UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 Untirta Civic Education Journal KONTRIBUSI BUDAYA UNGGUL SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER UNGGUL SISWA (Diterima 20 Februari 2016; direvisi 10 Maret 2016; disetujui 20 Maret 2016) Sabarudin1 1 SMA Negeri 1 Gantung, Kepulauan Bangka Belitung e-mail : [email protected] Abstrak Budaya unggul sekolah menjadi suatu kebutuhan sekaligus kondisi ”unik” pembeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Efektivitas tingkat keberhasilannya terlihat dari meningkatnya prestasi baik akademik maupun non akademik serta karakter siswa. Upaya pembentukan karakter unggul siswa sejalan dengan penciptaan budaya sekolah yang unggul pula, ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik melalui mata pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-Pembiasan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya dengan internalisasi dan personalisasi karakter atau watak melalui proses olah hati,olah pikir,olah raga dan olah rasa serta olah karsa. Proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai budaya unggul sekolah yang dikembangkan secara sistemik,holistik dan dinamis akan melahirkan karakter unggul siswa. Kata Kunci : Budaya unggul Sekolah, Karakter Unggul Siswa. 18 19 ESENSI BUDAYA UNGGUL mereka menyimpulkan bahwa iklim SEKOLAH sekolah, Pengembangan budaya mutu sekolah interpersonal, merupakan tanggung yang kondusif, lingkungan yang selaku menyenangkan, moral dan spirit jawab tugas kepala dan sekolah, seperti hubungan lingkungan belajar pemimpin pendidikan. Namun sekolah berkorelasi secara positif dan demikian, pengembangan budaya signifikan dengan kepribadian dan mutu sekolah mempersyaratkan prestasi akademik lulusan. adanya partisipasi seluruh personil Budaya sekolah sekolah dan stakeholder, termasuk dikatakan orang tua siswa, dan oleh karena itu, menunjukkan perkembangan yang secara baik manajerial budaya mutu pengembangan bermutu dalam bila dapat sekolah mencapai sekolah menjadi keberhasilan tanggung jawab kepala sekolah, mutu sekolah adalah keseluruhan sedangkan secara operasional sehari- latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, hari menjadi tugas seluruh personil sifat, dan iklim sekolah yang secara sekolah produktif dan stakeholder Sekolah-sekolah keunggulan yang atau terkait. memiliki keberhasilan mampu pengalaman dalam pendidikan. suatu dan Budaya memberikan perkembangan mencapai keberhasilan pendidikan oleh Owens, (1995: 81) pendidikan berdasarkan spirit dan lebih kinerja nilai-nilai yang dianut oleh sekolah. individu dan organisasi itu sendiri Lezotte (1983) menemukan dalam yang penelitiannya bahwa sekolah-sekolah dipengaruhi mencakup keyakinan, budaya, dari nilai-nilai, dan norma yang unggul itu memiliki perilaku yang disebut sebagai the karakteristik-karakteristik, yaitu: (1) human organization lingkungan sekolah yang aman dan (sisi/aspek manusia dan organisasi). tertib; (2) iklim serta harapan yang Hal tersebut sesuai apa yang telah tinggi; dilakukan oleh Frymier dan kawan- instruksional yang logis; (4) misi kawan (1984) dalam melakukan yang jelas dan terfokuskan; (5) penelitian kesempatan side One of Hundred Good Schools, yang dalam penelitiannya UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 (3) untuk kepemimpinan belajar dan mengerjakan tugas bagi siswa; dan Sabarudin 20 (6) pemantauan yang sering dalam kelas antara lain adalah dilakukan terhadap kemajuan siswa, kompetensi dan hubungan rumah-sekolah yang pembelajaran bersifat mendukung kurikulum, sarana dan prasarana, Dengan demikian guru, metode yang dipakai, sekolah serta lingkungan pembelajaran baik dapat disebut sebagai sekolah unggul lingkungan alam, psikososial dan bila karakteristik budaya (Depdikbud, 1994). Dapat keefektifan yang tinggi, yaitu: iklim diartikan disini bahwa lingkungan sekolah proses sosial pembelajaran di kelas maupun yang di sekolah (kantor guru dan staf tata melibatkan seluruh warga sekolah, usaha) mempunyai pengaruh baik harapan yang tinggi terhadap prestasi langsung akademik, pemantauan yang efektif terhadap terhadap pembelajaran. memiliki yang perencanaan keefektifan positif, sekolah kemajuan guru, siswa, kepemimpinan maupun tak langsung proses Dalam kegiatan sekolah efektif, instruksional yang berorientasi pada perhatian khusus diberikan kepada prestasi akademik, pelibatan orang penciptaan dan pemeliharaan iklim tua yang kondusif untuk belajar Iklim yang sekolah, aktif dalam kesempatan, kegiatan tanggung yang kondusif ditandai dengan jawab, dan partisipasi siswa yang terciptanya lingkungan belajar yang tinggi di sekolah, ganjaran dan aman, tertib, dan nyaman sehingga insentif di sekolah, yang didasarkan proses pada keberhasilan, tata tertib dan berlangsung dengan baik. Adapun disiplin yang baik di sekolah, dan model dalam membangun budaya pelaksanaan kurikulum yang jelas. dan iklim sekolah (Pengembangan Pembentukan suasana belajar mengajar dapat budaya dan iklim pembelajaran di pembelajaran yang kondusif perlu sekolah, diciptakan dalam seluruh lingkungan Peningkatan Mutu Pendidik Dan sekolah Tenaga termasuk didalamnya Direktorat Pendidikan Jenderal Departemen lingkungan kelas. Secara eksplisit Pendidikan Nasional Tahun 2007) faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai berikut: keberhasilan proses pembelajaran di UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 Sabarudin 21 budaya unggul Beberapa sekolah, faktor ada pendukung terlaksananya budaya unggul sekolah di antaranya: (1), partisipasi dan kepedulian yang tinggi dari warga sekolah, (2) adanya komunikasi yang baik antara sesama warga sekolah, (3) kepala sekolah, guru, dan tenaga FAKTOR PENGHAMBAT DAN pendidikan memiliki PENDUKUNG dan SERTA mewujudkan ALTERNATIF PENGEMBANGAN BUDAYA Dilapangan sering kita temui kendala-kendala merealisasikan untuk pendidikan yang (4) komite sekolah dalam yang dibuat memudahkan sekolah, sehingga sekolah dalam unggul mengembangkan sumber daya secara antara lain: masih adanya optimal, (5) Input peserta didik warga sekolah yang melaksanakan dengan tingkat kepribadian yang kegiatan sekolah (PBM) sekedar baik, (6) lokasi sekolah yang terletak menyelesaikan tidak sekolah budaya berkualitas, tinggi sangat mendukung setiap program UNGGUL SEKOLAH sejumlah berdedikasi kompetensi / menggugurkan ditengah keramaian kota, kewajiban saja, sikap inovatif warga mudah terjangkau, asri dan nyaman sekolah yang masih rendah, orang untuk belajar, (7) Adanya bantuan tua peserta didik pemerintah belum terbiasa berkontribusi terlebih bagi yang tidak mampu, mind set Bantuan Pusat dalam Operasional bentuk Sekolah untuk APBN, Provinsi dan Kabupaten) dengan untuk mendukung pengembangan kesiapan stakeholder untuk bergerak mutu sekolah dan aktivitas belajar secara cepat, dan belum terbiasa mengajar di sekolah berubah warga tidak sekolah dibarengi untuk berani mengajukan usul atau gagasan. Selain ditemukan berbagai kendala dalam pengembangan UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 Alternatif pengembangan Budaya unggul sekolah kedepannya dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut: Sabarudin 22 1. Pengembangan budaya akademik yang kuat. Dalam sekolah unggul, club. 3. Pengembangan kompetensi dan kultur akademik tercermin dalam kemampuan keilmuan, kedisiplinan dalam peserta didik secara global, hal ini bertindak, kearifan dalam dapat diwujudkan dalam bentuk: bersikap, serta kepiawaian dalam (a). billingual class, (b). English berfikir dan beragumentasi. Ciri- area, (c). training leangue club: ciri guru dan peserta didik dan Test warga menerapkan yaitu sekolah budaya bersifat yang akademik (TOEFL, TOEIC). objektif, 4. Membangun analisis, kreatif, terbuka untuk masyarakat. Dalam menerima sekolah harus waktu kritis, berkomunikasi kritik, dan menghargai prestasi ilmiah, masyarakat tradisi programnya dinamis, dan berorientasi ke depan. ini, mampu atas programsehingga memperoleh 2. Membentuk komunitas sekolah hal membangun kepercayaan kepada memiliki dan menjunjung tinggi ilmiah, kepercayaan dukungan dan partisipasi masyarakat yang selalu menciptakan cara-cara bentuk pemikiran atau teknik belajar untuk belajar pembiayaan. Sekolah diharapkan yang inovatif. Bentuk komunitas mampu melakukan sekolah timbal balik yang mungkin bisa dalam dan hubungan yang saling dibentuk meliputi: (a). science menguntungkan project program club (olimpiade), masyarakat (b). ICT program club (robot), (c). sekolah. 3R club (reduce, recycle, reuse), kepercayaan stakeholders kepada (d). desain club (paint, busana), sekolah, (e). (klub kepedulian stakeholders terhadap wirausaha), (f). language club setiap langkah yang dilakukan (klub bahasa), oleh sekolah untuk meningkatkan enterpreneur (g). club Art club (photography, traditional dance mutu, and modern), (h). movie club, (i). tanggungjawab book lover club, dan (j). religius terhadap UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 dengan di lingkungan Meningkatnya meningkatnya meningkatnya stakeholders penyelenggaraan Sabarudin 23 5. pendidikan di meningkatnya sekolah serta kualitas dan dasarnya dan pendidikan kuantitas masukan (kritik secara keseluruhan, karena pada tujuan akhir sebagaimana dari tersurat saran) untuk peningkatan mutu dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pendidikan. tentang Sisdiknas (Pasal 3) adalah KONSEP PEMBENTUKAN KARAKTER UNGGUL SISWA Djahiri (1996:20,43) menyatakan bahwa pendidikan nilai merupakan salah satu rekayasa kependidikan dalam membina dan membentuk SDM seutuhnya, yang dapat menyeimbangkan kekuatan yang antara memperlemah (desonasi) dan yang memperkuat (resonasi) penyerapan nilai-nilai pada saat proses afektual dibina. Adapun esensi adalah pendidikan belajar yang nilai bersifat intelektual dapat menimbulkan ekses destruktif, pendidikan nilai sangat diperlukan untu mengembangkan potensi emosi dan perasaan. Otak bukan hanya bekerja sebagai gudang fakta dan konsep, akan tetapi untuk menemukan isi pesan, jiwa dari fakta dan konsep menjadikannya tersebut sebagai serta perilaku yang baik. Secara konseptual pendidikan nilai merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.” Pendidikan nilai secara dalam semua tersebut yang substantif melekat dimensi tujuan memusatkan perhatian pada nilai aqidah keagamaan, keberagamaan, nilai nilai sosial kesehatan jasmani dan ruhani, nilai keilmuan, nilai kreativitas, nilai kemandirian, dan nilai demokratis yang bertanggung jawab. Karakter (character) mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku motivasi (motivations), keterampilan meliputi (behaviors), dan (skills). Karakter sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, Sabarudin 24 mempertahankan prinsip-prinsip agama di dunia, yang disebutnya “the golden rule”. moral dalam situasi penuh ketidak sebagai adilan, kecakapan interpersonal dan Contohnya adalah berbuat jujur, emosional menolong yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai komitmen keadaan, untuk dengan komunitas dan hormat, dan karakter di bertanggung jawab ) dan berkontribusi orang, Pendidikan Indonesia didasarkan pada sembilan pilar karakter dasar menjadi tujuan masyarakatnya. Karakteristik adalah pendidikan realisasi positif pilar karakter dasar tersebut adalah: sebagai individu (intelektual, sosial, (1) cinta kepada Allah dan semesta emosional, dan etika). Individu yang beserta isinya, (2) tanggung jawab, berkarakter baik adalah seseorang disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4) yang berusaha melakukan hal yang hormat dan santun, (5) kasih sayang, terbaik (Battistich, dalam musfiroh, peduli, dan kerja sama, (6) percaya 2008:27). diri, kreatif, kerja keras dan pantang perkembangan Kilpatrick Lickona pencetus utama kepemimpinan, (8) baik dan rendah Keduanya hati, serta (9) toleransi, cinta damai percaya adanya keberadaan moral dan persatuan. Hal ini berbeda absolute yang perlu diajarkan kepada dengan generasi muda agar paham betul dikembangkan di negara lain, serta mana yang baik dan benar. Lickona karakter dasar yang dikembangkan (1992) dan Kilpatrick (1992) juga oleh Ari Ginanjar (2007) melalui Brooks dan Goble tidak sependapat ESQ-nya. pendidikan dengan karakter. cara pendidikan moral (7) Kesembilan dan merupakan menyerah, karakter. karakter Karakter dasar dan yang dikembangkan reasoning dan values clarification melalui yang diajarkan dalam pendidikan di (knowing), acting, menuju kebiasaan Amerika, sesungguhnya (habit). Hal ini berarti, karakter tidak terdapat nilai moral universal yang sebatas pada pengetahuan. Menurut bersifat William Kilpatrick, seseorang yang karena absolut (bukan bersifat relaif) yang bersumber dari agama- UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 memiliki tahap keadilan pengetahuan pengetahuan tentang Sabarudin 25 kebaikan belum tentu mampu Semua mengacu pada sebuah proses bertindak sesuai pengetahuannya itu yang kalau untuk Sebagai kegiatan mendidik, secara tersebut. umum kelima konsep di atas sama- Karakter tidak terbatas pengetahuan. sama membantu siswa bertumbuh Karakter lagi, secara lebih matang dan kaya, baik dan sebagai individu maupun sebagai ia tidak melakukan terlatih kebaikan lebih menjangkau dalam wilayah emosi sama, yaitu kebiasaan diri. Dengan demikian, makhluk diperlukan tiga komponen karakter kehidupan yang baik (components of good membedakan kelima konsep di atas character) yaitu moral knowing atau adalah materi atau isi pendidikannya. pengetahuan tentang moral, moral sosial “pendidikan”. dalam konteks bersama. Yang Pendidikan karakter feeling atau perasaan tentang moral mempersyaratkan adanya pendidikan dan moral action atau perbuatan moral bermoral. Hal ini diperlukan agar Pendidikan moral menjadi agenda siswa utama pendidikan karakter sebab didik merasakan, mampu dan memahami, mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. pada dan pendidikan gilirannya nilai. seorang yang berkarakter adalah seorang individu Kita sering bertanya, apakah yang mampu mengambil keputusan pendidikan karakter itu sama dengan dan bertindak secara bebas dalam pendidikan moral, pendidikan nilai, kerangka kehidupan pribadi maupun pendidikan komunitas agama, pendidikan yang semakin kewarganegaraan? Kalau sama, di mengukuhkan keberadaan dirinya mana persamaannya? Kalau berbeda, sebagai di mana perbedaannya? Pendidikan .Oleh karena ruang lingkupnya yang karakter, pendidikan lebih pendidikan moral, pendidikan berkaitan dengan tata nilai moral, agama, dan pendidikan melainkan berkaitan dengan tata nilai nilai, manusia luas, yang bukan semata-mata kewarganegaraan merupakan lima dalam konsep yang berbeda. Mungkin satu karakter hal yang membuat kelima konsep itu pendidikan nilai agar individu yang sama ada dalam masyarakat itu dapat adalah kata “pendidikan”. UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 masyarakat, bermoral pendidikan mengandaikan adanya Sabarudin 26 berelasi dengan baik dan dengan semua demikian membantu individu lain memiliki kualitas moral. Oleh karena dalam menghayati kebebasannya. itu, Ketiga pemahaman tersebut nilai keyakinan kelirulah pendidikan agama menyamakan karakter dengan membantu kita meletakkan secara pendidikan agama. Demikian juga lebih salah jernih tentang pendidikan kaprah menyamakan agama dalam rangka pendidikan pendidikan moral dengan pendidikan karakter. Agama merupakan sebuah agama. fondasi yang lebih kokoh, Dalam arti sempit, kemartabatan paling luhur, kekayaan pendidikan karakter paling tinggi, dan sumber kedamaian maknanya dengan manusia paling dalam. Nilai-nilai kewarganegaraan, sebab pendidikan agama karakter berurusan bukan hanya mempertegas memperkokoh dan keyakinan moral dengan lebih dekat pendidikan pengembangan nilai-nilai seseorang dengan memberinya dasar moral dalam diri individu, melainkan yang juga memerhatikan corak relasional lebih kokoh dan tak tergoyahkan. Ada nilai-nilai agama antar yang sekaligus memiliki kualitas dengan struktur sosial yang ada di nilai moral. Sebaliknya. tidak semua dalam nilai yang diyakini oleh agama pendidikan tertentu memiliki kandungan nilai (kesadaran hukum, tanggung jawab moral. Nilai-nilai agama memang politik, keterbukaan, kesediaan untuk tidak selalu memiliki kualifikasi nilai bermufakat moral yang mengikat semua orang. kemampuan Namun, dapat menyampaikan gagasan, kebebasan menjadi dasar kokoh bagi individu berpikir, sikap kritis, dll) menjadi dalam nilai-nilai nilai-nilai kerangka agama perkembangan individu nilai-nilai yang inilah yang berdialog, dalam penting Sebab, sangat dalam sini, demokratis retoris nilai-nilai selaras Di dan diperjuangkan. yang relasinya masyarakatnya. kehidupan morainya. Sebab, ada agama dalam untuk nilai-nilai urgen dengan nilai-nilai moral. Sebaliknya, dipraksiskan konteks tidak semua nilai moral merupakan kehidupan masyarakat yang plural. nilai dari keyakinan agama, dan tidak UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 Sabarudin 27 BUDAYA sekolah. Faktor keteladan menjadi UNGGUL SEKOLAH DALAM hal yang utama untuk diterapkan PEMBENTUKAN dengan didukung oleh komitmen dan KONTRIBUSI KARAKTER konsistensi,serta kontinuitas untuk UNGGUL SISWA. Pendidikan merupakan unsur melaksanakan dan mempertahankan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai budaya unggul sekolah kebudayaan. Pendidikan merupakan oleh seluruh stakeholders. Selain itu produk perlu juga penciptaan lingkungan yang kebudayaan manusia dan menjadi bagian kebudayaan. Pendidikan integral Esensi adalah utama usaha dari sosial yang kondusif bagi para siswa, dari baik dalam keluarga, di sekolah, dan untuk dalam masyarakat. Dengan mewariskan, meneruskan, nilai-nilai demikian, pelaksanaan Pendidikan luhur Karakter akan lebih berkesan dalam kebudayaan yang sedang berkembang. Selain itu pendidikan rangka membentuk kepribadian mempunyai siswa. Penyusunan Pendidikan perlu memberikan misi mentransformasikan nilai-nilai Karakter budaya agar mencapai kemajuan penekanan yang berimbang kepada baik individual maupun masyarakat. aspek Pendidikan menjadi posisi sentral pengajarannya. Selain daripada itu, bagi perlu memberikan penekaanan yang pusat pengembangan pengkajian kebudayaan pengembangan ilmu-ilmu dan serta dan nilai dan proses berimbang pula kepada perkembangan aspek intelektual, teknologi. Dengan pula halnya dalam emosional dan sosial serta spiritual proses membangun karakter siswa, siswa. Nilai unggul sebuah sekolah salah satu cara jitu yang dapat terlihat dilakukan dilakukan oleh oleh para civitas melalui proses dari upaya-upaya pembudayaan dilingkungan sekolah sekolah dengan penciptaan budaya sekolah. mengembangkan Pelaksanaan Karakter dalam Pendidikan pembentukan karakter unggul siswa bersinggungan (stakeholder) yang dalam potensi peserta didiknya. Potensi-potensi inilah yang dikembangkan dalam pendidkan berkarakter melalui budaya sekolah. langsung dengan budaya unggul UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 Sabarudin 28 Sesuai dengan Desain Induk sehari-hari sekolah yaitu melalui hal- Pendidikan karakter yang dirancang hal berikut. Kemendiknas a. Kegiatan rutin sekolah (2010) strategi pengembangan pendidikan karakter Kegiatan rutin merupakan dapat dilakukan melalui transformasi kegiatan yang dilakukan peserta budaya sekolah ( school culture ) dan didik secara terus menerus dan habituasi konsisten melalui pengembangan kegiatan diri (ekstrakurikuler). siswa Hal ini sejalan setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan dengan pemikiran Berkowitz, yang kebersihan badan (kuku, telinga, dikutip oleh Elkind dan Sweet (2004) rambut, dan lain-lain) setiap hari serta yang Senin, beribadah bersama atau shalat menyatakan bahwa: implementasi bersama setiap dhuhur (bagi yang pendidikan beragama Samani (2011) karakter transformasi melalui budaya perikehidupan sekolah, dan dirasakan mulai Islam), dan berdoa selesai waktu pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, lebih efektif daripada mengubah tenaga kependidikan, atau teman. kurikulum b. Kegiatan spontan dengan menambahkan materi pendidikan karakter dalam Kegiatan yaitu dilakukan secara muatan kurikulum. Perencanaan dan kegiatan pelaksanaan pendidikan budaya dan spontan pada saat itu juga. Kegiatan karakter bangsa oleh ini dilakukan biasanya pada saat guru kepala sekolah, guru, tenaga dan tenaga kependidikan yang lain (konselor) secara mengetahui adanya perbuatan yang sebagai suatu kurang baik dari peserta didik yang komunitas pendidik dan diterapkan harus dikoreksi pada saat itu juga. ke dalam kurikulum melalui program Apabila guru mengetahui adanya pengembangan diri. Dalam program perilaku dan sikap yang kurang baik pengembangan diri, perencanaan dan maka pada saat itu juga guru harus pelaksanaan pendidikan budaya dan melakukan koreksi sehingga peserta karakter bangsa dilakukan melalui didik tidak akan melakukan tindakan pengintegrasian ke dalam kegiatan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan kependidikan bersama-sama dilakukan UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 yang spontan Sabarudin 29 itu: membuang sampah tidak pada berpakaian rapi, datang tepat pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga waktunya, bekerja keras, bertutur mengganggu pihak lain, berkelahi, kata sopan, kasih sayang, perhatian memalak, terhadap berlaku mencuri, tidak berpakaian sopan, tidak senonoh.Kegiatan spontan berlaku peserta didik, jujur, menjaga kebersihan. d. Pengkondisian untuk perilaku dan sikap peserta Untuk mendukung didik yang tidak baik dan yang baik keterlaksanaan pendidikan budaya sehingga perlu dipuji, misalnya: dan karakter bangsa maka sekolah memperoleh nilai tinggi, menolong harus orang lain, memperoleh prestasi pendukung kegiatan itu. Sekolah dalam olah raga atau kesenian, harus berani menentang atau mengkoreksi nilai-nilai perilaku teman yang tidak terpuji. bangsa yang diinginkan. Misalnya, c. Keteladanan toilet yang selalu bersih, bak sampah dikondisikan mencerminkan budaya dan sebagai kehidupan karakter Keteladanan adalah perilaku ada di berbagai tempat dan selalu sikap guru dan tenaga dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan kependidikan yang lain dalam alat belajar ditempatkan teratur. memberikan contoh dan terhadap Tampilan budaya unggul sekolah baik hubungannya dengan pembentukan menjadi karakter unggul siswa tercermin dari panutan bagi peserta didik untuk pola pikir,sikap dan tindak seluruh mencontohnya. Jika guru dan tenaga stakeholder sekolah dalam semua kependidikan yang lain menghendaki segmen kegiatan di sekolah. Sekolah agar peserta didik berperilaku dan harus bersikap sesuai dengan nilai-nilai nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka bangsa yang diinginkan. Apabila hal guru dan tenaga kependidikan yang tersebut dilaksanakan secara sadar lain adalah orang yang pertama dan dan utama contoh membuahkan sesuai positif berupa : tindakan-tindakan sehingga diharapkan memberikan berperilaku dengan yang dan nilai-nilai bersikap itu. mencerminkan budaya dan kehidupan karakter berkesimbungan akan hasil/dampak yang Misalnya, UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 Sabarudin 30 1) Budaya Sekolah Unggul menjadi juara baik oleh peserta didik dan kebutuhan. Hal ini terlihat dari guru Pembelajaran di kelas menjadi tingkat lebih kondusif. Hasilnya: KBM maupun (Kegiatan Mengajar) akademik dan non akademik menjadi efektif, nilai tes peserta seperti OSN, O2SN, FLS2N dan didik lainnya. Belajar meningkat, tingkat kedisiplinan peserta didik dan yang berprestasi baik kabupaten, provinsi nasional bidang 4) Terlaksananya pengembangan guru meningkat serta tumbuhnya tenaga pendidik yang kompeten sikap kreatif peserta didik dan dan berdedikasi tinggi. Hasilnya guru adalah: disiplin guru meningkat, dalam mengembangkan media pembelajaran. iklim kerja lebih produktif dan 2) Terciptanya lingkungan sekolah kompetitif, serta yang aman, bersih, hijau, tertib, kerjasama dengan religius, dan penuh kekeluargaan. pemerintah daerah dan swasta Hasilnya serta dengan sekolah lainnya guru berupa: dan meningkat, kedisiplinan peserta 5) Terlaksanakan instansi pengelolaan kenakalan tenaga menurun, efektif. Hasilnya pelayanan staf pemenang sekolah adiwiyata dan TU lebih cepat dan baik sesuai sekolah dengan tugas dan fungsinya. peserta tingkat didik terjalinnya didik sehat, sekolah yang kependidikan bebas dari rokok dan narkoba, Ramah tumbuhnya kekeluargaan melayani siswa dan guru serta , yang tinggi di antara warga ketepatan waktu dalam pelayanan sekolah (5 S = Salam, Sapa, misalnya Sopan, Senyum, Silaturahim). kebutuhan ATK siswa (spidol, 3) Tumbuhnya lingkungan rasa dan secara (5 sopan menit dalam melayani budaya mutu di penghapus, tinta) 10 menit untuk sekolah. Hasilnya pengurusan surat menyurat meliputi: tumbuhnya semangat 6) Tumbuhnya cita-cita untuk berkompetisi peserta didik dan prestasi tinggi. Hasilnya target guru baik di tingkat kabupaten, sekolah tercapai baik akademik provinsi dan nasional, di raihnya maupun UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 non akademik, Sabarudin 31 Pengakuan pihak lain terhadap 1). Melaksanakan prestasi munculnya sesuai dengan ketentuan agama kepuasan kerja dan rasa bangga masing-masing; 2) Memperingati akan sekolah, hari-hari besar keagamaan; 3). sekolah, peribadatan 7) Tumbuhnya kemauan untuk Melaksanakan perbuatan amaliah 8) berubah. Hasilnya: meningkatnya sesuai dengan norma agama; 4). kualitas kinerja guru dan kualitas Membina belajar antar siswa menjadi lebih toleransi umat kehidupan beragama; bermakna , tumbuhnya kesadaran Mengadakan untuk saling “sharing” informasi yang bernuansa keagamaan; 6). (guru yang sudah ikut pelatihan Mengembangkan akan memberdayakan mendesiminasikan informasi dari pelatihan / menjadi narasumber bagi teman kegiatan 5). lomba dan kegiatan keagamaan di sekolah. b. Pembinaan budi pekerti luhur atau lainnya disekolah), munculnya akhlak mulia, antara lain : kreativitas dan keberanian siswa Melaksanakan tata dan guru untuk berkarya, Guru kultur sekolah; 2), Melaksanakan yang sudah berprestasi memberi gotong royong dan kerja bakti motivasi kepada rekan lainnya (bakti sosial); 3). Melaksanakan untuk dapat berkarya lebih baik norma-norma yang berlaku dan dari sebelumnya. tatakrama Proses pengembangan 1). tertib dan pergaulan; 4). Menumbuhkembangkan budaya unggul sekolah tersebut juga kesadaran harus berkorban terhadap sesama; 5). didukung oleh kegiatan ekstrakurikuler. Adapun Materi untuk rela Menumbuhkembangkan sikap pembinaan kesiswaan yang sejalan hormat dan menghargai warga dengan usaha membangun karakter sekolah; unggul kegiatan siswa tampak dalam kegiatan: a. Pembinaan 6). 7K Melaksanakan (Keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, keimanan dan kekeluargaan, ketakwaan terhadap Tuhan Yang kerindangan). kedamaian dan Maha Esa, antara lain : UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 Sabarudin 32 c. Pembinaan kepribadian unggul, kepemimpinan siswa; 3). wawasan kebangsaan, dan bela Melaksanakan kegiatan dengan negara, prinsip kejujuran, transparan, dan antara lain : 1.). Melaksanakan upacara bendera profesional; pada hari senin dan / atau hari kewajiban dan hak diri dan orang sabtu, serta hari- lain dalam pergaulan masyarakat; hari besar 4). Melaksanakan nasional, 2). Menyanyikan lagu- 5). lagu nasional (Mars dan Hymne) kelompok belajar, diskusi, debat 3). dan pidato; 6). Melaksanakan Melaksanakan kegiatan Melaksanakan kepramukaan; 4). Mengunjungi kegiatan dan yang mempelajari tempat tempat- bernilai sejarah; 5). Mempelajari nilai-nilai dan luhur, meneruskan kepeloporan, dan semangat perjuangan para pahlawan; 6). orientasi pengenalan baru lingkungan kekerasan; 7). penghijauan tanpa Melaksanakan dan perindangan lingkungan sekolah. Melaksanakan KESIMPULAN dan 1. Pendidikan menghormati dan siswa bersifat akademik dan kegiatan bela negara; 7). Menjaga simbol kegiatan simbol- lambang- lambang karakter dapat dilaksanakan dengan dua cara negara; 8). Melakukan pertukaran yaitu, siswa antar daerah dan antar pembiasaan. Proses intervensi negara dikembangkan dan dilaksanakan d. Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, proses melalui intervensi kegiatan dan belajar mengajar yang sengaja dirancang lingkungan hidup, kepekaan dan untuk toleransi sosial dalam konteks pembentukan karakter dengan masyarakat plural, antara lain : 1). menerapkan berbagai kegiatan Memantapkan terstruktur dan mencapai mengembangkan peran siswa di pembelajaran dalam sebagai tugasnya OSIS sesuai dengan masing-masing; 2). Melaksanakan latihan UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 tujuan dalam proses tersebut pendidik mencerdaskan mendewasakan guru yang dan dan sekaligus Sabarudin 33 sebagai sosok Sedangkan panutan. lewat pembiasaan di proses ciptakan dan unggul sekolah dikembangkan sistemik,holistik yang secara dan dinamis ditumbuhkembangkan situasi dan akan melahirkan karakter unggul kondisi yang berisi berbagai siswa. macam penguatan yang memungkinkan siswa disekolah, dirumah, dan dilingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai yang diharapkan. 2. Tampilan budaya unggul sekolah hubungannya pembentukan siswa dengan karakter tercermin unggul dari pola pikir,sikap dan tindak seluruh stakeholder sekolah dalam semua segmen kegiatan di Sekolah harus sekolah. mencerminkan DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional (2003), “Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional”, Jakarta: Depdiknas Djahiri (1996). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral, Bandung, Laboratorium PMP IKIP Bandung Frymier. J. Cornbleth, C., Donmoyer, R. Gansneder, B.M., Jeter, J.T., Klein, M.F., Schwab, M., dan Alexander, W.M. (1984). One Hundred Good Schools, Indiana: Phidelta Kappa Publication kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. Pembiasaan-Pembiasan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya dengan internalisasi dan personalisasi karakter atau watak melalui proses olah hati,olah pikir,olah raga dan olah rasa serta olah karsa. Proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai budaya UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 Ginanjar, Ary (2007), “ESQ Emotional Spiritual Quotient”, Jakarta, Arga Kementerian Pendidikan Nasional, Badan penelitian dan pengembangan, Pusat kurikulum. (2011), Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa pedoman sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum Lezotte, Lawrence, Bancroft, Baverley A. (1985). Effective Schools: What Works and Doesn’t Work.. New York: NYT News Letter March. Sabarudin 34 Lickona, Thomas (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility”, New York-Toronto-LondonSydney-Auckland: Bantam Books Musfiroh, T. (2008). Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogyakarta. Owens, R.G. (1995). Organizational Behavior In Education. Boston: Allyn and Bacon. Samani,Muchlas dan Hariyanto. (2011), Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung : PT Remaja Rosda Karya UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 ISSN : 2541-6693 Sabarudin