2541-6693 68 PENGARUH CIVIC LITERACY DALA

advertisement
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
Untirta Civic Education Journal
PENGARUH CIVIC LITERACY DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PARTISIPASI
POLITIK SISWA
(Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Kota Bandung)
(Diterima 08 Maret 2016; direvisi 10 Maret 2016; disetujui 20 Maret 2016)
Ikman Nur Rahman1
1
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, FKIP, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Serang
e-mail : [email protected]
Abstrak
Partisipasi politik yang aktif dari semua aggota masyarakat merupakan ciri dari
keberhasilan cita-cita demokrasi. Dengan demikian diperlukan warga negara yang
ideal demokratis yang seyogyanya tampil sebagai “Informed and Reasoned
Decission Maker atau pengambil keputusan yang cerdas dan bernalar untuk
mewujudkan cita-cita tesebut. Kemelekwacanaan warga negara (civic literacy)
diartikan sebagai kapasitas pengetahuan dan kemampuan warga untuk memahami
dunia politik mereka, dengan pengetahuan yang menjadi dasar partisipasi
politiknya diharapkan mampu menambah efikasinya. Sedangkan keterampilan
partisipatori kemampuan seseorang berpartisipasi dalam berbagai pembuatan
kebijakan publik. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki diharapkan
warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan penuh tanggung jawab, serta
terampil dalam melakukan tindakan yang terarah dan efektif.
Kata Kunci : Civic Literacy, Partisipasi Politik
68
69
mayoritas (86,4 persen) menyatakan
PENDAHULUAN
Para
pelajar
masih
akan menggunakan hak suara mereka
duduk di bangku Sekolah Menengah
dalam pemilu. Tingkat antusiasme
Atas (SMA), adalah mereka yang
ini termasuk paling tinggi. Pada
berumur 17 s.d 21 tahun merupakan
kelompok pemilih muda lainnya,
pemilih pemula yang baru akan
yang sudah pernah menggunakan
pertama
Pemilu.
hak suaranya, seperti kelompok usia
Jumlah dari pemilih pemula ini
22-29 tahun dan 30-40 tahun, tingkat
sangat banyak sehingga partai-partai
antusiasmenya lebih rendah sekitar 5
politik seringkali memburu pemilih
%. Pada kelompok usia yang lebih
pemula
tua,
kali
yang
mengikuti
sebagai
sasaran
utama
kampanye politik.
Berdasarkan
yakni
41
tahun
ke
atas,
antusiasme untuk mengikuti pemilu
proyeksi
dari
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
dalam bentuk memberikan suara
lebih rendah lagi, yaitu 79,3 persen.
2009, jumlah penduduk muda (usia
Besarnya
pemula
jiwa, jumlah tersebut setara dengan
perhatian khusus sehingga mereka
61,5 % dari penduduk usia pemilih
tidak hanya dimanfaatkan oleh partai
Sementara, berdasarkan data Komisi
politik,
Pemilihan Umum, jumlah pemilih
pemilih pemula adalah pada saat
pemula di Indonesia mencapai 30%
kampanye
dari 174 juta total pemilih Tahun
dimobilisasi
2009.
mengikuti
Kompas
penelitian
Litbang
menyebutkan
bahwa
haruslah
pemilih
di bawah 40 tahun) sekitar 95,7 juta
Hasil
ini
potensi
salah
satu
mendapat
pemanfaatan
mereka
kerap
hanya
oleh
parpol
untuk
kampanye.
Selain
itu
partai politik yang tujuannya hanya
antusiasme pemilih pemula, yaitu
untuk
pemilih yang mengikuti Pemilu 2009
banyak
untuk pertama kalinya, terangkum
memberikan pendidikan politik yang
dalam hasil jajak pendapat yang
baik
dilakukan Litbang Kompas pada 25-
sehingga mereka sering melupakan
27 November lalu. Dari sejumlah
untuk mengingatkan kepada pemilih
pemilih pemula yang diwawancarai
pemula untuk benar-benar peduli
melalui telepon, terungkap bahwa
dengan
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
menarik
suara
seringkali
kepada
Pemilu.
sebanyak-
lupa
pemilih
Selain
untuk
pemula
rentan
Nur Rahman
70
dimanfaatkan oleh partai politik,
menaruh
pemilih pemula juga rentan akan
lingkungan
menjadi golput, karena kepedulian
memperlihatkan
mereka
kepercayaan dan pada akhirnya akan
terhadap
Pemilu
masih
sangat kecil.
kepercayaan
terhadap
sosialnya,
mendorong
dan
perasaan-perasaan
seseorang
untuk
mengenai
berpartisipasi lebih aktif. (Mas‟oed
seseorang
dan MacAndrews dalam Sapriya &
terhadap politik pun berkembang
Winataputra : 2003, Almond dan
sejalan dengan berlansungnya proses
Verba dalam Rush dan Althoff 2005
sosialisasi dan kepekaan politik itu
: 67-68)
Pemahaman
pemilihan
Kepekaan
dapat dipelajari dan dibelajarkan.
Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah sebagai saana sosialisasi
merupakan mata
politik
memfokuskan
merupakan
tempat
yang
pelajaran
pada
yang
pembentukan
banyak
memberikan
pengaruh
warga negara yang memahami dan
terhadap
terbentuknya
kepekaan
mampu melaksanakan hak-hak dan
Semakin
ekstensif
kewajibannya untuk menjadi warga
pendidikan
seseorang,
semakin
negara yang cerdas, terampil dan
banyak dia
menyadari
pengaruh
berkarakter yang diamanatkan oleh
pemerintah, untuk mengikuti politik,
Pancasila dan UUD 1945. Dalam
untuk
mewujudkan kompetensi tersebut,
politik
anak.
mendapatkan
informasi
politik, untuk memiliki cakrawala
kemelekwacanaan
warga
lebih lebar mengenai opini-opini dan
(civic
penting
masalah-masalah
peningkatan
politik,
terlibat
literacy)
kualitas
negara
bagi
partisipasi
dalam diskusi-diskusi politik dengan
politik karena keterlibatan rakyat
sekumpulan
dalam proses politik harus didasari
banyak,
orang
merasa
yang
lebih
mempunyai
pengetahuan
yang
kemampuan yang lebih besar untuk
Partisipasi
mempengaruhi
permasalahan-
dilandasi pengetahuan yang memadai
permasalahan politik, untuk menjadi
diyakini akan menambah efikasinya.
anggota suatu organisasi dan aktif
"The expression “civic literacy”
dalam
encapsulates
sukarela,
suatu
dan
organisasi
secara
memperlihatkan/
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
warga
memadai.
the
negara
closely
yang
linked
concepts of “civic engagement” (a
Nur Rahman
71
key component of social capital for
penting
Putnam) and “literacy” or political
terhadap kualitas partisipasi politik
knowledge. … possible ways of
siswa.
enhancing civic literacy in Canada
diharapkan dapat lebih bijak untuk
under three headings: education,
memilih (civic virtue) partai mana
media use and political institutions”.
yang akan di pilihnya dalam Pemilu.
(Suryadi, 2009 : 207, Milner 2001 :
Berdasarkan latar belakang masalah
7-8).
di atas, siswa sebagai bagian dari
Dari ungkapan di atas dapat
diketahui
bahwa
civic
literacy
memberikan
Sehingga
pengaruh
para
pemilih
warga negara atau warga masyarakat
yang
hidup
di
tengah-tengah
berhubungan dengan pengetahuan
masyarakat akan banyak dihadapkan
warga negara (civic knowledge).
pada masalah-masalah politik. Untuk
Kemelekwacanaan
negara
menghadapi masalah-masalah politik
disini diartikan sebagai kapasitas
itu, siswa perlu memahami poltik
pengetahuan dan kemampuan warga
agar tumbuh kesadaran politik dan
negara
dunia
pada akhirnya akan berpartisipasi
politik mereka. Kemelekwacanaan
secara aktif dan bertanggung jawab
warga negara juga merupakan ciri
dalam kehidupan bermasayarakat,
dari
berbangsa dan bernegara. Pendidikan
untuk
memahami
masyarakat
keseluruhan
warga
madani
dan
indikator
yang
Kewarganegaraan
sebagai
sebuah
memungkinkan untuk membanding
mata pelajaran diharapkan mampu
kan
memberikan
masyarakat
proporsi
sesuai
dengan
kewarganegaraannya
ma
kontribusi
terhadap
kemelekwacanaan warga negara dan
sing-masing, yakni memiliki penge
keterampilan
tahuan yang diperlukan untuk pilihan
sehingga siswa diharapkan menjadi
politik
warga negara yang partisipatif.
yang
efektif.
Dimana
parsipatori
siswa
pengetahuan poltik tersebut bisa
didapat dari dunia pendidikan, media
TINAUAN MENGENAI CIVIC
baik eletronik maupun cetak dan
LITERACY
institusi politik yang diantaranya
Kepedulian
warga
negara
adalah partai politik. Tiga poin
terhadap Pemilu masih sangat kecil,
penting ini yang berperan sangat
kemelekwacanaan
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
warga
negara
Nur Rahman
72
(civic
literacy)
peningkatan
penting
lainnya,
dimana
setiap
kegiatan
partisipasi
masyarakat dalam proses politiknya
politik karena keterlibatan rakyat
itu dapat mempengaruhi kebijakan
dalam proses politik harus didasari
publik
pengetahuan
pemerintah
Partisipasi
kualitas
bagi
yang
warga
memadai.
negara
yang
pemerintah.
yang
Kebijakan
berpihak
pada
masyarakat tersebut dapat membawa
dilandasi pengetahuan yang memadai
masyarakat menuju kesejahteraan.
diyakini akan menambah efikasinya
Kemelekwacanaan
warga
(Suryadi, 2009 : 207). Sehubungan
negara ini bisa ditingkatkan melalui
dengan itu Milner (2001 : 7-8)
tiga
mengatakan bahwa "The expression
penggunaan
“civic literacy” encapsulates the
institusi
closely linked concepts of “civic
Kewarganegaraan merupakan mata
engagement” (a key component of
pelajaran yang paling menunjang
social capital for Putnam) and
untuk mendorong peningkatan civic
“literacy” or political knowledge. …
literacy sebagaimana yang dijelaskan
possible ways of enhancing civic
Milner (2001 : 22) bahwa “… the
literacy in Canada under three
most likely method of improving
headings: education, media use and
levels of civic literacy is civics
political institutions”.
education” Untuk mengukur tingkat
Kemelekwacanaan
aspek
yakni
pendidikan,
media
massa
politik.
dan
Pendidikan
warga
civic literacy ada dua indikator yakni
negara merupakan pengetahuan dasar
factual knowledge dan cognitive
yang dimiliki setiap warga negara
proficiency
mengenai proses politik, sehingga
Factual
tidak akan ada orang yang memiliki
faktual) merujuk pada pengetahuan
pengetahuan yang sama. Perbedaan
mengenai
inilah yang akan memicu perbedaan
pemerintahan negara masing-masing,
partisipasi mereka dalam kehidupan
sehingga tidak ada instrumen baku
politiknya.
untuk mengukur tingkat pengetahuan
masyarakat
Seperti
kritik-kritik
mengenai
(Milner,
knowledge
sistem
2003:55).
(pengetahuan
politik
dan
proses
faktual ini. Namun, ada hal yang
pemerintahan melalui media massa,
biasa di tanyakan di setiap negara
media sosial atau media publik
antara lain mengenai posisi politik
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
Nur Rahman
73
yang
paling
penting
di
negara
bangunan politik dan sosial dalam
mereka (perdana menteri, keuangan,
perspektif
menteri dll), dan meminta responden
Mempertimbangkan hubungan inter
nama dan afiliasi politik dari orang
nasional dan
yang menduduki posisi tersebut.
ekonomi,
Serangkaian pertanyaan lain dapat
dan budaya serta
menguji pengetahuan tentang posisi
kondisi
partai besar pada isu-isu kunci dan
sama
praktek
politik
konstitusional
dan
sejarah,
untuk
hukum
menjadi
sadar
melakukan
kerja
internasional untuk tujuan
dan
sarana
waktu
gunakan berbagai
umum,
dari
politik, aspek
keamanan,
pemilihan
Dapat
kondisi global
institusional dasar seperti selang
antara
(e)
(f)
kebijakan
dapat
meng
sumber
penge
komposisi komite legislatif, atau
tahuan dan alat untuk menganalisis
kekuasaan tertentu dari pemerintah
dan mendiskusikan isu-isu sosial,
daerah.
menggunakan
Cognitive
Proficiency
pendekatan
yang
(kecakapan kognitif) di dapat dari
berbeda, dan dalam seperti cara
materi
memperkuat pendapat sendiri.
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaran di sekolah. Dalam
mengukur
tingkat
penguasaan
TINJAUAN MENENGAI
kecakapan kognitif ini digunakan
PARTISIPASI POLITIK
indikator sebagai berikut : (a) Dapat
menjelaskan
pentingnya
ideologi
Partisipasi
politik
berarti
keikutsertaan dalam kegiatan proses
politik dan perkembangannya, dan
pengambilan
bagaimana ideologi mempengaruhi
Dalam suatu negara atau masyarakat
pandangan dalam berbagai kondisi
yang demokratis, partisipasi warga
sosial, (b) Mengetahui pengetahuan
negara
yang luas tentang bagaimana kondisi
merupakan syarat utama. Sedikitnya
negara saat ini dan mampu membuat
ada lima hal yang menyebabkan
perbandingan dengan kondisi negara-
timbulnya gerakan ke arah partisipasi
negara lain, (c) Tahu apa pengaruh
yang lebih luas dalam proses politik
kondisi
ialah proses modernisasi, perubahan-
ekonomi
komunitas,
perusahaan dan individu, (d) Dapat
perubahan
menempatkan
pengaruh
ekonomi,
pem
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
keputusan
dalam
proses
struktur
kaum
politik.
kelas
intelektual
politik
sosial,
dam
Nur Rahman
74
komunikasi massa modern, konflik
mereka yang secara aktif terlibat
diantar
dalam
kelompok-kelompok
proses
politik
yakni
pemimpin politik, dan keterlibatan
komunikator, spesialis mengadakan
pemerintah
kontak tatap muka, aktivis partai dan
urusan
yang
meluas
sosial
dalam
(Sapriya
dan
Winataputra, 2004 : 195).
Partisipasi
warga
bertujuan
untuk
pengambilan
kampanye
masyarakat.
politik
aktivitas
pekerja
negara
adalah
yang
politik.
Keempat
aktivis
pengritik
artinya dalam bentuk partisipasi tak
konvensional
mempengaruhi
keputusan
dan
Michael Rush dan Phillip
Althoff
(2005:
122),
Partisipasi politik dilakukan orang
mengidentifikasikan
dalam
partisipasi politik yang mungkin
posisinya
sebagai
warga
bentuk-bentuk
negara, bukan politikus ataupun
sebagai berikut :
pegawai negeri. Sifat
 Menduduki jabatan politik atau
partisipasi
politik ini adalah sukarela, bukan
dimobilisasi oleh negara ataupun
partai
yang
berkuasa.
Menurut
Michael Rush dan Phillip Althoff
(1971 : 23) mendefinikan partisipasi
politik sebagai ketrlibatan individu
pada bermacam-macam tingkatan di
dalam sistem politik.
administratif,
 Mencari
jabatan
(dalam Sastroadmodjo 1995 : 8)
partisipasi politik ternyata dibedakan
sekurangnya dalam empat kategori:
administratif,
 Menjadi
anggota
politik,
semi-politik ( quasi-political ),
 Menjadi
anggota
artinya orang yang setidak-tidaknya
Ketiga
pemilihan
gladiator
artinya
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
suatu
 Menjadi partisipan dalam rapat
sebagainya,
dari proses politik. Kedua spektator
pasif
organisasi semi-politik,
umum,
umum.
dalam
 Menjadi anggota pasif organisasi
tidak berpartisipasi dan menarik diri
dalam
aktif
suatu organisasi politik,
Pertama, apatis artinya orang yang
memilih
/
 Menjadi anggota aktif organisasi
Menurut Milbrath dan Goel
ikut
politik
demonstrasi,
dan
 Menjadi partisipan dalam diskusi
politik informal,
 Menjadi
partisipan
dalam
pemungutan suara ( voting )
Nur Rahman
75
Tingkat
kemampuan
pengetahuan
berpartisipasi
dan
adanya interaksi manusia di dalam
warga
sebuah masyarakat.
sangat berpengaruh pada pembuatan
Pemerintah
kebijakan yang optimal. Dimana
mempengaruhi
proses perumusan kebijakan yang
kepercayaan,
efektif memperhatikan keselarasan
partisipasi,
antara
sosial
usulan
kebijakan
dengan
dapat
secara
positif
gotong-royong,
jaringan,
kolaborasi
sebuah
komunitas.
dalam
agenda dan strategi besar (grand
Modal sosial pada umumnya akan
design) pemerintah. Sebagian besar
tumbuh dan berkembang bukan saja
ahli memberi pengertian kebijakan
karena adanya kesamaan tujuan dan
publik
kepentingan, melainkan pula karena
dalam
kaitannya
dengan
keputusan atau ketetapan pemerintah
adanya
untuk melakukan suatu tindakan
pendapat
yang
dianggap
kebebasan
menyatakan
dan
berorganisasi,
akan
membawa
terjalinnya relasi yang berkelanjutan,
bagi
kehidupan
serta terpeliharanya komunikasi dan
warganya. Bahkan, dalam pengertian
dialog yang efektif. Gambar 2.4
yang lebih luas, kebijakan publik
menunjukkan bagaimana kebijakan
sering diartikan sebagai „apa saja
publik
yang dipilih oleh pemerintah untuk
lingkaran modal sosial yang pada
dilakukan atau tidak dilakukan‟.
glilirannya
Seperti kata Bridgman dan Davis
keberhasilan pembangunan, khusus
(dalam Suharto, 2006:6), seringkali,
nya
kebijakan publik tidak lebih dari
pembangunan kesejahteraan.
dampak
baik
pengertian
mengenai
dapat
mempengaruhi
menjadi
pendorong
pembangunan
sosial
dan
„whatever
government choose to do or not to
METODE PENELITIAN
do.‟Dalam konteks kebijakan publik,
Pendekatan yang dilakukan
modal sosial pada intinya menunjuk
dalam
pada political will dan penciptaan
pendekatan
jaringan-jaringan, kepercayaan, nilai-
metode
nilai bersama, norma-norma, dan
metode deskriptif analitis dengan
kebersamaan
teknik survey. Metode ini dilakukan
yang
timbul
dari
penelitian
ini
kuantitatif
yang
adalah
sedangkan
digunakan
adalah
dengan dokumentasi, survey dan
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
Nur Rahman
76
penyebaran angket. Metode yang
HASIL PENELITIAN
dipakai untuk mengumpulkan data
yaitu
kuesioner,
wawancara,
observasi dan studi kepustakaan.
Metode
Kemelekwacaan Warga (civic
literacy) dalam pembelajaran PKN
berpengaruh positif dan signifikan
deskriptif-analitis
terhadap partisipasi politik sebesar
dalam penelitian dioperasionalisasi
0.400. pengaruh yang cukup kuat ini
kan dengan menggunakan statistik
menggambarkan bahwa PKN sebagai
inferensial yaitu untuk menganalisis
wahana
data
hasilnya
wacanaan warga dapat dikatakan
(diinferensikan)
cukup berhasil. Sebagaimana yang di
sampel
dan
digeneralisasikan
untuk
populasi
dimana
sampel
diambil.
pengembangan
kemelek
katakan oleh Wahab (2008:120)
bahwa pendidikan hendaknya dan
Teknik
yang
digunakan
harus mengembangkan potensi anak
dalam penelitian ini adalah survey,
didik
dimana
peneliti
siapkan
secara
kuantitatif
mendeskriptifkan
sepenuhnya
mereka
dan
memper
untuk
dunianya
(angka-angka),
dimana mereka berada. Sehingga
kecenderungan-kecenderungan, peri
sekolah-sekolah harus meletakkan
laku-perilaku atau opini-opini dari
dasar-dasar yang positif, partisipatif
suatu
meneliti
dengan dua cara yang penting yakni
sampel populasi tersebut dengan
membantu siswa memperoleh dan
menggunakan angket sebagai alat
memahami infomasi penting dan
pengukur data pokok. Dari sampel
memberikan
ini peneliti melakukan generalisasi
dorongan
atau membuat klaim-klaim tentang
berpartisipasi dalam semua aspek
populasi
kehidupan sekolah.
populasi
itu.
dengan
Penelitian
survey
kesempatan
kepada
mereka
dan
untuk
biasanya tidak membatasi dengan
Kemelekwacanaan berkaitan
satu atau beberapa variabel. Para
erat dengan pengetahuan kewarga
peneliti
dapat
negaraan yakni informasi dasar yang
menggunakan variabel serta populasi
harus diketahui oleh warga negara,
yang luas sesuai dengan tujuan
seperti pengetahuan tentang sistem
penelitian yang hendak dicapai.
politik,
umumnya
pemerintahan,
undang-
undang, hak dan kewajiban dan
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
Nur Rahman
77
sebagainya. Kemudian merujuk pada
warga disni merupakan bagian dari
tujuan PKN agar peserta didik
kecerdasan warga negara dimana
memiliki kemampuan berpartisipasi
untuk membentuk warga negara
secara aktif dan bertanggung jawab,
yang baik
dan bertindak secara cerdas dalam
dimensi
rasional
kegiatan bermasyarakat, berbangsa
semata
melainkan
dan bernegara, serta anti korupsi
dimensi spiritual, emosional dan
dapat
sosial. Sehingga apabila seseorang
dikatakan
Dengan
cukup
pengetahuan
berhasil.
yang
baik
bukan
hanya
dan
dalam
intelektual
juga
dalam
dikatakan telah melek wacana maka
siswa dikembangkan menjadi warga
ia
negara yang mampu dan terbiasa
intektual. Keterampilan intelektual
mengambil keputusan yag cerdas dan
ini penting bagi terbentuknya warga
bernalar.
negara yang berwawasan luas, efektif
Seperti
yang
akan
memiliki
keterampilan
dikatakan
dan bertanggung jawab, antara lain
Milner (2001 : 22) bahwa “… the
adalah keterampilan berfikir kritis
most likely method of improving
yang
levels of civic literacy is civics
mengidentifikasi dan mendeskripsi
education.
kan, menjelaskan dan menganalisis,
Pendidikan
Kewarga
meliputi
keterampilan
negaraan disni menjadi salah satu
mengevaluasi,
metode
mempertahankan sikap atau pendapat
untuk
meningkatkan
kemelekwacaan warga. Misi dari
berkenaan
Pendidikan
persoalan
Kewaraganegaraan
(dalam Sapriya dan Winataputa,
2004: 2-3) adalah mengembangkan
pendidikan
demokrasi
yang
menentukan
dengan
publik
peningkatan
intelligence),
jawab
membina
warga
responsibility)
partisipasi
warga
participation).
civic
dalam
literacy
siswa
tanggung
terlihat dalam proses pembelajaran
(civic
PKn yang menggunakan diskusi
mendorong
sebagai metode, materi yang dibahas
negara
dan
dan
observasi lapangan peran Pendidikan
kecerdasan
(civic
(Sapriya
Dari hasil wawancara dan
Kewarganegaraan
negara
persoalan-
Winataputa, 2004: 33).
mengemban tiga fungsi pokok, yakni
warga
dan
negara
(civic
adalah isu-isu kontroversial yang
Kemelekwacanaan
sedang terjadi saat ini. Terjadi
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
Nur Rahman
78
perdebatan yang hangat antara guru
media massa cenderung bersifat
dan siswa begitu pula siswa dengan
massif, berskala besar dan segera.
siswa
Perilaku
Sehingga dalam hal ini, media massa
demokratis pun terlihat ketika siswa
penting bagi peningkatan kualitas
terlihat
civic literacy siswa. Semakin banyak
yang
lainnya.
berani
pendapat,
mengemukakan
menghargai
pendapat
siswa
menonton,
membaca
atau
teman-temannya dan mendengarkan
mendengar berita-berita politik maka
pendapat dari teman yang lainnya.
semakin terbentuk paradigma politik
Dalam penugasan guru PKN sering
dalam dirinya. Dengan pengetahuan
memberikan
yang
yang memadai akan timbul kemauan
memanfaatkan media massa (koran),
untuk berbuat sesuatu menyelesaikan
televisi
masalah-masalah
tugas
dan
medianya.
internet
sebagai
Tugas-tugas
seperti
yang
sedang
dihadapi saat ini. sedangkan partai
menonton berita, analisis artikel di
politik
koran dan internet. Sehingga siswa
kemelekwacanaan
dapat
fungsinya sebagai agen komunikasi
ikut
berpartisipasi
dapat
warga
politik,
yang layak diambil oleh pemerintah
mendengar keinginan rakyat dan
untuk
menyalurkannya
masalah
yang
politik
sesuai
mempertimbangkan kebijakan apa
mengatasi
partai
meningkatkan
kepada
bertugas
wakil
dihadapi saat ini. Hal ini seperti yang
mereka yang duduk di lembaga
diungkapkan Milner (2001 : 7-8) …
perwakilan,
possible ways of enhancing civic
masalah publik yang sedang terjadi
literacy in Canada under three
di masyarakat dapat ditangani sesuai
headings: education, media use and
dengan
political institutions”. Media massa
Dengan komunikasi yang baik antara
merupakan agen sosialisasi politik.
partai politik dan warga negara,
Media massa baik itu media cetak
kemakmuran rakyat menjadi sebuah
seperti surat kabar, radio, televisi dan
keniscayaan.
internet, semakin memegang peranan
Guru
sehingga
tingkat
masalah-
kebutuhannya.
PKN
juga
sering
penting dalam mempengaruhi cara
bekerjasama dengan instansi-instansi
pandang, cara pikir, cara tindak dan
yang
sikap politik seseorang. Pengaruh
pembelajaran. Seperti pada materi
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
berkaitan
dengan
materi
Nur Rahman
79
budaya politik, sekolah bekerja sama
hukum di sekolah berfungsi sebagai
dengan KPU (Komisi Pemilihan
pembiasan untuk menjadi warga
Umum) untuk melakukan sosialisasi
negara yang bertanggung jawab dan
dengan
partisipatif.
pemilih
pemula
guna
peningkatang pengetahuan mereka
Segala upaya yang dilakukan
mengenai pemilihan umum. Untuk
oleh guru dalam rangka peningkatan
meningkatkan pengetahuan materi
kemelekwacaan
hukum
untuk peningkatan kualitas hidup
pihak
mengundang
sekolah
sering
perwakilan
LBH
warga
warga
itu
bertujuan
sendiri.
Karena
(Lembaga Bantuan Hukum) untuk
kemelekwacanaan
memberikan penjelasan pada siswa.
mempengaruhi kualitas partisipasi
Terkadang siswa juga diajak datang
politiknya. Pertisipasi warga negara
ke pengadilan untuk melihat proses
dilandasi dengan pengetahuan yang
persidangan. Hal ini penting bagi
memadai
(fostering
peningkatan kualitas pengetahuan
political
participation)
siswa, sehingga dengan pengetahuan
menambah efikasinya (Suryadi, 2008
dan
:152).
informasi
yang
memadai
warga
Sehingga
akan
informed
akan
warga
negara
diharapkan siswa dapat berpartisipasi
hendaknya
secara aktif dalam kehidupannya.
keterlibatan dirinya dalam kehidupan
Penguatan civic literacy juga
politik
dan
mengerti
dalam
bahwa
masyarakat
terlihat di luar kelas melalui kegiatan
demokratis
dapat
membantu
ektrakurikuler
meningkatkan
kualitas
hidup
dan
intrakurikuler,
di
OSIS sebagai organisasi sekolah
lingkungannya.
memberikan sosialiasi pentingnya
warga
partisipasi siswa dalam pemilihan
kesadaran
ketua
sebagai
awareness), ialah kemampuan siswa
simulasi atas Pemilihan Umum yang
menjadi paham (informed about) dan
akan sebenarnya sehingga siswa
peka
mendapatkan informasi
aspek politik, sosial dam ekonomi di
OSIS
dijadikan
mengenai
ada
Kemelekwacanaan
kaitannya
politik
masyarakatnya.
dini.
seseorang tidak
ekstrakurikuler
debating club dan siswa sadar
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
(political
(sensitive) terhadap aspek-
tata cara pelaksanaan Pemilu di usia
Kemudian
dengan
keterampilan
Oleh
karena
itu
cukup memiliki
saja,
namun
harus
Nur Rahman
80
memiliki wawasan (literacy) sebagai
kebutuhan siswa atau sering disebut
dasar
berpartisipasi
dengan “basic human activities”,
politik. Inilah yang menjadi landasan
dengan demikian para pendidik dapat
mengapa
bertujuan
menyusun kerangka acuan PKN
mempersiapkan siswa untuk dapat
yang terdiri atas (a) formal content,
berperan aktif dalam kehidupannya.
(b) informal content, (c) respons
untuk
dapat
PKN
Faktor
yang
Pendidikan
sebagai
menghambat
Kewarganegaraan
pengembangan
wacanaan
warga
kemelek
adalah
terlalu
siswa terhadap formal dan informal
content,
dan
(d)
sintesis
dari
kebutuhan pribadi, masyarakat dan
kebutuhan negara.
luasnya bahan/isi pelajaran. Pabila
Dalam menyampaikan bahan-
kita bertitik tolak dari civic yang
bahan yang cukup banyak tersebut
merupakan
politik,
masalah yang sering muncul adalah
maka unsur utama yang menjadi
guru menggunakan teknik mengajar
fokus
adalah
“tradisional” seperti ground covering
demokrasi politik. Gross and Zeleny
technique, drill master, indoktrinasi
(dalam
2001:285)
dan narative technique. Teknik ini
isi
dari
bukan tidak bermanfaat, melainkan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah
bila dilihat dari teori psikologi
(a) teori-teori tentang demokrasi
medan (field psychology) kurang
politik, (b) konstitusi negara, (c)
dapat
sistem politik, (d) partai politik, (e)
menumbuhkan potensi berfikir, sikap
pemilihan
dan
cabang ilmu
pelajaran
menyatakan
civic
Somantri,
bahwa
umum,
(f)
lembaga-
memobilisasi
keterampilan
siswa.
dan
Untuk
lembaga pengambil keputusan, (g)
mengatasi masalah tersebut, guru
Presiden, lembaga yudikatif dan
harus dapat merubah kebiasaan yang
legislatif, (h) output dari sistem
sudah “melembaga” tesebut. Dalam
demokrasi politik, (i) kemakmuran
paradigma
umum dan pertahanan negara dan (j)
Kewarganegaraan teknik mengajar
perubahan sosial. Untuk program di
diarahkan
sekolah, bahan-bahan tersebut masih
kemampuan berfikir kritis siswa
harus
dengan
disesuaikan
direorganisasikan
dengan
atau
tingkat
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
baru
untuk
cara
(a)
Pendidikan
menumbuhkan
guru
harus
menjadikan kelas civics sebagai
Nur Rahman
81
laboratorium
demokrasi,
persiapan-persiapan
(b)
terhadap pegembangan dan inovasi
mengajar
kurikulum. (e) Gaya kepemimpinan
menuntut pikiran dan waktu lebih
guru
banyak,
produktivitas anak-anak di ruangan
(c)
pelajaran
sumber
harus
dari
buku
dikomunikasikan
dapat
kelas.
mempengaruhi
Gaya
kepemimpinan
dengan masyarakat, yang mungkin
demokratik diajukan sebagai bentuk
mengundang
gaya yang perlu dikembangkan di
kontroversi,
(d)
berbagai jenis teknik mengajar harus
sekolah.
bergantian menjadi alat bagi guru
anak paling tinggi di bawah gaya
misalnya
kepemimpinan otokratik apabila ia
diskusi,
panel,
dan
sosiodrama.
Walaupun
produktivitas
hadir di ruangan kelas. Anak-anak
Namun,
dalam
menyusun
merasa puas dan senantiasa produktif
desain pembelajaran ada beberapa
di bawah pengasuhan guru yang
hal yang perlu diperhatikan antara
demokratis. (f) Evaluasi diri guru .
lain (a) kekuatan dal kelemahan pada
banyak guru profesional yang selalu
diri guru. Dalam penggunaan metode
mengevaluasi kemampuannya baik
mengajar, misalnya ada guru yang
oleh diri sendiri maupun orang lain,
mahir menggunakan metode diskusi
misalnya siswa. (g) Peran guru
namun
dalam kegiatan
kurang
berceramah.
mahir
dalam
Kemahiran
dan
MGMP,
kurikulum seperti
idealnya
akan
kekurangan ini hendaknya disadari
mendapat
pada saat mendesain pembelajaran.
sebagai bahan untuk analisis situasi
(b)
ketertarikan
kecakapan
sesuai
guru
dengan
banyak
guru
pengalaman
guru.
Kekuatan
dari faktor internal (Damsar, 2010 :
akan
bervariasi
162, Somatri, 2001 : 289, Sapriya
dan
dan Winataputra, 2004 : 45-46 ).
ketertarikannya pada ustau objek. (c)
Dari pembahasan di atas, guru
Harapan
memiliki
peranan
yang
harapan yang berbeda dari siswa
penting
dalam
pengembangan
yang berbeda. Harapan guru terhadap
kemelewacanaan
siswa yang pandai akan lebih besar
Kemampuan guru dalam mengelola
daripada harapannya terhadap siswa
kelas
yang kurang pandai. (d) Sikap guru
pembelajaran merupakan keteramp
guru.
hobi
Guru
memiliki
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
dan
sangat
warga.
menyusun
desain
Nur Rahman
82
ilan
yang
harus
dimiliki
oleh
ketertarikan
siswa
dalam
pendidik profesional. Peningkatan
mendiskusikan
profesionalitas juga harus dilakukan
politik dan kemampuan siswa untuk
guna
kualitas
ikut
dengan
memutuskan masalah.
meningkatkan
pembelajaran.
Sehingga
pembelajaran khususnya Pendidikan
Kewarganegaraan
diharapkan
yang
berperan
serta
ang dapat diperoleh dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
pengetahuan yang memadai untuk
Kemelekwacanaan
berpartisipasi
dalam
dalam
Secara khusus kesimpulan
memiliki
bisa
siswa
baik,
masalah-masalah
menjadi
elemen
warga
penting
masyarakatnya secara cerdas dan
menentukan
bertanggung jawab
warga negara. Hal ini disebabkan
proses
kualitas
dalam
partisipasi
partisipasi
yang
disertai
dengan daya nalar yang kuat dan
SIMPULAN
Berdasarkan
analisis
melalui pemikiran yang kritis akan
penelitian dan pengujian terhadap
mempengaruhi kemajuran partisipasi
hipotesis yang dilakukan peneliti
politik
serta hasil pembahasan yang didapat
Kewarganegaraan
secara
kontribusi dalam mengembangkan
umum
kesimpulan
hasil
dapat
bahwa
Pendidikan
diambil
tersebut.
Pendidikan
memiliki
pembelajaran
pengetahuan
politik
siswa.
Kewarganegaraan
Pengetahuan
tersebut
berupa
berpengaruh dalam mengembangkan
pengetahuan faktual dan kecakapan
kemelekwacanaan warga negara dan
kognitif. Dengan demikian, siswa
keterampilan
memiliki
partisipatorinya,
kemauan
untuk
sehingga dapat membuat partisipasi
berpartisipasi dalam lingkungannya.
politik siswa menjadi lebih aktif. Hal
Partisipasi yang dilandasi dengan
ini mengindikasikan bahwa semakin
pengetahuan yang baik diyakini akan
tinggi
tingkat
menambah kemajurannya.
warga
negara
kemelekwacanaan
dan
keterampilan
Siswa
yang
memiliki
partisipatori siswa maka partisipasi
keterampilan partisipatori yang baik
politik siswa pun akan lebih aktif.
maka ia akan berpartisipasi secara
Kenyataan tersebut dapat dilihat dari
aktif dalam kehidupan politiknya.
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
Nur Rahman
83
Pembelajaran Pendidikan Kewarga
negaraan
bukan
memberikan
hanya
sekedar
penguasaan
penge
Pengembangan
canaan
warga
partisipatori
dan
dalam
kemelekwa
keterampilan
pembelajaran
tahuan saja, namun dibelajarkan
Pendidikan
mengenai keterampilan-keterampilan
memiliki peranan penting dalam
yang
meningkatkan
berguna
dalam
kehidupan
Kewarganegaraan
partisipasi politik
bermasyarakat. Keterampilan seperti
siswa.
berinteraksi,
dan
partisipasi yang positif bukan hanya
pembuatan
diperlukan pengetahuan saja, tetapi
memonitoring,
mempengaruhi
proses
Untuk
menghasilkan
kebijakan publik merupakan wujud
dibutuhkan
pengembangan
memadai guna adanya perubahan
dari
partisipasi
keterampilan
politik yang positif, sehingga dengan
terhadap
demikian warga negara memiliki
Pendidikan
kemampuan untuk turut memikirkan
bertujuan
apa
menumbuhkan partisipasi dari warga
yang
dipertimbangkan
pemerintah
bagi
perwujudan
kepentingan bersama.
Seorang
yang
ada.
Kewarganegaraan
bukan
hanya
sekedar
negara namun benar-benar sebagai
partisipasi yang cerdas dan penuh
memiliki
tanggung jawab, serta terampil dalam
pengetahuan yang memadai, maka ia
melakukan tindakan yang terarah dan
juga
efektif.
akan
siswa
situasi
yang
cenderung
memiliki
keterampilan yang baik pula. Hal ini
terlihat
apabila
siswa
memiliki
tingkat berfikir yang kritis, maka
siswa tersebut akan berpartisipasi
secara aktif dalam setiap kegiatan
diskusi mengenai masala-masalah
politik di kelas. Sehingga siswa
dituntut untuk dapat memecahkan
masalahnya sehingga ketika terjun ke
DAFTAR PUSTAKA
Almond,
Gabriel
A.,
Verba,
Sidney.(1984).
Budaya
Politik (Judul Asli : The Civic
Culture), Diterjemahkan Oleh
Sahat Simamora. Jakarta :
Bina Aksara
Al Muchtar, S. (2001) Pendidikan
dan Masalah Sosial Budaya.
Bandung: Gelar Pustaka
Mandiri.
masyarakat ia sudah siap menjadi
seorang decission maker.
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
Aryani
&
Susatim.
Pendidikan
Kewarganegaraan
(2010).
Berbasis
Nur Rahman
84
Nilai. Bogor : Ghalia Indonesia
Brownhill, Robert and Patricia Smart
(1989). Political Education.
London and New York:
Routledge
Budiardjo Miriam (1982) Partisipasi
dan Partai Politik Jakarta :
Gramedia
Budimansyah, Dasim dan Syam,
Syaifullah
(Ed).
(2006).
Pendidikan
Nilai
Moral
Dalam Dimensi Pendidikan
Kewarganegaraan.
Laboratorium
Pendidikan
Kewarganegaraan: Bandung
Huntington. P. Samuel dan Nelson,
Joan. M. (1994). Partisipasi
Politik
di
Negara
Berkembang. Jakarta: Rineka
Cipta.
Kartono, kartini. (1989). Pendidikan
Politik
Sebagai
Bagian
Pendidikan Orang Maju.
Bandung: Mandar Maju
Milner, Henry (2002) Civic Literacy
(How Informed Citizens Make
Democracy
Work.
Universityy Press of New
England. United States of
America.
Winataputra. U. (2001). Jatidiri
Pendidikan
Kewarganegaraan Sebagai
Wahana Sistemik Pendidikan
demokrasi. Disertasi Doktor
pada Program Pascasarjana
Universitas
Pendidikan
Indonesia: Tidak Diterbitkan
UCEJ, Vol. 1, No. 1, April 2016, Hal. 68-94
ISSN : 2541-6693
Nur Rahman
Download