STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENGGUNAAN VCD DALAM

advertisement
STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENGGUNAAN VCD
DALAM PEMBELAJARAN PAI
DI SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO KABUPATEN
PEKALONGAN
TESIS
Diajukan sebagai Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar
Magister Studi Islam
Oleh :
MUHAMMAD TAUFIQ
NIM : 105112099
PROGRAM MAGISTER
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
WALISONGO SEMARANG
2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN ......................................................................................
i
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ii
BAB I
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………...
1
B. Metode Penelitian
3
...………………………………………
BAB II : KERANGKA TEORI DAN PROSES PEMBELAJARAN
A. Media Pembelajaran VCD...........…………………………….
4
1. Pengertian Media VCD................................……..………
4
2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran .........................................
5
3. Fungsi Media Pembelajaran ...............................................
6
4. Prinsip-Prinsip Media Pembelajaran...................................
7
5. Pemilihan Media Pembelajaran..........................................
8
6. Kelebihan dan Kekurangan Media VCD...........................
8
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Media VCD.....................
9
B. Pembelajaran PAI ...............……………………………….
12
1. Definisi Pembelajaran......................................................
12
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran............
13
3. Teori-Teori Belajar ...........................................................
14
C. Hubungan Pembelajaran PAI dengan Media VCD ……….
BAB III : DESKRIPSI
TENTANG
PENGGUNAAN
VCD
16
DALAM
PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO
A. Penggunaan VCD dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1
Wonopringgo
1.Langkah-Langkah Penyajian Bahan Ajar ............................... 18
2. Penggunaan Media Pembelajaran..........................................
22
3. Cara Mengatasi Gangguan Belajar Siswa ............................
23
B. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan VCD dalam
Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonopringgo
1. Kelebihan Penggunaan VCD dalam Pembelajaran PAI di SMP
Negeri 1 Wonopringgo ...............................................
24
2. KekuranganPenggunaan VCD dalam Pembelajaran PAI
di SMP Negeri 1 Wonopringgo ..................................
BAB V : KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa fenomena yang peneliti jumpai pada saat observasi awal
di SMP Negeri 1 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Fakta tersebut antara
lain: terbentuknya motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI), terjadinya proses kreatif dalam eksplorasi ilmu
pengetahuan, terjadinya interaksi edukatif, siswa mampu secara bebas untuk
mengeluarkan ide atau gagasan dalam bentuk pertanyaan, jawaban, dan opini,
situasi dan kondisi kelas sangat kondusif.
Fenomena tersebut peneliti ajukan karena pada awalnya terjadi situasi
dan kondisi pembelajaran yang kurang mendukung bagi pencapaian tujuan
pembelajaran PAI. Terlihat bahwa mayoritas peserta didik merasa jenuh,
bosan, dan kurang mampu mengoptimalkan potensi diri mereka dalam proses
pembelajaran PAI. Dampak lanjutannya adalah banyak siswa yang hasil
ulangannya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Informasi ini akan terwujud apabila peserta didik diberi kesempatan
untuk mencurahkan isi pikiran mereka dalam proses pembelajaran. Hal inilah
yang mampu mengantarkan peserta didik pada kualitas wawasan yang
semakin luas sehingga membuat maju pula pemikirannya, dan seiring dengan
kemajuan pemikirannya berkembang pula kreativitasnya untuk mencipta
berbagai perangkat kehidupan untuk memenuhi hajat hidupnya (Achmadi,
1993: 21).
Penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI ini tidak hanya serta merta
tinggal pakai saja, melainkan menggunakan dasar pertimbangan yaitu:
berpedoman pada tujuan, perbedaan individual anak didik, kemampuan guru,
sifat bahan pelajaran, situasi kelas, kelengkapan fasilitas serta kelebihan dan
kelemahan metode pembelajaran (Djamarah, 2000: 191-193).
Penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI mempunyai sasaran yang
strategis bagi: (1) keterlibatan peserta didik secara maksimal dalam proses
pembelajaran; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada dirinya sendiri
tentang apa yang ditemukannya. Melalui sasaran strategis ini dikembangkan
pula free will dan free act agar peserta didik dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Dengan adanya free will dan free act ini peserta didik
nantinya akan memiliki dinamika, daya adaptasi terhadap lingkungan dan
krativitas hidupnya sehingga kehidupan dirinya beserta lingkungannya
menjadi lebih bervariasi, beraneka ragam dan indah. Mereka juga diharapkan
mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan
salah (Achmadi, 1993: 43).
Dengan adanya sasaran strategis ini, diharapkan proses pembelajaran
PAI dapat: (1) mengembangkan keinginan dan motivasi peserta didik untuk
mempelajari prinsip dan konsep; (2) mengembangkan keterampilan ilmiah
peserta didik; dan (3) membiasakan peserta didik bekerja keras untuk
memperoleh pengetahuan.
Guru merancang jenis pembelajaran PAI yang relevan dengan kondisi
mereka dengan cara memanfaatkan segala potensi dan fasilitas yang ada serta
mengeksplorasi kemampuan peserta didik secara optimal. Hal ini bermula dari
pandangan bahwa setiap manusia (peserta didik) memiliki fitrah dan sumber
daya insani, serta bakat-bakat bawaan. Kesemua inilah yang menafikan teori
tabularasa karena pada dasarnya manusia dibekali dengan berbagai sumber
daya insani yang potensial (Achmadi, 2005: 76-77). Dampak lanjutannya
adalah peserta didik mampu memiliki dan mendayagunakan akal-pikirannya
secara optimal (ulul albab) (Achmadi, 2005: 113).
Dengan cara demikian, terjadi kesinkronan antara metode yang
digunakan guru dengan eksplorasi potensi peserta didik. Mereka bersamasama meleburkan diri ke dalam interaksi edukatif yang komunikatif.
Penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI dapat memberikan
motivasi kepada sekolah lain untuk memberdayakan segala potensi yang
mendukung terciptanya budaya perubahan ke arah yang lebih baik, terutama
dalam proses pembelajaran. Perubahan yang lebih baik ini diidentikkan pada
pengembangan potensi untuk menjadi manusia yang bermartabat, beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur (akhlak mulia) dan
memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab sebagai individu dan
anggota masyarakat (Achmadi, 2010: 122). Apabila budaya ini telah
terbentuk, lambat laun akan mengarahkan pada perbaikan diri guru dan peserta
diri secara berkelanjutan sampai pada usia tua. Pandangan ini pada dasarnya
sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 pasal 3 yang menyebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan latar belakang inilah, peneliti ingin mendiskripsikan tentang
penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonopringgo
secara lebih jauh sehingga diharapkan dapat diketahui konsep penggunaan
VCD dalam pembelajaran PAI yang selama ini telah diterapkan. Dengan
demikian, untuk membatasi bidang penelitian ini, peneliti mengambil judul
tesis “ Studi Deskriptif tentang Penggunaan VCD dalam Pembelajaran PAI di
SMP Negeri 1 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan”.
B. Metode Penelitian
Fokus penelitian ini berkaitan aktivitas guru dan siswa dalam
proses penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI. Oleh karena itu,
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambargambar, dan kebanyakan bukan angka-angka serta perilaku yang dapat
diamati. Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang
(Danim, 2002: 61).
Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa metode yaitu :
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap gejala yang diteliti (Mardalis, 2004: 63).
Metode ini digunakan untuk mencari data tentang penggunaan VCD
dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonopringgo Kabupaten
Pekalongan. Data yang dimaksud adalah proses pembelajaran,
interaksi sosial dalam kelas, langkah-langkah penyajian bahan ajar,
penggunaan VCD, kelebihan dan kekurangan penggunaan VCD dalam
pembelajaran PAI.
b. Wawancara (Interview)
Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data-data
yang berkaitan tentang penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI.
Sedangkan pihak yang diwawancarai adalah siswa dan guru PAI SMP
Negeri 1 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Wawancara dapat
dilakukan secara terpimpin dan dapat dilakukan melalui tatap muka
(face to face) maupun dengan menggunakan telepon (Sugiyono, 2009 :
194).
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah kegiatan mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2002 : 206).
Data-data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, observasi
dan dokumentasi, kemudian dianalisis berdasarkan model analisis
interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Ada empat
komponen yang dilakukan dengan model ini, yaitu pengumpulan data,
reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan
Huberman, 1994: 23).
BAB II
A. Konsep dasar Penggunaan Media Pembelajaran VCD
1. Pengertian Media Pengajaran
Kata media berasal dari kata medius yang secara harfiah artinya
tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 2007: 3). Banyak pakar tentang
media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media.
Menurut
AECT
(Association
of
Education
and
Communication
Technology) yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala
bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan
pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah
alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pembelajaran”. Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati
dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian
rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Martin
dan
Briggs
1986
(dalam
Degeng
2005:
109),
mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang
diperlukan guna melakukan komunikasi dengan sibelajar. Suatu media
pembelajaran banyak mempelajari keterampilan motorik, media video
sangat diperlukan. Dengan kemampuannya untuk menyajikan gerakan
lambat (slow motion), maka media ini akan memudahkan siswa
mempelajari prosedur gerakan tertentu secara rinci dan jelas.
Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi seorang guru sebagai
komunikan / penyampai pesan sedangkan siswa sebagai komunikan/
penerima pesan. Namun dalam kenyataannya dalam proses komunikasi,
audiens belum tentu dapat menangkap semua informasi yang disampaikan.
Media merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran, karena dengan menggunakan media akan dapat
memudahkan menyampaikan informasi (Kustiyono, 2000: 1).
Media pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta
didik. Media juda diartikan sebagai alat yang dapat membantu proses
belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang
disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai lebih baik, lebih
sempurna (Daryanto, 1993: 25).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah setiap alat baik perangkat keras atau lunak yang
digunakan untuk meningkatkan efektifitas jenis kegiatan belajar mengajar.
2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan
dalam penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap
jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik
dan sifat – sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan
yang baku dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli
mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari
sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut.
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang
dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :
a. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide,
film strip, atau overhead proyektor.
b. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun
yang tidak bersuara.
c. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
d. Televisi
e. Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
f. Instruksional
Instruction).
berprograma
ataupun
CAI
(Computer
Assisten
3. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Levie dan Lants dalam Azhar Arsyad, ada 4 fungsi media
pengajaran khususnya media VCD visual, yaitu (Arsyad: 15-16)
1) Fungsi Atensi
Merupakan fungsi inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa berkonsentrasi kepada isi materi pelajaran. Seringkali pada awal
pelajaran siswa tidak menarik dengan materi pelajaran itu merupakan
materi pelajaran yang tidak disukai oleh mereka sehingga mereka tidak
memperhatikan. Dengan menggunakan media audio – visual gambar
dan suara yang divisualisasikan dapat menyenangkan dan mengarahkan
perhatian mereka pada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan
demikian kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran
semakin besar.
2) Fungsi Afektif
Dengan menggunakan media VCD dapat terlihat kondisi yang
hidup bagi siswa pada saat belajar atau membaca teks yang bergambar.
Gambar penayangan VCD dapat menggugah emosi, sikap siswa,
misalnya meneladani, menyakini dan mengagumi kebesaran Allah
SWT (Asmaul husna).
3) Fungsi Kognitif
Penambahan gambar dan suara dapat memperlancar dalam
pencapaian tujuan untuk memahami, mengingat informasi dan pesan
yang terkandung dalam gambar, juga mempermudah memahami ha-hal
yang abstrak ke hal yang kongkrit.
4) Fungsi Kompensatoris
Penggunaan VCD pembelajaran terlihat dari hasil penilaian bahwa
media
penayangan
VCD
tersebut memberikan
konteks untuk
memahami teks dan membantu siswa yang lemah dalam membaca
untuk menganalisa informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Hal ini sebagaimana di kemukakan Hartono Kasmadi dalam
Harjanto (1997 : 245) adalah sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata –
katanya, tetapi tidak tahu maksudnya)
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
c. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi
dapat diatasi sikap pasif siswa.
d. Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Berbagi pendapat tentang kegunaan media tersebut di simpulkan media
dapat mengatasi bahwa kendala waktu dan ruang serta memicu siswa
untuk aktif dalam pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan
prestasi belajar mereka.
4. Prinsip-Prinsip Media Pembelajaran
Agar guru dalam menggunakan media pendidikan yang efektif
setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan dan pengajaran. Menurut Asnawar dan
Basyiruddin Usman, pengetahuan tersebut diantaranya sebagai berikut
(Usman dan Asnawar, 2002: 17-19)
1) Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar
2) Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
3)
Adanya hubungan yang selaras antara metode pengajaran dengan
media pengajaran
4) Mengetahui penggunaan media pembelajaran dalam setiap mata
pelajaran yang di ajarkan.
5) Melakukan usaha dan inovasi dalam media pendidikan.
Berdasarkan usaha tersebut jelaslah bahwa media pengajaran
sangat membantu dalam upaya mencapai keberhasilan dan proses belajar
mengajar. Oleh sebab itu guru harus mempunyai ketrampilan memilih
media pembelajaran, disamping itu perlu dilakukan latihan-latihan secara
kontinyu dan sistematis.
5. Pemilihan Media Pembelajaran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
pembelajaran, yaitu :
a. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media
pembelajaran.
b. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap
media pembelajaran
mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya,
cara pembuatan maupun cara penggunaannya.
c. Alternatif Pilihan,
yaitu adanya sejumlah media yang dapat
dibandingkan.
6. Kelebihan dan Kekurangan Media VCD
Kelebihan media VCD sebagai berikut:
a. Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa
ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek dan lain-lain. Video
merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan
obyek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung
ketika berdenyut.
b. Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat, dan dapat
disaksikan secara berulang-ulang.
c. Video dapat mendorong dan meningkatkan motivasi belajar dan segisegi efektif lainnya.
d. Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa
e. Dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara
langsung, seperti gerhana matahari dan binatang buas.
f. Dapat ditunjukkan kepada kelompok besar maupun kecil.
g. Dapat mempersingkat peristiwa yang dalam keadaan normal/ aslinya
memakan waktu lama, misal proses metamorfosis kupu-kupu atau
katak.
Adapun kekurangan video, antara lain:
a. Pengadaan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang
banyak.
b. Pada saat video dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus
sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui video tersebut.
c. Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajar yang diinginkan, kecuali video itu dirancang dan diproduksi
khusus untuk kebutuhan sendiri.
d. Sajian video tidak selalu sesuai dengan kebutuhan atau gaya belajar
siswa (Sudjana & Rivai, 2002: 54).
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Media VCD
Adapun langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam penggunaan
VCD adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Pertama kali guru menetapkan pilihan tema film yang aan
dipakai di dalam kelas, guru hanya akan dapat meningkatkan nilai
guna film itu jika guru benar-benar menguasai bukan hanya teknik
penggunaannya melainkan juga isi atau materidari film tersebut. Cara
yang paling efektif untuk mempelajari film adalah dengan mencatat
hal-hal
penting
sehubungan
dengan
pelajaran
yang
akan
dilangsungkan, ketika diadakan uji coba atau preview. Bacalah baikbaik petunjuknya, kemudian lihat filmnya, pusatkan perhatian pada
hal-hal yang akan dijelaskan guru di muka kelas. Ajaklah beberapa
murid untuk uji coba sehingga mereka pun dapat turut serta
mempersiapkan hal-hal yang dianggap guru perlu dan dapat turut
membantu menyelenggarakan belajar dengan audio-visual di kelas
nanti. Beradasrkan kepada hasil persiapan yang dibuat guru itu
selanjutnya dapat dirancangkan berbagai kegiatan lainnya yang
menolong/ menyokong keberhasilna murid, seperti penelaahan bacaan,
diskusi, pekerjaan kreatif, dan sebagainya yang sejalan dengan
pelajaran.
b. Mempersiapkan Kelas
Penggunaan film di kelas menjadi kurang bermakna seandainya
kelas
tidak
dipersiapkan
untuk
mengikutinya
dengan
baik.
Sampaikanlah lebih dahulu judul film serta jelaskan mengapa dan
untuk apa mereka harus belajar dari film tersebut. Cara-cara di bawah
ini dapat dipakai dalam rangka mengembangkan kesediaan kelas.
(Daradjat, dkk, 2001: 84-87).
1) Bicarakan apa saja yang telah diketahui murid mengenai film yang
akan dipertunjukkan itu dan arahkan kepada hal-hal yang
diharapkan akan diperolehsetelah mereka melihatnya.
2) Perkenalkan kata-kata baru atau asing yang mungkin mereka akan
umpai ketika film itu akan diputar.
3) Ajukan berbagai pertanyaan yang mungkin dapat dijawabnya
setelah melihat sebagian atau seluruh film.
4) Berilah
tugas
yang
berbeda-beda
kepada
murid
yang
memungkinkan mereka memberikan perhatian khusus terhadap
bagian-bagian tertentu dari film dan dimintai pertanggungjawaban
atau tugas-tugasnya.
5) Jelaskan juga jika ada bentuk teknik fotografi yang khusus dipakai
dalam
pembuatan
film
tersebut
sehingga
tidak
terjadi
kesalahpahaman dalam menafsirkan gambar.
c. Partisipasi Murid
Pada umumnya film dapat dipertunjukkan dari awal sampai
selesai tanpa terputus-putus, apalagi bila pemutusan filmnya dapat
menimbulkan
terhentinya
jalan
pikiran
atau
terganggunya
pembentukan konsep, maka sepatutnya dipertahankan kesinambungan
film tersebut. Namun demikian, tetap terdapat celah-celah waktu jika
dikehendaki mempertunjukkan sebagian saja demi menggenapkan
tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
Seandainya
yang terakhir ini yang dikehendaki maka
tunjukkanlah bagian-bagian yang penting saja, walaupun itu akan
meminta tambahan waktu atau mungkin pula kelas akan menadi riuh
karena
merasa
terpotong-potong
dan
ingin
segera
melihat
kelanjutannya.
Kadang-kadang guru mempertunjukkan film untuk pertama
kali pada partisipasi aktif dari murid. Pertunjukkan itu sekedar untuk
menarik perhatian dan memberikan gambaran umum mengenai isi dan
penataannya. Baru pada pertunjukkan berikutnya murid berpartisipasi
secara aktif melalui berbagai kegiatan, seperti mencatat hal-hal
penting, bertanya, berdiskusi, dan sebagainya. Langkah ini tepat sekali
diambil bagi film-film yang menyajikan fakta-fakta dan yang sukar
dihayati atau direncanakan dalam sekali pertunjukkan.
Sekali lagi diingatkan bahwa terhadap film yang berisi aspek
keterampilan, gairah belajar menjadi semakin meningkat dengan cara
menyuruh murid menyimak dan memberi kesempatan mereka untuk
mencobanya. Sekurang-kurangnya percobaan untuk “bersikap” atau
secara mental, jika alat-alat yang diperlukan itu tidak tersedia.
d. Kegiatan setelah Pertunjukkan Selesai
Biasanya guru mulai dengan diskusi kelas. Perbincangan
terutama
mengenai
masalah-masalah
yang
pokok
yang
ada
hubungannya dengan materi pelajaran. Dari cara mereka berpikir,
berbincang, dan menarik kesimpulan, guru dapat melihat sejauh mana
mereka memahami persoalan dan dapat pula melihat bila terdapat
salah pengertian di antara mereka. Pertunjukkan ulang sebagian atau
keseluruhan juga dapat dilakukan untuk memperjelas pemahaman dan
menghindari salah pengertian mengenai beberapa masalah pokok.
Selanjutnya sebagai tindak lamjut dapat pula dilakukan berbagai
kegiatan, seperti:
1) Membagi kelas dalam beberapa kelompok kecil, terutama jika film
itu berakhir dengan sesuatu “penyelesaian terbuka” artinya
kesimpulan atau penyelesaian final dari cerita itu diserahkan
kepada para penonton. Tiap-tiap kelompok itu mendiskusikan
tentang bagaimana kiranya cerita itu berakhir atau bagaimana
mereka memecahkan masalah yang belum selesai itu. Kemudian,
kelompok-kelompok itu bergabung dalam kelas dan secara
bersama-sama
menganalisa
hasil
kesimpulan/pemecahan
kelompok-kelompok kecil tadi.
2) Membawa kelas untuk suatu kunjungan studi atau karyawisata, jika
film itu dipersiapkan untuk maksud yang demikian.
3) Mempraktikan
keterampilan-keterampilan
seperti
yang
digambarkan dalam film. Hal itu dapat dilakukan per kelompok
dan guru memeriksa serta mengawasi, membantu memecahkan
masalah-masalah pokok yang terdapat dalam film.
4) Memberikan tes lisan atau tulisan sebagai pemeriksaan atau
penugasan murid terhadap masalah-masalah pokok yang terdapat
dalam film.
5) Meminta kepada murid untuk menjelajah lebih jauh sehingga
memperoleh informasi yang lebih terperinci lagi mengenai
gagasan-gagasan pokok yang terdapat dalam film. Hal ini akan
mengundang murid untuk membaca buku teks maupun bacaan
pelengkap dan sumber-sumber lainnya.
6) Memberi
tugas
kepada
kelompok
atau
kelas
untuk
memvisualisasikan kembali hal-hal yang penting yang terdapat
dalam film ke dalam papan berita dari kelas yang bersangkutan.
(Daradjat, dkk, 2001: 88-91).
B. Pembelajaran PAI
1. Definisi Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya (Darwis,1998: 216).
Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau
sikapnya (Winkell, 1986: 36).
Skinner yang dikutip Syah (2007: 64) dalam bukunya Psikologi
Belajar, berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi
(penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Proses
adaptasi ini akan berjalan optimal apabila diberi stimulus dan penguat
yang baik.
Clifford T. Morgan mengemukakan bahwa “Learning is any
relatively permanent change in behavior that is a result of past
experience” (Morgan, t.th: 187). Jadi, dalam pandangan di atas, belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil
pengalaman atau latihan, sehingga akan menimbulkan perubahan tingkah
laku yang berlangsung secara relatif menetap.
Keanekaragaman pendapat tentang definisi belajar adalah wajar,
mengingat adanya perbedaan ruang lingkup, setting sosial, situasi belajar,
dan sudut pandang. Namun demikian, ada kesamaan dalam penggunaan
istilah yang mencerminkan kesamaan konsep belajar, yaitu “adanya
perubahan” dan “tingkah laku”. Sedangkan perubahan yang dimaksud
adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan tidak bersifat
sementara, seperti jenuh, lelah, gemetar, dan lainnya.
Merujuk pada berbagai definisi yang diungkap para ahli psikologi
belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar didefinisikan sebagai
tahapan perubahan perilaku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan serta latihan-latihan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Proses belajar yang dilalui siswa tidak serta-merta berjalan secara
mulus dan lancar, tetapi seringkali mengalami hambatan tertentu yang
menyebabkan hasil belajar yang diharapkan kurang optimal atau bahkan
sangat minim di bawah standar yang telah ditentukan. Hal ini bukan
menjadi alasan utama bagi guru untuk menyalahkan siswa sebagai pihak
yang tidak dapat memenuhi harapan bersama.
Perlu diketahui bahwa ketidakberhasilan dalam proses belajar
dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor
tersebut penulis pilah menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Faktor internal; 2)
Faktor eksternal; dan 3) Faktor pendekatan belajar.
3. Teori-Teori Belajar
Ada
beberapa
teori
belajar
yang
mendasari
pelaksanaan
pembelajaran di antaranya:
b. Teori Ausubel
Teori pembelajaran Ausabel merupakan salah satu dari teori
pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning.
Menurut Ausubel (Hudojo, 2001: 93) bahan pelajaran yang dipelajari
peserta didik haruslah “bermakna” (meaningful), artinya bahan
pelajaran itu cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan
dengan struktur kognitif siswa. Struktur kognitif ini berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan
diingat peserta didik. Dengan istilah lain, pelajaran baru haruslah
dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada, sehingga konsepkonsep baru benar-benar terserap.
Dengan demikian, intelektual,
emosional peserta didik terlibat di dalam kegiatan belajar mengajar.
Disamping itu, dalam pembelajaran bermakna, peserta didik tidak
hanya menerima dan menghafal saja, tetapi juga mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya.
c. Teori Skinner
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku.
Pada saat seseorang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik,
sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responsnya menurun (Dimyati
dan Mudjiono, 1999: 8). Oleh karena itu, perlu diberikan ganjaran atau
penguatan, karena ia mempunyai peranan penting dalam proses
belajar. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan
dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif. Sedangkan
penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya
kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang
sifatnya dapat diamati dan diukur.
d. Teori Gagne
Menurut Gagne (Dimyati, 1999: 9), belajar merupakan
kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar siswa memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Timbulnya kapabilitas berasal dari stimulasi lingkungan dan proses
kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Ada lima kemampuan (kapabilitas) sebagai hasil belajar yang
diberikan Gagne yaitu:
1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk menggungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan
konsep dan lambang;
3) Strategi
kognitif
adalah
kemampuan
menyalurkan
dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah;
4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani;
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek
berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. (Dimyati dan
Mudjiono, 1999: 10-11)
e. Teori Gestalt
John Dewey (Suherman, 2003: 47) mengemukakan bahwa
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru
harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian.
2) Pelaksanaan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan
intelektual siswa.
3) Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.
f. Teori Piaget
Jean Piaget adalah seorang pakar yang banyak melakukan
penelitian tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia.
Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif
manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa, mulai dari prosesproses berpikir secara kongkrit sampai dengan yang lebih tinggi, yaitu
konsep-konsep abstrak dan logis. Ia mengemukakan dalam teorinya
bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir
hingga dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia, tetapi usia
pada saat seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak sama untuk
setiap orang.
C. Hubungan Pembelajaran PAI dengan Media VCD
Penggunaan VCD (Video Compact Disc) dapat digunakan sebagai
alternatif pemilihan media pembelajaran yang cukup mudah untuk
dilaksanakan. Hal ini dikarenakan akhir-akhir ini di lingkungan akademis atau
pendidikan penggunaan media pembelajaran yang berbentuk VCD bukan
merupakan hal yang baru lagi dan dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Penggunaan media
pembelajaran yang berbentuk VCD memungkinkan digunakan di rumah
karena VCD player sekarang ini sudah bukan merupakan barang mewah lagi
dan dapat ditemukan hampir disetiap rumah siswa.
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting
adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling
berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi
jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain
yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran,
jenis tugas, dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran
berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.
Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media
pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga
dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi.
Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mempunyai
kemampuan mengajar secara professional dan terampil dalam menggunakan
metode dan media yang tepat dalam proses belajar mengajar. Seorang guru
harus menguasai materi yang akan disampaikan dan juga harus pandai
menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang menarik. Demikian
juga peserta didik harus memiliki kemauan dan kemampuan belajar yang
tinggi serta harus berperan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar
sehingga menjadi pribadi yang berkualitas.
BAB III
DESKRIPSI TENTANG PENGGUNAAN VCD DALAM PEMBELAJARAN
PAI DI SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO
A. Penggunaan VCD dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1
Wonopringgo
Guru PAI saat menyajikan bahan ajar di kelas mengacu pada langkahlangkah pembelajaran dengan menggunakan VCD . Langkah-langkah yang
dilakukan secara berurutan dan dikembangkan sesuai situasi dan kondisi kelas
yang ada.
1. Membuka salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmallah
dan berdoa.
2. Membaca ayat-ayat Al Qur’an selama 5-10 menit.
Guru memulai membacakan ayat-ayat pendek yang berkaitan
dengan materi pelajaran tentang Asma’ul Husna dengan menggunakan
VCD pembelajaran, kemudian diikuti oleh siswa secara bersama-sama.
3. Apersepsi :
Langkah ini guru memberikan pemahaman tentang materi Asma’ul
Husna yang meliputi:
a. Ayat-ayat Alqur’an yang berkaitan dengan Asma’ul Husna
b. Pengertian Asma’ul Husna
c. Pengamalan isi kandungan Asma’ul Husna ( Al-Aziz, Al-Wahhab, AlFattah, Al-Qoyyum, Al-Hadi, Al-Khaliq, Al-Ghaffar, Al-Adl, AshShabur, As-Salam)
4. Motivasi :
Ada beberapa bentuk motivasi yang digunakan oleh guru-guru PAI
SMP Negeri 1 Wonopringgo, di antaranya: memberi angka melalui
ulangan, pujian, memberi tugas yang relevan, memberi ulangan, dan
mengetahui hasil belajar. Pemberian motivasi ini sesuai dengan hasil
kajian dan pola pikir para ahli di bidang pendidikan.
Alasan penggunaan motivasi tersebut akan penulis jelaskan sebagai
berikut:
a) Memberi angka
Pemberian angka kepada anak didik diharapkan dapat memberikan
dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
b) Pujian
Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang
diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu
perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing
siswa untuk belajar akan tinggi.
c) Memberi tugas
Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan
motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran
yang disampaikan.
d) Memberikan ulangan
Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil
pengajaran dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk
mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru.
e) Mengetahui hasil
Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu
sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak
mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya.
Setelah selesai kegiatan awal guru melakukan kegiatan inti sebagai
berikut:
a. Eksplorasi
1. Siswa menyimak penjelasan guru tentang ayat-ayat al Qur’an yang
berkaitan dengan sifat-sifat Allah dengan menggunakan VCD
pembelajaran.
3. Guru dan siswa tanya jawab tentang mana saja ayat-ayat Al Qur’an
yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah (Asma’ul Husna).
b. Elaborasi
1. Siswa berkelompok untuk berdiskusi tentang ayat-ayat al Qur’an yang
berkaitan dengan sifat-sifat Allah (Asma’ul Husna).
2. Siswa berkelompok untuk berdiskusi mencari ayat-ayat al Qur’an yang
berkaitan dengan sifat-sifat
Allah beserta terjemahannya
dan
menuliskannya dalam buku tugas.
3. Siswa menerima tugas untuk berlatih membaca dan mempraktikan
bacaan ayat-ayat al Qur’an yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah
beserta terjemahannya.
c. Konfirmasi
Siswa dan guru menyimpulkan ayat-ayat al Qur’an yang berkaitan
dengan sifat-sifat Allah.
Untuk itulah, guru-guru PAI SMP Negeri 1 Wonopringgo
melakukan hal-hal berikut:
1. Memberikan motivasi agar siswa lebih bersemangat dalam belajar
2. Memberikan informasi yang up to date yang berkaitan dengan topik
pelajaran
3. Guru PAI memasukkan unsur humor saat berkomunikasi dengan siswa,
baik melalui cerita maupun kata-kata humor.
4. Bertanya kepada siswa, baik yang kurang perhatian maupun yang
perhatian dan menunjukkan kepada anak-anak yang kurang perhatian
untuk menyebutkan jawaban.
5. Berdiskusi tentang fenomena di masyarakat yang berkaitan dengan
pelajaran serta memberikan kebebasan untuk mencurahkan gagasan atau
idenya
6. Saat menjelaskan pelajaran dan melakukan aktivitas pembelajaran, guru
PAI selalu berdiri mulai dari awal hingga akhir pelajaran.
7. Guru PAI saat menerangkan pelajaran mengadakan komunikasi dengan
siswa, baik melalui tanya jawab maupun diskusi.
8. Menceritakan tentang keindahan surga bagi orang-orang yang taat dalam
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
9. Menyindir siswa dengan sindiran yang halus dan tidak menyakitkan agar
semakin tertarik untuk berbuat baik dan merubah perilaku yang kurang
baik
Dalam pengelolaan kelas ini digunakan beberapa pendekatan.
Pendekatan ini dapat berfungsi untuk menjalin keharmonisan hubungan guru
dengan anak didik, tingginya kerjasama diantara anak didik tersimpul dalam
bentuk interaksi.
Di antara pendekatan yang digunakan oleh guru-guru PAI SMP Negeri
1 Wonopringgo adalah:
1) Pendekatan Kebebasan
Pendekatan ini digunakan untuk membantu anak didik agar merasa
bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan
guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
2) Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar
untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang
baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan
pelajaran yang baik.
3) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan ini digunakan untuk mengubah tingkah laku anak didik.
Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik,
dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
4) Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan ini digunakan untuk menjalin secara maksimal apabila
hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan
tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar
siswa.
5) Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi
yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.
Selanjutnya guru menutup kegiatan belajar mengajar (KBM)
dengan:
1. Siswa diberi tugas untuk mencari makna atau arti dalam ayat-ayat AlQur’an yang berkaitan dengan
sifat-sifat Allah SWT ( Asma’ul
Husna)
2. Guru mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi siswa.
Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Asma’ul Husna
melalui VCD pembelajaran ini bagi anak yang merasa belum
memahami atau merasa sulit dalam materi yang disampaikan untuk
diberikan tugas khusus berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
2. Penggunaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan oleh guru-guru PAI adalah
meliputi : VCD Pembelajaran, buku teks, LKPD, alat peraga, TV, whiteboard.
Penggunaan media ini dipandang mampu mengantarkan materi pembelajaran
agar mampu dipahami dan diingat-ingat siswa serta mampu diterapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai media pembelajaran yang digunakan oleh guru-guru PAI
terlihat adanya media yang modern, canggih, dan mahal, tetapi ada juga media
yang klasik, sederhana dan murah harganya akan tetapi masih dipandang cukup
efektif bagi proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran ini
disesuaikan dengan kondisi riil lembaga tersebut. Penyesuaian ini akan
memudahkan bagi para penggunanya dalam mengajar dan membelajarkan
peserta didik agar lebih tertarik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan
dari proses belajar mengajar. Ketertarikan ini akan membangkitkan semangat
belajar mereka sekaligus memupuk jiwa-jiwa yang selalu haus dengan ilmu
pengetahuan sehingga rasa ingin tahu yang ada dalam diri peserta didik
senantiasa melambung tinggi.
Di samping itu, media pembelajaran yang dimanfaatkan oleh guru-guru
PAI SMP Negeri 1 Wonopringgo bertujuan bagi peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan ini
sebenarnya tidak terlepas dari prinsip-prinsip umum penggunaan media
pembelajaran yang meliputi:
1) Penggunaan media pembelajaran dipandang sebagai bagian yang integral
dari suatu sistem pembelajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang
berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya
dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
2) Media pembelajaran dipandang sebagai sumber belajar yang digunakan
dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar
mengajar.
3) Guru menguasai teknik-teknik dari suatu media pembelajaran yang
digunakan.
4) Guru sudah memperhitungkan untung-ruginya pemanfaatan suatu media
pembelajaran.
5) Guru-guru PAI dalam menggunakan media pembelajaran telah diorganisir
secara sistematis.
6) Guru dapat memanfaatkan multimedia
yang menguntungkan dan
memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa
dalam belajar.
3. Cara Mengatasi Gangguan Belajar Siswa
Pada proses pembelajaran PAI terjadi beberapa gangguan yang dapat
menyebabkan anak-anak menjadi tidak perhatian dan tidak terkontrol di dalam
kelas. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut akan mempengaruhi transfer of
knowlegde dan transfer of value menjadi kurang maksimal.
Gangguan-gangguan itu apabila tidak segera dicarikan solusi, maka
akan
mengganggu
jalannya
proses
pembelajaran
sehingga
tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan menjadi tidak tercapai dengan baik.
Untuk itu, ada beberapa usaha yang dilakukan oleh guru PAI untuk mengatasi
gangguan tersebut, yaitu:
1. Memberikan motivasi kepada siswa, seperti anak-anak didoakan dan
didorong untuk lebih meningkatkan iman dan taqwa sehingga mengambil
pelajaran dari kandungan Asma’ul Husna. Menceritakan tentang
keindahan surga bagi orang-orang yang taat dalam menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya.
2. Guru PAI memasukkan unsur humor saat berkomunikasi dengan siswa,
baik melalui cerita maupun kata-kata humor, seperti jangan menjadi
seseorang
yang
apabila
mempunyai
kekuasaan
mereka
akan
menggunakan kekuasaannya, bahkan ada yang sampai tega menindas
orang kecil.
3. Menunjukkan
kepada
anak-anak
yang
kurang
perhatian
untuk
menyebutkan jawaban, seperti contoh apa pengertian Asma’ul husna.
4. Saat menjelaskan pelajaran dan melakukan aktivitas pembelajaran, guru
PAI selalu berdiri mulai dari awal hingga akhir pelajaran, serta
mengadakan komunikasi dengan siswa, baik melalui tanya jawab maupun
diskusi.
5. Menyindir siswa dengan sindiran yang halus dan tidak menyakitkan agar
semakin tertarik untuk berbuat baik, khususnya sindiran mengangkat
derajat anak-anak yang dipandang nakal di dalam kelas.
6. Guru PAI membuat kalimat-kalimat puitis sehingga membuat suasana
menjadi gempar sejenak, tetapi kemudian menjadi tenang dan konsentrasi
kembali.
B. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan VCD dalam Pembelajaran PAI
di SMP Negeri 1 Wonopringgo
a. Kelebihan penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI di SMP
Negeri 1 Wonopringgo
Beberapa kelebihan dari penggunaan VCD dalam pembelajaran
PAI di SMP Negeri 1 Wonopringgo adalah:
a.
Menjadikan anak cepat paham terhadap materi pelajaran yang di
sampaikan.
b.
Anak merasa tidak merasa cepat jenuh dan bosan.
c.
Menambah keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
d.
Anak dapat melihat langsung terhadap materi yang disajikan dalam
penayangan VCD
e.
Anak dapat meniru kejadian-kejadian positif yang disampaikan
dalam VCD pembelajara.
Dari analisis di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
penggunaan VCD pembelajaran mengandung banyak kelebihan-kelebihan
seperti hal-hal tersebut diatas, sehingga dalam proses pembelajaran PAI di
SMP Negeri 1 Wonopringgo akan menjadi hidup dan menyenangkan.
Dengan proses pembelajaran yang menyenangkan, maka siswa akan aktif
belajar mandiri dan dapat menumbuhkan kreativitas anak dalam belajar.
b. Kekurangan penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI di SMP
Negeri 1 Wonopringgo.
Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media
apapun pasti terdapat kekurangan, demikian juga pembelajaran
menggunakan VCD masih ada kekurangannya. Hal ini seperti yang
dipaparkan oleh seorang guru PAI SMP Negeri 1 Wonopringgo, antara
lain sebagai berikut:
a. Siswa yang tidak aktif membuat suasana pembelajaran menjadi ramai
dan gaduh.
b. Penayangan-penayangan yang mengandung unsur negatif akan cepat
ditiru oleh anak.
c. Setelah proses materi pembelajaran selesai siswa sulit mengambil
kesimpulan tentang materi yang diajarkan.
Analisis di atas, penulis dapat memaparkan kesimpulan tentang
kekurangan penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1
Wonopringgo, yaitu selain siswa sulit menyimpulkan materi yang
disampaikan juga siswa cenderung meniru atau mengambil hal-hal yang
bersifat negatif. Oleh karena itu guru harus pandai dalam membuat VCD
pembelajaran agar tidak menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif.
Namun demikian, penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI di SMP
Negeri 1 Wonopringgo kabupaten Pekalongan antara kelebihan dan
kekurangannya, ternyata masih banyak kelebihan-kelebihannya.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan setelah melalui beberapa
tahapan prosedur ilmiah mulai dari perencanaan, identifikasi masalah,
pengumpulan dan penyajian data sampai pada tahap analisa data, akhirnya
dapat disajikan dalam bentuk tesis ini. Dari uraian di atas penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan
adalah
media yang digunakan
dalam pembelajaran. Di dalamnya terdapat berbagai unsur yang harus
dipenuhi agar memudahkan dalam mengelola proses pembelajaran
tersebut. Unsur-unsur itu berupa langkah-langkah penyajian bahan ajar ,
penggunaan media pembelajaran, dan cara mengatasi gangguan belajar
dalam proses belajar mengajar. Kesiapan untuk mengelola unsur-unsur
tersebut dapat membantu guru dalam menjaga kondisi kelas yang kondusif
dan menyenangkan, akan tetapi apabila diabaikan akan membuat kelas
menjadi tidak kondusif terutama bagi jalannya proses pembelajaran di
kelas sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik dan
maksimal.
2. Penggunaan VCD dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1
Wonopringgo Kabupaten Pekalongan tentunya tidak terlepas dari
kelebihan dan kekurangan dalam penerapan media pembelajaran tersebut .
Dalam hal ini menjadi sangat penting bagi guru, terutama untuk menata
proses pembelajaran PAI pada masa-masa mendatang, terutama bagi
kelancaran proses pembelajaran di dalam kelas. Diantara kelebihankelebihan penggunaan VCD adalah dapat mendorong dan meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa. Namun demikian, penggunaan VCD
pembelajaran juga tidak dapat terlaksana dengan baik karena adanya
kekurangan-kekurangan, yaitu terbatasnya sarana dan prasarana sekolah,
diantaranya tempat tidak memungkinkan serta media VCD yang tidak
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan. Sehingga
dalam proses belajar mengajar tidak dapat berjalan dengan baik dan
maksimal. Oleh karena itu pembelajaran tersebut dapat dijadikan bahan
koreksi dan modal berharga bagi proses pembelajaran ke depan akan
semakin baik sesuai dengan tujuan sekolah yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, 1993, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya
Media.
________, 2005, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________, 2010, Dekonstruksi Pendidikan Islam Sebagai Subsistem Pendidikan
Nasional, dalam Guru Besar Bicara : Mengembangkan Keilmuan
Pendidikan Islam, Semarang: RaSAIL Media Group.
Arsyad, Azhar, 2007, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : Rineka Cipta.
Clifford T. Morgan, t.th, Introduction to Psychologi, New York: Mc. Grow
Hil,Book Company.
Danim, Sudarwan, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV, Pustaka
Setia.
Daryanto, 1993, Perencanaan Pengajaran,Jakarta: Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiyah, dkk, 2001, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Degeng, N. S. 2005, Media Pembelajaran, Dalam kumpulan makalah PEKERTI
(Pengembangan Keterampilan Instruktur) untuk Quantum Teaching.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2000, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful B, & Zain, Aswan, 1995, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :
Rineka Cipta.
Dimyati & Mudjiono, 1999, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Djamaludin Darwis, 1998, Strategi Belajar Mengajar, dalam Chabib Thoha dan
Abdul Mu’thi, PBM-PAI di sekolah: eksistensi dan proses belajar PAI,
Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
Gunaryo, Ahmad, 2007, Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi (Program S2
dan S3), Semarang: IAIN Walisongo.
Hudojo, H. 2001, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Depdikbud
Kasmidi, Hartono, 1997, Tekhnik Mengajar, Semarang: IKIP Press.
Kustiyono, 2000, Media Pembelajaran, Semarang, Aneka Ilmu.
Mardalis, 2004, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Miles, Matthew B. and Huberman, 1994, Qualitative Data Analysis: An Expanded
Sourcebook, London: Sage Publications.
Moleong, Lexy, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mudjiono,
1981,
Media
Pendidikan:
pengertian,
pengembangan
dan
pemanfaatannya, Jakarta: CV. Rajawali.
Mukhtar, 2003, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Cet.II Jakarta:
CV. Mizka Galea.
Rohani, Ahmad, 1997, Media Intstruksional Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta.
Rohani, Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful, 2000, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta.
Sardiman, 2000, Media Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiono, 2009, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D, Bandung : Alfabeta.
Sudjana, Nana & Ahmad Rifai, 2002, Media Pengajaran, cet ke-2, Bandung:
Sinar Baru Algensido.
Syah, Muhibbin, 2007, Psikologi Belajar, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Uno, Hamzah B, 2007, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, M. Basyiruddin, Asnawar, 2002, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputata
Press.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
2003, Semarang: Aneka Ilmu.
W.S. Winkell, 1986, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.
Download