1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini

advertisement
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini tuntutan terhadap mutu pelayanan menjadi sangat dominan dan
menjadi kebutuhan yang sangat mendesak untuk dipenuhi. Kebutuhan akan
pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi salah satu kebutuhan utama bagi
sebagian besar populasi. Clinical governance merupakan bagian dari suatu
pendekatan baru yang bertujuan untuk menjamin
terlaksananya
pelayanan
kesehatan yang bermutu.
The Western Australian Clinical Governance Framework mendefinisikan
empat pilar Cinical Governance meliputi (1) Consumer value; (2) Clinical
performance evaluation; (3) Clinical risk; dan (4) Professional development and
management. Terdapat tiga elemen utama yang berperan dalam strategi
peningkatan
kualitas
mutu
dalam kerangka clinical governance, yaitu (1) Standar
nasional (national
quality standards); (2) Mekanisme-mekanisme
untuk menjamin terselenggaranya pelayanan klinik yang bermutu tinggi melalui
clinical
governance; dan (3) Sistem-sistem
yang
secara
efektif
dapat
memantau pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu. (Roosen 2000, Allen
2000). Dalam pilar clinical performance evaluation mengharuskan sistem
pelayanan kesehatan menyusun indikator penilaian kinerja klinis termasuk di
dalamnya penilaian kinerja dokter sebagai salah satu sumber daya manusia yang
utama di sistem pelayanan kesehatan.
United Kingdom Department of Health sejak tahun 1997 telah
memperkenalkan National of Health System (NHS) performance assessment
framework dalam penilaian kinerja klinis termasuk di dalamnya kinerja dokter.
Kementerian Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 857/Menkes/SK/IX/2009 tentang Pedoman penilaian kinerja
Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Puskesmas memberikan acuan bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas dalam
menilai kinerja sumber daya manusia kesehatan di Puskesmas yang meliputi
tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis dan tenaga
2
kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat
dan bekerja serta mengabdikan dirinya seperti dalam upaya dan menejemen
kesehatan.
Penilaian kinerja yang efektif dapat digunakan sebagai dasar untuk
penempatan seseorang untuk suatu jabatan/posisi tertentu, penyusunan sistem
insentif yang wajar dan transparan, pengembangan karir yang adil, evaluasi
organisasi terhadap sumber daya yang dimiliki dan
juga bermanfaat untuk
menentukan kebutuhan pelatihan.
Sebagaimana yang ditulis oleh George T. Milkovich dan Jerry M.
Newman dalam buku Compensation edisi 8 yang diterbitkan McGraw-Hill
Company bahwa kinerja individu tergantung 3 faktor yaitu (1) skill atau
kemampuan mengerjakan pekerjaannya; (2) pengetahuan tentang fakta-fakta,
aturan, prinsip dan prosedur; (3) motivasi untuk bekerja. Seorang individu akan
termotivasi, berdasarkan teori Maslow’s need hierarchy, bila terpenuhi
kebutuhannya, mulai kebutuhan paling dasar (sandang, pangan dan papan) sampai
kebutuhan yang lebih tinggi seperti pengakuan, cinta dan aktualisasi diri. Dengan
kata lain motivasi akan timbul bila ada system kompensasi yang layak dan adil
yaitu dengan cara system remunerasi. Oleh sebab itu agar lebih obyektif dalam
penyusunan remunerasi seharusnya penilaian kinerja merupakan komponen utama
yang menjadi bahan pertimbangan.
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang terletak di Jl. Raya Sukowati
nomor 534 Kabupaten Sragen, didirikan pada tahun 1957 dan mulai beroperasi
sebagai rumah sakit tipe D pada tanggal 9 Desember 1958. Saat ini merupakan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh milik Pemerintah Kabupaten
Sragen sejak tahun 2009 dan merupakan Rumah Sakit Kelas B non pendidikan
yang terakreditasi 16 pelayanan pada tahun 2011 dengan total 306 tempat tidur.
Jumlah karyawan sampai dengan Juli 2014 adalah 614 orang yang terdiri dari 434
orang tenaga Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 180 orang Pegawai Kontrak BLUD
non PNS.
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen menerapkan sistem pembagian jasa
yang diatur dalam peraturan daerah berdasarkan fee for service, belum
3
performance-based pay. Penghitungan
pendapatan dokter didasarkan pada
persentase dari tarif yang dikenakan pada pasien sehingga variasinya sangat
banyak sesuai dengan bidang masing-masing di samping sangat tergantung
jumlah pasien dan jenis tindakan dokter yang dilakukan.
Sejak 1 Januari 2014 dengan ditetapkannya Jaminan Kesehatan Nasional,
tarif pelayanan yang dikenakan pada rumah sakit yang bekerjasama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak lagi menggunakan prinsip fee for
service sebagaimana diterapkan oleh PT.Askes yang merupakan cikal bakal BPJS.
Dalam era BPJS tarif yang diterapkan menggunakan sistem INA-CBGs
(Indonesia – Case Based Groups) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan dimana
tarif diberikan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan
diagnosis penyakit. Tarif tersebut sudah meliputi pelayanan obat, alat kesehatan,
bahan medis habis pakai dan jasa pelayanan. Dengan tarif INA-CBGs tersebut
maka pembagian jasa berdasarkan persentase sebagaimana cara fee for serfice
menjadi tidak relevan dan sulit memenuhi azas keadilan dan keterbukaan. Pada
akhirnya Remunerasi merupakan cara paling tepat dalam pembagian jasa
pelayanan.
Selain menjadi faktor penting dalam penyusunan remunerasi, penilaian
kinerja dokter sedang menjadi topik hangat di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen berkaitan dengan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan pemberlakuan sistem presensi sidik
jari bagi seluruh PNS di Kabupaten Sragen. Keterlambatan dan ketidakhadiran
selama jam kerja yang terekam dari presensi sidik jari akan menjadi salah satu
dasar penerapan disiplin pegawai. Hal ini tentu sulit diterapkan bagi dokter di
rumah sakit mengingat jam bekerja mereka tidak dibatasi selama jam kerja. Di
samping itu, sebagai pengganti penilaian kinerja pegawai dengan Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) telah diterapkan Peraturan Pemerintah Nomor 46
tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil dimana kinerja
4
pegawai dinilai dari persentase capaian Sasaran Kinerja Pegawai yang disusun di
awal tahun dimana bagi dokter fungsional didasarkan pada besaran Angka Kredit.
Hal ini juga sulit dijadikan dasar penilaian kinerja bagi dokter mengingat
penentuan angka kredit berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 167/1997 tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka
Kreditnya dimana prestasi kerja dokter didasarkan pada butir-butir kegiatan yang
kurang aplikatif bagi dokter di rumah sakit.
Dalam menilai kinerja dokter diperlukan instrumen yang reliabel, valid,
feasibel dan efektif. Sejak tahun 1993, Multisource feedback (MSF) atau 360degree evaluation banyak digunakan di berbagai belahan dunia. MSF meliputi
evaluasi eksternal kinerja dokter dengan variasi penilaian dari (1) kelompok
dengan pengetahuan dan lingkup pekerjaan yang sama; (2) mitra kerja non-dokter
(perawat, petugas lab, manajemen, dsb); dan (3) pasien. ( Overeem et al, 2012). Di
Indonesia sendiri belum pernah ada instrument penilaian kinerja dokter secara
individu yang dikembangkan dan diterapkan.
Sehubungan dengan latar belakang di atas maka kesepakatan metode
penilaian kinerja dokter di RSUD dr. soehadi Prijonegoro Sragen menjadi penting
dengan menentukan instrumen dan mekanisme yang dianggap paling tepat, yang
dapat digunakan sebagai dasar remunerasi.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana kesepakatan metode penilaian kinerja dokter dalam rangka
pembagian jasa pelayanan medis sebagai dasar remunerasi di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi variasi kriteria penilaian kinerja dokter.
2. Mengukur kesepakatan kriteria penilaian kinerja dokter.
3. Mendeskripsikan mekanisme penilaian kinerja dokter berdasarkan
kesepakatan kriteria penilaian kinerja.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Menghasilkan rancangan metode penilaian kinerja dokter yang bisa
digunakan untuk membagi jasa pelayanan medis di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen khususnya dan seluruh RS di Indonesia pada
umumnya.
2. Memberikan masukan kepada Direksi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen tentang metode penilaian kinerja dokter yang dianggap paling tepat
untuk dapat dijadikan dasar remunerasi.
3. Menjadi dasar penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penilaian
kinerja dokter.
E. Keaslian Penelitian
Di Indonesia, penelitian tentang instrument penilaian kinerja karyawan rumah
sakit, khususnya kinerja dokter, belum banyak ditemukan. Beberapa penelitian
tentang penilaian kinerja dokter yang cukup relevan menurut penulis antara lain
Kepuasan kompensasi moneter langsung non gaji dengan kinerja perawat di
Rumah Sakit Umum Daerah Sleman yang merupakan karya tesis oleh Suryadi
Muchzal dari Minat Utama Manajemen Rumah Sakit Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan, tahun pada tahun 2004.
Penelitian di luar negeri antara lain oleh
Karlijn Overeem, dkk yang
melakukan journal review dengan tujuan melaksanakan evaluasi sistemik
feasibilitas metode penilaian kinerja dokter, sifat psikometrik instrument yang
sangat penting untuk penilaian sumatif dan efektivitas metode penilaian kinerja
individu dokter dalam praktek sehari-hari.Penelitian ini dimuat di Medical
education journal volume 41 tahun 2007. Selain itu Ajit Narayan, M. Greco, H.
Powell dan T. Bealing dalam Journal of Management and Marketing In
Healthcare, 2011 menulis laporan penelitian dengan judul Measuring the quqlity
of hospital doctors through colleague and patient feedback yang merupakan
penelitian cohort untuk mengevaluasi feasibilitas 2 intrumen penilaian kinerja
dokter berupa umpan balik dari kolega dan pasien.
6
Penelitian yang paling mendekati penelitian ini adalah yang dilakukan oleh
Karlijn Overeem, dkk dan dimuat dalam Biomed Central terbitan 26 Maret
201dengan judul Evaluation of physician’s professional performance : an
iterative development and validation study of multisource feedbeck instruments.
Penelitian ini mengevaluasi reliabilitas dan validitas instrument penilaian kinerja
dengan MSF , keterlibatan faktor-faktor bias sosiodemografis, hubungan antara
self assessment dengan penilaian lainnya dan jumlah penilaian minimal untuk
mendapatkan penilain yang reliable dan valid bagi kinerja professional dokter di
Belanda, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis dalam tesis ini mengambil
item-item penilaian kinerja dokter yang dimuat dalam penelitian tersebut sebagai
pedoman dalam proses penelitian action research yang dilakuakan. Karena
penelitian tersebut dilaksanakan di Belanda, untuk dokter-dokter di 26 rumah sakit
non pendidikan, maka item-item penilaian kinerja yang diadopsi disesuaikan
dengan keadaan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen sebagai lokasi penelitian
tesis ini.
Uraian dari penelitian yang relevan dapat dilihat pada tabel 1.1. sebagai
berikut :
7
Tabel 1.1. Penelitian yang relevan
Penulis (tahun)
Judul
Tujuan
Lokasi dan
Rancangan
waktu
penelitian
Sampel
Hasil utama
penelitian
1. Terdapat
Suryadi Muchzal Tesis Hubungan
1.mengidentifikasi
RSUD
Deskriptif non
48 perawat
(2004)
kepuasan
aspek-aspek yang
Sleman
eksperimental
dari 117 total
hubungan
kompensasi
mempengaruhi
(2004)
cross sectional
populasi
positif
moneter langsung
kinerja karyawan di
perawat PNS
kepuasan
non gaji dengan
RSUD Sleman
kompensasi
kinerja perawat di
2. Mengetahui
moneter
Rumah Sakit
kinerja perawat di
langsung non
Umum Daerah
RSUD Sleman.
gaji dengan
Sleman
3.Mengetahui
kinerja
tingkat kepuasan
perawat.
perawat terhadap
2. Variable yang
kompensasi moneter
mempengaru
langsung non gaji.
hi kinerja
perawat yaitu
dimensi
8
keadilan,
administrasi
dan layanan,
jumlah dan
bentuk
kompensasi.
64 artikel
Dari 6 metode
yang dimuat
penilaian
penilaian kinerja
di MEDLINE
kinerja
practise : does it
dokter, sifat
(1966-Januari
yaitu
journal volume
help doctors or not
psikometrik
2006),
pasien, observasi
41 tahun 2007)
? a systemic review
instrument yang
PsychINFO
video, observasi
sangat penting
(1972-januari
langsung,
untuk penilaian
2006),
assessment,
sumatif dan
EMBASE
audit
efektivitas metode
(1980-Januari
edik
penilaian kinerja
2006),
portofolio,
individu dokter
Cochrane
metode
dalam praktek
(1966-2006)
paling
feasibel
adalah
peer
Karlijn
Doctor
Evaluasi sistemik
Netherlands
Overeem, et al
performance
feasibilitas metode
(2006)
(Medical
assessment in daily
education
sehari-hari.
Journal review
dokter
simulasi
peer
catatan
dan
yang
9
assessment. Sifat
psikometrik
instrumen
hanya
sedikit
yang tergambar,
efektivitas
penilaian
juga
hanya
sedikit
diteliti. Kecuali
2
artikel,
semuanya
menggunakan
metode
penilaian
tunggal.
Ajit Narayan, M.
Measuring the
Mengevaluasi
Dua rumah
Deskriptif non
3950 kolega
Instrumen
Greco, H. Powell
quqlity of hospital
instrument penilaian
sakit
eksperimental
dari 278
umpan
dan T. Bealing
doctors through
kinerja dokter
terkemuka di
Cohort dengan
dokter, 5783
CFET dan DISQ
((Journal of
colleague and
secara periodic
United
Colleague
pasien dari
dapat
balik
10
207 dokter
digunakan
dengan umpan balik
Kingdom
feedback
Marketing In
dari kolega dan dari
(2007 s/d
evaluation tool
sebagai
Healthcare,
pasien.
2010)
(CFET) dan
screening
Doctor’s
menilai kinerja
interpersonal
dokter
skill
periodik.
Management and
patient feedback
2011)
awal
secara
questionnaire
(DISQ)
Karlijn Overeem
Evaluation of
Mengevaluasi
26 non-
observational
146 dokter di
MSF
, et al (Biomed
physician’s
reliabilitas dan
academic
validation study
26 non-
instruments
validitas instrument
hospitals in
academic
menghasilkan
performance : an
penilaian kinerja
the
hospitals in
data
iterative
dengan MSF ,
Netherlands
the
reliabel
development and
keterlibatan faktor-
(2011)
Netherlands,
valid
validation study of
faktor bias
dinilai dengan
mengevaluasi
multisource
sosiodemografis,
MSF dari 864 kinerja
feedbeck
hubungan antara
peers, 894 co-
profesional
instruments
self assessment
workers and
individu dokter
dengan penilaian
1960 pasien.
di Belanda
Central,published professional
26 Maret 2012)
lainnya dan jumlah
yang
dan
untuk
11
penilaian minimal
untuk mendapatkan
penilain yang
reliable dan valid
bagi kinerja
professional dokter
di Belanda.
Download