NEW COST MANAGEMENT SYSTEM DALAM ERA KONTEMPORER

advertisement
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
NEW COST MANAGEMENT SYSTEM DALAM ERA
KONTEMPORER
Muhammad Kadafi
(Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)
Abstrak
Lingkungan bisnis yang selalu berubah menuntut perusahaan untuk selalu melakukan
evaluasi terhadap kinerjanya. Untuk itu perusahaan akan selalu menempuh jalan untuk
mengeliminasi pemborosan dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan (Continuous
Improvement). Akuntansi manajemen sebagai sebuah informasi yang terintegrasi memegang
peranan yang sangat penting dalam hal memberi masukan data baik keuangan maupun non
keuangan untuk tujuan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan maupun dalam
melakukan pengawasan. Pembuatan keputusan (decision making) merupakan proses dalam
memilih satu diantara alternative yang kompetitif. Di era kontemporer ini akuntansi manajemen
tradisional belum dapat menjawab kebutuhan tersebut, sehingga munculah New Cost
Management System yang berkomitmen untuk selalu melakukan continous improvement,
dimana para manager dituntut untuk memahami dan mampu menerapkan Just In Time, Total
Quality of Management, Process Reengenering ataupun Theory of Constraints sehingga
perusahaan akan mencapai kepuasan pelanggan dengan peningkatan kualitas produk,
membuat life cycle product tepat waktu dan memberikan biaya produk yang lebih rendah dari
perusahaan pesaing.
Kata kunci : New Cost Management System, Continuous Improvement, Era Kontemporer.
PENDAHULUAN
Pengaruh
ekonomi
internasional,
persaingan global, tuntutan on time performance
mengakibatkan peningkatan seluruh aktivitas dari
bisnis. Begitu pula dengan penguasaan informasi
yang handal akan memberikan dukungan terhadap
strategi pemenangan persaingan dunia dewasa ini
(Hasan, 2000).
Perusahaan
yang
beroperasi
pada
lingkungan bisnis yang selalu berubah dan harus
bersaing pada tingkatan lokal maupun internasional
harus mampu beradaptasi dengan lingkungannya
agar dapat bertahan. Berbagai cara untuk
meningkatkan kinerja harus ditempuh oleh
perusahaan.
Perusahaan
harus
melakukan
evaluasi terhadap kinerjanya. Untuk meningkatkan
kinerjanya perusahaan akan selalu menempuh
jalan untuk mengeliminasi pemborosan dan
melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Sehubungan dengan kondisi tersebut,
akuntansi manajemen sebagai sebuah informasi
Riset / 1357
yang terintegrasi memegang peranan yang sangat
penting dalam hal memberi masukan data baik
keuangan maupun non keuangan untuk tujuan
perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan
maupun
dalam
melakukan
pengawasan.
Pembuatan keputusan
(decision making)
merupakan proses dalam memilih satu diantara
alternative yang kompetitif. Keputusan tersebut
dapat diperoleh jika informasi tentang pilihanpilihan yang ada tersebut telah diperoleh atau
tersedia ditangan seorang manajer.
Rasuli
(2001)
dalam
tulisannya
menjelaskan bahwa akuntansi manajemen yang
bersifat dinamis, bervariasi, dan berorientasi pada
motivasi khusus, jelas sangat diperlukan sebagai
bagian dari sistem informasi manajemen. Tanpa
akuntansi manajemen sulit diharapkan manajemen
dapat bertindak dan mengambil keputusan secara
rasional.
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
SEJARAH AKUNTANSI MANAJEMEN
Prosedur akuntansi manajemen dan
akuntansi biaya yang digunakan pada abad 20
telah dikembangkan lebih kurang 45 tahun yaitu
antara tahun 1880-1925. pada tahap awal
perkembangan
hingga tahun 1914 fokus
penekanannya terletak pada manajemen harga
pokok produk yaitu tentang bagaimana menelusuri
keuntungan perusahaan terhadap produk-produk
individu serta penggunaan informasi
untuk
pembuatan
keputusan-keputusan
strategik.
Kemudian menjelang tahun 1925 penekanan mulai
beralih pada harga pokok persediaan, yakni
membebankan harga pokok produksi (biaya
manufaktur) terhadap produk agar harga pokok
persediaan dapat dilaporkan kepada para
pengguna eksternal laporan keuangan perusahaan
(Hasan, 2000).
Usaha-usaha
untuk
memperbaiki
kegunaan atau manfaat manajerial dari suatu
system biaya (harga pokok) konvensional terjadi
sekitar tahun 1950-an dan tahun 1960-an. Para
pengguna informasi tersebut
mendiskusikan
tentang manfaat-manfaat informasi yang dipasok
oleh suatu system yang dirancang untuk
menyiapkan laporan keuangan. Upaya dalam
memperbaiki suatu system pada dasarnya
berpusat pada keinginan menjadikan informasi
tersebut lebih berguna bagi para pemakai
dibandingkan hanya sekedar memproduksi satu
perangkat prosedur dan informasi yang sama
sekali baru dan terpisah dari system pelaporan
eksternal.
Pada decade 1980-an dan 1990-an
memang diakui bahwa praktik-praktik akuntansi
manajemen tradisional tidak lebih hanya memenuhi
keinginan manajerial. Pada saat itu banyak
pendapat yang mengatakan tentang keberadaan
sistem akuntansi manajemen yang dianggap sudah
usang dan tidak berguna lagi. Para manajer
membutuhkan masukan tentang harga pokok
produk yang lebih akurat, lebih rinci dan lebih
berguna untuk memperbaiki kualitas, produktivitas
dan pengurangan biaya. Selanjutnya untuk
merespon
kegagalan yang dialami sistem
akuntansi tradisional dilakukan sistem manajemen
biaya baru yang dapat memenuhi kebutuhan
lingkungan ekonomi saat ini.
Pengertian Continuous Improvement
Menurut Coopers dan Kaplan (1999)
countinous improvement merupakan perbaikan
yang tidak pernah berakhir sehingga employees
dapat memperbaiki kualitas proses dan siklus hidup
produk (cycle time). Menurut Hansen dan Mowen
(1997) countinous improvement adalah perbaikan
berkelanjutan yaitu proses pencarian cara untuk
meningkatkan
efisiensi
menyeluruh
dan
produktivitas
aktivitas
dengan
mengurangi
pengeluaran yang boros, meningkatkan kualitas
JURNAL EKSIS Vol.6 No.1, Maret 2010: 1100 – 1266
dan mengurangi biaya. Sedangkan menurut
Garrison (2000) countinous improvement dapat
digambarkan sebagai usaha perbaikan pada mata
rantai yang paling lemah dan jika perbaikan
berjalan sukses, maka tidak lagi menjadi bagian
yang lemah. Countinous improvement menuntut
perusahaan untuk dapat terus eksis dan mampu
berprestasi dengan baik ditingkat lokal maupun
internasional. Penurunan hambatan perdagangan
akan mempermudah ekspansi keluar negeri bagi
perusahaan-perusahaan yang dinamis. Pergerakan
barang bebas akan memberikan peluang yang
sangat besar dalam pelaksanaan ekspor.
Perusahaan yang berada pada lingkungan
yang dinamis dan perubahan yang cepat terjadi,
harus melakukan perbaikan terhadap produk dan
proses yang secara terus-menerus. Perusahaan
harus mengevaluasi cara kerja dan mencari cara
untuk
mengurangi
pemborosan-pemborosan.
Pemborosan-pemborosan yang tidak perlu seperti
produk cacat, penggunaan bahan baku yang tidak
efisien, pengerjaan ulang, siklus produk yang
lama, waktu persiapan, pemberdayaan karyawan
yang kurang harus dieliminasi.
Orientasi Pelanggan
Setiap
perusahaan
berfokus
pada
penciptaan keuntungan kompetitif yang dapat
memberikan nilai yang lebih baik kepada
pelanggan (custumer value) dengan pengorbanan
yang sama atau bahkan lebih rendah dari pesaing
kita. Nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang
baik yang bersifat kodrati, dapat juga berarti
sesuatu yang dikehendaki. Singkatnya nilai dapat
diartikan sebagai kualitas baik yang dikehendaki
sehingga berusaha diwujudkan setiap pelaku
bisnis. Menurut Webster’s yang dikutip oleh
Djumadi (2001) value adalah the equivalent worth
of a thing in money or some other medium of
exchange. Dalam arti accounting the amount at
which assets are recorded and reported. Sedang
dalam marketing berarti the price of which goods
are sold atau relatif worth of goods to a buyer.
Suatu produk dapat dikatakan mempunyai
nilai tambah (value added) kalau produk tersebut
berkualitas baik sesuai dengan kebutuhan dan
kehendak dari pembeli atau pemakainya.
Berkualitas baik tentu saja tidak hanya dalam artian
manfaat fisik produknya saja, tetapi juga
tampilannya,
harganya,
kemudahan
untuk
mendapatkannya (availability and distribution)
sampai jaminan dan layanan purna jualnya, tidak
ketinggalan gengsi jika memakai atau membeli
produk tersebut, yang kesemuanya itu dapat
disebut sebagai custumer value. Untuk itu segala
arah inisiatif dan sumber daya sepanjang mata
rantai penciptaan nilai (value chain) harus
diarahkan kesana.
Tetapi kesemuanya itu juga harus
didukung
oleh
staf
karyawan
yang
Riset / 1358
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
berpengetahuan, sistem informasi dan prosedur
serta struktur organisasi dan gaya manajemen
yang
baik
(perspektif
pembelanjaan
dan
pertumbuhan). Untuk itu karyawan harus diberi
motivasi yang baik berupa pendidikan dan
pelatihan berkesinambungan dan kesejahteraan
yang memadai agar nantinya karyawan dapat
memberikan
pikiran
dan
tenaganya
bagi
penciptaan nilai perusahaan. Dan yang terpenting
juga infrastruktur berupa sistem informasi harus di
up todate terus yang kesemuanya memerlukan
investasi yang tidak sedikit, tetapi hasilnya baru
kelihatan dalam masa jangka panjang. Dengan
sistem informasi yang baik pengambilan keputusan
lebih cepat, tanggapan atas keluhan pelanggan
lebih cepat sehingga meningkatkan kepuasan
terhadap pelanggan.
Tuntutan Global Competition
Tuntutan global competition menyebabkan
perubahan yang sangat besar terhadap lingkungan
bisnis perusahaan. Anaswibawa (2004) dalam
tulisannya menjelaskan bahwa globalisasi dan
meningkatnya
persaingan
menyebabkan
perusahaan
berfokus
kepada
kepuasaan
konsumen sebagai alat untuk meningkatkan daya
saing dan bahkan menjamin kelangsungan hidup
perusahaan. Persaingan dalam berbagai industri
menjadi persaingan global sehingga memerlukan
langkah-langkah inovasi terhadap perusahaanperusahaan yang mengalami perkembangan cukup
cepat. Dengan adanya kondisi tersebut akan
menguntungkan bagi konsumen. Konsumen akan
mempunyai banyak pilihan terhadap produk. Hal ini
akan mendorong perusahaan untuk menghasilkan
produk dengan kualitas yang lebih baik dengan
harga yang lebih rendah.
Akuntansi managerial akan membantu
perusahaan
untuk
mengapresiasi
peran
perusahaan dalam berkompetisi. Perusahaan
dituntut untuk melakukan berbagai program
perbaikan berkelanjutan (continous improvement)
mulai dari Just In Time (JIT), Total Quality
Management (TQM), Process Reengenering
(Rekayasa Ulang) dan Theory of Constrains (Teori
Kendala) (Andayani, 2002).
Just In Time (JIT) merupakan suatu sistem
pengendalian dan produksi di mana perusahaan
hanya membeli material dan memproduksi unit
output sesuai dengan permintaan aktual dari
konsumen. Dalam sistem JIT persediaan dikurangi
sampai dengan tingkat minimum bahkan sampai
dengan tidak adanya persediaan. Pendekatan JIT
hanya dapat digunakan oleh perusahaan
manufaktur maupun perusahaan dagang. Ada tiga
tujuan JIT dalam tulisan Wijaya (2002) yaitu
(1)sistem harga transfer dapat memberikan
informasi yang relevan yang diperlukan oleh setiap
divisi untuk menentukan harga tranfer, (2)sistem
harga transfer dapat memotivasi manajer-manajer
Riset / 1359
kantor pusat untuk membuat keputusan harga
transfer yang sehat, tindakan manajer divisi
tertentu untuk meningkatkan laba divisinya, juga
dapat meningkatkan laba perusahaan secara
keseluruhan, (3)sistem harga transfer dapat
menghasilkan laporan laba setiap divisi individual
yang secara layak mengukur prestasi laba divisi
dan kontribusi terhadap laba perusahaan secara
keseluruhan.
Total Quality of Management (TQM)
merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan
upaya penciptaan suatu manufacturing enviroment
dari semula agar memungkinkan para karyawan
dapat menghasilkan produk yang berkualitas yang
dapat diterima oleh pelanggan. Ada moto tiada hari
tanpa perbaikan kualitas, hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin, serta menghargai setiap langkah
perbaikan
walaupun kecil merupakan sloganslogan para pakar manajemen kualitas.
Proses
reengenering
merupakan
pendekatan yang lebih radikal dibandingkan
dengan TQM. Dalam proses reengenering suatu
proses bisnis diplot secara detail, kemudian
dirancang ulang untuk menghilangkan langkahlangkah yang tidak diperlukan, mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan dan mengurangi
biaya.
Proses reengenering lebih menekankan
pada perubahan yang menyeluruh. Sedangkan
TQM lebih menekankan pada pendekatan tim yang
melibatkan orang-orang secara langsung dalam
proses bisnis. Proses reengenering memfokuskan
pada penyederhanaan dan penghilangan aktivitas
yang tidak bermanfaat. Proses reengenering selain
melaksankan
aktivitas
dalam
TQM
juga
menggunakan konsultan dari luar.
Theory of Contraints merupakan suatu cara
untuk mengatur batasan-batasan dalam suatu
lingkungan yang dinamis. Fokusnya adalah
pertama
memaksimalkan
throughput
yaitu
penjualan dikurangi dengan biaya bahan, kedua
bertujuan untuk memaksimalkan inventory dan
biaya operasional (Hirsch, 1994).
Analisis Nilai Proses
Andayani (2002) menjelaskan dalam
tulisanya bahwa analisa nilai proses merupakan
akuntansi
manajerial
berdasarkan
aktivitas,
berfokus pada aktivitas bukan biaya dan
mengutamakan maksimalisasi kinerja sistem
secara menyeluruh bukan kinerja individu. Analisa
nilai proses memusatkan pada biaya aktivitas dan
proses bisnis, biaya aktivitas non value added,
biaya produk, pengukuran kinerja dan pemicu
biaya. Analisis proses bisa diterapkan pada suatu
perusahaan untuk usaha perbaikan berkelanjutan.
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
Analisis proses meliputi beberapa hal
sebagai berikut yaitu pertama, biaya aktivitas dan
proses bisnis, aktivitas ini terdiri-dari prosedurprosedur yang membuat suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan
di
dalam
suatu
organisasi.
Orientasinya adalah untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan internal maupun eksternal yang
dilakukan oleh karyawan. Proses dan prosedur
merupakan serangkaian aktivitas yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sedangkan aktivitas dan proses digunakan oleh
perusahaan untuk memanfaatkan sumber-sumber
ekonomi yang dimiliki atau dikuasai.
Kedua, aktivitas biaya yang tidak bernilai
tambah, yaitu biaya yang tidak memberikan
manfaat pada nilai pelanggan atau keperluam
organisasi. Aktivitas tidak bernilai tambah tidak
perlu, merupakan semua aktivitas selain dari
aktivitas yang penting dilakukan untuk bertahan
dalam bisnis. Aktivitas ini, adalah aktivitas yang
tidak
bernilai
tambah
karena
merupakan
pengulangan pekerjaan. Biaya yang tidak bernilai
tambah merupakan biaya yang disebabkan oleh
aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kinerja
yang tidak efisien dari aktivitas bernilai tambah.
Meningkatkan
persaingan
menyebabkan
perusahaan mengeliminasi aktivitas yang tidak
diperlukan dan aktivitas yang menghambat kinerja
serta optimalkan aktivitas yang bernilai tambah.
Jadi
analisis
aktivitas
berusaha
untuk
mengeliminasi semua aktivitas yang tidak perlu
(non value added activities) serta meningkatkan
efisien dari aktivitas yang diperlukan (value added
activities).
Ketiga, product cost merupakan hasil
penjumlahan dari seluruh sumber-sumber yang
dikonsumsikan
dari
kegiatan
mendesain,
memproduksi, mendukung kegiatan produksi dan
distribusi produk atau jasa kepada pelanggan.
Product cost memusatkan perhatian tidak hanya
kepada cost of factory floor tetapi juga
mengidentifikasikan total product cost yang
berhubungan
dengan pasar, pelanggan atau
saluran distribusi tertentu. Product value dianggap
mempunyai
strategic
value,
yang
secara
operasional mengarahkan manajemen kepada
produk-produk yang mengkonsumsikan terlalu
banyak resource untuk bisa berkompetisi di pasar,
lini produk atau kelompok pelanggan tertentu.
Operational improvement hanya bisa direalisasikan
melalui improving the process and activities yang
diperlukan untuk mendesain, memproduksi,
mendistribusikan produk atau jasa kepada
pelanggan semua aktivitas yang oleh Cost
Management System (CMS) dapat di tentukan
costnya.
Keempat,
Performance
Measurement
adalah aktivitas berdasakan scorecard yang bisa
menyatakan tentang seberapa banyak usaha
perbaikan (improvement effort) sudah berjalan. Key
JURNAL EKSIS Vol.6 No.1, Maret 2010: 1100 – 1266
Output
CMS
adalah
berupa
pengukuran
performance pada tingkat aktivitas dan business
process.Terdapat empat tipe performance measure
yang tidak seharusnya dipandang secara terisolasi
(independent), karena tidak satupun performance
measure tersebut dapat sepenuhnya mengukur
performance atau sepenuhnya mendeskripsikan
tentang seberapa baik operasi perusahaan.
Keempat tipe performance measures tersebut
adalah produktivitas, kualitas atau mutu, cycle time
dan custumer satisfaction. Dengan balance
scorecard visi dan misi perusahaan diterjemahkan
dalam bentuk sasaran-sasaran dan ukuran-ukuran
yang diorganisir dan dikomunikasikan kepada
seluruh karyawan tentang pemicu sukses atau
faktor-faktor kunci sukses masa lalu dan masa
depan sehingga seluruh sumber daya dan
pengetahuan
karyawan
diarahkan
untuk
pencapaian dan penciptaan nilai perusahaan
melalui strategi serta rencana dan diwujudkan
dalam tindakan pelaksanaan (actions).
Kelima, cost driver setiap faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada total cost
dari suatu aktivitas adalah penyebab biaya dan
memahami hubungan kausal antara suatu aktivitas
dengan biayanya memungkinkan manajemen untuk
memfokuskan
atau
memprioritaskan
upaya
peningkatan area yang memberikan sumbangan
pada tercapainya hasil yang terbaik.
New Cost Management System (CMS)
Sistem manajemen yang baru diperlukan
untuk menjawab tantangan terhadap global
competition, perkembangan teknologi dengan
cepat, lebih baik dan informasi yang sedikit mahal.
Global competition menyebabkan siklus kehidupan
produk lebih pendek dan biaya tidak langsung
semakin meningkat. Cost management dapat
merubah orientasi dengan penetapan untuk
memperoleh countinous improvement dan dengan
menunjukkan bagaimana untuk memonitor dan
menganalisis biaya (Cooper dan Kaplan, 1999).
Cost Management System merupakan
komitmen untuk selalu melakukan continous
improvement. Para manager dituntut untuk
memahami dan mampu menerapkan Just In Time,
Total
Quality
of
Management,
Process
Reengenering ataupun Theory of Constraints
sebagai suatu usaha untuk melakukan continous
improvement. Perusahaan mempunyai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan secara efisien
dengan menerapkan Total Quality of Management
atau Just In Time yang berfokus pada perbaikan
kualitas, mengurangi waktu siklus produk,
meningkatkan kepuasan pelanggan dan mencapai
biaya keseluruhan dengan biaya yang lebih efisien.
Paradigma tradisional Cost Management
System berfokus pada biaya manajemen melalui
anggaran berdasarkan biaya (cost based budgets),
standar, variances dan pengukuran-pengukuran
Riset / 1360
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
(meansurements) pada level unit organisasi,
departemen dan individual. Tradisional CMS
berorientasi secara vertikal sehingga lebih
menekankan pada bagian biaya dari manajemen
biaya. CMS hanya diperlukan untuk biaya
manajemen dan biaya pengendalian. Sedangkan
menurut paradigma baru CMS berfokus pada
proses manajemen dan proses aktivitas. Informasi
untuk mengatur perbaikan aktivitas dan proses
kegiatan perusahaan bisnis dalam mencapai
pengurangan biaya, adalah termasuk untuk
mengetahui seberapa efektif dan efisien aktivitas
yang telah dilakukan. Pengukuran efektif dan
efisien aktivitas adalah untuk mengetahui apakah
usaha perbaikan sudah bisa berjalan.
KESIMPULAN
Garrison dan Noreen. 2000. Akuntansi Manajerial,
Alih Bahasa oleh Totok Budisantoso,
Salemba Empat.
Hansen dan Mowen. 1997. Akuntansi Manajemen,
Alih Bahasa Ancella A Harmawan, Jakarta,
Erlangga.
Hirsch, M.L.Jr. 1994. Advanced Management
Accounting.
South-Western
Publishing
Co.Cincinnati, Ohio.
Hasan, N. 2000. Akuntansi Manajemen Sebuah
Tinjauan Komparatif, Media Akuntansi.
Rasuli. 2001. Standar Akuntansi Keuangan dan
Peranannya dalam Lingkungan Bisnis yang
Mengglobal, Media Akuntansi.
Global competition menuntut perusahaan
untuk melakukan continuous improvement yang
menyebabkan timbulnya sistem manajemen biaya
baru. Perusahaan harus melakukan perbaikan
berkelanjutan
untuk mencapai kepuasan
pelanggan dengan meningkatkan kualitas produk,
membuat life cycle product tepat waktu dan
memberikan biaya produk yang lebih rendah dari
perusahaan pesaing.
Akuntansi manajemen tradisional belum
cukup untuk menjawab tantangan bisnis yang
selalu berubah pada era kontemporer. Muncullah
sistem
manajemen biaya baru (New Cost
Management System) yang berorientasi pada
proses manajemen dan aktivitas, di mana proses
merupakan cara kerja. Melakukan perubahan cara
kerja berarti merubah proses. Ada dua metode
perubahan cara kerja yaitu perbaikan proses dan
inovasi proses. Perbaikan proses berorientasi pada
peningkatan efisiensi, sedangkan inovasi proses
berorientasi pada kinerja proses dengan tujuan
untuk mencapai perbaikan, kualitas, dan efisiensi.
DAFTAR PUSTAKA
Anaswibawa. 2004. Analisis Praktik Manajemen
Kualitas, Strategi Bisnis dan Pelaporan
Kinerja pada Perusahaan Bersertifikat ISO
9000 dan Perusahaan Non ISO 9000,
Kumpulan Materi Simposium Nasional
Akuntansi.
Andayani, W. 2002. Persaingan Kelas Dunia
Menuntut Perbaikan Berkelanjutan yang
Menyebabkan
Timbulnya
Sistem
Manajemen Biaya Baru, Media Akuntansi.
Andi
Wijaya. 2002.
Akuntansi.
Transfer
Pricing,
Media
Cooper, R. Dan Kaplan, R.S. 1999. The Design of
Cost Management System, Second Edition,
Text and Cases, Prentice Hall, New Jersey.
Djumadi, T.H. 2001. Nilai (value), Media Akuntansi.
Riset / 1361
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
Download