BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. 1 Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia dalam berbagai kehidupannya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa tidak terlibat dalam komunikasi. Karena komunikasi sebagai salah satu alat untuk berinteraksi dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan komunikasi pula manusia dapat survive. Sebagian besar waktu yang dimiliki manusia digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dalam menunjang kehidupan manusia. Menurut Brent D. Ruben mendefinisikan komunikasi adalah “suatu proses melalui individu dalam hubungan, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dengan orang lain”.2 Definisi di atas memberikan gambaran yang jelas bagaimana komunikasi adalah proses menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk 1 2 Ibid., hal 9. Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2011, hal. 3. 10 melakukan koordinasi dengan orang lain baik dalam tataran individu, dalam kelompok maupun organisasi. Sedangkan menurut Ruslan (2006), “secara garis besar dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan)”.3 Berdasarkan pengertian komunikasi di atas, maka dapat diketahui unsurunsur pokok dalam proses berkomunikasi sebagai berikut (Ruslan 2006) : 1. Source, yaitu individu atau sumber yang berinisiatif untuk menyampaikan pesan-pesan. 2. Message, suatu gagasan, ide berupa pesan, informasi, pengetahuan, ajakan, bujukan, atau ungkapan bersifat pendidikan, emosi, dan lain sebagainya yang akan disampaikan komunikator kepada perorangan atau kelompok tertentu (komunikan). 3. Channel, berupa media, sarana, atau saluran yang dipergunakan oleh komunikator dalam mekanisme penyampaian pesan-pesan kepada khalayaknya. 4. Effect, suatu dampak yang terjadi dalam proses penyampaian pesan-pesan tersebut. Dapat berakibat positif maupun negatif bergantung dari tanggapan, persepsi, dan opini dari hasil komunikasi tersebut. 4 3 Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2006. 4 Ibid. 11 Dari pengertian tersebut di atas peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau lambang atau simbol-simbol dari komunikator kepada komunikan melalui berbagai saluran dengan tujuan memberitahu, mengubah sikap dan perilaku orang lain. 2.1.1 Peran dan Fungsi Komunikasi Komunikasi memegang peranan penting, karena komunikasi merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Sebab tanpa komunikasi tidak akan ada proses interaksi : saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi atau pesan dan lain sebagainya. Fungsi komunikasi dapat dilihat dalam hidup pribadi, hubungan dengan orang lain, di tempat kerja dan dalam masyarakat.5 Fungsi komunikasi dilihat dalam hidup pribadi, adalah sebagai berikut : 1. Mengungkapkan perasaan dan gagasan – komunikasi dapat menjadi alat katarsis untuk melepaskan beban mental dan psikologis sehingga mendapatkan keseimbangan hidup kembali. 2. Menjelaskan perasaan, isi pikiran dan perilaku diri sendiri. 3. Semakin mengenal diri – mengenal isi hati, pikiran dan perilaku diri sendiri dan mendapat umpan balik dari rekan komunikasi tentang pikiran, emosi, kehendak, cita-cita dan perilaku dari komunikator. Fungsi komunikasi dilihat dalam hubungan dengan orang lain : 1. Mengenal orang lain. Dengan komunikasi orang lain dapat mengungkapkan dirinya, isi pikirannya dan perasaannya. 2. Menjalin perkenalan, pertemanan dan persahabatan dengan orang lain. 3. Membahas masalah, bertukar pikiran dan membuat rencana kegiatan bersama orang lain. 5 Agus M. Hardjana. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius. 2003, hal, l 20-21. 12 4. Meminta bantuan dan pertolongan kepada orang lain. 5. Saling membantu mengubah sikap dan perilaku hidup bersama dengan orang lain. Fungsi komunikasi di tempat kerja : 1. Menjalin hubungan baik dengan rekan kerja di tempat kerja. 2. Membangun kerja sama dan sinergi dengan rekan kerja. 3. Memberitahu tentang kerja dan mengarahkan kerja itu sesuai dengan tujuan. 4. Mengatasi perbedaan pendapat, ketegangan dan konflik. Fungsi komunikasi dalam masyarakat : 1. Mempersatukan masyarakat. 2. Mengatasi masalah bersama dalam masyarakat. 3. Membuat usaha untuk kemajuan masyarakat. 4. Mengusahakan kesejahteraan masyarakat. Pendapat yang sedikit berbeda diungkapkan oleh Onong Effendy, bahwa secara umum fungsi komunikasi dibagi menjadi 4 hal sebagai berikut : a. Menyampaikan Informasi (to inform), Memberitahukan atau menerangkan informasi atau hal-hal yang belum diketahui seseorang maupun publik terhadap apa yang terjadi kepada seseorang atau publik sehingga informasi yang diberikan menambah pengetahuan dan wawasan. b. Mendidik (to educate), Memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermanfaat, baik secara formal, nonformal maupun informal sehingga mendorong pembentukan watak dan pendidikan ketrampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. c. Menghibur (to entertain), Informasi yang disampaikan setidaknya dapat memberikan hiburan, menghilangkan rasa stress dan memberikan alternatif jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. 13 d. Mempengaruhi(to influence). Membujuk, mempengaruhi atau membentuk suatu opini seseorang ataupun publik, meyakinkan tentang informasi-informasi yang disampaikan sehingga mau merubah sikap atau mendukung opini yang mempengaruhinya. 6 Dari pengertian fungsi komunikasi tersebut peneliti dapat menggambarkan bahwa dalam komunikasi setidaknya harus memiliki salah satu dari fungsi komunikasi tersebut di atas, baik komunikasi itu bersifat untuk memberi informasi, memberikan tambahan pengetahuan atau memberikan suatu perasaan yang menyenangkan bagi penerima pesan atau juga dapat mengubah sikap atau perilaku orang lain. Hal ini tentunya disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dari komunikasi tersebut agar komunikasi menjadi efektif. 2.1.2 Tujuan Komunikasi Tujuan utama komunikasi adalah untuk membangun atau menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Namun sebenarnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan spesifik seperti dijelaskan oleh Daryanto dalam buku Ilmu Komunikasi adalah sebagai berikut : 1. Perubahan sikap (attitude change) Seorang komunikan setelah menerima pesan, kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi, kita mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita. 6 Effendy, op.cit., 8. 14 2. Perubahan pendapat (opinion change) Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman ialah kemampuan memahani pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami arti komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. Cotoh : berita yang disampaikan oleh surat kabar. Informasi yang diterima khalayak dalam waktu bersamaan, namun pendapat/opini yang muncul dari individu berbeda-beda. 3. Perubahan perilaku (behavior change) Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku ataupun tindakan seseorang. Contoh : Kampanye kesehatan, misalnya mengenai merokok menyebabkan gangguan kesehatan. Setelah mengikuti kampanye seorang perokok kemudian berusaha mengurangi atau berhenti merokok. 4. Perubahan sosial (social change) Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang semakin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Contoh : di perkotaan, sering terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi sikap semata, melainkan kadang terdapat maksud implisit di baliknya, yakni untuk membina hubungan baik. 7 Agar pesan atau informasi yang disampaikan menjadi efektif maka komunikator harus mampu menetapkan tujuan komunikasi terlebih dahulu. Apakah tujuan komunikasi untuk merubah opini, atau merubah sikap atau perilaku seseorang. Disamping itu komunikator juga harus mampu mengemas pesan melalui media yang tepat dengan khalayak yang dituju. Dengan demikian maka informasi yang disampaikan melalui media yang tepat akan efektif dan dapat memenuhi kebutuhan informasi khalayaknya. 7 Daryanto. Ilmu Komunikasi. Bandung : Satu Nusa 2010, hal. 148-150. 15 2.1.3 Komunikasi Organisasi Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi adalah “organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty”. Atau dengan kata lain, komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.8 Definisi di atas mengandung tujuh konsep kunci yaitu, proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian. Berikut adalah penjelasan singkat dari tujuh konsep tersebut : a. Proses. Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses. b. Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. c. Jaringan adalah sekumpulan perangkat yang digunakan untuk menyimpan pesan-pesan dan saling terkait satu dengan yang lain, di mana dengan cara tersebut pengguna dapat menyimpan, menggali dan saling berbagi pakai terhadap informasi yang tersedia. 8 Muhammad, op. cit., 67-74. 16 d. Keadaan Saling Tergantung. Artinya sifat dari suatu organisasi merupakan sistem terbuka. Maka bila suatu bagian mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi. e. Hubungan. Karena organisasi adalah sistem terbuka dan sistem kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak di tangan manusia atau dengan kata lain jalannya pesan dalam organisasi dihubungkan oleh manusia. f. Lingkungan.Yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dibedakan atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Yang termasuk lingkungan internal adalah personalia (karyawan), staf, golongan fungsionaris dari organisasi dan komponen organisasi lainnya. Sedangkan lingkungan eksternal dari organisasi adalah langganan, saingan dan teknologi. g. Ketidakpastian.Yang dimaksud dengan ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. 17 Sedangkan ahli komunikasi Greenbaunm mengatakan “Komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan komunikasi internal dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekali sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas”.9 Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi, namun secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. 2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media. 3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan ketrampilan /skil-nya. 2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Organisasi Dalam organisasi, komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Komunikasi dalam organisasi mempunyai 4 fungsi, yaitu : 1. Informatif Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan lebih tepat. 9 Ibid., 66. 18 2. Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi tersebut. Ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu pertama atasan atau orang yang berada dalam tataran manajemen, mereka memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan yang ada pada tataran karyawan, selalu berorientasi pada kerja. 3. Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan lebih menyukai untuk mempersuasi karyawannya dari pada memberi perintah. 4. Integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan untuk dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. 19 2.2 Public Relations 2.2.1 Definisi Public Relations Pengertian Public Relations menurut Frank Jefkins, “Public Relations (PR) adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”.10 Dari pengertian di atas seorang praktisi PR dituntut mampu mengerjakan banyak hal. Ia harus bisa menjadi seorang komunikator, seorang penasehat dan sekaligus perencana kampanye yang baik. Dan dia harus mampu menghadapi banyak pihak, mulai dari kalangan dalam seperti staf, anggota atau pegawai hingga kalangan luar seperti agen, konsumen, wartawan, pemerintah dan sebagainya. Selain itu pengertian PR menurut Prof. Marston menyatakan bahwa “PR adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara sebuah organisasi demi kepentingan publik, dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk meraih pengertian dan dukungan publik”.11 10 Frank Jefkins, (direvisi Daniel Yadin). Public Relations. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. 2004, hal. 10. 11 Onong.,op.cit., 117. 20 Sedangkan L. Bernays dalam bukunya Public Relations mengatakan bahwa “PR memiliki tiga arti yaitu : sebagai penerangan kepada publik, persuasi yang ditujukan kepada publik untuk mengubah sikap dan tingkah laku publik, dan upaya untuk menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga”.12 Dari beberapa definisi Public Relations di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Public Relations merupakan komunikator semua bentuk kegiatan komunikasi di dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Kegiatan komunikasi tersebut bertujuan untuk menumbuhkan hubungan baik antara segenap publiknya, baik publik internal maupun eksternal dan apa yang dikomunikasikan dapat mempersuasi publiknya dengan tujuan mengubah sikap dan perilakunya. 2.2.2 Fungsi Public Relations Kegiatan Public Relations menurut pakar humas Internasional, Cutlip & Center, and Canfield dalam kaitan dengan fungsi Public Relations dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi). 2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran. 3. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi, dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya. 4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama. 12 Ibid., 13. 21 5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. 13 Konsep fungsi Public Relations di atas didukung oleh pendapat serupa dari Onong U. Effendy dalam bukunya, Hubungan Masyarakat Suatu Komunikologis. Dalam konsepnya ketika PRO (Public Relations Officer) menjalankan tugas dan operasionalnya, baik sebagai komunikator dan mediator, maupun organisator memiliki 4 fungsi sebagai berikut : a. Sebagai Communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakilinya dengan publiknya. b. Membina Relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. c. Peranan Back Up Management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan. d. Membentuk Corporate Image, artinya peranan Public Relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. 14 Sedangkan Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public Relations Principles and Problems mempunyai pendapat yang sedikit berbeda dengan mengemukakan tiga fungsi Public Relations, yaitu : 13 Bertrand R. Canfield. Public Relations : Principles and Problems. University of California. 2009 14 Onong U. Effendy. Hubungan Masyarakat Suatu Komunikologis. Bandung : Remaja Rosdakarya. 1993, hal. 36. 22 a. Mengabdi kepada kepentingan umum (It should serve the public’s interest). b. Memelihara komunikasi yang baik (Maintain good communication). c. Menitikberatkan moral dan tingkah-laku yang baik (And stress good morals and manners).15 Meskipun pendapat Canfield sedikit berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, namun secara umum pendapat dari ketiga ahli di atas mempunyai pemahaman yang sama bahwa fungsi Public Relations adalah memelihara komunikasi yang baik kepada publiknya. 2.2.3 Khalayak Public Relations Pengertian khalayak (public) adalah sekelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal ataupun eksternal. Menurut definisi yang dirumuskan oleh Institute of Public Relations Associations (IPRA) istilah khalayak sengaja dituangkan dalam istilah bermakna majemuk, yakni publics. Hal ini dikarenakan berbeda dari yang diindikasikan oleh definisi dari beberapa kamus tertentu – kegiatan-kegiatan humas tidak diarahkan kepada khalayak dalam pengertian yang seluas-luasnya (masyarakat umum) 16. Dalam kalimat lain, kegiatan-kegiatan PR tersebut khusus diarahkan kepada khalayak terbatas atau pihak-pihak tertentu yang berbeda-beda, dan masing- 15 16 Onong op.cit., 137. Frank Jefkins dalam Yadin. Public Relations. Jakarta : Erlangga. 2003, hal. 80. 23 masing dengan cara yang berlainan pula. Penyebaran suatu pesan PR tidak dilakukan secara pukul rata ke semua orang seperti halnya pesan iklan. Dalam memilih khalayak, PR lebih selektif. Unsur atau segmen tertentu sengaja dipilih untuk lebih mengefektifkan penerimaan pesan. Setiap organisasi/perusahaan memiliki sendiri khalayak khususnya. Kepada khalayak terbatas itulah organisasi senantiasa menjalin komunikasi, baik secara internal maupun eksternal. Dalam melakukan tugas dan fungsinya, Public Relations memiliki kaitan erat dengan keberadaan publik atau khalayak. Yang dimaksud dengan khalayak atau publik disini bukanlah masyarakat secara keseluruhan, melainkan kelompokkelompok tertentu yang berkepentingan dengan perusahaan. Khalayak disini dapat pula diartikan sebagai stakeholders dari perusahaan; atau dapat dikatakan sebagai kelompok atau orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi dan dalam suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Secara umum, menurut Jefkins dalam buku Public Relations, khalayak utama dapat diidentifikasi sebagai pihak yang paling sering terkait dengan organisasi. 17 Di sini khalayak diidentifikasi ada sepuluh, yaitu : 1. Masyarakat umum 2. Calon pegawai / anggota 3. Anggota / pegawai 4. Mitra usaha pemasok jasa atau barang yang menjadi kebutuhan rutin organisasi 17 Ibid., hal. 81. 24 5. Investor, pemegang saham, kalangan perbankan 6. Para distributor 7. Konsumen dan pemakai produk atau jasa organisasi 8. Para opinion leader atau pemimpin pendapat umum 9. Serikat Pekerja 10. Media Massa Klasifikasi daftar khalayak tersebut di atas untuk sebuah perusahaan atau organisasi komersial. Public Relations sebagai suatu lembaga atau perorangan bertugas melakukan hubungan baik ke dalam maupun ke luar perusahaan dengan khlayaknya. Dalam proses mengkomunikasikan informasi dari perusahaan kepada khalayaknya PR harus memahami benar karakteristik dari semua khalayaknya, agar informasi yang disampaikan dapat menyentuh seluruh khalayak. 2.3 Internal Relations Istilah internal relations atau hubungan internal merupakan hubungan yang penting dalam suatu organisasi. Internal relations menunjukkan hubungan antara organisasi dengan karyawan di semua level. Karyawan bisa terdiri dari manager, secretary, supervisor, receptionist dan lain sebagainya. Publik internal atau karyawan ini merupakan sumber daya terbesar dari organisasi. 25 Menurut Cutlip & Center, dalam buku Effective Public Relations pegertian publik internal atau lebih dikenal dengan sebutan Employee Relations yaitu “sekelompok orang bekerja (karyawan/pegawai) di dalam suatu perusahaan”.18 Dapat juga diartikan bahwa hubungan kepegawaian (Employee Relations) tersebut tidak diartikan dalam pengertian yang sempit, yaitu sama dengan hubungan industrial yang hanya menekankan pada unsur dua proses “produksi dan upah” yang terkait dengan “lingkungan kerja”, namun pengertiannya lebih dari itu, hubungan tersebut dipengaruhi oleh hubungan komunikasi internal antar karyawan dengan karyawan lainnya atau hubungan karyawan dengan manajemen perusahaan yang efektif. Pelaksanaan program Employee Relations (hubungan publik internal) yang tepat adalah sarana teknis melalui suatu kegiatan PR dengan metode komunikasi yang memiliki kekuatan mengelola sumber daya manusia demi pencapaian tujuan perusahaan. Organisasi/perusahaan akan kehilangan sebagian besar potensi sumber daya manusianya jika tidak memprioritaskan komunikasi dua arah yang efektif – yang merupakan landasan untuk hubungan manajemen dengan karyawan. Oleh karena itu akan jauh lebih baik apabila Internal Public Relations berupaya melakukan hubungan komunikasi secara langsung atau kontak pribadi dengan para karyawan secara non formal yaitu misalnya komunikasi di belakang meja kerja, pada saat makan siang di kantin dan sebagainya. 18 Cutlip and Center. Effective Public Relations. Jakarta : Kencana, 2009. 26 Dengan cara demikian timbang rasa, pengertian bersama dan kepercayaan dari mereka dapat terpelihara. Dengan mendatangi dan bercakap-cakap dengan mereka maka dapat diketahui sikap, pendapat, kesulitan, keinginan, harapan dan perasaannya. Pengertian di atas didukung oleh pendapat Frazier Moore dalam bukunya Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi mengatakan, komunikasi dua arah yang baik antara manajemen dan karyawan didasarkan pada asas-asas komunikasi karyawan19 , yaitu sebagai berikut : a. Manajemen harus bersedia secara sadar memberikan informasi kepada karyawannya. Setiap pelaksana harus memahami bahwa komunikasi merupakan tanggung jawab utama, dan dalam evaluasi pelaksanaan secara keseluruhan, tanggung jawab komunikasi yang diberikan adalah sangat berat. b. Komunikasi harus berfungsi sebagai suatu sistem yang lengkap antara manajemen dan karyawan. c. Pesan tertulis harus digunakan untuk menghindari penyimpangan arti yang mungkin terjadi dalam komunikasi lisan. d. Pesan harus disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang lazim, yang sesuai dengan tingkat pendidikan karyawan. e. Media komunikasi harus dipilih dan pesan harus disiapkan oleh komunikator yang berpengalaman. Terutama yang penting bahwa komunikasi tentang informasi penting tidak dipercayakan kepada orang dengan pengalaman komunikasi yang terbatas. f. Komunikasi jangan secara sengaja disalahgunakan atau disesatkan tetapi harus faktual, saksama, dan tidak memihak. g. Informasi harus diberikan tepat pada waktunya dan pesan harus disampaikan dengan cepat untuk menghindari kesalahpahaman. 19 Frazier Moore. Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 350. 27 h. Pengulangan adalah penting dalam komunikasi karyawan yang baik. Informasi harus diulang dengan cara yang berlainan agar mudah dipahami. i. Informasi harus dikomunikasikan dalam jumlah yang kecil agar mudah dipahami. j. Tanggung jawab terhadap komunikasi karyawan yang bersifat formal harus diserahkan kepada staf humas. 2.4 Media Internal Media internal adalah saluran yang digunakan untuk mendukung kegiatan Public Relations dalam berkomunikasi dengan publik internalnya (karyawan) dalam suatu organisasi. Media atau saluran komunikasi diharapkan dapat menjadi sarana dalam memberikan informasi mengenai langkah organisasi dalam mencapai tujuan dan pemenuhan kebutuhan antara perusahaan dengan karyawan dapat berlangsung lewat media komunikasi tersebut. Hal ini selaras dengan pengertian media menurut Ronald adalah “merupakan jalur penting dalam kegiatan-kegiatan Public Relations”.20 Karena dengan media, PR dapat mengatur pesan penting yang akan disampaikan dalam suatu kemasan dengan baik dan ditujukan kepada sasaran yang tepat. Sedangkan pengertian media internal menurut Ardianto adalah media yang dipergunakan untuk kepentingan kalangan terbatas dan nonkomersial serta lazim digunakan dalam aktivitas Public Relations.21 20 Ronald D. Smith. Strategic Planning For Public Relations. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher. 1992, p. 153. 21 Soemirat dan Ardianto. Dasar-dasar Pubic Relations. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009, hal. 75. 28 Di sini, peneliti mengartikan bahwa media internal adalah media yang digunakan untuk kalangan tertentu di dalam perusahaan. Kalangan tertentu yang dimaksud adalah karyawan. Dimana media tersebut dibagikan secara gratis kepada karyawan untuk memberikan berbagai informasi tentang perusahaan. Dengan demikian karyawan mendapat informasi yang diperlukan tentang arah dan dinamika seputar perusahaan dimana mereka bekerja yang juga dapat bermanfaat untuk mengambil sebuah keputusan. 2.4.1 Fungsi Media Internal Ada tiga fungsi media dalam proses komunikasi menurut Ronald dalam buku Strategic Planning Public Relations22 yaitu : 1. Sebagai media hubungan komunikasi internal dan eksternal yang diedarkan atau diberikan secara gratis dalam upaya penyampaian pesan-pesan, informasi, dan berita mengenai aktivitas perusahaan, manfaat produk barang, relasi bisnis, stakeholder (hubungan dengan pemegang saham), dan employee relations (hubungan dengan pegawai dan keluarganya), 2. Sebagai ajang komunikasi antara karyawan, misalnya ucapan selamat ulang tahun, informasi kelahiran bayi dan keluarga karyawan, adanya pegawai atau pendatang baru (new comer), kegiatan olah raga, wisata, keagamaan, program kesehatan, hingga berita duka cita serta kegiatan sosial. 3. Sebagai sarana media untuk pelatihan dan pendidikan dalam bidang tulis-menulis bagi karyawan, serta staff PR yang berbakat atau berpotensi sebagai penulis ilmiah populer. 22 Ronald op.cit., 156. 29 2.4.2. Bentuk Media Internal Jurnal Internal / House Internal adalah istilah yang dapat diartikan secara lebih luas yakni sebagai terbitan atau bahan cetakan yang diterbitkan secara teratur untuk mencapai khalayak tertentu yaitu para staff dan anggota organisasi. Berikut adalah variasi bentuk Jurnal Internal : 1. Majalah, jurnal internal dengan format majalah biasanya berukuran A4. Isinya kebanyakan adalah tulisan fitur dan ilustrasi. Jurnal ini bisa dicetak dengan menggunakan teknik lithografi atau photogravure. Hal ini tergantung dari kebijakan dan kemampuan organisasi atau perusahaan. 2. Koran, Meskipun mirip dengan koran tabloid, tapi isinya terdiri dari berita yang disisipi dengan tulisan fitur dan ilustrasi. Proses percetakannya biasanya lebih canggih, yakni secara offset-litho. 3. Newsletter, Jumlah halamannya biasanya lebih sedikit, yakni 2 hingga 8 halaman, dan biasanya berukuran A4. Sebagian besar isinya adalah tulisan-tulisan singkat dengan atau tanpa gambar. Percetakannya menggunakan teknik lithografi atau dapat diproduksi pada mesin fotokopi kantor. 4. Majalah Dinding, Bentuknya seperti poster kecil yang ditempelkan pada dinding. Ini merupakan suatu medium yang biasa digunakan untuk keperluan internal maupun eksternal. 30 Secara khusus dalam merancang jurnal internal, Internal Public Relations harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : a. Cakupan Pembaca Sebuah jurnal harus menyediakan informasi atau pesan yang bisa diterima oleh berbagai kalangan dengan jurnal yang berbeda-beda. Pembaca akan memilih jurnal yang diminati dan menarik untuk dibaca, tentunya yang sesuai dengan kebutuhannya. Organisasi harus memahami khalayak yang akan membaca jurnal tersebut. Jika perlu menyediakan jurnal yang berbeda untuk pimpinan dan karyawan. b. Kuantitas Ukuran suatu jurnal yang akan diterbitkan akan mempengaruhi kualitas jurnal itu sendiri. Baik metode produksi ataupun kandungan materinya dan banyaknya eksemplar yang harus dicetak untuk sekali penerbitan. c. Frekuensi Seberapa sering jurnal diterbitkan, tentu mempunyai periode dalam penerbitannya misalnya tanggal, hari, dan bulan penerbitan. Jurnal harus diterbitkan secara teratur dan tanggal publikasi yang tetap. Pada umumnya jurnal internal memiliki jangka waktu terbit yang relatif lama seperti bulanan atau triwulanan, meskipun ada juga yang terbit harian, dan mingguan. 31 d. Kebijakan Dalam hal ini menyangkut tujuan jurnal tersebut diterbitkan. Dalam setiap pembuatan jurnal tentu saja mempunyai tujuan tertentu untuk mencapai khalayaknya melalui pesan yang dikemas. Idealnya setiap jurnal memiliki ciri khas yang terkait dengan isi. Contohnya memberitahukan aspek-aspek tentang perusahaan, wahana komunikasi antara anggota organisasi dan lainnya. e. Judul Pemilihan judul sangat penting. Judul harus menarik, mencolok, berbeda dan mudah diingat tetapi tidak boleh lepas dari tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya. Judul harus konsisten atau tidak boleh berubahubah, maka pemilihan judul harus cermat dan tepat sehingga mudah untuk mengenali perusahaan dan jenis usahanya. f. Gaya dan Format Pemilihan format jurnal secara benar merupakan hal yang tak kalah penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan format antara lain adalah ukuran halaman, jumlah kolom per halaman, warna yang digunakan, bagaimana tulisannya. Gaya dan format jurnal yang telah dirancang harus mampu menarik khalayak untuk membaca jurnal tersebut. Oleh karena itu tampilan yang menarik patut menjadi perhatian utama. 32 g. Dijual atau dibagikan secara gratis Apabila jurnal sudah menjadi media yang besar dan memiliki nama, maka akan banyak dicari orang sehingga jurnal itu bernilai tinggi. Tetapi jika jurnal masih kecil dan berupa poster, maka nilai jualnya belum ada atau hanya bisa dibagi secara cuma-cuma, namun yang terpenting adalah nilai pesan yang terkandung di dalamnya. h. Iklan Jurnal yang sudah besar dan terkenal akan banyak sekali pengiklan yang menampilkan produknya dalam jurnal tersebut. Iklan dapat menambah penampilan jurnal agar lebih menarik dan mampu meningkatkan minat baca pada jurnal tersebut. Tetapi bisa juga sebaliknya penempatan iklan akan merusak penampilan jurnal jika tidak memperhatikan komposisi dengan baik. i. Distribusi Pendistribusian jurnal ada berbagai cara misalnya melalui pos, dari tangan ke tangan, di jual di toko buku, dititipkan di loper koran, atau tempattempat tertentu lainnya. Dalam hal ini tergantung dari kebijakan perusahaan dan budget yang dimiliki. 33 2.4.3 Tujuan Media Internal Secara umum penggunaan media internal mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Kesadaaran (awareness) : membuat publik sasaran untuk berpikir tentang suatu hal dan mencoba untuk memperkenalkan suatu tingkatan pemahaman tertentu. Semua itu bisa disebut sebagai tujuan kognitif (pemikiran). 2. Sikap dan opini (attitude and opinion) : membuat publik sasaran membentuk suatu sikap atau opini tertentu tentang suatu subjek. Semua itu disebut sebagai tujuan afektif. 3. Perilaku (behavior) : membuat publik sasaran bertindak sesuai dengan yang diinginkan. Ini disebut tujuan konatif atau psikomotorik. 2.4.4 Majalah Dinding Sebagai Media Informasi Internal Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading adalah salah satu jenis media komunikasi cetak yang paling sederhana sebagai sarana informasi. Menurut Nursito dalam buku Membimbing Majalah Dinding mengatakan bahwa prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya. Bentuk majalah dinding berupa kolom-kolom, bermacam 34 hasil karya, seperti lukisan, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar dan sejenisnya disusun secara variatif. 23 Lebih lanjut Nursito menjelaskan, semua materi disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak menarik. Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Ukuran yang tergolong relatif besar adalah 120 cm x 240 cm, sedang yang lebih kecil lagi disesuaikan dengan situasi dan kondisi. 24 Menurut Kertapati majalah dinding sebagai media informasi internal harus mempunyai enam syarat informasi yang berkualitas baik. 25 Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi atau gaya tulisan yang digunakan sehingga memudahkan pembacanya dalam memahami tulisan, isi pesan atau informasi yang hendak disampaikan. 2. Pesan / Informasi. Semua bentuk informasi yang berhubungan merupakan pesan yang harus diketahui oleh publik internal perusahaan, misalnya berupa kegiatan yang dilakukan perusahaan. 23 Nursito.Membimbing Majalah Dinding. Adicita Karya Nusa. 1999, hal, 1-8. Ibid 25 Maria Assumpta Rumanti. Dasar-dasar Public Relations. Jakarta : Grasindo 2002. 24 35 3. Bentuk. Merupakan wujud atau tampilan yang diberikan pada media internal sehingga siapapun yang melihatnya akan tertarik untuk membacanya. 4. Teks. Tulisan yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan yang saling berhubungan dengan kepentingan publiknya. 5. Warna. Warna memiliki peranan yang sangat penting pada penampilan media. Pemilihan dan penggunaan warna yang menarik dan tepat akan menarik perhatian orang untuk melihat dan membaca media internal tersebut. 6. Gambar. Merupakan foto-foto dari kegiatan yang menjadi tema dalam topik yang dibahas. Pendapat di atas didukung juga oleh Boove (dalam Liliweri, 2001:75) dalam buku Dasar-sasar Komunikasi Periklanan. Beliau mengatakan bahwa media cetak yang baik harus memiliki daya tarik. 26 Daya tarik yang harus ada adalah sebagai berikut : 1. Daya Tarik Pesan, meliputi : isi pesan, tata bahasa, gaya penulisan dan aktualisasi berita. 2. Daya Tarik Fisik, meliputi : gambar (kualitas gambar/foto dan kualitas kertas), tata letak, tata warna (teknik pewarnaan dan kualitas warna). 26 Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti. 2001, hal. 75. 36 3. Daya Tarik Kuantitas, meliputi : frekuensi terbitnya media cetak tersebut. 2.5 Efektivitas Media Internal Majalah Dinding Komunikasi atau proses penyampaian informasi melalui media dalam suatu organisasi merupakan salah satu kebutuhan pokok. Dalam proses penyampaian informasi, hasil akhir yang ingin dicapai adalah timbulnya efek dimana efek tersebut diharapkan dapat memberikan umpan balik sesuai dengan yang dikehendaki. Komunikasi dapat mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang kita inginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam penyampaian informasi. Pada hasil yang lebih rendah yaitu mengusahakan agar informasi kita disetujui dan yang paling rendah adalah dapat dipahami. Ketika bicara tentang efektivitas komunikasi, tidak akan terlepas dari efek komunikasi itu sendiri. Karena efek adalah unsur penting dalam keseluruhan proses komunikasi. Efek bukan hanya sekedar umpan balik dan reaksi penerima (komunikan) terhadap pesan yang dilontarkan oleh komunikator, melainkan efek dalam komunikasi merupakan paduan sejumlah “kekuatan” yang bekerja dalam masyarakat (karyawan di perusahaan). 37 Bentuk konkrit efek dalam komunikasi menurut Effendy adalah terjadinya perubahan pendapat, atau sikap atau perilaku khalayak, akibat pesan yang menyentuhnya.27 Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan pandangan komunikan. Efek diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Efek Kognitif : efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh, pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan sebagainya. 2. Efek Afektif : Berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton televisi atau film bioskop, timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, senang sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding, dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya perasaan marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemes, sinis, kecut dan sabagainya. 3. Efek Konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk perilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering 27 Onong.,loc.cit., hal. 318-319 38 disebut juga efek behavioral. Timbulnya efek konatif setelah muncul kognitif dan efek afektif. Efektivitas dapat dilihat dari efek atau umpan balik yang ditimbulkan setelah membaca media internal majalah dinding baik dalam tingkat kognitif, afektif maupun konatif. Definisi efektivitas secara umum menurut Hardjana dalam bukunya berjudul Audit Komunikasi, adalah “mengerjakan hal-hal yang benar, membawa hasil, menangani tantangan masa depan, meningkatkan keuntungan atau laba, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya”.28 Indikator-indikator untuk mengukur efektivitas dalam audit komunkiasi oleh Hardjana adalah sebagai berikut : a. Penerima/pemakai : Dalam konteks ini akan ditinjau mengenai seberapa sering si penerima akan membaca media internal yang ada. b. Isi : Dalam konteks ini ditinjau mengenai kejelasan informasi, kesesuaian dengan fakta, dan aktualitas informasi. c. Ketepatan waktu : Dalam hal ini akan ditinjau mengenai jadwal penerbitan. d. Media : Dalam hal ini akan ditinjau mengenai media majalah dinding apakah memenuhi informasi bagi karyawan. e. Format : Dalam konteks ini ditinjau mengenai media majalah dinding yang menarik. f. Sumber : Dalam konteks ini ditinjau mengenai sumber informasi yang dapat dipercaya. 28 Andrea Hardjana. Audit Komunikasi: Teori dan Praktek. Jakarta : Grasindo. 2000, hal. 24. 39 Adapun pendapat Emerson dalam Sumaryadi mengatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan”. Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif. Hal ini juga dipertegas oleh Hasibuan bahwa “efektivitas adalah tercapainya suatu sasaran eksplisit dan implisit”. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Miller dalam buku yang sama “Effectiveness be define as the degree to which a social system achieve its goals. Effectiveness must be distinguished from efficiency. Efficiency is mainly concerned with goal attainments”, yang artinya efektivitas dimaksudkan sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem-sistem sosial mencapai tujuannya. 29 Di sisi lain para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik menggunakan pendekatan apa yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure (singkatan dari AIDDA) yaitu : A = Attention (Perhatian) I = Interest (Minat) D = Desire (Hasrat) D = Decision (Keputusan) A = Action (Kegiatan) 29 Sumaryadi. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. 2005, hal. 105. 40 Dalam proses komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hal ini komunikator harus mempunyai daya tarik (source attractiveness). Dengan dimulainya komunikasi yang membangkitkan perhatian (Attention) merupakan awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah puncak perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya hasrat saja pada diri komunikan, belum berarti apa-apa bagi komunikator, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan komunikator.30 Tabel 2.1 Simulasi model AIDDA dalam Majalah Dinding Perusahaan A Attention (Perhatian) Kehadiran Majalah Dinding mampu menarik perhatian karyawan. I Interest (minat) Ketertarikan mulai timbul pada diri karyawan terhadap majalah dinding. Dalam hal ini disebabkan oleh dimensidimensi penting yang ada dalam majalah dinding. Dimensi-dimensi tersebut dapat ditimbulkan dengan rubrik-rubrik yang menarik. 30 Onong., loc.cit., hal 303-305 41 D Desire (Hasrat) Hasrat/kemauan karyawan untuk ikut serta dalam pembuatan majalah dinding yang diinginkan. D Decision (Keputusan) Setelah timbul hasrat pada diri karyawan, maka akan menghantarkannya kepada suatu keputusan, yakni keputusan untuk melakukan kegiatan mading. A Action (Tindakan) Tindakan para karyawan yang telah ikut serta dalam pembuatan mading, dan secara terus menerus ingin berbagi dalam mading. Sumber : Onong U. Effendy Setelah peneliti memahami pengertian efektivitas dari pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu pencapaian sasaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan atau diharapkan. Selanjutnya penelitian ini akan mengukur pencapaian sasaran dari media internal majalah dinding yang dibuat oleh divisi Internal Public Relations PT. Cakrawala Andalas Televisi sebagai sarana komunikasi internal dalam usaha memenuhi kebutuhan informasi karyawannya. 2.6 Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pada dasarnya setiap orang cenderung mempunyai kebutuhan. Dimana masing-masing orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Timbulnya kebutuhan seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisiologi, situasi dan kognisi yang 42 mempengaruhi individu tersebut dalam memutuskan sesuatu dari kemungkinan pilihan yang ada. Kebutuhan dasar manusia seperti dikemukakan Maslow yang dikutip oleh Pawit adalah kebutuhan manusia dari tahap yang paling dasar sampai kepada tingkat kebutuhan paling tinggi, 31 yang dapat dijelaskan seperti pada diagram berikut : Gambar 2.1 Piramida Teori Kebutuhan Hierarki Maslow Selain kebutuhan dasar manusia yang disampaikan oleh Maslow di atas, manusia juga membutuhkan informasi dalam dinamika kehidupannya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi setiap hari. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan informasi untuk menunjang kegiatannya, sebagai tuntutan kehidupan serta untuk memenuhi kebutuhannya. 31 Krech dalam Pawit M. Yusup. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta : Bumi Aksara. 2009, hal. 338. 43 Informasi merupakan hasil dari proses berpikir seseorang. Proses berpikir adalah mengolah atau memproses stimulus yang masuk ke dalam diri individu melalui panca indra kemudian diteruskan ke otak/pusat syaraf untuk diolah dengan pengetahuan, pengalaman, selera, iman yang dimiliki seseorang. Setelah diproses maka stimulus baru dapat dimengerti sebagai informasi. Definisi informasi menurut Claude E. Shannon dan Warren Weaver dengan menjawab pertanyaan “What is information ? Patterner matter-energy that affects the probabilities of altervatives availabel to an individual making decision”. Dengan kata lain informasi adalah energi yang terpolakan, yang mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan dari kemungkinan pilihanpilihan yang ada.32 Seperti dijelaskan di atas bahwa munculnya kebutuhan seseorang karena suatu rangsangan / stimulus yang ditangkap oleh panca indra yang selanjutnya diproses di dalam otak. Proses yang terjadi dalam otak inilah yang disebut berpikir dan hasil berpikir seseorang inilah yang menimbulkan keinginan atau kebutuhan tertentu sesuai dengan apa yang dipikirkannya dan diharapkan. Dengan demikian keinginan atau kebutuhan setiap orang akan dipecahkan masalah-masalah yang dihadapi setiap hari melalui proses berpikir untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Proses berpikir ini mendorong seseorang untuk mencari cara mendapatkan sesuatu yang dicarinya dan mencapainya. Salah satu 32 Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. 2004, hal. 6. 44 yang dicari adalah informasi. Dan informasi itu akan diperoleh dari berbagai media yang ada di sekitarnya. Dari penjelasan di atas maka jika dikaitkan dengan lingkungan yang merangsang timbulnya kebutuhan, khususnya yang berhubungan dengan seseorang yang dihadapkan pada berbagai media penampung informasi (sumber informasi), maka Katz, Gurevitch dan Haas33 yang dikutib oleh Pawit M. Yusuf dalam bukunya Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan, mengusulkan beberapa kebutuhan, yaitu : 1. Kebutuhan Kognitif. Ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang. 2. Kebutuhan Afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Dalam hal ini, berbagai media sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Misalnya orang membeli radio, televisi dan menonton film, tidak lain karena mencari hiburan. 33 Pawit, op.cit. 45 3. Kebutuhan Integrasi Personal (Personal Integrative needs). Ini dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri. Jika seseorang memiliki wawasan yang luas karena sering membaca informasi dari media maka akan lebih meningkatkan harga diri dari seseorang ketika orang tersebut berhadapan dengan orang lain. 4. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan keluarga, teman dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. Karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial, maka seseorang perlu merasa diterima dan dihargai dari suatu kelompok / komunitas tertentu. Dengan adanya informasi yang diterima melalui media komunitas tersebut maka akan memperkuat ikatan orang tersebut terhadap komunitas itu. 5. Kebutuhan berkhayal (escapist needs). Ini dikaitkan dengan kebutuhankebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan. Kebutuhan ini berasal dari proses berpikir seseorang yang ingin melepaskan ketegangan dari rutinitas pekerjaan atau seseorang memiliki suatu cita-cita yang belum tercapai. Maka orang tersebut akan mencari informasi dari media yang ada di lingkungannya untuk mendapatkan sesuatu yang dipikirkan tersebut. 46 2.7 Penelitian Terdahulu Tentang Efektivitas Media Internal Hasil penelitian terdahulu tentang efektivitas media internal yang dilakukan oleh Melinda Florinda Camellia pada tahun 2010 dengan judul Efektivitas Media Internal Untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi Karyawan (Studi Pada Majalah KILAS di Energi Mega Persada34) diketahui bahwa media internal KILAS “efektif” dalam memenuhi kebutuhan informasi karyawan Energi Mega Persada (EMP), seperti kegiatan operasional, lokasi pengeboran di lapangan dan lain-lain. Meskipun secara keseluruhan keberadaan media internal KILAS dinilai telah efektif untuk memenuhi kebutuhan informasi karyawan EMP, namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, diantaranya adalah: kemasan media, penambahan rubrik, pola penulisan dan nara sumber yang belum berimbang antara top manajemen dan karyawan. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survei. Konsep pengukuran efektivitas yang dipakai pada penelitian ini ialah standard yang paling umum dalam audit komunikasi oleh Andre Hardjana. Sedangkan rumus yang digunakan untuk mengukur efektivitas media internal adalah Rumus Quartil dalam Likert Summarting Rating (LSR). Pengolahan data menggunakan program SPSS versi 16. 34 Melinda Florinda Camellia. Efektivitas Media Internal Untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi Karyawan. Jakarta : UMB 2010. 47 Penelitian sejenis lainya yang pernah dilakukan oleh Kurnilia Sesfi pada tahun 2011 dengan judul Efektivitas BNI Forum Sebagai Media Internal PT BNI Persero Tbk dalam Menyampaikan Informasi Kepada Karyawan 35 menunjukkan hasil yang efektif juga. Dalam penelitian ini menggunakan tipe deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dengan metode survei dan observasi. Proporsi populasi berjumlah 764 orang dengan sample berjumlah 90 orang. Saran yang diberikan dalam penelitian ini agar BNI Forum lebih memperkaya informasi yang ada di dalamnya, dan perusahaan lebih meningkatkan penggunaan BNI Forum dalam penyebaran informasi. 35 Kurnilia Sesfi. Efektivitas BNI Forum Sebagai Media Internal PT BNI Persero Tbk dalam Menyampaikan Informasi Kepada Karyawan. Jakarta : UMB 2011. 48