95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Esia BisPak memang sebuah program yang memang direncanakan untuk menjadi program yang kontroversial, maka bentuk iklannya pun dibuat out of the box. Hanya saja iklan Esia BisPak tampak seperti iklan yang melupakan etikaetika yang sudah ada, sehingga program Esia BisPak menjadi iklan yang kontroversial dari sebagian pihak dan mengurangi nilai positif dari brand awareness yang telah dimiliki oleh Esia sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Etika Periklanan Indonesia (EPI) dan Badan Pengawas Periklanan Indonesia tidak bisa memberikan sanksi hukum karena sifatnya yang selfregulation, hukuman yang didapat pihak Esia dan Agency hanya berupa social punishment yang berasal dari penilaian masyarakat. 2. Iklan Esia BisPak melakukan menyinggung aspek di berbagai kajian norma dan etika, namun secara professional, kasus tersebut masih dalam batas grey area sehingga sulit untuk dipermasalahkan. 3. Iklan Esia BisPak mendapat teguran dari sebagian masyarakat dan pemerhati iklan, namun di dunia periklanan itu sendiri, iklan Esia BisPak mendapat kategori aman. Karena sejauh ini, belum ada pengaduan 95 96 mengenai Iklan Esia Bispak kepada Badan Pengawas Periklanan Indonesia . 4. Iklan Esia BisPak tidak melakukan perbandingan yang benar, dan penggunaan kata “termurah” merupakan pelanggaran etika bagi Esia, karena berdasarkan penelitian ini, Esia tidak memiliki keunggulan tariff yang lebih murah dibandingkan produk GSM yang dianggap sebagai kompetitornya. 5.2 Saran Berdasarkan pembahasan – pembahasan sebelumnya, akan dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Pihak Esia, Sebaiknya pihak Esia lebih memperhatikan keadaan masyarakat dan konsumen di Indonesia yang sensitif terhadap hal-hal yang tabu dan kontroversi. Memilih untuk membuat iklan kontroversial dengan tema yang mengarah kearah seksual dianggap tidak cocok dengan adat istiadat dan peraturan yang berlaku di Indonesia dan sebaiknya Esia tidak mengulangi iklan seperti ini. Esia juga diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas dan terperinci bila melakukan sebuah pembandingan produk sehingga tidak ada konsumen yang merasa dibingungkan atau dirugikan. 2. Pihak Badan Pengawas Periklanan, sebaiknya lebih sering melakukan push monitoring terhadap iklan-iklan yang beredar di Indonesia sebelum iklan tersebut terlalu lama tayang. Dan juga lebih mengecilkan lingkup 97 grey area dan memberikan batas pasti antara White & Black area sehingga tidak perlu muncul istilah grey area sehingga penggunaan bahasa-bahasa seksual dapat dikurangi. Karena walau BisPak hanya populer di area tertentu, penggunaan kata BisPak masih dikonotasikan negative oleh sebagian masyarakat Indonesia berdasarkan budaya yang berlaku di wilayahnya. 3. Bagi Agency Periklanan, diharapkan mampu berkreatifitas lebih baik tanpa merasa bahwa Etika Periklanan merupakan sebuah hambatan dalam berkarya. Dan juga sosialisasi intern dalam agency mengenai Etika Periklanan agar memberikan Informasi periklanan yang lebih baik untuk masyarakat Indonesia, bukan sekedar mengalahkan iklan kompetitor.