Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENGARUH MODEL MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV DI DESA SINABUN KECAMATAN SAWAN, KABUPATEN BULELENG Ni Pt Sumaraning1, Nym. Kusmariyatni2, I Gst Ngurahjapa3 12 Jurusan PGSD, 3Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia Email: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Deskripsi hasil belajar IPS pada siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan model Mind Mapping. (2) Deskripsi hasil belajar IPS pada siswa kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung (3) Perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan Model Mind Mapping dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Langsung. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan rancangan post-test only control group design. Sampel penelitian ini berjumlah 45 orang yang diambil dengan cara random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS yang dikumpulkan dengan tes. Bentuk tes pilihan ganda yang telah divalidasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Deskripsi hasil belajar IPS pada siswa kelompok eksperimen dengan menggunakan model Mind Mapping menunjukkan skor rata-rata 21,4 berada pada kata gori sangat tinggi (2) Deskripsi hasil belajar IPS pada siswa kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung menunjukkan skor rata-rata 13,44 (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model Mind Mapping dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan Model pembelajaran Langsung siswa kelas IV sekolah dasar di Desa Sinabun. Perbedaan tersebut dilihat dari thit > ttab (thit = 5,55. > ttab = 2,021). Berdasarkan temuan di atas, disimpulkan bahwa model Mind Mapping berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS dibandingkan dengan model pembelajaran Langsung. Kata-kata kunci: Mind Mapping, hasil belajar Abstract This study aims to find out:. (1) Description of IPS on Student learning outcomes with the experimental group using mind mapping model. (2) Description of IPS on student learning outcomes with a control group using a direct instruct instructional model. (3) Differences IPS significant learning outcomes between groups of students who learned with using Mind Mapping Model with a group of students who learned with using direct learning model. The study was quasi-experimental with a draft post-test only control group design. Sample size was 45 people who were taken by random sampling. The data collected in this study is the result of social studies collected by the test. Form of test used is multiple choice that has been validated. Data were analyzed using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics (t-test). Results of this study showed that: (1) Description of IPS on student learning outcomes with the experimental group using Mind Mapping Model showed an average score of 21.4 is at the very high gori. (2) Description of IPS on student learning outcomes with a control group using a direct instructional model showed an average score of 13,44. (3) There are differences in the results of significant social studies between groups of students who learned with using Mind Mapping model with a group of students that learned to use the Direct Model Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) fourth grade students teaching elementary school in the village of Sinabun. The difference in views of thit> ttab (thit = 5.55.> Ttab = 2.021). Based on the above findings, it was concluded that of Mind Mapping model effect on learning outcomes than learning model IPS Direct Keywords: Mind Mapping, learning outcomes PENDAHULUAN Dewasa ini permasalahan pendidikan semakin kompleks, namun pemerintah selalu berusaha mengatasi permasalahan tersebut. Yang menjadi permasalahan pokok atau sering disebut dengan “issue central” dalam bidang pendidikan adalah masalah pemerataan dan kesempatan memperoleh pendidikan, masalah efisiensi, masalah efektifitas dan relevansi serta masalah management dan yang paling pokok adalah masalah-masalah mutu pendidikan. Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh optimalnya suatu proses pembelajaran. Menurut Noechi Nasution (1994:5) bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: (1) Faktor eksternal (luar). Faktor luar terdiri dari faktor lingkungan (enviromental), dan faktor instrumental, sedangkan faktor instrumental meliputi kurikulum, program, sarana dan prasarana, biaya, faktor, administrasi serta guru. (2) Faktor internal (dalam). Faktor dalam meliputi kedaan psikologi umum dan kondisi panca indra, sedangkan keadaan psikologis meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi kreativitas siswa dalam pembelajaran dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setelah selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Hasil belajar dapat dilihat dari kemampuannya melakukan suatu kegiatan yang baru yang bersifat menetap. Hasil belajar dapat diukur dengan cara proses kerja, hasil karya, penampilan, rekaman dan tes. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Sudjana, (1987) Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lainlain aspek yang ada pada individu. Belajar merupakan segala proses atau usaha yang dilakukan secara sadar, sengaja, aktif. Sistematis dan integrative untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah sempurna yang bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta perubahan yang terjadi bersifat kontinyu dan terarah. Marhaeni, (2013) Nurkencana dan Sunartana (1992 : 12) menyatakan “bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh pebelajar setelah mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu”. Pendapat ini menyatakan bahwa hasil siswa juga hasil guru. Dengan dihasilkannya hasil belajar siswa yang baik maka hal itu menunjukkan keberhasilan seorang guru dalam mengajar dan begitu pula sebaliknya, jika hasil belajar kurang baik maka guru tersebut kurang berhasil dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, perlu menggunakan model pembelajaran yang relevan, dengan berpaduan budaya mereka sendiri, agar tercipta pembelajaran yang lebih bermakna dan kondisi belajar yang oktimal bagi siswa. Namun belum semua sekolah memperhatikan hal tersebut sehingga siswa menjadi cepat bosan dan mengantuk dalam belajar di kelas, salah satunya SD di Desa Sinabun SD di Desa Sinabun merupakan salah satu sekolah yang masih mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar siswa dalam proses belajar Ilmu Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pelajaran yang diajarkan di sekolah khususnya di SD berdasarkan kurikulum tahun 2004. Salah satu aspek pelajaran IPS adalah kecenderungan untuk berpikir secara persuasive. Dalam pelajaran IPS di tingkat SD pokok pikiran manusia, lingkungan adalah merupakan pusatnya. Menurut S. Nasution (dalam Daljoeni, 1997:9) “IPS adalah pelajaran yang merupakan suatu fungsi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial dan merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peranan manusia didalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek: Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Antropologi, Pemerintahan dan Psikologi Sosial.” Berdasarkan hasil observasi dan wawan cara yang dilakukan dengan kepala sekolah dan Guru kelas SD 1 sinabun mengenai bagaimana proses pembelajaran di kelas disampaikan bahwa: Tiap-tiap sekolah, tidak semua bisa mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk setiap mata pelajaran. Selain karena kemampuan yang dimiliki oleh masingmasing siswa berbeda, juga bisa disebabkan oleh strategi dalam menyampaikan materi pelajaran. Siswa dalam memahami materi biasanya diberikan penjelasan (ceramah) di awal pembelajaran dan dilanjutkan dengan menyelesaikan soal-soal yang ada di LKS. Hal ini terus berlangsung kemungkinan disebabkan oleh faktor guru yang terbilang sudah memasuki usia yang tidak produktif lagi dan strategi pengajarannya yang kurang bervariasi Selain itu, ada beberapa hal yang harus dicermati dalam pembelajaran di kelas seperti mengingat pembelajaran baik dalam ulangan harian, Ujian tengah semester ataupun ulangan umum, siswa biasanya menghapal materi Pembelajaran yang akan diujikan. Penyampaian materi pelajaran di kelas biasanya lebih banyak terpaku pada buku dan kurang mengaitkan dengan situasi dunia nyata dalam kehidupan keseharian siswa. Metode ceramah masih mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga banyak siswa yang mengantuk bahkan kadang-kadang untuk menghilangkan kantuk siswa banyak yang ijin ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Fenomena-fenomena tersebut membuat guru dituntut untuk menyiasati dan mencermati keadaan tersebut agar pembelajaran di kelas lebih efektif dan optimal. Langkah awal yang harus dilakukan guru yaitu dengan memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan menyesuaikan dengan keadaan siswa yang heterogen baik dari segi potensi dan kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa beragam. Pada penelitian ini digunakan model mind mapping yang berlandakan pada pandangan konstruktivisme, dimana lebih menekankan pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Mind mapping merupakan satu teknik mencatat atau mengorganisasikan dan menyajikan konsep, ide, tugas atau informasi lainnya dalam bentuk diagram radial-hierarkis non-linier yang mengembangkan gaya belajar visual. Selain itu mind mapping pada umumnya menyajikan informasi yang terhubung dengan topik sentral, dalam bentuk kata kunci, gambar (simbol), dan warna sehingga suatu informasi dapat dipelajari dan diingat secara cepat dan efisien. Mind mapping juga mampu untuk meningkatkan potensi, kapasitas, dan kemampuan otak seseorang. Sehingga dapat meningkatkan kreativitas anak. Dengan menggunakan model Mind mapping maka kita akan dipermudah dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran. Hal ini sejalan dengan pendapat Tony Buzan (2008:4) dalam buku pintar mind mappingnya menyatakan, “mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan”. Cara ini adalah cara yang kreatif dan efektif dalam membuat catatan sehingga boleh dikatakan mind mapping benar-benar memetakan pikiran anda. Mind mapping juga merupakan peta perjalanan yang hebat bagi ingatan, dengan memberikan kemudahan kepada kita dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa, sehingga cara kerja alami otak kita dilibatkan dari awal. Ini Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) berarti bahwa upaya untuk mengingat (remembering) dan menarik kembali (recalling) informasi dikemudian hari akan lebih mudah, serta lebih dapat diandalkan daripada menggunakan pencatatan tradisional. Hal itu juga dibenarkan oleh Eric Jensen yang menyatakan, mind mapping merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Mind mapping sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Dengan adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap harinya. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping. Mind Mapping merupakan sebuah media bagi pembelajaran untuk mentransformasikan hasil observasi siswa kedalam bentuk dan prinsip yang kreatif tentang alam dan lingkungan mereka. Model Mind Mapping merupakan model pembelajaran yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Model pembelajaran ini menekankan pada penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan kreativitas anak sebagai bagian dari proses pembelajaran. Model Mind Mapping memberikan kesempatan kepada siswa belajar sesuai dengan kemampuannya, bagaimana mengunakan sebuah proses interaktif untuk menulis apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengevaluasi apa yang bisa dilakukan oleh siswa. Hal ini dilakukan dengan cara menggali pengetahuan awal siswa terlebih dahulu, dan memanfaatkan pengetahuan tersebut sebagai pijakan dalam pembelajaran selanjutnya sehinga peran guru hanya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran yang memudahkan siswa dalam menangkap makna dari materi yang dibelajarkan. Ada tujuh langkah dalam membuat mind mapping, diantaranya: Tony Buzan (2004 : 21-23) (1) Mulai dari bagian tengah permukaan secarik kertas kosong yang diletakkan dalam posisi memanjang. Karena memulai dari tengah-tengah permukaan kertas akan memberikan keleluasaan bagi cara kerja otak untuk memancar keluar kesegala arah, dan mengekspresikan diri lebih bebas dan alami. (2) Gunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral. Gambar yang letaknya di tengah-tengah akan tampak lebih menarik, membuat anda lebih terfokus, dapat membantu anda memusatkan pikiran dan membuat otak semakin aktif dan sibuk. (3) Menggunakan banyak warna pada seluruh mind mapping. Bagi otak, warna-warni tidak kalah menariknya dari gambar. Warna membuat mind mapping tampak lebih cerah dan hidup, meningkatkan kekuatan dahsyat bagi cara berpikir kreatif, dan ini juga adalah hal yang menyenangkan. (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar sentral, dan hubungkan cabangcabang tingkat kedua dan ketiga pada tingkat pertama dan kedua, dan seterusnya. Seperti yang telah kita ketahui, otak bekerja dengan menggunakan asosiasi. Dengan menghubungkan cabang-cabang kita akan jauh lebih mudah dalam memahami dan mengingat. (5) Buat cabang-cabang mind mapping dengan berbentuk melengkung bukannya garis lurus. Karena, jika semuanya cabang mind mapping dibubat garis lurus, maka ini akan cepat membuat otak anda menjadi bosan. Cabang-cabang yang melengkung dan hidup seperti cabang-cabang sebuah pohon jauh lebih menarik dan indah bagi mata. (6) Gunakan Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) satu kata kunci per baris. Karena kata kunci tunggal akan menjadikan mind mapping lebih kuat dan fleksibel. Setiap kata tunggal atau gambar tunggal seperti pengganda, yang melahirkan sendiri rangkaian asosiasi dan hubungan yang khusus. Bila menggunakan kata-kata tunggal, setiap kata lebih bebas, dan oleh karena itu lebih mudah tercetus atau terpicu gagasangagasan dan pikiran-pikiran baru. Ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat cenderung akan mengurangi efek pemicu tersebut. Mind mapping yang mempunyai banyak kata-kata kunci di dalamnya adalah seperti tangan yang memiliki jemari yang semuanya bebas bergerak dengan lincah. Mind mapping yang berisi ungkapanungkapan atau kalimat-kalimat adalah seperti tangan yang jemarinya yang diikat. (7) Gunakan gambar di seluruh mind mapping. Karena setiap gambar, seperti gambar sentral juga bernilai seribu kata. Jadi apabila kita hanya memiliki 10 gambar saja pada mind mapping, ini sudah sama dengan 10.000 kata yang terdapat dalam suatu catatan Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dilaksanakan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Model Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014”. METODE Penelitian ini merupakan penelitian exsperimen semu (quasi eksperiment) karena tidak semua variabel dan kondisi variabel dapat diatur dan di kontrol secara ketat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sinabun Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Desain penelitian ini adalah posttest-onl design. dapat di lihat pada Tabel 01 berikut. Tabel 01. Desain Penelitian Non-equivalen Post Test Only Control Desain Kelompok E K Perlakuan X - Post-Test O1 O2 (Sugiyono, 2010:85) Keterangan: E : Kelompok Eksperimen K : Kelompok Kontrol X : Perlakuan, yaitu penerapan model Mind Mapping O1 : post-test kelas eksperimen O2 : post- test kelas control Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima dan H1 Populasi dalam penelitian ini adalah ditolak, sehingga kelompok setara. seluruh siswa kelas IV di Desa Sinabun Hasil uji-t dua pihak menghasilkan Kecamatan Sawan Kabupaten buleleng nilai thitung yang bergerak dari 0,02 sampai ahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari dengan 0,04, menghasilkan nilai thitung < ttabel tiga Sekolah Dasar, yaitu SDN 1 Sinabun, (1,99), sehingga semua pasang kelas SDN 2 Sinabun, SDN 3 Sinabun. Sebelum dinyatakan setara dilakukan pemilihan sampel penelitian, Dalam penelitian ini menggunakan 2 terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan sampel 1 sebagai kelompok exsperimen terhadap populasi dengan menggunakan dan satu sebagai kelompok kontrol. Jadi analisis uji-t separated varian. Berdasarkan untuk mendapatkan sampel penelitian akan hasil analisis dengan uji-t pada taraf dilakukan random pada semua sekolah signifikansi 5% dengan kriteria pengujian yang dinyatakan setara. Hasil randomisasi jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 menunjukkan bahwa kelas IV di SD 1 diterima, sehingga kelompok tidak setara. Sinabun dinyatakan sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) model mind mapping dan kelas IV di SD 2 Sinabun dinyatakan sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar dengan instrument berupa tes pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban (a, b, c, dan d). setiap aitem akan diberikan skor 1 bila siswa menjawab dengan benar serta skor 0 untuk siswa yang menjawab salah. Sebelum digunakan untuk mengambil data, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument untuk mengetahui untuk menentukan kelayakannya. Instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2006). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menghitung mean, median, modus, standar deviasi dan varian. Kemudian, data mean, median, dan modus hasil belajar IPS siswa disajikan ke dalam kurve polygon. Analisis statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis melalui uji-t yang diawali dengan analisis prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas (uji-F). HASIL DAN PEMBAHASAN Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPS siswa sebagai akibat dari pengaruh model mind mapping pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelompok kontrol. Rekapitulasi data hasil belajar IPS siswa dapat dilihat pada tabel 2. Tabel. 2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hasil Belajar IPS Skor Skor R Maksimal Minimal Eksperimen 21,4 21,78 22,75 3,86 14,92 26 12 15 Kontrol 13,44 12,75 10,75 5,09 25,92 25 6 20 Keterangan: M= Mean, Md= Median, Mo= Modus, s= Standar Deviasi, s2= Varians dan R= Rentangan. Sampel M Md Mo Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa skor rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen = 21,35 lebih tinggi dari pada skor rata-rata hasil belajar IPS kelompok kontrol = 13,52. Setelah skor rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen dikonversikan ke dalam penilaian skala 5, maka skor rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen cenderung berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan, setelah skor rata-rata kelompok kontrol dikonversikan ke dalam penilaian skala 5, maka skor hasil belajar IPS kelompok kontrol cenderung berada pada kategori sedang. Berikut data posttest hasil belajar IPS kelompok eksperimen disajikan ke dalam kurve grafik poligon seperti pada gambar 1. s s2 Gambar 1 Kurve grafik Poligon Data Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa (Mo>Md>M). Dengan demikian data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen membentuk kurve polygon juling negatif, artinya sebagian besar skor hasil belajar IPS siswa cenderung tinggi. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Data post-test hasil belajar IPS kelompok kontrol disajikan ke dalam kurve poligon seperti pada gambar 2. Gambar 2 Kurve Poligon Data Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol Sedangkan pada gambar 2 dapat diketahui bahwa (Mo<Md<M). Dengan demikian data hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol membentuk kurve poligon juling positif, artinya sebagian besar skor hasil belajar IPS siswa cenderung rendah. Untuk mengetahui pengaruh model yang digunakan maka dilakukan uji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu akan dilakukan uji prasarat analisis data yaitu uji normalitas dan homogenitas. Untuk analisis uji normalitas pada penelitian ini digunakan Chi-kuadrat dengan kriteria 2 hitung 2 tabel dengan tarap signifikasi 5%. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus 2 chi-kuadrat ( ), diperoleh 2 hitung hasil post-test kelompok eksperimen adalah 3,078 dan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 5,591. Hal ini berarti, 2 hitung hasil post-test kelompok eksperimen lebih kecil dari 2 tabel ( 2 hitung 2 tabel ) sehingga data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, 2 hitung hasil post-test kelompok kontrol adalah -1,706 dan 2 tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 2 7,815. Hal ini berarti, 2 hitung hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari 2 tabel ( 2 hitung 2 tabel ) sehingga data hasil posttest kelompok kontrol berdistribusi normal Homogenitas varian dari data hasil belajar IPS kelompok exsperimen dan kelompok kontrol dianalisis menggunakan uji-F dengan kriteria Fhitung Ftabel maka data homogen. Berdasarkan hasil perhitungan pengujian homogenitas varian hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model mind mapping dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pebelajaran langsung menunjukkan nilai sebesar 1,68 sedangkan F hitung sebesar 1,84. Berdasarkan nilai tersebut terbukti bahwa Fhitung < Ftabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians data hasil post-test kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model mind mapping dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pebelajaran langsung adalah homogen. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. . Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria H0 ditolak jika thitung > ttabel dan H0 diterima jika thitung < ttabel. Karena jumlah anggota sampel tidak sama ( n1 n2 ) dan varians homogen ( S1 2 S 2 2 ). Perhitungan menggunakan bantuan program komputer yakni Microsoft Office Exel 2007 for Windows. Rekapitulasi hasil perhitungan t-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 3. Ftabel Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan T-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sampel Eksperimen Kontrol N 20 25 X 21,35 11,31 S2 13,08 28,51 thitung ttabel 5,55 2,021 Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 5,55. Sedangkan, ttabel dengan db = 43 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Mind Mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Langsung pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 di Desa Sinabun Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan analisis data secara deskriptif hasil belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model mind mapping lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. Hal ini dapat dilihat dari skor hasil belajar IPS siswa. Rerata skor hasil belajar IPS kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model mind mapping dan model pembelajaran langsung adalah 21,4 (katagori sangat tinggi) dan 13,44 (katagori sedang). Pada penyajian skor hasil belajar IPS siswa ke dalam kurve poligon tampak bahwa, skor hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model mind mapping membentuk kurve poligon juling negatif. Artinya, sebagian besar skor hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran mind mapping cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi data. Sedangkan, skor hasil belajar IPS yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung membentuk kurve polygon juling positif. Artinya, sebagian skor hasil belajar IPS cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi data. Berdasarkan analisis inferensial dengan menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada tabel 3 diketahui thitung = 5,553 dan ttabel (db = n1 + n2 – 2 = 43) dan taraf signifikansi 5%) 2,021. Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) . Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model mind mapping dengan Hasil belajar IPS siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada siswa kelas IV sekolah dasar di Desa Sinabun Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Dari hasil analisis tersebut, tentu saja terdapat berbagai hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil belajar IPS secara signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model mind mapping dan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini disebabkan adanya perlakuan pada proses pembelajaran. Dalam pembelajaran model langsung ditandai dengan ceramah, tanyajawab serta mengerjakan tugas dan latihan. Siswa lebih pasif dalam mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini, guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pendengar yang baik dan mengerjakan apa yang disuruh guru. Selain itu, dalam pembelajaran dengan pembelajaran langsung, siswa jarang diberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa itu sendiri dan menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan model mind mapping siswa berkesempatan untuk belajar sesuai dengan apa yang dikehendaki melalui pengalian pengalaman yang dimiliki siswa dan memanfaatkan pengalaman tersebut sebagai informasi awal untuk pembelajaran lebih lanjut. Model mind mapping merupakan salah satu cara mengorganisasi informasi yang baik dalam belajar, membantu siswa menangkap pikiran dan gagasan pada selembar kertas yang kosong. Pembelajaran dengan model Mind Mapping dimulai dari apersepsi dengan contoh-contoh pembelajaran dilingkungan mereka sendiri. Siswa dengan guru dan teman sebangku melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Melalui tahap ini siswa akan memiliki kesempatan yang besar untuk dapat mengeksplorasi pengetahuannya serta bertukar informasi, baik dengan guru Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) atau siswa lainnya. Setelah melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan membuat mind mapping. Saat membuat mind mapping, siswa dilatih untuk berimajinasi, berkreasi dalam mengungkapkan gagasannya sendiri didasarkan atas konsep, prinsip, teori, serta kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Semakin sering siswa membuat mind mapping maka akan membuat kemampuan berimajinasi siswa lebih baik dan tidak akan pernah merasa puas dengan mind mapping yang mereka buat. Mereka ingin selalu membuat mind mapping mereka menjadi lebih baik, mudah diingat, dan terintegrasi antara satu materi, dengan materi lainnya. Dengan seperti ini maka hasil belajar siswapun akan meningkat dan bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model mind mapping dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran langsung pada kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di Desa Sinabun Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Putu Arnyana (2007) yang menyatakan peta pikiran adalah ekspresi dari radiant thinking yang merupakan fungsi alami dari pikiran manusia. Ini merupakan ekspresi potensi keluasan yang tak terbatas dari otak manusia, yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan dan melatih siswa dalam berpikir. Selain itu peta pikiran dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif, yang meliputi: 1) menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang lain atau orisinil, 2) menghasilkan gagasan yang tidak terbatas atau menghasilkan banyak ide, 3) mampu berpikir dari yang umum ke hal-hal yang lebih detail, 4) mampu menilai karya sendiri sehingga selalu ingin memperbaikinya, dan 5) melihat permasalahan dari berbagai aspek. Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Sugiarto, Iwan (2004) yang menyatakan Peta pikiran (mind mapping) adalah suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun verbal. Dari pemaparan di atas, secara umum penelitian ini telah mampu menjawab permasalahan penelitian sebagaimana yang telah dirumuskan pada rumusan masalah. Pengaruh model mind mapping sudah mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD No. 1 Sinabun. Selain itu, setelah diterapkan model mind mapping apresiasi siswa tergolong tinggi dan penerapan model pembelajaran mind mapping ini berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Deskripsi hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung tergolong sedang dengan rata-rata (M) 13,44. 2. Deskripsi hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model mind mapping tergolong tinggi dengan rata-rata (M) 21,4 3. Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan ujit ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran mind mapping terhadap hasil belajar IPS siswa diketahui bahwa t hitung > t tabel (5,55> 2,021). Dari rata-rata hasil bealajar IPS siswa diketahui siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model mind mapping lebih baik dari pada model pembelajaran langsung ( X 2 =28,51 > X 2 =13,08). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. DAFTAR RUJUKAN A. A. I. N. Marhaeni., 2013 Landasan dan Inovasi Pembelajaran. Universitas pendidikan Ganesha. Arnyana, Ida Bagus Putu 2007 Pengembangan peta pikiran untuk peningkatan kecakapan berpikir kreatif siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. 03 .64 Buzan, Tony. 2004. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Daldjoeni. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Mahasiswa IKIP (FKIP) dan Guru Sekolah Lanjutan. Badung: P.T. Alumni Nasution,Noechi.1994. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Depdikbud. Nurkencana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Sugiyono.2010. Statistik untuk Penelitian. Badung: Alfabeta Sudjana.1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Balai Pustaka.