BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran yang terjadi antara guru dengan siswa di sekolah dapat berlangsung dengan baik apabila ada komunikasi timbal balik. Guru yang merupakan tenaga kependidikan mempunyai tanggungjawab besar khususnya dalam proses pendidikan generasi penerus bangsa. Guru dituntut profesionalitas yang tinggi untuk menjalankan kewajiban dan tugasnya dalam proses pembelajaran. Melalui kompetensi profesionalnnya, guru harus mampu mewujudkan langkah- langkah pembelajaran inovatif, dan kreatif, sehingga proses belajar mengajar dapat bermakna dan mudah tersampaikan bagi siswa. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka member wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik. Tujuan utama pembelajaran IPS ialah unuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari- hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Selain itu pendidikan IPS digunakan untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, untuk membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik (Susanto Ahmad, 2013: 137). Berdasarkan pengamatan di kelas V SDN Regunung 01, peneliti menjumpai kenyataan bahwa siswa tidak semangat ketika pembelajaran IPS. Hal 1 2 ini dapat terlihat ketika pembelajaran IPS di kelas sedang berlangsung. Siswa ada yang menguap, ada yang bercerita dengan teman sebelahnya, dan ada juga yang tidak memperhatikan guru di depan yang malah melihat ke luar kelas. Setelah guru selesai menjelaskan materi, siswa diberi tugas dengan mengerjakan soal latihan yang ada di Lembar Kerja Siswa (LKS). Ada siswa yang mengerjakannya dengan cepat dan ada juga yang terlihat malas- malasan dalam mengerjakan soal latihan tersebut. Setelah selesai mengerjakan, kemudian guru meminta untuk mengumpulkan pekerjaannya dan akan dicocokkan bersama. Namun setelah dicocokkan, ternyata hasilnya kurang baik. Dari 26 siswa yang nilainya dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70 hanya 5 anak atau 19 % nya saja, yang lainnya masih di bawah KKM. Kemudian rata- rata nilai ulangan harian yang baru 1 kali di semester 2 ini hanya mencapai nilai 43, setelah dihitung hanya 4 anak yang nilainya di atas KKM, 4 anak mendapat nilai KKM, dan sisanya 18 anak di bawah nilai KKM. Dilihat dari nilai yang didapat kurang lebih 64% siswa nilai kurang dari KKM. Hal ini membuktikan bahwa mereka masih kesulitan dalam memahami materi baik yang disampaikan oleh guru maupun yang ada dalam buku. Selain itu, memang guru pada saat menjelaskan materi lebih dominan dalam menggunakan metode ceramah saja, siswa jadinya pasif yaitu hanya diminta mendengarkan dan mencatat di bukunya masingmasing. Media belajar siswa hanya buku paket dan LKS saja. Bahkan guru terlihat jarang sekali dalam menggunakan alat peraga yang bisa membantu memperjelas pembelajaran. Pendidikan IPS di sekolah dasar harus memerhatikan kebutuhan anak yang berada pada usia berkisar antara 6 – 7 tahun sampai 11 atau 12 tahun. Masa ini menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/ kognitifnya berada pada tingkatan konkret operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, yang menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan ialah masa sekarang ( = 3 konkret), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami ( = abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan- pesan yang bersifat abstrak. Konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual agama, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep- konsep abstrak yang dalam bidang studi IPS harus diajarkan kepada siswa sekolah dasar (Susanto Ahmad, 2013: 152). Guru sebaiknya pandai dan selektif dalam menerapkan strategi dan teknik pembelajaran apalagi untuk anak seusia SD. Guru sebaiknya mampu merancang model pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Menurut Wasliman (2007: 158), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, kondisi fisik sedangkan eksternal seperti masalah dari keluarga, sekolah, dan lingkungan. Jadi guru merupakan salah satu faktor eksternal yang bisa memengaruhi hasil belajar siswa. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting, apalagi pada usia sekolah dasar, tak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, dan komputer. Salah satu strategi pembelajaran yang akan peneliti lakukan adalah metode mind mapping. Menurut Tony Buzan, Mind map adalah suatu teknik mencatat yang menonjolkan sisi kreativitas sehingga efektif dalam memetakkan pikiran (Tony Buzan, 2007). Metode Mind map adalah salah satu solusi untuk mengurangi kebosanan dan kemalasan siswa dalam mencatat. Mind map cara mencatatnya adalah dengan suatu konsep atau kata sentralnya saja, kemudian nanti dihubungkan dengan anak panah antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu mind map dapat mempermudah siswa dalam mencatat suatu materi khusunya materi IPS yang banyak konsep – konsep abstrak. Penggunaan metode mind mapping ini dapat memacu konsentrasi untuk fokus memperhatikan 4 penjelasan dari guru, karena dengan mendengarkan penjelasan dari guru akan mendapatkan kata sentral di setiap penjelasan materi. Sehingga selain siswa mudah dalam pencatatannya, mereka pun juga paham apa yang telah dijelaskan oleh guru. Pemahaman siswa ini tentu saja akan berpengaruh terhadap hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS. Mugiadi (1970: 26) menyebut masa kanak- kanak sebagai masa antara umur 6 sampai 12 tahun. Pada masa ini permainan bagi anak merupakan satu kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya, khususnya dalam bidang mengekspresikan perasaan, memahami diri sendiri, mengetes kemampuan, mencoba suatu peran, berfantasi, imitasi. Pendidikan dapat menggunakan permainan drama, bermain pasir, boneka, balok atau yang lainnya untuk menolong anak- anak mengatasi kesulitan (Satmoko, 2006: 265). Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan media kertas lipat agar anak bisa mengekspresikan rasa senang. Dalam sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Ivandra Bagus Irawan, dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Tahun 2012, dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Mind Mapping Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas IV SDN Kutowinangun 09 Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/ 2012” terbukti bisa meningkatkan hasil belajar IPS yang semula 41% meningkat menjadi 73%. Maka dari itu, peneliti juga memberi judul penelitian yang dilakukan yaitu: Penggunaan Model Kooperatif Tipe Mind Mapping Berbantuan Media Kertas Lipat Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada mata Pelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Regunung 01 Semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas terdapat beberapa permasalahan yang diidentifikasi sebagai berikut: 5 1. Rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran IPS. 2. Materi pembelajaran IPS sangat luas, sehingga sulit dipahami. 3. Siswa tidak tertarik pada penjelasan guru, karena guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah. 4. Kurangnya media dan alat peraga dalam proses pembelajaran. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan identifikas masalah di atas dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu apakah dengan penggunaan model kooperatif tipe mind mapping berbantuan media dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri Regunung 01 Semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016? 1.4 Tujuan Penelitian Untuk mendeskripsikan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penggunaan model kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat di kelas V SD Negeri Regunung 01 Semester II Tahun Pelajaran 2015/ 2016. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis a. Sebagai bahan referensi penelitian lebih lanjut dengan menerapkan model kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat dalam berbagai mata pelajaran. b. Sebagai kajian dalam menelaah pengetahuan mengenai model kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat dalam pembelajaran IPS. 6 c. Menambah khasanah pengetahuan tentang berbagai strategi mengajar untuk guru dan belajar bagi siswa melalui model kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. 2) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar mata pelajaran IPS. 3) Memudahkan siswa dalam pemahaman materi pembelajaran IPS. 4) Memperkuat ingatan informasi belajar. b. Bagi Guru 1) Meningkatnya keterampilan guru dalam memilih strategi mengajar dengan menerapkan model kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat. 2) Meningkatnya kemampuan guru menerapkan model kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat dalam proses belajar mengajar di kelas. 3) Meningkatnya kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi sekolah tentang variasi pembelajaran yang kreatif dengan menerapkan model kooperatif tipe mind mapping berbantuan media kertas lipat serta peningkatan profesionalisme guru.