Modul Perkuliahan V Ekonomi Politik Media

advertisement
Modul ke:
5
Fakultas
PASCA
SARJANA
Program Studi
Magister Ilmu
Komunikasi
Modul Perkuliahan V
Ekonomi Politik Media
Regulasi Media, Komodifikasi, Spasilisasi dan
Strukturalisasi
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD
Judul Sub Bahasan
1.
2.
3.
4.
Regulasi Media
Komundifikasi
Spasialisasi
Strukturalisasi
Model Regulasi
Leen d’Haenens membagi model regulasi media menjadi lima
model:
model otoriter, model komunis, model baratpaternalistik, model barat-liberal,
dan model demokratispartisipan.
• Dalam model otoriter, media merupakan alat negara yang
diarahkan mendukung kebijakan negara. Lembaga sensor
negara berwenang menyensor isi media.
• Model komunis merupakan subkategori dari model otoriter.
Dalam model komunis media berfungsi sebagai alat
propaganda, agitasi, dan organisasi. Swasta tak boleh memiliki
media. Media juga berfungsi sebagai sarana sosialisasi,
edukasi, informasi, motivasi, dan mobilisasi. Prinsip ekonomi
media tidak berlaku di negara-negara komunis.
Model Regulasi
• Model barat-paternaslitik diterapkan di banyak negara Eropa
Barat, terutama Inggris. Disebut paternalistik karena sifatnya
yang top down.
• Model demokratis-partisipan menganggap media sebagai
powerful medium. Oleh karena itu, model ini mensyaratkan
adanya regulasi untuk mengontrol power media yang
berlebihan.
• Model barat-liberal secara umum serupa dengan model baratpaternalistik, hanya berbeda dalam fungsi komersialnya. Di
samping sebagai penyedia informasi dan hiburan, media juga
punya fungsi ‘’mengembangkan hubungan yang penting
dengan aspek-aspek lain yang mendukung independensi
ekonomi dan keuangan.’’
Ruang Lingkup Regulasi
• Colin Rowat membagi regulasi penyiaran dalam dua ruang
lingkup: ekonomi dan non-ekonomi. Regulasi ekonomi
mencakup antara lain regulasi tentang kompetisi dan
kepemilikan. Regulasi non-ekonomi antara lain regulasi
tentang content, perlindungan terhadap kaum minoritas, serta
dampak iklan.
• Akan tetapi, ruang lingkup regulasi seperti sebutkan oleh
Rowat sepertinya juga berlaku untuk media secara umum.
Sebagai contoh, Undang-undang Pokok Pers No. 40 tahun 1999
mengatur tentang larangan kepemilikan saham mayoritas pada
media cetak (regulasi ekonomj) serta tidak adanya
pembredelan pada pers nasional (regulasi non-ekonomi).
Tipe Regulasi Media
Menurut Wolfgang Hoffman-Riem, paling tidak terdapat dua tipe
regulasi dan kontrol: regulasi imperatif dan regulasi strukrural.
• Regulasi imperatif diberlakukan dengan membuat kontrol atau
pedoman perilaku. Tipe ini terkait pengaturan secara langsung
melalui petunjuk, kebutuhan, larangan, dan hal terkait yang
dapat diberi sanksi secara langsung.
• Dalam regulasi struktural pemerintah menetapkan suatu
bingkai yang mengandung struktur tertentu dan dapat
memengaruhi secara tidak langsung industri media dan
lembaga lain yang terkait.
Regulasi Kepemilikan Media
Michele Polo mengidentifikasi
kepemilikan media.
sejumlah
model
regulasi
1. Pembatasan kepemilikan
• Regulasi di sejumlah negara dalam hal ini membatasi
kepemilikan perusahaan media. Pembatasan kepemilikan
media meliputi:
• Kepemilikan hanya satu perusahaan media;
• Pembatasan kepemilikan silang;
• Pembatasan kepemilikan asing;
• Pembatasan mutlak (misalnya larangan partai politik memiliki
media penyiaran).
2. Pembatasan jumlah lisensi
• Sejumlah negara membatasi jumlah lisensi media. Inggris,
misalnya, hanya mengijinkan perusahaan memiliki satu lisensi
televisi siaran nasional.
3. Pembatasan market share
• Jerman, misalnya, memberlakukan regulasi bahwa televisi
siaran tidak boleh menjangkau lebih dari 30 persen khalayak.
4. Pembatasan iklan
• Di Indonesia dan di banyak negara terdapat aturan iklan tidak
boleh melebihi content.
5. Pembatasan content
• Regulasi seperti ini di banyak negara antara lain diberlakukan
pada masa pemilihan umum. Media harus memberi porsi
pemberitaan yang relatif sama pada partai politik.
6. Media publik
• Dalam hal ini regulasi mengatur keharusan ‘’kehadiran’’ negara
di dalam pasar media melalui media publik. Di Inggris, untuk
menghindari kecenderungan industri siaran yang monopolistik,
Pemerintah Inggris secara parsial menerapkan kebijakan statemonopoly.
Regulasi Kompetesi
• Selain untuk menghindari dominasi pasar, regulasi kompetisi
juga dimaksudkan untuk menetapkan model ekonomi untuk
kepentingan publik yang produktif, dan untuk menumbuhkan
persaingan yang sehat. Setidaknya terdapat dua model
regulasi kompetisi: model neoklasik dan model alternatif.
• Model neoklasik mensyaratkan jumlah perusahaan yang
berkompetisi atau paling tidak derajat kontestabilitas pasar
merupakan dua hal yang harus dijaga negara dari distorsi
monopoli dan oligopoli.
• Model alternatif menyebutkan kompetisi sehat tidak terletak
pada jumlah perusahaan yang berkompetisi, tetapi lebih pada
derajat persaingan berusaha dan derajat inovasi.
Komodifikasi
• Menurut Dennis McQuail (2005: 99-100) teori ekonomi
politik adalah pendekatan kritik sosial yang berfokus pada
hubungan antara struktur ekonomi dan dinamika industri
media dan konten ideologi media.
• Dalam sudut pandang teori ini, lembaga media dianggap
sebagai bagian dari sistem ekonomi dengan hubungan erat
kepada sistem politik. Konsekuensinya terlihat dari
berkurangnya sumber media yang independen, konsentrasi
kepada khalayak yang lebih besar, menghindari resiko, dan
mengurangi penanam modal pada media yang kurang
menguntungkan.
• Adapun Vincet Mosco (2010) melihat ekonomi politik media
dari dua sudut pandang, yakni yang khusus (sempit) dan yang
luas (general).
• Dari sudut pandang yang sempit, ekonomi politik media
diartikan sebagai studi tentang relasi sosial, khususnya relasi
kekuasaan yang saling berkaitan dalam sistem produksi,
distribusi, dan konsumsi sumber daya komunikasi.
• Sedangkan definisi dari sudut pandang yang lebih luas,
ekonomi politik adalah studi tentang kontrol dan kelangsungan
hidup dalam kehidupan sosial. Makna kontrol adalah
pengaturan individu dalam sebuah organisasi sebagai anggota
kelompok.
• Analisa ekonomi politik media memperhatikan perluasan
“dominasi” perusahaan media, yaitu melalui peningkatan
kuantitas dan kualitas produksi budaya yang langsung
dilindungi oleh pemilik modal.
• Tentu saja, ekstensifikasi dominasi media dikontrol melalui
dominasi produksi isi media yang sejalan dengan preferensi
pemilik modal.
• Proses komodifikasi media massa memperlihatkan dominasi
peran kekuatan pasar. Proses komodifikasi justru menunjukkan
menyempitnya ruang kebebasan bagi para konsumen media
untuk memilih dan menyaring informasi.
• Menurut Mosco (2010) komunikasi diartikan sebagai suatu
proses pertukaran sosial, yang produknya adalah tanda atau
perwujudannya dari hubungan sosial .
• Maknanya adalah analisis ekonomi politik adalah analisis
kelembagaan. Titik fokusnya misalnya berkonsentrasi pada
bagaimana komunikasi dikonstruksi secara sosial;
bagaimana kekuatan sosial
berkontribusi terhadap
pembentukan saluran komunikasi; dan rangkaian pesan apa
yang ditransmisikan melalui saluran tertentu.
Tiga kerangka kerja Mosco (2010) dalam Ekonomi Politik:
• Komodifikasi (Comodification)
• Komodifikasi berhubungan dengan bagaimana proses
transformasi barang dan jasa beserta nilai gunanya menjadi
suatu komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar. Proses
transformasi dari nilai guna menjadi nilai tukar dalam media
massa selalu melibatkan para awak media, khalayak
pembaca, pasar, dan negara apabila masing-masing di
antaranya mempunyai kepentingan.
• Spasialisasi
• Spasialisasi diartikan sebagai proses mengatasi kendala
ruang dan waktu dalam kehidupan sosial. Komunikasi
merupakan pusat spasialisasi karena komunikasi dan
teknologi informasi mempromosikan fleksibilitas dan kontrol
seluruh industri, khususnya dalam media, komunikasi, dan
sektor informasi. Spasialisasi meliputi proses globalisasi ke
seluruh dunia seperti restrukturisasi industri, perusahaan,
dan lembaga lainnya.
•
• Globalisasi dan restrukturisasi industri saling mempengaruhi
empat pola utama restrukturisasi pemerintah.
• Pertama, komersialisasi menetapkan fungsi negara sebagai
entitas bisnis seperti menyediakan layanan surat dan
telekomunikasi yang menghasilkan pendapatan.
• Kedua, privatisasi mengambil langkah lebih lanjut dengan
mengubah unit-unit bisnis negara menjadi bisnis pribadi
• Tiga, liberalisasi memberikan persetujuan negara untuk
membuka pasar bebas untuk kompetisi yang luas, dan
•
• Keempat, internasionalisasi menghubungkan negara ke
negara lain sehingga terjadi pergeseran kewenangan
ekonomi dan politik dari pusat kepada pemerintah daerah
yang mempertemukan beberapa negara dalam satu wilayah
geografis.
• Spasialisasi dalam kerangka ekonomi politik media secara
tradisional
sebagai perpanjangan kekuasaan korporasi
dalam industri komunikasi.
•
• Strukturasi
• Strukturasi berkaitan dengan relasi ide antar agen
masyarakat, proses sosial dan praktik sosial dalam analisis
struktur. Strukturasi dapat digambarkan sebagai proses
dimana struktur sosial saling ditegakkan oleh para agen
sosial, dan bahkan masing-masing bagian dari struktur
mampu bertindak melayani bagian yang lain.
•
Hasil akhir dari strukturasi adalah serangkaian hubungan
sosial dan proses kekuasaan diorganisasikan di antara kelas,
gender, ras, dan gerakan social yang masing-masing
berhubungan satu sama lain. Isu yang dibahas disini yakni:
kelas sosial (class), gender, ras (race), gerakan sosial (social
movement) dan hegemoni (hegemony)
Referensi
• Albarian, Alan B, Media Economics: Understanding Markets,
Industries, and Concept, Iowa: Iowa State University Press, 1996.
• Alexander, Alison et.al (ed), Media Economics: Theories and
Practice, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers,
1998.
• Dimmick dan Rothenbuhler, The Theory of Niche: Quantifing
Competition among Media Industry, Jurnal of Communication,
Winter 1984.
• Mirza Jan. Globalization of Media: Key Issues and Dimensions.
European Journal of Scientific Research. ISSN 1450-216X Vol.29 No.1
(2009), pp.66-75
• Kansong, Usman. Ekonomi Media : Pengantar Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Ghalia Indonesia. 2009.
Terima Kasih
Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm
Download