Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan

advertisement
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV
DI DESA SINABUN KECAMATAN SAWAN,
KABUPATEN BULELENG
Ni Pt Sumaraning1, Nym. Kusmariyatni2, I Gst Ngurahjapa3
12
Jurusan PGSD, 3Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Deskripsi hasil belajar IPS pada
siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan model Mind Mapping. (2) Deskripsi
hasil belajar IPS pada siswa kelompok kontrol dengan menggunakan model
pembelajaran langsung (3) Perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan Model Mind Mapping dengan kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Langsung. Jenis
penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan post-test only control group
design. Sampel penelitian ini berjumlah 45 orang yang diambil dengan cara random
sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS yang
dikumpulkan dengan tes. Bentuk tes pilihan ganda yang telah divalidasi. Data dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Deskripsi hasil belajar IPS pada siswa
kelompok eksperimen dengan menggunakan model Mind Mapping menunjukkan skor
rata-rata 21,4 berada pada kata gori sangat tinggi (2) Deskripsi hasil belajar IPS pada
siswa kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung
menunjukkan skor rata-rata 13,44 (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang
signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model Mind
Mapping dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan Model
pembelajaran Langsung siswa kelas IV sekolah dasar di Desa Sinabun. Perbedaan
tersebut dilihat dari thit > ttab (thit = 5,55. > ttab = 2,021). Berdasarkan temuan di atas,
disimpulkan bahwa model Mind Mapping berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS
dibandingkan dengan model pembelajaran Langsung.
Kata-kata kunci: Mind Mapping, hasil belajar
Abstract
This study aims to find out:. (1) Description of IPS on Student learning outcomes with the
experimental group using mind mapping model. (2) Description of IPS on student learning
outcomes with a control group using a direct instruct instructional model. (3) Differences
IPS significant learning outcomes between groups of students who learned with using
Mind Mapping Model with a group of students who learned with using direct learning
model. The study was quasi-experimental with a draft post-test only control group
design. Sample size was 45 people who were taken by random sampling. The data
collected in this study is the result of social studies collected by the test. Form of test
used is multiple choice that has been validated. Data were analyzed using descriptive
statistical analysis techniques and inferential statistics (t-test). Results of this study
showed that: (1) Description of IPS on student learning outcomes with the experimental
group using Mind Mapping Model showed an average score of 21.4 is at the very high
gori. (2) Description of IPS on student learning outcomes with a control group using a
direct instructional model showed an average score of 13,44. (3) There are differences in
the results of significant social studies between groups of students who learned with
using Mind Mapping model with a group of students that learned to use the Direct Model
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
fourth grade students teaching elementary school in the village of Sinabun. The
difference in views of thit> ttab (thit = 5.55.> Ttab = 2.021). Based on the above findings,
it was concluded that of Mind Mapping model effect on learning outcomes than learning
model IPS Direct
Keywords: Mind Mapping, learning outcomes
PENDAHULUAN
Dewasa
ini
permasalahan
pendidikan semakin kompleks, namun
pemerintah selalu berusaha mengatasi
permasalahan tersebut. Yang menjadi
permasalahan pokok atau sering disebut
dengan “issue central” dalam bidang
pendidikan adalah masalah pemerataan
dan kesempatan memperoleh pendidikan,
masalah efisiensi, masalah efektifitas dan
relevansi serta masalah management dan
yang paling pokok adalah masalah-masalah
mutu
pendidikan.
Untuk
dapat
meningkatkan mutu pendidikan sangat
dipengaruhi oleh optimalnya suatu proses
pembelajaran.
Menurut Noechi Nasution (1994:5)
bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap proses pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu: (1) Faktor
eksternal (luar). Faktor luar terdiri dari faktor
lingkungan (enviromental), dan faktor
instrumental, sedangkan faktor instrumental
meliputi kurikulum, program, sarana dan
prasarana, biaya, faktor, administrasi serta
guru. (2) Faktor internal (dalam). Faktor
dalam meliputi kedaan psikologi umum dan
kondisi panca indra, sedangkan keadaan
psikologis meliputi minat, kecerdasan,
bakat, motivasi dan kemampuan kognitif.
Faktor-faktor
tersebut
sangat
mempengaruhi kreativitas siswa dalam
pembelajaran dan pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami
proses belajar dalam waktu tertentu yang
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
oleh guru setelah selesai memberikan
materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Hasil
belajar
dapat
dilihat
dari
kemampuannya melakukan suatu kegiatan
yang baru yang bersifat menetap. Hasil
belajar dapat diukur dengan cara proses
kerja, hasil karya, penampilan, rekaman
dan tes. Hasil belajar dibagi menjadi tiga
ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Menurut Sudjana, (1987) Belajar
adalah suatu proses perubahan yang terjadi
pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap
dan
tingkah
lakunya,
keterampilan,
kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya, dan lainlain aspek yang ada pada individu.
Belajar merupakan segala proses
atau usaha yang dilakukan secara sadar,
sengaja, aktif. Sistematis dan integrative
untuk menciptakan perubahan-perubahan
dalam dirinya menuju kearah sempurna
yang bermanfaat bagi diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan serta perubahan yang
terjadi bersifat kontinyu dan terarah.
Marhaeni, (2013)
Nurkencana dan Sunartana (1992 :
12) menyatakan “bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh pebelajar
setelah mengalami proses belajar dalam
jangka waktu tertentu”. Pendapat ini
menyatakan bahwa hasil siswa juga hasil
guru. Dengan dihasilkannya hasil belajar
siswa yang baik maka hal itu menunjukkan
keberhasilan seorang guru dalam mengajar
dan begitu pula sebaliknya, jika hasil belajar
kurang baik maka guru tersebut kurang
berhasil dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, perlu menggunakan model
pembelajaran yang relevan, dengan
berpaduan budaya mereka sendiri, agar
tercipta pembelajaran yang lebih bermakna
dan kondisi belajar yang oktimal bagi siswa.
Namun belum semua sekolah
memperhatikan hal tersebut sehingga siswa
menjadi cepat bosan dan mengantuk dalam
belajar di kelas, salah satunya SD di Desa
Sinabun
SD di Desa Sinabun merupakan
salah satu sekolah yang masih mengalami
permasalahan rendahnya hasil belajar
siswa
dalam
proses
belajar
Ilmu
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Pengetahuan
Sosial
(IPS).
Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan pelajaran
yang diajarkan di sekolah khususnya di SD
berdasarkan kurikulum tahun 2004. Salah
satu
aspek
pelajaran
IPS
adalah
kecenderungan untuk berpikir secara
persuasive. Dalam pelajaran IPS di tingkat
SD pokok pikiran manusia, lingkungan
adalah merupakan pusatnya.
Menurut
S.
Nasution
(dalam
Daljoeni, 1997:9) “IPS adalah pelajaran
yang merupakan suatu fungsi atau paduan
dari sejumlah mata pelajaran sosial dan
merupakan bagian kurikulum sekolah yang
berhubungan dengan peranan manusia
didalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai
subjek:
Sejarah,
Ekonomi,
Geografi,
Sosiologi,
Antropologi,
Pemerintahan dan Psikologi Sosial.”
Berdasarkan hasil observasi dan
wawan cara yang dilakukan dengan kepala
sekolah dan Guru kelas SD 1 sinabun
mengenai bagaimana proses pembelajaran
di kelas disampaikan bahwa:
Tiap-tiap sekolah, tidak semua bisa
mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk
setiap mata pelajaran. Selain karena
kemampuan yang dimiliki oleh masingmasing
siswa
berbeda,
juga
bisa
disebabkan
oleh
strategi
dalam
menyampaikan materi pelajaran. Siswa
dalam
memahami
materi
biasanya
diberikan penjelasan (ceramah) di awal
pembelajaran dan dilanjutkan dengan
menyelesaikan soal-soal yang ada di LKS.
Hal ini terus berlangsung kemungkinan
disebabkan oleh faktor guru yang terbilang
sudah memasuki usia yang tidak produktif
lagi dan strategi pengajarannya yang
kurang bervariasi
Selain itu, ada beberapa hal yang
harus dicermati dalam pembelajaran di
kelas seperti mengingat pembelajaran baik
dalam ulangan harian, Ujian tengah
semester ataupun ulangan umum, siswa
biasanya menghapal materi Pembelajaran
yang akan diujikan. Penyampaian materi
pelajaran di kelas biasanya lebih banyak
terpaku pada buku dan kurang mengaitkan
dengan situasi dunia nyata dalam
kehidupan keseharian siswa. Metode
ceramah masih mendominasi kegiatan
pembelajaran, sehingga banyak siswa yang
mengantuk bahkan kadang-kadang untuk
menghilangkan kantuk siswa banyak yang
ijin ke kamar mandi untuk membasuh
wajahnya.
Fenomena-fenomena
tersebut
membuat guru dituntut untuk menyiasati
dan mencermati keadaan tersebut agar
pembelajaran di kelas lebih efektif dan
optimal. Langkah awal yang harus
dilakukan guru yaitu dengan memilih
pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan dan
menyesuaikan dengan keadaan siswa yang
heterogen baik dari segi potensi dan
kemampuan yang dimiliki masing-masing
siswa beragam. Pada penelitian ini
digunakan model mind mapping yang
berlandakan
pada
pandangan
konstruktivisme, dimana lebih menekankan
pada aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
Mind mapping merupakan satu
teknik mencatat atau mengorganisasikan
dan menyajikan konsep, ide, tugas atau
informasi lainnya dalam bentuk diagram
radial-hierarkis
non-linier
yang
mengembangkan gaya belajar visual.
Selain itu mind mapping pada umumnya
menyajikan informasi yang terhubung
dengan topik sentral, dalam bentuk kata
kunci, gambar (simbol), dan warna
sehingga suatu informasi dapat dipelajari
dan diingat secara cepat dan efisien. Mind
mapping juga mampu untuk meningkatkan
potensi, kapasitas, dan kemampuan otak
seseorang. Sehingga dapat meningkatkan
kreativitas anak. Dengan menggunakan
model Mind mapping maka kita akan
dipermudah dalam mengatur segala fakta
dan hasil pemikiran. Hal ini sejalan dengan
pendapat Tony Buzan (2008:4) dalam buku
pintar mind mappingnya menyatakan, “mind
mapping adalah cara termudah untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil informasi itu ketika dibutuhkan”.
Cara ini adalah cara yang kreatif dan efektif
dalam membuat catatan sehingga boleh
dikatakan mind mapping benar-benar
memetakan pikiran anda. Mind mapping
juga merupakan peta perjalanan yang
hebat bagi ingatan, dengan memberikan
kemudahan kepada kita dalam mengatur
segala fakta dan hasil pemikiran dengan
cara sedemikian rupa, sehingga cara kerja
alami otak kita dilibatkan dari awal. Ini
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
berarti bahwa upaya untuk mengingat
(remembering) dan menarik kembali
(recalling) informasi dikemudian hari akan
lebih mudah, serta lebih dapat diandalkan
daripada
menggunakan
pencatatan
tradisional. Hal itu juga dibenarkan oleh Eric
Jensen yang menyatakan, mind mapping
merupakan teknik visualisasi verbal ke
dalam gambar. Mind mapping sangat
bermanfaat untuk memahami materi,
terutama materi yang diberikan secara
verbal.
Peta pikiran (mind mapping) adalah
satu
teknik
mencatat
yang
mengembangkan gaya belajar visual. Peta
pikiran memadukan dan mengembangkan
potensi kerja otak yang terdapat di dalam
diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan
kedua
belahan
otak
maka
akan
memudahkan seseorang untuk mengatur
dan mengingat segala bentuk informasi,
baik secara tertulis maupun secara verbal.
Dengan adanya kombinasi warna, simbol,
bentuk dan sebagainya memudahkan otak
dalam menyerap informasi yang diterima.
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat
bervariasi
setiap
harinya.
Hal
ini
disebabkan karena berbedanya emosi dan
perasaan yang terdapat dalam diri siswa
setiap harinya. Suasana menyenangkan
yang diperoleh siswa ketika berada di ruang
kelas
saat
proses
belajar
akan
mempengaruhi penciptaan peta pikiran.
Tugas guru dalam proses belajar adalah
menciptakan
suasana
yang
dapat
mendukung kondisi belajar siswa terutama
dalam proses pembuatan mind mapping.
Mind Mapping merupakan sebuah media
bagi
pembelajaran
untuk
mentransformasikan hasil observasi siswa
kedalam bentuk dan prinsip yang kreatif
tentang alam dan lingkungan mereka.
Model Mind Mapping merupakan
model pembelajaran yang memadukan
antara berbagai sugesti positif dan
interaksinya dengan lingkungan yang dapat
mempengaruhi hasil belajar seseorang.
Model pembelajaran ini menekankan pada
penciptaan
lingkungan
belajar
dan
perancangan pengalaman belajar yang
mengintegrasikan kreativitas anak sebagai
bagian dari proses pembelajaran. Model
Mind Mapping memberikan kesempatan
kepada siswa belajar sesuai dengan
kemampuannya, bagaimana mengunakan
sebuah proses interaktif untuk menulis apa
yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa
yang mereka ingin ketahui, mengevaluasi
apa yang bisa dilakukan oleh siswa. Hal ini
dilakukan
dengan
cara
menggali
pengetahuan awal siswa terlebih dahulu,
dan memanfaatkan pengetahuan tersebut
sebagai pijakan dalam pembelajaran
selanjutnya sehinga peran guru hanya
sebagai
fasilitator
dan
mediator
pembelajaran yang memudahkan siswa
dalam menangkap makna dari materi yang
dibelajarkan.
Ada tujuh langkah dalam membuat
mind mapping, diantaranya: Tony Buzan
(2004 : 21-23) (1) Mulai dari bagian tengah
permukaan secarik kertas kosong yang
diletakkan dalam posisi memanjang.
Karena memulai dari tengah-tengah
permukaan kertas akan memberikan
keleluasaan bagi cara kerja otak untuk
memancar keluar kesegala arah, dan
mengekspresikan diri lebih bebas dan
alami. (2) Gunakan sebuah gambar untuk
gagasan sentral. Gambar yang letaknya di
tengah-tengah akan tampak lebih menarik,
membuat anda lebih terfokus, dapat
membantu anda memusatkan pikiran dan
membuat otak semakin aktif dan sibuk. (3)
Menggunakan banyak warna pada seluruh
mind mapping. Bagi otak, warna-warni tidak
kalah menariknya dari gambar. Warna
membuat mind mapping tampak lebih cerah
dan hidup, meningkatkan kekuatan dahsyat
bagi cara berpikir kreatif, dan ini juga
adalah hal yang menyenangkan. (4)
Hubungkan cabang-cabang utama ke
gambar sentral, dan hubungkan cabangcabang tingkat kedua dan ketiga pada
tingkat pertama dan kedua, dan seterusnya.
Seperti yang telah kita ketahui, otak bekerja
dengan menggunakan asosiasi. Dengan
menghubungkan cabang-cabang kita akan
jauh lebih mudah dalam memahami dan
mengingat. (5) Buat cabang-cabang mind
mapping dengan berbentuk melengkung
bukannya garis lurus. Karena, jika
semuanya cabang mind mapping dibubat
garis lurus, maka ini akan cepat membuat
otak anda menjadi bosan. Cabang-cabang
yang melengkung dan hidup seperti
cabang-cabang sebuah pohon jauh lebih
menarik dan indah bagi mata. (6) Gunakan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
satu kata kunci per baris. Karena kata kunci
tunggal akan menjadikan mind mapping
lebih kuat dan fleksibel. Setiap kata tunggal
atau gambar tunggal seperti pengganda,
yang melahirkan sendiri rangkaian asosiasi
dan
hubungan
yang
khusus.
Bila
menggunakan kata-kata tunggal, setiap
kata lebih bebas, dan oleh karena itu lebih
mudah tercetus atau terpicu gagasangagasan
dan
pikiran-pikiran
baru.
Ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat
cenderung akan mengurangi efek pemicu
tersebut. Mind mapping yang mempunyai
banyak kata-kata kunci di dalamnya adalah
seperti tangan yang memiliki jemari yang
semuanya bebas bergerak dengan lincah.
Mind mapping yang berisi ungkapanungkapan atau kalimat-kalimat adalah
seperti tangan yang jemarinya yang diikat.
(7) Gunakan gambar di seluruh mind
mapping. Karena setiap gambar, seperti
gambar sentral juga bernilai seribu kata.
Jadi apabila kita hanya memiliki 10 gambar
saja pada mind mapping, ini sudah sama
dengan 10.000 kata yang terdapat dalam
suatu catatan
Berdasarkan uraian di atas, untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran IPS dilaksanakan penelitian
yang berjudul ”Pengaruh Model Mind
Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa
Kelas IV di Desa Sinabun, Kecamatan
Sawan,
Kabupaten
Buleleng
Tahun
Pelajaran 2013/2014”.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
exsperimen semu (quasi eksperiment)
karena tidak semua variabel dan kondisi
variabel dapat diatur dan di kontrol secara
ketat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Sinabun Kecamatan Sawan Kabupaten
Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.
Desain penelitian ini adalah posttest-onl
design. dapat di lihat pada Tabel 01 berikut.
Tabel 01. Desain Penelitian Non-equivalen Post Test Only Control Desain
Kelompok
E
K
Perlakuan
X
-
Post-Test
O1
O2
(Sugiyono, 2010:85)
Keterangan:
E
: Kelompok Eksperimen
K
: Kelompok Kontrol
X
: Perlakuan, yaitu penerapan model Mind Mapping
O1
: post-test kelas eksperimen
O2
: post- test kelas control
Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan H1
Populasi dalam penelitian ini adalah
ditolak, sehingga kelompok setara.
seluruh siswa kelas IV di Desa Sinabun
Hasil uji-t dua pihak menghasilkan
Kecamatan Sawan Kabupaten buleleng
nilai thitung yang bergerak dari 0,02 sampai
ahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari
dengan 0,04, menghasilkan nilai thitung < ttabel
tiga Sekolah Dasar, yaitu SDN 1 Sinabun,
(1,99), sehingga semua pasang kelas
SDN 2 Sinabun, SDN 3 Sinabun. Sebelum
dinyatakan setara
dilakukan pemilihan sampel penelitian,
Dalam penelitian ini menggunakan 2
terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan
sampel 1 sebagai kelompok exsperimen
terhadap populasi dengan menggunakan
dan satu sebagai kelompok kontrol. Jadi
analisis uji-t separated varian. Berdasarkan
untuk mendapatkan sampel penelitian akan
hasil analisis dengan uji-t pada taraf
dilakukan random pada semua sekolah
signifikansi 5% dengan kriteria pengujian
yang dinyatakan setara. Hasil randomisasi
jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1
menunjukkan bahwa kelas IV di SD 1
diterima, sehingga kelompok tidak setara.
Sinabun
dinyatakan
sebagai
kelas
eksperimen yang dibelajarkan dengan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
model mind mapping dan kelas IV di SD 2
Sinabun dinyatakan sebagai kelas kontrol
yang
dibelajarkan
dengan
model
pembelajaran langsung.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode
tes.
Metode
tes
digunakan
untuk
mengumpulkan data hasil belajar dengan
instrument berupa tes pilihan ganda dengan
empat alternatif jawaban (a, b, c, dan d).
setiap aitem akan diberikan skor 1 bila
siswa menjawab dengan benar serta skor 0
untuk siswa yang menjawab salah.
Sebelum digunakan untuk mengambil data,
terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrument
untuk
mengetahui
untuk
menentukan kelayakannya. Instrument
yang baik harus memenuhi dua persyaratan
penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto,
2006).
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis
statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan
menghitung mean, median, modus, standar
deviasi dan varian. Kemudian, data mean,
median, dan modus hasil belajar IPS siswa
disajikan ke dalam kurve polygon. Analisis
statistik inferensial ini digunakan untuk
menguji hipotesis melalui uji-t yang diawali
dengan analisis prasyarat yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas (uji-F).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini adalah
skor hasil belajar IPS siswa sebagai akibat
dari pengaruh model mind mapping pada
kelompok
eksperimen
dan
model
pembelajaran langsung pada kelompok
kontrol. Rekapitulasi data hasil belajar IPS
siswa dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel. 2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hasil Belajar IPS
Skor
Skor
R
Maksimal Minimal
Eksperimen
21,4
21,78
22,75
3,86
14,92
26
12
15
Kontrol
13,44
12,75
10,75
5,09
25,92
25
6
20
Keterangan: M= Mean, Md= Median, Mo= Modus, s= Standar Deviasi, s2= Varians dan R=
Rentangan.
Sampel
M
Md
Mo
Berdasarkan tabel 2, diketahui
bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS
kelompok eksperimen = 21,35 lebih tinggi
dari pada skor rata-rata hasil belajar IPS
kelompok kontrol = 13,52. Setelah skor
rata-rata hasil belajar IPS kelompok
eksperimen dikonversikan ke dalam
penilaian skala 5, maka skor rata-rata hasil
belajar
IPS
kelompok
eksperimen
cenderung berada pada kategori sangat
tinggi. Sedangkan, setelah skor rata-rata
kelompok kontrol dikonversikan ke dalam
penilaian skala 5, maka skor hasil belajar
IPS kelompok kontrol cenderung berada
pada kategori sedang. Berikut data posttest hasil belajar IPS kelompok eksperimen
disajikan ke dalam kurve grafik poligon
seperti pada gambar 1.
s
s2
Gambar 1 Kurve grafik Poligon Data Hasil
Belajar IPS Kelompok Eksperimen
Berdasarkan gambar 1 dapat
diketahui bahwa (Mo>Md>M). Dengan
demikian data hasil belajar IPS siswa
kelompok eksperimen membentuk kurve
polygon juling negatif, artinya sebagian
besar skor hasil belajar IPS siswa
cenderung tinggi.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Data post-test hasil belajar IPS
kelompok kontrol disajikan ke dalam kurve
poligon seperti pada gambar 2.
Gambar 2 Kurve Poligon Data Hasil Belajar
IPS Kelompok Kontrol
Sedangkan pada gambar 2 dapat
diketahui bahwa (Mo<Md<M). Dengan
demikian data hasil belajar IPS siswa
kelompok kontrol membentuk kurve poligon
juling positif, artinya sebagian besar skor
hasil belajar IPS siswa cenderung rendah.
Untuk mengetahui pengaruh model
yang digunakan maka dilakukan uji
hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis
terlebih dahulu akan dilakukan uji prasarat
analisis data yaitu uji normalitas dan
homogenitas. Untuk analisis uji normalitas
pada penelitian ini digunakan Chi-kuadrat
dengan kriteria  2 hitung   2 tabel dengan
tarap signifikasi 5%. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus
2
chi-kuadrat (  ), diperoleh  2 hitung hasil
post-test kelompok eksperimen adalah
3,078 dan  tabel dengan taraf signifikansi
5% dan db = 3 adalah 5,591. Hal ini berarti,
 2 hitung hasil post-test kelompok eksperimen
lebih kecil dari  2 tabel (  2 hitung   2 tabel )
sehingga data hasil post-test kelompok
eksperimen
berdistribusi
normal.
Sedangkan,  2 hitung hasil post-test kelompok
kontrol adalah -1,706 dan  2 tabel dengan
taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah
2
7,815. Hal ini berarti,  2 hitung hasil post-test
kelompok kontrol lebih kecil dari  2 tabel
(  2 hitung   2 tabel ) sehingga data hasil posttest kelompok kontrol berdistribusi normal
Homogenitas varian dari data hasil
belajar IPS kelompok exsperimen dan
kelompok kontrol dianalisis menggunakan
uji-F dengan kriteria Fhitung  Ftabel maka
data
homogen.
Berdasarkan
hasil
perhitungan pengujian homogenitas varian
hasil belajar IPS antara siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model
mind mapping dengan siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model
pebelajaran langsung menunjukkan nilai
sebesar
1,68
sedangkan
F
hitung
sebesar 1,84. Berdasarkan nilai
tersebut terbukti bahwa Fhitung < Ftabel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
varians data hasil post-test kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan model mind
mapping dengan siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pebelajaran
langsung adalah homogen.
Berdasarkan uji prasyarat analisis
data, diperoleh bahwa data hasil post-test
kelompok eksperimen dan kontrol adalah
normal dan homogen, sehingga pengujian
hipotesis penelitian dengan uji-t dapat
dilakukan. .
Pengujian
hipotesis
dilakukan
dengan
menggunakan
uji-t
sampel
independent (tidak berkorelasi) dengan
rumus polled varians dengan kriteria H0
ditolak jika thitung > ttabel dan H0 diterima jika
thitung < ttabel. Karena jumlah anggota sampel
tidak sama ( n1  n2 ) dan varians homogen
( S1 2  S 2 2 ). Perhitungan menggunakan
bantuan program komputer yakni Microsoft
Office Exel 2007 for Windows. Rekapitulasi
hasil
perhitungan
t-test
kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dapat
dilihat pada tabel 3.
Ftabel
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan T-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Sampel
Eksperimen
Kontrol
N
20
25
X
21,35
11,31
S2
13,08
28,51
thitung
ttabel
5,55
2,021
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t,
diperoleh thitung sebesar 5,55. Sedangkan,
ttabel dengan db = 43 dan taraf signifikansi
5% adalah 2,021. Hal ini berarti, thit lebih
besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian,
dapat
dinyatakan
bahwa
terdapat
perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan
antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model Mind Mapping dan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran Langsung pada siswa
kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 di Desa
Sinabun Kecamatan Sawan, Kabupaten
Buleleng.
Berdasarkan analisis data secara
deskriptif hasil belajar IPS kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan model mind
mapping lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran langsung. Hal ini dapat
dilihat dari skor hasil belajar IPS siswa.
Rerata skor hasil belajar IPS kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model
mind mapping dan model pembelajaran
langsung adalah 21,4 (katagori sangat
tinggi) dan 13,44 (katagori sedang).
Pada penyajian skor hasil belajar
IPS siswa ke dalam kurve poligon tampak
bahwa, skor hasil belajar IPS siswa yang
dibelajarkan dengan model mind mapping
membentuk kurve poligon juling negatif.
Artinya, sebagian besar skor hasil belajar
IPS siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran mind mapping cenderung
tinggi. Kecenderungan skor ini dapat
dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif
pada tabel distribusi data. Sedangkan, skor
hasil belajar IPS yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran langsung membentuk
kurve polygon juling positif. Artinya,
sebagian skor hasil belajar IPS cenderung
rendah. Kecenderungan skor ini dapat
dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif
pada tabel distribusi data.
Berdasarkan analisis inferensial
dengan
menggunakan
uji-t
yang
ditunjukkan pada tabel 3 diketahui thitung =
5,553 dan ttabel (db = n1 + n2 – 2 = 43) dan
taraf signifikansi 5%) 2,021. Dari hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) . Ini
berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPS siswa antara
siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan menggunakan model mind mapping
dengan Hasil
belajar IPS siswa yang
memperoleh
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
langsung pada siswa kelas IV sekolah
dasar di Desa Sinabun Kecamatan Sawan,
Kabupaten Buleleng.
Dari hasil analisis tersebut, tentu
saja
terdapat
berbagai
hal
yang
menyebabkan terjadinya perbedaan hasil
belajar IPS secara signifikan antara siswa
yang belajar dengan menggunakan model
mind mapping dan siswa yang belajar
dengan menggunakan model pembelajaran
langsung. Hal ini disebabkan adanya
perlakuan pada proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran model langsung
ditandai dengan ceramah, tanyajawab serta
mengerjakan tugas dan latihan. Siswa lebih
pasif dalam mengikuti pembelajaran. Dalam
penelitian
ini,
guru
lebih
banyak
mendominasi
kegiatan
pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pendengar yang
baik dan mengerjakan apa yang disuruh
guru. Selain itu, dalam pembelajaran
dengan pembelajaran langsung, siswa
jarang
diberikan
kesempatan
untuk
mengembangkan pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh siswa itu sendiri dan
menghubungkannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Berbeda dengan model mind
mapping siswa berkesempatan untuk
belajar
sesuai
dengan
apa
yang
dikehendaki melalui pengalian pengalaman
yang dimiliki siswa dan memanfaatkan
pengalaman tersebut sebagai informasi
awal untuk pembelajaran lebih lanjut. Model
mind mapping merupakan salah satu cara
mengorganisasi informasi yang baik dalam
belajar, membantu siswa menangkap
pikiran dan gagasan pada selembar kertas
yang kosong.
Pembelajaran dengan model Mind
Mapping dimulai dari apersepsi dengan
contoh-contoh pembelajaran dilingkungan
mereka sendiri. Siswa dengan guru dan
teman sebangku melakukan tanya jawab
berkaitan dengan materi yang sedang
dipelajari. Melalui tahap ini siswa akan
memiliki kesempatan yang besar untuk
dapat mengeksplorasi pengetahuannya
serta bertukar informasi, baik dengan guru
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
atau siswa lainnya. Setelah melakukan
tanya jawab mengenai materi yang akan
dipelajari, dilanjutkan dengan membuat
mind mapping. Saat membuat mind
mapping, siswa dilatih untuk berimajinasi,
berkreasi
dalam
mengungkapkan
gagasannya sendiri didasarkan atas
konsep, prinsip, teori, serta kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Semakin
sering siswa membuat mind mapping maka
akan membuat kemampuan berimajinasi
siswa lebih baik dan tidak akan pernah
merasa puas dengan mind mapping yang
mereka buat. Mereka ingin selalu membuat
mind mapping mereka menjadi lebih baik,
mudah diingat, dan terintegrasi antara satu
materi, dengan materi lainnya. Dengan
seperti ini maka hasil belajar siswapun akan
meningkat dan bisa mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Hal ini berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS
antara kelompok siswa yang belajar
menggunakan model mind mapping dengan
kelompok siswa yang belajar menggunakan
model pembelajaran langsung pada kelas
IV semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014 di Desa Sinabun Kecamatan
Sawan Kabupaten Buleleng.
Hasil penelitian yang diperoleh pada
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ida Bagus Putu
Arnyana (2007) yang menyatakan peta
pikiran adalah ekspresi dari radiant thinking
yang merupakan fungsi alami dari pikiran
manusia. Ini merupakan ekspresi potensi
keluasan yang tak terbatas dari otak
manusia, yang dapat diterapkan dalam
berbagai aspek kehidupan dan melatih
siswa dalam berpikir. Selain itu peta pikiran
dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif,
yang meliputi: 1) menghasilkan sesuatu
yang berbeda dari yang lain atau orisinil, 2)
menghasilkan gagasan yang tidak terbatas
atau menghasilkan banyak ide, 3) mampu
berpikir dari yang umum ke hal-hal yang
lebih detail, 4) mampu menilai karya sendiri
sehingga selalu ingin memperbaikinya, dan
5) melihat permasalahan dari berbagai
aspek.
Hasil yang sama juga dikemukakan
oleh
Sugiarto,
Iwan
(2004)
yang
menyatakan Peta pikiran (mind mapping)
adalah suatu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Peta
pikiran memadukan dan mengembangkan
potensi kerja otak yang terdapat di dalam
diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan
kedua
belahan
otak
maka
akan
memudahkan seseorang untuk mengatur
dan mengingat segala bentuk informasi,
baik secara tertulis maupun verbal.
Dari pemaparan di atas, secara
umum penelitian ini telah mampu menjawab
permasalahan penelitian sebagaimana
yang telah dirumuskan pada rumusan
masalah. Pengaruh model mind mapping
sudah mampu meningkatkan hasil belajar
IPS siswa kelas IV SD No. 1 Sinabun.
Selain itu, setelah diterapkan model mind
mapping apresiasi siswa tergolong tinggi
dan penerapan model pembelajaran mind
mapping ini berpengaruh positif terhadap
hasil belajar IPS siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Deskripsi hasil belajar IPS siswa
kelompok kontrol yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran
langsung tergolong sedang dengan
rata-rata (M) 13,44.
2. Deskripsi hasil belajar IPS siswa
kelompok
eksperimen
yang
dibelajarkan menggunakan model
mind mapping tergolong tinggi
dengan rata-rata (M) 21,4
3. Dari hasil uji hipotesis yang telah
dilakukan dengan menggunakan ujit
ditemukan
bahwa
terdapat
pengaruh yang signifikan model
pembelajaran
mind
mapping
terhadap hasil belajar IPS siswa
diketahui bahwa t hitung > t tabel (5,55>
2,021). Dari rata-rata hasil bealajar
IPS siswa diketahui siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan
model mind mapping lebih baik dari
pada model pembelajaran langsung
( X 2 =28,51 > X 2 =13,08). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
model mind mapping berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Kelas IV semester ganjil tahun
pelajaran 2013/2014 di Desa
Sinabun,
Kecamatan
Sawan,
Kabupaten Buleleng.
DAFTAR RUJUKAN
A. A. I. N. Marhaeni., 2013 Landasan dan
Inovasi
Pembelajaran.
Universitas
pendidikan Ganesha.
Arnyana,
Ida
Bagus
Putu
2007
Pengembangan peta pikiran untuk
peningkatan kecakapan berpikir
kreatif
siswa.
Jurnal
Ilmu
Pendidikan. 03 .64
Buzan, Tony. 2004. Mind Map untuk
Meningkatkan Kreativitas. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Daldjoeni. 1997. Dasar-Dasar Ilmu
Pengetahuan
Sosial
Untuk
Mahasiswa IKIP (FKIP) dan Guru
Sekolah Lanjutan. Badung: P.T.
Alumni
Nasution,Noechi.1994.
Belajar
dan
Pembelajaran.Jakarta : Depdikbud.
Nurkencana, Wayan dan P.P.N. Sunartana.
1986.
Evaluasi
Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sugiyono.2010. Statistik untuk Penelitian.
Badung: Alfabeta
Sudjana.1987. Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar . Bandung: Balai Pustaka.
Download