12 BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Kritis Paradigma kritis

advertisement
12
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1. Teori Kritis
Paradigma kritis pada dasarnya adalah paradigma ilmu pengetahuan yang
meletakkan
epistemologi
kritik
Marxisme
dalam
seluruh
metedologi
penelitiannya. Asumsi realitas yang dikemukakan oleh paradigma kritis adalah
asumsi realitas yang tidak netral namun dipengaruhi dan terikat oleh nilai serta
kekuatan ekonomi, politik dan sosial.
Sebuah kapitalisme telah hadir dan tumbuh masuk ke dalam kehidupan
media. Kendali pasar dilakukam dengan mengkonstruksi pasar media. Media
televisi adalah lembaga yang aktif memaknai realitas melalui tayangan program
yang disajikan kepada khalayak.
Media televisi sebagai agen konsumsi khalayak terkait dengan bagaimana
media menampilkan peristiwa-peristiwa yang relevan dengan khalayak. Televisi
memiliki hubungan dua arah dengan realitas sosial. Di satu sisi televisi
menvcerminkan apa adanya, tetapi disisi lain televisi mempengaruhi realitas
sosial, fakta ini mengemuka ketika televisi menayangkan berita yang diangkat dari
peristiwa dan kejadian di masyarakat.
Seperti yang dikemukakan McQuail (1987) bahwa media massa berfungsi
sebagai penyaring realitas sosial, dengan berita dan dokumentasi terletak di
tengah-tengah skala, sehingga ruang lingkup produksi untuk seleksi dan
13
pembentukan kurang lebih sama dengan ruang lingkup bagi masyarakat untuk
mengklaim langsung ke audiens dengan secara kolektif sama dengan ruang
lingkup bagi audiens untuk mencapai pandangan tentang realitas.15
Fungsi media massa membawa konsekuensi pada informasi yang
diberitakan. Peristiwa yang dijadikan
berita tidak disampaikan sebagaimana
adanya tetapi melalui seleksi. Pendapat Hall (1982) yang mengatakan bahwa
media massa pada dasarnya, tidak mereproduksi, melainkan menentukan realitas
melalui pemakaian kata-kata yang terpilih untuk itu. Artinya media merupakan
agen konsumsi pesan bagaimana seseorang atau kelompok mempunyai konsumsi
dengan pemaknaan yang berbeda atas suatu realitas.
Pengertian
sederhana
dijelaskan
dalam
Littlejohn
(2008:3)
“communication is the transmission of information”16 Pengertian tersebut dapat
diartikan komunikasi adalah transmisi atau proses penyampaian informasi.
Jadi bisa disimpulkan komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan atau
informasi baik secara verbal maupun non-verbal dari narasumber (seseorang atau
sekelompok orang) melalui saluran atau media dan dapat menimbulkan efek
pengaruh atau rasa saling pengertian oleh si penerima pesan atau informasi.
Televisi adalah sumber daya yang terbuka bagi semua orang dalam
masyarakat industri dan semakin mengalami pertumbuhan di negara-negara
15
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Salemba. 2011 16
Littlejohn. Theories of Human Communication. Thomson Higher Education. 2008 hal 3 14
berkembang. Ia juga merupakan sumber bagi pengetahuan populer tentang dunia
dan semakin membuat kita menjalin kontak. Televisi berdampak pada ketentuan
dan konstruksi selektif pengetahuan sosial, imajinasi sosial, dimana
kita
mempersepsikan dunia realitas yang dijalani orang lain, dan secara imajiner
merekonstruksi kehidupan mereka dan kehidupan kita melalui dunia secara
keseluruhan yang dapat dipahami (Hall dalam becker). Disinilah televisi yang
awalanya dimaksudkan untuk mensejahterakan manusia, dimana televisi
merupakan hasil dari kekuatan rasional masyarakat modern pada akhirnya
teknologi berbalik menguasai manusia (khalayak). Televisi mengendalikan,
mengontrol dan mendominasi kehidupan masyarakat modern.
Televisi telah berkembang menjadi alat kontrol tersendiri bagi masyarakat
modern. Melalui tayngan-tayangan yang disajikan televisi mengkonstruksi realitas
sosial masyarakat. Masyarakat dengan hukum positivistik, dimana segala sesuatu
dapat dikalkulasikan telah memunculkan kapitalisme sebagai dewa-dewa pencipta
realita dengan hukum komoditi. Kapitalisme mrnciptakan industri budaya massa
melalui tayangan-tayangan televisi yang merupakan penipuan massa. Iklan
menjadi salah satu bagaimana masyarakat modern dikontrol oleh kebutuhankebutuhan semu.
2.2. Ekonomi Politik Media
Media pada prinsipnya memperhatikan kendali pasar (market driven).
Kendali pasar dilakukan dengan mengkonstruksi pasar media. Pada masa orde
lama merupakan konstruksi pers menuju autoritarian dominasi sentralistik figur
15
Soekarno dalam mainstream Pers Pancasila. Dimasa orde baru konstruksi pasar
media menjadi konstruksi yang dipengaruhi konstruksi kekuasaan otoriter.
Maksudnya ialah pemerintah ikut mengatur pasar (state regulation) dalam
mainstream Pers Pancasila. Selanjutnya di orde reformasi, konstruksi ini menjadi
konstruksi yang dipengaruhi oleh liberalisasi ekonomi dan libelarisasi publik
dalam “pers Pancasila”. Saat ini dimasa setelah reformasi atau konstruksi
neoliberalisme konstyruksi pasar media merupakan kekuartan pasar yang dikuasai
oleh kapitalisme yang berkolaborasi dengan kekuatan kelompok tertentu.
Ekonomi politik media merupakan sebuah kajian yang menggunakan
pendekatan kritis, dimana fokus hubungannya terletak pada struktur ekonomipolitik, dinamika media, dan ideologi media itu sendiri. Fokus kajiannya yaitu
berupa perhatian yang diarahkan pada struktur kepemilikan, kontrol, serta
kekuatan operasional pasar media. Dipandang dari hal tersebut maka, institusi
media berhubungan erat dengan sistem politik. Ada beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan sebelum menerapkan ekonomi politik menjadi ilmu atau
deskripsi intelektual soal sistem produksi, distribusi dan pertukaran. Dalam hal ini
Mosco menyebutnya sebagai konsumsi. Ekonomi politik berarti kebiasaan,
praktik, dan pengetahuan mengenai bagaimana mengelola rumah tangga dan
masyarakat. Artinya konteks ekonomi politik bersentuhan dengan sejumlah hal,
termasuk pengetahuan sosial dalam “memuaskan” kebutuhan masyarakat.
Kendali pasar dilakukan dengan menjawab seberapa besar kekuatan pasar
media massa di tengah-tengah masyarakat dalam mencari bentuk yang ideal.
Menurut Mosco bentuk mekanisme pasar, ditentukan oleh kekuatan pasar. Melalui
16
pengendaliuan pasar akan terlihat faktor mana yang lebih dominan dalam
menentukan isi media. Faktor tersebut bisa berupa sumber berita, pemilik,
pengiklan atau konsumen media massa selalu melakukan inovasi untuk
menyesuaikan bentuk dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat sebagai desain
pelaku media17
Media semata-mata hanya sebagai bisnis baru kapitalis yang berisiko.
Dalam konteks industri komunikasi, Mosco menunjukkan tiga aspek dalam
konsentrasi komodifikasi yakni isi media, khalayak dan pekerja. Jadi menurut
Mosco ekonomi politik dalam perlakuannya terhadap komoditas cenderung
berfokus pada konten media, dan tidak terlalu konsen dengan khalayak media,
bahkan kurang memperhatikan para pekerja di industri komunikasi.
Sebuah potret kehidupan yang terus tergerus dalam proyek komodifikasi
budaya yang memiliki dampak amat mendalam bagi manusia modern.
1. Komodifikasi skandal dan sensasi.
Semakin dinilai sensasional suatu peristiwa semakin dimanfaatkan oleh media dan
pengiklan untuk di dramatisasi demi memuaskan hasrat penonton atau pemirsa
akan sensasi.
2. Komodifikasi Nilai.
Komodifikasi nilai menjelma dalam bentuk proses komodifikasi yang mennguat,
misalnya dalam dunia agama dan pendidikan.
17
Harahap, Mochyudin. Kapitalisme Media. Aura Pustaka. Jogjakarta. 2013 hal 1
17
3. Komodifikasi masa kanak-kanak.
Masa kanak-kanak adalah sasaran empuk pasar dan segerombolan konsumen yang
siap memberondong dengan iklan gaya hidup.
4. Komodifikasi Kematian.
Penggambaran tempat istirahat terakhir, pengkuburan yang asri dan hijau sebagai
hal baru di Indonesia18
Di sisi lain konsep “ideal” media massa selalu berupaya menyelaraskan
kepentingan negara (state) pasar (market) dan masyarakat (society) dalam rangka
untuk mendatangkan keuntungan dan modal tetapi bebas “kendali kepentingan”
isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar
pengelolalaan media. Faktor seperti pemilik media, modal dan pendapatan media
dianggap lebih menentukan bagaimana wujud isi media. Faktor-faktor ini lah yang
menentukan peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam
pemberitaan, serta kearah mana kecenderungan pemberitaan sebuah media hendak
diarahkan.
Istilah ekonomi politik diartikan secara sempit oleh Mosco sebagai studi
tentang hubungan-hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan yang saling
menguntungkan antara sumber-sumber yang terkait dengan komunikasi. Boyd
Barret secara lebih gamblang mengartikan ekonomi politik sebagai studi tentang
kontrol dan pertahanan dalam kehidupan sosial.
18
Halim Syaiful. Postkomodifikasi Media. Jalasutra. Jogjakarta. 2013 hal 2 18
Dalam penerapan pendekatan ekonomi politik memiliki tiga konsep awal,
yaitu : komodifikasi, spasialisasi, dan strukturisasi. Komodifikasi adalah upaya
mengubah apapun menjadi komoditas atau barang dagangan sebagai alat
mendapatkan keuntungan. Dalam media massa tiga hal yang saling terkait adalah
isi media, jumlah audiens dan iklan. Berita atau isi media adalah komoditas untuk
menaikkan jumlah audiens atau oplah. Jumlah audiens atau oplah juga merupakan
komoditas yang dapat dijual pada pengiklan. Uang yang masuk merupakan profit
dan dapat digunakan untuk ekspansi media.
Dimmick & Rothenbuhler (1984:103-119) mengemukakan bahwa ada tiga
sumber kehidupan bagi media, yaitu Content, Capital, Audience.19 Content terkait
dengan isi dari sajian media. Capital menyangkut sumber dana untuk menghidupi
media. Sedangkan Audience terkait dengan masalah segmen yang dituju. Ketika
media lebih mengedepankan konten dan penonton tentu sajian isi media sesuai
dengan konsep yang ideal.
Pada dasarnya apa yang disajikan oleh media adalah akumulasi dari
pengaruh yang beragam. Pamela J. Shoemaker dan stephen D. Reese,
mengemukakan ada lima level dalam media yang memengaruhi pengambilan
keputusan dalam ruang pemberitaan yaitu :
1. Level Individu/Pekerja Media
19
Shoemaker & Reese. Mediating The Message Theories of Influences On Media Content. USA longman. 1996 19
Berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media.
Aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang
akan ditampilkan kepada khalayak.
2. Level Rutinitas Media
Berhubnungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Rutinitas
yang berlangsung setiap hari menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang
berada di dalamnya.
3. Level Organisasi Media
Berhubungan
dengan
struktur
organisasi
yang
secara
hipotek
mempengaruhi pemberitaan. Didalam organisasi media selain bagian redaksi ada
juga bagian pemasaran, bagian iklan, bagian sirkulasi, bagian umum dan
sebagainya.
4. Level Ekstra Media
Berhubungan dengan faktor lingkungan diluar media. Meskipun berada
diluar lingkungan media, hal-hal diluar organisasi media ini sedikit banyak dalam
banyak kasus mempengaruhi pemberitaan media. Ada bebrapa faktor yang
termasuk dalam lingkungan diluar media antara lain
sumber berita, sumber
penghasilan media pihak eksternal (pemerintah dan lingkungan bisnis)
5. Level Ideologi
20
Berhubungan sebagai salah satu kerangka berpikir yang dipakai individu
untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya20
Teori ekonomi politik media lebih memfokuskan untuk menjelaskan
bagaimana dinamika perekonomian pada wacana produksi struktur masyarakat
dengan mempromosikan bentuk-bentuk budaya tertentu atas orang lain.
Contohnya peningkatan ketergantungan pada kerjasama internasional, berupa
perjanjian produksi dalam memproduksi drama televisi. Tawar menawar yang
dihasilkan dapat menghasilkan produk Amerikanisasi yang bergerak cepat,
berdasarkan karakterisasi yang sederhana, bekerja dengan mencoba dan menguji
format aksi, serta menawarkan ending yang jelas. Atau mungkin menghasilkan
varian “pariswisata televisual” yang perdagangannya berbentuk pada keakraban
dan pemandangan dari warisan budaya nasional (Murdock, 1989)
2.3. Sensasionalitas
Kata sensation yakni “sense” sebenarnya sudah cukup menggambarkan
apa yang disebut berita sensasi, yaitu berita yang isinya dan terutama cara
mengemukakannya bertujuan untuk menarik perhatian, membangkitkan perasaan
dan emosi manusia. Dengan demikian berita sensasional harus hebat, memberikan
keheranan, kekaguman, ketakjuban atau kengerian.
Dalam kamus terbitan Balai Pustaka “sensasi” menunjukkan arti21
20
Halim, Syaiful. Postkomodifikasi Media. Jalasutra. Jogjakarta. 2013 21
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka 21
1. Yang membuat perasaan terharu (rusuh, gempar, dsb)
2. Yang merusuhkan, mengemparkan dan yang merangsang emosi. Sementara
“sensasional” diartikan sesuatu yang bersifat merangsang perasaan (emosi dsb)
atau bersifat menggemparkan.
McQuail (1992 : 216) dan Fung (2006 ;190) menyandingkan bahasan
mengenai sensasionalisme pemberitaan dengan unsur daya pikat manusia (human
interset) dan materi penarik perhatian (excitement) seperti gosip, skandal seks,
kehidupan selebritis yang diperoleh dengan melanggar privasi, termasuk foto-foto
perempuan seksi. Berita sensasional sedikit sekali didasarkan pada nalar atau
logika yang sehat karena semata-mata ditujukan untuk memicu rasa penasaran,
emosi, empati, bahkan kesenangan sensual bagi penontonnya.
Berita sensasional menjadi kecenderungan negatif dalam budaya
pemberitaan yang serba instan dan cepat dengan kehadiran media-media baru saat
ini. Reporter seringkali memberikan isu-isu yang terbatas pada taraf
pengungkapan konflik tanpa melakukan penelitian terlebih dahulu, karena ini
semata-mata untuk memuaskan penontonnya dengan sesuatu yang sensasional.
Terdapat tiga aspek mengenai sensasionalisme pemberitaan di media
massa, yakni teknik, proses dan pola.
1. Teknik sensasionalisme yaitu cara atau strategi yang digunakan media untuk
menampikan berita menjadi “sensasional” ini dapat dilakukan melalui
penggunaan elemen verbal dan visual. Elemen verbal adalah pemakaian unsur
22
bahasa (sensasional) dalam penulisan berita. Elemen visual antara lain dari
gambar foto, kamera, ilustrasi dan tabel yang mendukung sensaionalisme.
2. Proses yakni dinamika yang terjadi di ruang redaksi saat memformulasikan
sebuah “berita sensasional”. Proses produksi berita melibatkan unsusr-unsur
redaksional yang kompleks.
3. Pola, yakni kecenderungan bentuk-bentuk pemberitaan sensasional dalam
kurun waktu tertentu yang muncul sebaagai akibat dari teknik dan proses yang
dijalankan secara rutin oleh media dan hasilnya tampak dalam pemberitaan. Polapola sensasionalisme yang direpresentasikan melalui bahasa.
Eriyanto memaparkan dua strategi media dalam membentuk citra tertentu
termasuk sensaionalisme melalui teknik pembingkaian (framing).22 Pertama
memilih fakta/realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi,
wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta
ini selalu terkandung dua kemungkinan apa yang dipilih dan apa yang dibuang.
Penekanan aspek tertentu itu dilakukan denagan memilih aspek tertentu,
memilih fakta tertentu, melupakan fakta yang lain. Kedua menuliskan fakta teknik
ini berhubungan dengan bagaiman fakta
yang dipilih itu disajikan kepada
khalayak. Fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaiann
perangkat tertentu. Penempatan yang mencolok dalam headline, pengulangan,
pemakain grafis untuk mendukung gambar.
22
Eriyanto. Analisis Wacana. LKiS. Yogyakarta. 2002 23
2.4. Media Televisi
Pengertian televisi itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah alat
penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision, yang
mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi
berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi itu sendiri
dapat disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini dapat merubah
peradaban dunia. Jenis televisi itu sendiri ada yang yang berupa televisi analog
dan televisi digital, ada juga yang disebut dengan televise kabel dan televisi
satelit23.
Apapun pengertian televisi maupun jenis-jenisnya, masyarakat hanya
sekedar mengetahui bahwa munculnya televisi adalah sebuah teknologi atau alat
komunikasi yang dapat merubah kebiasaan-kebiasaan hidup mereka. Dalam hal
ini, teknologi televisi bukan sekedar sebagai proses transmisi gambar-gambar
secara teknis, namun juga sebagai medium komunikasi massa yang berfungsi
sosial. Televisi sebagai lembaga yang menyiarkan acara-acara siaran sebagai dua
hal yang tak terpisahkan, yaitu televisi sebagai lembaga, sebagai medium dan
siaran televisi sebagai proses komunikasi. Siaran-siaran televisi akan memanjakan
orang-orang pada saat-saat luang seperti saat liburan, sehabis bekerja bahkan
dalam suasana sedang bekerjapun orang-orang masih menyempatkan diri untuk
menonton televisi. Suguhan acara yang variatif dan menarik membuat orang
tersanjung untuk meluangkan waktunya duduk di depan televisi. Namun dibalik
23
http://lilikblock.wordpress.com/2008/04/06/pengertian-tv/
24
itu semua dengan dan tanpa disadari televisi telah memberikan banyak pengaruh
negatif dalam kehidupan manusia baik anak-anak maupun orang dewasa.
Hadirnya teknologi komunikasi telah membawa perubahan yang besar
bagi kehidupan. Banyak sisi positif yang dihasilkan dari hadirnya teknologi
televisi sekarang ini, namun sisi negatifnya tidak sedikit juga. Televisi yang
berfungsi sebagai alat hiburan, penyampai informasi, pengetahuan atau
pendidikan, membujuk namun juga dapat menyesatkan dan membohongi publik
dengan program-program acara tertentu. Komunikasi tanpa batas telah banyak
mengakibatkan pergeseran moral. Banyak teyangan televisi saat ini yang sudah
kehilangan fungsi. Sebagai alat komunikasi yang seharusnya memberikan manfaat
positif, memberikan hiburan yang membangun akhlak namun justru melukai
pemirsa baik anak - anak maupun orang dewasa.
Banyak acara televisi yang sama sekali tidak menghargai kehidupan
bermasyarakat dan beragama. Banyak yang tidak lagi mengejar impian dan nilainilai moral tetapi sebaliknya menyerap nilai-nilai yang menyimpang dari
masyarakat yang sakit. Mengajarkan orang bagaimana berbuat licik, jahat,
membunuh, seni berbohong. Tayangan-tayangan yang berbau kekerasan, seksual,
banyak mempengaruhi jalan pikiran pemirsa yang akibatnya adalah mereka
menganggap hal itu sebagai sesuatu yang normal untuk dilakukan. Sangat
disayangkan sepertinya tidak ada lembaga sensor untuk sinetron tentang tindakan
yang terlihat begitu vulgar di televisi. Semua tayangan yang berbau kekerasan,
setan, hantu, tidak satupun yang mendidik orang untuk lebih baik.
25
Manfaat positif maupun negatif akan dirasakan para penikmat media
televisi jika mereka pintar-pintar memilah atau bersikap selektif terhadap program
acara yang ditayangkan oleh televisi. Mengetahui seberapa besar kebutuhan yang
diperoleh dari televisi itu sendiri, diketahui dari individu masing-masing, sehingga
dengan hadirnya teknologi televisi tidak hanya memberikan dampak positif
semata namun juga dampak positif. Akan lebih baik lagi jika berbagai stasiun
televisi yang ada di Indonesia memperhatikan kembali apakah acara yang
ditayangkan itu akan banyak memberi dampak positifnya atau justru banyak
dampak negatifnya.
Isi pesan media televisi terletak pada kekuatan gambar dan suara yang
lebih efesien dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio yang
kekuatannya terletak pada suara saja, atau pada media cetak seperti Koran yang
kekuatan pesannya terdapat pada gambar dan tulisan saja. Gambar yang berbeda
dari media cetak gambar televisi adalah gambar yang bergerak yang mempunyai
ciri sebagi berikut :
1. Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran.
2. Dapat dilihat dan didengar bila diputar kembali.
3. Daya rangsang sangat tinggi.
4. Elektris.
5. Sangat Mahal.
6. Daya jangkau luas24.
24
Morrisan, “Jurnalistik Televisi Mutakhir”, Ramdina Prakarsa, Jakarta 2005 h.5
26
Effendy (2004) menjelaskan, televisi adalah paduan radio (broadcast) dan
film (moving picture)25 Para penonton di rumah-rumah tak mungkin menangkap
siaran TV kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tak mungkin dapat melihat
gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat TV, jika tidak ada unsur-unsur
film.
Penulis dapat memahami televisi adalah panduan radio dan film. Televisi
dapat memberikan informasi kepada pemirsa melalui tayangan-tayangan yang
disajikan melalui siaran yang ada di televisi.
Panuju (2005, hal 103) menjelaskan “televisi merupakan media yang
potensial menjadi sarana dalam memprogram image di kalangan audiens”26. Dan
juga televisi mempunyai pengaruh yang besar karena mempunyai kemampuan
sebagai berikut :
Pertama, menciptakan kesan (image) dan persepsi bahwa suatu muatan
dalam layar kaca (visual maupun audio visual) menjadi lebih nyata dari
realitasnya.
Kedua, media massa mampu membuat liputan ‘apa yang terjadi” menjadi
lebih nyata. Tentunya atas kemampuan reporter dalam memformulasikan apa
yang terjadi (what happenes) itu menjadi simbol-simbol verbal, audio, maupun
audio visual. Media (televisi) dapat menjadi (cerminan) lingkungan sekitarnya.
25
Effendy, Onong. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Bandung.PT. Remaja Rosdakarya. 2004 hal 174 26
Panuju, Redi. Nalar Jurnalistik. Bayu Media. Malang. 2005 hal 103 27
Ketiga, penelitian-penelitian “uses and gratification” yang biasanya
terfokus pada efek individu menemukan fakta bahwa komunikasi membangun
makna ritual (ritual meaning) yang menggambarkan bagaimana orang bersamasama dan bekerja sama secara terus-menerus memakai makna tersebut. Dengan
demikian komunikasi massa dapat membantu orang dalam memvisualisasikan
masyarakatnya, perasaannya. Media massa mempresentasikan pandanganpandangan yang dipakai masyarakatnya. Pada akhirnya, media massa bisa
menjadi imajinasi simbolik tentang kesatuan nasional dan identitas nasional.
Keempat, sejak lama media diyakini menjadi semacam kanal yang
berfungsi mengalirkan emosi dan kecenderungan destruktif psikologis lainnya
menjadi gejala internal (individu) yang wajar normal.
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa televisi memiliki pengaruh yang
besar terhadap khalayak. Televisi dapat menciptakan kesan, televisi dapat
menggambarkan kejadian yang sedang berlangsung, dan televisi juga sebagai
jembatan yang berfungsi mengalirkan emosi dan kecenderungan destruktif
psikologis lainnya menjadi gejala individu yang wajar normal.
Televisi sebagai media massa dengan kelebihan yang dimiliki, tidak lalu
menjadi saingan dari media massa lainnya, bahkan bersama media cetak dan radio
merupakan tri tunggal media massa yang memnpunyai pengaruh dan dengan
sendirinya akan membentuk kekuatan besar, hanya sebagai akibatnya khususnya
media televisi, merupakan suatau tantangan bagi pengelolalnya, karena harus
mampu menjawab tantangan tersebut, apalagi Indonésia menganut kebijakan
28
udara terbuka (Open Sky Policy) menyebabkan terjadinya “perang” program
siaran, dalam arti terjadi persaingan program siaran dari berbagai stasiun
penyiaran yang masuk ke kawasan suatu negara.
Hal tersebut berarti khalayak mempunyai berbagai pilihan untuk menonton
program televisi. Dengan terjadinya persaingan program siaran tadi tentu saja
harus mendapatkan perhatian secara khusus bagi mereka yang berkecimpung pada
media penyiaran ini, dalam arti untuk terus menerus berupaya meningkatkan
program siarannya, kalau tidak ingin ditinggalkan penonntonya.
Morissan (2009, hal 10) menyatakan “Televisi merupakan salah satu
medium terfavorit bagi para pemasang iklan di Indonesia”
Peneliti sependapat, televisi adalah alat yang paling menarik bagi para
pemasang iklan.
Yunus (2010. Hal 32) menjelaskan tentang kelebihan televisi yaitu
“Sifatnya audio visual yang dapat didengar dan dilihat secara langsung, di
samping pemirsa mendapat sajian informasi/berita yang lebih realistik, yang
sesuai dengan keadaan sebenarnya”
Dari penjelasan diatas peneliti dapat memaparkan bahwa sifat audio visual
merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki televisi yang membuat khalayak
mendapatkan sajian informasi secara lebih nyata atau sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
29
Ardianto menjelaskan bahwa “Fungsi televisi sama dengan fungsi media
massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik,
menghibur dan membujuk.
Peneliti sependapat, fungsi televisi meliputi ke empat hal tersebut. Televisi
dapat memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk melalui
proram-program yang disajikan meliputi berita, feature, talkshow dan lainnya.
Pakar politik dan penggagas Formula Laswell Harrold D. Lasswell,
merumuskan sejumlah metafora yang merupakan identifikasi fungsi-fungsi utama
media komunikasi, yakni pengawasan (surveilance), memberikan informasi
tentang lingkungan, memberikan pilihan untuk memecahkan masalah atau
hubungan (correlation) serta sosialisasi dan pendidikan yang dikenal sebagai
transmisi (transmision).
Pakar komunikasi lain, Denis McQuail mengindentifikasi fungsi-fungsi
media dalam delapan metafora. Media merupakan jendela (windows) yang
memungkinkan khalayak memahami lingkungannya tanpa campur tangan pihak
lain : penafsir (interpreters) yang membantu khalayak memahami kejelasan atau
makna sebuah peristiwa landasan (platforms) untuk menyampaikan informasi;
komunikasi interaktif (interactive communication) yang menghubungkan media
dan khalayak untuk berinteraksi; penanda (signposts) yang memberikan khalayak
instruksi dan petunjuk; penyaring (filters) yang memilihkan pengalaman dan
fokus terhadap suatu aspek tertentu secara sadar dan sistematis atau tidak; cermin
(mirrors) yang merefleksikan citra masyarakat dan kerap mengalami distorsi
30
karena adanya keinginan khalayak untuk melihat sisi paling menonjol; penghalang
(barriers) yang menutupi kebenaran demi pencapaian propaganda atau pelarian
dari suatu kenyataan.
Dari penjelasan diatas bahwa media televisi senantiasa berdekatan dengan
kekuatan modal besar, determinisme ekonomi dan kapitalisme. Terlihat bahwa
televisi memiliki pengaruh yang besar terhadap khalayak. Ketika media televisi
menyajikan pesan yang telah dikomodifikasi sebagai komoditas demi memenuhi
kebutuhan khalayak kelas “bawah” dan memenuhi keutungan pemilik modal, hal
itu mengugurkan kenyataan filosofis bahwa media televisi juga memiliki
“agama”. Televisi dapat menciptakan kesan, televisi dapat menggambarkan
kejadian yang sedang berlangsung dan televisi juga sebagai jembatan yang
berfungsi mengalirkan emosi dan kecenderungan destruktif psikologis lainnya
menjadi gejala individu yang wajar. Morrisan menyatakan televisi merupakan
salah satu medium terfavorit bagi para pemasang iklan di Indonesia. Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa televisi sebagai hasil
perkembangan media yang berkekuatan paling dahsyat karena melibatkan audio
(suara) dan visual (gambar) dalam menyampaikan informasi sehingga dapat lebih
mempengaruhi masyarakat. Selain itu juga dengan penyajian beragam ilustrasi
visual, tata gerak, tata warna dan berbagai bunyi suara menjadikan televisi
memiliki daya tarik dan mudah dipahami masyarakat.
31
2.5. Program Talkshow
Istilah Talkshow adalah aksen dari bahasa Inggris di Amerika. Di Inggris
sendiri, istilah Talkshow ini biasa disebut Chat Show. Pengertian Talkshow adalah
sebuah program televisi atau radio dimana seseorang ataupun group berkumpul
bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tapi
serius,
yang
dipandu
oleh
seorang
moderator.
Kadangkala,
Talkshow
menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman
hebat. Di lain hal juga, seorang tamu dihadirkan oleh moderator untuk berbagi
pengalaman. Acara Talkshow ini biasanya diikuti dengan menerima telpon dari
para pendengar/penonton yang berada di rumah, mobil, ataupun ditempat lain.
Menurut Kris Budiman, jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara
singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian
berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup
kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat.
Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi
secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media
cetak seperti surat kabar, majalah, dsb., namun meluas menjadi media elektronik
seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik
cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga
telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).
Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan langsung
tertuju pada kata "berita" atau "news". Lalu apa itu berita? Berita (news)
32
berdasarkan batasan dari Kris Budiman adalah laporan mengenai suatu peristiwa
atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang aktual,
menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa. "News" sendiri mengandung
pengertian yang penting, yaitu dari kata "new" yang artinya adalah "baru". Jadi,
berita harus mempunyai nilai kebaruan atau selalu mengedepankan aktualitas.
Dari kata "news" sendiri, kita bisa menjabarkannya dengan "north", "east",
"west", dan "south". Bahwa si pencari berita dalam mendapatkan informasi harus
dari keempat sumber arah mata angin tersebut.
Dalam Proses Produksi Tayangan Talkshow seorang produser program
sangat berperan dalam memutuskan topik pembahasan yang akan diangkat pada
program talkshow tersebut. Tetapi melalui tahap pra produksi sebelumnya
pengumpulan topik pembahasan dikumpulkan sebelum diputuskan dan diangkat
menjadi topik pembahasan. Setelah disepakati mengenai topik yang akan dibahas
beserta narasumber – narasumber yang dihadirkan untuk memperkuat topik
tersebut, Eksekutif Produser, Manager bahkan General Manager sebelumnya
harus mengetahui mengenai topik yang akan dibahas dan disetujui, maka topik itu
dapat diangkat dan dibahas pada program talkshow tersebut.
Pada tahap selanjutnya yaitu produksi, persiapan yang perlu dilakukan
pada tahap ini tinggal mengeksekusi saja setelah apa yang sudah direncanakan
pada tahap pra produksi. Sehingga narasumber – narasumber yang dihadirkan
sesuai dengan rencana dan topik pembahasan pada saat itu. Dan biasanya seorang
presenter program talkshow tersebut sebelum menjalankan tugasnya biasanya
33
dibrief oleh seorang produser sehingga ia mengetahui apa saja yang akan dibahas.
Setelah tahap produksi, jika program itu merupakan program taped atau record
tahap selanjutnya akan masuk ke tahap pasca produksi yaitu tahap akhir untuk
mengedit gambar yang sudah diambil pada tahap produksi. Tetapi jika program
talkshow tersebut disiarkan secara Live berarti tidak ada yang namanya mengedit
gambar dan itu disiarkan secara real atau nyata sesuai dengan gambar yang
diambil pada saat itu.
Talk show merupakan salah satu program televisi yang bersifat
informative. Tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan (informasi)
kepada audiens. Program informasi tidak hanya selaku program berita dimana
presenter atau penyiar mebacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi
termasuk juga talk show (perbincangan) misalnya wawancara dengan artis, tokoh
terkenal atau dengan siapa saja.27
Daya tarik program talk show terletak pada topik pembicaraan atau
permasalahan yang dibicarakan. Tiga kategori untuk mengetahui sampai
permasalahan itu menarik. Pertama masalah itu merupakan masalah yang sedang
hangat
dibicarakan
oleh
masyarakat.
Kedua
masalah
itu
mengandung
kontroversial dan konflik diantara masyarakat. Ketiga masalah itu menyangkut
atau bersangkutan paut dengan kepentingan masyarakat banyak dan masyarakat
27
Morissan. Manajemen Media Penyiaran : strategi mengelola Radio dan Televisi. Jakarta : Ramdina Prakarsa . 2005 hal 101 34
membutuhkan informasi serta jawaban yang jelas mengenai permasalahan
tersebut.28
Ada berbagai jenis program talk show, yaitu :
1. Program Uraian Pendek (The Talk Programe)
Ketika penonton menyaksikan acara televisi, pada saat itu muncul
presenter menceritakan sesuatu yang menarik presenter ini muncul ditengah suatu
program feature, diantara sajian musik dan diawal suatu acara sebagai pembukaan
suatu acara cerita yang menarik gaya yang disajikan secara khusus.
2. Program Vox Pop,
Suara rakyat kependekan dari vox populi dalam istilah Indonesia sebaga
suara masyarakat artinya suatu program yang mengetengahkan pendapat umum
tentang suatu masalah. Tujuan dari program ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
Vox Pop sebagai program dan Vox Pop sebagai dalam rangka penelitian.
3. Program Wawancara,
Termasuk the talk show programe. Bentuk yang lain adalah diskusi panel
dalam hal ini terdapat dua macam wawancara. Yaitu wawancara luar studio dan
dalam studio.
4. Program Panel Diskusi,
28
Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta, Primus Book Publisher. 2007
hal 83
35
Program ini sebenarnya sebuah program yang dapat menambah wawasan
penonton akan suatu permasalahan. Kunci utama program ini kemampuan dari
moderator dalam hal ini presenter yang mengendalikan pembicaraan tetap segar.
Memproduksi program talk show baik di televisi merupakan suatu kerja
sungguh-sungguh. Program ini hanya menjadi program yang membosankan dan
ditinggalkan para penonton jika tidak menarik. Namun jika program ini disajikan
dengan baik, penonton memperoleh sesuatu yang sungguh-sungguh berguna,
bermakna, dan bukan sekedar program untuk membuang waktu luang.
2.6 Analisis Wacana Sara Mills
Analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana
yang terdapat atau terkandung didalam pesan-pesan komunikasi, baik secara
tekstual maupun kontekstual. Analisis wacana memungkinkan kita melihat
bagaimana pesan-pesan diorganisasikan, digunakan dan dipahami. Disamping itu
analisis wacana juga dapat memungkinkan kita melacak variasi cara jitu yang
digunakan komunikator (penulis, pembicara, sutradara) dalam upaya mencapai
tujuan atau maksud-maksud tertentu yang disampaikan.
Mills (1994) dengan mengacu pada pendapat Foucault, membedakan
pengertian wacana menjadi tiga macam, yakni wacana dilihat dari level
konseptual teoritis, konteks penggunaan dan metode penjelasan. Berdasarkan
level konseptual teoritis, wacana diartikan sebagai domain umum dari semua
pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai
efek dalam dunia nyata. Sementara dalam konteks penggunanannya wacana
36
berarti sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan kedalam kategori
konseptual
tertentu.
Pengertian
ini
menekankan
pada
upaya
untuk
mengindentifikasi struktur tertentu dalam wacana, yaitu kelompok ujaran yang
diatur dengan suatu cara tertentu misalnya wacana imperialisme dan wacana
feminisme. Sedangkan dilihat dari metode penjelasannya, wacana merupakan
suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.
Sara Mills lebih menekankan bagaimana perempuan di citrakan dalam teks
berita. Dengan konsep bagaimana posisi aktor-aktor dalam teks berita., akan
didapatkan siapa yang dominan menceritakan kejadian (sebagai subjek) serta
posisi yang ditarik kedalam berita. Pendekatan perspektif feminis memberikan
gambaran pada kita bagaimana citra perempuan dalam berita. Sara Mills
memusatkan perhatiannya pada wacana tentang perempuan.
Titik perhatian dari perspektif wacana feminis adalah menunjukkan
bagaimana teks bias dalam menampilkan perempuan. Perempuan cenderung
ditampilkan dalam teks sebagai pihak yang salah, marjinal dibandingkan dengan
pihak laki-laki.29 Konsep Sara Mills dalam memandang wacana berbeda dengan
konsep wacana yang lain yang kebanyakan menggunakan pendekatan critical
linguistic. Bagaimana pembaca mengindentifikasi dan menempatkan dirinya
dalam pencitraan teks. Posisi semacam ini akan menempatkan pembaca pada
salah satu posisi dan mempengaruhi bagaimana teks itu ditampilkan. Pada
29
Eriyanto. Analisis Wacana.LKiS. Yogyakarta. 2002 hal 198 37
akhirnya cara penceritaan dan posisi-posisi yang ditempatkan dan ditampilkan
dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimate dan menjadi illegitimate.
Ada dua konsep dalam wacana Sara Mills yakni, posisi subjek-objek dan
posisi penulis-pembaca. Dalam konsep pertama digunakan untuk melihat posisi
subjek yang memberikan penafsiran atas sebuah peristiwa dan terhadap orang lain
yang menjadi objek yang ditafsirkan. Disini harus jelas siapa yang mengatakan
apa terhadap siapa, sehingga jelas ia berada dalam posisi subjek ataukah objek,
sebagai pencerita atau yang diceritakan, siapa yang memiliki “kuasa” untuk
menafsirkan kondisi dan siapa yang ditafsirkan olehnya.
Konsep kedua yang menjadi khas analisis wacana ini adalah tidak hanya
meninjau dari sisi penulis saja, namun mencoba menggali wacana yang muncul
dari sisi pembaca. Sara Mills menilai pembaca memiliki pengaruh ketika tulisan
itu dibuat oleh penulis. Kata Mills dalam Eriyanto, teks adalah hasil negoisasi
antara penulis dan pembaca. Pembaca dianggap bukan hanya sebagai penerima
teks, tetapi ikut berperan bagaimana nantinya teks itu ditampilkan.
Menurut Sara Mills konsep posisi pembaca yang ditempatkan dalam berita
dibentuk oleh penulis tidak secara langsung. Namun sebaliknya ini terjadi melalui
panyapaan dalam dua cara. Pertama suatu teks memunculkan wacana secara
bertingkat dengan mengetengahkan kebenaran secara hirarkis dan sistematis,
38
sehingga pembaca mengindentifikasikan dirinya dengan karakter atau apa yang
terjadi di dalam teks.30
30
Eriyanto. Analisis Wacana.LKiS. Yogyakarta. 2002 hal 208 39
Tabel Kerangka Analisis Sara Mills
TINGKAT
Posisi subjek-objek
YANG INGIN DILIHAT
Bagaimana peristiwa dilihat dari
kacamata siapa peristiwa itu dilihat,
siapa
yang
diposisikan
sebagai
pencitraan atau subjek dan siapa
yang menjadi objek yang diceritakan,
apakah masing-masing aktor atau
kelompok
sosial
mempunyai
kesempatan
untuk
menampilkan
dirinya sendiri, gagasannya atau
kehadirannya, gagasan ditampilkan
oleh kelompok atau orang lain
Posisi penulis pembaca
Bagaimana
ditampilkan
posisi
penulis
pembaca
dalam
teks.
Bagaimana pembaca memposisikan
dirinya dalam teks yang ditampilkan.
Kepada kelompok manakah pembaca
mengindentifikasi dirinya.
40
2.7 Model Kerangka Pemikiran
KARL MARX Teori Kritis Kritis atas kapitalisme Kritik atas teori Marxian, Positivism, sosiologi, Determinisme Masyarakat modern kebudayaan
ekonomi
Hegemoni Ekonomi politik Sensasionalitas Media Televisi Analisis Wacana Talkshow 
Download