1 Pengaruh Pemberian Pelatihan “Memahami & Membantu dalam Belajar” terhadap Peningkatan Pemahaman Guru Kelas di Sekolah Inklusif tentang ABK (The Effect of Training “Understanding and Assisting in Learning” increased Understanding of the Classroom Teachers in Inclusive Schools on Children with Special Need) Anna Wahidah Email: [email protected] Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif mengenai Anak Berkebutuhan Khusus. Pemahaman guru diartikan keadaan dimana guru mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai Anak Berkebutuhan Khusus. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Treatment by Subject Design. Pada rancangan ini pengeruh efek atau perlakuan diputuskan berdasarkan perbedaan antara pre test dengan post ttes, tanpa ada pembanding dengan kelompok kontrol. Penelitian ekperimen ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sample/ judgmental sampling). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas SDN Medalem II Tuban yang berjumlah 9 orang. Penggunaan sampel bertujuan dalam penelitian ini sengaja dipilih berdasarkan tujuan dan pertimbangan yaitu seluruh guru kelas hanya pernah satu kali mengikuti penataran terkait dengan pendidikan inklusif dan memiliki pemahaman yang kurang tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Alat ukur yang digunakan untuk melihat pemahaman guru adalah berupa instrument tes pemahaman terhadap ABK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” terhadap peningkatan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Pengukuran effect size menunjukkan pengaruh itu kecil. Kata Kunci: Pemahaman, pelatihan, sekolah inklusif, anak berkebutuhan khusus Abstract. This study has purposed to investigate the effect of training delivery “Understanding and Assisting in Learning” to an improved understanding of classroom teachers in inclusive schools on Children with Special Needs. Teachers' understanding is defined the teacher has adequate knowledge about children with special needs. This study use experimental research with treatment by Subject Design. This design effects or treatment is decided based on the difference between the 170 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 pre-test to post- test, without any comparison with the control group. This experimental study uses a sampling purposive sample/judgmental sampling. The samples in this study were all classroom teachers SDN Medalem II Tuban, amounting to 9 people. Intended use of the sample in this study was chosen based on the purpose and considerations which all classroom teachers only ever one time attended inservice training related to inclusive education and have a poor understanding of children with special needs. Measuring instruments used to showed teachers' understanding is a test instrument understanding of children with special needs. The results showed that there was a significant effect of training provision “Understanding and Assisting in Learning” to an improved understanding of classroom teachers in the school inclusive of children with special needs. Measurement of effect size showed effect was small. Keywords: Understanding, training, Inclusive Schools,children with special needs Pernyataan PENDAHULUAN Pendidikan Kerangka inklusif merupakan aksi merupakan untuk utama pendidikan. khusus dokumen tentang dan tentang pendidikankebutuhan bentuk pemenuhan atas hak setiap anak mendapatkan Salamanca (1994) internasional prinsip-prinsip dan Pendidikan inklusif mulai dicanangkan praktek pada mendasar dari pendidikan inklusif dalam konferensi internasional yang pendidikan inklusif. Prinsip diselenggarakan oleh UNESCO pada pernyataan tanggal 7-10 juni 1994 di Salamanca semua anak seyogyanya belajar bersama- Spanyol. tersebut sama, sejauh memungkinkan, apa pun menghasilkan kesepakatan tingkat dunia kesulitan atau perbedaan yang ada pada berisi diri Konferensi pentingnya pelaksanaan Salamanca adalah bahwa mereka. Sekolah inklusif harus pendidikan inklusif untuk semua negara ≠ •Æß°´ µ© §°Æ ¥°Æßß°∞ ¥•≤®°§°∞ di dunia, sehingga setiap sekolah dapat keberagaman melayani setiap anak termasuk Anak kebutuhan siswa- siswanya, serta mengakomodasi gaya Berkebutuhan Khusus (Astuti, 2011). Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 171 dan kecepatan belajar yang berbeda- pendidikan inklusif dijelaskan dalam beda (Stubbs, 2002). Sedangkan di buletin Indonesia menurunkan dasar hukum pendidikan UNESCO dan adalah untuk mengatasi semua inklusif termuat dalam undang-undang pengecualian dari hak manusia dalam Republik Indonesia Nomor 20 Tahun pendidikan, setidaknya pada tingkat SD, 2003. serta meningkatkan akses, partisipasi Menurut (dalam Astuti, inklusif berarti mengakomodasi Woolfok & Kolter dan keberhasilan belajar di pendidikan 2011: pendidikan dasar yang berkualitas bagi semua (Puri, 9) pendidikan semua anak yang tanpa 2004). Di dalam perspektif psikologis, dengan adanya siswa sosial, emosional, atau kondisi lainnya. potensi serta bakat yang mereka miliki. Pendidikan inklusif meliputi anak-anak Dalam hal ini anak-anak yang memiliki yang memiliki hambatan belajar dan hambatan berbakat mendapat pelayanan sebagaimana yang termasuk AnakBerkebutuhan Khusus didalamnya. Jadi di dalam sekolah inklusif siswa yang dalam inklusif memandang kondisi fisik, intelektual, istimewa, dibantu pendidikan sekaligus menemukan berbakat akan diharapkan (Astuti, 2011). Tenaga pendidik dalam bukan berkebutuhan khusus dan siswa penyelenggaraan pendidikan yang terdiri atas guru kelas, guru mata berkebutuhan khusus belajar bersama-sama dalam satu kelas. inklusif, pelajaran, dan guru pendidikan khusus Pendidikan inklusif adalah wujud dengan latar belakang pendidikan yang pergerakan yang menjunjung tinggi beragam. Guru kelas dan guru mata nilai-nilai, keyakinan pelajaran dan prinsip- adalah pendidik/pengajar prinsip utama yang berkaitan dengan pada suatu kelas tertentu di sekolah anak, pendidikan, keberagaman dan umum yang sesuai dengan kualifikasi diskriminasi yang dipersyaratkan. 172 (Stubbs, 2002). Tujuan Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 Guru pendidikan khusus adalah guru berbagai yang populasi siswa, padahal hal tersebut mempunyai latar belakang macam kebutuhan pendidikan khusus/pendidikan luar biasa berfungsi atau yang pernah mendapat pelatihan mempromosikan tentang pendidikan khusus/luar biasa, efektif untuk semua (Stubb, 2002). yang ditugaskan di (Departemen Pengadaan sekolah inklusif Pendidikan dan Nasional, Pembinaan Tenaga Pendidik, 2007). Salah sebagai seluruh langkah pembelajaran kompetensi guru sekolah inklusif dalam untuk diuji. yang Guru dihadapkan dengan siswa dengan jenis kesulitan belajar atau kebutuhan khusus yang satu faktor penting sangat beragam. Perubahan dalam pendukung keberlangsungan pendidikan keragaman siswa yang muncul pada inklusif adalah partisipasi dari semua sekolah reguler membuat perubahan komponen yang terlibat di dalamnya. pula pada tanggung jawab yang guru Meliputi, sekolah, kepala sekolah, guru terima. Luasnya keberagaman siswa ini umum/guru kelas, guru mata pelajaran, memiliki guru khusus, orangtua dan masyarakat, pembelajaran (Refice, 2006). serta komponen-komponen penunjang lain seperti petugas kesehatan dampak pada proses Guru memainkan peran sentral dll. untuk berpartisipasi dalam keberhasilan Namun, pendidikan inklusif ini sangat belajar siswa dan meningkatkan prestasi rentan terhadap siswa, terutama dengan anak-anak yang dalam pelaksanaannya. hambatan-hambatan Pengalaman mungkin dianggap memiliki kesulitan pelaksanaan pendidikan inklusif yang dalam belajar. Rouse (2010) di dalam dilaksanakan jurnalnya menyebutkan 9 hal yang harus di Afrika Selatan menunjukkan bahwa pendidikan inklusif guru ketahui untuk mendorong di sana dihadapkan pada tantangan lingkungan belajar yang inklusif, Kebijakan pendidikan dengan mengakomodasi Anak Berkebutuhan Khusus utama sekolah dalam mengenali mengatasi dalam umum inidan menghadapkan seorang guru sebagai komponen penting pendidikan pada keragaman siswa di kelas terbesar pada dekade ini. Dalam hal ini Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 173 diantaranya guru pengetahuan harus tentang memiliki keragaman, bukan sebagai strategi kekurangansiswa, tetapi sebagai sumber mengajar, (2) disabilitas dan kebutuhan daya untuk meningkatkan lingkungan khusus belajar yang kaya (DirectoratE General siswa, (3) (1) dari bagaimana anak belajar, (4) apa yang dibutuhkan anak IV. untuk Languages Unit of European Education belajar, (5) classroom Directorate of Education management, ( ) mengetahui dimana Policies, untuk challenges for teacher education, 644 ). mendapatkan membutuhkannya, bantuan (7) ketika identifikasi Diversity and and inclusion: Agar dapat memenuhi peran mereka kesulitan belajar, (8) melakukan asesing sebagai dan (9) memiliki bekal pemahaman yang tepat inklusif. dan akurat tentang siswa-siswa mereka. Pengetahuan dan pemahaman tentang Dalam proses belajar mengajar guru kebutuhan sebagai pendidik harus mengerti betul monitoring kebijakan-kebijakan belajar siswa, Sekolah khusus siswa merupakan seorang guru, perlu kompetensi seorang guru yang dianggap bagaimana prasyarat bagi guru di sekolah inklusif, siswa. Guru hal ini diperlukan karena memungkinkan mengenali kelebihan dan kekurangan guru untuk menjadi sensitif dan mampu siswa merespons diperlukan bagi masing-masing siswa, secara efektif terhadap serta juga masing-masing harus jeli kebutuhan belajar kebutuhan siswa harus sedemikian rupa, diperlakukan sama dalam satu kelas. sehingga mereka dapat merespon dan Ketidakpahaman guru beradaptasi dengan situasi dan aspek mengakibatkan tidak diterimanya materi keragaman-keberagaman dengan muncul. Guru yang efektif seharusnya baik mereka yang dalam yang ini dalam keberagaman. Pengetahuan guru tentang baru hal karakter guru oleh tidak bisa tentang siswa siswa, sehingga berakibat tujuan dalam proses belajar mampu mengenali aspek yang berbeda 174 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 mengajar tidak tercapai sepenuhnya Dengan melihat kondisi ini maka dapat (Subini, 2012). disimpulkan bahwa peran dan tugas guru untuk berpartisipasi dalam Pentingnya peran guru dalam proses menghantarkan belajar semua kesuksesan keberhasilan belajar siswa mereka tidak bisa siswa inilah dilakukan dengan baik jika yang pemahaman tentang Anak menuntut pemahaman mereka tentang Berkebutuhan Khusus masih kurang, Anak Berkebutuhan Khusus. Apabila sedangkan peran partisipasi guru dalam guru memiliki pengetahuan dan proses mendukung keberlangsungan pemahaman yang baik mengenai anak sekolah inklusif pun menjadi terhambat. berkebutuhan khusus, maka diharapkan guru mampu menyelaraskan antara Salah satu ciri guru yang efektif di kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus dalam jurnal yang ditulis oleh Rubio yang muncul dengan pemberian layanan (2011) pendidikan yang tepat untuk mereka. memahami Pemahaman siswa, tentang menghantarkan siswa proses belajar dapat yang adalah guru secara latar yang mampu baik kebudayaan belakang, pengetahuan tentang metode dan prosedur yang membawa pada kesuksesan belajar siswa dapat (Subini, 2012). Berkebutuhan Khusus yang ada di kelas mereka. diadaptasi Guru untuk Anak efektif menggunakan Guru kelas inklusif yang hanya pengetahuan mereka tentang proses memiliki sedikit pengetahuan tentang pembelajaran yang paling efektif untuk Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di membantu siswa tertentu dalam kelas kelas mereka, bisa mengakibatkan mereka dan untuk mencapai kesuksesan penerimaan materi yang kurang baik belajar siswa mereka. Untuk alasan oleh Anak Berkebutuhan Khusus di inilah, sangat penting untuk kelas tersebut, hal ini membuat tujuan mengetahui kebutuhan siswa, strategi dalam proses belajar mengajar tidak dan gaya belajar mereka, kepribadian, tercapai sepenuhnya (Subini, 2012). Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 175 penyelenggaraan sekolah Inklusif yang berhubungan dengan implementasi pendidikan inklusif di level Sekolah Dasar di Surabaya. Penelitian ini dilakukan mengungkapkan salah satu isu besar yang muncul di Sekolah Dasar inklusif di Surabaya adalah adanya kesenjangan pengetahuan dan kemampuan guru tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Hal ini berdampak pada perencanaan manajemen kelas dan implementasi serta evaluasi proses belajar yang tidak efektif. Dalam penelitian tersebut menjelaskan guru dengan latar belakang pendidikan psikologi atau pendidikan khusus memiliki lebih banyak pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Namun, banyak guru kelas yang mengaku bahwa mereka memiliki keterbatasan pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus (Paramita & Muryantinah, 2012). Dalam November Kompas 2011, Napitupulu mempublikasikan fakta sekolah belum inklusif Edukasi bahwa 9 (2011) guru sepenuhnya Fakta lain juga dipaparkan oleh Adriana dalam Kompas (2012), yang menyatakan bahwa masih banyak guru Sekolah berikut cuplikan berita dalamnya; “Para guru di sekolah inklusif juga masih belum sepenuhnya memahami perbedaan gangguan perilaku dan mental dalam tiap diri anak berkebutuhan di sekolah. Akibatnya, para guru sering kewalahan menghadapi keseharian anak-anak di sekolah”(Napitupulu, 2011). 176 di yang memiliki pemahaman yang kurang tentang Anak Berkebutuhan Khusus, seperti misalnya dalam kasus anak autis. Akibatnya guru tidak mampu membantu Anak Berkebutuhan Khusus tersebut (Mikail, 2012). Dari sejumlah permasalahan yang muncul ada di sekolah inklusif, kita dapat melihat memiliki bahwa sedikit bekal guru masih pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus itu sendiri, dari beberapa fakta yang ada dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru tentang Anak Berkebutuhan Khusus masih sangat kurang. memahami tentang Anak Berkebutuhan Khusus, inklusif Hasil wawancara kepada kepala bagian Pemuda sekertaris dan Dinas Olahraga, Pendidikan sub bagian program dan pelaporan, Susilo Murti mengungkapkan pada tahun 2011/2012 tercatat ada lima Sekolah Dasar Inklusif di Kabupaten Tuban. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 Sedangkan, pemahaman keadaan guru kurangnya tentang ABK ini dialami di SDN Medalem II Tuban. SDN ini menjadi SDN inklusif sejak tahun 2008. Namun belum ada tenaga didik yang berlatar belakang PLB. Sedangkan untuk koordinator inklusif berasal dari latar belakang pendidikan umum yang sudah mendapat pembekalan khusus menjadi koordinator inklusif. salah satu guru di SDN ini adalah sebagai berikut: “menurut saya tantangan terberat ya saat menghadapi ABK, cara menangani mereka kalau ABK tidak mau mengikuti pelajaran dan malah keluar kelas kadang menangis, cara mengajar ABK yang ada di kelas dengan siswa lainnya bagaimana membagi perhatian, sedangkan ABK butuh perhatian khusus itu semua menyulitkan kami ini yang tidak tahu tentang karakter mereka kenapa mereka berperilaku seperti itu dan bagaimana menghadapi mereka” Sedangkan dari hasil penggalian data Pemberian pembekalan tentang awal dengan menggunakan kuesioner sekolah inklusif pernah diberikan kepada pengetahuan tentang ABK yang seluruh tenaga pendidik di sekolah ini. diberikan kepada seluruh guru kelas Pembekalan yang diberikan adalah didapatkan hasil nilai rata-rata berupa workshop tingkat dasar untuk pengetahuan guru enang ABK rendah pembekalan Pendidikan inklusif berbasis yaitu 4.7. sekolah fase 1 selama 2 hari. Wawancara yang dilakukan kepada lima guru kelas tentang tantangan utama mereka dalam sekolah inklusif memperoleh hasil bahwa kelima guru menjawab tantangan terbesar mereka dalam sekolah inklusif adalah adanya ABK di kelas mereka, terutama mereka mengalami kesuliankesulitan dalam hal penanganan mereka. adapun cuplikan hasil wawancara kepada Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 Dari hasil analisis kebutuhan pelatihan secara menyeluruh yang dilakukan di SDN Medalem II Tuban disimpulkan bahwa: (1) guru membutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, jenis dan karakteristik, serta pemahaman tentang kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus sesuai kategorinya, (2) guru membutuhkan kegiatan peningkatan pemahaman tentang penanganan ABK di kelas. 177 Penjabaran diatas menunjukkan adanya suatu kebutuhan intervensi kognitif dalam membuat peningkatan menyimpulkan, hal pemahaman memahami termasuk menafsirkan, mencontohkan, untuk guru kelas, yang berfokus pada dalam kategori klasifikasi, meringkas, membandingkan, dan tentang Anak Berkebutuhan Khusus. menjelaskan. Dari definisi ini maka yang Dengan adanya peningkatan pemahaman dimaksud tentang Anak Berkebutuhan Khusus, Berkebutuhan Khusus dalam penelitian maka diharapkan guru dapat merespon ini adalah hasil aktifitas belajar yang secara Anak melibatkan proses kognitif dimana guru Berkebutuhan Khusus di kelas mereka. mempunyai pengetahuan yang memadai Pemahaman tentang Anak Berkebutuhan mengenai Anak Berkebutuhan Khusus. efektif kebutuhan Khusus dapat membantu guru untuk memenuhi perannya dalam memenuhi kebutuhan belajar Anak Berkebutuhan Khusus selama proses penyampaian pemahaman Anak Pelatihan adalah metode untuk meningkatkan kinerja manusia. Bilamana kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan terbatasi oleh materi agar mudah diterima dengan baik kekurangan oleh semua siswa, pemahaman tentang Anak Berkebutuhan membantu guru Khusus dalam juga menghadapi permasalahan mereka di kelas. Pemahaman menurut Bloom adalah melibatkan proses kognitif memahami makna, menerjemahkan, dalam menginterpolasi, dan penafsiran instruksi 178 masalah (Bloom, 1956). atau keterampilan, maka untuk menjembatani kesenjangan tersebut dapat dilakukan dengan instruksi yang diperlukan (Silberman, 2013). salah satu dari aktifitas belajar yang dan pengetahuan Penelitian menunjukkan bahwa orang akan memahami konsep lebih baik dan akan mempertahankan informasi lebih lama ketika mereka terlibat dalam proses belajar (Lawson, 2006). Proses Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 Penelitian dilakukan di Utah State University oleh Vernier (2012) keterampilan. Maka berangkat dari hal ini peneliti tertarik untuk meneliti menyatakan bahwa pelatihan untuk guru apakah pemberian pemberian pelatihan efektif dan dapat merubah persepsi guru “Memahami & Membantu ABK dalam tentang siswa penyandang LD. Pelatihan Belajar” yang diberikan adalah pelatihan selama peningkatan pemahaman guru kelas di 60 menit yang bertujuan menyediakan sekolah informasi kepada guru untuk membantu Berkebutuhan mereka dilakukan dengan metode eksperimen memahami alasan dan keuntungan dari sekolah Inklusif. Sedangkan pelatihan agar “Memahami & Membantu ABK dalam Belajar” adalah memiliki inklusif dapat pengaruh mengenai pada Anak Khusus. Penelitian ini diketahui secara jelas pengaruh dari pelatihan ini. METODE PENELITIAN pelatihan yang disusun dengan tujuan Bentuk penelitian yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman guru kelas di sekolah inklusif tentang Anak dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang Berkebutuhan Khusus. Materi pelatihan dipakai dalam penelitian ini adalah berupa pengenalan konsep Anak Berkebutuhan Khusus, pengenalan jenis Treatment by Subject Design. Variabel dalam penelitian ekperiemen ini adalah dan karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (termasuk hambatan-hambatan Pelatihan “Memahami& Membantu Anak Berkebutuhan Khusus dalam Belajar” dan belajar Anak Berkebutuhan Khusus serta mengenali kebutuhan muncul), dan belajar penanganan yang Anak Pemahaman guru kelas tentang Anak Berkebutuhan Khusus. Pelatihan “Memahami & Membantu ABK dalam Berkebutuhan Khusus. Belajar”adalah Pelatihan peningkatan erat kaitannya dengan pemahaman serta Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 suatu kegiatan yang dibuat untuk guru sekolah inklusif 179 dengan bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada guru kelas di Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis penelitian dilakukan dengan sekolah inklusif tentang konsep, jenis Wilcoxon dan bantuan SPSS 16.0 for windows. Taraf karakteristik, serta penanganan signed rank dengan Anak Berkebutuhan Khusus. Sedangkan signifikansi yang dimaksud dengan pemahaman guru diperoleh nilai Z adalah -2.687 dan nilai kelas signifikansi adalah 0.007 yaitu kurang tentang Anak Berkebutuhan pemahaman guru dari 0.05, yang test maka digunakan dapat 0.05 Khusus adalah tentang, definisi, jenis, karakteristik, bahwa dari hasil uji perbedaan kedua serta penanganan Anak Berkebutuhan nilai diketahui bahwa perbedaan antara Khusus. keduanya signifikan. disimpulkan Artinya ada pengaruh yang signifikan antara sebelum Sampel dalam penelitian ini adalah Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan seluruh guru kelas SDN Medalem II yang Vol. 2 No. 03 Desember 2013 dan sesudah diberikan tritmen. Sedangkan hasil perhitingan efek size berjumlah 9 orang. Penggunaan sampel menunjukkan nilai -0.298, artinya dan sesudah bertujuan dalam penelitian ini sengaja perbedaan sebelum dipilih berdasarkan tujuan tertentu. Alat perlakuan itu kecil. pengumpulan data berupa tes uraian pemahaman guru Berkebutuhan Khusus. tentang Analisis Anak PEMBAHASAN data Hasil dari keseluruhan analisis dilakukan dengan teknik statistik non diatas disimpulkan bahwa ada pengaruh parametrik dari Wilcoxon signed rank pemberian pelatihan “Memahami dan test. Wilcoxon signed rank test dengan Membantu ABK dalam Belajar” terhadap bantuan program SPSS 16 for Windows. peningkatan pemahaman guru di sekolah inklusif tentang ABK. Sedangkan, ukuran HASIL PENELITIAN perubahan atau pengaruh yang terjadi itu kecil. Adanya pengaruh tersebut sesuai 180 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 dengan pendapat Mayer (2002) bahwa yang pemahaman dapat ditingkatkan dengan pemberian pelatihan Inclusive Classroom menerapkan cara belajar bermakna atau Management disebut “meaningful learning”, sedangkan pemahaman di dalam pelatihan ini menggunakan inklusif. metode belajar blaind case yang sesuai KESIMPULAN dengan Dari langkah-langkah belajar dilakukan mendapatkan mampu guru keseluruhan hasil meningkatkan mengenai proses kelas penelitian bermakna, yaitu: pembelajaran terjadi disimpulkan bahwa hipotesis diterima. berdasarkan materi yang relevan atau Artinya dari hasil TNA sesuai kebutuhan guru pelatihan “Memahami & Membantu ABK kelas, dalam pelatihan ini menggunakan ada pengaruh Belajar”terhadap pemberian peningkatan metode pengajaran membuat pelajar pemahaman terlibat dalam suatu aktifitas belajar, inklusif tentang proses Khusus. Hasil perhitungan effect size pembelajaran melibatkan kerjasama dengan oranglain, materi yang digunakan adalah guru kelas di sekolah Anak Berkebutuhan menunjukkan pengaruh itu kecil. merupakan kasus- kasus yang ada di sekitar pembelajar (Dahar, 1996). Hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari Vernier (2012), yang menyatakan bahwa pelatihan untuk guru efektif dan dapat merubah persepsi guru tentang siswa penyandang LD. Penelitian dari Mahdiani (2010) juga mendukung hasil dari penelitian ini bahwa dari penelitian Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 181 DAFTAR PUSTAKA Astuti, I. (2011). Kepemimpinan Pembelajaran Sekolah Inklusi. Malang: Banyumedia Publishing. Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. United States of America: Simultaneously in the Dominion of Canada. Cruickshank, W. dan G, O.J. (1958). Exceptional Children and Youth. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik. Jakarta: Direktorat Jendral Manajeman Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar (Juni 2007). DirectoratE General IV. (2009). Directorate of Education and Languages Unit of European Education Policies, Diversity and inclusion: challenges for teacher education. Directorate of Education and Languages Unit of European Education Policies. (2009). Diversity and inclusion: challenges for teacher education (October 2009). Frisbie, D.A. (1988). Reliability of Score from Teacher-Made Test. Instructional Topics in Educational Measurement. 25-35. Hadi, C. (2010). Psikologi Eksperimen. Surabaya: Unit Penelitian dan Publikasi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Hadis, A. (2006). Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hardman, M. L., Clifford J.D., M. W.E. (2002). Human Exceptionality: Society School and Family. Boston: A PEARSON Education Company. Kerlinger, F. N. (1990). Asas-asas Penelitian Behavioral Edisi Ke-tiga. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press. Knowles, M.S, Elwood, F. H., Richard, A. S. (1989). The Adult Learner. United State of America: Butterworth-Heinemann. Krathwohl, D. R (2002). Arevition of Bloom's Taxonomy. An Overview Ohio: Theory Practice, 41(4). Lawson. (2006). The Trainer Handbook 2nd Edition. United State of America: Preiffer. Mahdiani, T.F. (2010). Pengaruh Pelatihan Inclusive Classroom Management pada Pemahaman Guru mengenai Kelas Inklusi. Theses Airlangga University, 17. Mayer, R.E,. (2004). Rote Versus Meaningful Learning, Collage of Education, Ohio State Unversity, 41 (4). Mikail, B. (2012 , April). Sekolah Inklusi Belum Siap Menampung ABK. Health Kompas, D i a k s e s p a d a t a n g g a l 3 0 Nove m b e r 2 0 1 2 p a d a http://health.kompas.com/read/2012/04/15/10551282/Sekolah.Inklusi.Belum.Siap.Me nampung.ABK. Napitupulu, E.L. (2011). Pendidikan Inklusif Hadapi Tantangan. Kompas Edukasi, Diakses p a d a t a n g g a l 3 0 N o v e m b e r 2 0 1 2 p a d a http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/09/2341052/Pendidikan.Inklusif.Hadapi.Ta ntangan. Paerunan, I. (2012). Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah dasar X, Y, dan Z, kota Jayapura. Universitas Pendidikan Indonesia. Pallant, J. (2011). SPSS SURVIVAL MANUAL: Astep by step guide to data analysis using SPSS 4th edition. Australia: Everbest Printing. Paramita, P.P., Mulyantinah, M.H., (2012). Proceeding 1st International Conference on Current Issue in Education: Inclusive Education in Surabaya's Primary Schools: Current Issue and Future Directions. 348-352. 182 Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Standar kompetensi Guru, Standar kompetensi kepala sekolah, Standar kompetensi pengawas (permendiknas no 12, 13, dan 16. (2007). Puri, M., George, A. (2004). Handbook of Inclusive Education for Educators, Administrators, and Planners. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd. Refice, A. (2006). Inclusion In The Classroom:Finding What Work For General Education Teacher. Indiana University, 25-31. Rouse, M. (2010). Developing Inclusive Practice: A Role for Teachers and Teacher Education? University of Aberdeen. 1- 20. Rubio, C.M. (2010). Effective Teacher-Professional and Personal Skill. ENSAYOS. Revista de la Facultad de Education de Albacete. 24, 35-46. Silberman, M.., & Carol, A. (2013).Active Training:Pedoman praktis tentang desain, contoh kasus, dan kiat. Nusa Media: Bandung. Stubbs, S. (2002). Inclusive Education: Where there are few resources. Norwegia: The Atlas Alliance. Subini, N. (2012). Psikologi Pembelajaran. Yogjakarta: Mentari Pustaka. Taniredja, T. (2011). Penelitian Kuantitatif: Sebuah Pengantar. Bandung; Alfabeta. Tight, M. (2002). Key Concepts in Adult Education and Training 2nd Edition. New York: Taylor & Francis Group. U.S. Departement of Education, National Comprehensive Center for Teacher Quality. America's Challenge: Effective Teachers for At-Risk School and Student. Under agreement S28B050051. UNESCO. (2011). Inclusive Education Division of Basic Education. United Nations Educational,Scientific and Cultural Organizaton. Vernier, K.M. (2012). The Effects of Training on Teachers' Perceptions of Inclusion of Students with Intellectual Disabilities. Utah State University, AllGraduate Reports and Creative Projects. Paper 107. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2 No. 03 Desember 2013 183