Perlindungan Sosial Inklusif: Menantang Anggapan dan Mengelola Harapan Keetie Roelen Forum Kebijakan Publik Asia, Jakarta, 30 Mei 2013 Kebangkitan dan Kebangkitan lagi Perlindungan Sosial Makin lesunya ekonomi global, meluasnya kesenjangan, kemiskinan yang menahun, dan kerawanan pangan Meluasnya temuan dasar makin menunjukkan dampak positif Agenda paska 2015 >> Butuh realita dalam jumlah memadai: menantang anggapan dan mengelola harapan untuk perlindungan sosial inklusif Perlindungan Sosial Inklusif Merupakan bagian dari: Menjangkau mereka yang membutuhkan perlindungan sosial Mengarah pada inklusi ekonomi dan sosial 4 isu 1.Pemahaman individu atas kemiskinan 2.Pengentasan sebagai ‘satu-satunya dan caraterakhir’ pemecahan perlindungan sosial 3.Tunai dan bersyarat sebagai insentif bagi perubahan perilaku 4.Solusi sumber daya manusia dalam penerapan dan pemberian perlindungan sosial Pemahaman individu atas kemiskinan Teori Perubahan (ToC) menekankan jalur keluar dari kemiskinan pada tingkat individu dan rumah tangga Kegagalan untuk mengenali berbagai batasan struktural membatasi akses dan dampak bagi sebagian besar kelompok masyarakat yang rentan Harapan yang tidak realistis terhadap dan tanggung jawab yang tidak masuk akal atas individu ToC Hibah Bantuan Anak Afrika Selatan Pengentasan sebagai ‘satu-satuya cara dan cara terakhir’ Pengentasan sebagai obat penolak 'sindrom ketergantungan' Usaha pengentasan yang terlalu dini justru akan merusak usaha penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan, dan kemungkinan akan meningkatkan ketergantungan Fokus pengentasan sifatnya eksklusi alamiah – beberapa kelompok masyarakat akan selalu membutuhkan perlindungan Bantuan Tunai sebagai insentif Pemberdayaan lawan penguatan kesenjangan yang ada Insentif positif lawan efek samping negatif Syarat sebagai insentif Syarat tidak disertakan berdasarkan definisinya Dampak positif lawan insentif yang salah Solusi sumber daya manusia – relawan masyarakat Keterlibatan secara bottom-up, kepemilikan dan keterlibatan masyarakat Harapan yang tidak realistis mengarah pada tingginya tekanan Keterbatasan sumber daya dalam jumlah besar Solusi sumber daya manusia – pekerja sosial Respon terhadap berbagai kebutuhan dan penyediaan hubungan ke berbagai layanan lainnya Kurangnya tenaga terlatih dan pekerja sosial yang sangat terlatih Kegiatan perlindungan sosial dapat melemahkan tanggung jawab pekerjaan sosial Kesimpulan Agar bisa menciptakan perlindungan sosial yang inklusif harus diinterogasi butuh basis temuan yang lebih luas harus berbasis hak dan didorong oleh permintaan harus diakui sebagai bagian dari skema kebijakan publik yang lebih luas.