Hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas perawatan dower catheter dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien stroke di ruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Agnes Triwijaya K1), Atiek Murhayati 2), Galih Priambodo3) Abstrak Penyakit Stroke memerlukan perawatan yang cukup serius, salah satunya pemasangan DC.Tindakan ini perlu perawatan rutin dan perlu pengetahuan dan sikap yang baik sehingga akan berpengaruh pada perilaku pencegahan ISK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien stroke di ruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 50 orang perawat diruang inap penyakit syaraf. Uji analisa data yang dipakai adalah uji Chi Square. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan variabel pengetahuan ditemukan nilai x² hitung > x² tabel (7,890 > 3,841) dan nilai p= 0,005, maka H0 ditolak yang artinya ada hubungan pengetahuan perawat tentang kualitas perawatan DC terhadap perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih. Sedangkan variabel sikap ditemukan nilai x² hitung > x² tabel (4,608 > 3,841) dan nilai p= 0,032 sehingga H0 ditolak. Yang artinya ada hubungan sikap perawat tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien Stroke diruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan DC, infeksi nosokomial saluran kemih stroke Daftar pustaka: 24 (2000-2015) 1 tahun angka kematian akibat stroke PENDAHULUAN Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius didalam beberapa tahun terakhir ini. sebesar 15,9% (di daerah perkotaan) dan 11,5% (di daerah pedesaan) (Sjahrir, 2009). Jumlah total penderita stroke di Perawatan dan penyembuhan penyakit ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan timbulnya berbagai masalah seperti beban keluarga dan dapat menyebabkan kecacatan jangka panjang atau bahkan kematian pada penderita dengan penyakit stroke Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke dengan jumlah kematian sebanyak lima juta orang dan lima juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama merupakan pada salah ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat (Menkes RI, 2009). Kasus stroke di rumah sakit sebagian besar membutuhkan perawatan yang cukup lama. Kelemahan atau kelumpuhan (Fatmawati, 2010 ). kecacatan Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250 usia dewasa satu dan penyebab terbanyak di dunia (Xu, et al, 2010). Prevalensi kejadian stroke di Amerika diperkirakan sekitar dua juta penderita pasca stroke di tahun 2008. Insiden stroke di India diperkirakan sekitar 203 pasien per 100.000 penduduk, dan di China insiden stroke sekitar 219 per pembunuh nomor tiga. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 pada usia 45-54 rumah masih sakit. Keluarga perlu mempertimbangkan tingkat kemandirian atau tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) Mulyatsih (2008). Aktivitas kehidupan sehari-hari / ADL (activity daily living) adalah fungsi dan aktivitas individu yang normalnya dilakukan tanpa bantuan orang lain (Wallace dalam Triswandari, 2008). Penelitian Haqhqoo et al, (2013) menemukan sekitar 65,5% penderita stroke ketergantungan dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Penderita stroke biasa memerlukan pemasangan alat bantu BAK yang biasa di kenal dengan selang kencing (dower catheter). Pemasangan DC 2 seringkali dialami pasien sewaktu keluar dari 100.000 penduduk. Di Indonesia stroke merupakan juga bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi pasien, disamping itu Tingkat pengetahuan dan juga memudahkan perawat / dokter pemahaman masing masing perawat untuk memantau output cairan penderita. berbeda beda, begitu pula dengan sikap Terdapat sisi keuntungan dan kegunaan dan perilaku perawat yang tidak sama pemasangan segi menjadi salah satu faktor penyebab resikonya juga yaitu resiko terjadinya kualitas perawatan DC. Hasil penelitian infeksi nosokomial khususnya di saluran yang dilakukan oleh Tri Kesuma Dewi, kemih. Resiko infeksi nosokomial ini 2009 terjadi dikarenakan kurangnya perhatian perawat tentang perawatan kateter urin dan perawatan dari perawat dalam di RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta memasang DC. Berdasarkan penelitian menunjukkan yang dilakukan oleh Afsah (2008) di RS pengetahuan PKU Yogyakarta perawatan DC secara keseluruhan dalam didapatkan angka kejadian ISK pada kriteria baik 20% dan dalam kriteria pasien cukup sebanyak 80%. Penelitian oleh DC, tetapi Muhammadiyah yang ada dipasang kateter urin sebanyak 20 % dari 30 pasien. adalah bahwa perawat tentang tingkat SOP Kasmad, 2007 tentang hubungan antara Indikator perawatan DC yang berkualitas tentang Tingkat pengetahuan kualitas perawatan kateter dengan berdasarkan kejadian infeksi nosokomial saluran pengetahuan dan sikap perawat terhadap kemih” menjelaskan bahwa terdapat standar operasional prosedur (SOP) hubungan antara kualitas perawatan rumah sakit tentang perawatan DC. kateter Penelitian yang dilakukan oleh Widya nosokomial saluran kemih. Sepalanita (2012) pengaruh perawatan kejadian infeksi judul Hasil studi pendahuluan di RSUD urin Dr Soehadi Prijonegoro Sragen yaitu indwelling model AACN (American didapatkan jumlah pasien stroke di association of critical care nurses) RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen terhadap bakteriuria di RSU Raden dari bulan Januari sampai bulan April Mattaher Jambi yang menunjukkan hasil 2015 berjumlah 180 pasien. Berdasarkan uji bahwa data dari Tim PPI RSUD Dr Soehadi perawatan kateter urin indwelling model Prijonegoro Sragen, rata rata pasien AACN menurunkan stroke tersebut terpasang DC yaitu kelompok sekitar 65% dari total penderita stroke bivariat bakteriuria kontrol. dengan dengan kateter menunjukkan signifikan dibandingkan yang dirawat di rumah sakit tersebut. Hasil wawancara dari 10 orang perawat 3 di rumah sakit tersebut, enam orang %. Kejadian INOS yang sering terjadi perawat adalah tersebut mengatakan tidak decubitus dan plebitis. pernah melakukan perawatan DC pada Sedangkan untuk kasus pemasangan DC pasien yang terpasang DC dan empat belum menjadi perhatian oleh Tim PPI orang dirumah sakit tersebut. perawat mengatakan rutin melakukan perawatan DC meskipun Berdasarkan uraian latar belakang belum begitu menguasai bagaimana diatas, peneliti tertarik untuk melakukan SOP perawatan DC yang benar. Di penelitian ruang syaraf kelas tiga sebagian besar pengetahuan dan sikap perawat tentang perawat yang jaga mengatakan tidak kualitas paham bagaimana SOP perawatan DC dengan perilaku yang benar dan tidak pernah melakukan nosokomial saluran kemih pada pasien perawatan DC tersebut. Angka kejadian stroke di ruang Inap RSUD Dr Soehadi INOS di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Prijonegoro Sragen. yang berjudul perawatan hubungan dower catheter pencegahan infeksi Sragen menurut Tim PPI sebanyak 0,6 menggunakan uji khai kuadrat (chi METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan square). Dimana bila nilai x² hitung > x² diruang inap penyakit syaraf RSUD dr. tabel maka H0 ditolak, yang artinya ada Soehadi Prijonegoro Sragen pada bulan hubungan antara variabel dependen Desember 2015 sampai dengan Januari dengan variabel independen penelitian. 2016. Peneliti menggunakan lembar observasi Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif frekuensi dengan penelitian. pendekatan cross sectional. urin sebagai instrumen Populasi dalam penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN perawat ruang inap penyakit syaraf di Analisa Univariat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Karakteristik Responden Teknik sampel yang digunakan adalah Tabel 1. Karakteristik responden total sampling. Sampel yang digunakan berdasarkan umur berjumlah 50 orang. Analisa univariat penelitian demografi kelamin, ini meliputi responden lama kerja karakteristik (umur, dan jenis tingkat pendidikan), pengetahuan, sikap dan perilaku responden. Uji analisa statistik 4 No 1 2 3 Umur Jumlah Persentase 26-35 25 50% tahun 36-45 19 38% tahun 46-55 6 12% tahun Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari responden didapatkan 50 orang perempuan yaitu sebanyak 32 responden (64%). Peneliti memiliki argumen data bahwa berkenaan dengan hasil temuan ini, berusia 26-35 bahwa terkadang sangat mudah dilihat tahun yaitu sebanyak 25 orang (50%). perbedaan antar kaum laki-laki dengan Peneliti berpendapat seperti kaum perempuan. Dimana mayoritas kondisi dilahan memang kaum perempuan lebih cenderung rajin benar mayoritas dari responden ialah dan juga ulet dalam beerja ataupun mereka yang masih berumur dewasa melakukan rutinitas mereka sehari-hari. awal, dimana mereka masih memiliki Sedangkan kaum laki-laki biasanya fisik yang kuat, semangat yang cukup lebih malas dan juga lebih cuek dalam tinggi dan juga kemampuan daya ingat melakukan dan daya serap ketika diberikan ilmu pernyataan yang dikemukakan oleh atau ketrampilan baru, mereka lebih Sunaryo (2004), bahwa salah satu faktor mudah menguasai dari pada responden yang yang berusia lebih tua. seseorang adalah jenis kelamin. Sebagai mayoritas responden bahwa penelitian Hal ini sejalan dengan teori yang telah dikemukakan bahwa dapat pekerjaannya. Seperti mempengaruhi perilaku contohnya adalah perbedaan perilaku tingkat antara pria dan wanita dapat dilihat dari pengetahuan seseorang salah satu faktor cara berpakaian atau cara melakukan yang mempengaruhinya adalah dari pekerjaannya sehari-hari. semakin Tabel 3. Karakteristik responden bertambah umur pengetahuan semakin berdasarkan tingkat pendidikan faktor umur. meningkat, Dimana semakin tua (umur) pengetahuan akan mengalami degenerasi No 1 (Notoadmojo, 2010). Tabel 2. Karakteristik responden 2 berdasarkan jenis kelamin No 1 2 Jenis Jumlah Persentase kelamin Laki-laki 18 36% Perempuan 32 64% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa mayoritas dari jumlah responden 5 adalah berjenis kelamin 3 Tingkat pendidikan D3 Keperawata n S1 keperawata n Lain-lain Jumlah Berdasarkan Jumlah Persentase 27 54% 21 42% 2 50 tabel 3. 4% 100% dapat diketahui bahwa mayoritas dari jumlah responden adalah memiliki pendidikan D3 keperawatan tingkat yaitu sebanyak 27 responden (54%). Menurut pendapat peneliti berkenaan dengan (46%). Lama masa kerja disini tentu saja tingkat pendidikan responden dalam berkaitan penelitian ini bahwa memang benar dimana responden yang sudah memiliki kamampuan responden dalam menerima umur yang lebih tua tentu saja akan atau pengalaman memiliki pengalaman dan juga masa diberikan kerja yang lebih dibandingkan dengan ketrampilan baru terlihat perbedaan responden dengan umur yang lebih yang cukup jelas. Dimana responden muda. Hal ini pun sesuai dengan konsep dengan tingkat teori mereka lebih memahami ataupun setiap ketika mereka pendidikan mudah Sarjana dengan bahwa umur tingkat responden, pengetahuan diberikan seseorang dipengaruhi juga oleh tingkat ketrampilan baru dibandingkan dengan pengalaman dalam bekerja (lama masa responden dengan tingkat pendidikan kerja). Tingkat pendidikan seeorang yang lebih rendah. Hal ini sangat yang semakin tinggi maka pengalaman mendukung pernyataan bahwa semakin akan semakin luas, sedangkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang tua umur seseorang, maka pengalaman maka semakin mudah pula seseorang semakin banyak (Notoadmojo, 2010). tersebut menyerap ilmu / hal hal baru ataupun lebih mudah menyesuaikan dengan hal hal baru tersebut (Notoadmojo, 2010). berdasarkan lama kerja 1 2 Lama kerja 5-10 tahun 11-15 tahun 3 >15 tahun Jumlah Berdasarkan Jumlah Persentase 23 46% 19 38% 8 16% 50 tabel 100% 4. dapat 1 2 Kategori Jumlah Persentase pengetahuan Tinggi 33 66% Rendah 17 34% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa pengetahuan mayoritas responden tingkat tentang perawatan DC adalah tinggi yaitu sebanyak 33 responden (66%). Berdasarkan temuan hasil penelitian diatas perbedaan tingkat pengetahuan diketahui bahwa mayoritas dari jumlah responden memiliki masa kerja selama 5-10 tahun yaitu sebanyak 23 responden 6 tentang perawatan DC No Tabel 4. Karakteristik responden No Tabel 5. Tingkat pengetahuan responden responden baik tinggi maupun rendah kemungkinan adalah dipengaruhi oleh umur, tempat tinggal, sosial ekonomi, kultur, pendidikan, pengalaman, dan sumber informasi yang diperoleh penelitian (Notoadmojo, 2010). Tabel 6. Sikap responden tentang perawatan DC No 1 2 Sikap Jumlah responden Positif 32 Negatif 18 Jumlah 50 Berdasarkan diketahui responden yang dapat diamati ditempat Persentase tabel 64% 36% 100% 6. dapat bahwa mayoritas sikap responden tentang perawatan DC adalah positif yaitu sebanyak 32 responden (64%). Seperti kutipan dari teori yang menerangkan bahwa perubahan sikap seseorang dapat terjadi dikarenakan beberapa hal, diantaranya hasil dari proses belajar, proses sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya pengalaman-pengalaman baru yang dialami oleh individu (Davidoff adalah kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa alasan yaitu perbedaan tingkat mayoritas masih pendidikan D3 yang Keperawatan, terlalu sedikitnya pengalaman bekerja dari sebagian besar responden yang mana mayoritas responden memiliki lama masa kerja kurang dari 10 tahun dan juga perbedaan sikap responden yang masih memiliki sikap negatif misalnya malas dalam berperilaku. Hal ini pun sejalan dengan penjelasan teori bahwa yaitu perilaku yang baik dan perilaku yang buruk kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor endogen (jenis ras, jenis kelamin, sifat kepribadian, bakat pembawaan, intelegensi dan usia) dan juga faktor eksogen (faktor lingkungan, pendidikan, dalam Zaim Elmubarok, 2008). agama, sosial ekonomi dan kebudayaan) Tabel 7. Perilaku pencegahan Inos No 1 2 Perilaku Jumlah Persentase responden Baik 26 52% Buruk 24 48% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui bahwa mayoritas perilaku responden tentang pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih adalah baik yaitu sebanyak 26 responden (52%). 7 Perbedaan tingkat perilaku (Sunaryo, 2004). mempermudah Analisa Bivariat Hubungan pengetahuan perawat serap dan kemampuan belajar responden ketika DC mereka diberikan pengetahuan ataupun dengan perilaku pencegahan infeksi ketrampilan baru khususnya ketrampilan nosokomial saluran kemih perawatan tentang kualitas perawatan DC yang berkualitas. Tabel 8. Sehingga pola perilaku pencegahan Hubungan pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial respondenpun juga kualitas perawatan DC dengan perilaku akan berubah lebih baik. pencegahan Inos Perilaku Baik Pengetah uan daya Perilak u Buruk Penelitian Total 21 12 33 Rendah Jumlah 10 31 24 36 34 67 x² 7,890 Asymp.sig (2-sided)/ p 0,005 terdapat hubungan pengetahuan nosokomial x² hitung (pearson chi square) adalah 7,890 dan dengan tingkat keyakinan 95%, alpha = 5%, df 1(jumlah baris-1) x (jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-1) = 1 x 1 = 1, hasil untuk x² tabel sebesar 3,841. Karena x² hitung > x² tabel (7,890 > 3,841) dan nilai p: 0,005, maka H0 ditolak, jadi ada hubungan pengetahuan tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien diruang inap RSUD dr. Soehadi dengan tingkat Prijonegoro Sragen, 2013 yang menemukan hasil bahwa dan antara tingkat motivasi perawat dengan perilaku pencegahan infeksi Berdasarkan tabel 8. didapat nilai stroke Berdasarkan hasil penelitian ini RSUD Sukoharjo. Dimana tingkat pengetahuan dan juga motivasi perawat yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap perilaku yang baik pula dalam pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini dikarenakan perilaku seseorang itu dibagi menjadi beberapa tiga domain, yaitu cognitive domain, affective domain dan psychomotor domain (Bloom, 1990 dikutip oleh Notoadmodjo, 1997). Cognitive domain biasa diukur / dilihat dari tingkat pengetahuan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langsung Hubungan sikap perawat tentang pengetahuan responden yang mayoritas kualitas masih perilaku tentunya di (Sunaryo,2004). kelemahan sebesar p: 0,005. akan perawatan DC pencegahan nosokomial saluran kemih 8 yang dilakukan oleh Evie Wulan Ningsih, Tinggi tinggi sebelumnya dengan infeksi Tabel 9. penelitian yang menunjukkan bahwa Hubungan sikap perawat tentang ada hubungan pengetahuan kualitas perawatan DC dengan perilaku perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan Inos pencegahan infeksi nosokomial di RS peril aku Baik sikap tidak Positif negatif Jumlah perila ku Buru k 13 13 26 19 5 24 Islam Sultan Agung Semarang (p < 0,05, Tot al 32 18 50 x² 4,608 Asym p.sig (2sided) /p 0,032 dimana p = 0,308). Sedangkan ada hubungan antara sikap perawat tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di RS Islam Sultan Agung Semarang (p < 0,05, dimana p = 0,019). Berdasarkan tabel 9. didapat nilai Perilaku seseorang dapat dibentuk x² hitung (pearson chi square) adalah oleh sikap seseorang, karena sikap 4,608 dan dengan tingkat keyakinan merupakan 95%, alpha = 5%, df 1(jumlah baris-1) x perilaku (jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-1) = 1 x 1 affective domain (Bloom, 1990 dikutip = 1, hasil untuk x² tabel sebesar 3,841. oleh Karena x² hitung > x² tabel (4,608 > merupakan suatu bentuk reaksi atau 3,841) dan nilai p: 0,032, maka H0 reaksi perasaan (Azwar, 2007). Sikap ditolak, jadi ada hubungan sikap tentang mempunyai kualitas perawatan DC dengan perilaku intensitas yaitu terdiri dari: menerima, pencegahan infeksi nosokomial saluran menanggapi, menghargai, bertanggung kemih pada pasien stroke diruang inap jawab (Notoadmodjo, 2005). Sikap juga RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, dapat dibentuk melalui pengalaman dengan tingkat kelemahan sebesar p: pribadi, pengaruh orang lain yang 0,032 dianggap penting, pengaruh kebudayaan, Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukardjo dkk tentang Hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kontrol infeksi nosokomial di RS Islam Sultan Agung Semarang. Dengan hasil SIMPULAN 1. Karakteristik responden berdasarkan: 9 cara untuk seseorang yaitu Notoadmodjo, tingkat mengukur dari 1997). segi Sikap berdasarkan media massa, lembaga pendidikan dan agama, dan pengaruh faktor emosional. a. Umur adalah dari 50 orang responden sebagian besar dari responden berusia 26-35 tahun adalah positif yaitu sebanyak 32 responden (64%). 4. Perilaku pencegahan infeksi yaitu sebanyak 25 responden nosokomial saluran kemih adalah (50%). dari b. Jenis kelamin adalah dari jumlah 50 orang responden dapat diketahui bahwa mayoritas perilaku responden sebanyak 50 orang responden didapatkan data bahwa mayoritas infeksi nosokomial saluran kemih responden adalah adalah baik perempuan yaitu sebanyak 32 responden tentang yaitu sebanyak 26 responden (52%). 5. Hubungan (64%). pengetahuan c. Tingkat pendidikan adalah dari 50 kualitas orang responden diperoleh hasil perilaku bahwa nosokomial mayoritas responden pencegahan perawatan tentang DC dengan pencegahan infeksi saluran kemih D3 didapatkan nilai x² hitung (pearson keperawatan yaitu sebanyak 27 chi square) adalah 7,890 dan dengan responden (54%). tingkat keyakinan 95%, alpha = 5%, memiliki pendidikan d. Lama masa kerja adalah dari 50 df 1(jumlah baris-1) x (jumlah orang responden didapatkan data kolom-1) = (2-1) x (2-1) = 1 x 1 = 1, bahwa sebagian besar responden hasil untuk x² tabel sebesar 3,841. memiliki masa kerja selama 5-10 Karena x² hitung > x² tabel (7,890 > tahun 3,841) dan nilai p: 0,005, maka H0 yaitu sebanyak 23 responden (46%) ditolak, 2. Pengetahuan tentang perawatan DC jadi pengetahuan ada hubungan tentang kualitas adalah dari 50 orang responden dapat perawatan diketahui bahwa mayoritas tingkat pencegahan pengetahuan tentang saluran kemih pada pasien stroke perawatan DC adalah tinggi yaitu diruang inap RSUD dr. Soehadi sebanyak 33 responden (66%). Prijonegoro Sragen, dengan tingkat responden 3. Sikap tentang perawatan DC adalah dari 50 orang responden dapat DC dengan infeksi perilaku nosokomial kelemahan sebesar p: 0,005. 6. Hubungan sikap tentang kualitas diketahui bahwa mayoritas sikap perawatan responden tentang perawatan DC pencegahan DC dengan infeksi perilaku nosokomial saluran kemih didapatkan nilai x² 10 hitung (pearson chi square) adalah 2. Bagi masyarakat 4,608 dan dengan tingkat keyakinan Hasil penelitian ini diharapkan dapat 95%, alpha = 5%, df 1(jumlah baris- memberikan 1) x (jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-1) terhadap kualitas perawatan DC pada = 1 x 1 = 1, hasil untuk x² tabel masyarakat dalam hal ini pasien guna sebesar 3,841. Karena x² hitung > x² mengurangi tabel (4,608 > 3,841) dan nilai p: nosokomial saluran kemih. 0,032, maka H0 ditolak, jadi ada dampak yang kejadian baik infeksi 3. Bagi penelitian lain. hubungan sikap tentang kualitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat perawatan DC dengan perilaku menjadi pencegahan infeksi sumber acuan dalam nosokomial pembuatan penelitian lain berikutnya saluran kemih pada pasien stroke dan diharapkan penelitian berikutnya diruang inap RSUD dr. Soehadi lebih menekankan pada perubahan Prijonegoro Sragen, dengan tingkat perilaku responden tidak hanya dari kelemahan sebesar p: 0,032. segi kognitifnya saja. Sehingga Saran penelitian tidak hanya dilakukan Berdasarkan simpulan diatas, maka ada sekali waktu saja. beberapa saran yang harus diperhatikan 4. Bagi institusi pendidikan. adalah sebagai berikut: Hasil penelitian ini diharapkan dapat 1. Bagi rumah sakit menambah Hasil penelitian mampu menjadi ini diharapkan dasar dalam pembuatan dan diterapkannya SOP perawatan DC yang benar berkualitas sehingga dan wawasan tentang pembuatan SOP perawatan DC dan juga menambah referensi tentang infeksi nosokomial saluran kemih. 5. Bagi peneliti. dapat Hasil penelitian ini dapat dijadikan menambah pengetahuan dan merubah sebagai pengalaman dan wawasan pola perilaku perawat / tenaga medis serta menambah pengetahuan bagi lain peneliti dalam mengurangi kejadian infeksi nosokomial saluran kemih. Arikunto,S.(2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Jakarta: Rineka Cipta 11 membuat sebuah penelitian Brunner, L & Suddart, D. (2002). Buku DAFTAR PUSTAKA Suatu dalam Praktek. Ajar Keperawatan Medikal Bedah (H.Kuncoro, A.Hartono, M. Ester, Y. Asih, terjemahan). Edisi 8 vol 1. Jakarta: EGC Nur Kayati. (2005). Stroke jangan Data RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2014-2015 Fatmawati,Baiq Gambaran Rulli. (2010). Beban Keluarga Kerja Stroke Puskesmas Bantul di wilayah Kasihan Yogyakarta. publikasi.umy.ac.id Lagi jadikan Hantu: Awasi gejala sejak dini dan cara menolong dengan Anggota keluarga yang Menderita Mangoenprasodjo, A. Setiono, dan Fitri II www. diakses 27 penderita Think Fresh. Yogyakarta Martini, Santi dan Lucia, Y. Hendrati. (2006). Usia Merokok Pertama Kali merupakan faktor yang meningkatkan Resiko Kejadian Hipertensi: Besar resiko kejadian Desember 2010. 19.20 wib Hipertensi menurut pola merokok. Habni, Yulia. (2009). Perilaku Perawat Jurnal kedokteran Yarsi .14 (3). dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD,Rawat jalan di RSUP H Adam Malik Medan Hakim, Irfan. (2004). Kegemukan dan masalahnya, Suara pembaharuan, posting 2004. pertama: 22 C. (2007). Metodologi penelitian . Jakarta: Bumi Aksara Noer, H.M. Sjaifoellah. (2000). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: Balai penerbit FKUI Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan www.pembaruan.com. dan Perilaku kesehatan. Jakarta: (2003). Kapita PT Rieka Cipta Selekta Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Neurologi. Gajahmada University Penelitian kesehatan. Jakarta: PT Press. Yogyakarta Rineka Cipta Jenny. (2005). Perawatan Pasca Stroke di Rumah. Sahabat Setia. Yogyakarta Kelana Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta S.J. (2010). Buku Ajar Keperawatan Fundamental ( Esty Wahyunigsih Jakarta: EGC Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Kozier, B, Erb. G,Berman A. Synder , 12 Narbuko, Agustus diakses 5 januari 2011, 21.15 wib Harsono. 191-198 penerjemah). Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: penerbit Rineka Cipta Jakarta Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Potter, P. A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar keperawatan Fundamental (vol 1-2). Jakarta: EGC Sheldon G. Sheps.(2005). Mayo clinic Hipertension. Terjemahan Meita Tjandrasa. Jakarta: PT intisari Mediatama Sopiyudin Dahlan, M.(2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan edisi 5. Jakarta Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta Sunaryo. (2004). Psikologi keperawatan. Jakarta: EGC 13 untuk