tahap performalisasi rencana aksi. Pada tahapan ini agen perubahan membantu masingmasing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang
mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di samping itu juga
petugas membantu untuk memformalisasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis,
terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana.
e) Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan. Dalam upaya pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat
menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerja sama antar petugas
dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang
sudah direncanakan dengan baik melenceng saat di lapangan.
f) Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
warga. Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek
biasanya membentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk
jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
g) Tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera berhenti.
BAB II
HASIL
Dusun Pundong II, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman merupakan daerah
pedesaan yang terletak di bagian utara DIY. Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
dapat dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a) Penilaian Kebutuhan (Analisis Komunitas)
Metode yang digunakan dalam menilai kebutuhan masyarakat adalah melalui wawancara kepada
kepala dukuh, observasi dan diskusi bersama perwakilan tokoh masyarakat. Wawancara dan
diskusi menggunakan panduan pertanyaan terbuka yang berisi tentang pendapat responden
terhadap masalah kesehatan yang dialami di Dusun Pundong.
b) Sosialisasi dan Pengenalan Maksud dan Tujuan Program
Setelah melakukan penilaian kebutuhan, tim melakukan pendekatan dilakukan pada kader dan
tokoh masyarakat serta tokoh keagamaan di Dusun Pundong II. Sosialisasi juga dilakukan pada
pertemuan warga dengan difasilitasi oleh Kepala Dukuh.
c) Identifikasi Masalah
Setelah melakukan sosialisasi, tim melakukan pertemuan bersama tokoh masyarakat yang dibagi
ke dalam beberapa kelompok, yaitu kelompok kader lansia, kader PKK, remaja dan tokoh
masyarakat lain. Dalam kelompok tersebut, tim membuka diskusi mengenai temuan selama
analisis komunitas dan mendiskusikan bersama masyarakat terkait masalah yang dihadapi di
Dusun Pundong II.
d) Penentuan Prioritas Masalah dan Perencanaan Program bersama Masyarakat
Setelah mengidentifikasi masalah, masyarakat difasilitasi untuk memprioritaskan masalah.
Penentuan prioritas masalah dapat menggunakan analisis SWOT dan menggunakan parameter
serta skoring bersama masyarakat. Setelah penentuan prioritas maka tim dan masyarakat
melakukan perencanaan program bersama masyarakat berdasarkan faktor risiko yang ditemukan
dalam tahapan sebelumnya.
e) Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program dilakukan dengan melibatkan masyarakat dari beberapa jenjang usia, yaitu
remaja, usia produktif dan lansia, serta menggunakan metode yang beragam. Kegiatan
masyarakat di wilayah ini cukup aktif seperti kegiatan posyandu balita, arisan ibu-ibu, arisan
bapak-bapak, pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-bapak, dan pengajian remaja. Kegiatankegiatan tersebut merupakan faktor pendukung program pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya,
tokoh masyarakat yang terdiri dari kepala dukuh, ketua RT, Ketua RW dan para kader kesehatan
di wilayah ini sangat mendukung program pemberdayaan masyarakat Posbindu PTM. Desa
Pundong II mempunyai kader kesehatan yang aktif menggerakkan masyarakat untuk mengikuti
kegiatan seperti cek kesehatan setiap bulannya. Kader kesehatan memberikan undangan ke
rumah-rumah atau diumumkan di masjid.
Aktivitas sebagai kader kesehatan dijalani secara sukarela, tidak ada honor dari masyarakat,
tetapi mereka sangat solid dan bersemangat disetiap pertemuan kader. Hal ini dibuktikan dengan
kehadiran mereka dipertemuan kader yang diselenggarakan setiap bulan. Hampir tidak ada yang
absen kecuali memang ada keperluan yang sangat penting dan tidak dapat ditinggalkan.
Pekerjaan sebagai kader terkadang dirasa berat karena job desk yang merangkap, misalnya
seorang kader kesehatan bisa merangkap sebagai kader posyandu lansia dan posyandu balita
kemudian merangkap juga sebagai kader Posbindu PTM.
f) Evaluasi
Evaluasi kegiatan dilaksanakan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dan dilaksanakan
saat berlangsungnya kegiatan dan di akhir kegiatan.
Download