UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34 Untirta

advertisement
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
Untirta Civic Education Journal
KONTRIBUSI BUDAYA UNGGUL SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER UNGGUL SISWA
(Diterima 20 Februari 2016; direvisi 10 Maret 2016; disetujui 20 Maret 2016)
Sabarudin1
1
SMA Negeri 1 Gantung, Kepulauan Bangka Belitung
e-mail : [email protected]
Abstrak
Budaya unggul sekolah menjadi suatu kebutuhan sekaligus kondisi ”unik”
pembeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Efektivitas tingkat
keberhasilannya terlihat dari meningkatnya prestasi baik akademik maupun non
akademik serta karakter siswa. Upaya pembentukan karakter unggul siswa sejalan
dengan penciptaan budaya sekolah yang unggul pula, ini tentu tidak semata-mata
hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik
melalui mata pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang
dilakukan di kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-Pembiasan (habituasi) dalam
kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai,
tanggung-jawab, dan sebagainya dengan internalisasi dan personalisasi karakter
atau watak melalui proses olah hati,olah pikir,olah raga dan olah rasa serta olah
karsa. Proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai budaya unggul sekolah yang
dikembangkan secara sistemik,holistik dan dinamis akan melahirkan karakter
unggul siswa.
Kata Kunci : Budaya unggul Sekolah, Karakter Unggul Siswa.
18
19
ESENSI
BUDAYA
UNGGUL
mereka menyimpulkan bahwa iklim
SEKOLAH
sekolah,
Pengembangan budaya mutu sekolah
interpersonal,
merupakan
tanggung
yang kondusif, lingkungan yang
selaku
menyenangkan, moral dan spirit
jawab
tugas
kepala
dan
sekolah,
seperti
hubungan
lingkungan
belajar
pemimpin
pendidikan.
Namun
sekolah berkorelasi secara positif dan
demikian,
pengembangan
budaya
signifikan dengan kepribadian dan
mutu
sekolah
mempersyaratkan
prestasi akademik lulusan.
adanya partisipasi seluruh personil
Budaya
sekolah
sekolah dan stakeholder, termasuk
dikatakan
orang tua siswa, dan oleh karena itu,
menunjukkan perkembangan yang
secara
baik
manajerial
budaya
mutu
pengembangan
bermutu
dalam
bila
dapat
sekolah
mencapai
sekolah
menjadi
keberhasilan
tanggung jawab kepala
sekolah,
mutu sekolah adalah keseluruhan
sedangkan secara operasional sehari-
latar fisik, lingkungan, suasana, rasa,
hari menjadi tugas seluruh personil
sifat, dan iklim sekolah yang secara
sekolah
produktif
dan
stakeholder
Sekolah-sekolah
keunggulan
yang
atau
terkait.
memiliki
keberhasilan
mampu
pengalaman
dalam
pendidikan.
suatu
dan
Budaya
memberikan
perkembangan
mencapai
keberhasilan
pendidikan oleh Owens, (1995: 81)
pendidikan berdasarkan spirit dan
lebih
kinerja
nilai-nilai yang dianut oleh sekolah.
individu dan organisasi itu sendiri
Lezotte (1983) menemukan dalam
yang
penelitiannya bahwa sekolah-sekolah
dipengaruhi
mencakup
keyakinan,
budaya,
dari
nilai-nilai,
dan
norma
yang
unggul
itu
memiliki
perilaku yang disebut sebagai the
karakteristik-karakteristik, yaitu: (1)
human
organization
lingkungan sekolah yang aman dan
(sisi/aspek manusia dan organisasi).
tertib; (2) iklim serta harapan yang
Hal tersebut sesuai apa yang telah
tinggi;
dilakukan oleh Frymier dan kawan-
instruksional yang logis; (4) misi
kawan (1984) dalam melakukan
yang jelas dan terfokuskan; (5)
penelitian
kesempatan
side
One
of
Hundred
Good
Schools, yang dalam penelitiannya
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
(3)
untuk
kepemimpinan
belajar
dan
mengerjakan tugas bagi siswa; dan
Sabarudin
20
(6)
pemantauan
yang
sering
dalam kelas antara
lain adalah
dilakukan terhadap kemajuan siswa,
kompetensi
dan hubungan rumah-sekolah yang
pembelajaran
bersifat mendukung
kurikulum, sarana dan prasarana,
Dengan
demikian
guru,
metode
yang
dipakai,
sekolah
serta lingkungan pembelajaran baik
dapat disebut sebagai sekolah unggul
lingkungan alam, psikososial dan
bila
karakteristik
budaya (Depdikbud, 1994). Dapat
keefektifan yang tinggi, yaitu: iklim
diartikan disini bahwa lingkungan
sekolah
proses
sosial pembelajaran di kelas maupun
yang
di sekolah (kantor guru dan staf tata
melibatkan seluruh warga sekolah,
usaha) mempunyai pengaruh baik
harapan yang tinggi terhadap prestasi
langsung
akademik, pemantauan yang efektif
terhadap
terhadap
pembelajaran.
memiliki
yang
perencanaan
keefektifan
positif,
sekolah
kemajuan
guru,
siswa,
kepemimpinan
maupun
tak
langsung
proses
Dalam
kegiatan
sekolah
efektif,
instruksional yang berorientasi pada
perhatian khusus diberikan kepada
prestasi akademik, pelibatan orang
penciptaan dan pemeliharaan iklim
tua
yang kondusif untuk belajar Iklim
yang
sekolah,
aktif
dalam
kesempatan,
kegiatan
tanggung
yang
kondusif
ditandai
dengan
jawab, dan partisipasi siswa yang
terciptanya lingkungan belajar yang
tinggi di sekolah, ganjaran dan
aman, tertib, dan nyaman sehingga
insentif di sekolah, yang didasarkan
proses
pada keberhasilan, tata tertib dan
berlangsung dengan baik. Adapun
disiplin yang baik di sekolah, dan
model dalam membangun budaya
pelaksanaan kurikulum yang jelas.
dan iklim sekolah (Pengembangan
Pembentukan
suasana
belajar
mengajar
dapat
budaya dan iklim pembelajaran di
pembelajaran yang kondusif perlu
sekolah,
diciptakan dalam seluruh lingkungan
Peningkatan Mutu Pendidik Dan
sekolah
Tenaga
termasuk
didalamnya
Direktorat
Pendidikan
Jenderal
Departemen
lingkungan kelas. Secara eksplisit
Pendidikan Nasional Tahun 2007)
faktor-faktor yang mempengaruhi
sebagai berikut:
keberhasilan proses pembelajaran di
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
Sabarudin
21
budaya
unggul
Beberapa
sekolah,
faktor
ada
pendukung
terlaksananya budaya unggul sekolah
di antaranya: (1), partisipasi dan
kepedulian yang tinggi dari warga
sekolah, (2) adanya komunikasi yang
baik antara sesama warga sekolah,
(3) kepala sekolah, guru, dan tenaga
FAKTOR PENGHAMBAT DAN
pendidikan memiliki
PENDUKUNG
dan
SERTA
mewujudkan
ALTERNATIF
PENGEMBANGAN
BUDAYA
Dilapangan sering kita temui
kendala-kendala
merealisasikan
untuk
pendidikan
yang
(4)
komite
sekolah
dalam
yang
dibuat
memudahkan
sekolah,
sehingga
sekolah
dalam
unggul
mengembangkan sumber daya secara
antara lain: masih adanya
optimal, (5) Input peserta didik
warga sekolah yang melaksanakan
dengan tingkat kepribadian yang
kegiatan sekolah (PBM) sekedar
baik, (6) lokasi sekolah yang terletak
menyelesaikan
tidak
sekolah
budaya
berkualitas,
tinggi
sangat mendukung setiap program
UNGGUL SEKOLAH
sejumlah
berdedikasi
kompetensi
/
menggugurkan
ditengah
keramaian
kota,
kewajiban saja, sikap inovatif warga
mudah terjangkau, asri dan nyaman
sekolah yang masih rendah, orang
untuk belajar, (7) Adanya bantuan
tua peserta didik
pemerintah
belum terbiasa
berkontribusi terlebih bagi
yang
tidak mampu, mind set
Bantuan
Pusat
dalam
Operasional
bentuk
Sekolah
untuk
APBN, Provinsi dan Kabupaten)
dengan
untuk mendukung pengembangan
kesiapan stakeholder untuk bergerak
mutu sekolah dan aktivitas belajar
secara cepat, dan belum terbiasa
mengajar di sekolah
berubah
warga
tidak
sekolah
dibarengi
untuk
berani
mengajukan usul atau gagasan.
Selain ditemukan berbagai
kendala
dalam
pengembangan
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
Alternatif pengembangan Budaya
unggul sekolah kedepannya dapat
dilakukan dengan strategi sebagai
berikut:
Sabarudin
22
1. Pengembangan budaya akademik
yang kuat. Dalam sekolah unggul,
club.
3. Pengembangan kompetensi dan
kultur akademik tercermin dalam
kemampuan
keilmuan,
kedisiplinan
dalam
peserta didik secara global, hal ini
bertindak,
kearifan
dalam
dapat diwujudkan dalam bentuk:
bersikap, serta kepiawaian dalam
(a). billingual class, (b). English
berfikir dan beragumentasi. Ciri-
area, (c). training leangue club:
ciri
guru dan peserta didik dan Test
warga
menerapkan
yaitu
sekolah
budaya
bersifat
yang
akademik
(TOEFL, TOEIC).
objektif,
4. Membangun
analisis, kreatif, terbuka untuk
masyarakat.
Dalam
menerima
sekolah
harus
waktu
kritis,
berkomunikasi
kritik,
dan
menghargai
prestasi
ilmiah,
masyarakat
tradisi
programnya
dinamis,
dan
berorientasi ke depan.
ini,
mampu
atas
programsehingga
memperoleh
2. Membentuk komunitas sekolah
hal
membangun kepercayaan kepada
memiliki dan menjunjung tinggi
ilmiah,
kepercayaan
dukungan
dan
partisipasi
masyarakat
yang selalu menciptakan cara-cara
bentuk
pemikiran
atau teknik belajar untuk belajar
pembiayaan. Sekolah diharapkan
yang inovatif. Bentuk komunitas
mampu
melakukan
sekolah
timbal
balik
yang
mungkin
bisa
dalam
dan
hubungan
yang
saling
dibentuk meliputi: (a). science
menguntungkan
project program club (olimpiade),
masyarakat
(b). ICT program club (robot), (c).
sekolah.
3R club (reduce, recycle, reuse),
kepercayaan stakeholders kepada
(d). desain club (paint, busana),
sekolah,
(e).
(klub
kepedulian stakeholders terhadap
wirausaha), (f). language club
setiap langkah yang dilakukan
(klub bahasa),
oleh sekolah untuk meningkatkan
enterpreneur
(g).
club
Art
club
(photography, traditional dance
mutu,
and modern), (h). movie club, (i).
tanggungjawab
book lover club, dan (j). religius
terhadap
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
dengan
di
lingkungan
Meningkatnya
meningkatnya
meningkatnya
stakeholders
penyelenggaraan
Sabarudin
23
5. pendidikan
di
meningkatnya
sekolah
serta
kualitas
dan
dasarnya
dan
pendidikan
kuantitas masukan (kritik
secara keseluruhan, karena pada
tujuan
akhir
sebagaimana
dari
tersurat
saran) untuk peningkatan mutu
dalam UU RI No. 20 tahun 2003
pendidikan.
tentang Sisdiknas (Pasal 3) adalah
KONSEP
PEMBENTUKAN
KARAKTER UNGGUL SISWA
Djahiri
(1996:20,43)
menyatakan bahwa pendidikan nilai
merupakan
salah
satu
rekayasa
kependidikan dalam membina dan
membentuk SDM seutuhnya, yang
dapat
menyeimbangkan
kekuatan
yang
antara
memperlemah
(desonasi) dan yang memperkuat
(resonasi)
penyerapan
nilai-nilai
pada saat proses afektual dibina.
Adapun
esensi
adalah
pendidikan
belajar
yang
nilai
bersifat
intelektual dapat menimbulkan ekses
destruktif, pendidikan nilai sangat
diperlukan
untu
mengembangkan
potensi emosi dan perasaan. Otak
bukan hanya bekerja sebagai gudang
fakta dan konsep, akan tetapi untuk
menemukan isi pesan, jiwa dari fakta
dan
konsep
menjadikannya
tersebut
sebagai
serta
perilaku
yang baik.
Secara konseptual pendidikan
nilai
merupakan
bagian
tak
terpisahkan dari proses pendidikan
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
“untuk
berkembangnya
potensi
peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia,
sehat,
berilmu,
kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung
jawab.”
Pendidikan
nilai
secara
dalam
semua
tersebut
yang
substantif melekat
dimensi
tujuan
memusatkan perhatian pada nilai
aqidah
keagamaan,
keberagamaan,
nilai
nilai
sosial
kesehatan
jasmani dan ruhani, nilai keilmuan,
nilai kreativitas, nilai kemandirian,
dan
nilai
demokratis
yang
bertanggung jawab.
Karakter
(character)
mengacu pada serangkaian sikap
(attitudes),
perilaku
motivasi
(motivations),
keterampilan
meliputi
(behaviors),
dan
(skills).
Karakter
sikap seperti
keinginan
untuk melakukan hal yang terbaik,
kapasitas intelektual seperti berpikir
kritis dan alasan moral, perilaku
seperti jujur dan bertanggung jawab,
Sabarudin
24
mempertahankan
prinsip-prinsip
agama di dunia, yang disebutnya
“the
golden
rule”.
moral dalam situasi penuh ketidak
sebagai
adilan, kecakapan interpersonal dan
Contohnya adalah berbuat jujur,
emosional
menolong
yang
memungkinkan
seseorang berinteraksi secara efektif
dalam
berbagai
komitmen
keadaan,
untuk
dengan
komunitas
dan
hormat,
dan
karakter
di
bertanggung jawab )
dan
berkontribusi
orang,
Pendidikan
Indonesia didasarkan pada sembilan
pilar karakter dasar menjadi tujuan
masyarakatnya. Karakteristik adalah
pendidikan
realisasi
positif
pilar karakter dasar tersebut adalah:
sebagai individu (intelektual, sosial,
(1) cinta kepada Allah dan semesta
emosional, dan etika). Individu yang
beserta isinya, (2) tanggung jawab,
berkarakter baik adalah seseorang
disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4)
yang berusaha melakukan hal yang
hormat dan santun, (5) kasih sayang,
terbaik (Battistich, dalam musfiroh,
peduli, dan kerja sama, (6) percaya
2008:27).
diri, kreatif, kerja keras dan pantang
perkembangan
Kilpatrick
Lickona
pencetus
utama
kepemimpinan, (8) baik dan rendah
Keduanya
hati, serta (9) toleransi, cinta damai
percaya adanya keberadaan moral
dan persatuan. Hal ini berbeda
absolute yang perlu diajarkan kepada
dengan
generasi muda agar paham betul
dikembangkan di negara lain, serta
mana yang baik dan benar. Lickona
karakter dasar yang dikembangkan
(1992) dan Kilpatrick (1992) juga
oleh Ari Ginanjar (2007) melalui
Brooks dan Goble tidak sependapat
ESQ-nya.
pendidikan
dengan
karakter.
cara
pendidikan
moral
(7)
Kesembilan
dan
merupakan
menyerah,
karakter.
karakter
Karakter
dasar
dan
yang
dikembangkan
reasoning dan values clarification
melalui
yang diajarkan dalam pendidikan di
(knowing), acting, menuju kebiasaan
Amerika,
sesungguhnya
(habit). Hal ini berarti, karakter tidak
terdapat nilai moral universal yang
sebatas pada pengetahuan. Menurut
bersifat
William Kilpatrick, seseorang yang
karena
absolut
(bukan
bersifat
relaif) yang bersumber dari agama-
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
memiliki
tahap
keadilan
pengetahuan
pengetahuan
tentang
Sabarudin
25
kebaikan
belum
tentu
mampu
Semua mengacu pada sebuah proses
bertindak sesuai pengetahuannya itu
yang
kalau
untuk
Sebagai kegiatan mendidik, secara
tersebut.
umum kelima konsep di atas sama-
Karakter tidak terbatas pengetahuan.
sama membantu siswa bertumbuh
Karakter
lagi,
secara lebih matang dan kaya, baik
dan
sebagai individu maupun sebagai
ia
tidak
melakukan
terlatih
kebaikan
lebih
menjangkau
dalam
wilayah
emosi
sama,
yaitu
kebiasaan diri. Dengan demikian,
makhluk
diperlukan tiga komponen karakter
kehidupan
yang baik (components of good
membedakan kelima konsep di atas
character) yaitu moral knowing atau
adalah materi atau isi pendidikannya.
pengetahuan tentang moral, moral
sosial
“pendidikan”.
dalam
konteks
bersama.
Yang
Pendidikan
karakter
feeling atau perasaan tentang moral
mempersyaratkan adanya pendidikan
dan moral action atau perbuatan
moral
bermoral. Hal ini diperlukan agar
Pendidikan moral menjadi agenda
siswa
utama pendidikan karakter sebab
didik
merasakan,
mampu
dan
memahami,
mengerjakan
sekaligus nilai-nilai kebajikan.
pada
dan
pendidikan
gilirannya
nilai.
seorang
yang
berkarakter adalah seorang individu
Kita sering bertanya, apakah
yang mampu mengambil keputusan
pendidikan karakter itu sama dengan
dan bertindak secara bebas dalam
pendidikan moral, pendidikan nilai,
kerangka kehidupan pribadi maupun
pendidikan
komunitas
agama,
pendidikan
yang
semakin
kewarganegaraan? Kalau sama, di
mengukuhkan keberadaan dirinya
mana persamaannya? Kalau berbeda,
sebagai
di mana perbedaannya? Pendidikan
.Oleh karena ruang lingkupnya yang
karakter,
pendidikan
lebih
pendidikan
moral,
pendidikan
berkaitan dengan tata nilai moral,
agama,
dan
pendidikan
melainkan berkaitan dengan tata nilai
nilai,
manusia
luas,
yang
bukan
semata-mata
kewarganegaraan merupakan lima
dalam
konsep yang berbeda. Mungkin satu
karakter
hal yang membuat kelima konsep itu
pendidikan nilai agar individu yang
sama
ada dalam masyarakat itu dapat
adalah
kata
“pendidikan”.
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
masyarakat,
bermoral
pendidikan
mengandaikan
adanya
Sabarudin
26
berelasi dengan baik dan dengan
semua
demikian membantu individu lain
memiliki kualitas moral. Oleh karena
dalam menghayati kebebasannya.
itu,
Ketiga pemahaman tersebut
nilai
keyakinan
kelirulah
pendidikan
agama
menyamakan
karakter
dengan
membantu kita meletakkan secara
pendidikan agama. Demikian juga
lebih
salah
jernih
tentang
pendidikan
kaprah
menyamakan
agama dalam rangka pendidikan
pendidikan moral dengan pendidikan
karakter. Agama merupakan sebuah
agama.
fondasi
yang
lebih
kokoh,
Dalam
arti
sempit,
kemartabatan paling luhur, kekayaan
pendidikan
karakter
paling tinggi, dan sumber kedamaian
maknanya
dengan
manusia paling dalam. Nilai-nilai
kewarganegaraan, sebab pendidikan
agama
karakter berurusan bukan hanya
mempertegas
memperkokoh
dan
keyakinan
moral
dengan
lebih
dekat
pendidikan
pengembangan
nilai-nilai
seseorang dengan memberinya dasar
moral dalam diri individu, melainkan
yang
juga memerhatikan corak relasional
lebih
kokoh
dan
tak
tergoyahkan. Ada nilai-nilai agama
antar
yang sekaligus memiliki kualitas
dengan struktur sosial yang ada di
nilai moral. Sebaliknya. tidak semua
dalam
nilai yang diyakini oleh agama
pendidikan
tertentu memiliki kandungan nilai
(kesadaran hukum, tanggung jawab
moral. Nilai-nilai agama memang
politik, keterbukaan, kesediaan untuk
tidak selalu memiliki kualifikasi nilai
bermufakat
moral yang mengikat semua orang.
kemampuan
Namun,
dapat
menyampaikan gagasan, kebebasan
menjadi dasar kokoh bagi individu
berpikir, sikap kritis, dll) menjadi
dalam
nilai-nilai
nilai-nilai
kerangka
agama
perkembangan
individu
nilai-nilai
yang
inilah
yang
berdialog,
dalam
penting
Sebab,
sangat
dalam
sini,
demokratis
retoris
nilai-nilai
selaras
Di
dan
diperjuangkan.
yang
relasinya
masyarakatnya.
kehidupan morainya. Sebab, ada
agama
dalam
untuk
nilai-nilai
urgen
dengan nilai-nilai moral. Sebaliknya,
dipraksiskan
konteks
tidak semua nilai moral merupakan
kehidupan masyarakat yang plural.
nilai dari keyakinan agama, dan tidak
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
Sabarudin
27
BUDAYA
sekolah. Faktor keteladan menjadi
UNGGUL SEKOLAH DALAM
hal yang utama untuk diterapkan
PEMBENTUKAN
dengan didukung oleh komitmen dan
KONTRIBUSI
KARAKTER
konsistensi,serta kontinuitas untuk
UNGGUL SISWA.
Pendidikan merupakan unsur
melaksanakan dan mempertahankan
tidak dapat dipisahkan dari
nilai-nilai budaya unggul sekolah
kebudayaan. Pendidikan merupakan
oleh seluruh stakeholders. Selain itu
produk
perlu juga penciptaan lingkungan
yang
kebudayaan manusia dan
menjadi
bagian
kebudayaan.
Pendidikan
integral
Esensi
adalah
utama
usaha
dari
sosial yang kondusif bagi para siswa,
dari
baik dalam keluarga, di sekolah, dan
untuk
dalam
masyarakat.
Dengan
mewariskan, meneruskan, nilai-nilai
demikian, pelaksanaan Pendidikan
luhur
Karakter akan lebih berkesan dalam
kebudayaan
yang
sedang
berkembang. Selain itu pendidikan
rangka
membentuk
kepribadian
mempunyai
siswa.
Penyusunan
Pendidikan
perlu
memberikan
misi
mentransformasikan
nilai-nilai
Karakter
budaya agar mencapai kemajuan
penekanan yang berimbang kepada
baik individual maupun masyarakat.
aspek
Pendidikan menjadi posisi sentral
pengajarannya. Selain daripada itu,
bagi
perlu memberikan penekaanan yang
pusat
pengembangan
pengkajian
kebudayaan
pengembangan
ilmu-ilmu
dan
serta
dan
nilai
dan
proses
berimbang
pula
kepada
perkembangan
aspek
intelektual,
teknologi. Dengan pula halnya dalam
emosional dan sosial serta spiritual
proses membangun karakter siswa,
siswa. Nilai unggul sebuah sekolah
salah satu cara jitu yang dapat
terlihat
dilakukan
dilakukan oleh oleh para civitas
melalui
proses
dari
upaya-upaya
pembudayaan dilingkungan sekolah
sekolah
dengan penciptaan budaya sekolah.
mengembangkan
Pelaksanaan
Karakter
dalam
Pendidikan
pembentukan
karakter unggul siswa bersinggungan
(stakeholder)
yang
dalam
potensi
peserta
didiknya. Potensi-potensi inilah yang
dikembangkan
dalam
pendidkan
berkarakter melalui budaya sekolah.
langsung dengan budaya unggul
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
Sabarudin
28
Sesuai dengan Desain Induk
sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-
Pendidikan karakter yang dirancang
hal berikut.
Kemendiknas
a. Kegiatan rutin sekolah
(2010)
strategi
pengembangan pendidikan karakter
Kegiatan
rutin
merupakan
dapat dilakukan melalui transformasi
kegiatan yang dilakukan peserta
budaya sekolah ( school culture ) dan
didik secara terus menerus dan
habituasi
konsisten
melalui
pengembangan
kegiatan
diri
(ekstrakurikuler).
siswa
Hal ini sejalan
setiap
saat.
Contoh
kegiatan ini adalah upacara pada hari
besar
kenegaraan,
pemeriksaan
dengan pemikiran Berkowitz, yang
kebersihan badan (kuku, telinga,
dikutip oleh Elkind dan Sweet (2004)
rambut, dan lain-lain) setiap hari
serta
yang
Senin, beribadah bersama atau shalat
menyatakan bahwa: implementasi
bersama setiap dhuhur (bagi yang
pendidikan
beragama
Samani
(2011)
karakter
transformasi
melalui
budaya
perikehidupan
sekolah,
dan
dirasakan
mulai
Islam),
dan
berdoa
selesai
waktu
pelajaran,
mengucap salam bila bertemu guru,
lebih efektif daripada mengubah
tenaga kependidikan, atau teman.
kurikulum
b. Kegiatan spontan
dengan
menambahkan
materi pendidikan karakter dalam
Kegiatan
yaitu
dilakukan
secara
muatan kurikulum. Perencanaan dan
kegiatan
pelaksanaan pendidikan budaya dan
spontan pada saat itu juga. Kegiatan
karakter
bangsa
oleh
ini dilakukan biasanya pada saat guru
kepala
sekolah,
guru,
tenaga
dan tenaga kependidikan yang lain
(konselor)
secara
mengetahui adanya perbuatan yang
sebagai
suatu
kurang baik dari peserta didik yang
komunitas pendidik dan diterapkan
harus dikoreksi pada saat itu juga.
ke dalam kurikulum melalui program
Apabila guru mengetahui adanya
pengembangan diri. Dalam program
perilaku dan sikap yang kurang baik
pengembangan diri, perencanaan dan
maka pada saat itu juga guru harus
pelaksanaan pendidikan budaya dan
melakukan koreksi sehingga peserta
karakter bangsa dilakukan melalui
didik tidak akan melakukan tindakan
pengintegrasian ke dalam kegiatan
yang tidak baik itu. Contoh kegiatan
kependidikan
bersama-sama
dilakukan
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
yang
spontan
Sabarudin
29
itu: membuang sampah tidak pada
berpakaian rapi, datang tepat pada
tempatnya, berteriak-teriak sehingga
waktunya, bekerja keras, bertutur
mengganggu pihak lain, berkelahi,
kata sopan, kasih sayang, perhatian
memalak,
terhadap
berlaku
mencuri,
tidak
berpakaian
sopan,
tidak
senonoh.Kegiatan spontan berlaku
peserta
didik,
jujur,
menjaga kebersihan.
d. Pengkondisian
untuk perilaku dan sikap peserta
Untuk
mendukung
didik yang tidak baik dan yang baik
keterlaksanaan pendidikan budaya
sehingga perlu dipuji, misalnya:
dan karakter bangsa maka sekolah
memperoleh nilai tinggi, menolong
harus
orang lain, memperoleh prestasi
pendukung kegiatan itu. Sekolah
dalam olah raga atau kesenian,
harus
berani menentang atau mengkoreksi
nilai-nilai
perilaku teman yang tidak terpuji.
bangsa yang diinginkan. Misalnya,
c. Keteladanan
toilet yang selalu bersih, bak sampah
dikondisikan
mencerminkan
budaya
dan
sebagai
kehidupan
karakter
Keteladanan adalah perilaku
ada di berbagai tempat dan selalu
sikap
guru
dan
tenaga
dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan
kependidikan
yang
lain
dalam
alat belajar ditempatkan teratur.
memberikan
contoh
dan
terhadap
Tampilan budaya unggul sekolah
baik
hubungannya dengan pembentukan
menjadi
karakter unggul siswa tercermin dari
panutan bagi peserta didik untuk
pola pikir,sikap dan tindak seluruh
mencontohnya. Jika guru dan tenaga
stakeholder sekolah dalam semua
kependidikan yang lain menghendaki
segmen kegiatan di sekolah. Sekolah
agar peserta didik berperilaku dan
harus
bersikap sesuai dengan nilai-nilai
nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa maka
bangsa yang diinginkan. Apabila hal
guru dan tenaga kependidikan yang
tersebut dilaksanakan secara sadar
lain adalah orang yang pertama dan
dan
utama
contoh
membuahkan
sesuai
positif berupa :
tindakan-tindakan
sehingga
diharapkan
memberikan
berperilaku
dengan
yang
dan
nilai-nilai
bersikap
itu.
mencerminkan
budaya
dan
kehidupan
karakter
berkesimbungan
akan
hasil/dampak
yang
Misalnya,
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
Sabarudin
30
1) Budaya Sekolah Unggul menjadi
juara baik oleh peserta didik dan
kebutuhan. Hal ini terlihat dari
guru
Pembelajaran di kelas menjadi
tingkat
lebih kondusif. Hasilnya: KBM
maupun
(Kegiatan
Mengajar)
akademik dan non akademik
menjadi efektif, nilai tes peserta
seperti OSN, O2SN, FLS2N dan
didik
lainnya.
Belajar
meningkat,
tingkat
kedisiplinan peserta didik dan
yang
berprestasi
baik
kabupaten,
provinsi
nasional
bidang
4) Terlaksananya
pengembangan
guru meningkat serta tumbuhnya
tenaga pendidik yang kompeten
sikap kreatif peserta didik dan
dan berdedikasi tinggi. Hasilnya
guru
adalah: disiplin guru meningkat,
dalam
mengembangkan
media pembelajaran.
iklim kerja lebih produktif dan
2) Terciptanya lingkungan sekolah
kompetitif,
serta
yang aman, bersih, hijau, tertib,
kerjasama
dengan
religius, dan penuh kekeluargaan.
pemerintah daerah dan swasta
Hasilnya
serta dengan sekolah lainnya
guru
berupa:
dan
meningkat,
kedisiplinan
peserta
5) Terlaksanakan
instansi
pengelolaan
kenakalan
tenaga
menurun,
efektif. Hasilnya pelayanan staf
pemenang sekolah adiwiyata dan
TU lebih cepat dan baik sesuai
sekolah
dengan tugas dan fungsinya.
peserta
tingkat
didik
terjalinnya
didik
sehat,
sekolah
yang
kependidikan
bebas dari rokok dan narkoba,
Ramah
tumbuhnya
kekeluargaan
melayani siswa dan guru serta ,
yang tinggi di antara warga
ketepatan waktu dalam pelayanan
sekolah (5 S = Salam, Sapa,
misalnya
Sopan, Senyum, Silaturahim).
kebutuhan ATK siswa (spidol,
3) Tumbuhnya
lingkungan
rasa
dan
secara
(5
sopan
menit
dalam
melayani
budaya
mutu di
penghapus, tinta) 10 menit untuk
sekolah.
Hasilnya
pengurusan surat menyurat
meliputi: tumbuhnya semangat
6) Tumbuhnya
cita-cita
untuk
berkompetisi peserta didik dan
prestasi tinggi. Hasilnya target
guru baik di tingkat kabupaten,
sekolah tercapai baik akademik
provinsi dan nasional, di raihnya
maupun
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
non
akademik,
Sabarudin
31
Pengakuan pihak lain terhadap
1). Melaksanakan
prestasi
munculnya
sesuai dengan ketentuan agama
kepuasan kerja dan rasa bangga
masing-masing; 2) Memperingati
akan sekolah,
hari-hari besar keagamaan; 3).
sekolah,
peribadatan
7) Tumbuhnya kemauan untuk
Melaksanakan perbuatan amaliah
8) berubah. Hasilnya: meningkatnya
sesuai dengan norma agama; 4).
kualitas kinerja guru dan kualitas
Membina
belajar
antar
siswa
menjadi
lebih
toleransi
umat
kehidupan
beragama;
bermakna , tumbuhnya kesadaran
Mengadakan
untuk saling “sharing” informasi
yang bernuansa keagamaan; 6).
(guru yang sudah ikut pelatihan
Mengembangkan
akan
memberdayakan
mendesiminasikan
informasi
dari
pelatihan
/
menjadi narasumber bagi teman
kegiatan
5).
lomba
dan
kegiatan
keagamaan di sekolah.
b. Pembinaan budi pekerti luhur atau
lainnya disekolah), munculnya
akhlak mulia, antara lain :
kreativitas dan keberanian siswa
Melaksanakan tata
dan guru untuk berkarya, Guru
kultur sekolah; 2), Melaksanakan
yang sudah berprestasi memberi
gotong royong dan kerja bakti
motivasi kepada rekan lainnya
(bakti sosial); 3). Melaksanakan
untuk dapat berkarya lebih baik
norma-norma yang berlaku dan
dari sebelumnya.
tatakrama
Proses
pengembangan
1).
tertib dan
pergaulan;
4).
Menumbuhkembangkan
budaya unggul sekolah tersebut juga
kesadaran
harus
berkorban terhadap sesama; 5).
didukung
oleh
kegiatan
ekstrakurikuler. Adapun
Materi
untuk
rela
Menumbuhkembangkan
sikap
pembinaan kesiswaan yang sejalan
hormat dan menghargai warga
dengan usaha membangun karakter
sekolah;
unggul
kegiatan
siswa
tampak
dalam
kegiatan:
a. Pembinaan
6).
7K
Melaksanakan
(Keamanan,
kebersihan, ketertiban, keindahan,
keimanan
dan
kekeluargaan,
ketakwaan terhadap Tuhan Yang
kerindangan).
kedamaian
dan
Maha Esa, antara lain :
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
Sabarudin
32
c. Pembinaan kepribadian unggul,
kepemimpinan
siswa;
3).
wawasan kebangsaan, dan bela
Melaksanakan kegiatan dengan
negara,
prinsip kejujuran, transparan, dan
antara
lain
:
1.).
Melaksanakan upacara bendera
profesional;
pada hari senin dan / atau hari
kewajiban dan hak diri dan orang
sabtu, serta hari-
lain dalam pergaulan masyarakat;
hari besar
4).
Melaksanakan
nasional, 2). Menyanyikan lagu-
5).
lagu nasional (Mars dan Hymne)
kelompok belajar, diskusi, debat
3).
dan pidato; 6). Melaksanakan
Melaksanakan
kegiatan
Melaksanakan
kepramukaan; 4). Mengunjungi
kegiatan
dan
yang
mempelajari
tempat
tempat-
bernilai sejarah; 5).
Mempelajari
nilai-nilai
dan
luhur,
meneruskan
kepeloporan,
dan semangat perjuangan para
pahlawan;
6).
orientasi
pengenalan
baru
lingkungan
kekerasan;
7).
penghijauan
tanpa
Melaksanakan
dan
perindangan
lingkungan sekolah.
Melaksanakan
KESIMPULAN
dan
1. Pendidikan
menghormati
dan
siswa
bersifat akademik dan
kegiatan bela negara; 7). Menjaga
simbol
kegiatan
simbol-
lambang- lambang
karakter
dapat
dilaksanakan dengan dua cara
negara; 8). Melakukan pertukaran
yaitu,
siswa antar daerah dan antar
pembiasaan. Proses intervensi
negara
dikembangkan dan dilaksanakan
d. Pembinaan demokrasi, hak asasi
manusia,
pendidikan
politik,
proses
melalui
intervensi
kegiatan
dan
belajar
mengajar yang sengaja dirancang
lingkungan hidup, kepekaan dan
untuk
toleransi sosial dalam konteks
pembentukan karakter dengan
masyarakat plural, antara lain : 1).
menerapkan berbagai kegiatan
Memantapkan
terstruktur
dan
mencapai
mengembangkan peran siswa di
pembelajaran
dalam
sebagai
tugasnya
OSIS
sesuai
dengan
masing-masing; 2).
Melaksanakan
latihan
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
tujuan
dalam
proses
tersebut
pendidik
mencerdaskan
mendewasakan
guru
yang
dan
dan
sekaligus
Sabarudin
33
sebagai
sosok
Sedangkan
panutan.
lewat
pembiasaan
di
proses
ciptakan
dan
unggul
sekolah
dikembangkan
sistemik,holistik
yang
secara
dan
dinamis
ditumbuhkembangkan situasi dan
akan melahirkan karakter unggul
kondisi
yang berisi
berbagai
siswa.
macam
penguatan
yang
memungkinkan siswa disekolah,
dirumah,
dan
dilingkungan
masyarakatnya membiasakan diri
berperilaku sesuai nilai yang
diharapkan.
2. Tampilan budaya unggul sekolah
hubungannya
pembentukan
siswa
dengan
karakter
tercermin
unggul
dari
pola
pikir,sikap dan tindak seluruh
stakeholder sekolah dalam semua
segmen kegiatan di
Sekolah
harus
sekolah.
mencerminkan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan
Nasional
(2003), “Undang-Undang No
20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional”, Jakarta:
Depdiknas
Djahiri (1996). Menelusuri Dunia
Afektif Pendidikan Nilai dan
Moral,
Bandung,
Laboratorium PMP IKIP
Bandung
Frymier.
J.
Cornbleth,
C.,
Donmoyer, R. Gansneder,
B.M., Jeter, J.T., Klein, M.F.,
Schwab, M., dan Alexander,
W.M. (1984). One Hundred
Good Schools,
Indiana:
Phidelta Kappa Publication
kehidupan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang diinginkan.
Pembiasaan-Pembiasan
(habituasi)
dalam
kehidupan,
seperti: religius, jujur, disiplin,
toleran, kerja keras, cinta damai,
tanggung-jawab, dan sebagainya
dengan
internalisasi
dan
personalisasi karakter atau watak
melalui proses olah hati,olah
pikir,olah raga dan olah rasa serta
olah karsa. Proses pembudayaan
dan pemberdayaan nilai budaya
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
Ginanjar,
Ary
(2007),
“ESQ
Emotional
Spiritual
Quotient”, Jakarta, Arga
Kementerian Pendidikan Nasional,
Badan
penelitian
dan
pengembangan,
Pusat
kurikulum.
(2011),
Pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa
pedoman sekolah. Jakarta:
Pusat Kurikulum
Lezotte,
Lawrence,
Bancroft,
Baverley A. (1985). Effective
Schools: What Works and
Doesn’t Work.. New York:
NYT News Letter March.
Sabarudin
34
Lickona, Thomas (1992). ”Educating
For Character How Our
Schools Can Teach Respect
and Responsibility”, New
York-Toronto-LondonSydney-Auckland: Bantam
Books
Musfiroh, T. (2008). Pengembangan
Karakter
Anak
Melalui
Pendidikan
Karakter,
Yogyakarta, Tiara Wacana
Yogyakarta.
Owens, R.G. (1995). Organizational
Behavior
In
Education.
Boston: Allyn and Bacon.
Samani,Muchlas dan Hariyanto.
(2011), Konsep dan Model
Pendidikan
Karakter,
Bandung : PT Remaja Rosda
Karya
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 18-34
ISSN : 2541-6693
Sabarudin
Download