Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Badan Pertanahan Nasional

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan menguraikan kajian pustaka yang sesuai dengan
masalah yang diteliti. Kajian pustaka akan menjelaskan mengenai tinjauan pustaka
dan kerangka dasar penelitian yang akan dijelaskan pada penjelasan di bawah ini.
2.1 Disiplin Kerja
2.1.1
Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen
Sumber Daya Manusia. Disiplin merupakan faktor terpenting yang perlu
diperhatikan oleh organisasi. Meningat semakin baik displin kerja
pegawai, maka semakin baik pula kinerja yang dihasilkan oleh pegawai.
Tanpa adanya disiplin kerja yang baik, maka sulit bagi suatu organisasi
untuk mencapai hasil yang optimal. Tentunya dari masing-masing
organisasi memiliki peraturan mengenai disiplin kerja yang harus ditaati
oleh pegawai. Melalui disiplin kerja yang diterapkan oleh organisasi,
tentunya dapat membawa dampak positif bagi suatu organisasi.
Disiplin kerja menurut pendapat Wayne Mondy (2008:162)
adalah kondisi kendali diri karyawan dan perilaku tertib yang
menunjukkan tingkat kerja sama tim yang sesungguhnya dalam suatu
organisasi. Sedangkan disiplin kerja menurut pendapat Hasibuan
(2010:193) menyatkan “Discipline is management action to enforce
organization standards”. Artinya disiplin kerja dapat diartikan sebagai
pelaksanaan
manajemen
untuk
organisasi.
7
memperteguh
pedoman-pedoman
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan
disiplin kerja dalam penelitian ini adalah salah satu usaha dari
manajemen organisasi untuk menerapkan dan menjalankan peraturan
maupun ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap pegawai tanpa
terkecuali. Pelaksanaan disiplin kerja oleh pegawai dalam suatu
organisasi, dapat mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab pegawai
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada pegawai.
2.1.2
Tujuan Disiplin Kerja
Disiplin kerja tentunya merupakan suatu keharusan yang harus
dimiliki dan ada dalam diri setiap pegawai yang ada dalam suatu
organisasi. Selain itu, kesadaran dalam diri pegawai juga merupakan hal
penting agar pegawai tersebut mampu melaksanakan disiplin kerja.
Apabila pegawai tidak memiliki kesadaran untuk melaksanakan disiplin
kerja, maka hasil kerja yang akan dihasilkan juga tidak dapat maksimal.
Disiplin kerja bukanlah hal yang sulit untuk ditaati oleh pegawai,
melainkan sulitnya kesadaran dalam diri pegawai untuk melaksanakan
disiplin kerja.
Disiplin kerja dari seorang pegawai dapat dilihat dari tingkah
laku sehari-hari pegawai pada saat berada dalam lingkungan organisasi.
Misalnya apabila seorang pegawai jarang terlambat datang pada suatu
organisasi, maka dapat dikatakan bahwa pegawai tersebut memiliki
kesadaran untuk melaksanakan disiplin kerja. Sutrisno, Edy (2009:126)
mengemukakan bahwa tujuan disiplin kerja adalah sebagai berikut :
1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap
pencapaian tujuan perusahaan
2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif
para karyawaan untuk melaksanakan pekerjaan
8
3. Besarnya rasa tanggung jawab pada karyawan untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas
dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan karyawan
5. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja pada
karyawaan
Disiplin kerja pegawai harus dilaksanakan
dalam suatu
organisasi. Tanpa dukungan dari pegawai dalam melaksanakan disiplin
kerja, sulit bagi organisasi untuk mencapai tujuan. Tidak hanya itu,
melainkan disiplin kerja juga merupakan kunci keberhasilan dari suatu
organisasi untuk mencapai tujuannya.
2.1.3
Ruang Lingkup Disiplin Kerja
Ruang lingkup disiplin kerja pada Badan Pertanahan Nasional
sejalan dengan Reformasi Birokrasi Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia. Berkaitan dengan penataan dan penguatan
organisasi dan penataan sistem manajemen sumber daya manusia
aparatur, Badan Pertanahan Nasional melakukan sapta tertib pertanahan.
Salah satu sapa tertib pertanahan tersebut adalah tertib disiplin kerja.
Ruang lingkup dari tertib disiplin kerja dari Badan Pertanahan Nasional
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.1.4
Menaati jam kerja
Penyelesaian target kerja
Menggunakan pakaian dinas
Kerapian
Membuat buku kegiatan harian
Mengisi daftar hadir
Bentuk Disiplin Kerja
A. Anwar Mangkunegara (2011:129) ada dua bentuk disiplin
kerja, yaitu disiplin preventif, dan disiplin korektif. Penjelasan dari
bentuk disiplin kerja tersebut adalah sebagai berikut :
9
a. Disiplin Preventif
adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai
mengikuti dan mematuhi peraturan kerja, aturanaturanyang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan
dasarnya adalah untuk menggerakan pegawai
berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat
memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan.
b. Disiplin Korektif
adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam
penyatuan suatu peraturan dan mengarahkan untuk
tetap mengatuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang
berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korelatif,
pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan
pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai
pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan
memberikan pelajaran kepada pelanggar.
2.1.5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja menurut
pendapat Hasibuan (2010:194), diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat
kedisiplinan pegawai. Tujuan yang akan dicapai harus
jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang
bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa
tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai
harus sesuai
dengan kemampuan pegawai
bersangkutan, agar pegawai bekerja dengan sungguhsungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladanan Pimpinan
Teladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan
kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan
dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus
memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur,
adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan
keteladanan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan
pun akan ikut baik.
3. Balas Jasa
Balas jasa yang berupa gaji dan kesejahteraan ikut
mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena balas jasa
akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai
terhadap organisasi atau pekerjaannya.
10
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan
pegawai, karena ego dan sifat manusia yang selalu
merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama
dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar
kebijaksanaan dalam memberikan balas
jasa
(pengakuan) atau hukuman akan merangsang
terciptannya kedisiplinan pegawai yang baik.
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata
dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan
pegawai organisasi. Dengan pengawasan melekat
berarti atasan langsung harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan
prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus
selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan
memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang
mengalami kesulitan dalam menyelasaikan tugasnya.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memeihara
kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi hukuman yang
semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar
peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan prilaku
indisipliner pegawai akan berkurang.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan
mempengaruhi kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus
berani dan tegas untuk menghukum setiap pegawai yang
indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah
ditetapkan. Impinan yang berani
bertindak tegas
menerapkan hukuman bagi pegawai indisipliner akan
akan disegani dan diakui kepemimpinanya oleh
bawahan.
2.1.6
Sanksi Disiplin Kerja
Dengan adanya aturan mengenai disiplin kerja, tentunya
merupakan suatu aturan yang berkaitan dengan tata tertib yang harus
dilaksanakan oleh pegawai yang ada didalam suatu organisasi. Tata tertib
yang ada tentunya memiliki sanksi. Sanksi tersebut merupakan timbal
balik dari adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai. Sanksi
disiplin kerja menurut pendapat Agus Dharma (2004:403-407) bahwa
11
sanksi pelanggaran kerja akibat tindakan ketidaksipilinan kerja dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pembicaraan informal
Dalam aturan pembicaraan informal dapat dilakukan
terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran kecil
dan pelanggaran itu dilakukan pertama kali. Jika
pelanggaran yang dilakukan karyawan hanyalah
pelanggaran kecil, seperti terlambat masuk kerja atau
istirahat siang lebih lama dari yang ditentukan. Pada
saat pembicaraan usahakan menemukan penyebab
pelanggaran, dengan mempertimbangkan potensi
karyawan
yang
bersangkutan
dan
catatan
kepegawaiannya.
2. Peringatan lisan
Peringatan lisan perlu dipandang sebagai dialog atau
diskusi, bukan sebagai ceramah atau kesempatan untuk
“mengumpat karyawan”. Karyawan perlu didorong
untuk
mengemukakan
alasannya
melakukan
pelanggaran.
3. Peringatan tertulis
Peringatan tertulis diberikan untuk karyawan yang telah
melanggar peraturan berulang-ulang. Tindakan ini
biasanya didahului dengan pembicaraan terhadap
karyawan yang melakukan pelanggaran.
4. Pengrumahan sementara
Pengrumahan sementara adalah tindakan pendisiplinan
yang dilakukan terhadap karyawan yang telah berulang
kali melakukan pelanggaran. Ini berarti bahwa langkah
pendisiplinan sebelumnya tidak berhasil mengubah
perilakunya. Pengrumahan sementara dapat dilakukan
tanpa melalui tahapan yang diuraikan sebelumnya jika
pelanggaran yang dilakukan adalah pelanggaran yang
cukup berat.
5. Demosi
Demosi berarti penurunan pangkat atau upah yang
diterima karyawan.
6. Pemecatan
Pemecatan merupakan langkah terakhir setelah langkah
sebelumnya tidak berjalan dengan baik. Tindakan ini
hanya dilakukan untuk jenis pelanggaran yang sangat
serius atau pelanggaran yang terlalu sering dilakukan dan
tidak dapat diperbaiki dengan langkah pendisiplinan
sebelumnya.
12
Pada dasarnya penerapan sanksi yang dilakukan oleh organisasi,
sebaiknya diatur dengan melibatkan pegawai yang ada di dalam suatu
organisasi. Misalnya saja dengan meminta maupun menampung
pendapat dari masing-masing pegawai mengenai penerapan sanksi yang
akan diberikan, apabila terdapat pegawai yang melanggar disiplin kerja.
Melalui cara tersebut tentunya memiliki maksud tersendiri agar pegawai
tidak melanggar disiplin kerja yang sudah ditetapkan. Keikutsertaan
pegawai dalam merencanakan penerapan sanksi yang akan diberikan,
diharapkan dapat mempengaruhi serta mengurangi ketidakdisiplinan
yang dilakukan oleh pegawai.
Pemberian sanksi mengenai pelanggaran disiplin kerja pegawai
harus berorientasi pada pelatihan dan pembinaan pegawai. Hal tersebut
bukan bertujuan untuk menghukum pegawai atas ketidakdisiplinan kerja,
melainkan cara yang efektif agar pegawai memiliki rasa jera. Misalnya
saja, apabila terdapat pegawai yang melanggar disiplin kerja, maka
pegawai tersebut harus melaksanakan pembinaan selama beberapa hari.
Melalui adanya pelatihan dan pembinaan pegawai, diharapkan pegawai
tersebut tidak melakukan pelanggaran disiplin kerja yang sama dimasa
yang akan datang.
2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1
Pengertian Manajemen
Masing-masing instansi maupun organisasi tentunya memiliki
tujuan yang harus dicapai. Pelaksanaan dalam mencapai tujuan tersebut
tentunya tidak dapat dilaksanakan dengan mudah seperti membalik
13
telapak tangan. Pelaksanaan tersebut tentunya membutuhkan proses serta
perencanaan yang matang agar dapat dilaksanakan dengan sebakbaiknya. Dalam mencapai tujuan suatu organisasi, diperlukan adanya
proses, kerja sama, koordinasi, serta adanya manajemen yang baik agar
tujuan tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Tanpa adanya
kerja sama, koordinasi, serta manejemen maka tujuan tersebut tidak
dapat tercapai.
Manajemen dalam suatu instansi merupakan faktor penting yang
dijadikan sebagai penggerak dalam organisasi, sehingga semua sumber
daya yang ada di dalam organisasi tersebut mampu bekerjasama dalam
mencapai tujuan. Manajemen dapat dikatakan sebagai suatu proses,
aktivitas, serta seni. Dikatakan sebagai proses karena manajemen
memiliki beberapa tahapan, dikatakan sebagai aktivitas karena di dalam
suatu kantor pasti terdapat aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan,
sedangkan dikatakan seni karena merupakan cara tertentu yang
digunakan untuk mencapai tujuan.
Menurut Oey Liang Lee (2010:16) manajemen adalah seni dan
ilmu dalam memanfaatkan tenaga dan pikiran orang lain untuk
melaksanakan suatu aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut Hasibuan
(2012:1) manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara
efektif untuk mencapai tujuan.
14
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan
manajemen dalam penelitian ini adalah ilmu yang digunakan untuk
menggerakkan sumber daya manusia, untuk melaksanakan suatu
aktivitas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui
adanya manajemen dalam instansi maupun organisasi, proses yang
berkaitan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang ada di dalam kantor
dapat lebih tertata serta terarah. Apabila manajemen di dalam suatu
instansi dapat berjalan dengan lancar maka secara langsung tujuan
organisasi juga dapat tercapai.
2.2.2
Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor utama yang mendukung
terselenggaranya suatu aktivitas yang terdapat dalam suatu instansi
maupun organisasi. Sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah
pegawai. Tetapi apabila hanya terdapat sumber daya manusia saja tanpa
adanya manajemen yang mengatur serta mengelola pegawai, maka
tujuan organisasi juga tidak dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu
manajemen dan sumber daya manusia merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Peranan manajemen dan sumber daya manusia inilah
yang memegang peran penting dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Bagi setiap organisasi investasi sumber daya manusia merupakan
hal yang sangat penting. Sumber daya manusia yang berupa pegawai
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan organisasi.
Sumber daya manusia Wirawan (2009:1) merupakan sumber daya yang
digunakan untuk menggerakkan dan menyinergikan sumber daya lainnya
15
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan pendapat Sunyoto Agus
(2008:2) kita harus mempelajari sumber daya manusi karena pegawai
memegang peran yang sangat penting dalam dalam keberhasilan
organisasi. Dalam organisasi yang besar, modal besar, teknologi
canggih, maka akan tetap membutuhkan pegawai dalam melaksanakan
kegiatan maupun aktivitas dalam suatu organisasi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan
sumber daya manusia dalam penelitian ini merupakan sumber daya yang
berkaitan dengan pegawai, dimana pegawai tersebut mampu memberikan
idenya dalam rangka pencapaian tujuan suatu organisasi. Tidak hanya itu
saja, melainkan peran organisasi juga dibutuhkan dalam rangka
menciptakan semangat kerja pegawai yang ada dalam suatu organisasi.
Oleh karena itu organisasi juga harus dapat memanusiakan pegawai.
Dengan adanya perhatian yang diberikan organisasi terhadap pegawai,
maka pegawai akan merasa nyaman dan memiliki rasa semangat yang
tinggi untuk bekerja tentunya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
2.2.3
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Setiap instansi maupun organisasi tentunya menginginkan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keahlian yang
sesuai dengan bidangnya. Sumber daya yang dibutuhkan juga harus
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, kualitas dari
sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan
untuk meningkatkan produktivitas kinerja dari suatu organisasi. Dengan
demikian maka dalam suatu organisasi dibutuhkan sumber daya manusia
16
yang sesuai dan memiliki kemampuan dalam bidangnya, dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.
Tanpa adanya kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh
sumber daya manusia dalam suatu organisasi, maka sama saja kegiatan
maupun aktivitas yang ada dalam organisasi tersebut tidak dapat berjalan
dengan lancar. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen sumber daya
manusia, agar suatu organisasi mampu mengelola sumber daya manusia
yang ada untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen
sumber daya manusia Hasibuan (2012:23) merupakan ilmu dan seni
yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan
efisien dalam penggunaan kemampuan manusia agar dapat mencapai
tujuan organisasi.
Gary Dessler (2010:4) manajemen sumber daya manusia
merupakan kebijakan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan karyawan
atau aspek-aspek yang terdapat dalam sumber daya manusia seperti
pengadaan
karyawan,
penyaringan,
pelatihan,
kompensasi,
dan
penilaian kinerja karyawan, serta memberikan imbalan kepada mereka
atas usaha yang dilakukan selama bekerja. Dengan demikian maka
dapat dikatakan bahwa manajemen sumber daya manusia wajib
diterapkan dalam suatu organisasi, agar organisasi tersebut dapat dapat
terus berkembang. Mengingat keberhasilan suatu organisasi itu sangat
bergantung pada pegawai yang ada di dalam suatu organisasi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan
manajemen sumber daya manusia dalam penelitian ini merupakan suatu
17
tahapan pendayagunaan pegawai dalam suatu organisasi agar dapat
bekerja dengan baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara
efektif dan efisien. Manajemen sumber daya manusia tentunya dilakukan
secara bertahap yaitu dari pegawai tersebut mulai masuk dalam suatu
organisasi, mulai bekerja, sampai dengan evaluasi kinerja dari pegawai
tersebut.
2.2.4
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Kebijakan yang ditetapkan dalam manajemen sumber daya
manusia tentunya berdasarkan atas tujuan yang akan dicapai oleh suatu
organisasi. Tentunya manajemen sumber daya manusia tidak hanya
didasarkan pada aspek formalitas saja, melainkan juga harus dan wajib
diterapkan dalam suatu organisasi. Dengan adanya manajemen sumber
daya manusia dapat mempermudah organiasi dalam mencapai tujuan.
Pada dasarnya tujuan manajemen sumber daya manusia Herman
Sofyandi (2008:11-13) adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Tujuan Operasional
Ditujukan untuk dapat mengenali keberadaan
manajemen sumber daya manusia dalam pencapaian
efektivitas organisasi.
Tujuan Fungsional
Ditujukan untuk mempertahankan kontribusi
departemen pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
Tujuan Sosial
Ditujukan secara etis dan sosial merepon
kebutuhan-kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat
melalui tindakan meminimalisasi dampak negatif terhadap
organisasi.
Tujuan Personal
Ditujukan untuk membantu karyawan dalam
pencapaian karyawan dalam mencapai tujuan.
18
Melalui adanya manajemen sumber daya manusia, pegawai dapat
diarahkan untuk dapat memberikan kontribusi yang beruba ide-ide secara
maksimal dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Bayangkan saja
apabila dalam suatu organisasi tidak melaksanakan manajemen sumber
daya manusia, maka kegiatan yang ada dalam organisasi tersebut tidak
dapat terarah dengan baik. Apabila dalam melaksanakan manajemen
sumber daya manusia tidak dapat berjalan dengan lancar, maka secara
langsung proses menuju tercapainya tujuan organisasi juga akan
mengalami hambatan.
2.3 Kinerja Pegawai
2.3.1
Pengertian Kinerja
Dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun
swasta tentunya memiliki manajemen sumber daya manusia. Dengan
adanya manajemen sumber daya manusia, maka suatu organisasi dapat
digerakkan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Tetapi, apabila
suatu organisasi tidak memiliki manajemen sumber daya manusia yang
baik, maka tujuan dari organisasi tersebut juga tidak dapat tercapai.
Selain itu tujuan organisasi juga tidak dapat tercapai tanpa adanya
kinerja dari sumber daya manusia yang bekerja pada organisasi tersebut.
Dengan adanya perkembangan teknologi dan dampak era
globalisasi mendorong perubahan perbaikan kinerja pegawai. Pegawai
dituntut untuk bekerja lebih professional dalam mendukung reformai
birokrasi dan menunjang kelancaran tugas pemerintah. Oleh karena itu
tentunya suatu organisasi harus dapat meningkatkan kinerja dari
19
pegawai. Menurut Pasolong Harbani (2010:175) kinerja adalah hasil
kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut
Wibowo (2008:7) kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan kinerja
dalam penelitian ini adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai serta
hasil yang dicapai dari penyelesaian pekerjaan tersebut. Apabila kinerja
dari seorang pegawai dapat memenuhi sasaran dari organisasi maka
pegawai tersebut dapat dikatakan pegawai yang memiliki kualitas.
Dengan adanya kinerja yang baik, secara langsung dapat mempengaruhi
tercapai atau tidaknya tujuan dari organisasi. Kinerja merupakan
perwujudan kerja yang dilakuan oleh pegawai.
2.3.2
Pengertian Pegawai
Salah satu faktor yang harus dimiliki oleh organiasi adalah
pegawai. Pegawai yang ada dalam suatu oganisasi nantinya dapat
menjadi faktor utama yang ada di dalam organisasi tersebut, sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai. Tanpa adanya pegawai, maka kegiatan
yang ada dalam suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan baik.
Pegawai menurut A. W. Widjaja (2006:15) merupakan tenaga kerja
manusia, jasmaniah, maupun rohaniah (mental dan fikiran), yang
senantiasa dibutuhkan dan menjadi salah satu modal pokok dalam
badan usaha kerja sama untuk menjapai tujuan tertentu (organisasi).
Sedangkan menurut Robbins (2006:34) pegawai adalah orang pribadi
yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau tidak,
20
untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau pekerjaan
tertentu yang ditetapkan oleh pembei kerja.
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan
pegawai dalam penelitian ini adalah seseorang yang bekerja pada suatu
organisasi, baik sebagai pegawai tetap maupun pegawai tidak tetap
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pegawai merupakan salah satu
modal utama yang dimiliki oleh organisasi yang berfungsi sebagai
penggerak. Dimana dalam suatu organisasi, pegawai akan bekerja
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
2.3.3
Pengertian Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja pegawai menurut
A. W. Widjaja (2006:15) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh serang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan
menurut Sinambela (2012:69) kinerja pegawai adalah kemampuan
pegawai dalam melaksanakan suatu keahlian tertentu dalam bekerja.
Oleh karena itu, kinerja pegawai sangat dibutuhkan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan adanya kinerja pegawai, suatu
organisasi dapat mengetahui seberapa jauh kemampuan pegawai dalam
melaksanakan pekerjaan yang diberikan kepada pegawai tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan kinerja
pegawai dalam penelitian ini adalah hasil kerja yang dicapai oleh
21
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab.
2.3.4
Faktor-Faktor Kinerja Pegawai
Faktor-faktor kinerja pegawai menurut pendapat A. Anwar
Mangkunegara (2010:5) dapat dilihat dari 2 faktor yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal dan eksternal tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Faktor internal adalah faktor yang dihubungkan dengan
sifat-sifat seseorang. Faktor tersebut dapat berupa bawaan
dari lahir maupun faktor yang diperoleh pada saat dia
berkembang. Misalnya kinerja seseorang baik disebabkan
karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu
tipe pekerja keras, sedangkan seseorang yang mempunyai
kinerja jelek disebabkan orang tersebut tidak memiliki
upaya untuk memperbaiki kemampuannya.
2. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti sikap,
perilaku, tindakan rekan kerja, pimpinan, bawahan,
fasilitas kerja, serta iklim organisasi.
2.4 Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian
Kerangka berfikir dalam penelitian ini menggambarkan bahwa Badan
Pertanahan Nasional Salatiga menerapkan disiplin kerja terhadap Pegawai
Negeri Sipil. Penerapan disiplin kerja tersebut dilandasi dengan adanya
22
Reformasi Birokrasi. Peraturan mengenai disiplin kerja pegawai yang telah
ditetapkan, tentunya harus dipatuhi dan ditaati oleh semua Pegawai Negeri Sipil
Badan Pertanahan Nasional Salatiga. Dengan adanya disiplin kerja, diharapkan
proses kerja yang ada dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar,
sehingga kinerja pegawai meningkat. Tetapi sebaliknya, apabila Pegawai Negeri
Sipil Badan Pertanahan Nasional Salatiga tidak melaksanakan disiplin kerja,
maka proses kerja juga akan terhambat sehingga kinerja pegawai akan menurun.
Kinerja pegawai dapat dilihat dari kemampuan pegawai dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada pegawai
tersebut. Apabila kinerja pegawai sudah tercapai dengan baik, maka pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat juga akan meningkat. Pelayanan yang
diberikan akan lebih cepat, tepat, dan akurat. Hasilnya, masyarakat menjadi puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh Badan Pertanahan Nasional Salatiga.
Dengan demikian, tujuan Badan Pertanahan Nasional Salatiga dapat tercapai.
23
Download