View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi
dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia,
jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Tidak berlebihan
mengatakan bahwa saat ini hampir setiap rumah tangga di seluruh pelosok tanah
air dapat ditemui pesawat televisi mulai dari model yang paling sederhana sampai
model yang paling canggih. Hal ini tentu tidak terlepas dari semakin mudah dan
murahnya harga sebuah pesawat televisi yang hampir pasti telah menjangkau
seluruh wilayah nusantara tanpa kecuali (Surbakti, 2008:63)
Menurut Iskandar Muda dalam buku jurnalistik televisi menyatakan bahwa
“khusus dalam medium televisi, informasi yang diperoleh melalui siaran televisi
dapat mengendap dalam daya ingatan manusia lebih lama jika dibandingkan
dengan perolehan informasi yang sama tetapi melalui membaca”, hal itu
disebabkan karena gambar atau visualisasi bergerak berfungsi sebagai tambahan
dan dukungan informasi yang dituangkan dalam penulisan narasi. Alasan tersebut
juga diperkuat karena informasi yang disampaikan melalui medium televisi,
diterima dengan dua indra sekaligus secara simultan pada saat yang bersamaan.
Kedua indera tersebut adalah indera pendengaran (audio) dan indera penglihatan
(visual) (Iskandar Muda, 2005:12)
2
Perkembangan televisi sekarang ini telah menyentuh hampir semua lapisan
masyarakat di negara kita. Atau dengan kata lain, televisi merupakan bagian dari
teknologi komunikasi dan informasi yang sangat populer dalam kenyataan
masyarakat kita. Saat ini televisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di
depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk
berbincang-bincang dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang
televisi adalah teman. televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi
dapat menjadi candu. (Morrisan, 2004:41).
Munculnya
stasiun-stasiun
televisi
baik
lokal
maupun
nasional
membuktikan bahwa stasiun televisi semakin berlomba-lomba untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan informasi yang mengakibatkan pilihan siaran ataupun
tayangan semakin lama semakin banyak. Era siaran televisi di Indonesia diawali
oleh stasiun pemerintah, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI), secara tidak
langsung telah mendorong munculnya televisi swasta. Diawali oleh RCTI dan
disusul oleh SCTV, Indosiar, ANTV, Lativi yang bertransformasi menjadi TV
One, Metro TV, Trans TV, TPI yang berubah menjadi MNC TV, Global TV,
Trans 7 dan Kompas TV saat ini mulai tumbuh dan berkembang. Stasiun TV
lokalpun semakin lama semakin banyak bermunculan, seperti di kota Makassar
ada stasiun SUN TV, Fajar TV, Makassar TV dan Celebes TV.
Tayangan program televisi seperti reality show, infotainment, sinetron,
film bahkan iklan sekalipun turut serta mengatur dan mengubah lifestyle atau gaya
hidup di masyarakat. informasi yang diberikan televisi seperti program berita
3
tentang politik, budaya, ekonomi maupun sosial masyarakat dari suatu negara.
Kenyataan di dalamnya telah diubah dengan sesuatu yang maya. Namun tidak
sedikit pula pemerhati acara televisi yang sehat menemukan dampak positif dari
tayangan televisi. Televisi sebagai sarana edukasi dan informasi mampu membuka
wawasan berfikir pemirsa untuk menerima dan mengetahui kejadian yang berada
di lingkungan masyarakat (Kuswandi, 1996:64)
Acara talk show atau bincang-bincang di televisi, selama ini dianggap
sebagai acara yang biasa saja dan tidak akan pernah bisa mengalahkan rating
tayangan sinetron ataupun tayangan-tayangan lainnya. Talk show sering dianggap
membosankan dan hanya ditujukan untuk kalangan yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi karena memiliki bahasa yang sulit untuk dipahami, dan
berbagai macam alasan yang membuat talk show semakin lama semakin kurang
dalam perolehan rating.
Beberapa tahun terakhir ini, dimana keragaman dan kreatifitas stasiun
televisi swasta yang semakin lama semakin menghasilkan tayangan-tayangan
yang berbeda dan semakin mudah diterima oleh masyarakat. Termasuk pula
dalam tayangan talk show. Seperti dalam tayangan talk show Indonesia Lawyers
Club yang dulunya bernama Jakarta Lawyes Club, dimana tayangan talk show ini
menampilkan tayangan yang lebih variatif, menyajikan diskusi bahkan sering
terjadi perdebatan, dan tayangan ini juga bersifat interaktif dimana pemirsa bisa
langsung memberikan pertanyaan ataupun tanggapan kepada narasumber secara
langsung via SMS, telepon atau bahkan langsung ke akun jejaring sosial twitter
Indonesia lawyers Club. Tayangan seperti ini telah memberikan banyak informasi,
4
edukasi dan hiburan bagi khalayak sesuai dengan fungsi komunikasi massa itu
sendiri.
Indonesia Lawyers Club sebuah program talk show yang dikemas secara
interaktif dan apik untuk memberikan pembelajaran hukum bagi para pemirsanya.
Program ini memiliki salah satu kekuatan utama yang terletak pada Karni Ilyas
sebagai pembawa acara sekaligus wartawan senior yang memiliki latar belakang
sebagai sarjana hukum dan didukung oleh para narasumber dengan bebas akan
menceritakan kejadian demi kejadian dari sebuah isu yang sedang hangat
diperbincangkan di masyarakat dan menghasilkan diskusi terbuka ini menjadi
salah satu program yang digemari masyarakat Indonesia (www.tvonenews.tv).
Tayangan Indonesia Lawyers Club sudah jelas memiliki fungsi
komunikasi massa. Fungsi dari komunikasi massa itu sendiri seperti dikemukakan
Effendy yaitu untuk menyiarkan informasi (to inform), untuk mendidik (to
educate), dan untuk menghibur (to entertain). Adapun fungsi lain terhadap fungsi
komunikasi massa seperti mempengaruhi (to influence), membimbing (to guide),
mengeritik (to criticize), dan lain-lain, hanya merupakan tambahan saja terhadap
ketiga fungsi sebelumnya (Effendy, 2004:54)
Program acara talk show di televisi Indonesia cukup banyak antara lain
Mata Najwa, Apa Kabar Indonesia, Today’s Dialogue, Kick Andy, Indonesia
Lawyers Club dan lain-lain. Dari beberapa prorgram talk show tersebut peneliti
tertarik untuk memilih Indonesia Lawyers Club yang disiarkan TV One. Indonesia
Lawyers Club merupakan talk show yang membahas masalah-masalah atau
fenomena-fenomena yang terjadi di indonesia, baik dari segi politik, hukum,
5
ekonomi dan berbagai bidang lainnya yang di kemas secara berbeda dan lebih
terbuka. Dalam Indonesia Lawyers Club yang dijadikan nara sumber adalah
orang-orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing bahkan Indonesia
Lawyers Club juga sering menghadirkan narasumber yang terkait langsung
dengan kasus yang sedang dibahas.
Indonesia Lawyers Club atau yang dulu dikenal dengan Jakarta Lawyers
Club disiarkan di stasiun televisi TV one. TV One adalah Salah satu acara stasiun
televisi yang tayangannya lebih menonjolkan program berita, stasiun TV ini
memiliki visi dan misi mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada
akhirnya memajukan bangsa dan menjadi stasiun tv berita & olahraga nomor satu
ini dalam hal penyiarannya 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga
dan hiburan. Indonesia Lawyers Club tentu merupakan acara yang cukup dikenal
bagi para pemirsa setia Tv One, khususnya yang tertarik di bidang hukum. Acara
televisi yang ditayangkan di Tv One setiap hari Selasa malam ini merupakan
sebuah acara yang membahas permasalahan isu-isu nasional yang aktual yang
dikemas dan disampaikan dengan kacamata hukum. "Indonesia Lawyers Club"
yang berdurasi empat jam pada setiap episodenya selalu mengundang langsung
para praktisi hukum dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya untuk membahas
dan mengupas sebuah isu yang sedang aktual di masyarakat (http://kapita-fikomuntar-915080119.blogspot.com)
Menurut penelitian Nielsen Newsletter pada tahun 2010 menunjukan
bahwa penayangan acara talk show berita naik sebesar 3% dan TV One
merupakan stasiun televisi yang menyiarkan talk show berita terbanyak dibanding
6
stasiun televisi lainnya. Dalam hasil penelitian Nielsen ini juga menunjukan
bahwa salah satu acara talk show berita di TV One yakni Indonesia Lawyers Club
menjadi acara dengan rating tertinggi sebesar 3,2% mengungguli Janji Wakil
Rakyat yang juga di TV one (2,4%), Barometer di SCTV (2,0%) dan Today’s
Dialogue di Metro TV (1,9%) untuk acara kategori talk show.
Kehadiran tayangan Indonesia Lawyers Club memberi nuansa baru bagi
tayangan-tayangan televisi Indonesia, terutama dalam program talk show. sejak
ditayangkannya Indonesia Lawyers Club yang dulunya bernama Jakarta Lawyers
Club selalu menjadi program yang digemari masyarakat Indonesia. Perubahan
nama program dari Jakarta Lawyers club menjadi Indonesia Lawyers Club
tersebut dikarenakan pemirsa Tv One yang gemar akan acara ini menginginkan
bahwa program ini bukan hanya milik pemirsa Jakarta, tetapi milik seluruh
pemirsa Tv One di Indonesia (www.tvonenews.tv)
Beberapa bulan terakhir ini, Program dialog yang kerap membahas situasi
terkini di Indonesia ini dinilai telah melanggar aturan penyiaran. Indonesia Media
Watch mengatakan, ILC kerap kali melanggar aturan penyiaran, terutama hak
asasi manusia. Menurut Indonesia Media Watch, pelanggaran hak asasi manusia
yang terjadi dalam acara Indonesia Lawyers Club salah satunya yaitu pernyataan
pengacara senior dan politisi partai demokrat Ruhut Sitompul yang mengatai
sesama pengacara yaitu Hotman Paris sebagai monyet lampung, yang
mengakibatkan perdebatan yang penuh celaan dari dua pengacara senior di
Indonesia terus berlangsung, dimana perdebatan mereka disiarkan Live oleh TV
One dan ditonton sluruh masyarakat Indonesia.
7
Pelanggaran Hak Asasi Manusia lainnya menurut IMW (Indonesia Media
Watch) dan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang baru-baru ini terjadi yaitu
pada topik atau permasalahan yang dibahas mengenai “advokat koruptor =
koruptor”. Dalam episode ini narasumber membahas pernyataan Denny Indrayana
sebagai Wakil Mentri Hukum dan HAM (WAMENKUMHAM) mengenai
advokat koruptor=koruptor. Pelangaran HAM salah satunya yang terjadi ketika
Narasumber Indra Sahnun Lubis mengomentari pernyataan Denny Indrayana
tentang “Advokat Koruptor = Koruptor".
"Kalau seperti yang dikatakan Denny ini, pantasnya itu sebagai penjaga
masjid aja lah... Kalau lihat dari mukanya dan matanya berbicara.. saya lihat
seperti ada gangguan jiwa pada dirinya.". Pada adegan lain, Indra Sahnun Lubis
juga mengatakan, "Jadi nggak pantaslah dia jadi Wamen... dari orangnya... bentuk
tubuhnya... nggak pantas...".
Dalam episode yang sama pengacara Hotman Paris Hutapea juga
memberikan komentar terhadap WAMENKUMHAM Denny Indrayana.
"Ini sudah bukti nyata, pada saat dia masih miskin, pada saat dia belum
dapat jabatan, dia begitu gencar menyerang istana...". Serta adanya adegan
Hotman Paris mengomentari kepribadian Denny sewaktu dia memukul petugas
LP dan kemudian meminta maaf, "Dia itu ngomong nggak pakai otak".
Menurut Indonesia Media Watch, apa yang dikatakan Pengacara Hotman
Paris Hutapea dan Indra Sahnun Lubis merupakan pelanggaran Hak Asasi
Manusia, dan Karni Ilyas sebagai moderator dalam Indonesia Lawyers Club tidak
memotong pernyataan mereka dan membiarkan peristiwa itu terjadi, dimana
tayangan tersebut disiarkan live oleh stasiun televisi TV One dan disaksikan oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Indonesia Media Watch telah melaporkan Program
Indonesia Lawyers Club dengan topik pembahasan “Advokat koruptor=koruptor”
ke Komisi Penyiaran Indonesia (www.indonesiamediawatch.org)
8
Menurut Lifany (Koordinator Badan Pekerja IMW), dasar hukum
pengadukan IMW kepada KPI sesuai Undang-Undan Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran, pasal 36 ayat (6), yang jelas-jelas melarang, “Memperolokkan,
merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat
manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.” Pelanggaran pasal ini
diancam pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 10 miliar (pasal 57).
Pelanggaran atas pasal ini diancam sanksi “penghentian sementara” pasal
80), dan bila tidak patuh, dapat diancam sanksi lebih keras: denda administratif;
pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu; tidak diberi perpanjangan izin
penyelenggaraan penyiaran; atau pencabutan ILP/izin penyelenggaraan penyiaran
(pasal 75 ayat 2). IMW meminta KPI untuk memberikan sanksi yang maksimal
kepada pemilik/izin penyelenggaraan penyiaran sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Selain pelanggaran HAM, pengaduan-pengaduan masyarakat yang di
terima KPI beberapa diantaranya yaitu, tayangan Indonesia Lawyers Club yang
dinilai terlalu lama yaitu 4 jam penayangan selama satu episode, perdebatandebatan disertai saling mengatai sesama narasumber, saling tidak menghargai
sesama narasumber, moderator yang tidak objektif dan masih banyak lagi.
Menurut KPI sampai tanggal 9 maret 2012, KPI telah menerima pengaduan
terhadap tayangan Indonesia Lawyers Club sebanyak 3287 pengaduan. Sampai
saat ini, Komisi penyiaran Indonesia (KPI) telah memberikan tiga kali teguran
kepada TV one yang merupakan stasiun yang menayangkan program Indonesia
9
Lawyers Club. Teguran pertama di berikan pada tanggal 9 maret 2012, lalu 26
maret
2012
dan
terguran
terakhir
pada
tanggal
4
September
2012.
(www.kpi.go.id)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
tanggapan dari khalayak yaitu penonton acara talkshow dalam hal ini Mahasiswa
Hukum UNHAS terhadap tayangan Indonesia Lawyers Club yang disiarkan
stasiun televisi TV One. Sehingga penulis menetapkan judul penelitian:
“TANGGAPAN MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNHAS
TERHADAP TAYANGAN INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka penulis
merumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana tanggapan mahasiswa Fakultas Hukum Unhas terhadap
tayangan Indonesia Lawyers C
2. lub di TV One?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemberian tanggapan mahasiswa
Fakultas Hukum Unhas terhadap tayangan Indonesia Lawyers Club di TV
One?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa Fakultas Hukum Unhas
terhadap tayangan Indonesia Lawyers Club di TV One
10
b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemberian
tanggapan mahasiswa Fakultas Hukum Unhas terhadap tayangan
Indonesia Lawyers Club di TV One.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoriitis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemberdaharaan karya ilmiah
dan pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya media massa dalam
bentuk penelitian khalayak
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan bagi stasiun televisi TV
One untuk program acara talkshow dengan tayangan Indonesia Lawyers
Club untuk lebih banyak memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai masalah-masalah ataupun fenomena yang terjadi di Indonesia
dan juga sebagai syarat meraih gelar sarjana pada jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP UNHAS.
D. Kerangka Konseptual
Tanggapan adalah gambaran tentang sesuatu yang tinggal dalam ingatan
setelah kita melakukan pengamatan atau setelah kita berfantasi. Dengan kata lain
tanggapan adalah kesan yang kita rasakan setelah proses pengamatan berhenti.
Kartono mendefinisikan tanggapan sebagai kesan-kesan yang dialami sesudah
perangsang-perangsang tidak ada, proses pengamatannya sudah berhenti dan
11
hanya tinggal kesan-kesannya saja. Untuk memberikan tanggapan terhadap suatu
objek mulanya kita harus melakukan pengamatan terhadap objek tersebut. Oleh
karena itu objek yang kita amati disebut pula stimulus atau perangsang dan
tanggapan yang kita berikan merupakan reaksi atas stimulus tersebut.
Tanggapan juga dapat membantu komunikator untuk mengevaluasi pola
komunikasinya. Jika tanggapan positif, maka pola-pola komunikasi tersebut dapat
dilanjutkan. Sebaliknya jika negatif, maka harus diteliti faktor-faktor penghambat
dalam pola komunikasi tersebut. Karena terkait dengan persepsi tanggapan juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor fungsional seperti kebutuhan (kondisi biologis),
kelompok sosial, sikap, suasana mental, kepercayaan, sistem nilai serta bidang
pengalaman. Faktor-faktor tersebut selanjutnya terakumulasi dalam membentuk
kerangka rujukan (frame of reference). Dalam proses komunikasi kerangka
rujukan tersebut mempengaruhi bagaimana orang memaknai atau menggapai
stimulus yang diterima. (Rakhmat, 2008:57-58)
Dalam proses penyiaran televisi, komunikasi yang terjadi mempunyai
tujuan yang utama adalah menimbulkan efek terhadap khalayak. Adapun efekefek tersebut berupa:
a. Efek Kognitif (cognitive effect) terjadi bila ada perubahan pada apa
yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau
informasi.
12
b. Efek Afektif (affective effect) timbul bila ada perubahan pada apa yang
dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya
dengan emosi, sikap, atau nilai.
c. Efek Behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati
meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku yang dilakukan
setelah terjadinya efek kognitif dan efek afektif terhadap khalayak.
Dari beberapa hal di atas, faktor yang menentukan khalayak (individu)
yang mempunyai peran dalam proses mendengar dan melihat terhadap apa yang
ditonton melalui televisi. Tingkat kognitif dan afektif selalu ingin mencoba
memahami sebab-sebab yang terjadi pada peristiwa yang dihadapinya.
Selanjutnya, kemampuan komponen behavioral pada sasaran yang dikehendaki
(Sasmita, 2012:10).
Pada kerangka teori ini, peneliti menghubungkannya dengan teori S-O-R
(Stimulus-Organism-Respons). Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek
merupakan reaksi terhadap situasi tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat
mengahrapkan sesuatu atau memperkirakan sesuatu dengan dengan sejumlah
pesan yang disampaikan melalui penyiaran (Sholehuddin, 2007:22)
Teori ini menyatakan bahwa pengaruh yang terjadi pada pihak penerima,
pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus atau rangsangan
tertentu. Dengan demikian besar kecilnya pengaruh, tergantung pada isi dari
penyajian stimulus. Teori S-O-R menganalogikan bahwa stimulus yang diterima
oleh individu akan menghasilkan respon yang berbeda pula. Menurut Uchjana
Teori ini menjelaskan tentang adanya reaksi khusus yang merupakan efek dari
13
adanya stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian pesan antara pesan dan reaksi komunikan. (Effendy,
2003:255)
Teori S-O-R juga memandang bahwa pesan dipersepsikan dan
didistribusikan secara sistemik dan skala yang luas. Pesan, karenanya tidak
ditujukan kepada orang yang kapasitasnya sebagai individu, tapi sebagai bagian
dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan
teknologi merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh
terpaan pesan diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan (Sholehuddin,
2007:22).
Gambar 1.1
Teori S-O-R
Stimulus
Organism:
o Perhatian
o Pengertian
o Penerimaan
Response
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya
jika stimulus yang menerpa benar-benar menyentuh aspek kognitif seseorang.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau
ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perubahan pada tingkat kognitif
yang berisi perhatian, pemahaman, dan keyakinan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
14
Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk
mengubah sikap. Berikut adalah proses lahirnya tanggapan menurut (Effendy,
2003:255)
Gambar 1.2
Kerangka Konseptual
Variabel bebas
Variabel Terikat
Tayangan Indonesia Lawyers Club
TV One
Tanggapan Mahasiswa
Fakultas Hukum Unhas
-
Jadwal Penayangan
Topik
Host
Nara Sumber
Daya Tarik
-
Variabel Antara
Mahasiswa Fakultas Hukum
Unhas
-
Perhatian
Penerimaan
Pengertian
Sangat tidak baik
Tidak baik
Baik
Sangat Baik
15
E.
Definisi Operasional
1. Tanggapan
Dalam penelitian ini, tanggapan adalah pernyataan subjektif mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin dalam menonton tayangan
Indonesia Lawyers Club di TV One.
2. Mahasiswa
Mahasiswa adalah peserta didik yang masih terdaftar dan sedang menempuh
penidikan tingkat S1. Dalam penelitian ini adalah peserta didik Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin semester III ke atas.
3. Perhatian
Tahap dimana rangsangan atau informasi dari tayangan Indonesia Lawyers
Club masuk dan mendapat perhatian dari responden yaitu mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
4. Pengertian
Tahap setelah perhatian dimana rangsangan atau informasi tayangan
Indonesia Lawyers Club mulai dimengerti oleh responden yaitu mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
5. Penerimaan
Tahap dimana rangsangan atau informasi telah dimengerti dan mulai diterima
oleh pemikiran responden yaitu mahasiswa Fakultas Hukum sebelum
memunculkan sebuah tanggapan terhadap tayangan Indonesia Lawyers Club.
6. Tayangan
16
Tayangan adalah suatu acara yang ditampilkan stasiun televisi untuk
disaksikan oleh khalayak
7. Talk Show
Talk Show adalah program acara televisi yang dikemas dalam model
“bincang-bincang” yang membahas suatu topik dan dihadiri oleh beberapa
narasumber.
8. Indonesia Lawyers Club
Indonesia Lawyers Club adalah nama acara talk show yang di tayangkan
stasiun televisi TV One, dan yang akan ditanggapi oleh mahasiswa fakultas
hukum Universitas Hasanuddin.
9. Jadwal Penayangan
Dalam Penelitian ini, maksud dari jadwal penayangan adalah waktu, hari, dan
durasi tayangan Indonesia Lawyers Club yang ditayangkan TV One.
10. Topik
Topik adalah Tema besar yang di bahas oleh nara sumber dalam tayangan
Indonesia Lawyers Club.
11. Nara Sumber
Nara Sumber adalah orang-orang yang berkompeten di bidangnya yang
membahas topik Indonesia Lawyers Club yang ditayangkan TV One.
12. Host
Host adalah Orang yang memandu jalannya acara talk show Indonesia
Lawyers Club
13. Daya Tarik
17
Daya Tarik adalah hal-hal yang membuat mahasiswa Fakultas Hukum Unhas
tertarik dalam menonton tayangan Indonesia Lawyers Club di TV One.
F. Metode Penelitian
1.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian berlangsung selama kurang lebih dua bulan, yakni pada
bulan Oktober hingga November tahun 2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas
Hukum Universitas Hasanuddin. Lokasi penelitian berada pada Kampus
Tamalanrea, Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10, Makassar (90245).
2. Tipe Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif
dengan menggunakan pendekatan Kuantitatif. Dalam metode ini riset bertujuan
membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Metode deskriptif menghasilkan informasi
yang
dapat
digunakan
untuk
mengembangkan
teori
atau
untuk
mengidentifikasikan pertanyaan untuk diteliti lebih lanjut (Mursalim, 2007:98).
3. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung dan
pengumpulan kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Instrumen penelitian
yaitu kuesioner yang sebelumnya dibagikan kepada responden dan diisi sesuai
data yang sebenarnya. Setelah pengisian data tersebut, instrumen penelitian
18
dikumpul .Data sekunder berupa referensi dari buku, majalah, dan lain-lain yang
berkaitan dengan penelitian ini.
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek atau fenomena yang akan diriset.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang
akan diamati. (kriyantono, 2010:153)
Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin. Jumlah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin yang terdaftar pada semester akhir tahun ajaran 2011/2012 berjumlah
1.896 orang. Dari jumlah populasi dengan taraf kesalahan 5%, maka diperoleh
sampel berjumlah 294 mahasiswa sesuai dengan tabel penentuan besaran sampel
menggunakan rumus Stephen Isaac & William B. Michael.
Pada penentuan sampel, penelitian menggunakan metode sampel acak
(probability sampling), dengan teknik penarikan sampel berstrata proporsional
(proportionale random sampling), maka diperoleh sampel per angkatan sebagai
berikut:
1. Angkatan 2005
: 19/1896 x 294
= 3
2. Angkatan 2006
: 90/1896 x 294
= 14
3. Angkatan 2007
: 221/1896 x 294 = 34
4. Angkatan 2008
: 381/1896 x 294 = 59
5. Angkatan 2009
: 371/1896 x 294 = 57
6. Angkatan 2010
: 392/1896 x 294 = 61
7. Angkatan 2011
: 422/1896 x 294 = 66
19
5.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan cara periset berada di luar dari
objek penelitian dan menjaga prinsip objektif dan analisis datanya menggunakan
uji statistik. Data yang diperoleh dari kuesioner yang telah terkumpul akan
dianalisis secara statistik dengan menggunakan tabel distribusi yang kemudian
dijabarkan secara deskriptif. Penelitian ini memanfaatkan software SPSS 17.0
dalam pengolahan data dan juga menggunakan Skala Likert sebagai pedoman.
Download