isolasi dan identifikasi bakteri manolitik laut dari pulau pari

advertisement
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI MANOLITIK LAUT
DARI PULAU PARI
APRIDAH CAMELIAWATI DJOHAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Manolitik Laut dari Pulau Pari adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Bogor, September 2012
Apridah Cameliawati Djohan
NRP G851100061
ABSTRACT
APRIDAH CAMELIAWATI DJOHAN. Isolation and Identification of
Manolytic Bacteria from Pari Island. Under direction of LAKSMI AMBARSARI
and YOPI
Indonesia's tropical marine biodiversity of microorganisms have high
potential and commercial value. This study focused on the isolation and
identification of potential microbes which produce mannanase enzyme to
hydrolyze mannan and eventually produce manno-oligosaccharides. Sampling
was conducted in Pari island at Jakarta Bay area, the screening and observation of
mannanase enzyme activity from those marine biodiversity have been conducted.
The research succeed to collect 20 bacteria that could produce mannanase
enzyme, three of them have the most high activity from qualitative analysis based
on mannolytic index using congo red method for Pari 3, 4 dan 5 such as 4,33,
2,40, dan 2,60. Further quantitative analysis for these bacteria were conducted
such as activity of mannanase using dinitrosalicylic acid method and resulted the
highest activity is Pari 3 with 2,474 U/mL and Pari 4 with 1,193 U/mL both in the
second day of fermentation, whereas Pari 5 with 1,087 U/mL in the third day of
fermentation. Analysis 16S rRNA gene were showed that Pari 3, 4, and 5 are
domain Bacteria, filum Firmicutes, class Bacilli, ordo Bacillaceae and genus
Bacillus. For the spesific identification are using phylogenetic tree and concluded
that Pari 3 has similar sequence 91.1% with Bacillus safensis and 92% Bacillus
pumilus, from the both result showed the genetic relationship which is less than
97% in similarity therefore it was suggested that the bacteria Pari 3 is a new strain
and can be further investigated. Whereas The results of Pari 4 identification has
similar sequence 94.1% with Bacillus anthacis and 92.2% with the Bacillus
cereus in the genetic relationship. The results of Pari 5 identification has similar
sequence 97.1% with Bacillus anthracis and 95.2% with the Bacillus cereus in the
genetic relationship.
Keywords: Pari island, biodiversity microorganism, mannanase, marine bacteria,
16S rRNA
RINGKASAN
APRIDAH CAMELIAWATI DJOHAN Isolasi Dan Identifikasi Bakteri
Manolitik Laut Dari Pulau Pari. Dibimbing oleh LAKSMI AMBARSARI dan
YOPI
Biodiversitas mikroorganisme laut tropis Indonesia mempunyai nilai
potensi maupun komersial yang tinggi. Pengembangan ilmu bioteknologi memacu
teknik biomolekuler sebagai dasar penelitian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi mikroorganisme yang telah diisolasi dari alam maupun dalam
melakukan rekayasa genetik yang dapat memodifikasi urutan basa sehingga dapat
diperoleh jenis enzim yang diinginkan. Sedangkan kemajuan teknik-teknik dalam
bidang enzimologi dapat dimanfaatkan untuk menganalisis kualitas enzim secara
kuantitatif untuk hasil yang lebih akurat.
Tesis ini terfokus pada identifikasi mikroba laut, pemanfaatan enzim laut
penghidrolisis senyawa polisakarida dan memperoleh bakteri manolitik potensial
penghasil enzim mananase. Sebagian besar enzim mananase komersial dihasilkan
dari mikroba yang berasal dari daratan sehingga adanya ketertarikan untuk
melakukan isolasi mikroba penghasil enzim mananase dari laut, tujuan melakukan
isolasi yaitu selain memanfaatkan kekayaan biodiversitas asli Indonesia juga
dapat melengkapi data mikroba potensial penghasil enzim mananase. Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi, mengisolasi, skrining dan identifikasi bakteri
manolitik laut lokal dari pulau Pari Indonesia.
Pengambilan sampel dilakukan di kawasan pulau Pari teluk Jakarta,
proses identifikasi dan pengamatan aktivitas enzim mannanase dilakukan
menggunakan metode kualitatif dengan pewarnaan congo red. Sedangkan untuk
analisis kuantitatif untuk menentukan besarnya aktivitas mananase yang
dihasilkan oleh bakteri, digunakan metode asam dinitrosalisilat. Secara molekuler
bakteri manolitik potensial dapat diidentifikasi genus, spesies serta pohon
kekerabatannya dengan menganalisis gen 16S rRNA yang bersifat spesifik untuk
setiap bakteri.
Hasil isolasi dan skrining telah berhasil diperoleh 20 bakteri yang dapat
menghasilkan enzim mananase dan tiga diantaranya mempunyai aktivitas tertinggi
berdasarkan analisis congo red yaitu Pari 3, 4 dan 5, dengan indeks manolitik
berturut-turut 4,33; 2,40; dan 2,60. Hasil analisis aktivitas enzim mananase pada
isolat Pari 3 pada hari kedua menunjukkan aktivitas tertinggi sebesar 2,474 U/mL,
dengan tipe enzim yang disekresikan yaitu eksoenzim karena dari pola
pemanfaatan substrat mannan sesuai dengan pertumbuhan jumlah sel.
Pari 4 mempunyai aktivitas tertinggi di hari kedua sebesar 1,193 U/mL.
Sedangkan untuk Pari 5 menunjukkan aktivitas tertinggi pada hari ketiga
yaitu 1,087 U/mL. Untuk isolat Pari 4 dan Pari 5 mempunyai pola enzim yang
serupa yaitu pola endoenzim yang bersifat random dalam pembentukan gula
reduksi sehingga pada polanya menunjukkan bahwa pemanfaatan substrat manan
tidak terpengaruh dengan jumlah sel yang terbentuk. Analisis lebih lanjut yaitu
amplifikasi gen 16S rRNA telah berhasil dilakukan. Hasil analisis diperoleh
bakteri Pari 3 yang mempunyai hasil kekerabatan 91,1% dengan Bacillus safensis
dan 92% dengan Bacillus pumillus. Dari keduanya menyatakan presentase
kekerabatan yang kurang dari 93% dan 97%. oleh karena itu dapat diduga bahwa
bakteri Pari 3 merupakan strain baru dan dapat diteliti lebih lanjut. Hasil
identifikasi bakteri Pari 4 mempunyai hasil kekerabatan 94,1% dengan Bacillus
anthracis dan 92,2% dengan Bacillus cereus. Hasil identifikasi bakteri Pari 5
mempunyai hasil kekerabatan 97,1% dengan Bacillus anthracis
dan 95,2%
dengan Bacillus cereus. Menurut Schloss dan Handelsman 2004. bila kemiripan
maksimum ≥ 97% maka dianggap satu spesies yang sama, maka dapat
disimpulkan bahwa bakteri Pari 4 dan 5 merupakan Bacillus anthracis.
Penelitian ini sebagai langkah awal pemanfaatan dan eksplorasi
biodiversitas mikroba laut lokal Indonesia sebagai sumber penghasil enzim pada
umumnya dan enzim mananase pada khususnya. Akan sangat baik jika bakteri
manolitik potensial yang telah diisolasi dapat pula diidentifikasi gen penyandi
enzim mananasenya untuk dikembangkan secara rekayasa genetika dalam
memproduksi enzim mananase untuk skala industri atau komersial.
Kata kunci: Pulau Pari, biodiversitas mikroorganisme, enzim mananase, bakteri
laut, 16S rRNA
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutian tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak bagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI MANOLITIK LAUT
DARI PULAU PARI
APRIDAH CAMELIAWATI DJOHAN
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biokimia
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Tesis
Nama
NRP
: Isolasi dan Identifikasi Bakteri Manolitik Laut dari Pulau Pari
: Apridah Cameliawati Djohan
: G851100061
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Laksmi Ambarsari, MS.
Ketua
Dr. Yopi
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Biokimia
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS.
Dr. Ir. Dahrul Syah, MS
Tanggal Ujian : 27 Agustus 2012
Tanggal Lulus:
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. I Made Artika, M. App. Sc
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
atas kasih karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Manolitik Laut dari Pulau Pari” ini telah dapat diselesaikan. Tesis ini
dibuat sebagai salah satu syarat mahasiswa pascasarjana program S2 untuk meraih
gelar Magister pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penyusunan
tesis ini melalui proses penelitian dan penulisan yang membutuhkan banyak
dukungan serta bantuan secara intelektual dan teknisnya, untuk itu melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada :
1. Tim komisi pembimbing yang terdiri: (1) Dr. Laksmi Ambarsari, MS., sebagai
ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian, bantuan,
dan meluangkan waktu untuk membimbing, dan berdiskusi. (2) Dr. Yopi,
sebagai anggota komisi pembimbing serta pembimbing selama melakukan
penelitian di Laboratorium Biokatalis dan Fermentasi di Pusat penelitian
Bioteknologi LIPI Cibinong.
2. Bapak Dr. Ir. I Made Artika, M. App. Sc., yang telah meluangkan waktu dan
berkenan menjadi penguji luar komisi serta memberi saran yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
3. Ibu Prof. Dr. Maria Bintang, MS., selaku ketua program studi S2 Biokimia
yang telah meluangkan waktu dan berkenan menjadi moderator dalam ujian
siding tesis dan untuk segala doa, bantuan dan dukungan selama penulis
melaksanakan studi di program Magister Biokimia IPB.
4. Rekan-rekan di Laboratorium Biokatalis dan Fermentasi, Pusat Penelitian
Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Cibinong,
Ahmad Thontowi, M.Si., Nanik Rahmani, M.Si., Ade Andriani S.Si.,
Alex Prima, S.Si., dan Awan Purnawan, S.Si., terimakasih atas senyum,
semangat, dukungan dan saran yang sangat membantu dalam menyelesaikan
tesis ini.
5. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta staf pegawai Pascasarjana IPB,
Ketua PS Biokimia atas perkenaan menerima dan membantu penulis selama
menjalani pendidikan S2 IPB.
6. Dosen-dosen IPB, terutama pada program studi Biokimia, Terimakasih atas
sumbangan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Teman-teman Biokimia angkatan 2010, Sri Anggarini Rasyid, Elizabeth
Situmorang, Martha Sari, Noni Mardian Trizana, dan Adios Boby serta temanteman yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu, Terimakasih
atas persahabatan yang indah semasa menjadi mahasiswa Biokimia.
8. Terimakasih yang khusus dan mendalam penulis sampaikan kepada kedua
orang tua penulis, papi Djohan Hartanto (alm) dan mami Lili Suhartini, atas
segala doa, kasih sayang, dan dukungan selama membesarkan dan mendidik
penulis sehingga berhasil menempuh pendidikan hingga jenjang Magister.
9. Kakak tersayang Felinawati Djohan, Djeppy Hartono Djohan dan Frangky
Hartono Djohan atas segala doa dan dukungannya selama penulis mengikuti
pendidikan Magister di IPB.
10. Terimakasih untuk sahabat-sahabat terbaik dan terkasih, Michael H.B
Lumintang, Lidya Huang Huang, Swastika Praharyawan dan Ashif Irvan
Yusuf atas segala doa, dukungan serta semangatnya selama penulis
menempuh pendidikan Magister di IPB.
Penulis menyadari dalam penulisan serta penyusunan tesis ini masih
banyak kekurangan dan keterbatasan dari segi materi maupun segi sistematika,
oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan hati terbuka untuk menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan penyusunan tesis
ini. Akhirnya semua budi baik yang diberikan kepada penulis semoga diterima
dan dibalas berlipat ganda oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyampaikan
permohonan maaf apabila penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja
maupun tidak semasa menyelesaikan studi magister ini. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya maupun bagi rekan-rekan mahasiswa.
Bogor, September 2012
Apridah Cameliawati Djohan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 17 April 1983 dari ayah Djohan
Hartanto (alm) dan ibu Lili Suhartini. Penulis merupakan Putri bungsu dari empat
bersaudara. Pada tahun 2006 penulis lulus dari program studi Kimia di Sekolah
Tinggi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Bogor. Pada Tahun 2006 hingga
saat ini penulis bekerja di Laboratorium Biokatalis dan Fermentasi di Pusat
Penelitian Bioteknologi Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai
peneliti. Pada Tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan untuk menempuh
Program Magister Sains di IPB. Penulis memilih program studi Biokimia dalam
melanjutkan studinya. Saat ini penulis aktif melakukan penelitian khususnya di
bidang enzimologi dan fermentasi yang mencakup tema tentang Biorefinery
dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri, ragi, dan kapang.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ………........................................................................
i
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
ii
PENDAHULUAN.........................................................................................
1
Latar Belakang.............................................................................
Hipotesis ……………………………………………………….
Tujuan Penelitian ........................................................................
Manfaat Penelitian ……………………………………………..
1
3
3
3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
5
Manan..........................................................................................
Enzim Mananase..........................................................................
Mikroba Manolitik......................................................................
Manfaat Enzim Mananase...........................................................
Bioinformatika……………………………................................
16S rRNA……….......................................................................
Identifikasi 16S rRNA dengan Metode PCR..............................
Ribosomal Database Project (RDP) ………...............................
5
6
8
10
12
12
14
15
METODOLOGI…………............................................................................
17
Waktu dan Tempat penelitian.....................................................
Cara Kerja…………...................................................................
17
17
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................
Isolasi dan Purifikasi Bakteri manolitik Laut…..........................
Aktivitas Enzim Mananase…………………………………......
DNA Genom...............................................................................
Amplikon Gen 16S rRNA...........................................................
Pohon Filogenetik Pari 3…………………...…..........................
Pohon Filogenetik Pari 4 dan 5...................................................
SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………….
23
23
27
30
31
32
33
37
Simpulan …………………………………………………….…
Saran …………………………………………………………...
37
38
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
39
LAMPIRAN………………………………………………………………..
43
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Hemiselulosa.......................................................................................
2. Pemotongan Heteromannan oleh Komplek Enzim Mananase............
3. Lokasi Sampling di Pulau Pari Kepulauan Seribu DKI Jakarta.........
4. Bakteri Manolitik Laut Potensial Penghasil Enzim Mananase...........
5. Hasil Analisis Kualitatif Bakteri Manolitik Metode Congo Red …..
6. Aktivitas Mananase dan Jumlah Sel Bakteri Pari 3…………….…...
7. Aktivitas Mananase dan Jumlah Sel Bakteri Pari 4............................
8. Aktivitas Mananase dan Jumlah Sel Bakteri Pari 5............................
9. Elektroforegram Genom Bakteri Manolitik Laut ….........................
10. Elektroforegram Amplikon Hasil Identifikasi 16S rRNA...................
11. Pohon Filogenetik Bakteri Manolitik Laut Pari 3..............................
12. Pohon Filogenetik Bakteri Manolitik Laut Pari 4 dan 5……............
i
5
7
23
24
25
28
29
29
30
31
33
34
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Diagram Alir Penelitian ......................................................................
2. Hasil Contiq Bakteri Manolitik Laut Pari 3………………………….
3. Hasil Contiq Bakteri Manolitik Laut Pari 4………………………….
4. Hasil Contiq Bakteri Manolitik Laut Pari 5………………………….
5. Kromatogram Bakteri Manolitik Laut Pari 3………………………...
6. Kromatogram Bakteri Manolitik Laut Pari 4………………………...
7. Kromatogram Bakteri Manolitik Laut Pari 5………………………...
8. Analisis Identifikasi Bakteri Manolitik Laut Pari 3.............................
9. Analisis Identifikasi Bakteri Manolitik Laut Pari 4.............................
10. Analisis Identifikasi Bakteri Manolitik Laut Pari 5.............................
ii
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara bahari yang mempunyai kekayaan biodiversitas
mikroorganisme laut yang potensial untuk pengembangan ilmu pengetahuan
maupun nilai komersial dalam meningkatkan industri dalam negeri. Kemajuan
bidang bioteknologi menstimulasi berkembangnya penelitian dan eksplorasi
kekayaan biodiversitas mikroorganisme laut asli Indonesia untuk melengkapi
database mikroorganisme potensial yang saat ini belum banyak dilakukan.
Pemanfaatan biodiversitas mikroba laut semakin diharapkan secara maksimal
untuk menghasilkan terobosan baru melalui produk hasil metabolisme, bioproses
maupun kemampuannya menghasilkan jenis enzim yang spesifik. Tingginya
permintaan pasar akan produk-produk baru dan mempunyai tingkat efisiensi yang
tinggi dalam proses produksi sangat dibutuhkan dalam bidang industri seperti
pangan fungsional, farmasi, peternakan, bioenergi, lingkungan dan kesehatan. Saat
ini pemanfaatan teknologi enzimatik dalam dunia industri sedang pesat dilakukan,
salah satu enzim yang mempunyai peranan penting tersebut adalah enzim
mananase. Enzim mananase merupakan enzim yang dapat mengkatalisis reaksi
hidrolisis dari ikatan β-1,4-manosidik dari rantai manan, glukomanan, dan
galaktomanan. Enzim mananase dapat digunakan dalam aplikasi teknologi enzim
pada industri yang beragam seperti makanan, pakan, farmasi, kertas maupun dalam
industri gas sebagai stimulasi maupun perlakuan awal terhadap biomasa
lignoselulosa sebagai bahan untuk biofuel generasi kedua (Songsiriritthigul et al.
2010).
Penelitian mengenai mikroorganisme penghasil enzim mananase dari darat,
seperti actinomycetes, kapang, aspergillus, fungi dan bakteri telah banyak
dilakukan sehingga informasi tentang gen yang menyandi enzim mananase yang
telah dikloning maupun disekuen berasal dari mikroba darat dapat diperoleh, jenis
enzim ini mempunyai kemampuan untuk mengikat β-manan dan aktivitas katalitik
yang tinggi dalam mendepolimerisasi substrat polisakarida (Tanaka et al. 2009).
Oleh sebab itu timbul ketertarikan untuk melakukan penelitian, eksplorasi dan
isolasi mikroorganisme potensial penghasil enzim mananase dari perairan laut
2
Indonesia yang masih jarang dilakukan. Mikroba mannolitk adalah mikroba yang
dapat menghasilkan enzim mananase yang dapat menghidrolisis polisakarida
kompleks menjadi molekul sederhana seperti manno-oligosakarida dan mannosa.
Pada umumnya enzim mananase dihasilkan dari mikroorganisme seperti bakteri,
namun adapula yang dihasilkan dari tanaman dan hewan. Enzim mananase yang
dihasilkan oleh mikroorganisme mempunyai keunggulan tersendiri yaitu bersifat
lebih ekonomis, mudah dan efisien dalam memproduksinya. Proses karakterisasi
dan fermentasi enzim mananase dari mikroba mempunyai waktu proses yang lebih
cepat dibandingkan dengan enzim dari tanaman dan hewan.
Senyawa polisakarida yang terdapat di perairan laut sangat bervariasi karena
sesuai dengan jenis monomer yang menyusunnya yaitu agar, kitin, manan, xylan
dan selulosa. Pemanfaatan produk polisakarida dalam negeri sangat terbatas
walaupun sumbernya berlimpah karena Indonesia merupakan negara tropis yang
kaya akan biodiversitas tanaman tropis, tingginya biaya pengembangan produk
polisakarida dan sistem pengolahan yang tradisional menyebabkan Indonesia
seringkali menjual bahan mentah dan mengimpor produk yang sudah jadi dengan
harga impor yang lebih mahal dari ekspor bahan mentah. Diharapkan dari
penelitian ini dapat mengembangkan potensi mikroba lokal dan menghasilkan
enzim potensial untuk industri serta mulai memanfatkan teknologi rekayasa
genetik dan teknologi enzimatis sehingga dapat dengan maksimal memanfaatkan
biomassa polisakarida, karena selain bersifat renewable, teknologi di atas lebih
ramah lingkungan.
Enzim dari mikroba laut lokal belum banyak diteliti maupun dikembangkan
pada tingkat laboratorium maupun komersial. Enzim laut memiliki karakter
berbeda dengan enzim dari mikroba biasa sehingga penelitian biodiversitas
mikroba laut dan karakter enzim penghidrolisis polisakarida laut menjadi hal yang
menarik untuk dikaji. Biomassa juga mempunyai peranan penting dalam proses
produksi enzim yaitu sebagai sumber karbon sedangkan pemanfaatan biomassa
yang spesifik dapat mengetahui kemampuan mikroba untuk menghasilkan enzim
yang spesifik pula. Penelitian yang dilakukan sebelumnya telah menghasilkan
enzim mananase termofilik laut dari bakteri Rhodothermus marinus, mikroba ini
diisolasi dari perairan laut yang mempunyai suhu tinggi sehingga mempunyai
3
aktivitas enzim mananase yang cukup unik dalam mendegradasi sumber manan
seperti galaktomannan pada substrat locust bean gum, mikroba manolitik laut ini
telah diketahui menghasilkan enzim mananase glikosidasi famili 26 yang bersifat
termofilik yaitu tahan hingga temperatur 85°C setelah melalui proses karakterisasi
enzim dan analisis sekuen DNA (Politz et al. 2000). Mikroba penghasil enzim
mananase dari darat dapat berupa aktinobakteri seperti Cellulomonas fimi,
actinomicetes dari kelompok streptomicetes seperti Streptomyces galbus dan
Streptomyces lividans yang mempunyai karakterisitik enzim yang unik karena
dapat mendegradasi berbagai jenis substrat manan (Stoll et al. 1999).
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kekayaan
biodiversitas mikroorganisme laut lokal Indonesia. Tujuan khusus penelitian ini
antara lain 1) Mengetahui apakah mikroorganisme laut khususnya bakteri laut
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan enzim mananase potensial. 2)
Mengisolasi, skrining dan mengidentifikasi bakteri manolitik laut lokal dari pulau
Pari Indonesia. 3) Melengkapi data base mikroba potensial penghasil enzim
mananase.
Hipotesis
Kekayaan biodiversitas mikroorganisme laut lokal Indonesia dapat
menghasilkan enzim mananase potensial.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan enzim mananase potensial
dari mikroba lokal untuk kebutuhan penelitian maupun industri dan mendapatkan
informasi data base mikroba laut lokal potensial penghasil enzim mananase.
4
5
TINJAUAN PUSTAKA
Manan
Manan merupakan senyawa hemiselulosa yang terdapat di alam dan
merupakan polisakarida kedua yang sangat melimpah setelah selulosa. Manan
dapat diklasifikasikan menjadi macam tipe dari mannopolisakarida yaitu linier
manan, galaktoglukomanan, galaktomanan, dan glukomanan (Zahura et al. 2011).
Manan terdiri atas susunan gula sederhana manosa, galaktomanan terdiri atas
manosa dan galaktosa, glukomanan terdiri atas manosa dan glukosa, sedangkan
galaktoglukomanan tersusun dari manosa, galaktosa dan glukosa (Sachselehner et
al. 2000). Struktur manan berbentuk linier atau bercabang yang dapat pula
ditemukan sebagai heteroglikan pada tumbuhan tingkat tinggi, variasi struktur
senyawa kompleks hemiselulosa mannan (Gambar 1).
Gambar 1.
Kelompok Hemiselulosa: (a) Manan (b) Galaktomanan (c)
Glukomanan (d) Galaktoglukomanan (Dhawan et al. 2007)
6
Manan terutama terdapat pada kayu lunak, endosperma kopra, kelapa
sawit, kopi, dan locust bean gum. Locust bean gum adalah substrat yang
mengandung galaktomanan yang berasal dari tanaman Ceratonia siliqua. Locust
bean gum dapat menginduksi sekresi enzim mananase yang dapat menghidrolisis
rantai tulang punggung galaktomanan maupun rantai sampingnya. Locust bean
gum terdiri atas komponen galakto-D-manoglikan 88%, pentan 4%, protein 6%,
selulosa 1%, dan mineral 1% (Sumardi 2004).
Enzim Mananase
Enzim adalah biokatalisator yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi
kimia dalam suhu dan derajat keasaman yang spesifik. Enzim juga dapat berupa
protein sederhana atau protein yang terikat pada gugus non-protein, enzim bersifat
spesifik untuk substrat tertentu. Enzim dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa reaksi seperti reaksi oksidasi-reduksi, perpindahan komponen kimia,
hidrolisis, pengurangan atau penambahan suatu zat kimia, isomerasi, dan adanya
unit substrat yg berikatan (polimerasi) (Lehninger et al. 2004).
Enzim merupakan biokatalisis yang penggunaannya dibatasi oleh suhu,
tekanan, pH, dan kekuatan ion. Enzim juga merupakan zat yang dapat bereaksi di
dalam sel hidup, enzim mengkatalisis semua aspek metabolisme sel seperti dalam
proses pencernaan makanan yang meliputi hidrolisis senyawa protein,
karbohidrat, dan lemak menjadi molekul yang lebih kecil; penyimpanan dan
perpindahan
energi
kimia
serta
pembentukkan
struktur
penyusun
sel
(Purawadaria et al. 1994).
Enzim mananase merupakan enzim pengurai heteromanan menjadi
manosa, glukosa, dan galaktosa. Enzim Mananase adalah enzim yang berfungsi
untuk mengkatalisis proses hidrolisis manan yang merupakan senyawa
polisakarida. Degradasi manan oleh bakteri, fungi, cendawan dan tanaman
memerlukan variasi enzim seperti β-Mananase (EC 3.2.1.78) yang dapat
menghidrolisis β-1,4-D manopiranosil pada kerangka utama polimer manan
seperti pada galaktomanan dan glukomanan untuk menghasilkan rantai pendek
manooligosakarida. Selanjutnya senyawa tersebut dihidrolisis oleh kerja enzim βmanosidase (EC 3.2.1.25) dan α-galaktosidase (EC 3.2.1.22) menghasilkan
7
manosa dan galaktosa (Duffaud et al. 1997). Proses hidrolisis dari senyawa
heteromanan galaktomanan memerlukan komplek enzim mananase yaitu enzim
galaktosidase untuk memotong rantai ikatan galaktosa dengan manosa dan enzim
mananase untuk memotong rantai ikatan manosa dengan manosa. Pada senyawa
glukomanan diperlukan komples enzim mananase glukosidase dengan mananase
untuk menghasilkan gula sederhana. Enzim glukosidase berfungsi untuk
memotong ikatan rantai glukosa dengan manosa sehingga hasil akhir hidrolisis
berupa glukosa dan manosa (Gambar 2).
Gambar
2.
Pemotongan
heteromanan
(Kurakake et al. 2001).
oleh
komplek
enzim
mananase
8
Enzim Mananase merupakan kelompok enzim glikosida hidrolase yang
dapat mendegradasi manan dan heteromanan. Enzim glikosida hidrolase
(E.C 3.2.1) merupakan kelompok enzim yang telah diketahui dapat menghidrolisis
ikatan glikosidik pada oligo-dan polisakarida. Untuk menghidrolisis substrat
karbohidrat yang mempunyai struktur kompleks maka dibutuhkan kombinasi
berbagai
macam
enzim
untuk
dapat
mendegradasi
menjadi
senyawa
manooligosakarida. Enzim yang termasuk dalam kelompok glikosida hidrolase
mempunyai sumber yang berbeda-beda yaitu bakteri, kapang maupun jamur
sehingga enzim tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kelas yang berbeda
menurut urutan sekuen asam amino dan struktur tiga dimensi molekul enzimnya
(Dhawan et al. 2007).
Perbandingan hasil sekuen dari enzim β-mananase menunjukan bahwa ada
dua famili yaitu famili 5 dan 26. Famili 5 merupakan perbandingan dari hasil
sekuen bakteri Caldocellum saccharolyticum, Caldibacillus, Vibrio, Aspergillus
aculeatus, Trichoderma reesei dan Agaricus bisporus dan mananase dari
kelompok eukariotik seperti Lycopersicon esculentum dan Mytilus edulis. Famili
26 terdiri atas hasil sekuen mananase dari Bacilli sp., Cellvibrio japonicus,
Pseudomonas fluorescens dan Rhodothermus marinus. Adapun enzim mananase
dari bakteri dan eukariotik terdapat dalam daftar famili 5 dengan suatu
pengecualian untuk beberapa fungi anaerobik, sedangkan untuk famili 26
sebagian besar terdiri atas bakteri origin. Namun dalam beberapa hal tertentu,
enzim mananase yang dihasilkan dari mikroorganisme yang bergenus sama dapat
diklasifikasikan pada kedua famili 5 dan 26 (Dhawan et al. 2007).
Mikroba Manolitik
Perairan laut merupakan ekosistem terbesar di bumi karena lebih dari 90%
biosfer terdiri atas sejumlah mikroorganisme laut bertanggung jawab atas 50%
produksi bahan-bahan utama untuk memenuhi kebutuhan ekosistem laut sebagai
kebutuhan makanan serta energi untuk mlakukan metabolisme bagi habitat yang
lain. Dalam lingkungan perairan laut, bakteri mempunyai peranan penting sebagai
pengatur siklus biogeokimia agar selalu bersifat konstan seperti proses asimilasi,
pengendapan, transformasi, perpindahan, dan remineralisasi unsur karbon yang
9
berada pada laut. Tingkat aktivitas mikroba laut dalam mendegradasi unsur
karbon dapat diteliti berdasarkan keberadaan nutrisi yang tersedia di habitatnya.
Karakteristik bakteri laut memerlukan air laut atau kadar garam, sehingga bakteri
laut digolongkan ke dalam kelompok bakteri halofilik, diantaranya bakteri
halofilik
moderat
yang
membutuhkan
1%
hingga
20%
NaCl
untuk
pertumbuhannya dan bakteri halofilik ekstrem yaitu memerlukan 15%
hingga 31% NaCl untuk pertumbuhannya (Ruyitno 2004).
Nutrisi karbon yang terdapat pada laut tidak seragam karena luasnya area
perairan menyebabkan nutrisi yang terkandung mempunyai tingkat konsentrasi
yang berbeda-beda. Tingkat kedalaman juga mempengaruhi jenis nutrisi yang
terkandung pada bagian laut tertentu, misalnya pada laut dalam hanya dihasilkan
nutrisi karbon yang berasal dari hasil degradasi mikroba yang berada pada
endapan tanah dan tidak mempunyai aktivitas terhadap sinar matahari. Sedangkan
untuk perairan laut dangkal mempunyai nutrisi yang lebih kaya karena mikroba
mendapatkan energi dari sinar matahari untuk melakukan aktivitas metabolisme
dan adanya interaksi dari fitoplankton yang dapat mendegradasi senyawa organik.
Oleh sebab itu mikroba pada permukaan air laut mempunyai kemampuan yang
lebih beragam dalam mendegradasi sumber karbon (Lauroa et al. 2009).
Dasar dari ketertarikan untuk melakukan eksplorasi mikroba laut untuk
memperkaya jenis enzim mananase karena selama ini eksplorasi lebih banyak
dilakukan untuk mikroba darat. Penelitian yang dilakukan sebelumnya telah
menghasilkan enzim mananase termofilik laut dari bakteri
Rhodothermus
marinus, mikroba ini diisolasi dari perairan laut yang mempunyai suhu tinggi
sehingga mempunyai aktivitas enzim mananase yang cukup unik dalam
mendegradasi sumber manan seperti galaktomannan pada substrat locust bean
gum, mikroba manolitik laut ini telah diketahui menghasilkan enzim mananase
glikosidasi famili 26 yang bersifat termofilik yaitu tahan hingga suhu 85° C
setelah melalui proses karakterisasi enzim dan analisis sekuen DNA
(Politz et al. 2000).
Enzim pendegradasi polisakarida seperti selulase (β-1,4-glukanase) dan β1,4-xilanase memiliki struktur modul yang terdiri atas modul katalitik dan modul
pengikat karbohidrat (CBM). Berdasarkan pada kesamaan homologi hasil sekuen
10
asam amino, enzim glikosida hidrolase (GH) dan CBM diklasifikasikan menjadi
famili 112 dan 52. Sistem klasifikasi membagi enzim β-mananase menjadi dua
famili yaitu GH 5 dan 26. Enzim β-mananase telah diisolasi dari berbagai jenis
tanaman, fungi dan bakteri sehingga banyak pula literatur tentang gen yang
menyandi enzim mananase yang telah dikloning maupun disekuen berasal dari
mikroba darat, namun telah diketemukan mikroba laut Vibrio sp. Strain MA-138
penghasil enzim mananase yang telah dimurnikan dan diketahui memiliki enzim
mananase terbaru yaitu famili 27 berdasarkan modul pengikat karbohidratnya
yang menyandi enzim Man5C yaitu mempunyai wilayah terminal karbohidrat
pada spesifik domain, jenis enzim ini mempunyai kemampuan untuk mengikat βmanan dan aktivitas katalitik yang tinggi dalam mendepolimerisasi substrat
polisakarida (Tanaka et al. 2009).
Manfaat Enzim Mananase
Pemanfaatan enzim mananase pada dunia industri sangat beragam karena
enzim ini mempunyai daya hidrolisis yang tinggi dan cukup stabil pada suhu
tinggi karena bersifat termostabil. keunggulan yang dimiliki oleh enzim mananase
membuatnya cukup populer, namun selain keunggulan enzim tersebut adapula
kekurangannya yaitu produksi enzim mananase cenderung membutuhkan biaya
produksi yang tinggi. Hal ini pula yang menyebabkan para peneliti berusaha untuk
mencari solusi untuk menekan biaya produksi dengan memanfaatkan mikroba
potensial yang dapat menghasilkan enzim mananase dengan tingkat produksi yang
tinggi dan kemurnian yang baik.
Penggunaan enzim mananase sebagai zat penambah pakan menunjukkan
beberapa pengaruh yang menguntungkan. Keuntungan tersebut terlihat dalam
kombinasi dengan bahan pakan lain seperti guar gum, kopra, alfalfa, bungkil
sawit dan kedelai yang mengandung manan dengan jumlah yang signifikan.
Untuk ternak monogastrik seperti unggas dan babi, manan merupakan komponen
pakan yang tidak dapat dicernakan karena beraksi sebagai faktor antinutrisi.
Pengaruh negatif manan telah dilaporkan mengurangi pertumbuhan ternak,
efisiensi penggunaan dan nilai nutrisi dalam pakan. Sebaliknya mananase ketika
ditambahkan dalam diet corn-soybean meal untuk ayam petelur dapat
11
meningkatkan produksi telur dan berat telur. Enzim mananase juga digunakan
sebagai pakan ternak yang dikombinasi dengan karbohidrat dalam diet ternak.
Hasilnya menunjukkan perbaikan terhadap tingkat pertumbuhan dan daya cerna
nutrisi (Dahwan et al. 2007).
Dalam industri makanan enzim mananase digunakan untuk produksi kopi
instan karena enzim ini dapat mengurangi viskositas ekstrak kopi sehingga
memudahkan proses hidrolisis manan kopi. Hal ini menyebabkan pengurangan
biaya energi dalam proses pengeringan dalam produksi kopi instan, karena air
yang terikat pada manan akan terlepas karena adanya degradasi enzim mananase.
Selain itu mananase digunakan untuk menghasilkan monooligomer spesifik yang
penting sebagai bahan pangan fungsional, seperti monooligomer yang berfungsi
sebagai prebiotik (Sachslehner et al. 2000).
Enzim mananase juga digunakan dalam detergen, berfungsi dalam
menfasilitasi penghilangan sisa kotoran dan kosmetika dari zat warna dan tanah.
Mananase pada detergen dapat berfungsi pula sebagai penstabil, pengembang dan
penghalus. Untuk beberapa jenis detergen, aplikasi mananase juga dapat
dikombinasikan dengan enzim-enzim lainnya seperti amilase, selulase, lipase,
pektinase, protease dan endoglukanase (Kensch et al. 2008).
Enzim mananase berfungsi sebagai zat pemutih pada bubur kertas.
Efektifitas enzimatis yang terjadi pada proses pemutihan selalu berdasarkan pada
jenis kayu yang digunakan dan metode pembuburan kertas, karena enzim
mananase hanya dapat bekerja apabila kadar ligninnya rendah (Zhang et al. 2000).
Enzim mananase pada industri minyak dan gas dapat diaplikasikan sebagai
stimulator untuk proses pematahan hidrolik, hal ini disebabkan sifat termostabil
dari enzim yang cukup baik. Sistem kerja enzim ini ialah mengurangi tingkat
viskositas larutan pada saat berlangsungnya proses pematahan hidrolik minyak
dan gas pada suhu tinggi (Dhawan et al. 2007).
Aplikasi yang lainnya digunakan dalam bidang pengolahan pangan dan
pakan yaitu untuk produksi manno-oligosakarida sebagai prebiotik penting pada
bungkil kelapa sawit baik untuk pangan maupun pakan. Produk prebiotik dapat
diperoleh dengan melakukan proses hidrolisis mananase terhadap bungkil kelapa
sawit atau galaktomanan yang kaya akan kandungan manno-oligosakarida dan D-
12
mannosa. Manno-oligosakarida dapat memacu pertumbuhan probiotik (seperti
Bifidobacteria
dan
Lactobacillus
sp),
dan
menghambat
pertumbuhan
enterobacteria Salmonella, serta menetralkan sifat-sifat antinutrisi dari lectin
(Yopi et al. 2007).
Bioinformatika
Bioinformatika merupakan ilmu yang dapat menghubungkan informasi
yang meliputi biologi molekular, struktur biokimia, enzimologi, biologi sel,
fisiologi dan patologi dengan menggunakan sistem komputerisasi berdasarkan
data yang telah dikumpulkan. Definisi bioinformatika adalah ilmu yang dapat
mengorganisir dan menganalisis data kompleks dengan ilmu biologi molekular
dan biokimia modern berdasarkan pada informasi yang tersimpan di dalam sekuen
nukleotida-DNA, sebagai dasar tersusunnya molekul kehidupan yaitu protein.
National Center for Biotechnology Information (NCBI) merupakan organisasi
yang diperkenalkan pada tahun 1988 di Serikat yang bertujuan untuk memproses
data secara komputerisasi dalam bidang biomedical dan biokimia. Pada saat itu
NCBI berada di dalam National Library of Medicine (NLM), yaitu badan yang
menangani data base biomedikal. NCBI sendiri secara spesifik bergerak dalam
bidang pengembangan alat analisis untuk membantu dalam mengerti proses
genetik dan molekular maupun sifat-sifat patogenik. Organisasi NCBI mempunyai
tujuan pokok, yaitu meliputi 1) menciptakan mekanisme otomatis yang dapat
menganalisis dan menyimpan data yang berhubungan dengan biologi molekular,
genetik dan biokimia. 2) memfasilitasi penggunaan data base dan perangkat lunak
yang tersedia kepada komunitas sains, seperti peneliti, pekerja dalam bidang
kesehatan maupun mahasiswa. 3) mengkoordinasi komunitas sains global di
seluruh dunia untuk mengumpulkan data genetik dan 4) melakukan penelitian
baru yang berhubungan dengan analisis struktur dan hubungan fungsional antara
molekul biologis secara komputerisasi (Rashidi et al. 2000).
16S rRNA Ribosom
RNA ribosom (rRNA) merupakan komponen inti zat pembentuk protein
pada suatu makhluk hidup. Molekul rRNA bersifat ubikuitus dengan fungsi yang
13
identik pada seluruh organisme. Ribosom merupakan kompleks ribonukleoprotein
yang terdiri atas dua subunit yaitu subunit kecil (small subunit) dan subunit besar
(large subunit). Terdapat tiga jenis RNA dalam ribosom prokariotik berdasarkan
nilai koefisien sedimentasi, yaitu 5S, 16S, dan 23S rRNA. Gen 16S rRNA
merupakan bagian dari subunit kecil ribosom dan berperan penting dalam
pengenalan ujung 5’–mRNA serta memposisikan pada letak yang tepat dalam
ribosom (Clarridge, 2004).
RNA ribosom pada semua sel memiliki daerah yang urutan basanya sangat
lestari dan beberapa daerah yang urutan basanya variatif. Perbandingan urutan
basa yang lestari berguna untuk mengkonstruksi pohon filogenetik karena
mengalami perubahan dengan relatif lambat dan mencerminkan kronologi evolusi
bumi. Sebaliknya, urutan basa yang bersifat variatif dapat digunakan untuk
melacak keragaman dan menempatkan galur-galur dalam satu spesies (Pangastuti,
2006).
Dari tiga jenis rRNA yang dimiliki prokariot, gen penyandi 16S rRNA
paling sering digunakan sebagai penanda molekular karena memiliki ukuran basa
yang paling ideal dari segi analisis statistika dibandingkan gen penyandi 5S rRNA
dan 23S rRNA. Molekul 5S rRNA memiliki ukuran basa yang terlalu pendek
sehingga tidak ideal untuk analisis statistika, sementara molekul 23S rRNA
memiliki struktur sekunder dan tersier yang cukup panjang sehingga menyulitkan
analisis. Tingkat kelestarian yang tinggi dan kemudahannya untuk mengukur
variasi dari 16S rRNA menjadikan gen penyandi 16S rRNA secara luas digunakan
pada penentuan taksonomi, filogeni (hubungan evolusioner), dan memperkirakan
laju penyebaran bakteri (Weisburg et al. 2001). Penelitian mengenai kekerabatan
evolusioner di antara mikroorganisme berdasarkan perbandingan urutan basa 16S
rRNA dipelopori oleh Carl Woese (Krane dan Raymer, 2003). Berdasarkan urutan
basa 16S rRNA, Woese mengajukan tiga domain dalam sistem klasifikasi yaitu
Archaea, Bacteria dan Eucarya. Dua bakteri dapat dikelompokkan dalam satu
genus bila memiliki kemiripan maksimum (maximum identity) ≥ 93%. Sementara
dua
bakteri
dianggap
sebagai
satu
maksimum ≥ 97% (Hagstrom et al. 2002),
spesies
bila
memiliki
kemiripan
14
Identifikasi 16S rRNA dengan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR)
Identifikasi
molekuler
digunakan
untuk
mempelajari
kesamaan
deoxyribonucleic acid (DNA) atau homologi genetik diantara organisme.
Kesamaan DNA dapat dipelajari dengan sekuensing terhadap basa DNA atau
RNA dan hibridisasi DNA (Malik 2006). Penggunaan untai gen ribosomal RNA
untuk klasifikasi mikroorganisme saat ini merupakan salah satu analisis yang
cukup
akurat
untuk
menentukan
kekerabatan
diantara
mikroorganisme
(Suryadi 2002). Situs DNA molekul 16S rRNA dikenal mempunyai informasi
genetik yang cukup lengkap untuk melihat kekerabatan bakteri (Leblond et al.
1996).
Identifikasi 16S rRNA dapat dilakukan dengan metode Polymerase Chain
Reaction (PCR). PCR merupakan suatu metode untuk membuat salinan segmen
spesifik dari suatu DNA. Metode ini jauh lebih cepat daripada pengklon gen
dengan DNA plasmid atau DNA faga dan seluruhnya dilakukan in vitro
(Campbell 2002).
Gen pengkode 16S rRNA terdapat bagian penyimpan yang berguna untuk
mendisain primer universal PCR yang mampu memperbanyak beberapa fragmen
16S rRNA dari semua bakteri pathogen dan nonpatogen. Fragmen ini termasuk
bagian hipervariable yang tidak mudah termutasi dan mengandung tanda urutan
spesifik spesies yang berguna untuk mengidentifikasi bakteri hingga ke level
spesies (Israhmadini 2008).
Proses PCR merupakan proses siklus yang berulang meliputi denaturasi,
annealing dan ekstensi oleh enzim DNA polymerase. Setiap siklus dikondisikan
pada temperature berbeda yang telah diprogram oleh mesin yang disebut thermal
cycler. Dasar siklus PCR ada 30-35, siklus ini meliputi: denaturasi (95°C) untaian
ganda DNA dipisahkan, annealing (55-60°C) primer dibiarkan berikatan dengan
ujung-ujung urutan target yang spesifik, dan ekstensi (72°C). Taq polimerase
menambahkan nukleotida pada ujung 3’ primer dengan menggunakan untai DNA
yang lebih panjang sebagai cetakannya (Kuchel et al. 1998). Sedangkan untuk
waktu tergantung pada panjang pendeknya ukuran DNA yang diinginkan sebagai
produk amplifikasi. Campuran reaksi PCR terdiri atas komponen-komponen yaitu
15
template DNA, buffer, dNTP (dATP, dCTP, dGTP, dTTP), primer dan unit taq
polimerase.
Ribosomal Database Project (RDP)
Metode Ribosomal Database Project (RDP) adalah program yang
menggunakan pengukuran gen berdasarkan program algoritma. Kesesuaian
susunan yang diperoleh dapat dibandingkan dengan gen yang sudah ada
sebelumnya. RDP, menyediakan metode untuk pencarian database nukleotida dan
protein secara cepat dan akurat. RDP juga dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan fungsional dan evolusioner dari spesies yang berhubungan. Secara
umum perangkat lunak RDP dpat diaplikasikan secara online melalui
http://www.rdp.com yaitu meliputi memasukan data sekuen hasil bioedit, memilih
program dan data base yang diinginkan, memilih format output dan melakukan
pencarian database dan menyimpan hasilnya. Sedangkan untuk melakukan
perbandingan
pohon
(Cole et al. 2009).
kekerabatan
dapat
menggunakn
program
MEGA5
16
17
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2011 sampai Maret 2012
di Laboratorium Biokatalis dan Fermentasi pada Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong-Bogor.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan adalah tabung analisis, cawan petri, oze, bunsen,
kapas, gelas piala, mikrotips, erlenmeyer, neraca analitik, sentrifuge, mikropipet,
tabung Eppendorf, thermometer, penangas air, pH meter Jenway 3505, magnetic
stirer, hot stirer IKA RH basic 2, shaker incubator TAITEC Bioshaker BR-23FP,
laminar air flow Bioclean Bench Sanyo, autoclave Tommy SX-500, spreader,
inkubator bakteri SANYO, PCR ASTEC, elektroforesis Nyx Technik MIR-153,
UV gel doc Scope WD, Freezer SANYO Ultra low. Bahan yang digunakan
adalah sample air laut dengan media untuk proses pengkayaan dan identifikasi
kualitatif menggunakan aquades, Artificial Sea Water, agar powder, substrat
(Locust bean gum), pepton, ekstrak khamir, (NH4)2.SO4, KH2PO4, MgSO4.7H2O,
CO (NH2)2, CaCl2, FeSO4.7H2O, MnSO4.7H2O, ZnSO4.7H2O, CoCl2, HCl,
NaOH, NaCl, pewarna congo red. Bahan yang digunakan dalam proses analisis
enzim mananase secara kuantitatif adalah Reagen berupa reagen dinitrosalisilat
(DNS) yang terdiri atas DNS, NaOH padat, fenol, Na2SO3, dan Kalium Natrium
Tartrat (KNa-tartrat). Bahan yang digunakan dalam proses identifikasi
gen 16S rRNA dan kloning adalah strain bakteri potensial penyandi mananase,
InstaGene
TM
Matrix Biorad, agarosa, TAE (Tris Asetat EDTA), Etidium
bromida, go taq®green master mix, primer 9F, primer 1510R.
Cara Kerja
Isolasi Mikroba Laut
Mikroba laut yang digunakan dalam penelitian berasal dari Pulau Pari
Teluk Jakarta, disampling dengan menggunakan metode sea water direct
18
sampling (sampel berupa air laut). Bakteri penghasil mananase diisolasi dengan
teknik pengayaan mengikuti Mandels dan Stemberg (1976) dengan memodifikasi
sumber karbon. Komposisi media pengayaan, skrining, purifikasi dan identifikasi
secara lengkap seperti berikut: Substrat Locust bean gum 0,5%; Pepton 0,075%;
Ekstrak khamir 0,05%; Mineral (NH4)2.SO4 0,14%; KH2PO4 0,2%; MgSO4.7H2O
0,03%; CO (NH2)2 0,03%; CaCl2 0,03%; FeSO4.7H2O 0,0005%; MnSO4.7H2O
0,00016%; ZnSO4.7H2O 0,00014%; CoCl2 0,0002% dan pH media 6.0. Mikroba
mannolitik diisolasi dari kultur pengkayaan dengan locust bean gum sebagai
sumber substrat (sumber karbon berupa manan). Kultur pengkayaan yang telah
diinokulasikan air laut hasil sampling diinkubasi dalam shaker incubator selama
satu minggu, kecepatan putar 150 rpm pada suhu ruang. Proses isolasi dilakukan
dengan cara menginokulasikan hasil kultur pengayaan sebanyak 20 µL dengan
faktor pengenceran 10-4 dan 10-5 pada media padat dengan cara disebar dengan
menggunakan spreader kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.
Proses pemurnian isolat dilakukan dengan cara pick –up koloni tunggal yang telah
tumbuh pada media isolasi dan ditumbuhkan pada media padat untuk proses
identifikasi (Mandels dan Sternberg, 1976).
Uji Bakteri Manolitik Potensial
Identifikasi bakteri potensial penghasil enzim mananase dengan cara uji
kualitatif dengan pewarnaan menggunakan metode congo red. Bakteri laut yang
telah murni diinokulasikan pada media padat (komposisi media pengayaan
dengan konsentrasi agar 1,5%) yang mengandung substrat manan (Locust Bean
Gum 0,5%), kemudian diinkubasi selama 48 jam. Setelah itu ditambahkan larutan
pewarna congo red dengan konsentrasi 0,2% dan diinkubasi
selama
15-30 menit pada suhu ruang, kemudian dilakukan pencucian sebanyak 3 kali
dengan menggunakan larutan NaCl dengan konsentrasi 2%. Bakteri mannolitik
potensial yang dapat menghasilkan enzim mananase dapat diketahui secara visual
yaitu dengan nampaknya zona bening disekitar zona tumbuh koloni (Yopi et al.
2007).
19
Uji Aktivitas Enzim Mananase
Aktivitas enzim mananase diuji dengan memipet sebanyak 0,5 mL substrat
locust bean gum 0,5% direaksikan dengan 0,5 mL enzim mananase lalu
diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang. Reaksi dihentikan dengan
penambahan 1,5 mL reagen dinitrosalisilat (DNS). Perlakuan kontrol dengan cara
substrat direaksikan dengan DNS lalu ditambahkan enzim. Sampel dan kontrol
dididihkan selama 15 menit lalu didinginkan. Setelah dingin suspensi divorteks
dan diukur absorbansinya pada λ= 540 nm (Miller 1959). Pembuatan kurva
standar dilakukan dengan mereaksikan berbagai konsentrasi manosa dari 0-10
mg/ml sebanyak 1 mL dengan 1,5 mL DNS lalu dididihkan selama 15 menit dan
didinginkan. Setelah dingin suspensi divorteks dan diukur absorbansinya
pada λ= 540 nm. Satu unit aktivitas enzim mananase (U) didefinisikan sebagai
sejumlah enzim yang dapat mengkatalisis konversi dari 1 μmol substrat manan
menjadi manosa dalam 1 menit (Bintang 2010).
Identifikasi Mikroba berdasarkan Analisis Gen 16S-rRNA
Isolasi Genom Total
Identifikasi bakteri manolitik diawali dengan mengisolasi DNA genom
total menggunakan metode dari kit InstaGene
TM
Matrix BioRad. Koloni isolat
murni sebanyak satu ose dengan 250 µL mili Q steril dan disentrifuge
selama 1 menit dengan kecepatan 10,000 rpm. Supernatan dibuang sedangkan
pelet ditambahkan kit InstaGene
TM
Matrix BioRad sebanyak 50 µL, kemudian
larutan diinkubasi pada suhu 56ºC selama 15-30 menit dan divortex dengan
kecepatan 100 rpm selama 10 detik dan selanjutnya dipanaskan pada suhu 100ºC
selama 8 menit. Tahap akhir ekstraksi DNA yaitu memisahkan DNA (Supernatan)
dari komponen lainnya (pelet) dengan sentrifuge pada kecepatan 10,000 rpm
selama 2 menit. Template DNA siap diamplifikasi dengan PCR, jika template
tidak langsung dipergunakan maka harus disimpan pada suhu -20°C.
20
Analisis PCR
DNA Template diamplifikasi dengan mengambil 2 µL (60 ng/1µL)
template yang dicampur dengan 25 µL “Gotaq”. Gotaq adalah campuran dNTP,
primer dan buffer PCR. Selanjutnya ditambahkan masing-masing 1 µL primer
forward 9F 50 µLM (5’-GGCTACCTTGTTACGACTT-) dan 1 µL primer reverse
1510R 50 µLM (5’-GAGTTTGATCCTGGCTCAG-) dan ditambahkan milli-Q
steril hingga mencapai volume 50 µL. Amplifikasi dilakukan dalam thermocycler
dengan tahap pre denaturasi awal selama 2 menit pada suhu 95ºC, tahap
denaturasi selama 30 menit pada suhu 95ºC tahap annealing selama 1 menit pada
suhu 55ºC dan tahap extension selama 2 menit pada suhu 72°C. Banyaknya siklus
amplifikasi yang digunakan yaitu 30 siklus.
Elektroforesis Hasil PCR
Proses amplifikasi dengan PCR telah selesai maka dilakukan analisis
elektroforesis untuk mendeteksi DNA dan keberhasilan hasil proses amplifikasi.
Produk PCR sebanyak 3 µL ditambahkan ke dalam sumur gel agarosa, sedangkan
untuk marker sebanyak 0,5 µL ditambahkan 0,5 µL Loading dye Fermentas
dan 2 µL milli-Q dan dicampur kemudian dimasukan dalam sumur yang
berbeda.Proses elektroforesis dilakukan selama 60 menit dengan voltase 50 V
dalam larutan Buffer TAE.
DNA hasil amplifikasi yang telah dielektroforesis divisualisaikan dengan
perendaman agarosa yang mengandung DNA target ke dalam larutan etidium
bromida selama 15 menit, setelah itu dibilas dengan aquades selama 10 menit.
Dengan menggunakan UV transluminator, pita DNA akan terlihat dan dapat
diketahui ukurannya berdasarkan penanda ukuran molekul yang dinyatakan
dengan base pair (bp).
Konstruksi Pohon Filogenetika
Bakteri manolitik yang telah berhasil diamplifikasi gen 16S rRNA-nya
dapat dilihat kekerabatannya dengan prokariota lain yang ada di basis data
berdasarkan sekuens gen 16S-rRNA-nya. Sekuen dilakukan di Laboratorium 1st
BASE Singapura dan data sekuen parsial yang diperoleh akan melalui proses
21
pengeditan dengan menggunakan program Bioedit. Setelah diperoleh data hasil
contiq urutan nukleotida berdasarkan amplifikasi dengan primer universal, maka
homologinya akan dibandingkan dengan prokariota lain yang ada pada basis data
di Gene Bank. Analisis klaster dilakukan menggunakan data base dari situs web
RDP (Ribosomal Database Project) dengan situs (http://www.rdp.com).
sedangkan pembuatan pohon filogenetik menggunakan program MEGA 5.
22
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Isolasi dan Pemurnian Bakteri Manolitik Laut
Penelitian ini diawali dengan proses sampling di perairan laut pulau Pari
kepulauan seribu kota Jakarta untuk mendapatkan bakteri manolitik potensial
penghasil enzim mananase. Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di
kecamatan Kepulauan eribu elatan kabupaten Kepulauan eribu provinsi DKI
Jakarta. Pulau Pari terletak di gugusan Kepulauan eribu dengan letak geografis
05 51 22 Lintang
elatan dan 106 36 02
ujur Timur. Pulau Pari juga
merupakan tempat wisata, budidaya rumput laut serta tempat penelitian kekayaan
laut yang difasilitasi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang
bertujuan untuk melakukan berbagai penelitian demi kepentingan kelestarian alam
di pulau ini (Gambar 3).
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 3. Lokasi Sampling di Pulau Pari Kepulauan Seribu DKI Jakarta
Laut dalam (a), area budidaya rumput laut (b), laut dangkal (c),
dan pesisir pantai (d).
25
Hasil pengamatan terhadap isolat Pengukuran aktivitas mananase ini dapat
dilakukan dengan menghitung indeks manolitik (IM). IM dihitung dengan
mengukur diameter koloni dan diameter zona jernih yang terbentuk (Downie et al.
1994).
IM =
Bakteri manolitik laut diinokulasikan pada media agar yang mengandung
substrat manan (locust bean gum) kemudian diinkubasi selama 72 jam pada suhu
ruang. Selama fase inkubasi maka bakteri manolitik akan mensekresikan enzim
mananase untuk mendegradasi substrat manan menjadi manooligosakarida atau
manosa. Mananase yang telah mendegradasi manan akan membentuk zona
spesifik seperti pada gambar 5 dibawah ini. Zona akan terlihat lebih jelas ketika
diberikan pewarna congo red hal tersebut dikarenakan congo red dapat terikat
pada substrat manan yang mengandung β-1.4-D manopiranosil sehingga media
akan menjadi merah sedangkan zona jernih terjadi karena tidak terbentuk ikatan
congo red dan manan (Downie et al. 1994).
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. Hasil analisis kualitatif bakteri manolitik metode pewarnaan congo
red Pari 3 (a), Pari 4 (b), dan Pari 5 (c).
Perbedaan diameter zona jernih dan IM belum dapat menunjukan aktivitas
enzim secara spesifik (Gambar 5). Oleh karena itu perlu dilakukan produksi
26
mananase untuk mengukur aktivitas enzim secara kuantitatif agar data yang
diperoleh lebih akurat.
Hasil pengamatan aktivitas enzim mananase secara kualitatif berdasarkan
indeks manolitik dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Uji ini menujukkan 3 buah
isolat potensial yang mempunyai nilai IM yang tinggi yaitu isolat Pari 3
mempunyai IM sebesar 4,33 dengan morfologi koloni putih keruh. Isolat Pari 4
mempunyai IM sebesar 2,40 dengan morfologi tepi koloni bening dan bagian
tengah koloni berwarna putih. Sedangkan isolat pari 5 mempunyai IM sebesar
2,60 dengan keterangan morfologi berwarna putih kecokelatan.
Tabel bakteri manolitik laut pendegradasi manan hasil isolasi dari pulau Pari
Kepulauan Seribu
No
Isolat
Uji Kualitatif CongoRed 0,2%
Ø isolat
Ø zona
Index
(mm)
(mm)
Manolitik
6
15
1,5
Keterangan
1
Pari 1
2
Pari 2
7
15
1,14
3
Pari 3
6
32
4,33*
Putih keruh
4
Pari 4
5
17
2,40*
tepi bening. bagian tengah berwarna putih
5
Pari 5
5
18
2,60*
Putih kecoklatan
6
Pari 6
8
9
0,13
tepi bening. bagian tengah berwarna putih.
7
Pari 7
10
10
0,00
Bentuk melebar dari tengah. gradasi warna putih
8
Pari 8
8
10
0,25
Putih kekuningan
9
Pari 9
6
8
0,33
Putih kekuningan
10
Pari 10
7
10
0,43
Putih kekuningan
11
Pari 11
9
9
0,00
Putih kekuningan
12
Pari 12
10
18
0,80
Putih kekuningan
13
Pari 13
5
9
0,80
Putih kekuningan
14
Pari 14
5
6
0,20
Putih kekuningan
15
Pari 15
5
7
0,40
Putih kekuningan
16
Pari 16
9
17
0,89
Putih kekuningan
17
Pari 17
7
7
0,00
Putih kekuningan
18
Pari 18
6
15
1,50
Putih kecoklatan
19
Pari 19
9
11
0,22
Putih kekuningan
20
Pari 20
6
8
0,33
Putih kekuningan
Keterangan: * (Isolat Terpilih)
Putih keruh
Putih keruh kekuningan
27
Aktivitas Enzim Mananase
Aktivitas enzim mananase dilakukan pada ketiga bakteri potensial yaitu
isolat Pari 3, Pari 4 dan Pari 5 yang mempunyai nilai IM yang cukup tinggi hasil
dari uji kualitatif dengan pewarnaan congo red. Penentuan aktivitas enzim
mananase menggunakan metode dinitrosalicylic acid dengan locust bean gum
sebagai substratnya. Pengukuran aktivitas enzim mananase berdasarkan satuan
unit yaitu satu unit aktivitas enzim mananase didefinisikan sebagai banyaknya
enzim
yang
dapat
memproduksi
1
µmol
manosa
dalam
1
menit
(Lehninger et al. 2004). Perhitungan aktivitas enzim mananase adalah sebagai
berikut:
Aktivitas enzim mananase (U/mL) =
Keterangan:
C
= konsentrasi enzim
p
= faktor pengenceran
t
= waktu
BM
= berat molekul
Hasil pengukuran aktivitas enzim mananase untuk isolat Pari 3
menunjukkan kurva pertumbuhan jumlah sel mempunyai pola yang sama dengan
aktivitas enzim mananasenya (Gambar 6). Data aktivitas enzim dilengkapi dengan
data kurva pertumbuhan yaitu mengunakan metode pengukuran panjang
gelombang 660 nm untuk mendapatkan hubungan antara kisaran jumlah sel
bakteri yang tumbuh dengan tingkat aktivitas enzimnya selama masa fermentasi.
Aktivitas enzim dengan pertumbuhan sel bakteri manolitik Pari 3 dapat dilihat
pada gambar 6 dan diperoleh keterangan bahwa tingkat aktivitas enzim paling
tinggi terlihat pada hari ke 2 yaitu 2,474 U/mL hal tersebut dapat terlihat pada
grafik dibawah. Aktivitas enzim yang optimum sesuai dengan jumlah sel bakteri
yang mencapai jumlah optimum atau mencapai puncak tertinggi pada hari kedua
dan penurunan aktivitas enzimnya juga sesuai dengan jumlah sel yang semakin
menurun.
28
Pola degradasi enzim mananase yang dihasilkan oleh isolat Pari 3
merupakan pola degradasi tipe eksoenzim karena substrat dimanfaatkan
berbanding lurus dengan jumlah sel, sehingga dapat diasumsikan bahwa enzim
yang terbentuk memotong gugus manosa dari ujung terluar ikatan polisakarida
dengan menghasilkan monosakarida berupa manosa. Hal tersebut dapat
dikarenakan substrat telah sempurna terhidrolisis (Aryanthi 2008).
2.700
0.500
U/mL
0.300
0.200
0.900
A 660 nm
0.400
1.800
0.100
0.000
0.000
0
24
48
72
96
Waktu (Jam)
Gambar 6. Aktivitas enzim mananase dan jumlah sel bakteri Pari 3
( ) OD 660 nm dan (
) Aktivitas enzim mananase.
Pada grafik perbandingan aktivitas enzim dan kurva pertumbuhan bakteri
manolitik laut Pari 4 nampak pada gambar 7 dan menerangkan pada hari ke 2 dan
ke 3 memiliki nilai aktivitas yaitu 1,193 U/mL dan 1,174 U/mL. Aktivitas enzim
dengan kurva pertumbuhan Pari 4 dan Pari 5 dapat disimpulkan bahwa kedua
bakteri tersebut mempunyai fase optimum jumlah sel yang cukup stabil dan dari
banyaknya gula reduksi yang terbentuk bersifat tidak konstan maka dapat
disimpulkan bahwa enzim yang dihasilkan merupakan enzim mananase tipe
endoenzim yang dapat memotong secara random dari sisi tengah ikatan rantai
linier polisakarida, sehingga pada analisis gula reduksi manosa yang terbentuk
tidak dipengaruhi jumlah sel yang terbentuk namun lebih kepada kinerja enzim
yang menghasilkan monosakarida.
29
1.500
0.180
0.120
U/mL
0.900
0.600
0.060
A 660 nm
1.200
0.300
0.000
0.000
0
24
48
72
96
Waktu (Jam)
Gambar 7. Aktivitas enzim mananase dan jumlah sel bakteri Pari 4
( ) OD 660 nm dan (
) Aktivitas enzim mananase.
Pada gambar 8 dapat terlihat aktivitas enzim bakteri manolitik Pari 5
meningkat pada hari ke 3 yaitu sebesar 1,087 U/mL namun pada grafik jumlah sel
hari ketiga menunjukan penurunan, hal ini dapat simpulkan bahwa substrat yang
tersedia telah maksimal dihidrolisis oleh enzim secara random pada hari pertama
hingga kedua menjadi golongan manobiosa atau manotriosa yang kemudian akan
didegradasi secara sempurna menjadi monosakarida pada hari ketiga dan setelah
seluruh substrat telah terdegradasi dengan sempurna menjadi monosakarida maka
0.180
0.800
0.120
0.400
0.060
U/mL
1.200
0.000
A 660 nm
aktivitas enzim menurun pada hari ke empat.
0.000
0
24
48
72
96
Waktu (Jam)
Gambar 8. Aktivitas enzim mananase dan jumlah sel bakteri Pari 5
( ) OD 660 nm dan (
) Aktivitas enzim mananase.
30
DNA Genom
Isolasi DNA genom bakteri manolitik laut dilakukan sesuai dengan prosedur
yang tertera pada Kit INSTAGENE BioRad. Hasil pengamatan dapat dilihat pita
DNA genom pada elektroforesis gel agarose dengan agarose 1 % untuk
mengetahui ukuran pasang basa yang pada genom maka digunakan standar yaitu
marker 1 kb dari Gene Ruler ™ (Ladder) Fermentas. Hasil elektroforesis DNA
genom menunjukkan keberhasilan dalam mengisolasi genom dari ketiga bakteri
manolitik terpilih dengan ditandai oleh adanya pita-pita DNA yang nampak pada
agarosa yang sesuai dengan Marker yang dijadikan acuan, yaitu di atas 6000 bp.
1
2
3
4
Gambar 9. Elektroforegram DNA genom bakteri manolitik laut
Marker (1), Pari 3 (2), Pari 4 (3), dan Pari 5 (4).
Hasil elektroforesis menunjukkan pita yang terlihat mempunyai pola
yang smear. Hal tersebut dikarenakan volume contoh yang dimasukan ke dalam
sumur agarosa terlalu sedikit ataupun terlalu lamanya waktu perendaman dengan
etidium bromida dan pada saat pencucian (Gambar 9).
31
Amplikon Gen 16S rRNA
DNA Genom yang telah berhasil diisolasi selanjutnya di PCR dengan
menggunakan universal primer forward 9F (5’-GGCTACCTTGTTACGACTT-)
dan primer reverse 1510R (5’-GAGTTTGATCCTGGCTCAG-). Amplifikasi
dilakukan dalam thermocycler dengan kondisi pre-denaturasi awal selama 2 menit
pada suhu 95ºC, tahap denaturasi selama 30 menit pada suhu 95ºC tahap
annealing selama 1 menit pada suhu 55ºC dan tahap extension selama 2 menit
pada suhu 72°C. Hasil amplifikasi gen 16S rRNA selanjutnya dapat dilihat dengan
elektroforesis agarosa 1%. Proses elektroforesis dilakukan dengan menggunakan
acuan marker 1 kb dari Gene Ruler ™ (Ladder) Fermentas.
Pita-pita penanda pada maker 1 kb memiliki 14 pita dengan ukuran
terbesar yaitu 10.000 pasang basa sedangkan yang terkecil yaitu 250 pasang basa.
Sedangkan pita bakteri manolitik laut Pari 3, Pari 4 dan Pari 5 yang telah melalui
proses PCR berhasil diisolasi (Gambar 10) dengan menghasilkan pita pada
elektroforegram sesuai dengan ukuran pasang basa untuk mengidentifikasi gen
16S rRNA yaitu dengan kisaran 1.500 pasang basa. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa primer serta kondisi PCR yang digunaka dapat mengamplifikasi amplikon
dengan baik sesuai dengan target gen 16S rRNA (Lauroa et al. 2009).
6000 bp
3000 bp
1500 bp
1000 bp
1
Gambar 10.
2
3
4
Elektroforegram amplikon hasil identifikasi 16S rRNA
Marker (1), Pari 3 (2), Pari 4 (3), Pari 5 (4).
32
Pohon Filogenetik Bakteri Manolitik Pari 3
Amplikon yang telah berhasil diisolasi selanjutnya akan ditentukan urutan
nukleotidanya dengan cara sekuensing. Sekuensing gen hasil PCR 16S rRNA
dilakukan di Laboratorium 1st Base Singapura. Identifikasi gen 16S rRNA dari
bakteri manolitik laut Pari 3 berdasarkan hasil sekuensing berupa data
kromatogram dan urutan nukleotida, dari data kromatogram maka dapat terlihat
puncak-puncak yang tidak sempurna (Lampiran 5), oleh sebab itu perlunya
dilakukan pengeditan dengan program bioedit. Selanjutnya data urutan hasil
pengeditan pada ujung forward dan reverse akan melalui proses contiq sehingga
dapat diperoleh urutan gen 16S rRNA yang lengkap (Lampiran 2). Hasil urutan
contiq akan diolah oleh program RDP yang akan dibandingan dengan data yang
sudah pada data Gene Bank, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa isolat Pari 3
tergolong atas domain Bacteria, filum Firmicutes, kelas Bacilli, ordo Bacillaceae
dan genus Bacillus.
Untuk melihat kekerabatan Pari 3 berdasarkan perbandingan dengan bakteri
yang telah diketahui susunan basannya pada Bank data Ribosomal Database
Project sehingga untuk mempermudah mengetahui identitas bakteri tersebut dapat
terlihat pada pohon filogenetik (Gambar 11). Sedangkan untuk keterangan lebih
spesifik yang diperoleh dari bank data dengan menggunakan perangkat RDP maka
disimpulkan bahwa Pari 3 memiliki kekerabatan dekat dengan Bacillus safensis
(FO-036b;AF234854) dengan nilai keidentikan sebesar 0,919 dengan urutan basa
yang sama sebanyak 1354 pasang basa dan Bacillus pumilus (ATCC
7061;AY876289) dengan nilai keidentikan sebesar 0,920 dengan urutan basa yang
sama sebanyak 1352 pasang basa. Menurut Hagstrom 2002. Jika kemiripan ≥ 93%
maka dianggap satu spesies yang sama namun menurut Schloss dan Handelsman
2004. bila kemiripan maksimum ≥ 97% maka dianggap satu spesies yang sama.
Hasil identifikasi bakteri Pari 3 mempunyai hasil kekerabatan 91,1% dengan
Bacillus safensis dan 92% dengan Bacillus pumillus.
Dari keduanya menyatakan presentase kekerabatan yang kurang dari 93%
dan 97%. oleh karena itu dapat diduga bahwa bakteri Pari 3 merupakan strain baru
dan dapat diteliti lebih lanjut.
33
34
dengan Bacillus anthracis dan 92,2% dengan Bacillus cereus. Menurut Hagstrom
2000, jika kemiripan ≥ 93% maka dianggap satu spesies yang sama, maka dapat
diduga bahwa bakteri Pari 4 merupakan Bacillus anthracis.
100 Bacillus_mycoides_(T)_ATCC6462.
45
.
Bacillus_weihenstephanensis_(T)_DSM11821.
46 Bacillus_thuringiensis_(T)_IAM_12077.
Bacillus_cereus_(T)_ATCC_14579.
44
47 Bacillus_cereus_(T)_ATCC_14579.(2)
100 Bacillus_anthracis_(T)_ATCC_14578.
63
53
Pari_4
PARI_5
17
Bacillus_luciferensis_(T)_LMG_18422.
Bacillus_panaciterrae_(T)_Gsoil_1517.
Falsibacillus_pallidus_(T)_CW_7.
41
15
Bacillus_aeolius_(T)_type_strain:_4-1.
51
Bacillus_vireti_(T)_LMG_21834.
Bacillus_fastidiosus_(T)_DSM_91.
96
46
Bacillus_litoralis_(T)_SW-211.
5
Bacillus_humi_(T)_type_strain:_LMG_22167.
78
Bacillus_galactosidilyticus_(T)_type_strain:_LMG_17892.
Aeribacillus_pallidus_(T)_DSM_3670*.
31
Paraliobacillus_ryukyuensis_(T).
65
100
88
Paraliobacillus_quinghaiensis_(T)_YIM_C158.
Anaerobacillus_arseniciselenatis_(T)_E1H.
Bacillus_halodurans_(T)_DSM_497T.
89
62
46
Bacillus_gibsonii_(T)_DSM_8722.
Bacillus_pseudofirmus_(T)_DSM_8715.
Bacillus_thermocloacae_(T)_DSM_5250.
Marinococcus_halophilus_(T)_DSM_20408.
100 Marinococcus_luteus_(T)_YIM_91094
Aquifex_pyrophilus_(T)_Kol5a.
0.005
Gambar 12.
Pohon filogenetik bakteri manolitik laut Pari 4 dan Pari 5.
Dari data yang terlihat diatas maka penentuan species dari Pari 5 memiliki
kekerabatan dekat dengan Baccilus anthracis (ATCC 14578; AB190217) sebesar
0,971 dengan urutan basa yang sama sebanyak 1236 pasang basa dan Bacillus
35
cereus (ATCC 14579;AE016877) sebesar 0,952 dengan urutan basa yang sama
sebanyak 1428 pasang basa. Hasil identifikasi bakteri Pari 5 mempunyai hasil
kekerabatan 97,1% dengan Bacillus anthracis dan 95,2% dengan Bacillus cereus.
Menurut Hagstrom 2002, jika kemiripan ≥ 93% maka dianggap satu spesies yang
sama, maka dapat diduga bahwa bakteri Pari 5 merupakan Bacillus anthracis.
Kekerabatan Pari 4 dan 5 diketahui berdasarkan perbandingan dengan
bakteri yang telah diketahui urutan basannya pada Gene Bank dengan
menggunakan program Ribosomal Database Project dan program MEGA 5 yang
digunakan untuk melakukan konstruksi pohon filogenetik untuk mengetahui
kekerabatan dan rentang evolusi bakteri tersebut. Konstruksi pohon filogenetika
dari kedua isolat Pari 4 dan Pari 5 dibuat satu pohon karena satu sama lain
mempunyai kemiripan yang hampir identik setelah dibandingkan dengan Gene
Bank, dan hasil pohon filogenetika yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 12.
36
37
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini telah berhasil mengisolasi 20 bakteri manolitik laut lokal
Indonesia dari pulau Pari Kepulauan Seribu kota Jakarta yang dapat mendegradasi
senyawa manan. Hasil karakterisasi enzim mananase secara kualitatif dengan
metode congo red menunjukkan bahwa 3 bakteri diantaranya mempunyai aktivitas
enzim tertinggi yaitu dengan kode isolat Pari 3, Pari 4, dan Pari 5. Hasil analisis
aktivitas enzim mananase pada kedua isolat Pari 3 pada hari kedua mempunyai
tingkat aktivitas tertinggi yaitu 2,474 U/mL dengan tipe degradasi substrat manan
yang bersifat eksoenzim karena enzim memotong dari ikatan luar rantai linier
manan. Pari 4 dan Pari 5 menunjukan aktivitas enzim mananase tertinggi berturutturut 1,193 U/mL dan 1,087 U/mL dengan tipe degradasi substrat manan yang
bersifat endoenzim atau enzim yang menghidrolisis rantai linier polimer secara
random hingga menghasilkan gula reduksi monosakarida galaktosa dan manosa
maupun disakarida seperti manobiosa. Analisis lebih lanjut dilakukan secara
molekuler berdasarkan gen 16S rRNA untuk dapat mengidentifikasi genus dan
spesies ketiga isolat potensial tersebut. Hasil dari sekuensing gen 16S rRNA telah
menunjukkan urutan basa nukleotida yang harus melalui proses pengeditan
dengan program bioedit sehingga didapatkan urutan contiq basa nukleotida. Hasil
dari contiq akan dibandingkan oleh data pada Gene Bank (NCBI) dengan
menggunakan program RDP. Hasil perngolahan data menunjukkan bahwa bakteri
Pari 3 mempunyai kekerabatan 91,1% dengan Bacillus safensis dan 92% dengan
Bacillus pumillus karena keduanya menunjukkan presentase kekerabatan yang
kurang dari 97%, maka dapat diduga bahwa bakteri Pari 3 merupakan strain baru
dan dapat diteliti lebih lanjut. Hasil identifikasi bakteri Pari 4 mempunyai
kekerabatan 94,1% dengan Bacillus anthracis dan 92,2% dengan Bacillus cereus.
Sedangkan identifikasi bakteri Pari 5 mempunyai hasil kekerabatan 97,1% dengan
Bacillus anthracis dan 95,2% dengan Bacillus cereus, Menurut Hagstrom 2002,
jika kemiripan ≥ 93% maka dianggap satu spesies yang sama, maka dapat diduga
bahwa bakteri Pari 4 dan Pari 5 merupakan Bacillus anthracis.
38
Saran
Penelitian ini sebagai langkah awal pemanfaatan biodiversitas mikroba
laut lokal sebagai sumber penghasil enzim mananase. Untuk penelitian lanjutan
akan sangat baik jika dapat diidentifikasi gen penyandi enzim mananasenya agar
dapat dikembangkan secara rekayasa genetika dalam memproduksi enzim
mananase untuk skala industri atau komersial.
39
DAFTAR PUSTAKA
Aryanthi. D. 2008. Uji kualitatif dan kuantitatif enzim mananase isolat bakteri laut
dari perairan laut cilacap dan pantai marina. Laporan praktek kerja
lapangan. Program Keahlian Analisis Kimia Direktorat Program Diploma –
Institut Pertanian Bogor.
Campbell. Neil A.. Jane B. Reece. Lawrence. Mitchell. 2002. Biologi Edisi
Kelima Jilid I. Erlangga. Jakarta: 438 hlm.
Clarridge III JE. 2004. Impact of 16S rRNA gene sequence analysis for
identification of bacteria on clinical microbiology and infectious diseases.
Clinical Microb Rev 17(4):840-862.
Cole JR. Wang Q. 2009. The Ribosomal Database Project: Improved alignments
and new tools for rRNA analysis. Nucleic Acids Res: D141-D145.
Dhawan S. Kaur J. 2007. Microbial mananases: an overview of production and
applications. Critical Reviews in Biotechnology. 27:197–216. 2007.
Downie B. Hilhorst HWM. Bewley JD. 1994. A New assay for quantifying endoβ-D-Mannanase Activying Using Congo Red Dye. Pyhtochemistry 36: 829835.
Duffaud GD et al. 1997. Purification and characterication of extremely
thermostable mananase. mannosidase. and a-galactosidase from the
hyperthermophilic eubacterium Thermotoga neapolitana 5068. Applied and
Environ Microbiol 63:169-177.
Hagstrom CR. Wipat A. 2002. Genome management and analysis: Prokaryotes.
di dalam : Ratledge C. Kristiansen B. editor. Basic Biotechnology.
Ed2nd United Kingdom: Cambridge University Press. Hlm 17-44.
Henrissat et al. 1993. New families in the classification of glycosyl hydrolases
based on amino acid sequence similarities. Biochem. J. 293: 781–788.
Hilge M et al. 1998. High-resolution native and complex structures of
thermostable mananase from Thermomonaspora fusca substrate specificity
in glycosyl hydrolase family 5. J. Structure 6:1433-1444.
Israhmadini U. 2008. Identifikasi dan karakterisasi bakteri laut penghasil selulose
dengan metode 16S rRNA. [skripsi]. Jurusan Biologi FMIPA-Universitas
Negeri Jakarta.
Kagawa et al. 2003. Crystal structure of bacillus substilis α-amylase in complex
with acarbose. J Bacteriology. hlm 6981-6983.
40
Kensch O. 2008. Mananase engineering for fibre degradation. Speciality
Chemicals Magazine. hlm 18-19.
Kuchel. Philip W. Gregory B. Ralston. 1998. Biochemistry second edition. The
McGraw-Hill Companies. United States of America: 595 hlm.
Kurakake M. Komaki T. 2001. Production of β-mananase and β-mannosidase
from aspergillus awamori K4 and their properties. J Microbiology vol 42:
377-380.
Lauroa FM et al. 2009. The genomic basis of trophic strategy in marine bacteria.
PNAS. Vol 106 ; 37: 15527-15533.
Leblond. Bourget N. Philipe HI. Decaris B. 1996. 16S rRNA and 16S to 23S
Internal transcribed spacer sequence analysis reveal inter and intra spesific
Bifidobacterium phylogeni. Int. J. Syst Bacteriol. 46: 102-111.
Lehninger. Albert L. 2004. Principles of Biochemistry. The John Hopkins
University School of medicine. New York.
Malik A. 2006. Identifikasi bakteri asam laktat (BAL) penghasil eksopolisakarida
(EPS) menggunakan gen penyandi 16S rRNA. Departemen FarmasiUniversitas Indonesia.
Mandels M. Sternberg D. 1976. Recent advances in cellulase technology. Ferment
Technol 54:267-286.
Moreira LRS. Filho EXF. 2008. An overview of manan structure and manandegrading enzyme systems. Appl Microbiol Biotechnol 70:165-178.
Pangastuti A. 2006. Definisi Spesies Prokaryota Berdasarkan Urutan Basa Gen
Penyandi 16S rRNA dan gen Penyandi Protein. Biodiversitas 7(3): 292-296.
Politz OM et al. 2000. A highly thermostable endo-(1.4)-b-mannanase from the
marine bacterium Rhodothermus marinus. Appl Microbiol Biotechnol 53:
715-721.
Purawadaria T. Haryati T. Darma J. 1994. Isolasi dan seleksi kapang mesofilik
penghasil mananase. Majalah Jurnal Peternakan. hlm 26‐29.
Ruyitno. 2004. Bakteri laut dan peranannya dalam mendukung aktivitas manusia.
Jakarta; Pusat Penelitian Oseanografi lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Sachslehner A, Gabriele F, Nikolaus F, George G. Dietmar H. 2000. Hydrolysis
of isolated coffee mannan and coffee extract by mannanase of Sclerotium
roflsii. J. Biotechnology 80:127-134.
Songsiriritthigul C et al. 2010. Efficient recombinant expression and secretion of
a thermostable GH26 mannan endo-1.4-β-mannosidase from Bacillus
licheniformis in Escherichia coli. Microbial Cell Factories 9:20.
41
Stoll D, Stalbrand, Warren A. 1999. Manna degrading enzyme from Cellulomonas
fimi. 10 hlm ( http://www.aem,asm.org), 01 September 2012, pk 08.30
WIB.
Sumardi. 2004. Isolasi. karakterisasi. dan produksi -mananase ekstraseluler dari
Geobacillus strearothermophilus l-07 [disertasi]. Bogor: Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Suryadi. 2004. Isolasi. Karakterisasi dan produksi β-Mananase ekstraseluler dari
Geobacillus strearothermaphilus 1-7. [disertasi]. Program PascasarjanaInstitut Pertanian Bogor.
Tamaru et al. 1995. Purification an characterization of an extracellular β-1.4mananase from a marine bacterium. vibro sp. Strain MA-138. J
Microbiology. hlm 4454-4458.
Tanaka M et al. 2009. Cloning and characterization of a β-1.4 mannanase 5C
possessing family 27 carbohydrate-binding module from marine bacterium.
Vibrio Sp. Strain MA-138. Biosci. Biotech. Biochem. 7 (1): 109-116.
Weisburg WG. Barns SM. Pelletier DA. Lane DJ. 1991. 16S ribosomal DNA
amplification for phylogenetic study. J. Bact. 173 (2): 697-703.
Yopi et al. 2007. Study on hemicellulytic bacteria: production of oligosaccharides
from palm kernel cake using fermentation. Proceedings “Advances in
Biological Science: Contribution Towards a etter Human Prosperity”.
Page 111-113.
Zahura UA et al. 2011. cDNA cloning and bacterial expression of an endo-β-1.4mannanase. AkMan. from Aplysia kurodai. Comparative Biochemistry and
Physiology. Part B 159: 227–235.
Zhang et al. 2000. Purification and characterization of mananase from Bacillus
licheniformis from industrial use. J Biotechnology 22: 1375-1378.
42
43
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian
PENELITIAN
TAHAP I
Contoh Air Laut Hasil Sampling + Media
pengkayaan
Inkubasi selama 1 minggu pada shaker
inkubator pada suhu ruang, 150 rpm.
Isolasi Koloni Tunggal
(Inokulasi kultur pengayaan sebanyak 20 µL pada media padat)
Pemurnian Isolat Potensial
(Metode direct pick-up colony)
Uji Manolitik
(Metode Pewarnaan Congo Red)
Uji aktivitas Enzim mananase
(Metode spektrofotometer/DNS)
PENELITIAN
TAHAP II
Analisis Gen 16S rRNA
(Metode PCR)
Isolasi genom (Kit Instagene BioRad)
Amplifikasi Gen 16S rRNA
Elektroforesis
Sekuensing
Analisis Data 16S rRNA (Bioedit, RDP dan MEGA 5)
44
Lampiran 2
Hasil Contiq Bakteri Manolitik Laut Pari 3
GGCCAGGGGGGGGGGCTAATACATGCAAGTCGAGCGGACAGAAGGGAGCTT
GCTCCCGGATGTTAGCGGCGGACGGGTGAGTAACACGTGGGTAACCTGCCT
GTAAGACTGGGATAACTCCGGGAAACCGGAGCTAATACCGGATAGTTCCTT
GAACCGCATGGTTCAAGGATGAAAGACGGTTTCGGCTGTCACTTACAGATG
GACCCGCGGCGCATTAGCTAGTTGGTGGGGTAATGGCTCACCAAGGCGACG
ATGCGTAGCCGACCTGAGAGGGTGATCGGCCACACTGGGACTGAGACACGG
CCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTAGGGAATCTTCCGCAATGGACGAAA
GTCTGACGGAGCAACGCCGCGTGAGTGATGAAGGTTTTCGGATCGTAAAGC
TCTGTTGTTAGGGAAGAACAAGTGCGAGAGTAACTGCTCGCACCTTGACGG
TACCTAACCAGAAAGCCACGGCTAACTACGTGCCAGCAGCCGCGGTAATAC
GTAGGTGGCAAGCGTTGTCCGGAATTATTGGGCGTAAAGGGCTCGCAGGCG
GTTTCTTAAGTCTGATGTGAAAGCCCCCGGCTCAACCGGGGAGGGTCATTG
GAAACTGGGAAACTTGAGTGCAGAAGAGGAGAGTGGAATTCCACGTGTAGC
GGTGAAATGCGTAGAGATGTGGAGGAACACCAGTGGCGAAGGCGACTCTCT
GGTCTGTAACTGACGCTGAGGAGCGAAAGCGTGGGGAGCGAACAGGATTAG
ATACCCTGGTAGTCCACGCCGTAAACGATGAGTGCTAAGTGTTAGGGGGTT
TCGCCCCCTTAGTGCTGCAGCTAACGCATTAAGCACTCCGCCTGGGGGAGT
ACGGTCGCAAAGACTGAAAACTCAAAAGGAAATTGACGGGGGGCCCCCCAC
AAACCGGTGGAACCATGTGGTTTAAATTCCAAACCAACCCCAAAAAAACCT
TTACCAAGGTCTTTGACATCCTTCTGAACAACCCCTAAGAAGATAGGGGCT
TTTCCCCTTCCGGGGAACAGAATTGAACAGGGTGGGTGCCTTGGT
45
Lampiran 3
1
101
201
301
401
501
601
701
801
901
1001
1101
1201
1301
1401
Hasil Contiq Bakteri Manolitik Laut Pari 4
TTAGGCGGCT
ACTCTCGTGG
CGCGGCATGC
GTTGCAGCCT
CTCGCGGTCT
CAGGTCATAA
TTGTCACCGG
ATCAAGGGTT
GCTGACGACA
CTATCTCTAG
TTGCTTCGAA
TTCCTTTGAG
TGCGTTAACT
TTCATCGTTT
TCCCCCACGC
TCGGCCACTG
GAATTCCACT
TCCACGGTTG
CGCGCTTTAC
CGCGGCTGCT
AGGTGCCAGC
TACGACCCGA
CGTCCATTGC
GTGTCTCAGT
GTTGCCTTGG
CATCCATAAG
CAAAATGTTA
ATGGGCAGGT
GAGCAAGCTC
GGCTCCAAAA
TGTGACGGGC
TGATCCGCGA
ACAATCCGAA
TGCAGCTCTT
GGGGCATGAT
CAGTCACCTT
GGGCTCGTTG
ACCATGCACC
GGTTGTCAGA
TTAAACCACA
TTTCAGCCTT
TCAGCACTAA
TACGGCGTGG
TTTCGCGCCT
GTGTTCCTCC
TTCCTCTTCT
AGCCGTGGGC
GCCCAATAAT
GGCACGTAGT
TTATTCAACT
AAGCCTTCAT
GGAAGATTCC
CCCAGTGTGG
TGAGCCGTTA
TGACAGCCGA
TCCGGTATTA
TACCCACGTG
TTAATCCATT
AGGTTACCCC
GGTGTGTACA
TTACTAGCGA
CTGAGAACGG
TGTACCGTCC
GATTTGACGT
AGAGTGCCCA
CGGGACTTAA
ACCTGTCACT
GGATGTCAAG
TGCTCCACCG
GCGGCCGTAC
AGGGCGGAAA
GACTACCCAG
CAGTGTCAGT
ATATCTCTAC
GCACTCAAGT
TTTCACATCA
TCCGGATAAC
TAGCCGTGGC
AGCACTTGTT
CACTCACGCG
CTACTGCTGC
CCGATCACCC
CCTCACCAAC
AGCCGCCTTT
GCCCCGGTTT
TTACTCACCC
CGCTCGACTT
ACCGACTTCG
AGGCCCGGGA
TTCCAGCTTC
TTTTATGAGA
ATTGTAGCAC
CATCCCCACC
ACTAAATGAT
CCCAACATCT
CTGCTCCCGA
ACCTGGTAAG
CTTGTGCGGG
TCCCCAGGCG
CCCCTCTAAC
GGTATCTAAT
TACAGACCAG
GCATTTCACC
CTCCCAGTTT
GACTTAAGAA
GCTTGCCACC
TTTCTGGTTA
CTTCCCTAAC
GCGTTGCTCC
CTCCCGTAGG
TCTCAGGTCG
TAGCTAATGC
CAATTTCGAA
CCCGGAGTTA
GTCCGCCGCT
GCAT
GGTGTTACAA
ACGTATTCAC
ATGTAGGCGA
TTAGCTCCAC
GTGTGTAGCC
TTCCTCCGGT
GGCAACTAAG
CACGACACGA
AGGAGAAGCC
GTTCTTCGCG
CCCCCGTCAA
GAGTGCTTAA
ACTTTAGCAC
CCCCGTTTGC
AAAGTCGCCT
GCTACACATG
CCAATGACCC
ACCACCTGCG
TACGTATTAC
GGTACCGTCA
AACAGAGTTT
GTCAGACTTT
AGTCTGGGCC
GCTACGCATC
GACGCGGGTC
CCATGCGGTT
TCCCAGTCTT
AACTTCATAA
46
Lampiran 4
1
101
201
301
401
501
601
701
801
901
1001
1101
1201
1301
1401
Hasil Contiq Bakteri Manolitik Laut Pari 5
GAAGGGGGGG
TCTTATGAAG
ATAAGACTGG
TGAACCGCAT
TGGACCCGCG
ACGATGCGTA
ACGGCCCAGA
CGAAAGTCTG
TAAAACTCTG
CTTGACGGTA
CGGTAATACG
CGCGCAGGTG
GAGGGTCATT
TCCATGTGTA
AAGGCGGACT
GGGGAGCAAA
GTGCTAAGTG
AGCACTCCGC
ACGGGGGCCC
GAAGAACCTT
TTCTCCTTCG
TGTCGTGAGA
AGTTGCCATC
GGAGGAAGGT
TACACACGTG
GAGCTAATCT
CCTACATGAA
AATACGTTCC
TAACACCCGA
GACCGGGGG
TGCTATACAT
TTAGCGGCGG
GATAACTCCG
GGTTCGAAAT
TCGCATTAGC
GCCGACCTGA
CTCCTACGGG
ACGGAGCAAC
TTGTTAGGGA
CCTAACCAGA
TAGGTGGCAA
GTTTCTTAAG
GGAAACTGGG
GCGGTGAAAT
TTTTTGGTCT
CAGGATTAGA
TTAGAGGGTT
CTGGGGAGTA
GCACAAGCGG
ACCAGGTCTT
GGAGCAGAGT
TGTTGGGTTA
ATTTAGTTGG
GGGGATGACG
CTACAATGGA
CATAAAACCG
GCTGGAATCG
CGGGCCTTGT
AGTCGGTGGG
GCAAGTCGAG
ACGGGTGAGT
GGAAACCGGG
TGAAAGGCGG
TAGTTGGTGA
GAGGGTGATC
AGGCAGCAGT
GCCGCGTGAG
AGAACAAGTG
AAGCCACGGC
GCGTTATCCG
TCTGATGTGA
AGACTTGAGT
GCGTAGAGAT
GTAAACTGAC
TACCCTGGTA
TCCGCCCTTT
CGGCCGCAAG
TGGAGCATGT
GACATCCTCT
GACAGGTGGT
AGTCCCGCAA
GCACTCTAAG
TCAAATCATC
CGGTACAAAG
TTCTCAGTTC
CTAGTAATCG
ACACACCGCC
GTAACCTTTT
CGAATGGATT
AACACGTGGG
GCTAATACCG
CTTCGGCTGT
GGTAACGGCT
GGCCACACTG
AGGGAATCTT
TGATGAAGGC
CTAGTTGAAT
TAACTACGTG
GAATTATTGG
AAGCCCACGG
GCAGAAGAGG
ATGGAGGAAC
AATTGAGGCG
GTCCACGCCG
AGTGCTGAAG
GCTGAAACTC
GGTTTAATTC
GACAACCCTA
GCATGGTTGT
CGAGCGCAAC
GTGACTGCCG
ATGCCCCTTA
AGCTGCAAGA
GGATTGTAGG
CGGATCAGCA
CGTCACACCA
TGGAGCCAGC
AAGAGCTTGC
TAACCTGCCC
GATAACATTT
CACTTATGGA
CACCAAGGCA
GGACTGAGAC
CCGCAATGGA
TTTCGGGTCG
AAGCTGGCAC
CCAGCAGCCG
GCGTAAAGCG
CTCAACCGTG
AAAGTGGAAT
ACCAGTGGCG
GGGAAAGCGT
TAAACGATGA
TTACGCATTA
AAAGGAATTG
GAAGCAACGC
GAGATAGGGC
CGTCAGCTCG
CCTTGATCTT
GTGACAAACC
TGACCTGGGC
CCGCGAGGTG
CTGCAACTCG
TGCCGCGGTG
CGAGAGTTTG
CGCCTAAGGT
47
Lampiran 5
Kromatogram Bakteri Manolitik Laut Pari 3
Screen clipping taken: 9/21/2012, 2:39 AM
48
Lampiran 6
Kromatogram Bakteri Manolitik Laut Pari 4
49
Lampiran 7
Kromatogram Bakteri Manolitik Laut Pari 5
51
Lampiran 9
Hasil Identifikasi Bakteri Manolitik Laut Pari 4
52
Lampiran 10 Hasil Identifikasi Bakteri Manolitik Laut Pari 5
Download