UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 Untirta Civic Education Journal PENGARUH CIVIC LITERACY DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PARTISIPASI POLITIK SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Kota Bandung) (Diterima 08 Maret 2016; direvisi 10 Maret 2016; disetujui 20 Maret 2016) Ikman Nur Rahman1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang e-mail : [email protected] Abstrak Partisipasi politik yang aktif dari semua aggota masyarakat merupakan ciri dari keberhasilan cita-cita demokrasi. Dengan demikian diperlukan warga negara yang ideal demokratis yang seyogyanya tampil sebagai “Informed and Reasoned Decission Maker atau pengambil keputusan yang cerdas dan bernalar untuk mewujudkan cita-cita tesebut. Kemelekwacanaan warga negara (civic literacy) diartikan sebagai kapasitas pengetahuan dan kemampuan warga untuk memahami dunia politik mereka, dengan pengetahuan yang menjadi dasar partisipasi politiknya diharapkan mampu menambah efikasinya. Sedangkan keterampilan partisipatori kemampuan seseorang berpartisipasi dalam berbagai pembuatan kebijakan publik. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki diharapkan warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan penuh tanggung jawab, serta terampil dalam melakukan tindakan yang terarah dan efektif. Kata Kunci : Civic Literacy, Partisipasi Politik 68 69 mayoritas (86,4 persen) menyatakan PENDAHULUAN Para pelajar masih akan menggunakan hak suara mereka duduk di bangku Sekolah Menengah dalam pemilu. Tingkat antusiasme Atas (SMA), adalah mereka yang ini termasuk paling tinggi. Pada berumur 17 s.d 21 tahun merupakan kelompok pemilih muda lainnya, pemilih pemula yang baru akan yang sudah pernah menggunakan pertama Pemilu. hak suaranya, seperti kelompok usia Jumlah dari pemilih pemula ini 22-29 tahun dan 30-40 tahun, tingkat sangat banyak sehingga partai-partai antusiasmenya lebih rendah sekitar 5 politik seringkali memburu pemilih %. Pada kelompok usia yang lebih pemula tua, kali yang mengikuti sebagai sasaran utama kampanye politik. Berdasarkan yakni 41 tahun ke atas, antusiasme untuk mengikuti pemilu proyeksi dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun dalam bentuk memberikan suara lebih rendah lagi, yaitu 79,3 persen. 2009, jumlah penduduk muda (usia Besarnya pemula jiwa, jumlah tersebut setara dengan perhatian khusus sehingga mereka 61,5 % dari penduduk usia pemilih tidak hanya dimanfaatkan oleh partai Sementara, berdasarkan data Komisi politik, Pemilihan Umum, jumlah pemilih pemilih pemula adalah pada saat pemula di Indonesia mencapai 30% kampanye dari 174 juta total pemilih Tahun dimobilisasi 2009. mengikuti Kompas penelitian Litbang menyebutkan bahwa haruslah pemilih di bawah 40 tahun) sekitar 95,7 juta Hasil ini potensi salah satu mendapat pemanfaatan mereka kerap hanya oleh parpol untuk kampanye. Selain itu partai politik yang tujuannya hanya antusiasme pemilih pemula, yaitu untuk pemilih yang mengikuti Pemilu 2009 banyak untuk pertama kalinya, terangkum memberikan pendidikan politik yang dalam hasil jajak pendapat yang baik dilakukan Litbang Kompas pada 25- sehingga mereka sering melupakan 27 November lalu. Dari sejumlah untuk mengingatkan kepada pemilih pemilih pemula yang diwawancarai pemula untuk benar-benar peduli melalui telepon, terungkap bahwa dengan UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 menarik suara seringkali kepada Pemilu. sebanyak- lupa pemilih Selain untuk pemula rentan Nur Rahman 70 dimanfaatkan oleh partai politik, menaruh pemilih pemula juga rentan akan lingkungan menjadi golput, karena kepedulian memperlihatkan mereka kepercayaan dan pada akhirnya akan terhadap Pemilu masih sangat kecil. kepercayaan terhadap sosialnya, mendorong dan perasaan-perasaan seseorang untuk mengenai berpartisipasi lebih aktif. (Mas‟oed seseorang dan MacAndrews dalam Sapriya & terhadap politik pun berkembang Winataputra : 2003, Almond dan sejalan dengan berlansungnya proses Verba dalam Rush dan Althoff 2005 sosialisasi dan kepekaan politik itu : 67-68) Pemahaman pemilihan Kepekaan dapat dipelajari dan dibelajarkan. Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah sebagai saana sosialisasi merupakan mata politik memfokuskan merupakan tempat yang pelajaran pada yang pembentukan banyak memberikan pengaruh warga negara yang memahami dan terhadap terbentuknya kepekaan mampu melaksanakan hak-hak dan Semakin ekstensif kewajibannya untuk menjadi warga pendidikan seseorang, semakin negara yang cerdas, terampil dan banyak dia menyadari pengaruh berkarakter yang diamanatkan oleh pemerintah, untuk mengikuti politik, Pancasila dan UUD 1945. Dalam untuk mewujudkan kompetensi tersebut, politik anak. mendapatkan informasi politik, untuk memiliki cakrawala kemelekwacanaan warga lebih lebar mengenai opini-opini dan (civic penting masalah-masalah peningkatan politik, terlibat literacy) kualitas negara bagi partisipasi dalam diskusi-diskusi politik dengan politik karena keterlibatan rakyat sekumpulan dalam proses politik harus didasari banyak, orang merasa yang lebih mempunyai pengetahuan yang kemampuan yang lebih besar untuk Partisipasi mempengaruhi permasalahan- dilandasi pengetahuan yang memadai permasalahan politik, untuk menjadi diyakini akan menambah efikasinya. anggota suatu organisasi dan aktif "The expression “civic literacy” dalam encapsulates sukarela, suatu dan organisasi secara memperlihatkan/ UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 warga memadai. the negara closely yang linked concepts of “civic engagement” (a Nur Rahman 71 key component of social capital for penting Putnam) and “literacy” or political terhadap kualitas partisipasi politik knowledge. … possible ways of siswa. enhancing civic literacy in Canada diharapkan dapat lebih bijak untuk under three headings: education, memilih (civic virtue) partai mana media use and political institutions”. yang akan di pilihnya dalam Pemilu. (Suryadi, 2009 : 207, Milner 2001 : Berdasarkan latar belakang masalah 7-8). di atas, siswa sebagai bagian dari Dari ungkapan di atas dapat diketahui bahwa civic literacy memberikan Sehingga pengaruh para pemilih warga negara atau warga masyarakat yang hidup di tengah-tengah berhubungan dengan pengetahuan masyarakat akan banyak dihadapkan warga negara (civic knowledge). pada masalah-masalah politik. Untuk Kemelekwacanaan negara menghadapi masalah-masalah politik disini diartikan sebagai kapasitas itu, siswa perlu memahami poltik pengetahuan dan kemampuan warga agar tumbuh kesadaran politik dan negara dunia pada akhirnya akan berpartisipasi politik mereka. Kemelekwacanaan secara aktif dan bertanggung jawab warga negara juga merupakan ciri dalam kehidupan bermasayarakat, dari berbangsa dan bernegara. Pendidikan untuk memahami masyarakat keseluruhan warga madani dan indikator yang Kewarganegaraan sebagai sebuah memungkinkan untuk membanding mata pelajaran diharapkan mampu kan memberikan masyarakat proporsi sesuai dengan kewarganegaraannya ma kontribusi terhadap kemelekwacanaan warga negara dan sing-masing, yakni memiliki penge keterampilan tahuan yang diperlukan untuk pilihan sehingga siswa diharapkan menjadi politik warga negara yang partisipatif. yang efektif. Dimana parsipatori siswa pengetahuan poltik tersebut bisa didapat dari dunia pendidikan, media TINAUAN MENGENAI CIVIC baik eletronik maupun cetak dan LITERACY institusi politik yang diantaranya Kepedulian warga negara adalah partai politik. Tiga poin terhadap Pemilu masih sangat kecil, penting ini yang berperan sangat kemelekwacanaan UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 warga negara Nur Rahman 72 (civic literacy) peningkatan penting lainnya, dimana setiap kegiatan partisipasi masyarakat dalam proses politiknya politik karena keterlibatan rakyat itu dapat mempengaruhi kebijakan dalam proses politik harus didasari publik pengetahuan pemerintah Partisipasi kualitas bagi yang warga memadai. negara yang pemerintah. yang Kebijakan berpihak pada masyarakat tersebut dapat membawa dilandasi pengetahuan yang memadai masyarakat menuju kesejahteraan. diyakini akan menambah efikasinya Kemelekwacanaan warga (Suryadi, 2009 : 207). Sehubungan negara ini bisa ditingkatkan melalui dengan itu Milner (2001 : 7-8) tiga mengatakan bahwa "The expression penggunaan “civic literacy” encapsulates the institusi closely linked concepts of “civic Kewarganegaraan merupakan mata engagement” (a key component of pelajaran yang paling menunjang social capital for Putnam) and untuk mendorong peningkatan civic “literacy” or political knowledge. … literacy sebagaimana yang dijelaskan possible ways of enhancing civic Milner (2001 : 22) bahwa “… the literacy in Canada under three most likely method of improving headings: education, media use and levels of civic literacy is civics political institutions”. education” Untuk mengukur tingkat Kemelekwacanaan aspek yakni pendidikan, media massa politik. dan Pendidikan warga civic literacy ada dua indikator yakni negara merupakan pengetahuan dasar factual knowledge dan cognitive yang dimiliki setiap warga negara proficiency mengenai proses politik, sehingga Factual tidak akan ada orang yang memiliki faktual) merujuk pada pengetahuan pengetahuan yang sama. Perbedaan mengenai inilah yang akan memicu perbedaan pemerintahan negara masing-masing, partisipasi mereka dalam kehidupan sehingga tidak ada instrumen baku politiknya. untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat Seperti kritik-kritik mengenai (Milner, knowledge sistem 2003:55). (pengetahuan politik dan proses faktual ini. Namun, ada hal yang pemerintahan melalui media massa, biasa di tanyakan di setiap negara media sosial atau media publik antara lain mengenai posisi politik UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 Nur Rahman 73 yang paling penting di negara bangunan politik dan sosial dalam mereka (perdana menteri, keuangan, perspektif menteri dll), dan meminta responden Mempertimbangkan hubungan inter nama dan afiliasi politik dari orang nasional dan yang menduduki posisi tersebut. ekonomi, Serangkaian pertanyaan lain dapat dan budaya serta menguji pengetahuan tentang posisi kondisi partai besar pada isu-isu kunci dan sama praktek politik konstitusional dan sejarah, untuk hukum menjadi sadar melakukan kerja internasional untuk tujuan dan sarana waktu gunakan berbagai umum, dari politik, aspek keamanan, pemilihan Dapat kondisi global institusional dasar seperti selang antara (e) (f) kebijakan dapat meng sumber penge komposisi komite legislatif, atau tahuan dan alat untuk menganalisis kekuasaan tertentu dari pemerintah dan mendiskusikan isu-isu sosial, daerah. menggunakan Cognitive Proficiency pendekatan yang (kecakapan kognitif) di dapat dari berbeda, dan dalam seperti cara materi memperkuat pendapat sendiri. pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran di sekolah. Dalam mengukur tingkat penguasaan TINJAUAN MENENGAI kecakapan kognitif ini digunakan PARTISIPASI POLITIK indikator sebagai berikut : (a) Dapat menjelaskan pentingnya ideologi Partisipasi politik berarti keikutsertaan dalam kegiatan proses politik dan perkembangannya, dan pengambilan bagaimana ideologi mempengaruhi Dalam suatu negara atau masyarakat pandangan dalam berbagai kondisi yang demokratis, partisipasi warga sosial, (b) Mengetahui pengetahuan negara yang luas tentang bagaimana kondisi merupakan syarat utama. Sedikitnya negara saat ini dan mampu membuat ada lima hal yang menyebabkan perbandingan dengan kondisi negara- timbulnya gerakan ke arah partisipasi negara lain, (c) Tahu apa pengaruh yang lebih luas dalam proses politik kondisi ialah proses modernisasi, perubahan- ekonomi komunitas, perusahaan dan individu, (d) Dapat perubahan menempatkan pengaruh ekonomi, pem UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 keputusan dalam proses struktur kaum politik. kelas intelektual politik sosial, dam Nur Rahman 74 komunikasi massa modern, konflik mereka yang secara aktif terlibat diantar dalam kelompok-kelompok proses politik yakni pemimpin politik, dan keterlibatan komunikator, spesialis mengadakan pemerintah kontak tatap muka, aktivis partai dan urusan yang meluas sosial dalam (Sapriya dan Winataputra, 2004 : 195). Partisipasi warga bertujuan untuk pengambilan kampanye masyarakat. politik aktivitas pekerja negara adalah yang politik. Keempat aktivis pengritik artinya dalam bentuk partisipasi tak konvensional mempengaruhi keputusan dan Michael Rush dan Phillip Althoff (2005: 122), Partisipasi politik dilakukan orang mengidentifikasikan dalam partisipasi politik yang mungkin posisinya sebagai warga bentuk-bentuk negara, bukan politikus ataupun sebagai berikut : pegawai negeri. Sifat Menduduki jabatan politik atau partisipasi politik ini adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun partai yang berkuasa. Menurut Michael Rush dan Phillip Althoff (1971 : 23) mendefinikan partisipasi politik sebagai ketrlibatan individu pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. administratif, Mencari jabatan (dalam Sastroadmodjo 1995 : 8) partisipasi politik ternyata dibedakan sekurangnya dalam empat kategori: administratif, Menjadi anggota politik, semi-politik ( quasi-political ), Menjadi anggota artinya orang yang setidak-tidaknya Ketiga pemilihan gladiator artinya UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 suatu Menjadi partisipan dalam rapat sebagainya, dari proses politik. Kedua spektator pasif organisasi semi-politik, umum, umum. dalam Menjadi anggota pasif organisasi tidak berpartisipasi dan menarik diri dalam aktif suatu organisasi politik, Pertama, apatis artinya orang yang memilih / Menjadi anggota aktif organisasi Menurut Milbrath dan Goel ikut politik demonstrasi, dan Menjadi partisipan dalam diskusi politik informal, Menjadi partisipan dalam pemungutan suara ( voting ) Nur Rahman 75 Tingkat kemampuan pengetahuan berpartisipasi dan adanya interaksi manusia di dalam warga sebuah masyarakat. sangat berpengaruh pada pembuatan Pemerintah kebijakan yang optimal. Dimana mempengaruhi proses perumusan kebijakan yang kepercayaan, efektif memperhatikan keselarasan partisipasi, antara sosial usulan kebijakan dengan dapat secara positif gotong-royong, jaringan, kolaborasi sebuah komunitas. dalam agenda dan strategi besar (grand Modal sosial pada umumnya akan design) pemerintah. Sebagian besar tumbuh dan berkembang bukan saja ahli memberi pengertian kebijakan karena adanya kesamaan tujuan dan publik kepentingan, melainkan pula karena dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah adanya untuk melakukan suatu tindakan pendapat yang dianggap kebebasan menyatakan dan berorganisasi, akan membawa terjalinnya relasi yang berkelanjutan, bagi kehidupan serta terpeliharanya komunikasi dan warganya. Bahkan, dalam pengertian dialog yang efektif. Gambar 2.4 yang lebih luas, kebijakan publik menunjukkan bagaimana kebijakan sering diartikan sebagai „apa saja publik yang dipilih oleh pemerintah untuk lingkaran modal sosial yang pada dilakukan atau tidak dilakukan‟. glilirannya Seperti kata Bridgman dan Davis keberhasilan pembangunan, khusus (dalam Suharto, 2006:6), seringkali, nya kebijakan publik tidak lebih dari pembangunan kesejahteraan. dampak baik pengertian mengenai dapat mempengaruhi menjadi pendorong pembangunan sosial dan „whatever government choose to do or not to METODE PENELITIAN do.‟Dalam konteks kebijakan publik, Pendekatan yang dilakukan modal sosial pada intinya menunjuk dalam pada political will dan penciptaan pendekatan jaringan-jaringan, kepercayaan, nilai- metode nilai bersama, norma-norma, dan metode deskriptif analitis dengan kebersamaan teknik survey. Metode ini dilakukan yang timbul dari penelitian ini kuantitatif yang adalah sedangkan digunakan adalah dengan dokumentasi, survey dan UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 Nur Rahman 76 penyebaran angket. Metode yang HASIL PENELITIAN dipakai untuk mengumpulkan data yaitu kuesioner, wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Metode Kemelekwacaan Warga (civic literacy) dalam pembelajaran PKN berpengaruh positif dan signifikan deskriptif-analitis terhadap partisipasi politik sebesar dalam penelitian dioperasionalisasi 0.400. pengaruh yang cukup kuat ini kan dengan menggunakan statistik menggambarkan bahwa PKN sebagai inferensial yaitu untuk menganalisis wahana data hasilnya wacanaan warga dapat dikatakan (diinferensikan) cukup berhasil. Sebagaimana yang di sampel dan digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel diambil. pengembangan kemelek katakan oleh Wahab (2008:120) bahwa pendidikan hendaknya dan Teknik yang digunakan harus mengembangkan potensi anak dalam penelitian ini adalah survey, didik dimana peneliti siapkan secara kuantitatif mendeskriptifkan sepenuhnya mereka dan memper untuk dunianya (angka-angka), dimana mereka berada. Sehingga kecenderungan-kecenderungan, peri sekolah-sekolah harus meletakkan laku-perilaku atau opini-opini dari dasar-dasar yang positif, partisipatif suatu meneliti dengan dua cara yang penting yakni sampel populasi tersebut dengan membantu siswa memperoleh dan menggunakan angket sebagai alat memahami infomasi penting dan pengukur data pokok. Dari sampel memberikan ini peneliti melakukan generalisasi dorongan atau membuat klaim-klaim tentang berpartisipasi dalam semua aspek populasi kehidupan sekolah. populasi itu. dengan Penelitian survey kesempatan kepada mereka dan untuk biasanya tidak membatasi dengan Kemelekwacanaan berkaitan satu atau beberapa variabel. Para erat dengan pengetahuan kewarga peneliti dapat negaraan yakni informasi dasar yang menggunakan variabel serta populasi harus diketahui oleh warga negara, yang luas sesuai dengan tujuan seperti pengetahuan tentang sistem penelitian yang hendak dicapai. politik, umumnya pemerintahan, undang- undang, hak dan kewajiban dan UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 Nur Rahman 77 sebagainya. Kemudian merujuk pada warga disni merupakan bagian dari tujuan PKN agar peserta didik kecerdasan warga negara dimana memiliki kemampuan berpartisipasi untuk membentuk warga negara secara aktif dan bertanggung jawab, yang baik dan bertindak secara cerdas dalam dimensi rasional kegiatan bermasyarakat, berbangsa semata melainkan dan bernegara, serta anti korupsi dimensi spiritual, emosional dan dapat sosial. Sehingga apabila seseorang dikatakan Dengan cukup pengetahuan berhasil. yang baik bukan hanya dan dalam intelektual juga dalam dikatakan telah melek wacana maka siswa dikembangkan menjadi warga ia negara yang mampu dan terbiasa intektual. Keterampilan intelektual mengambil keputusan yag cerdas dan ini penting bagi terbentuknya warga bernalar. negara yang berwawasan luas, efektif Seperti yang akan memiliki keterampilan dikatakan dan bertanggung jawab, antara lain Milner (2001 : 22) bahwa “… the adalah keterampilan berfikir kritis most likely method of improving yang levels of civic literacy is civics mengidentifikasi dan mendeskripsi education. kan, menjelaskan dan menganalisis, Pendidikan Kewarga meliputi keterampilan negaraan disni menjadi salah satu mengevaluasi, metode mempertahankan sikap atau pendapat untuk meningkatkan kemelekwacaan warga. Misi dari berkenaan Pendidikan persoalan Kewaraganegaraan (dalam Sapriya dan Winataputa, 2004: 2-3) adalah mengembangkan pendidikan demokrasi yang menentukan dengan publik peningkatan intelligence), jawab membina warga responsibility) partisipasi warga participation). civic dalam literacy siswa tanggung terlihat dalam proses pembelajaran (civic PKn yang menggunakan diskusi mendorong sebagai metode, materi yang dibahas negara dan dan observasi lapangan peran Pendidikan kecerdasan (civic (Sapriya Dari hasil wawancara dan Kewarganegaraan negara persoalan- Winataputa, 2004: 33). mengemban tiga fungsi pokok, yakni warga dan negara (civic adalah isu-isu kontroversial yang Kemelekwacanaan sedang terjadi saat ini. Terjadi UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 Nur Rahman 78 perdebatan yang hangat antara guru media massa cenderung bersifat dan siswa begitu pula siswa dengan massif, berskala besar dan segera. siswa Perilaku Sehingga dalam hal ini, media massa demokratis pun terlihat ketika siswa penting bagi peningkatan kualitas terlihat civic literacy siswa. Semakin banyak yang lainnya. berani pendapat, mengemukakan menghargai pendapat siswa menonton, membaca atau teman-temannya dan mendengarkan mendengar berita-berita politik maka pendapat dari teman yang lainnya. semakin terbentuk paradigma politik Dalam penugasan guru PKN sering dalam dirinya. Dengan pengetahuan memberikan yang yang memadai akan timbul kemauan memanfaatkan media massa (koran), untuk berbuat sesuatu menyelesaikan televisi masalah-masalah tugas dan medianya. internet sebagai Tugas-tugas seperti yang sedang dihadapi saat ini. sedangkan partai menonton berita, analisis artikel di politik koran dan internet. Sehingga siswa kemelekwacanaan dapat fungsinya sebagai agen komunikasi ikut berpartisipasi dapat warga politik, yang layak diambil oleh pemerintah mendengar keinginan rakyat dan untuk menyalurkannya masalah yang politik sesuai mempertimbangkan kebijakan apa mengatasi partai meningkatkan kepada bertugas wakil dihadapi saat ini. Hal ini seperti yang mereka yang duduk di lembaga diungkapkan Milner (2001 : 7-8) … perwakilan, possible ways of enhancing civic masalah publik yang sedang terjadi literacy in Canada under three di masyarakat dapat ditangani sesuai headings: education, media use and dengan political institutions”. Media massa Dengan komunikasi yang baik antara merupakan agen sosialisasi politik. partai politik dan warga negara, Media massa baik itu media cetak kemakmuran rakyat menjadi sebuah seperti surat kabar, radio, televisi dan keniscayaan. internet, semakin memegang peranan Guru sehingga tingkat masalah- kebutuhannya. PKN juga sering penting dalam mempengaruhi cara bekerjasama dengan instansi-instansi pandang, cara pikir, cara tindak dan yang sikap politik seseorang. Pengaruh pembelajaran. Seperti pada materi UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 berkaitan dengan materi Nur Rahman 79 budaya politik, sekolah bekerja sama hukum di sekolah berfungsi sebagai dengan KPU (Komisi Pemilihan pembiasan untuk menjadi warga Umum) untuk melakukan sosialisasi negara yang bertanggung jawab dan dengan partisipatif. pemilih pemula guna peningkatang pengetahuan mereka Segala upaya yang dilakukan mengenai pemilihan umum. Untuk oleh guru dalam rangka peningkatan meningkatkan pengetahuan materi kemelekwacaan hukum untuk peningkatan kualitas hidup pihak mengundang sekolah sering perwakilan LBH warga warga itu bertujuan sendiri. Karena (Lembaga Bantuan Hukum) untuk kemelekwacanaan memberikan penjelasan pada siswa. mempengaruhi kualitas partisipasi Terkadang siswa juga diajak datang politiknya. Pertisipasi warga negara ke pengadilan untuk melihat proses dilandasi dengan pengetahuan yang persidangan. Hal ini penting bagi memadai (fostering peningkatan kualitas pengetahuan political participation) siswa, sehingga dengan pengetahuan menambah efikasinya (Suryadi, 2008 dan :152). informasi yang memadai warga Sehingga akan informed akan warga negara diharapkan siswa dapat berpartisipasi hendaknya secara aktif dalam kehidupannya. keterlibatan dirinya dalam kehidupan Penguatan civic literacy juga politik dan mengerti dalam bahwa masyarakat terlihat di luar kelas melalui kegiatan demokratis dapat membantu ektrakurikuler meningkatkan kualitas hidup dan intrakurikuler, di OSIS sebagai organisasi sekolah lingkungannya. memberikan sosialiasi pentingnya warga partisipasi siswa dalam pemilihan kesadaran ketua sebagai awareness), ialah kemampuan siswa simulasi atas Pemilihan Umum yang menjadi paham (informed about) dan akan sebenarnya sehingga siswa peka mendapatkan informasi aspek politik, sosial dam ekonomi di OSIS dijadikan mengenai ada Kemelekwacanaan kaitannya politik masyarakatnya. dini. seseorang tidak ekstrakurikuler debating club dan siswa sadar UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 (political (sensitive) terhadap aspek- tata cara pelaksanaan Pemilu di usia Kemudian dengan keterampilan Oleh karena itu cukup memiliki saja, namun harus Nur Rahman 80 memiliki wawasan (literacy) sebagai kebutuhan siswa atau sering disebut dasar berpartisipasi dengan “basic human activities”, politik. Inilah yang menjadi landasan dengan demikian para pendidik dapat mengapa bertujuan menyusun kerangka acuan PKN mempersiapkan siswa untuk dapat yang terdiri atas (a) formal content, berperan aktif dalam kehidupannya. (b) informal content, (c) respons untuk dapat PKN Faktor yang Pendidikan sebagai menghambat Kewarganegaraan pengembangan wacanaan warga kemelek adalah terlalu siswa terhadap formal dan informal content, dan (d) sintesis dari kebutuhan pribadi, masyarakat dan kebutuhan negara. luasnya bahan/isi pelajaran. Pabila Dalam menyampaikan bahan- kita bertitik tolak dari civic yang bahan yang cukup banyak tersebut merupakan politik, masalah yang sering muncul adalah maka unsur utama yang menjadi guru menggunakan teknik mengajar fokus adalah “tradisional” seperti ground covering demokrasi politik. Gross and Zeleny technique, drill master, indoktrinasi (dalam 2001:285) dan narative technique. Teknik ini isi dari bukan tidak bermanfaat, melainkan Pendidikan Kewarganegaraan adalah bila dilihat dari teori psikologi (a) teori-teori tentang demokrasi medan (field psychology) kurang politik, (b) konstitusi negara, (c) dapat sistem politik, (d) partai politik, (e) menumbuhkan potensi berfikir, sikap pemilihan dan cabang ilmu pelajaran menyatakan civic Somantri, bahwa umum, (f) lembaga- memobilisasi keterampilan siswa. dan Untuk lembaga pengambil keputusan, (g) mengatasi masalah tersebut, guru Presiden, lembaga yudikatif dan harus dapat merubah kebiasaan yang legislatif, (h) output dari sistem sudah “melembaga” tesebut. Dalam demokrasi politik, (i) kemakmuran paradigma umum dan pertahanan negara dan (j) Kewarganegaraan teknik mengajar perubahan sosial. Untuk program di diarahkan sekolah, bahan-bahan tersebut masih kemampuan berfikir kritis siswa harus dengan disesuaikan direorganisasikan dengan atau tingkat UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 baru untuk cara (a) Pendidikan menumbuhkan guru harus menjadikan kelas civics sebagai Nur Rahman 81 laboratorium demokrasi, persiapan-persiapan (b) terhadap pegembangan dan inovasi mengajar kurikulum. (e) Gaya kepemimpinan menuntut pikiran dan waktu lebih guru banyak, produktivitas anak-anak di ruangan (c) pelajaran sumber harus dari buku dikomunikasikan dapat kelas. mempengaruhi Gaya kepemimpinan dengan masyarakat, yang mungkin demokratik diajukan sebagai bentuk mengundang gaya yang perlu dikembangkan di kontroversi, (d) berbagai jenis teknik mengajar harus sekolah. bergantian menjadi alat bagi guru anak paling tinggi di bawah gaya misalnya kepemimpinan otokratik apabila ia diskusi, panel, dan sosiodrama. Walaupun produktivitas hadir di ruangan kelas. Anak-anak Namun, dalam menyusun merasa puas dan senantiasa produktif desain pembelajaran ada beberapa di bawah pengasuhan guru yang hal yang perlu diperhatikan antara demokratis. (f) Evaluasi diri guru . lain (a) kekuatan dal kelemahan pada banyak guru profesional yang selalu diri guru. Dalam penggunaan metode mengevaluasi kemampuannya baik mengajar, misalnya ada guru yang oleh diri sendiri maupun orang lain, mahir menggunakan metode diskusi misalnya siswa. (g) Peran guru namun dalam kegiatan kurang berceramah. mahir dalam Kemahiran dan MGMP, kurikulum seperti idealnya akan kekurangan ini hendaknya disadari mendapat pada saat mendesain pembelajaran. sebagai bahan untuk analisis situasi (b) ketertarikan kecakapan sesuai guru dengan banyak guru pengalaman guru. Kekuatan dari faktor internal (Damsar, 2010 : akan bervariasi 162, Somatri, 2001 : 289, Sapriya dan dan Winataputra, 2004 : 45-46 ). ketertarikannya pada ustau objek. (c) Dari pembahasan di atas, guru Harapan memiliki peranan yang harapan yang berbeda dari siswa penting dalam pengembangan yang berbeda. Harapan guru terhadap kemelewacanaan siswa yang pandai akan lebih besar Kemampuan guru dalam mengelola daripada harapannya terhadap siswa kelas yang kurang pandai. (d) Sikap guru pembelajaran merupakan keteramp guru. hobi Guru memiliki UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 dan sangat warga. menyusun desain Nur Rahman 82 ilan yang harus dimiliki oleh ketertarikan siswa dalam pendidik profesional. Peningkatan mendiskusikan profesionalitas juga harus dilakukan politik dan kemampuan siswa untuk guna kualitas ikut dengan memutuskan masalah. meningkatkan pembelajaran. Sehingga pembelajaran khususnya Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan yang berperan serta ang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : pengetahuan yang memadai untuk Kemelekwacanaan berpartisipasi dalam dalam Secara khusus kesimpulan memiliki bisa siswa baik, masalah-masalah menjadi elemen warga penting masyarakatnya secara cerdas dan menentukan bertanggung jawab warga negara. Hal ini disebabkan proses kualitas dalam partisipasi partisipasi yang disertai dengan daya nalar yang kuat dan SIMPULAN Berdasarkan analisis melalui pemikiran yang kritis akan penelitian dan pengujian terhadap mempengaruhi kemajuran partisipasi hipotesis yang dilakukan peneliti politik serta hasil pembahasan yang didapat Kewarganegaraan secara kontribusi dalam mengembangkan umum kesimpulan hasil dapat bahwa Pendidikan diambil tersebut. Pendidikan memiliki pembelajaran pengetahuan politik siswa. Kewarganegaraan Pengetahuan tersebut berupa berpengaruh dalam mengembangkan pengetahuan faktual dan kecakapan kemelekwacanaan warga negara dan kognitif. Dengan demikian, siswa keterampilan memiliki partisipatorinya, kemauan untuk sehingga dapat membuat partisipasi berpartisipasi dalam lingkungannya. politik siswa menjadi lebih aktif. Hal Partisipasi yang dilandasi dengan ini mengindikasikan bahwa semakin pengetahuan yang baik diyakini akan tinggi tingkat menambah kemajurannya. warga negara kemelekwacanaan dan keterampilan Siswa yang memiliki partisipatori siswa maka partisipasi keterampilan partisipatori yang baik politik siswa pun akan lebih aktif. maka ia akan berpartisipasi secara Kenyataan tersebut dapat dilihat dari aktif dalam kehidupan politiknya. UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 Nur Rahman 83 Pembelajaran Pendidikan Kewarga negaraan bukan memberikan hanya sekedar penguasaan penge Pengembangan canaan warga partisipatori dan dalam kemelekwa keterampilan pembelajaran tahuan saja, namun dibelajarkan Pendidikan mengenai keterampilan-keterampilan memiliki peranan penting dalam yang meningkatkan berguna dalam kehidupan Kewarganegaraan partisipasi politik bermasyarakat. Keterampilan seperti siswa. berinteraksi, dan partisipasi yang positif bukan hanya pembuatan diperlukan pengetahuan saja, tetapi memonitoring, mempengaruhi proses Untuk menghasilkan kebijakan publik merupakan wujud dibutuhkan pengembangan memadai guna adanya perubahan dari partisipasi keterampilan politik yang positif, sehingga dengan terhadap demikian warga negara memiliki Pendidikan kemampuan untuk turut memikirkan bertujuan apa menumbuhkan partisipasi dari warga yang dipertimbangkan pemerintah bagi perwujudan kepentingan bersama. Seorang yang ada. Kewarganegaraan bukan hanya sekedar negara namun benar-benar sebagai partisipasi yang cerdas dan penuh memiliki tanggung jawab, serta terampil dalam pengetahuan yang memadai, maka ia melakukan tindakan yang terarah dan juga efektif. akan siswa situasi yang cenderung memiliki keterampilan yang baik pula. Hal ini terlihat apabila siswa memiliki tingkat berfikir yang kritis, maka siswa tersebut akan berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan diskusi mengenai masala-masalah politik di kelas. Sehingga siswa dituntut untuk dapat memecahkan masalahnya sehingga ketika terjun ke DAFTAR PUSTAKA Almond, Gabriel A., Verba, Sidney.(1984). Budaya Politik (Judul Asli : The Civic Culture), Diterjemahkan Oleh Sahat Simamora. Jakarta : Bina Aksara Al Muchtar, S. (2001) Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri. masyarakat ia sudah siap menjadi seorang decission maker. UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 Aryani & Susatim. Pendidikan Kewarganegaraan (2010). Berbasis Nur Rahman 84 Nilai. Bogor : Ghalia Indonesia Brownhill, Robert and Patricia Smart (1989). Political Education. London and New York: Routledge Budiardjo Miriam (1982) Partisipasi dan Partai Politik Jakarta : Gramedia Budimansyah, Dasim dan Syam, Syaifullah (Ed). (2006). Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan: Bandung Huntington. P. Samuel dan Nelson, Joan. M. (1994). Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta. Kartono, kartini. (1989). Pendidikan Politik Sebagai Bagian Pendidikan Orang Maju. Bandung: Mandar Maju Milner, Henry (2002) Civic Literacy (How Informed Citizens Make Democracy Work. Universityy Press of New England. United States of America. Winataputra. U. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan demokrasi. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94 ISSN : 2541-6693 Nur Rahman