Administrasi pendidikan - e-learning STKIP Muhammadiyah

advertisement
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR
I
II
III
PENGERTIAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
A. Manajemen Pendidikan dan Administrasi
Pendidikan
B. Pengertian Administrasi Pendidikan
C. Dasar-Dasar dan Tujuan Administrasi Pendidikan
D. Bidang Garapan Administrasi Pendidikan
E. Fungsi-Fungsi Administrasi Pendidikan
F. Manajemen dalam Bidang Kegiatan Pendidikan
LEMBAGA PENDIDIKAN
A. Pengertian Organisasi dan Pengorganisasian
B. Asas-Asas Organisasi Manajemen
C. Macam-Macam Organisasi
D. Teori-Teori Organisasi
E. Pengertian Reorganisasi dan Restrukturisasi
F. Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga
Pendidikan
G. Jalur, Jenjang, dan Jenis Organisasi Lembaga
Pendidikan
H. Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga
Pendidikan
DESENTRALISASI SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL
A. Konsep Dasar Desentralisasi
B. Kebijakan Desentralisasi Pendidikan dan Kendala
Pelaksanaan
C. Pengertian Partisipasi
D. Peranan Keluarga dan Masyarakat dalam
Pendidikan
E. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan
F. Manajemen Berbasis Sekolah
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
1
1
5
12
17
19
28
34
36
37
38
40
41
44
50
56
60
68
76
76
77
84
Buku Ajar Administrasi Pendidikan i
IV
ADMINISTRASI SEKOLAH
A. Definisi Administrasi Sekolah
B. Prinsip Umum Administrasi Sekolah
C. Macam-Macam Administrasi Sekolah
92
92
92
92
V
ADMINISTRASI KELAS
A. Kegiatan Administratif Manajemen Kelas
B. Kegiatan Operatif Manajemen Kelas
99
100
VI
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A. Definisi Kepemimpinan dan Kepemimpinan
Pendidikan
B. Model Kepemimpinan Pendidikan
C. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
D. Kekuasaan dan Pengaruh
E. Pengelolaan Manusia
F. Kepengikutan
G. Kepemimpinan dalam Kelompok dan Tim Kerja
H. Ciri-Ciri Kepemimpinan
104
105
VII
SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI
129
VIII
ADMINISTRASI IMPLEMENTASI KURIKULUM
A. Pengertian Implementasi Kurikulum
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Kurikulum
C. Implementasi Kurikulum
D. Pengembangan Aktivitas dan Kreativitas Peserta
Didik
144
146
148
IX
ADMINISTRASI PESERTA DIDIK
A. Definisi Administrasi Peserta Didik
B. Kegiatan Administrasi Peserta Didik
C. Peranan Guru dalam Administrasi Peserta Didik
156
157
158
168
X
ADMINISTRASI PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
A. Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
170
171
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
107
115
117
121
122
124
125
148
153
Buku Ajar Administrasi Pendidikan ii
B. Dasar Hukum Administrasi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
C. Urgensi Administrasi bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
D. Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
E. Standar Kualifikasi Tenaga Kependidikan
F. Jenis-jenis Tenaga Kependidikan
G. Tugas Tenaga Kependidikan
H. Fungsi Administrasi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
I. Fakta mengenai Administrasi Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
175
XI
ADMINISTRASI KEUANGAN PENDIDIKAN
A. Administrasi Keuangan Sekolah
B. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Administrasi
Keuangan Sekolah
191
192
201
XII
ADMINISTRASI PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN
A. Hakikat Mutu Pendidikan
B. Model dan Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan
di Sekolah
206
SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Pengertian Umum Supervisi
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi
C. Prinsip-Prinsip Supervisi
D. Fungsi Supervisi
E. Tipe-Tipe Supervisi
F. Teknik-Teknik
Yang
Digunakan
Dalam
Pelaksanaan Supervisi
G. Kelemahan Dan Kelebihan Teknik – Teknik
Dalam Pelaksanaan Supervisi
H. Perangkat Supervisi
236
236
239
240
242
242
243
XIII
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
176
178
180
182
184
185
187
209
215
250
251
Buku Ajar Administrasi Pendidikan iii
KATA PENGANTAR
Adninistrasi adalah suatu proses kerjasama antara dua orang atau
lebih untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan yang
bersifat merencanakan, mengorganisir dan memimpin, Sedangkan
administrasi pendidikan adalah suatu proses pengerahan yang
berurusan dengan teknik dan prosedur penciptaan, pemeliharaan,
stimulasi dan penyatuan tenaga-tenaga dala suatu lembaga pendidkan
dalam tujuan-tujuan yang trelah ditentukan sebelumnya. Secara luas
dapat dikatakan administrasi pendidikan adalah suatu ilmu yang
mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan
secara produktif.
Istilah administrasi pendidikan tidak begitu di kenal masyarakat,
karena masyarakat lebih mengenal istilah manajemen pendidikan saat
ini, namun demikian dalam tulisan ini penulis tidak membedakan
kedua istilah tersebut. Administrasi pendidikan atau manajemen
pendidikan itu pada dasarnya sama dalam pengertian “Manajemen
adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan
melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan
(planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan
mengendalikan (controlling) atau secara khusus pengertian
manajemen pendidikan adalalah “keseluruhan proses kerjasama
dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang
tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien” itu sama bagai mana untuk
mengatur atau mengelola sebuah pendidikan atau sekolah.
Buku Administrasi Pendidikan ini disusun untuk memudahkan
mahasiswa memahami hal-hal terkait administrasi pendidikan,
meliputi: (1) Pengertian administrasi pendidikan; (2) Lembaga
pendidikan; (3) Desentralisasi sistem pendidikan nasional; (4)
Administrasi sekolah; (5) Administrasi kelas; (6) Kepemimpinan
pendidik; (7) Sistem informasi administrasi; (8) Administrasi
implementasi kurikulum; (9) Administrasi peserta didik; (10)
Administrasi pendidik dan peserta didik; (11) Administrasi keuangan
pendidikan; (12) Administrasi peningkatan mutu pendidikan; dan (13)
Supervisi pendidikan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan iv
Produk akhir dari buku ini hanya merupakan sebagian kecil dari
hasil telaah empirik dan pemikiran konseptual bagi pelaksanaan
kinerja administrasi pendidikan, sebagai prakarsa untuk meningkatkan
kualitas pengelolaan pendidikan. Meski tulisan yang tersaji ini mungkin
belum
cukup
menggugah
pelaku
pendidikan
untuk
mengimplementasikannya, namun setidaknya harapan penulis, buku
ini dapat berguna sebagai point of reference bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pelaksanaan pengelolaan pendidikan.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama pihakpihak yang tulisannya penulis gunakan/kutip guna melengkapi tujuan
penulisan dalam setiap bagiannya, dan semua pihak yang telah
memberikan inspirasi sehingga tersusunnya buku ini.
Penulis
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan v
PENGERTIAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
A. MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi
dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak
ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga
dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak
sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal
istilah adminitrasi pendidikan. Namun demikian sesungguhnya
keduanya identik, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan
makna yang sama.
Beberapa pengertian umum tentang manajemen yang
disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C.
Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995)
memberikan rumusan bahwa: “Manajemen adalah proses untuk
mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari
empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi
(organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling).
Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang
berkesinambungan”. Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh
T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa: “Manajemen adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan”. Secara khusus dalam konteks
pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen
pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang
diartikan sebagai “keseluruhan
proses
kerjasama dengan
memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan
sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992)
mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian
kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis
yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga
pendidikan formal”. Meski ditemukan pengertian manajemen atau
administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 1
tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang
merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa: (1)
manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2)
manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya;
dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan
tertentu.
Manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan
dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada
fungsi-fungsi
manajamen.
Berkenaan
dengan
fungsi-fungsi
manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari
beberapa ahli, sebagai berikut: Menurut G.R. Terry terdapat empat
fungsi manajemen, yaitu: (1) planning (perencanaan); (2) organizing
(pengorganisasian); (3) actuating (pelaksanaan); dan (4) controlling
(pengawasan). Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi
manajemen, meliputi: (1) planning (perencanaan); (2) organizing
(pengorganisasian); (3) commanding (pengaturan); (4) coordinating
(pengkoordinasian); dan (5) controlling (pengawasan). Sementara itu,
Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi
manajemen, mencakup: (1) planning (perencanaan); (2) organizing
(pengorganisasian); (3) staffing (penentuan staf); (4) directing
(pengarahan); dan (5) controlling (pengawasan). Selanjutnya, L.
Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu : (1) planning
(perencanaan); (2) organizing (pengorganisasian); (3) staffing
(penentuan staf); (4) directing (pengarahan); (5) coordinating
(pengkoordinasian); (6) reporting (pelaporan); dan (7) budgeting
(penganggaran). Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi
manajemen pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsifungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan
merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi: (1) perencanaan
(planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan
(actuating) dan (4) pengawasan (controlling).
Beberapa ahli mengemukakan pengertian administrasi sebagai
berikut: Sondang P Siagian MPA., Ph.D menyatakan bahwa
Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang
atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian Drs.The Liang Gie
menyatakan bahwa Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan
penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilaksanakan oleh
sekolompok orang dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 2
Selanjutnya Drs. Soebari Trisna menyatakan bahwa Administrasi
adalah keseluruhan proses penyelenggaraan dalam usaha kerja sama
dua orang atau lebih dengan secara rasional untuk mencapai tujuan
yang telah dkitetapkan sebelumnya secara efesien. Sedangkan
Depdiknas RI menyatakan bahwa Administrasi ialah usaha bersama
untuk mendayagunakan semua sumber (personal maupun material)
secara efektif dan efesien guna untuk menunjang tercapainya tujuan
pendidikan. Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, jelas disebutkan pada Bab XI pasal 39
ayat (1) menyatakan tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi,
pengelolaan,
pengembangan,
pengawasan
dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan.
Administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu
bentuk kerja sama dengan pendidikan, terdapat tujuan sekolah. Untuk
mencapai tujuan pendidikan di sekolah itu diperlukan kerja sama di
antara semua personel sekolah (guru, murid, kepala sekolah, staf tata
usaha) dan orang di luar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah
(orang tua, dokter puskesmas, Dinas Pendidikan, masyarakat yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan). Kerja
sama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan berbagai aspek ini
dapat dipandang sebagai administrasi pendidikan.
Administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, pemantauan dan
penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin
dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang
diperlukan, dan berapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat
sebelum suatu tindakan dilaksanakan. Pengorganisasian adalah
kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja
sama pendidikan.
Administrasi pengertian sehari-hari sering disamakan dengan tata
usaha, yaitu berupa kegiatan mencatat, mengumpulkan dan
menyimpan suatu kegiatan atau hasil kegiatan untuk membantu
pimpinan dalam mengambil keputusan.
Penjelasan di atas adalah definisi administrasi dalam arti sempit
yang masih banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu
contoh, sebuah koran/majalah/tabloid membubuhkan alamatnya
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 3
dengan “Kantor redaksi Administrasi”. Yang dimaksud oleh lembaga
pers di atas tidak lain adalah tata usaha. Definisi administrasi
terkadang dipersempit lagi dan disamakan dengan keuangan.
Misalnya seorang pegawai kantor berucap “bereskan dulu urusan
administrasimu” yang dimaksud dengan administrasi oleh si pegawai
adalah keuangan.
Atmodiwirio (300:23) mendefinisikan “administrasi pendidikan ialah
koordinasi kegiatan alat untuk mencapai tujuan dan kegiatan yang
menyertakan banyak orang.” Dari definisi ini dapat dilihat bahwa
administrasi merupakan satu proses yang mengkoordinasikan,
menyertakan banyak orang dan menggunakan sumber alat. Proses
yang berkaitan dengan fungsi pembuat keputusan, perencanaan,
kepemimpinan, pengkoordinasian dan pengendalian.
Berdasarkan paparan dapat disimpulkan bahwa administrasi
pendidikan adalah segala rencana, pengorganisasian, pelaksanaan,
pemantauan dan penilaian untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pada awalnya ilmu administrasi bergerak di bidang perusahaan atau
industri kemudian berkembang pada pemerintahan atau negara,
sehingga kita mengenal adanya Business Administration dan Public
Administration, baru kemudian pada sekitar tahun 1965/1966
administrasi dimasukkan dalam kurikulum Sekolah Pendidikan Guru
dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, sehingga kita kenal sebagai
Administrasi di bidang Pendidikan atau Administrasi Pendidikan.
Pengertian administrasi berdasarkan etimologi berasal dari bahasa
latin, yakni dari kata “ad” yang artinya intensif dan kata “ministrare”
yang artinya melayani, membantu serta mengarahkan. Dapat kita
simpulkan bahwa pengertian administrasi ialah melayani dengan
intensif. Menurut Dr. Hadari Nawawi, bahwa dalam bahasa inggris kata
“administrauus” disebut dengan “administration”. Sedangkan dalam
bahasa Belanda dikenal dengan “administratie”, tapi mempunyai arti
yang lebih sempit lagi. Ini dikarenakan adanya keterbatasan pada
aktivitas ketatausahaan (kegiatan penyusunan serta pencatatan
keterangan yang dilakukan secara sistematis).
Administrasi sendiri sering kali dikaitkan dengan aktivitas
administrasi perkantoran, aktivitas ini adalah salah satu bidang yang
diperoleh dari aktivitas administrasi sebenarnya. Administrasi jika dilihat
dari katanya memilki arti sempit dan juga arti luas. Administrasi dalam
arti yang sempit memiliki arti kegiatan pencatatan data dan informasi
secara tertulis serta proses penyimpanan dokumen untuk dipergunakan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 4
kembali dilain waktu. Tata usaha adalah salah satu bidang pekerjaan
yang terdapat dalam kegiatan administrasi. Jika ditinjau dalam arti luas,
maka administrasi adalah suatu bidang yang di dalamnya terdapat
kegiatan manajemen atau pengelolaan pada keseluruhan komponen
organisasi yang bertujuan untuk mewujudkan program atau tujuan
organisasi. Oleh sebab itu, pekerjaan administrasi dapat dikatakan
sebagai manajemen dan operatif. Drs. M. Ngalim Parwanto (1997)
Administrasi Pendidikan), administrasi pendidikan adalah segenap
proses pengarahan dan pengitregasian segala sesuatu baik yang
personel, spiritual dan material yang bersangkut paut dengan
pencapaian tujuan pendidikan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, mendefinisikan administrasi pendidikan sebagai suatu
proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang
meiliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengoordinasian, pengawasan, pembiayaan, dan pelaporan dengan
menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik
personel, material, maupun sepiritual untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
Berdasarkan pemahaman yang dikemukakan di atas Nampak
bahwa tidak ada perbedaan yang siginfikan tentang istilah ‘manajemen
pendidikan’ dengan ‘administrasi pendidikan’, keduanya sama-sama
memiliki bidang garapan yang sama yaitu: perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengoordinasian,
pengawasan,
pembiayaan, dan pelaporan. Selanjutnya dalam penulisan ini, penulis
tidak membedakan antara istilah keduanya.
B. PENGERTIAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Administrasi pendidikan tersusun dari dua kata yakni administrasi
dan pendidikan. Secara etimologi kata administrasi berasal dari bahasa
Latin yaitu “ad” yang berarti kepada dan “ministre” yang berarti
melayani. Secara garis besar dan bebas kata administrasi dapat
diartikan dengan pengabdian atau pelayanan terhadap suatu objek
tertentu. Secara istilah Administrasi adalah upaya pencapaian tujuan
secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan orang-orang dalam
suatu pola kerjasama. Di dalam pengertian tersebut, kata efektif
merujuk kepada hal yang telah menjadi tujuan dan dihasilkan adalah
sama dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kata
efisien merujuk pada penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 5
dana, material, tenaga dan waktu secara ekonomis. Sedangkan kata
pendidikan menurut Abdurrahman An-Nahlawi (1998) adalah proses
yang mempunyai tujuan, sasaran, dan objek. Abdurahman An-Nahlawi
juga memeberikan gambaran tentang pendidikan sebagai berikut:
secara mutlak, pendidik yang sebenarnya adalah Allah, pencipta fitrah
dan pemberi berbagai potensi; pendidikan menurut adanya langkahlangkah yang secara bertahap harus dilalui oleh berbagai kegiatan
pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan urutan yang telah disusun
secara sistematis. Kerja pendidikan harus mengikuti aturan penciptaan
dan pengadaan yang dilakukan Allah, sebagaimana harus mengikuti
syara’ dan din Allah.
Mengacu pada gambaran-gambaran tersebut, bahwa pendidikan
adalah suatu proses yaitu suatu rangkaian kegiatan yang menuju pada
suatu hasil tertentu. Kegiatan atau perbuatan tersebut bisa berupa
sesuatu yang nampak atau tidak nampak. Pada dasarnya pendidikan
adalah suatu yang tidak nampak namun pada kenyataannya sesuatu
yang kita kerjakan dalam pendidikan hampir semuanya adalah hal-hal
yang bersifat formal, dalam artian bahwa perbuatan yang dilakukan
tersebut terjadi dengan sengaja dan memiliki tujuan.
Administrasi merupakan suatu kegiatan yang melibatkan sumber
daya manusia. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka administrasi
pendidikan merupakan ”kegiatan yang ditujukan untuk mengoptimalkan
(efektif dan efisien) pencapaian tujuan pendidikan melalui penataan
berbagai sumber daya, manusia, kurikulum dan fasilitas” (Engkoswara,
dalam Burhanuddin, 1998:12). Kegiatan administrasi pendidikan
melibatkan banyak pihak seperti kepala sekolah, para pembina,
pengawas, serta pejabat departemen pendidikan. Keterlibatan tersebut
meliputi fungsi dan tugas masing. Semua unsur yang terlibat
berkontribusi terhadap peningkatan dan pencapaian tujuan pendidikan.
Boleh dikatakan bahwa semua unsur tersebut adalah bagian dari
administrator pendidikan.
Dalam pendidikan terjadi dua proses, yaitu proses pendidikan atau
yang sering disebut dengan proses teknik dan proses non pendidikan
atau yang sering disebut dengan proses non teknik. An-Nahlawi
mengatakan bahwa proses pendidikan adalah pengembangan
pengembangan kepribadian manusia.
Dari kedua pengertian tentang administrasi dan pendidikan di atas,
terdapat beberapa pengertian administrasi pendidikan dan beberapa
pendapat dari para ahli pendidikan mengenai pengertan administrasi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 6
pendidikan, diantaranya: Jesse B. Sears (1950: The Nature of
Administration Process), administrasi pendidikan adalah sebuah proses
yang
didalamnya
terdapat
aktivitas-aktivitas
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengoordinasian dan pengendalian.
Administrasi pendidikan ialah suatu cara bekerja dengan orang-orang,
dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif, yang
berarti mendatangkan hasil yang baik dan tepat, sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditentukan. Administrasi pendidikan adalah
semua kegiatan sekolah dari yang meliputi usaha-usaha besar seperti
perumusan polis, pengarahan usaha, koordinasi, konsultasi,
korespondensi, kontrol dan seterusnya, sampai kepada usaha-usaha
kecil dan sederhana seperti menjaga sekolah, menyapu halaman dan
sebagainya. Mengacu pada beberapa pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa Administrasi pendidikan merupakan proses
keseluruhan dan kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh
semua pihak yang ada sangkut-pautnya dengan tugas-tugas
pendidikan. Administrasi pendidikan itu mencakup kegiatan-kegiatan
yang luas, yang meliputi: kegiatan perencanaan, pengoganisasian,
pengarahan dan pengawasan, khususnya dalam bidang pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah-sekolah. Administrasi pendidikan
bukan hanya sekedar kegiatan “tata usaha” seperti yang dilakukan di
kantor-kantor tata usaha sekolah maupun kantor-kantor invasi
pendidikan lainnya. Mencakup beberapa pengertian di atas, secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa administrasi pendidikan adalah
suatu ilmu tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah agar
tercapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut. Singkatnya, administrasi
pendidikan adalah pembinaan, pengawasan, dan pelaksanaan dari
segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan-urusan sekolah.
Pengertian administrasi pendidikan dapat ditinjau dari perpaduan
dua kata yaitu “administrasi dan pendidikan”. Pada hakekatnya
administrasi pendidikan dapat diartikan sebagai penerapan ilmu
administrasi pada dunia pendidikan, diantaranya pembinaan,
pengembangan, serta pengendalian dalam praktek-praktek pendidikan.
Administrasi pendidikan meliputi administrasi sekolah, yaitu
administrasi pendidikan yang pelaksanaannya di sekolah. Tata usaha
merupakan salah satu alat administrasi pendidikan. Drs. M. Ngalim
Purwanto
mengemukakan
pendapatnya
tentang
administrasi
pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan penintegrasian
segala sesuatu baik personal ,spiritual dan material yang bdersangkut
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 7
paut dengan tercapainya tujuan pendidikan. Kemudian Depdiknas RI
menyatakan bahwa administrasi pendidikan adalah suatu proses
kseleruhan kegiatan bersama dalam dalam bidang pendidikan yang
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pengkoordinasiaan, pengawasan, pembiayaan dan pelaporan dengan
menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersdia, baik oersonal,
material maupun spritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efesien dan efektif.
Secara garis besar komponen administrasi pendidikan dapat
digolongkan menjadi:
1. Administrasi personil sekolah;
2. Administrasi kurikulum;
3. Administrasi sarana dan prasarana pendidikan;
5. Administrasi sekolah dan masyarakat (Burhanuddin, 1998)
Istilah lain yang sering dikaitkan dengan administrasi pendidikan
adalah administrasi sekolah. Istilah administrasi sekolah umumnya
dipahami lebih sempit dari administrasi pendidikan. Administrasi
pendidikan mencakup semua unsur yang terlibat dalam berbagai
kegiatan pendidikan, sedangkan administrasi sekolah hanya meliputi
tugas tata usaha sekolah. Namun demikian, tidak berarti bahwa
administrasi sekolah bukan sesuatu yang penting. Kegiatan
administrasi sekolah sebagai bahagian dari administrasi pendidikan
justru memiliki peran yang sangat penting di sekolah. Dalam arti bahwa
kegiatan administrasi sekolah merupakan ujung tombak kegiatan
administrasi pendidikan secara keseluruhan. Di dalam lingkungan
sekolah terdapat berbagai unsur yang tiada lain adalah komponenkomponen kegiatan administrasi administrasi pendidikan. Ini berarti
bahwa kegiatan administrasi sekolah tiada lain adalah pelaksanaan
administrasi pendidikan secara langsung di lapangan pendidikan.
Sutisna (1989:19) mengemukakan administrasi pendidikan adalah
“keseluruhan proses dengan mana sumber-sumber manusia dan materi
yang cocok dibuat tersedia dan efektif bagi pencapaian maksudmaksud organisasi secara efisien”. Sears (1950) sebagaimana dikutip
oleh Daryanto (1998:8) mengemukakan “Education administration is the
process as including the following activities planning, organizing,
directing, coordinating, and control. Daryanto (1998:8) mengemukakan
administrasi pendidikan adalah “suatu cara bekerja dengan orangorang, dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif”.
Nawawi (Daryanto, 1998:10) mengemukakan “administrasi pendidikan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 8
adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan, proses pengendalian
usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan
secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan dalam
lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Dasuqi dan Somantri (1992:10) mengemukakan administrasi
pendidikan adalah upaya menerapkan kaidah-kaidah administrasi
dalam bidang pendidikan. Senada dengan pendapat ini Soepardi
(1988:24) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan adalah
administrasi yang diterapkan dalam bidang pendidikan. Selanjutnya
Soepardi (1988:25) menjelaskan administrasi pendidikan adalah semua
aspek kegiatan untuk mendayagunakan berbagai sumber (manusia,
sarana dan prasarana, serta media pendidikan lainnya) secara optimal,
relevan, efektif, dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan
pendidikan. Sagala (2005:27) mengemukakan bahwa administrasi
pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi dalam dunia pendidikan
atau
sebagai
penerapan
administrasi
dalam
pembinaan,
pengembangan, dan pengendalian usaha dan praktek-praktek
pendidikan. Berbagai definisi di atas memberikan gambaran bahwa
dalam administrasi pendidikan terkandung makna:
1. Administrasi pendidikan dilakukan melalui kerjasama sejumlah
orang
2. Orientasi pelaksanaan administrasi pendidikan diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
3. Administrasi pendidikan memanfaatkan sumber daya pendidikan
secara optimal.
4. Administrasi pendidikan dilaksanakan melalui proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa administrasi
pendidikan adalah proses memanfaatkan sumber daya pendidikan
melalui kerjasama sejumlah orang dengan melaksanakan fungsi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Siagian (1992:2) mengemukakan administrasi adalah “keseluruhan
proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya”. Wayong yang dikutip The Liang Gie (1992:15)
mengemukakan bahwa administrasi adalah “kegiatan yang dilakukan
untuk mengendalikan suatu usaha. Kegiatan itu bersifat merencanakan,
mengorganisir dan memimpin”. Simon sebagaimana dikutip
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 9
Handayaningrat (1996:2) mengemukakan “administration is the
activities of groups cooperating to accomplish common goals”
(Administrasi sebagai kegiatan daripada kelompok yang mengadakan
kerjasama untuk menyelesaikan tujuan bersama)
Berdasarkan definisi administrasi sebagaimana dikemukakan di atas
Handayaningrat (1996:3) mengemukakan bahwa administrasi
mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas 2 orang
atau lebih
2. Adanya kerjasama dari kelompok tersebut
3. Adanya kegiatan/proses/usaha
4. Adanya bimbingan, kepemimpinan, dan pengawasan
5. Adanya tujuan
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa administrasi
merupakan suatu proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat
merencanakan, mengorganisir dan memimpin.
Sedangkan menurut pendapat para ahli yang lainnya Adminitrasi
pendidikan adalah suatu cara bekerja dengan orang –orang dalam
rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif ,yang berarti
mendatangkan hasil yang baik dan tepat ,sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditentukan.atau administrasi pendidikan adalah
semua kegiatan sekolah yang meliputi usaha-usaha besar seperti
perumusan polis, pengarahan usaha, koordinasi, konsultasi,
korespondensi, kontrol dan seterusnya, sampai kepada usaha-usaha
kecil dan sederhana seperti menjaga sekolah, menyapu halaman dan
lain sebagainya.
Dengan beberapa pengertian tersebut, maka perlu ditegaskan disini
sebagai berikut:
1. Bahwa seluruh administrasi pendidikan itu merupakan proses
keseluruhan dan kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan
oleh semua pihak yang ada sangkut pautnya dengan tugas-tugas
pendidikan.
2. Bahwa administrasi pendidikan itu mencakup kegiatan-kegiatan
yang luas yang meliputi kegiatan perencanaan ,pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan, khususnya dalam bidang pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 10
3. Bahwa administrasi pendidikan itu bukan hanya sekedar kegiatan
tata usaha seperti dilakukan di kantor-kantor ,inspeksi pendidikan
lainnya.
Hubungan Pendidikan dengan Administrasi Negara dan Administrasi
Niaga. Berkaitan dengan tujuan pendidikan di Indonesia merupakan
tujuan pendidikan nasional seperti yang tertera dalam Undang-Undang
Dasar tahun 1945, dan penjabarannya tertera dalam Keputusan MPR
yang rumusannya selalu ditinjau kembali dari tahun ke tahun, sampai
sekarang tertuang dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, maka setiap lembaga pendidikan
mengarahkan tujuannya, yaitu tujuan institusional menuju tercapainya
tujuan nasional tersebut. Penjabaran yang lebih kecil dikenal sebagai
tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum atau yang sekarang dikenal
sebagai tujuan pembelajaran umum, untuk kemudian oleh para
pendidik dirumuskan lagi menjadi tujuan instruksional khusus atau
tujuan pembelajaran khusus. Administrasi pendidikan sebagai kegiatan
atau serangkaian kegiatan pelayanan, menyesuaikan kegiatannya
dengan tujuan setiap lembaga yang dilayani. Berbagai alat dan teknik
diklasifikasikan sedemikian rupa sehingga membentuk satu pendekatan
sistem yang menjadikan kerja administrasi menjadi lebih baik. Untuk
kepentingan tersebut tujuan organisasi perlu dirancang secara spesifik,
baik untuk keseluruhan sistem maupun sub sistem, agar kegiatan
pendidikan mencapai hasil yang diinginkan secara maksimal.
Pendidikan merupakan usaha yang berada dibawah pengendalian dan
pengawasan pemerintah, maka secara umum dapat dikatakan bahwa
administrasi pendidikan merupakan bagian dari administrasi negara
atau (Public Administration), terlepas dari penyelenggaraan lembaga
pendidikan yang dalam unit kerja masing-masing mewujudkan pula
kegiatan administarsi pendidikan dilingkunannya. Dengan demikian bila
dilihat dari administrasi pendidikan di lembaga pendidikan tidak
menutup kemungkinan terdapat pula serangkaian kegiatan administrasi
yang lain yang berkaitan dengan pengelolaan lembaga pendidikan
sebagai usaha kerjasama dalam mengatur rumah tangganya diluar
kegiatan yang sudah diatur pemerintah. Sehubungan dengan hal
tersebut tidak berarti lembaga pendidikan yang demikian lepas dari
pengawasan pemerintah, karena pengawasan pemerintah diwujudkan
dalam pengendalian aspek kegiatan operasional kependidikan yang
harus terarah pada pencapaian tujuan pendidikan nasional.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 11
C. DASAR-DASAR DAN TUJUAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
1. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan
Suatu administrasi pendidikan akan dapat berjalan dengan baik
dan berhasil mencapai tujuan apabila memiliki dasar-dasar yang tepat.
Dasar dalam hal ini pada hakekatnya adalah suatu kebenaran yang
bersifat fundamental yang dapat dijadikan pedoman dan landasan yang
tepat untuk bertindak. Dalam lingkup dunia pendidikan, dasar dalam
administrasi pendidikan digunakan untuk menjadi acuan dan pedoman
bagi seorang administrator untuk mendapatkan sukses dalam
tugasnya.
Dari segi proses administrasi bidang apapun, baik itu perusahaan,
pemerintahan maupun pendidikan hampir tidak ada perbedaan karena
semua kegiatan diawali dari perencanaan sapai dengan
pengevaluasian. Prinsip kerja dari semua kegiatan administrasi,
administrasi perusahaan, administrasi pemerintahan maupun
administrasi pendidikan mempunyai prinsip yang sama secara umum
yaitu: a. Prinsip Kerjasama, Seorang administrator akan berhasil baik
dalam melaksanakan tugasnya, bila ia mampu mengembangkan
kerjasa diantara orang-orang yang terlibat, baik secara horizontal
maupun secara vertikal. b. Prinsip Efisiensi, Seorang administrator
akan berhasil mendapatkan kesuksesan bilamana seoarang
administrator tersebut mampu menggunakan sember daya atau sumber
tenaga dan fasilitas yang ada secara efisien. c. Prinsip Pengelolaan.
Seorang administrator akan mendapatkan hasil yang efektif dan efisien,
yakni hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dari
semua sumber daya dan fasilitas yang ada apa bila ia melakukan
pekerjaan manajemen, yakni merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, dan mengontrol semua kegiatan dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan; d. Prinsip Pengutamaan Tugas
Penglolaan. Prinsip pengutamaan ini pada dasarnya penghindaran diri
seorang administrator dari hal-hal yang cenderung bersifat negatif
dalam melakukan administrasi pendidikan. Misalnya bila suatu
pekerjaan yang bersifat manajemen dan pekerjaan yang bersifat
operatif dilakukan secara bersamaan maka seorang administrator akan
cenderung melakukan hal-hal yang bersifat operatif. Hal ini lah yang
harus dihindari oleh seorang adiministrator, karena prinsip ini
berimplikasi pada taraf suatu penorganisasian dalam organisasi,
semakin rendah taraf organisasi yang dimiliki maka akan semakin
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 12
banyak kegiatan operatif yang dilakukan oleh seorang administrator. e.
Prinsip Kepemimpinan yang Efektif. Seorang administrator akan
berhasil dengan baik jika ia menggunakan prinsip kepemimpinan yang
efektif, yakni kepemimpinan yang memperhatikan dimensi-dimensi
hubungan antar manusia (Human Relationship), dimensi pelaksanaan
tugas
dan
dimensi
situasi
dan
kondisi
yang
ada.
Dalam prinsip ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
seorang administrator untuk mencapai keberhasilan dalam
melaksanakan tugasnya, antara lain: 1) Sebagai pemimpin selalu
membina hubungan baik dengan seluruh anggota yang dipimpin, dalam
artian dia harus mengenal bawahannya sehingga terjalin hubungan
yang baik antara atasan dengan bawahannya; pengawasan terhadap
penyelesaian tugas dari setiap anggota dalam oarganisasi sesuai
dengan pembagian tugas, dalam artian jangan hanya karna
mementingkan hubungan baik antara atasan dengan bawahan,
seorang pemimpin mengabaikan terselesaikannya pekerjaan dengan
baik yang dilakukan oleh anggotanya dan sebaliknya, jangan sampai
terlalu mementingkan kewajiban kerja sampai-sampai melupakan
kepentingan pribadi setiap anggota organisasi; 2) Sebagai pemimpin
mengenal dan memperhatikan kepentingan anggota yang dipimpin,
sehingga membangkitkan motivasi kerja untuk kepentingan organisasi
yang dipimpin dan dapat menimbulkan kepuasan kerja bagi pribadi
anggota yang dipimpin tersebut; 3) Sebagai pemimpin mengetahui dan
memahami kemampuan anggota yang dipimpin dalam menentukan
pembagian tugas bagi anggota yang dipimpin, sehingga tepat waktu
dalam
penyelesaian
tugas;
4)
Sebagai
pemimpin
selalu
memperhitungkan taraf kematangan anggota yang dipimpin dengan
situasi yang ada. Bila dalam organisasi telah terjalin hubungan baik,
tetapi kesadaran kerja belum maksimal maka pemimpin harus mampu
membangkitkan kesadaran untuk melaksanakan tugas bagi anggota
yang dipimpin; 5) seorang administrator harus memiliki gaya
kepemimpinan yang tepat, yakni mampu memperhitungkan taraf
kematangan pada anggota organisasi dan situasi yang ada, misal
seorang administrator menemukan tidak adanya gairah pada setiap diri
pekerja, maka dalam hal ini seorang administrator harus mampu
membangkitkan gairah setiap pekerjanya untuk penyelesaian tugas
yang baik; dan f. Prinsip Kerjasama. Seorang administrator akan
berhasil dengan baik jika ia mampu mengembangkan kerjasama yang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 13
baik diantara setiap orang yang terlibat dalam organisasinya tersebut
baik secara vertikal maupun horizontal.
Walaupun secara umum semua kegiatan administrasi mempunyai
prinsip kerja yang sama, namun administrasi pendidikan memiliki
kekhususan atau karakteristik tersendiri dan berbeda dengan
administrasi bidang yang lain. Seperti yang dikatakan Sodiq A. Kuntoro
(seorang pakar pendidikan) perbedaan administrasi pendidikan dangan
cabang ilmu administrasi yang lain adalah terletak pada prinsip
operasionalnya. karenanya prinsip operasional yang diterapkan pada
administrasi perusahaan atau administrasi pemerintahan belum tentu
bisa atau bahkan tidak mungkin diterapkan pada administrasi
pendidikan. a. Prinsip fleksibilitas, yakni dalam pelakasanaan
administrasi pendidikan di sekolah harus dilakukan dengan mengingat
faktor-faktor dan kemampuan untuk menyediakan fasilitas bagi
berlangsungnya proses pendidikan di sekolah; Dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah dilakukan dengan prinsip yang bersifat adaptif
karena penerapan prinsip, dalil dan rumusnya disesuaikan kondisi,
tempat, waktu dan manusianya, dalam ilmu administrasi faktor-faktor
tersebut dikenal sebagai faktor ekologis (lingkungan). Berdsarkan pada
prinsip tersebut berarti bahwa dalam melaksanakan kegiatan
administrasi pendidikan hendaknya memperhatikan faktor-faktor
ekologis (lingkungan) dan kemampuan untuk menyediakan fasilitas
bagi berlangsungnya program pendidikan. b. Prinsip efisien dan
efektivitas, yakni tidak hanya penggunaan waktu dengan tepat,
melainkan juga pendayagunaan tenaga secara tepat; c. Prinsip
Berorientasi dan tujuan, sesuai dengan sistem maka semua kegiatan
pendidikan harus berorientasi pada tujuan, dalam artian tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan menjadi gantungan orientasi bagi
pelaksanaan kegiatan administrasi pendidikan di sekolah; Administrasi
pendidikan di sekolah merupakan input instrumental dalam sistem
pendidikan, untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut, maka tujuan
operasional yang sudah dirumuskan itu dijadikan sebagai pedoman
orientasi bagi pelaksanaan administrasi pendidikan di sekolah. d.
Prinsip kontinuitas, terdapat hubungan kelanjutan di setiap jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dengan pendidikan sebelumnya. Misalnya
pendidikan di sekolah dasar berbeda dengan pendidikan di sekolah
menengah pertama, tetapi masih terdapat hubungan hierarkinya; e.
Prinsip pendidikan seumur hidup, prinsip ini berarti setiap manusia
Indonesia harus tetap berkembang sepanjang hidupnya. Dengan kata
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 14
lain prinsip pendidikan seumur hidup dimaksudkan agar setiap manusia
Indonesia selalu mengembangkan kualitas dirinya sepanjang hidupnya,
disisi lain pemerintah diharapkan akan selalu menciptakan situasi yang
menantang agar masyarakat tergerak untuk belajar sepanjang hayat.
Pelaksanaan administrasi pendidikan di suatu negara juga sangat
tergantung pada sistem pendidikan yang dianut. Di Indonesia, sistem
pendidikan yang digunakan adalah sistem pendidikan pancasila, yakni
sistem pendidikan yang berdasar pada pancasila dan UUD 1945.
Karena pada dasarnya administrasi pendidikan adalah sub sistem dari
sistem pendidikan secara luas, maka landasan idiil yang harus
digunakan di dalamnya harus berlandaskan pancasila dan UUD 1945.
Administrasi pendidikan memiliki pengertian yang tersusun dari
dua kata pokok, yakni administrasi dan pendidikan. Sehingga
administrasi pendidikan adalah upaya atau proses yang dilakukan
untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan. Adimistrasi pendidikan
merupakan subsistem dari sistem pendidikan, oleh karena itu dasardasar dalam administrasi pendidikan harus sesuai dengan dasar- dasar
pendidikan di Indonesia, yakni Idiil Pancasila dan UUD 1945 sebagai
landasan utama. Dipandang secara umum tujuan administrasi
pendidikan adalah untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan.
Keberhasilan kegiatan administrasi pendidikan dalam jangka
panjang dapat dilihat dari sejauh mana tujuan pendidikan dapat
diwujudkan. Untuk mencapai hasil yang maksimal tersebut dibutuhkan
tenaga administrator pendidikan yang handal dan bertanggung jawab.
Dalam kaitan ini administrasi pendidikan berfungsi untuk
mengkordinasikan perilaku manusia dalam pendidikan untuk menata
sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai secara produktif
2. Tujuan Administrasi Pendidikan
Pada umumnya tujuan administrasi pendidikan adalah semua
kegiatan yang diperuntukkan untuk mensukseskan tercapainya tujuan
pendidikan. Penyebab semakin rumitnya administrasi pendidikan
dikarenakan orang tua murid dan masyarakat ikut terlibat langsung
dalam pendidikan. Jika administrasi pendidikan semakin baik maka
tujuan pendidikan juga akan tercapai dengan baik. Tujuan administrasi
pendidikan adalah agar semua kegiatan yang mendukung tercapainya
tujuan pendidikan. Menurut Sergiovani dan Carver, administrasi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 15
pendidikan bertujuan agar tercapainya 1) efektivitas produksi; 2)
efisiensi; 3) kemampuan menyesuaikan diri (adaptivenes); dan 4)
kepuasan kerja. Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai
kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu penyelenggaraan
sekolah. Dalam sebuah lembaga atau sekolah, administrasi pendidikan
merupakan subsistem dalam sistem pendidikan sekolah. Tujuan
administrasi pendidikan adalah berusaha untuk menunjang tercapainya
tujuan pendidikan sekolah tersebut. Secara khusus administrasi
pendidikan di sekolah adalah untuk mempersiapkan situasi di sekolah
agar pendidikan dan pengajaran di dalamnya berlangsung dengan
baik.Sedangkan tujuan administrasi pendidikan di Indonesia yang
dilaksanakan di sekolah juga bersumber dari tujuan pendidikan
Nasional yang digariskan dalam GBHN adalah meningkatkan
ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, mempertinggi budi pekerti,
atau memiliki kepribadian mempertebal semangat kebangsaan agar
menjadi manusia pembangunan, memiliki kecerdasan serta terampil.
Secara singkat dapat dikatakan administrasi pendidikan di sekolah
bertujuan untuk menciptakan situasi yang memungkinkan anak-anak
memmpunyai sikap (baik kepada sang pencipta maupun kepada
sesama manusia) – pengetahuan – ketrampilan dasar yang kuat untuk
melanjutkan pendidikan dan mempunyai suatu kecakapan dan
keterampilan khusus untuk dapat hidup mandiri dalam masyarakat
serta mempunyai sikap hidup sebagai manusia pancasila dengan
pengabdian untuk membangun manusia pancasila Indonesia.
Manfaat administrasi pendidikan
Administrasi pendidikan merupakan aspek yang penting dalam
pendidikan. Administrasi pendidikan merupakan keseluruhan proses
yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan-pekerjaan personil
sekolah untuk mendidik peserta didik. Jadi administrasi ini ditujukan
kepada pendidikan peserta didik secara tidak langsung. Selain
memiliki tujuan, administrasi pendidikan juga mempunyai beberapa
fungsi, yakni administrasi pendidikan memiliki fungsi sebagai (1)
perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) penyusunan, (4) pengarahan,
(5) pengkoordinasian, (6) pelaporan, (7) penganggaran, (8)
pergerakan, (9) pengawasan, dan (10) penilaian. Sehingga mampu
mengetahui permasalahan dalam rangka percepatan penuntasan
wajar 12 tahun, menyusun rencana dan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 16
perencanaan, yang bisa dipakai sebagai acuan dalam penetapan
anggaran pendidikan, sebagai alat pengendalian dalam pelaksanaan
pembangunan pendidikan khususnya dalam percepatan Wajar 12
tahun.
D. BIDANG GARAPAN ADMINISTRASI
Ruang lingkup administrasi pendidikan secara makro meliputi tujuh
bidang garapan. Ketujuh bidang garapan tersebut garis besarnya
adalah sebagai berikut:
1. Bidang Administrasi Kurikulum (Pengajaran)
2 Bidang Administrasi Kesiswaan (Murid)
3. Bidang Administrasi Personal Sekolah
4. Bidang Administrasi Keuangan Sekolah
5. Bidang Administrasi Material (Perbekalan)
6. Bidang Administrasi Gedung Sekolah, dan
7. Hubungan Sekolah dan Masyarakat.
Dr. Hadari Nawawi menyatakan, bahwa secara umum ruang
lingkup administrasi pendidikan adalah sebagai berikut: Manajemen
administratif, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan
agar semua orang dalam organisasi atau kelompok kerjasama
mengerjakan hal-hal yang tepat sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai; Manajemen operatif, yakni kegiatan-kegiatan yang bertujuan
mengarahkan dan membina agar dalam mengerjakan pekerjaan yang
menjadi bahan tugas masing-masing setiap orang melaksanakan
dengan tepat dan benar.
Bidang-bidang yang terdapat dalam administrasi pendidikan
sangatlah banyak, namun yang paling penting untuk diketahui oleh
seorang administrator adalah sebagai berikut: Bidang Tata Usaha
Sekolah; Bidang personalia murid; Bidang personalia guru; Bidang
pengawasan (supervisi); Bidang pelaksanaan dan pengembangan
kurikulum organisasi dan struktur pegawai tata usaha sekolah;
anggaran belanja keuangan sekolah; masalah kepegawaian dan
personalia sekolah; keuangan dan pembukuannya; korespondensi atau
surat menyurat; masalah pengangkatan, pemindahan, penempatan,
laporan, pengisian buku induk, rapot dan sebagainya.
Bidang garapan administrasi pendidikan terdiri dari, administrasi
tata laksana sekolah, administrasi personal guru dan pegawai sekolah,
administrasi murid/peserta didik, supervisi pengajaran, pelaksanaan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 17
dan pembinaan kurikulum, pendirian dan perencanaan bangunan
sekolah, dan hubungan masyarakat.
Administrasi tata laksana sekolah yang meliputi:
1. Organisasi dan Struktur
2. Otorisasi dan anggaran
3. Kepegawaian
4. Perlengkapan dan perbekalan
5. Keuangan dan pembukuan
6. Korespondensi/surat menyurat
7. Laporan
8. Pengangkatan,penempatan dan pemindahan serta pemberhentian
9. Pengisian buku pokok (induk) raport, dsb.
Administrasi personal guru dan pegawai sekolah melipuiti;
1. Pengangkatan dan penempatan guru
2. Organisasi personal guru
3. Masalah kepegawaian dan kesejahteraan guru
4. Rencana orientasi bagi tenaga guru baru
5. Kondite dan penilaian kemajuan guru
6. Inserrvise training dan up-grading guru.
Administrasi murid melipuiti;
1. Organisasi dan perkumpulan murid
2. Masalah kesehatan dan kesejahteraan murid
3. penilaian dan pengukuran murid
4. Bimbingan dan penyuluhan.
Supervisi Pengajaran meliputi;
1. Usaha membangkitkan dan merangsang semangat guru
2. Usaha mengembanngkan,mencari dan menggunakan metode baru
3. Mengusahakan cara-cara menilai hasil pendidikan dan pengajaran
4. Usaha mempertinggi mutu dan pengalaman guru.
.
Pelaksanaan dan pembinaan kurikulum meliputi:
1. Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum dalam
kurikulum;
2. Menyusun dan melaksanakan organisasi kurikulum beserta materi,
sumber dan metode;
3. Menuruti atau megikuti kurikulum yang sudah ada juga berhak atau
boleh Memilih atau menambah materi atau metode yang sesuai
dengan kebutuhan.
Pendirian dan perencanaan bangunan sekolah meliputi;
1. cara memilih letak dan menentukan luas tanah yang dibutuhkan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 18
2. Mengusahakan merencanakan dan menggunakan pendirian gedung
sekolah
3. Menentukan jumlah dan luas ruangan kelas, kantor, asrama,
lapangan olah Raga halaman sekolah dll.
4. Cara penggunaan sarana dan prasarana serta pemeliharaannya dan
lain-lain.
Hubungan masyarakat meliputi:
Hal
ini
hubungan
antara
sekolah
dengan
sekolah,
pemerintah/instransi yang terkait, dan hubungan masyarakat pada
umumnya. Ruang lingkup dalam administrasi pendidikan dapat di
golongkan menjadi 3 bagian, yaitu bidang administrasi material,
personal dan kurikulum.
E. FUNGSI-FUNGSI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas
administrasi pendidikan adalah sebagai berikut:
tentang
fungsi
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan
tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan
tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David
L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by
which manager set objective, asses the future, and develop course of
action designed to accomplish these objective. Sedangkan T. Hani
Handoko (1995) mengemukakan bahwa: “Perencanaan (planning)
adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem,
anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan”.
Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan
arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan
dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko
mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
(a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi
persesuaian pada masalah-masalah utama; (c) memungkinkan
manajer memahami keseluruhan gambaran; (d) membantu
penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e) memberikan cara
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 19
pemberian perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan dalam
melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (g)
membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
(h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat
waktu, usaha dan dana. Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono
(1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan,
yaitu:
a. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(a) menggunakan kata-kata yang sederhana, (b) mempunyai sifat
fleksibel, (c) mempunyai sifat stabilitas, (d) ada dalam perimbangan
sumber daya, dan (e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.
b. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur
sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya
modal.
c. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan
tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa
terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu: (a) menetapkan
tujuan atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c)
mengidentifikasi
segala
kemudahan
dan
hambatan;
(d)
mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan. Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus
Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan
masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan,
maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu: (1)
rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh
dan jangka panjang; (2) rencana strategis merupakan rencana yang
disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang
mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang; dan
(3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan
yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka
panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan
strategis.
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting
sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan
sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang
sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan
percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Pada bagian lain,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 20
T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkahlangkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
a. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum
tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini
merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini
dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalahmasalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan
diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.
b. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi
internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis
internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta
memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya
perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan
kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi
dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
c. Analisa
lingkungan
eksternal,
dengan
maksud
untuk
mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu,
perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti
para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja
dan lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini
akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan
strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep
perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks
pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena memang
pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai
tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan
perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas
pendidikan itu sendiri.
Setiap program ataupun konsepsi memerlukan perencanaan
terlebih dahulu sebelum melaksanakan perencanaan adalah cara
menghampiri masalah. Dalam penghampiran masalah itu si perencana
berbuat merumuskan apa saja yang harus dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya. Perencanaan merupakan syarat mutlak bagi kegiatan
administrasi, tanpa perencanaan suatu kegiatan akan mengalami
kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 21
diinginkan. Didalam kegiatan perencanaan ada dua faktor yang harus
diperhatikan ,yaitu factor tujuan dan faktor sarana, baik sarana
personal maupun sarana material.
Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi;
a. Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
b. Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang akan
dilakukan
c. Mengumpulkan data-data dan informasi yang diperlukan.
d. Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
e. Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan
bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan.
Syarat-syarat perencanaan adalah sebagai berikut;
a. Perencanaan harus didasarkan atas tujuan yang jelas.
b. Bersifat sederhana ,realitas dan jelas.
c. Terinci memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan
rangkaian tindakan sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
d. Memilki fleksibelitas sehingga mudah disesuaikan dengan
kebutuhan serta situasi dan kondisi sewaktu-waktu.
e. Terdapat pertimbangan antara bermacam-macam bidang akan
digarap dalam perencanaan itu .Menurut urgensi masing-masing.
f. Diusahakan adanya penghematan tenaga,biaya,dan waktu serta
kemungkinan penggunaan sumber daya dan dana yang tersedia
dengan sebaik-baiknya,
g. Diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi
pelaksanaan.
Dengan kata lain perencanaan dapat berarti pula memikirkan
tentang penghematan tenaga, biaya dan waktu, juga membatasi
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan menghindari adanya
duplikasi-duplikasi atau tugas-tugas/pekerjaan rangkap yang dapat
menghambat jalan penyelesaiannya.
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen atau administrasi berikutnya adalah
pengorganisasian
(organizing).
George
R.
Terry
(1986)
mengemukakan
bahwa:
“Pengorganisasian
adalah
tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara
orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan
memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 22
sasaran tertentu”. Sedangkan Lousie E. Boone dan David L. Kurtz
(1984) mengartikan pengorganisasian adalah “ as the act of planning
and implementing organization structure. It is the process of arranging
people and physical resources to carry out plans and acommplishment
organizational obtective”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut,
dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan
upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan
susunan organisasi pelaksananya. Fokus perhatian pengorganisasian
adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan,
kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Berkenaan dengan
pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan
beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah: (a) organisasi
harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus
menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus
mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung
kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga
langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian
seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatankegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c)
pengadaan
dan
pengembangan
suatu
mekanisme
untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang
terpadu dan harmonis.
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk
hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujudnya
suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Pengorganisasian sebagai fungsi adminiatrsi pendidikan
menjadi tugas utama bagi para pemimpin pendidikan termasuk kepala
sekolah,terutama dalam kegiatan sehari-hari di sekolah terdapat
berbagai macam pekerjaan yang memerlukan kecakapan dan
ketrampilan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Kemudian yang
perlu diperhatikan dalam pengorganisasian antara lain ialah pembagian
tugas, wewenang dan tanggung jawab, hendaknya disesuaikan dengan
pengalaman, bakat, minat, pengetahuan dan kepribadian masingmasing orang-orang yang diperlukan dalam menjalankan tugas.
Fungsi organisasi dapat diartikan bermacam-macam yaitu;
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 23
b. Sebagai pemberi struktur terutama dalam penyusunan/ penempatan
personal, pekerjaan-pekerjaan materil dan pikiran-pikiran di dalam
struktur.
c. Sebagai menetapkan hubungan antara orang-orang, kewajibankewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing anggota
disusun menjadi pola-pola kegiatan yang tertuju pada tercapainya
tujuan.
d. Sebagai alat untuk mempersatukan usaha-usaha untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Organisasi yang baik hendaklah memiliki cirri-ciri atau sifat sebagai
berikut;
a. Memiliki tujuan yang jelas.
b. Tiap anggota memahami dan menerima tujuan tersebut.
c. Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan
tindakan dan kesatruan pikiran.
d. Adanya kesatuan perintah,para bahwahan hanya mempunyai
seorang atasan langsung daripadanya ia menerima perintah atau
bimbingan dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan
hasil pekerjaannya.
e. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
masing-masing anggota.
f. Adanya pembagian tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan, keahlian dan bakat masing-masing. Sehingga dapat
menimbulkan kerja sama yang harmonis dan kooperatif.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan
(actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam
fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Dalam hal ini,
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan
usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa
hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh
karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran
tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut, pelaksanaan (actuating)
tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 24
kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian
agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal
sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Fokus yang
harus diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa
seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika:
a. merasa yakin akan mampu mengerjakan; b. yakin bahwa pekerjaan
tersebut memberikan manfaat bagi dirinya; c. tidak sedang dibebani
oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau
mendesak; d. tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang
bersangkutan; dan e. hubungan antar teman dalam organisasi
tersebut harmonis.
Adanya bermacam-macam tugas/pekerjaan yang dilakukan oleh
banyak orang, memerlukan adanya koordinasi dari seorang pemimpin.
Adanya koordinasi yang baik dapat menghindarkan kemungkinan
terjadinya persaingan yang tidak sehat atau kesimpang siuran dalam
tindakan. Kita mengetahui bahwa rencana/program-program pendidikan
yang harus di laksanakan di-sekolah-sekolah sifatnya sangat kompleks
dan sangat mengandung banyak segi yang saling bersangkut paut satu
sama lain. Sifat kompleks yang dipunyai oleh program pendidikan di
sekolah menunjukkan sangat perlunya tindakan-tindakan yang di
koordinasi kan atau dengan kata lain koordinasi ialah aktivitas
membawa orang-orang material. pikiran-pikiran, tehnik-tehnik, tujuantujuan kedalam hubungan yang harmonis dan produktif dalam
mencapai suatu tujuan.
4. Pengawasan (controlling)/Supervisi
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak
kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu,
tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini,
Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan
tentang pengawasan sebagai: “the process by which manager
determine wether actual operation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T.
Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di
dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa :
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan
perencanaan,
merancang
sistem
informasi
umpan
balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 25
sebelumnya,
menentukan
dan
mengukur
penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan-tujuan
perusahaan.”
Dengan
demikian,
pengawasan
merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar
pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan
apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di
mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang
diperlukan untuk mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula oleh T.
Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan,
yaitu: (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
(d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan
tindakan koreksi, bila diperlukan.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling
kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa
yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses
manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai
fungsi manajemen. Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan
pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka
proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital.
Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di
dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang
perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses
manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan
kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan
pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus
memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang
efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil
sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan
pengawasan secara berkelanjutan.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya
pengawasan atau supervisi, dimana pengawsan bertanggung jawab
tentang kefektifan program. Oleh karena itu supervisi haruslah meneliti
ada tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 26
tujuan-tujuan pendidikan. Dengan kata kata lain fungsi terpenting
supervisi adalah sebagai berikut;
a. Menentukan kondisi-kondisi atau syarat-syarat apakah yang
diperlukan.
b. Memenuhi/mengusahan syarat-syarat yang di perlukan.
5. Komunikasi
Komunikasi dalam setiap bentuk adalah suatu proses yang hendak
mempengaruhi sikap dan perbuatan orang-orang dalam struktur
organisasi. Kemudian didalam komunikasi diperlukan motivasi dengan
memperhatikan unsure-unsur sebagai berikut;
a. Adanya keinginan untuk berhasil.
b. Kejelasan tindakan yang harus diambil/dianjurkan.
c. Keyakinan bahwa perubahan yang dianjurkan akan membawa hasil
positif.
d. Keyakinan adanya kesempatan yang sama bagi semua anggota.
e. Keinginan akan adanya kebebasan untuk menentukan ,menolak
ataupun menerima apa yang dianjurkan.
f. Adanya tendensi untuk menilai (berdasarkan moral dan etika yang
dianutnya) apa yang dianjurkan sebelum melaksanakan.
6. Kepegawaian
Masalah yang diperlukan dalam didalam kegiatan-kegiatan
kepegawaian ialah pemberian motivasi kepada para pegawai agar
selalu bekerja giat, kesejahteraan pegawai, insentif dan penghargaan
atau jasa-jasa mereka. Kondite dan bimbingan untuk dapat lebih maju.
kemudian adanya kesempatan untuk mengupgrade diri, masalah
pemberhentian dan pensiun pegawai.
7. Pembiayaan
Pembiayaan ini dapat diibarakan bensin bagi sebuah mobil atau
motor. Mengingat pentingnya biaya bagi setiap organisasi, tanpa biaya
yang mencukupi tidak mungkin terjamin kelancaran jalannya suatu
organisasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembiayaan adalah sebagai berikut:
a. Rencanakan tentang beberapa pembiayaan yang diperlukan,
b. Dari mana dan bagaimana biaya itu dapat diperoleh/diusahakan.
c. Bagaimana penggunaannya.
d. Siapa yang melaksanakannya.
e. Bagaimana pembukuan dan pertanggung jawabannnya.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 27
f. Bagaimana pengawasan dan lain-lain.
8. Penilaian
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas
untuk meneliti dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang
dilakukan didalam proses keseluruhan organisasi dalam mencapai hasil
yang sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata lain supervisi atau
evaluasi selanjutnya dapat diusahakan bagaimana cara-cara
memperbaikinya.
F. MANAJEMEN DALAM BIDANG KEGIATAN PENDIDIKAN
Berbicara tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa
pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang
menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto
(1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
1. Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidangbidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah,
administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan
sekolah dan lain-lain.
2. Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi
personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid.
Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau
kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
3. Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru,
penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan,
persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Hal serupa dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa bidangbidang administrasi pendidikan terdiri dari:
1. Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut
kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.
2. Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang
belajar, yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan
dengan kegiatan belajar mengajar.
3. Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk
melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai
tujuan pendidikan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Thomas J. Sergiovani sebagimana dikutip oleh Uhar
Suharsaputra (2002) mengemukakan delapan bidang administrasi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 28
pendidikan, mencakup : (1) instruction and curriculum development;
(2) pupil personnel; (3) community school leadership; (4) staff
personnel; (5) school plant; (6) school trasportation; (7) organization
and structure dan (8) School finance and business management.
Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas
(1999) telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang
didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen
pendidikan, meliputi: (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen
personalia; (3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5)
manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas, agaknya yang perlu digarisbawahi
yaitu mengenai bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan
oleh Thomas J. Sergiovani. Dalam konteks pendidikan di Indonesia
saat ini, pandangan Thomas J. Sergiovani kiranya belum sepenuhnya
dapat dilaksanakan, terutama dalam bidang school transportation dan
business management. Dengan alasan tertentu, kebijakan umum
pendidikan nasional belum dapat menjangkau ke arah sana. Kendati
demikian, dalam kerangka peningkatkan mutu pendidikan, ke
depannya pemikiran ini sangat menarik untuk diterapkan menjadi
kebijakan pendidikan di Indonesia.
Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan
diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di
sekolah, yang mencakup:
1. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang
utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah
berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru
untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi
pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah
dilakukan melalui empat tahap: (a) perencanaan; (b) pengorganisasian
dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d) pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita
Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum
yang terdiri dari empat tahap:
1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai: (1)
analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 29
filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat
rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan
penilaian.
2. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah: (1) perumusan
rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan
tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan
pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan
pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan
(7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah:
(1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus,
RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran
materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan
metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana
pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan
hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran
4. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana
kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan,
baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain
kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk
(CIPP): Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan
sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang.
Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi
pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari
rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada
penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam
melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada
mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik
dengan evaluasi sumatif)
2. Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu:
(a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek,
sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap
perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan
kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari
kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan
seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang
beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 30
secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka
menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa
tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan
psikomotor.
3. Manajemen personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a)
dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah
komponen paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan
secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan
institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta
perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di
sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat
bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.
Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang
amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan
penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu,
upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah
menjadi mutlak diperlukan.
4. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat
sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana,
pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah,
cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan
pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan
efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan
dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan
rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor
akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang
bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
5. Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana
untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan
sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 31
memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan
menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di
sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar
sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan,
menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada
masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka
yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka
meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan: pengarahan kepada
tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat
sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program
perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat
program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk
memotivasi warga sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. (2008). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 32
LEMBAGA PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul
dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya atau sebagai mahluk
yang suka bermasyarakat. Karena sifatnya yang suka bergaul satu
sama lain, maka manusia disebut sebagai mahluk sosial. Individuindividu tersebut bersatu menjadi sebuah perkumpulan, Perkumpulan
tersebut terbentuk dari satuan terkecil kelompok masyarakat yang lama
kelamaan tumbuh dan berkembang menjadi satuan terbesar dalam
masyarakat. Sebuah perkumpulan dalam masyarakat tersebut terjadi
ketika individu satu samalainnya memiliki kesepahaman yang sama
akan satu pandangan. Salah satu contoh dari perkumpulan tersebut
adalah organisasi. Perkumpulan itu disebut organisasi karena sebagai
suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan yang bersama.
Manusia adalah makhluk organisasional, karena sejak lahir
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Organisasi
dibentuk untuk kepentingan manusia (antroposentris) bukan manusia
diciptakan untuk kepentingan organisasi, jadi manusia jangan sampai
diperbudak oleh organisasi, tetapi manusialah yang harus
memperbudak organisasi.
Organisasi bukan merupakan tujuan, tetapi organisasi adalah alat
untuk mencapai tujuan. Maka dari itu manusia tidak dapat terpisahkan
dengan organisasi dalam kehidupannya, walaupun pengalaman
berorganisasi itu ada yang menyenangkan dan menjengkelkan, ada
yang positif dan ada pula yang negatif tetapi manusia tetap
memerlukan organisasi. Adanya pertentangan ini sebagai konsekuensi
bahwa manusia pada hakikatnya tidak sama atau penuh dengan
perbedaan. Perbedaan ini tidak terjadi karena latar belakang
pendidikan, pengalaman, status sosial ekonomi, budaya, usia dan
sebagainya yang berbeda.
Lembaga pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan
mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar
mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manuasia, baik
secara individual maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan untuk
mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana, terarah
dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan
di atas diperlukan suatu organisasi lembaga pendidikan. Keberhasilan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 33
suatu lembaga pendidikan dapat ditentukan berdasarkan suatu kriteriakriteria tertentu. Pengorganisasian suatu lembaga pendidikan
tergantung pada beberapa aspek antara lain: jalur, jenjang, dan jenis
organisasi lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Organisasi sekolah dilihat dari jenjangnya terdapat : jenjang pra
sekolah, Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Tingat Pertama/Sekolah Menengah Pertama (SLTP/SMP),
Sekolah Menengah Umum/Sekolah Menengan Atas (SMU/SMA), dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta perguruan Tinggi. Dilihat dari
jenis ada dua yaitu sekolah umum dan sekolah kejuruan, dilihat dari
penyelenggara pendidikannya, terdapat sekolah negeri dan sekolah
swasta.
Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui:
1. Apa pengertian Organisasi dan Pengorganisasian?
2. Apa saja asas-asas organisasi manejemen?
3. Apa macam-macam organisasi?
4. Apa saja teori-teori organisasi?
5. Apa pengertian reorganisasi dan restrukturisasi?
6. Apa yang dimaksud organisasi lembaga pendidikan?
7. Bagaimanakah jalur,jenjang dan jenis organisasi lembaga
pendidikan?
8. Bagaimanakah
kriteria
keberhasilan
organisasi
lembaga
pendidikan?
PEMBAHASAN
A. Pengertian Organisasi dan Pengorganisasian
Istilah organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin organum
yang berarti alat. Sedangkan organize (bahasa inggris) berarti
“mengorganisasikan” yang menunjukan tindakan atau usaha untuk
mencapai sesuatu. “Organizing” (pengorganisasian) menunjukkan
sebuah proses untuk mencapai sesuatu. Organisasi sebagai salah satu
fungsi dan elemen penting dalam manajemen sesungguhnya telah
bannyak didefinisikan oleh para ahli. Seperti:
Gibson at.all (1995:6) mengartikan organisai sebagai wadah yang
memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak
dapat oleh individu secara sendiri-sendiri. Robbins (1994:4)
mendefinisikan organisasi sebagai kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 34
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus
untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Sedang, P. Siagian mengemukakan bahwa organisasi adalah setiap
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama
serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang
telah ditentukan dalam ikatan di mana terdapat seseorang atau
beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok
orang yang disebut bawahan. Prajudi Atmosudirjo mengemukakan
bahwa organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata
hubungan kerja antara sekelompok orang-orang memegang posisi
yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai
suatu tujuan tertentu.
Organisasi selalu diartikan sebagai berbagai komponen yang
disatukan dalam suatu struktur dan sistem kerja yang terus bergerak
seirama dengan sasaran tujuan yang ingin dicapai. Organisasi tidak
dipahami hanya sebatas wadah (tempat) dimana terjadi interaksi dan
aktivitas antar personal (individu), karena organisasi adalah perpaduan
sumber daya manusia yang dikelompokkan berdasarkan struktur,
fungsi, kewenangan dan tanggungjawab. Setiap orang memiliki hak dan
kewajiban dan berkepentingan untuk memajukan organisasi. Untuk
menjamin
berlangsungnya
suatu
organisasi,
maka
fungsi
pengorganisasian mutlak diperhatikan. Untuk menggerakkan sumber
daya yang dimiliki organisasi diperlukan pengorganisasian sehingga
menjamin sinergisitas dan keberlanjutan organisasi.
Beberapa pendapat para ahli mengenai pengorganisasian adalah
sebagai berikut:
1. Stoner, (1996) mengemukakan, mengorganisasikan adalah: proses
mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam
cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa
sasaran dalam kata lain, mengalokasikan pekerjaan, wewenang,
dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka
dapat mencapai tujuan.
2. Hasibuan (1990), mengartikan pengorganisasian sebagai suatu
proses untuk menentukan, mengelompokkan tugas, dan pengaturan
secara bersama, aktivitas untuk mencapai tujuan, menentukan
orang-orang yang akan melakukan aktifitas, menetapkan wewenang
yang dapat didelegasikan kepada setiap individu yang akan
melaksanakan aktivitas tersebut.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 35
3. Asnawir menyatakan bahwa pengorganisasian adalah aktivitas
penyusunan, pembentukan hubungan kerja antara orang-orang
sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Akitivitas mengumpulkan segala tenaga untuk
membentuk suatu kekuatan baru dalam rangka mencapai tujuan
merupakan kegiatan dalam manajemen, karena pada dasarnya
mengatur segala sesuatu yang ada dalam sebuah organisasi
maupun suatu lembaga adalah kegiatan pengorganisasian.
Beberapa pengertian tersebut menunjukkan bahwa organisasi
adalah sebuah wadah, tempat atau sistem untuk melakukan kegiatan
bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan
pengorganisasian (organizing) merupakan proses pembentukkan
wadah atau sistem dan penyusunan anggota dalam bentuk struktur
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Jika dikaitkan dengan pendidikan (organisasi pendidikan ) adalah
tempat untuk melakukan aktifitas pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan, dan pengorganisasian pendidikan adalah
sebuah proses pembentukan tempat atau sistem dalam rangka
melakukan kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang diinginkan.
Kegiatan menyusun berbagai elemen dalam sebuah lembaga
pendidikan maupun instansi merupakan kegiatan manajemen yang
secara khusus disebut sebagai pengorganisasian, hal ini makin
memperjelas bahwa di antara fungsi manajemen adalah menyusun dan
membentuk berbagai hubungan kerja dari berbagai unit untuk menjadi
sebuah tim yang solid, dari tim yang solid akan memberi kekuatan.
Apabila terjadi kesatuan kekuatan dari berbagai elemen sistem untuk
mencapai tujuan dalam lembaga maupun organisasi maka manajemen
dianggap berhasil.
B. Asas-Asas Organisasi Manejemen
Dalam menjalankan kerja organisasi, tentunya sebelumnya harus
mengetahui secara dalam tentang asas-asas organisasi manajemen
agar dalam setiap elemen organisasi dapat menjalankan tugasnya
secara efektif dan efisien, diantara asas-asas organisasi tersebut, yaitu:
1. Tujuan organisasi harus dirumuskan dengan jelas. Tujuan ini yang
akan memandu setiap orang dalam organisasi. Semakin jelas tujuan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 36
yang akan diraih maka semakin mudah pula organisasi menentukan
langkah yang tepat.
2. Departementalisasi. Penyusunan bagian-bagian yang akan
menjalankan tugas-tugas sesuai bidang tertentu. Dapat dilakukan
dengan mengelompokkan tugas-tugas sejenis.
3. Pembagian kerja. Setelah dilakukan departementalisasi perlu
pengisian aktifitas kerja sesuai dengan bidangnya masing-masing
koordinasi. Koordinasi dimaksudkan untuk mencapai keselarasan
dalam organisasi.
4. Kesatuan perintah. Masing-masing pejabat dalam hirarki yang
berlaku hanya bertanggungjawab kepada satu atasan tertentu dan
hanya menerima perintah darinya.
5. Fleksibilitas. Organisasi semestinya menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut antara lain mencakup
revisi tujuan, teknologi, SDM yang spesialis, dll.
6. Berkesinambungan. Organisasi setelah dibentuk diharapkan terus
beroperasi dan memenuhi kebutuhan stakeholders-nya.
7. Keseimbangan. Bagian atau satuan dalam organisasi yang memiliki
peran yang sama pentingnya harus ditempatkan pada level yang
sama pula.
8. Koordinasi. Koordinasi dimaksudkan untuk mencapai keselarasan
dalam 0rganisasi.
9. Pelimpahan wewenang. Pelimpahan kewenangan dari pejabat yang
lebih tinggi ke pejabat yang lebih rendah atau antar pejabat yang
setara.
10.Rentang kendali (span of control). Merupakan jumlah bawahan yang
dipimpin dengan baik oleh seorang pemimpin di atasnya.
11.Jenjang organisasi/hiraki. Menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan
yang perlu dilewati dalam menentukan sebuah keputusan. (kasus
PTPN 5)
C. Macam-Macam Organisasi
Pada umumnya organisasi terbagi menjadi tiga macam, diantaranya:
Organisasi Niaga, Organisasi Sosial dan Organisasi Regional &
Internasional. Berikut ini adalah penjelasan dari ketiga Organisasi
tersebut:
1. Organisasi Niaga. Organisasi Niaga adalah organisasi yang
tujuan utamanya mencari keuntungan. Macam-macam Organisasi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 37
Niaga: a. Perseroan Terbatas (PT), b. Perseroan Komanditer
(CV), c. Firma (FA), d. Koperas, e. Join Ventura, f. Holding
Company.
2. Organisasi Sosial. Organisasi Sosial adalah organisasi yang
dibentuk oleh anggota masyarakat. Jalur pembentukan organisasi
Kemasyarakatan: a. Jalur Keagamaan, b. Jalur Profesi, c. Jalur
Kepemudaan, d. Jalur Kemahasiswaan, e. Jalur Kepartaian &
Kekaryaan.
3. Organisasi Regional & International. Organisasi Regional.
Organisasi Regional adalah organisasi yang luas wilayahnya
meliputi beberapa negara tertentu saja. Organisasi Internasional.
Organisasi Internasional adalah organisasi yang anggotaanggotanya meliputi negara didunia. Macam-macam organisasi
internasional a. UN (United Nation – PBB – 1945), b. UNICEF
(United Nations International Childrens Emergency Fund – 1946),
namun namanya diganti setelah tahun 1953 menjadi: United
Nations Children’s Fund. c. UNESCO (The United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization – 16 November
1945), e.. WHO (World Health Organization – 7 April 1948), f..
IMF (International Monetary Fund – Juli 1944, 180 negara), g..
OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries – 1960,
anggota 13 negara, termasuk Indonesia), h. ASEAN (Association
of Southeast Asian Nations = Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia
Tenggara (PERBARA) ( Dibentuk 8 Agustus 1967, memiliki 10
negara anggota, Timor Leste dan Papua new Guinea hanya
sebagai pemantau, dan masih mempertimbangkan akan menjadi
anggota), dll.
D. Teori-Teori Organisasi
Ada 9 teori dalam organisasi, yaitu teori klasik, teori organisasi
birokrasi, teori organisasi human relation, teori organisasi perilaku, teori
proses, teori kepemimpinan, teori organisasi fungsi, teori organisasi
pembuat keputusan, dan teori organisasi kontingensi. 1. Teori Klasik.
Menurut teori organisasi klasik ini, organisasi dipandang sebagai
sebuah sistem tertutup dimana semua variabel diperhatikan dan berada
di bawah pengendalian pihak manajemen. Teori klasik ini ternyata
membawa hasil nyata dalam praktiknya. Terjadi kenaikan produktivitas
yang berarti, yang sangat dibutuhkan pada masa itu. Tetapi satu hal
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 38
pokok adalah bahwa, teori organisasi klasik mengabaikan faktor
manusia. Nasib para pegawai/karyawan tidak diperhatikan (mereka
seakan-akan dianggap sebagai bagian dari mesin). Hasil produksi
(Output) dicapai dengan pengorbanan manusia yang terlampau besar.
2. Teori Organisasi Birokrasi. Pada dasamya teori organisasi
birokrasi menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan, organisasi harus
menjalankan strategi sebagai berikut: a. Pembagian dan penugasan
pekerjaan secara khusus; b.) Prinsip hirarki atau bawahan hanya
bertanggung jawab kepada atasannya langsung; c. Promosi didasarkan
pada masa kerja dan prestasi kerja, dan dilindungi dari pemberhentian
sewenang-wenang dan yang demikian disebut prinsip loyalitas; d.
Setiap pekerjaan dilaksanakan secara tidak memandang bulu, tidak
membeda-bedakkan status sosial, tidak pilih kasih. Strategi ini
dinamakan prinsip impersonal; e. Tiap-tiap tugas dan pekerjaan dalam
organisasi dilaksanakan menurut suatu sistem tertentu berdasarkan
kepada data peraturan yang abstrak. 3. Teori Organisasi Human
Relation. Teori ini disebut juga teori hubungan kemanusiaan, teori
hubungan antara manusia, teori hubungan kerja kemanusiaaan atau
the human relations theory. Suatu hubungan dikatakan hubungan
kemanusiaan apabila hubungan tersebut dapat memberikan kesadaran
dan pengertian sehingga pihak lain merasa puas. Pengertian tersebut
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hubungan manusia secara
luas dan secara sempit. Dalam arti luas hubungan kemanusiaan adalah
hubungan antara hubungan seseorang dengan orang lain yang terjadi
dalam suatu situasi dan dalam semua bidang kegiatan atau kehidupan
untuk mendapatkan suatu kepuasan hati. 4. Teori Organisasi
Perilaku. Teori ini disebut merupakan suatu teori yang memandang
organisasi dari segi perilaku anggota organisasi. Teori ini berpendapat
bahwa baik atau tidaknya, berhasil tidaknya organisasi mencapai
sasaran yang telah ditetapkan berasal dari para anggotanya. 5. Teori
Organisasi Proses. Suatu teori yang memandang organisasi sebagai
proses kerjasama antara kelompok orang yang tergabung dalam suatu
kelompok formal. Teori ini memandang organisasi dalam arti dinamis,
selalu bergerak dan didalamnya terdapat pembagian tugas dan prinsipprinsip yang bersifat umum (Universal). 6. Teori Kepemimpinan. Teori
ini beranggapan bahwa berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuan
tergantung sampai seberapa jauh seorang pemimpin mampu
mempengaruhi para bawahan sehingga mereka mampu bekerja
dengan semangat yang tinggi dan tujuan organisasi dapat dicapai
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 39
secara efisien dan efektif, adapun sedikitnya kajian atas teori organisasi
yang berhubungan dengan masalah kepemimpinan dapat dibedakan
atas: a. Teori Otokratis, b. Teori Demokrasi, c. Teori kebebasan, d.
Teori Patnernalisme, e. Teori Personal atau pribadi, f. Teori NonPersonal, g. Teori Organisasi Fungsi. Fungsi adalah sekelompok tugas
atau kegiatan yang harus dijalankan oleh seseorang yang mempunyai
kedudukan sebagai pemimpin atau manajer guna mencapai tujuan
organisasi. Sekelompok kegiatan yang menjadi fungsi seorang
pemimpin atau manager terdiri dari kegiatan menyusun perencanaan
(Planning), pengorganisasian (Organizing), pemberian motifasi atau
bimbingan (Motivating), pengawasan (Controlling), dan pengambilan
keputusan (Decision making), 8) Teori Organisasi Pembuat Keputusan.
Teori ini berlandaskan pada adanya berbagai keputusan yang dibuat
oleh para pejabat disetiap tingkatan, baik keputusan di tingkat puncak
yang memuat ketentuan pokok atau kebijaksanaan umum, keputusan di
tingkat menengah yang memuat program-progam untuk melaksanakan
keputusan adminitratif, maupun keputusan di tingkat bawah, 9) Teori
Organisasi Kontingensi. Teori ini berlandaskan pada pemikiran bahwa
pengelolaan organisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila
pemimpin organisasi mampu memperhatikan dan memecahkan situasi
tertentu yang sedang dihadapi dan setiap situasi harus dianalisis
sendiri. Dari semua teori ini, tidak satu teori pun yang dianggap paling
lengkap atau paling sempurna, teori-teori itu satu sama lain saling
mengisi dan saling melengkapi. Teori dianggap baik dan tepat apabila
mampu memperhatikan dan menyesuaikan dengan lingkungan dan
mampu memperhitungkan situasi-situasi tertentu.
E. Pengertian Reorganisasi dan Restrukturisasi
Robbins dan Fattah (2006) menyatakan suatu struktur organisasi
menetapkan bagaimana tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasi secara formal. Pada struktur organisasi tergambar posisi
kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan
atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat
manajemen dan saluran komunikasi. Dengan demikian, struktur
organisasi pelatihan akan menggambarkan pengelompokkan satuan
kerja pelatihan. Struktur organisasi pelatihan juga membagi kerja dalam
kegiatan pelatihan termasuk pengaturan pelimpahan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 40
Pengertian restrukturisasi menurut mintzeberg (1979) adalah: “in the
case of organizational, structur and design means turning those knobs
that influence the division of labour and the coordinating, mechanism,
there by effecting how the organizational function, how material autority,
information and decision process flow throught”.
Sementara Bennis dan Mische (1999:13) mendefinisikan
“restrukturisasi sebagai rekayasa ulang yaitu menata perusahaan
dengan menata ulang doktrin, praktek dan aktivitas yang ada kemudian
secara inovatif menyebarkan kembali modal dan sumber daya
manusia”. rekayasa ulang adalah proses yang mengubah budaya
organisasi dan menciptakan proses sistem, struktur dan cara baru
untuk mengukur kinerja dan keberhasilan. bennis and mische dalam
sudarmayanti (2002:63).
F. Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan
Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik
dan kompleks karena lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu
lembaga penyelenggara pendidikan. Tujuannya antara lain adalah
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyaraat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Demikian komleksnya organisasi tersebut, maka dalam memberikan
layanan pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya organisasi perlu dikelola dengan baik. Oleh sebab itu
lembaga pendidikan perlu menyadari adanya pergeseran dinamika
internal (perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan eksternal
yang semakin berkembang.
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau
susunan yakni dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam
suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung
jawab masing-masing. Jadi, secara sederhana organisasi adalah suatu
wadah atau setiap bentuk perserikatan kerjasama manusia yang
didalamnya terdapat struktur organisasi, pembagian tugas, hak dan
tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan bersama. Organisasi
menggambarkan adanya pembidangan fungsi dan tugas dari masingSTKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 41
masing kesatuan. Dalam suatu susunan atau struktur organisasi dapat
dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan serta
hubungan vertical-horisontal antara kesatuan-kesatuan yang ada.
(Hartati Sukirman, 2009: 34-35). Lembaga pendidikan merupakan
badan atau instansi yang menyelenggarakan usaha pendidikan. Bukan
hanya sekolah, termasuk kursus resmi, kursus privat, dan lain-lain yang
mempunyai ciri adanya kegiatan belajar. Di Indonesia ini terdapat
banyak sekali lembaga pendidikan dengan tujuan, kurikulum dan
lulusan yang berbeda-beda. Namun secara umum diketahui bahwa
dalam lembaga pendidikan selalu terdapat komponen-komponen
penting yang menentukan eberhasilan sebuah lembaga. Komponenkomponen yang dimaksud adalah: 1. Komponen siswa, yaitu subyek
belajar yang menurut jenis dan sifat lembaganya dapat disebut sebagai
siswa, mahasiswa, peserta khusus. 2. Komponen guru, yaitu subyek
yang memberikan pelajaran yang sebutannya dapat berupa guru,
dosen, penyaji, penatar. 3. Komponen kurikulum, materi atau bahan
pelajaran yang diajarkan, yang memberikan ciri pada lembaga
pendidikan dan mencerminkan kualitas lulusannya. 4. Komponen
sarana dan prasarana, yaitu komponen penunjang terlaksanya proses
pengajaran. 5. Komponen pengelola, yaitu orang-orang yang mengurus
penyelenggaraan lembaga menyangkut pengelolaan dalam memimpin,
mengorganisasikan, mengarahkan, membina serta mengurus
tatalaksana lembaga. Termasuk dalam komponen pengelola adalah
kepala sekolah, petugas bimbingan, pustakawan, staf tata usaha,
bendaharawan, pesuruh, penjaga malam.
Organisasi menggambarkan adanya pembidangan fungsi dan tugas
dari masing-masing kesatuan. Dalam suatu susunan atau struktur
organisasi dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing
kesatuan serta hubungan vertical-horizontal antara kesatuan-kesatuan
yang ada. (Hartati Sukirman, 2009: 34-35). Lembaga Pendidikan
merupakan badan atau instansi yang menyelenggarakan usaha
pendidikan. Bukan hanya sekolah, termasuk kursus resmi, kursus
privat, dan lain-lain yang mempunyai ciri adanya kegiatan belajar. Jadi,
organisasi lembaga pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
organisasi yang unik dan kompleks karena lembaga pendidikan
tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara pendidikan.
Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkaya
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 42
khazanah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.
Struktur organisasi lembaga pendidikan adalah struktur yang
mendasari keputusan para Pembina atau Pendiri sekolah untuk
mengawali suatu proses perencanaan organisasi lembaga pendidikan
yang strategis. Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua
macam yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua struktur
tersebut terdapat beberapa struktur campuran yakni yang lebih
cenderung ke arah sentralisasi mutlak dan yang lebih mendekati
disentralisasi tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara
sentral. Pada umumnya, struktur campuran inilah yang berlaku
dikebanyakan negara dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran bagi bangsanya.
Organisasi Lembaga Pendidikan. Organisasi lembaga pendidikan
adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena lembaga
pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara
pendidikan. Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik
dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan,
memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Organisasi pendidikan dapat disebut sebagai sistem pendidikan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak dapat
lepas dari organisasi untuk seluruh Negara. Untuk organisasi ini
Mulyani A Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu organisasi makro
dan mikro. Organisasi pendidikan makro adalah organisasi
pendidikan dilihat dari segi organisasi secara luas. Dalam struktur
organisasi sebelum otonomi daerah organisasi pendidikan pada tingkat
makro dibedakan atas: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
tingkat Pusat, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan,
Kantor
Pendidikan
Dan
Kebudayaan
di
Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan dan Kebudayaan tingkat
Kecamatan. Organisasi pendidikan mikro adalah organisasi
pendidikan dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit yang ada pada
suatu sekolah atau lembaga pendidikan penyelenggara langsung
proses belajar mengajar. Struktur disetiap sekolah atau lembaga tidak
seluruhnya sama. Mungkin disuatu sekolah terdapat sesuatu unit
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 43
sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena disebabkan
kekurangan tenaga atau sarana lain.
Pengorganisasian suatu sekolah tergantung pada jenis, tingkat dan
sifat sekolah yang bersangkutan. Susunan organisasi sekolah tertuang
dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
susunan organisasi dan tata kerja jenis sekolah tersebut. Lebih lanjut
dijelaskan pula bahwa dari struktur organisasi terlihat hubungan dan
mekanisme kerja antara kepala sekolah, guru, murid, dan pegawai tata
usaha sekolah serta pihak lainnya di luar sekolah. Koordinasi, integrasi,
dan sinkronisasi kegiatan-kegiatan yang terarah memerlukan
pendekatan pengadministrasian yang efisien dan efektif. (Hartati
Sukirman, 2009: 35).
G. Jalur, Jenjang, dan Jenis Organisasi Lembaga Pendidikan
1. Jalur Organisasi Lembaga Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan dapat diselenggarakan
dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan dapat diselenggarakan
dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.
Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan
kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan
secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan
dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh
sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu
lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 16).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 31 ayat 1, 2, dan 3,
ada tiga jalur pendidkan yang berperanan dalam pembentukan kualitas
sumber daya manuasia, yaitu terdiri atas: pendidikan formal, nonformal,
dan informal. Mengenai jenjang, Jenjang pendidikan formal terdiri atas
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 44
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 14), sedangkan untuk jenis,
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan
tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan,
dan khusus (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 15).
Pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses
pengelolaan pendidikan. Kualitas sebuah lembaga pendidikan juga
hakikatnya diukur dari kualitas proses pembelajarannya, disamping
output dan outcome yang dihasilkan. Oleh karena itu kriteria mutu dan
keberhasilan pembelajaran seharusnya dibuat secara rinci, sehingga
benar-benar measurable and observable (dapat diukur dan diamati).
Sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan,
selayaknya sekolah memberikan kontribusi yang nyata dalam
meningkatkan kualitas SDM. Hal ini tidak terlepas dari seberapa baik
sekolah tersebut dikelola. Apabila sekolah dianalogikan sebagai mesin
produksi, maka kualitas output akan relevan dengan kualitas mesinnya.
Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek
dalam suatu komponen tertentu.
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan
pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh
diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang
menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 31 ayat 1, 2, dan 3) Ada tiga
jalur pendidkan yang berperanan dalam pembentukan kualitas sumber
daya manuasia, yaitu terdiri atas: pendidikan formal, nonformal, dan
informal.
a. Jalur pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan
yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur
pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan formal dapat diwujudkan dalam bentuk satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah (pusat),
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 45
pemerintah daerah dan masyarakat. Semua lembaga formal diberi
hak dan wewenang oleh pemerintah untuk memberikan gelar
akademik kepada setiap peserta didik yang telah menempuh
pendidikan di lembaga tersebut. Khusus bagi perguruan tinggi yang
memiliki program profesi sesuai dengan program pendidikan yang
diselenggarakan doktor berhak memberikan gelar doktor
kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu yang layak
memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar
biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan,
keagamaan, kebudayaan, atau seni.
b. Jalur pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal juga
disebut pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah sebagai
suatu sistem, baru dikenalkan kepada umum secara resmi kira-kira
tahun 1970. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan
meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti:
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan
lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
c. Jalur pendidikan informal. Kegiatan pendidikan informal yang
dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar
secara mandiri. Hasil pendidikan sama dengan pendidikan formal
dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan. (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV
Pasal 27 ayat 1 dan 2). Homeschooling atau yang di-Indonesiakan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 46
menjadi sekolah rumah, merujuk pada UU No. 20 tahun 2003
terkategori sebagai pendidikan informal. Pendidikan informal adalah
pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dan lingkungan.
Kedudukannya setara dengan pendidikan formal dan nonformal.
Hanya saja, jika anak-anak yang dididik secara informal ini
menghendaki ijazah karena berniat memasuki pendidikan formal
pada jenjang yang lebih tinggi, maka peserta pendidikan informal
bisa mengikuti ujian persamaan melalui PKBM atau lembaga
nonformal sejenis yang menyelenggrakan ujian kesetaraan.
Pendidikan informal berperan bagi perubahan bangsa menjadi lebih
baik. Apalagi jika hal itu didukung oleh pemerintah, menguatnya
kesadaran keluarga untuk menanamkan pondasi pendidikan di
rumah akan membuat anak-anak memiliki memiliki visi hidup yang
jelas, rasa optimis dengan masa depan, dan memiliki sikap hidup
yang lebih posisitf karena berada dalam dukungan keluarga yang
peduli dengan mereka secara keseluruhan. Hal paling khas yang
menjadi nilai lebih pendidikan informal dibandingkan model
pendidikan lainnya adalah, kemungkinan yang lebih besar akan
tergali dan terkelolanya potensi setiap anak secara maksimal.
2. Jenjang Organisasi Lembaga Pendidikan
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV
Pasal 14).
a. Pendidikan dasar. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan
yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar
berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP)
dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 17). Pendidikan
dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri dari program
pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan
tiga tahun di sekolah lanjutan pertama (PP Nomor 28 tahun 1990).
Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6
tahun diselenggarakan pendidikan anak usia dini, tetapi bukan
merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 47
Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 28 disebutkan bahwa :
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan/atau informal.Pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul
athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain
(KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan.
b. Pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakan lanjutan
pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah
aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah
aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. (UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 18).
c. Pendidikan Tinggi. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 19). Perguruan tinggi dapat berbentuk
akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi
dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau
vokasi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 20)
3. Jenis Organisasi Lembaga Pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis
pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan, dan khusus. (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV
Pasal 15).
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 48
a. Pendidikan umum. Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar
dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang
diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).
b. Pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah
sekolah menengah kejuruan (SMK).
c. Pendidikan akademik. Pendidikan akademik merupakan pendidikan
tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama
pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
d. Pendidikan profesi. Pendidikan profesi merupakan pendidikan
tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik
untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah
nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan
kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan
bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau
lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
e. Pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi
yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara
dengan program sarjana (strata 1).
f. Pendidikan keagamaan. Pendidikan keagamaan merupakan
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama
dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan
diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat
dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu
agama. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan
berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 49
samanera, dan bentuk lain yang sejenis. (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 30).
g. Pendidikan khusus. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Peserta
didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan
luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan
sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar
biasa/SLB).
H. Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan
Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek
dalam suatu komponen tertentu. Pengelolaan suatu lembaga
pendidikan yang efektif dan efisien merupakan syarat mutlak
keberhasilan organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan
yang juga akan semakin dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat
sasaran dan berdayaguna. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
memerlukan suatu sistem pengelolaan yang profesional. Sebagai salah
satu komponen utama dalam sistem pendidikan, selayaknya sekolah
memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas SDM.
Hal ini tidak terlepas dari seberapa baik sekolah tersebut dikelola.
Apabila sekolah dianalogikan sebagai mesin produksi, maka kualitas
output akan relevan dengan kualitas mesinnya. Keberhasilan suatu
lembaga pendidikan (sekolah) merupakan keberhasilan kepala sekolah.
Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka memahami keberadaan
sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu
melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi
tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Sehingga keberhasilan
kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat kepedulian
seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu apa yang
telah dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan
pembinaan terhadap organisasi (organizational maintenance). Dengan
pendekatan ini, keberhasilan seorang pemimpin dapat dikaji dengan
langkah-langkah atau cara:
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 50
1. Pengamatan terhadap produk yang dihasilkan oleh proses
transformasi kepemimpinannya, seperti:
a. Penampilan kelompok
b. Tercapainya tujuan kelompok
c. Kelangsungan hidup kelompok
d. Pertumbuhan kelompok
e. Kemajuan kelompok menghadapi krisis
f. Bawahan merasa puas terhadap pemimpin
g. Bawahan merasa bertanggung jawab terhadap tujuan kelompok
h. Kesejahteraan psikologi dan perkembangan anggota kelompok
i. Bawahan tetap mendukung kedudukan dan jabatan pemimpin
2. Berkaitan dengan hasil transformasi tersebut dapat dilihat pula
beberapa hal, seperti:
a. Pertumbuhan keuntungan
b. Batas minimal keuangan
c. Peningkatan produk pelayanan
d. Penyebaran jasa pelayanan
e. Target yang tercapai
f. Investasi mengalami pertumbuhan
Pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses
pengelolaan pendidikan. Kualitas sebuah lembaga pendidikan juga
hakikatnya diukur dari kualitas proses pembelajarannya, disamping
output dan outcome yang dihasilkan. Oleh karena itu kriteria mutu dan
keberhasilan pembelajaran seharusnya dibuat secara rinci, sehingga
benar-benar measurable and observable (dapat diukur dan diamati).
SIMPULAN
Organisasi adalah suatu proses kerjasama dua orang atau lebih
untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Tujuan
dan manfaat organisasi, antara lain untuk:
a. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya
yang dimilikinya dalam mencapai tujuannya
b. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakan
bersama-sama (motif pencapaian tujuan)
c. Wadah memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-sama
d. Wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki
seseorang (motif berprestasi).
e. Wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 51
Adapun langkah-langkah pengorganisasian:
a. Memahami tujuan institusional
b. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam usaha
mencapai tujuan institusional
c. Kegiatan yang serumpun (sejenis) dikelompokkan dalam satu unit
kerja
d. Menetapkan fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab setiap unit
kerja
Asas Pengorganisasian:
a. Asas Pembagian Tugas
b. Asas keseimbangan wewenang dan tanggung jawab
c. Asas disiplin
d. Asas kesatuan komando
e. Asas mengutamakan kepentingan umum
f. Asas keadilan
g. Asas inisiatif
h. Asas kesatuan dan kebersamaan
Macam-Macam Organisasi
1. Organisasi Niaga
2. Ortganisasi Sosial
3. Organisasi Regional dan Internasional
Teori-Teori Organisasi
Ada 9 teori dalam organisasi, yaitu teori klasik, teori organisasi
birokrasi, teori organisasi human relation, teori organisasi perilaku, teori
proses, teori kepemimpinan, teori organisasi fungsi, teori organisasi
pembuat keputusan, dan teori organisasi kontingensi.
Pengertian Restrukturisasi
Menurut
Bennis
and
Mische
(1999:13)
mendefinisikan
“restrukturisasi sebagai rekayasa ulang yaitu menata perusahaan
dengan menata ulang doktrin, praktek dan aktivitas yang ada kemudian
secara inovatif menyebarkan kembali modal dan sumber daya
manusia”.
Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik
dan kompleks karena lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu
lembaga penyelenggara pendidikan. Tujuannya antara lain adalah
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 52
mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Mulyani A Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu organisasi makro
dan mikro.
Jalur, Jenjang, dan Jenis Organisasi Lembaga Pendidikan, a. Jalur
organisasi lembaga pendidikan. Jalur pendidikan adalah wahana yang
dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu
proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Ada tiga jalur
pendidkan yang berperanan dalam pembentukan kualitas sumber daya
manuasia, yaitu terdiri atas: pendidikan formal, nonformal, dan informal.
b. Jenjang organisasi lembaga pendidikan. Jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 14). c. Jenis
organisasi lembaga pendidikan. Jenis pendidikan adalah kelompok
yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan
pendidikan. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 15).
Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan. Kriteria
keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam
suatu komponen tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang
efektif dan efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi
tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan semakin
dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna.
Sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan,
selayaknya sekolah memberikan kontribusi yang nyata dalam
meningkatkan kualitas SDM.
Jadi, organisasi lembaga pendidikan berkisar pada pembidangan
tugas-tugas dalam mencapai tujuan lembaga pendidikan. Struktur
organisasi Lembaga Pendidikan perlu diadakan agar proses dan
perencanaan dapat terlekasana secara maksimal. Jalur, jenjang, serta
jenis pendidikan terwujud dalam produk Undang-undang yang diatur
oleh pemerintah. Untuk Kriteria keberhasilan, Kriteria keberhasilan
berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu komponen
tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan
efisien merupakan syarat mutlak keberhasilan organisasi tersebut.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 53
Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan semakin dituntut
menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna.
Sebagai salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan,
selayaknya sekolah memberikan kontribusi yang nyata dalam
meningkatkan kualitas SDM.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Ara Dan Imam Machali, 2010. Pengelolaan Pendidikan,
Bandung: Pustaka Educa.
http://a410080205.wordpress.com/2012/01/11/pengorganisasianorganizing-dalam-manajemen-pendidikan/. Diakses pada tanggal
13 Oktober 2012 Pukul 10.54
http://2frameit.blogspot.com/2011/11/tentang-restrukturisasiorganisasi.html. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 Pukul
11.00
http://marinnrin.wordpress.com/2010/10/05/macam-macam-organisasi/.
Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 Pukul 10.57
http://prismamika.blogspot.com/2012/04/090-asas-asasorganisasi.html. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 Pukul
10.54
http://ryudi.wordpress.com/2010/12/18/teori-teori-organisasi/.
pada tanggal 24 Oktober 2012 Pukul 15.34
Diakses
Winardi. J, 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Bandung: Kencana
http://kscku.blogspot.com/2010/08/manajemen-pendidikan-suatutinjauan.html
http://nasrikurnialloh.blogspot.com/2011/02/budaya-organisasi-dilembaga-pendidikan.html
http://mkpd.wordpress.com/2007/08/21/manajemen-pedidikan-suatutinjauan-organisasi-yang-berbudaya/
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 54
http://id.shvoong.com/how-to/careers/2109452-kriteria-dan-indikatorkeberhasilan-pembelajaran/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
http://kangsaviking.wordpress.com/lembaga-pendidikan-sebagai-agenperubahan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
http://pendidikan-rumah.blogspot.com/2009/06/pendidikan-informal.html
http://magussudrajat.blogspot.com/2010/12/manajemen-pemasaransekolah-sebagai.html
http://artikel-pendidikan.blogspot.com/
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 55
DESENTRALISASI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
PENDAHULUAN
Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia telah melalui
perjalanan sejarah yang cukup panjang seirama dengan pasang surut
perjalanan sejarah bangsa. Jauh sebelum Indonesia mencapai
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, sistem pendidikan
yang berkembang di Indonesia adalah sistem pendidikan tradisional
yang sejak awal memang lahir dari tuntutan dan kebutuhan
masyarakat. Pada awal kemerdekaan RI, para pendiri republik yang
sebagian besar adalah para tokoh pendidikan, memusatkan usahanya
untuk membangun sistem pendidikan nasional sebagai pengganti dari
sistem pendidikan kolonial yang telah berlangsung lebih dari tiga abad.
Sistem pendidikan nasional mulai menampakan bentuknya sejak
terbitnya Undang-Undang Nomor 4 tahun 1950 tentang Dasar-Dasar
pendidikan dan Pengajaran di Sekolah. Dalam kurun waktu 70 tahun
Indonesia merdeka, Indonesia telah mengalami empat kali perubahan
Undang-Undang, yakni Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950,
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954, Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1989, dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan Nasional. Selama kurun waktu tersebut, telah terjadi
berbagai perubahan dan perkembangan, baik dari aspek substansi
maupun kekuasaan dan kewenangan penyelenggaraannya.
Dari aspek substansi, telah terjadi perubahan dan perkembangan,
antara lain tentang tujuan pendidikan, kurikulum, metode mengajar,
penilaian pendidikan terus berlangsung dengan adanya perubahan
rencana pelajaran 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum
1984, kurikulum 1994, kurikulum 2006 (KTS), dan kini kurikulum 2013.
Perubahan pada aspek kekuasaan dan kewenangan penyelenggaraan
pendidikan, antara lain tampak pada perubahan sistem pendidikan
nasional yang mulanya sentralistik kini menjadi sistem pendidikan
nasional yang mengalami desentralisasi.
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang
secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan.
Dalam
kaitannya
dengan
sistem
pemerintahan
Indonesia,
desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem
pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang
menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 56
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah (Pemerintah Pusat) kepada Daerah Otonom dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan tujuan
otonomi daerah yang antara lain adalah memberdayakan masyarakat,
menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peranserta
masyarakat, serta mengembangkan peran dan fungsi DPRD sebagai
mitra eksekutif. Otonomi daerah yang didasarkan atas Undang-Undang
No. 22 Tahun 1999 mempunyai paradigma perubahan pola
penyelenggaraan pemerintahan yang serba sentralistik kepada pola
desentralisasi, dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik
dan sekaligus memberdayakan masyarakat. Desentralisasi sebenarnya
adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di
definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan
sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali
dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya
desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma
pemerintahan di Indonesia. Desentralisasi di bidang pemerintahan
adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada satuan
organisasi pemerintahan di wilayah untuk meyelenggarakan segenap
kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami
wilayah tersebut.
Perubahan paradigma ini sesuai dengan pendapat Thoha (1999:2-3)
yang menyatakan bahwa dengan pola desentralisasi akan terjadi
perubahan: 1) dari orientasi pemerintahan ke orientasi pasar, dan
masyarakat menjadi pertimbangan utama dalam mengambil kebijakan
dalam menyelesaikan segala persoalan; 2) dari orientasi pemerintahan
yang otoritarian menjadi berorientasi demokratis, pemerintahan lebih
mengutamakan peranan rakyat dan kedaulatan menjadi pertimbangan
pertama dalam tatanan pemerintahan yang demokratis; 3) dari
sentralistik kekuasaan menjadi desentralisasi kewenangan, kekuasaan
tidak lagi terpusat pada satu tangan tetatpi disebarkan kepada
beberapa pusat-pusat kekuasaan dimana masing-masing mempunyai
keseimbangan kekuasaan dan kewenangan yang melakukan
crosscheck; 4) perubahan sistem pemerintahan yang membatasi pada
batas-batas dan aturan-aturan yang mengikat suatu negara menjadi
tataran pemerintahan cenderung dipengaruhi oleh tata aturan global,
dan akibatnya tata aturan yang hanya menekankan pada tata aturan
nasional saja kurang menguntungkan dalam menghadapi percaturan
global.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 57
Namun demikian dengan adanya kebijakan otonomi daerah ini tidak
berarti daerah telah terbebas sepenuhnya dari peran pemerintah pusat,
sebab pada prinsipnya otonomi berisi nilai-nilai antara lain: 1)
demokratisasi; 2) pemberdayaan; 3) pelayanan; 4) keterbukaan; 5)
wiraswasta; dan 6) akuntabel. Dengan pelaksanaan otonomi daerah
melalui penyelenggaraan pemerintah daerah yang mendorong
memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas,
meningkatkan peranserta masyarakat, serta mengembangkan peran
dan fungsi DPRD. Upaya-upaya ini diharapkan tidak mengorbankan
kepentingan nasional yang lebih luas, mutu pendidikan, efisiensi
pengelolaan, pemerataan, dan akuntabilitas pendidikan (Nurhadi,
2000:1).
Dalam praktek kehidupan bernegara, sentralisasi dan desentralisasi
adalah sebuah kontinum. Tidak ada sebuah negara yang secara penuh
hanya menggunakan azas sentralisasi saja dalam penyelenggaraan
pemerintahannya. Sebaliknya juga tidak mungkin penyelenggaraan
pemerintahan hanya didasarkan pada azas desentralisasi saja.
Beberapa kewenangan klasik memang lazimnya hanya dilakukan
secara sentralisasi seperti kewenangan luar negeri, kewenangan
pertahanan dan kewenangan peradilan. Meskipun dalam prakteknya
juga terdapat azas dekonsentrasi yang merupakan penghalusan dari
azas sentralisasi. Titik temu keseimbangan antara sentralisasi dan
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dapat dikaji dalam
berbagai aspek, misalnya saja dalam aspek pembagian kewenangan,
aspek intervensi pusat terhadap daerah, aspek keterlibatan daerah di
tingkat pusat, dan aspek pembagian (perimbangan) sumberdaya
keuangan. Sesuai dengan semangat reformasi yang terjadi pada tahun
1998, format penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia juga
mengalami perubahan dari pendulum sentralisasi ke pendulum
desentralisasi. Hal ini dapat dianalisis misalnya dari format pembagian
kewenangan yang berpola residu dan peletakkan lokus otonomi daerah
pada tingkat kabupaten/kota. Hal ini dianut secara tajam di dalam UU
22 tahun 1999, dan mengalami pergeseran kembali di dalam UU 32
tahun 2004.
Berbagai kewenangan yang semula dimiliki oleh pemerintah pusat
dan
propinsi
diserahkan
kepada
daerah
kabupaten/kota.
Sesuai dengan tujuannnya, maka penguatan otonomi daerah di tingkat
kabupaten/kota dimaksudkan untuk meningkatkan demokrasi
partisipatif
(participatory
democracy)
dan
efisiensi
dalam
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 58
penyelenggaraan pemerintahan. Dengan kewenangan yang dimiliki,
kabupaten/kota dapat menentukan sendiri prioritas pembangunan
daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki. Berbagai Peraturan
Daerah yang semula harus disetujui oleh pemerintah pusat terlebih
dahulu, dapat ditetapkan oleh Kepala Daerah secara mandiri. Hal yang
sama juga terjadi di berbagai perizinan investasi, hal mana daerah
dapat menetapkan dan memberikan izin tanpa persetujuan dari
pemerintah pusat. Dengan otonomi daerah diharapkan prosedur
investasi akan semakin mudah sehingga potensi daerah dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan
pendidikan yang menjadikan sekolah sebagai proses pengambilan
keputusan dan merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki
kualitas pendidikan serta sumber daya manusia termasuk
profesionalitas guru yang belakangan ini dirisaukan oleh berbagai pihak
baik secara regional maupun secara internasional. Sistem pendidikan
yang selama ini dikelola dalam suatu iklim birokratik dan sentralistik
dianggap sebagai salah satu sebab yang telah membuahkan
keterpurukan dalam mutu dan keunggulan pendidikan di tanah air kita.
Hal ini beralasan, karena sistem birokrasi selalu menempatkan
“kekuasaan” sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses
pengambilan keputusan.
Sekolah-sekolah saat ini telah terkungkung oleh kekuasaan birokrasi
sejak kekuasaan tingkat pusat hingga daerah bahkan terkesan semakin
buruk dalam era reformasi saat ini. Ironisnya, kepala sekolah dan guruguru sebagai pihak yang paling memahami realitas pendidikan berada
pada tempat yang “dikendalikan”. Merekalah seharusnya yang paling
berperan sebagai pengambil keputusan dalam mengatasi berbagai
persoalan sehari-hari yang menghadang upaya peningkatan mutu
pendidikan. Namun, mereka ada dalam posisi tidak berdaya dan
tertekan oleh berbagai pembakuan dalam bentuk juklak dan juknis yang
“pasti” tidak sesuai dengan kenyataan obyektif di masing-masing
sekolah.
Disamping itu pula, kekuasaan birokrasi juga yang menjadi faktor
sebab dari menurunnya semangat partisipasi masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dulu, sekolah sepenuhnya
dimiliki oleh masyarakat, dan merekalah yang membangun dan
memelihara sekolah, mengadakan sarana pendidikan, serta iuran untuk
mengadakan biaya operasional sekolah. Jika sekolah telah mereka
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 59
bangun, masyarakat hanya meminta guru-guru kepada pemerintah
untuk diangkat pada sekolah mereka itu. Pada waktu itu, kita
sebenarnya telah mencapai pembangunan pendidikan yang
berkelanjutan (sustainable development), karena sekolah adalah
sepenuhnya milik masyarakat yang senantiasa bertanggungjawab
dalam pemeliharan serta operasional pendidikan sehari-hari. Pada
waktu itu, Pemerintah berfungsi sebagai penyeimbang, melalui
pemberian subsidi bantuan bagi sekolah-sekolah pada masyarakat
yang benar-benar kurang mampu
Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui:
1. Bagaimana pengertian dan bentuk desentralisasi?
2. Bagaimana konsep desentralisasi pendidikan?
3. Apa tujuan desentralisasi pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana pelaksanaan otonomi daerah dalam dunia pendidikan?
5. Apa prasyarat keberhasilan proses desentralisasi pendidikan?
6. Apa kewenangan pemerintah pusat dan propinsi di bidang
pendidikan?
7. Bagaimana desentralisasi pendidikan di tingkat sekolah?
8. Bagaimana bentuk evaluasi desentralisasi pendidikan?
9. Apa kelebihan dan kelemahan desentralisasi pendidikan?
10.Bagaimanakah upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan
adanya desentralisasi pendidikan?
11.Seperti apakah partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikan?
A. KONSEP DASAR DESENTRALISASI
Desentralisasi di Indonesia sudah ada cukup lama, dimulai sejak
tahun 1973, yaitu sejak diterbitkannya UU no. 5 tahun 1973 tentang
pokok-pokok pemerintahan daerah otonomi dan pokok-pokok
penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi tugas pusat dan daerah.
Dan terdapat pula pada PP No. 45 tahun 1992 dan dikuatkan lagi
melalui PP No. 8 tahun 1995. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang
pemerintahan
daerah,
desentralisasi
dikonsepsikan
sebagai
penyerahan wewenang yang disertai tanggung jawab pemerintah oleh
pemerintah pusat kepada daerah otonom. Beberapa alasan yang
mendasari perlunya desentralisasi: a. Mendorong terjadinya partisipasi
dari bawah secara lebih luas; b. Mengakomodasi terwujudnya prinsip
demokrasi; c. Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 60
sehingga dapat meningkatkan efisiensi; d. Memberi peluang untuk
memanfaatkan potensi daerah secara optimal; e. Mengakomodasi
kepentingan politik; dan f. Mendorong peningkatan kualitas produk yang
lebih kompetitif.
Pengertian desentralisasi pendidikan menurut Hurst (1985), bahwa
“the decentralization process implies the transfer of certain function
from small group of policy-makers to a small group of authorities at the
lokal level” dengan kata lain desentralisasi merupakan proses
penyerahan fungsi-fungsi tertentu dari sekelompok kecil pembuat
kebijakan kepada satu kelompok kecil pemegang kekuasaan pada
tataran lokal. Definisi Hurst tersebut telah menggambarkan dengan
jelas proses penyerahan fungsi-fungsi pemerintahan yang kemudian
diberikan kepada pemerintah daerah.
Menurut Chau (1985: 96-97) merujuk desentralisasi pada konsep
pendelegasian kekuasaan kepada pemerintah daerah, dengan tujuan
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya. Ia menyatakan
“decentralization is a certain delegation of power to regional
admistration, but with the sole objective of increased efficiency in the
use of resources”.
Dari berbagai definisi tersebut, konsep desentralisasi kemudian
dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yakni:
a. Deconcentration (Dekonsentrasi)
Typically transfers tasks and work, but not authority, to other unit
within in organization. (secara tipikal merupakan penyerahan tugastugas dan pekerjaan, tetapi bukan kewenangan kepada unit lain di
dalam satu organisai)
b. Delegation (Delegasi)
Transfers decision-making authority from higher to lower hierarchical
units. However, this authority can be withdrawn at the discretion of the
delegating unit. (menyerahkan kewenangan dalam penentuan
keputusan dari unit organisasi yang lebih tinggi kepada hierarki
organisasi yang lebih rendah, meskipun demikian kewenangan ini
dapat ditarik kembali kepada unit organisasi yang memberikan
delegasi).
c. Devolution (Devolusi)
Transfer authority to a unit that can act independently, or a unit that
can act without first asking permission. Privatization is a from of
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 61
devolution in which responsibility and resources are transferred from
public sector institution to private sector ones. (menyerahkan
kewenangan kepada unit organisasi yang dapat melaksanakannya
secara mandiri, atau unit organisasi yang dapat melaksanakan tanpa
harus meminta petunjuk terlebih dahulu. Privatisasi adalah satu bentuk
devolusi yang dalam tanggung jawab dan sumberdayanya telah
diberikan dari institusi sektor publik kepada institusi sektor swasta).
Desentralisasi Community Based Education mengisyaratkan
terjadinya perubahan kewenangan dalam pemerintah antara lain: a.
Perubahan berkaitan dengan urusan yang tidak diatur oleh pemerintah
pusat, secara otomatis menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,
termasuk dalam pengelolaan pendidikan; b. Perubahan berkenaan
dengan desentralisasi pengelolaan pendidikan. Dalam hal ini
pelimpahan wewenang dalam pengelolaan pendidikan dari pemerintah
pusat ke daerah otonom, yang menempatkan kabupaten/kota sebagai
sentra desentralisasi.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat
keputusan dan kebijakan kepada orang-orang pada level bawah
(daerah). Pada sistem pendidikan yang terbaru tidak lagi menerapkan
sistem pendidikan sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau
otda yang memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk
mengambil kebijakan yang tadinya diputuskan seluruhnya oleh
pemerintah pusat.
Namun
demikian
perlu
dipertimbangkan
strategi
pengimplementasiannya berdasarkan beberapa informasi pengalaman
di negara lain tentang kegagalan desentralisasi, yang diakibatkan oleh
beberapa hal: 1) Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desentralisasi
memungkinkan terjadinya perubahan secara gradual dan tidak
memadai serta jadwal pelaksanaan yang tergesa-gesa; 2) Kurang
jelasnya pembatasan rinci kewenangan antara pemerintah pusat,
propinsi dan daerah; 3) Kemampuan keuangan daerah yang terbatas;
4) Sumber daya manusia yang belum memadai; 5) Kapasitas
manajemen daerah yang belum memadai; 6) Restrukturisasi
kelembagaan daerah yang belum matang; dan 7) Pemerintah pusat
secara psikologis kurang siap untuk kehilangan otoritasnya.
Selain dampak negatif tentu saja desentralisasi pendidikan juga
telah membuktikan keberhasilannya antara lain; 1) Mampu memenuhi
tujuan politis, yaitu melaksanakan demokratisasi dalam pengelolaan
pendidikan; 2) Mampu membangun partisipasi masyarakat sehingga
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 62
melahirkan pendidikan yang relevan, karena pendidikan benar-benar
dari oleh dan untuk masyarakat; dan 3) Mampu menyelenggarakan
pendidikan dengan memfasilitasi proses belajar mengajar yang
kondusif, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas belajar
siswa.
Dsentralisasi
adalah
merupakan
penyerahan
wewenang
pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang
pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi, dimana sebagian
kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk
dilaksanakan.
Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah ditegaskan bahwa
sistem pendidikan nasional yang bersifat sentralistis selama ini kurang
mendorong
terjadinya
demokratisasi
dan
desentralisasi
penyelenggaraan pendidikan. Sebab sistem pendidikan yang
sentralisasi diakui kurang bisa mengakomodasi keberagaman daerah,
keberagaman sekoah, serta keberagaman peserta didik, bahkan
cendrung mematikan partisipasi masyarakat dalam pengembangan
pendidikan.
Desentralisasi sebagai kebijakan politik berpengaruh pada proses
pembangunan pendidikan. Meskipun desentralisasi pendidikan
merupakan sebuah keharusan, namun dalam realitasnya, pelaksanaan
desentralisasi pendidikan terkesan satu tindakan yang agak tergesagesa dan tidak siap. Hal ini bisa dilihat dari belum memadainya sumber
daya manusia (SDM) daerah, sarana dan prasarana yang kurang
memadai, manajemen pendidikan yang belum optimal, disamping juga
sekian banyak permasalahan yang masih dihadapi dunia pendidikan di
daerah.
Diantara persoalan yang dihadapi pendidikan di daerah sekarang
adalah menyangkut mutu lulusan yang masih rendah, kondisi fisik
sekolah yang memperhatinkan, kurangnya guru dan kualifikasinya yang
tidak
sesuai,
ketidakmerataan
penyelenggaraan
pendidikan,
merupakan pekerjaan rumah yang cukup berat bagi pemerintah daerah
dalam keragaman pelaksanaan otonomi daerah. Pemahaman dan
komitmen yang kuat dari pemerintah daerah tentang pendidikan sangat
diperlukan dalam upaya menjawab berbagai permasalahan tersebut.
Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi
pemerintahan, pada hakikatnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 63
bangsa secara keseluruhan, yaitu upaya untuk lebih mendekati tujuantujuan penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita
masyarakat yang lebih baik, suatu masyarakat yang lebih adil dan lebih
sejahtera. Desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia (pasal 1 ayat ( 7 ) UU Nomor 32 Tahun 2004).
Menurut Bary dan Fiskey (1984, dalam buku otonomi pendidikan),
desentralisasi adalah suatu proses dimana suatu lembaga yang lebih
rendah kedudukannya menerima pelimpahan kewenangan untuk
melaksanakan segala tugas pelaksanaan pendidikan, termasuk
pemanfaatna segala pasilitas yang ada serta penyusunan kebijakan
dan pembiayaan.
Tentang desentralisasi ini ada beberapa konsep yang dikemukakan
oleh para ahli sebagai berikut:
1. Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih redah,
baik yang menyangkut bidang legislatif, judikatif, atau administratif
(encyclopedia of the sicial scienes (1980) dalam buku otonomi
pendidikan).
2. Desentralisasi saebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang
pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi, dimana
sebagai kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak
lain untuk dilaksanakan (Soejanto, 1990) dalam buku otonomi
pendidikan.
3. Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat ke pemerintah yang lebih rendah, tetapi juga
pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta
dalam bentuk privatisasi (Mardiasmo, 2002) dalam buku otonomi
pendidikan.
4. Desentralisasi adalah sebagai pengakuan atau penyerahan
wewenang oleh badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara
mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri
mengambil keputusan pengaturan pemerintahan, serta struktur
wewenang yang terjadi dari hal itu (Hoogerwert, 1978) dalam buku
otonomi pendidikan.
5. Pengertian desentralisasi pada dasarnya mempunyai makna bahwa
melalui proses desentralisasi urusan-urusan pemerintahan yang
semula termasuk wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 64
sebagaian diserahkan kepada pemerintah daerah agar menjadi
urusan rumah tangga sehingga urusan tersebut beralih kepada dan
menjadi wewnang dan tanggung jawab pemerintah daerah
(Koswara, 1996) dalam buku otonomi pendidikan.
6. Desentralisasi atau mendesentralisasi pemerintahan bisa berarti
merestrukturisasikan atau mengatur kembali kekuasaan sehingga
terdapat suatu sistem tanggung jawab bersama antara intitusiinstitusi pemerintah tingkat pusat, regional, maupun lokal sesuai
dengan prinsip subsidiaritas. Sehingga meningkatkan kualitas
keefektifan yang menyeluruh dari sistem pemerintahan, dan juga
meningkatkan otoritas dan kapasitas tingkat subnasional (UNDP,
2004:5 ).
Dari beberapa konsep diatas dapat disimpulkan bahwa
desentralisasi merupakan adanya penyerahan wewenang urusan yang
semula menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk melaksanakan urusan-urusan tersebut.
Kewenangan pengelolaan pendidikan berubah dari sistem
sentralisasi kesistem desentralisasi. Desentralisasi pendidikan berarti
terjadinya pelimpahan kekuasaan dan wewenang yang lebih luas
kepada daerah untuk membuat perencanaan dan mengambil
keputusannya sendiri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi
pendidikan (Abdul Halim, 2001: 15 dalam buku pendidikan.
Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah Otonom, pada
kelompok bidang pendidikan dan kebudayaan disebutkan bahwa
kewenangan pemerintah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar, serta
pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara
nasional, serta pedoman pelaksanaannya.
2. Penetapan standar materi pelajaran.
3. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.
4. Penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan
5. Penetapan persyaratan penerimaan, pemindahan, sertifikasi siswa,
warga belajar dan mahasiswa.
Sementara itu, kewenangan pemerintah provinsi meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Penetapan kebijakan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari
masyarakat minoritas, terbelakang, dan atau tidak mampu.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 65
2. Penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/modul
penidikan untuk taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan luar sekolah.
3. Mendukung/membantu penyelenggaraan pendidikan tingi selain
pengaturan kurikulum, akreditas, dan pengangkatan tenaga
akademis.
4. Pertimbangan pembukaan dan penutupan perguruan tinggi
5. Penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan dan atau
penataran guru.
6. Penyelenggaraan museum provinsi, suaka peninggalan sejarah,
kepurbakalaan, kajian sejarah dan nilai tradisional, serta
pengembangan bahasa dan budaya daerah.
Desentralisasi pendidikan merupakan sebuah sistem manajemen
untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan pada
kebhinnekaan. Menurut Santoso S. Hamijoyo, 199:3 (dalam buku
otonomi pendidikan), ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan desentralisasi pendidikan, yaitu:
1. Pola dan pelaksanaan manajemen harus demokratis
2. Pemberdayaan masyarakat harus menjadi tujuan utama
3. Peranserta masyarakat harus menjadi tujuan utama
4. Peranserta masyarakat bukan hanya pada stakeholders, tetapi
harus menjadi bagian mutlak dari sistem pengelolaan
5. Pelayanan harus lebih cepat, efisien, efektif, melebihi pelayanan
erasentralisasi demi kepentingan peserta didik dan rakyat banyak
6. Keaneka ragaman aspirasi dan nilai serta norma lokal harus dihargai
dalam kerangka dan demi penguatan sistem pendidik nasional.
Dalam praktiknya, desentralisasi pendidikan berbeda dengan
desentralisasi bidang pemerintahan lainnya, kalau desentralisasi
bidang-bidang pemerintahan lain berada pada pemerintahan di tingkat
kabupaten/kota, maka desentralisasi dibidang pendidikan tidak berhenti
pada tingkat kabupaten/kota, tetapi justru sampai pada lembaga
pendidikan atau sekolah sebagai ujung tombak pelaksanaan
pendidikan.
Dampak Positif Sentralisasi dan Desentralisasi
1. Segi Ekonomi. Dari segi ekonomi, efek positif yang di berikan oleh
sistem sentralisasi ini adalah perekonomian lebih terarah dan
teratur karena pada sistem ini hanya pusat saja yang mengatur
perekonomian. Sedangkan dampak negatifnya adalah daerah
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 66
seolah-olah hanya di jadikan sapi perahan saja dan tidak dibiarkan
mengatur kebijakan perekonomiannya masing- masing sehingga
terjadi pemusatan keuangan pada Pemerintah Pusat.
Dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem
desentralisasi ini dimana pemerintahan daerah akan mudah untuk
mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, dengan demikian
apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara
maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat
akan meningkat
2. Segi Sosial Budaya. Dengan di laksanakannya sistem sentralisasi
ini, perbedaan-perbadaan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia dapat di persatukan.Sehingga, setiap daerah tidak saling
menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih menguatkan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang di miliki bangsa Indonesia.
Dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan
sosial budaya pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya
sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah akan dengan mudah
untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah
tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di
perkenalkan kepada daerah lain. Yang nantinya merupakan salah
satu potensi daerah tersebut
3. Segi Keamanan dan Politik. Dampak positif yang dirasakan dalam
penerapan sentralisasi ini adalah keamanan lebih terjamin karena
pada masa di terapkannya sistem ini, jarang terjadi konflik antar
daerah yang dapat mengganggu stabilitas keamanan nasional
Indonesia. Tetapi, sentralisasi juga membawa dampak negatif
dibidang ini. Seperti menonjolnya organisasi-organisasi kemiliteran.
Sehingga, organisasi-organisasi militer tersebut mempunyai hak
yang lebih daripada organisasi lain. Dampak positif yang dirasakan
di bidang politik sebagai hasil penerapan sistem sentralisasi adalah
pemerintah daerah tidak harus pusing-pusing pada permasalahan
yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena
seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh
pemerintah pusat. Sehingga keputusan yang dihasilkan dapat
terlaksana secara maksimal karena pemerintah daerah hanya
menerima saja.
Dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk
mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan
diterapkannya kebijaksanaan ini akan bisa meredam daerah-daerah
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 67
yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang
merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang menyangkut
NKRI). Tetapi disatu sisi desentralisasi berpotensi menyulut konflik
antar daerah
B. KEBIJAKAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN dan KENDALA
PELAKSANAAN
Sejalan dengan arah kebijakan otonomi desentralisasi yang
ditempuh oleh pemerintah, tanggung jawab pemerintah daerah akan
mengikat dan semakin luas, termasuk dalam manajewmen pendidikan.
Pemerintah daerah diharapkan untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya dalam berbagai tahap pembangunan pendidikan, sejak
tahap perumusan kebijakan daerah, perencanaan, pelaksanaan,
sampai pemantauan atau minotoring didaerah masing-masing sejalan
dengan kebijakan pendidiakan nasional yang digariskan pemerintah.
Kendatipun sentralisasi pendidikan di satu sisi mempunyai nilai
positif, paling tidak dalam hal ini tercapainya standar mutu secara
nasional, namun disisi lain mempunyai dampak yang tidak sedikit.
Akibat sentralisasi, sekolah tidak memiliki kebebasan mengembangkan
diri, sekolah yang baik akan terhambat karena dipaksa mengikuti
aturan-aturan pemerintah pusat, para guru menjadi sekedar pelaksana
petunjuk, sehingga tidak kreatif mendampingi anak didik. Pada
gilirannya, sekolah-sekolah akan memanipulasi laporan demi kebaikan
dan demi tuntutan pusat yang tidak memperhatikan kepentingan lokal.
Dengan demikian, melihat plus minusnya bagaimanapun
desentralisasi pendidikan merupakan suatu keharusan, disamping
tuntutannya sejumlah peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan menuntut untuk dilaksanakan. Meskipun demikian,
pelaksanaan desentralisasi pendidikan sebaikknya tidak dilakukan
melalui mekanisme penyerahan “kekuasaan birokrasi” dari pusat
kedeaerah, karena kekuasaan telah terbukti gagal dalam mewujudkan
pendidikan yang bermutu. Melalui strategi “desentralisasi pemerintahan
di bidang pendidikan”, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tidak
hanya berkepentingan dalam mengembangkan kabupaten/kota dalam
mengelola pendidikan, tetapi juga berkepentingan dalam mewujudkan
otonomi satuan pendidikan, yaitu otonomi ditingkat sekolah.
Belajar dari pengalaman bangsa-bangsa lain dalam pelaksanaan
desentralisasi pendidikan, Supriadi 200:17 (dalam buku otonomi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 68
pendidikan) mengelompokkan sistem desentralisasi pengelolaan
pendidikan menjadi empat kemungkinan, yaitu:
1. Suatu negara menganut sistem pengelolaan pendidikan strilistik
tanpa disertai dengan manajemrn berbasis sekolah.
2. Suatu negara menganut sistem pengeloalan pendidikan
desentralistik (ketingkat provinsi atau kabupaten/kota), tetapi tidak
diikuti dengan manajemen berbasis sekolah.
3. Suatu negara menganut sistem pengelolaan pendidikan sentralistik,
tetapi pada saat yang sama mengembangkan manajemen berbasis
sekolah
4. Suatu negara menganut sistem pengelolaan pendidikan
desentralistik dan sekaligus melaksanakan manajemen berbasis
sekolah.
Dari kemungkian-kemungkinan tersebut, tampaknya sekarang
Indonesia mengimplementasikan sistem keempat, yaitu desentralisasi
sistem pengelolaan pendidikan dan manajemen berbasis sekolah.
Namun demikan, dalam beberapa hal menyangkut pembiayaan
pendidikan dan kurikulum, masih cenderung terkandung pada
keputusan-keputusan pemerintah pusat.
Otonomi pendidikan yang benar harus bersifat accountable, artinya
kebijakan
pendidikan
yang
diambil
harus
selalu
dipertanggungjawabkan kepada publik, karena sekolah didirikan
merupakan institusi publik atau lembaga yang melayani kebutuhan
masyarakat. Otonomi tanpa disertai dengan akuntabilitas publik bisa
menjurus menjadi tindakan yang sewenang-wenang. Berangkat dan ide
otonomi pendidikan muncul beberapa konsep sebagai solusi dalam
menghadapi kendala dalam pelaksanaan otonomi pendidikan,yaitu:
1. Meningkatkan Manajemen Pendidikan Sekolah
Menurut Wardiman Djajonegoro (1995) bahwa kualitas pendidikan
dapat ditinjau dan segi proses dan produk. Pendidikan disebut
berkualitas dan segi proses jika proses belajar mengajar berlangsung
secara efektif, dan peserta didik mengalami pembelajaran yang
bermakna. Pendidikan disebut berkualitas dan segi produk jika
mempunyai salah satu ciri-ciri sebagai berikut : a) peserta didik
menunjukkan penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar
(learning task) yang harus dikuasai dengan tujuan dan sasaran
pendidikan, diantaranya hasil belajar akademik yang dinyatakan dalam
prestasi belajar (kualitas internal); b) hasil pendidikan sesuai dengan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 69
kebutuhan peserta didik dalam kehidupan sehingga dengan belajar
peserta didik bukan hanya mengetahui sesuatu, tetapi dapat melakukan
sesuatu yang fungsional dalam kehidupannya (learning and learning),
c) hasil pendidikan sesuai atau relevan dengan tuntutan lingkungan
khususnya dunia kerja.
2. Reformasi Lembaga Keuangan Hubungan Pusat-Daerah
Perlu dilakukan penataan tentang hubungan keuangan antara
Pusat-Daerah menyangkut pengelolaan pendapatan (revenue) dan
penggunaannya (expenditure) untuk kepentingan pengeluaran rutin
maupun pembangunan daerah dalam rangka memberikan pelayanan
publik yang berkualitas. Sumber keuangan diperoleh dari Pendapatan
Asli Daerah, Dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain
pendapatan yang syah dengan melakukan pemerataan diharapkan
dapat mendukung pelaksanaan kegiatan pada suatu daerah, terutama
pada daerah miskin. Bila dimungkinkan dilakukan subsidi silang antara
daerah yang kaya kepada daerah yang miskin, agar pemerataan
pendidikan untuk mendapatkan kualitas sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
3. Kemauan Pemerintah Daerah Melakukan Perubahan
Pada era otonom, kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh
kebijakan pemerintah daerah. Bila pemerintah daerah memiliki political
will yang baik dan kuat terhadap dunia pendidikan, ada peluang yang
cukup luas bahwa pendidikan di daerahnya akan maju. Sebaiknya,
kepala daerah yang tidak memiliki visi yang baik di bidang pendidikan
dapat dipastikan daerah itu akan mengalami stagnasi dan kemandegan
menuju pemberdayaan masyarakat yang well educated dan tidak
pernah mendapat momentum yang baik untuk berkembang. Otonomi
pendidikan harus mendapat dukungan DPRD, karena DPRD-lah yang
merupakan penentu kebijakan di tingkat daerah dalam rangka otonomi
tersebut. Di bidang pendidikan, DPRD harus mempunyai peran yang
kuat dalam membangun pradigma dan visi pendidikan di daerahnya.
Oleh karena itu, badan legislatif harus diberdayakan dan
memberdayakan diri agar mampu menjadi mitra yang baik. Kepala
pemerintahan daerah, kota diberikan masukan secara sistematis dan
membangun daerah.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 70
4. Membangun Pendidikan Berbasis Masyarakat
Kondisi Sumber Daya yang dimiliki setiap daerah tidak merata untuk
seluruh Indonesia. Untuk itu, pemerintah daerah dapat melibatkan
tokoh-tokoh masyarakat, ilmuwan, pakar kampus maupun pakar yang
dimiliki Pemerintah Daerah Kota sebagai Brain Trust atau Think Thank
untuk turut membangun daerahnya, tidak hanya sebagai pengamat,
pemerhati, pengecam kebijakan daerah. Sebaliknya, lembaga
pendidikan juga harus membuka diri, lebih banyak mendengar opini
publik, kinerjanya dan tentang tanggung jawabnya dalam turut serta
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
5. Pengaturan Kebijakan Pendidikan antara Pusat dan Daerah
Pemerintah Pusat
tidak diperkenankan mencampuri urusan
pendidikan daerah Pemerintah Pusat hanya diperbolehkan memberikan
kebijakan-kebijakan bersifat nasional, seperti aspek mutu dan
pemerataan. Pemerintah pusat menetapkan standard mutu. Jadi,
pemerintah pusat hanya berperan sebagai fasilitator dan katalisator
bukan regulator. Otonomi pengelolaan pendidikan berada pada tingkat
sekolah, oleh karena itu lembaga pemerintah harus memberi pelayanan
dan mendukung proses pendidikan agar berjalan efektif dan efisien.
Untuk melaksanakan desentralisasi pendidikan secara nasional
diseluruh wilayah indonesia tampaknya mengalami berbagai kesulitan,
karena sejumlah masalah dan kendala yang perlu diatasi. Masalahmasalah yang berkaitan dengan subtansi manajemen pendidikan dan
perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1. Masalah Kurikulum
Dalam konteks otonomi daerah, kurikulum suatu lembaga
pendidikan tidak sekedar daftar nama mata pelajaran yang dituntut
didalamnya suatu jenis dan jenjang pendidikan. Dalam pengertian yang
luas, kurikulum berisi konsisi yang telah melahirkan suatu rencana atau
program pelajaran tertentu, juga berkenaan denagn proses yang terjadi
di dalam lembaga ( proses pembelajaran ), fasilitas yang tersedia yang
menunjang terjadinya proses, dan akhirnya produk atau hasil dari
proses tersebut.
Kurikulum adalah seluruh program, fasilitas dan kegiatan suatu
lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi
lembaganya. Oleh karena itu, pelaksanaan kurikulum untuk menunjang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 71
keberhasilan sebuah lembaga pendiudikan harus ditunjang hal-hal
berikut:
1. Tersedianya tenaga pendidik (guru) yang kompeten
2. Tersedianya fasilitas fisik atau fasilitas belajar yang memadai dan
menyenangka
3. Tersedianya fasilitas bantu untuk proses belajar mengajar adanya
tenaga penunjang pendidikan, seperti tenaga administrasi,
pembimbing, pustakawan, laboran
4. Tersedianya dana yang memadai
5. Manajemen yang efektif dan efisien
6. Terpeliharanya budaya yang menunjang seperti nilai-nilai religius,
moral, kebangsaan, dan lain-lain
7. Kepemimpinan pendidikan yang visioner, transparan, dan akuntabel
2. Masalah Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan pilar yang paling utama dalam
melakukan
implementasi
desentralisasi
pendidikan.
Banyak
kekhawatiran dalam bidang kesiapan SDM ini, diantaranya belum
terpenuhinya lapangan kerja dengan kemampuan sumber daya yang
ada. Bagaimana pun sumberdaya manusia yang kurang profesioanal
akan menghambat pelaksanaan sistem pendidikan. Penataan SDM
yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keahliannya
menyebabkan pelaksanaan pendidikan tidak profesional. Banyak
tenaga kependidikan yang latar belakang pendidikannya tidak relevan
ditempatkan didunia kerja yang ditekuninya.
3. Masalah Dana, Sarana, dan Prasarana Pendidikan
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
sebenarnya sedanh mengamatkan tentang pentngnya alokasi anggaran
dana untuk pembiayaan dan pembanguna pendidikan ini. Dalam pasal
49 ayat (1) dikemukakan bahwa “Dana pendidikan selain gaji pendidik
dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Dana masyarakat yang selama ini digunakan untuk membiayai
pendidikan belum optimal teralokasikan secara proporsional sesuai
dengan kemampuan daerah. Terserapnya dan masyarakat terpusat
membuat daerah menjadi semakin tidak berdaya membiayai
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 72
penyelenggaraan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan sangat
tergantung pandangannya dipemerintah pusat.
4. Masalah Organisasi Kelembagaan
Proses desentralisasi kelembagaan pendidikan merupakan proses
yang cukup rumit. Hal ini sebagaimana yang digambarkan Soewartoyo,
dkk. (2003:80-81) (dalam buku otonomi pendidikan) di sebabkan
karena beberapa faktor, yaitu:
a. Desentralisasi kelembagaan pendidikan akan menciptakan suatu
sistem pendidikan dengan kebijakan-kebijakan yang faktual
b. Desentralisasi kelembagaan pendidikan harus mengelola sumber
dayanya dan sekaligus memanfaatkannya
c. Desenmtralisasi kelembagaan pendidikan harus melatih tenaga
kependidikan dan tenaga pengelola tingkat lapangan yang
profesional
d. Desentralisasi kelembagaan pendidikan harus menyusun kurikulum
yang tepat guna
e. Desentralisasi kelembagaan pendidikan juga harus dapat mengelola
sistem pendidikan yang didasarkan pada kehidupan sosial budaya
5. Masalah Perundang-undangan
Pengaturan otonomi daerah dalam bidang pendidikan secara tegas
telah dinyatakan dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 yang mengatur
pembagian kewenangan pemerintah pusat dan provinsi. Semua urusan
pendidikan diluar kewenanagn pemerintah pusat dan provinsi tersebut
sepenuhnya menjadi wewnang pemerintah kabupaten/kota. Ini berati
bahwa tugas dan beban pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
menangani layanan pendidikan amat besar dan berat, terutama bagi
daerah yang kemampuan diri (capacity building) dan sumber daya
pendidikannya kurang.
6. Masalah Pembinaan dan Koordinasi
UU Nomor 32 Tahun 2004 pada dasarnya mengamanatkan bahwa
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah
berkewajiban untuk melakukan permbinaan agar permasalahan yang
muncul dapat diminimalisir. Meskipun desentralisasi sudah ada dalam
peraturan regulasi otonoim daerah, tetapi dalam kelembagaan dan
sikap akademik guru, kepala sekolah dan jajaran dinas pendidikan
sebagai atasannya belum sinkron. Pemerintah daerah belum
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 73
menunjukkan penampilan dan cara kerja yang jelas, dan yang mereka
lakukan masih pada pemanfaatan dana, bukan pada “academic
activity”.
Tujuan Desentralisasi
a. Tujuan dari desentralisasi adalah:
1. Mencegah pemusatan keuangan
2. Sebagai usaha pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk
mengikutsertakan
rakyat
bertanggung
jawab
terhadap
penyelenggaraan pemerintahan
3. Penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi
pada tingkat lokal sehingga lebih realistis
b. Desentralisasi dapat dilakukan melalui empat bentuk kegiatan utama,
yaitu:
1. Dekonsentrasi wewenang administratif
Dekonsentrasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari
departemen pusat kepada perwakilannya yang ada di daerah
tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan kewenangan untuk
mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat
keputusan.
2. Delegasi kepada penguasa otorita
Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan
kewewenangan manajerial untuk melakukan tugas–tugas khusus
kepada suatu organisasi yang secara langsung berada di bawah
pengawasan pusat.
3. Devolusi kepada pemerintah daerah
Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat membentuk
unit-unit pemerintahan di luar pemerintah pusat dengan
menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu
untuk dilaksanakan secara mandiri. Devolusi adalah bentuk
desentralisasi yang lebih ekstensif untuk merujuk pada situasi di
mana pemerintah pusat mentransfer kewenangan kepada
pemerintah daerah dalam hal pengambilan keputusan, keuangan
dan manajemen.
4. Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta
Yang di sebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan
kepada swasta atau privatisasi adalah menyerahkan beberapa
otoritas dalam perencanaan dan tanggung jawab admistrasi
tertentu kepada organisasi swasta.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 74
Tujuan desentralisasi pendidikan di Indonesia
Hanson berpendapat bahwa tujuan desentralisasi adalah:
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi (accelerated economic
development)
2. Meningkatkan efesiensi manajemen (increased management
efficiency)
3. Distribusi tanggung jawab dalam bidang keuangan (redistribution of
financial responsibility)
4. Meningkatkan demokratisasi mealalui distribusi kekuasaan
(increased democratization trough the distribution of power)
5. Kontrol lokal menjadi lebih besar melalui deregulasi (greater lokal
control trough deregulation)
6. Pendidikan berbasis kebutuhan pasar (market-based education)
7. Menetralisasi pusat-pusat kekuasaan (neutralizing competing
centers of power)
8. Meningkatkan kualitas pendidikan (improving the quality of
education).
Prasyarat keberhasilan proses desentralisasi pendidikan
Keberhasilan desentralisasi pendidikan setidaknya akan tergantung
pada beberapa factor pendukung. Di bawah ini akan dikemukakan
empat faktor penunjang keberhasilan desentralisasi pendidikan, yaitu:
1. Menerapkan deregulasi, meningkatkan fleksibilitas melalui
penerapan deregulasi merupakan kunci utama untuk memacu
efektivitas desentralisasi pendidikian di daerah dan sekolah.
deregulasi merupakan proses pemangkasan jalur birokrasi yang
terlalu ketat dan panjang. Deregulasi juga berarti menghilangkan
rantai birokrasi yang terlalu banyak. Sebagai system semestinya
bukan untuk mempersulit dan memperlambat proses, tetapi
sebaliknya memperlancar proses layanan pendidikan yang
diperlukan oleh masyarakat.
2. Menerapkan semiotonom atau melaksanakan desentralisasi secara
bertahap dan berkesinambungan.
3. Melaksanakan kepemimpinan demokratis dan partisipatif dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
4. Menerapkan profesionalitas, transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaksanaan desentralisasi pendidikan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 75
C. PENGERTIAN PARTISIPASI
Dalam kamus bahasa indonesia, partisipasi adalah perihla turut
berperan serta suatu kegatan atau keikutsertaan atau peran serta.
Menurut Dr. Made Pidarta, partisipasi adalah pelibatan seseorang atau
beberapa orang dalam suatu kegiatan. Partisipasi adalah merupakan
keterlibatan mental dan emosi dari seorang didalam situasi kelompok
yang mendorong mereka untuk menyokong kepada pencapaian tujuan
pada tujuan kelompok tersebut dan ikut bertanggung jawab terhadap
kelompoknya. Pendapat lain menjelaskan bahwa partisipasi merupakan
penyertaan pikiran dan emosi dari pekerja-pekerja kedalam situasi
kelompok yang bersangkutan dan ikut bertanggung jawab atas
kelompok itu.
D. PERANAN KELUARGA dan MASYARAKAT Dalam PENDIDIKAN
1. Peranan Keluarga dalam pendidikan
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan
utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia
dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Tugas dan tanggung jawab
orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih
bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan
pendidikan kesosialan.
Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peranan keluarga
sebagai lembaga pendidikan semakin tampak
dan penting.
Sehubungan dengan itu penanaman nilai-nilai pancasial, nilai-nilai
keagamaan dan nilai kepercayaan terhadap Tuhan ynag maha esa
dimulai dari keluarga. Agar keluarga dapat memainkan peran tersebut
keluarga perlu juga bekali dengan pengetahuan dan keterampilan
pendidikan, perlu adanya bimbingan. Hal itu dapat dicapai melalui
pendidikan kemasyarakatan terutama pendidikan orang dewasa dan
pendidikan wanita.
2. Peranan masyarakat dalam pendidikan
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah
pendidikan dilingkungan keluarga dan pendidikan dilingkungan sekolah.
Bila dilihat ruang lingkup masyarakat banyak dijumpai keanekaragaman
bentuk dan sifat masyarakat. Namun justru keanekaragaman inilah
dapat memperkaya budaya bangsa indonesia. Lembaga pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 76
pelaksanaan asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan
dilingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, dimasyarakatlah
orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya.
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya
masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan
dilingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Peranan masyarakat
tersebut dilaksanakan melalui jalur-jalur:
a. Perguruan swasta
b. Dunia usaha
c. Kelompok profesi
d. Lembaga swasta nasional lainya.
E. DESENTRALISASI dan PARTISIPASI MASYARAKAT dalam
PENDIDIKAN
Desentralisasi merupakan kecendrungan yang sangat dominan
diantara berbagai fenomena global. Adapun tuntutan dan kebutuhan
desentralisasi pendidikan muncul dan berkembang sebagai bagian dari
agenda besar-global tentang demokratisasi dan desentralisasi
pemerintahan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik
(good govermance). Sebagai salah satu isi strategis dengan
desentralisasi pendidikan diusahakan pemerintah mampu memberikan
pelayanan pendidikan kepada masyarakat dibidang pendidikan yang
lebih baik.
Desentralisasi pendidikan ditetapkan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa dampak positif atas
kebijakan desentralisasi pendidikan, meliputi: peningkatan mutu,
efisiensi keuangan, efisiensi administrasi dan perluasan atau
pemerataan. Sebagaimana kajian yang dilakuakn oleh Tim Bank Dunia
bahwa desentralisasi pendidikan menyangkut masalah pembiayaan
pendidikan, peningkatan efisiensi, efektifitas usaha pendidikan,
pembagian kekuasaan politik, peningkatan kualitas pendidikan, dan
peningkatan inovasi dalam pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Otonomi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 adalah terungkap pada Bab Hak dan
Kewajiban
Warga
Negara,
Orang
tua,
Masyarakat
dan
Pemerintah.Pada bagian ketiga Hak dan Kewajiban Masyarakat Pasal
8 disebutkan bahwa “Masyarakat berhak berperan serta dalam
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 77
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan; pasal 9 Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan
sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan”.
Begitu juga pada bagian keempat Hak dan Kewajiban Pemerintah
dan Pemerintah Daerah, pasal 11 ayat (2) “Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima
belas tahun”. Khusus ketentuan bagi Perguruan Tinggi, pasal 24 ayat
(2) “Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri
lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi,
penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep otonomi
pendidikan mengandung pengertian yang luas, mencakup filosofi,
tujuan, format dan isi pendidikan serta manajemen pendidikan itu
sendiri. Implikasinya adalah setiap daerah otonomi harus memiliki visi
dan misi pendidikan yang jelas dan jauh ke depan dengan melakukan
pengkajian yang mendalam dan meluas tentang trend perkembangan
penduduk dan masyarakat untuk memperoleh konstruk masyarakat di
masa depan dan tindak lanjutnya, merancang sistem pendidikan yang
sesuai dengan karakteristik budaya bangsa Indonesia yang Bhineka
Tunggal Ika dalam perspektif tahun 2020.
Kemandirian daerah itu harus diawali dengan evaluasi diri,
melakukan analisis faktor internal dan eksternal daerah guna mendapat
suatu gambaran nyata tentang kondisi daerah sehingga dapat disusun
suatu strategi yang matang dan mantap dalam upaya mengangkat
harkat dan martabat masyarakat daerah yang berbudaya dan berdaya
saing tinggi melalui otonomi pendidikan yang bermutu dan produktif.
1. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat menekankan pada “partisipasi” langsung
warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses
kepemerintahan. Gaventa dan Valderman menegaskan bahwa
partisipasi masyarakat telah mengalihkan konsep partisipasi menuju
suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam
pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan berbagai
gealanggang kunci yang memengaruhi kehidupan masyarakat.
Pengembanagn konsep dan asumsi dasar untuk meluangkan gagasan
dan praktik tetntang partisipasi masyarakat meliputi:
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 78
a. Partisipasi merupakan hak politik yang melekat pada warga
sebagaimana hak politik lainya.
b. Partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan mengenai
kebijakan politik di lembaga-lembaga formal dapat untuk menutupi
kegagalan demokrasi perwakilan.
c. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengambilan
keputusan publik dapat mendorong partisipasi lebih bermakna.
d. Partisipasi dilakukan secara sistematik, bukan hal yang isidental.
e. Berkaitan dengan diterimanya desentralisasi sebagai instrumen
yang mendorong tata pemerintahan yang baik (good govermance).
f. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik
terhadap penyelenggaraan dan lembaga pemerintah.
2. Bentuk Partisipasi
Partisipasi menurut Effendi, terbagi atas partisipasi vertikal karena
terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau
mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan
dalam masyarakat berbeda sebagai status bawaan pengikut atau klien.
Adapun dalam partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa
dimana setiap anggota atau kelompok berpartisipasi horizontal satu
dengan yang lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda
permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara
mandiri.
Menurut Basrowi partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi non fisik dan partisipasi
fisik. Partisispasi fisik adalah partisipasi adalah partisipasi masyarakat
(orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha sekolah,
menyelenggarakan usaha-usaha beasiswa, membangtu pemerintah
membangun
gedung-gedung
untuk
masyarakat,
dan
menyelenggarakan usaha-usaha perpustakaan berupa buku atau
bentuk dan bantuan lainnya. Sedangkan partisipasi non fisik adalah
partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan
pendidikan nasional dan meratanya animu masyarakat untuk menuntut
ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada
kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.
3. Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan oleh Masyarakat
Secara kualitatif dan kuantitatif anggota masyarakat terdiri dari
berbagai ragam, pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa,
kebudayaan, agama, lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 79
majemuk. Secara makro memang demikianlah kenyataan masyarakat
karena terdiri dari berbagai anggota keluarga yang heterogen. Setiap
anggota masyarakat secara tidak langsung telah mengadakan
kerjasama dan saling mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuannya. Demikianlah dinamika masyarakat berjalan sejak
dahulu sampai sekarang dan seterusnya.
Dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan
pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja
dan berencana kepada seluruh anggotanga tetapi tidak sistematis.
Secara fungsional masyarakat menerima semua anggotanya yang
pluralistik (majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota
masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para
anggotanya yaitu kesejahteraan mental spiritual dan fisikal atau
kesejahteraan lahir batin yang dalam GBHN disebut masyarakat adil
dan makmur dibawah lindungan Allah SWT. Secara fungsional
stuktural, masyarakat ikut mempengaruhterbentuknya sikat sosisl para
anggotanya, melalui berbagai pengalaman yang berulang kali.
Mengingat pengalaman yang beraneka ragam, maka sikap sosial
anggotanya pun beraneka ragam pula.
4. Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah dengan Masyarakat
a. Hubungan sekolah dengan masyarakat
Banyak definisi para pakar tentang masyarakat. Karena masingmasing mempunyai pola berpijak yang berbeda. Namun secara umum
dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang
tinggal disuatu tempat, mempunyai tujuan tertentu, mempunyai aturan
yang mereka sepakati bersama.
Unsur-unsur dalam masyarakat adalah:
1. Adanya unsur kelompok manusia yang bertempat tinggal didaerah
tertentu
2. Mempunyai tujuan yang sama
3. Mempunyai nilai-nilai dan aturan yang ditaati bersama
4. Mempunyai perasaan suka maupun duka
5. Mempunyai organisasi yang ditaati
Sebagai masyarakat kecil dan sebagai bagian dari masyarakat,
sekolah harus membina hubungan dengan masyarakat. Didalam
masyarakat banyak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
kelompok-kelompok masyarakat. Ikut berpartisipasi dengan masyarakat
merupakan hubungan erat antara sekolah dengan masyarakat. Namun
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 80
perlu diingat batas-batas kerjasama tersebut sehingga tidak
mengganggu dan merusakkan tugas pokok sebagai petugas dan
penanggung jawab misi sekolah, dan sekolah jangan sampai
dieksploitasi untuk kepentingan untuk kepentingan mereka. Pentingnya
ikut berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat antara lain:
1. Merupakan alat untuk mengubah citra masyarakat awam terhadap
pengerian salah tentang kebijaksanaan sekolah dan para petugas
sekolah
2. Memberikan informasi tentang program dan kebijaksanaan sekolah
3. Menghilangkan atau mengurangi kritik-kritik tajam terhadap sekolah.
Adapun berbagai bentuk partisipasi yang dapat ditempuh antara
lain:
1. Mengadakan penyuluhan dan ceramah kepada masyarakat
misalnya tentang agama, bahaya narkotika, pendidikan pemuda dan
pengenalan tentang pelaksanaan pendidikan disekolah
2. Mengadakan bakti sosial anggota pengurus organisasi lembaga
ketahanan masyarakat desa maupun organisasi lainnya.
3. Menjadi anggota pengurus organisasi lembaga ketahanan
masyarakat desa maupun organisasi lainnya.
b. Partisipasi Masyarakat terhadap Kebijakan Pendidikan
Pendidikan adalah tanggung jawab antara orang tua, masyarakat
dan pemerintah dengan dasar pada kata-kata bijak itu, maka perbaikan
kualitas pendidikan di indonesia beban bersama orang tua, masyarakat
dan pemerintah. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional disebutkan beberapa peran yang dapat
dilakukan oleh masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pendidikan diantaranya adalah:
1. Hak dan kewajiban masyarakat
Pada pasal 8 dan 9 UUSPD disebutkan bahwa masyarakat berhak
untuk berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi program pendidikan, sedangkan pasal 9 menyebutkan
bahwa masyarakat wajib memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
2. Hak dan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah
Pasal 10 UUSPN menyebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintahan daerah berhak mengarahkan, membimbing,
membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 81
dengan peraturan perundang yang berlaku. Sedangkan pasal 11
disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah:
a. Wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi,
b. Wajib menjamin tersedianya daya guna dan terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun.
3. Tanggung jawab pendanaan
Pada pasal UUSPN menyebutkan bahwa:
a. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
b. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung
jawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur
dalam pasal 31 ayat ( 4 ) UUD 1945.
4. Peran serta masyarakat dalam pendidikan diatur dalam pasal 54
UUSPN, yaitu:
a. Peranserta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha,
dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu pelayanan pendidikan.
b. Masyarakat dapat berperan sebagai sumber, pelaksana, dan
penguasa hasil pendidikan.
5. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan.
Desentralisasi memerlukan partisipasi masyarakat. Hal ini tujuan
partisipasi sebagai upaya meningkatkan mutu pada satuan pendidikan
cukup variatif. Partisipasi merupakan prasyarat penting bagi
peningkatan mutu. Partisipasi merupakan proses eksternalisasi
individu, dijelaskan oleh Berger bahwa eksternalisasi adalah suatu
percurahan kedirian manusia secara terus-menerus ke dalam dunia.
Pada proses eksternalisasi menurut Berger adalah suatu keharusan
karena manusia pada prakteknya tidak bisa berhenti dari proses
pencurahan diri kedalam dunia yang ditempatinya.
Partisipasi dalam peningkatan mutu antar sekolah menggambarkan
kondisi paryatif. Sekolah mempunyai strategi mutu yang berbeda,
sehingga dinamika partisipasi cendrung tidak sama. Bentuk-bentuk
partisipasi yang terjadi pada satuan pendidikan dan masalah yang
dihadapi oleh sekolah. Hambatan yang dihadapi oleh sekolah untuk
mengajak partisipasi masyarakat dalam perbaikan mutu pendidikan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 82
membuktikan bahwa pendidikan belum sepenuhnya disadari sebagai
penanggung jawab bersama. Realita tersebut menguatkan asumsi
sebelumnya bahwa partisipasi tidak mudah diwujudkan, karena ada
hambatan yang bersumber dari pemerintah dan masyarakat. Dari pihak
pemerintah kendala yang muncul dapat berupa:
1. Lemahnya komitmen politik para pengambil keputusan didaerah
untuk secara sungguh-sungguh melibatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut pelayanan publik.
2. Lemahnya dukungan SDM ynag dapat diandalkan untuk
mengimpementasikan strategi peningkatan partisispasi masyarakat
dalam pelayanan publik.
3. Rendahnya kemampuan legislatif dalam mengkualisasikan
kepentingan masyarakat
4. Lemahnya dukungan anggaran. Karena kegiatan partisipasi publik
sering kali hanya dilihat sebagai proyek, maka pemerintah tidak
menjalankan dana secara berlkelanjutan.
Sementara dari pihak masyarakat, kendala partisipasi muncul
karena beberapa hal yakni:
1. Budaya paternalisme yang dianut oleh masyarakat menyulitkan
untuk melakukan diskusi secara terbuka
2. Apatisme karena selama ini masyarakat jarang dilibatkan dalam
pembuatan keputusan oleh pemerintah.
3. Alasan-alasan perlunya partisipasi masyarakat dalam kebijakan
pendidikan
4. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan
pendidikan:
a. Menawarkan sanksi atas masyarakat yang tidak mau
berpartisipasi. Sanksi demikian dapat berupa penghukuman,
denda, dan kerugian-kerugian yang harus diderita olehsi
pelanggar.
b. Menawarkan hadiah kepad mereka yang mau berpartisipasi.
c. Melakukan persuasi kepada masyarakat.
d. Menghimbau masyarakat untuk turut berpartisipasi melalui
serangkaian kegiatan.
e. Mengaitkan partisipasi masyarakat dengan layanan birokrasi
yang lebih baik.
f. Mempunyai tokoh-tokoh kunci masyarakat yang mempunyai
khalayak banyak untuk ikut serta dalam kebijakansanaan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 83
g. Mengikut sertaan dalam implementasi kebijkaksanaan dengan
kepentingan mereka.
h. Menyadarkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi terhadap
kebijaksanaan yang telah ditetapkan secara syah.
F. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Desentralisasi pendidikan di tingkat sekolah merupakan satu bentuk
desentralisasi yang langsung sampai ke ujung tombak pendidikan di
lapangan. Jika lembaga dinas pendidikan kecamatan, dan dinas
pendidikan kabupaten/kota lebih memiliki peran sebagai fasilitator dan
koordinator proses pembinaan, pengarahan, pemantauan dan
penilaian, maka sekolah seharusnya diberikan peran lebih nyata dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
Bentuk desentralisai pendidikan yang paling mendasar adalah
dilaksanakan oleh sekolah, dengan menggunakan komite sekolah
sebagai wadah pemberdayaan peran serta masyarakat, dan dengan
menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) sebagai proses
pelaksanaan layanan pendidikan secara nyata di dalam masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004, dalam rangka
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu dibentuk
Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dan Komite Sekolah di
tingkat satuan pendidikian, baik di tingkat kabupaten/kota ataupun
sekolah. Amanat undang-undang tersebut telah ditindaklanjuti dengan
Keputusan Menteri pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2
April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. dalam
keputusan tersebut dengan jelas disebutkan bahwa peran yang harus
diemban Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah adalah:
1. Sebagai pemberi pertimbangan
2. Pendukung kegiatan layanan pendidikan
3. Pemantau kegiatan layanan pendidikan
4. Mediator atau penghubung tali komunikasi antara masyarakat
dengan pemerintah.
Beberapa urusan dalam bidang pendidikan yang secara langsung
dapat diserahkan kepada sekolah adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan visi, misi, strategi, tujuan, logo, lagu, dan tata tertib
sekolah
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 84
2. Memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan
ruang kelas yang tersedia, fasilitas yang ada, jumlah guru, dan
tenaga admistratif yang dimiliki.
3. Menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang
diadakan dan dilaksanakn oleh sekolah. dalam hal ini, dengan
mempertimbangkan kepentingan daerah dan masa depan lulusnya,
sekolah perlu diberikan kewenangan untuk melaksanakan
kkurikulum nasional dengan kemungkinan menambah atau
mengurangi muatan kurikulum dengan meminta pertimbangan
kepada Komite Sekolah.
4. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk buku
pelajaran dapat diberikan kepada sekolah, dengan memperhatikan
standar dan ketentuan yang ada.
5. Penghapusan barang dan jasa dapat dilaksanakan sendiri oleh
sekolah, dengan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten.
6. Proses pengajaran dan pembelajaran. Ini merupakan kewenangan
professional sejati yang dimiliki oleh lembaga pendidikan sekolah.
7. Urusan teknis edukatif yang lain sejalan dengan konsep manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) merupakan urusan
yang sejak awal harus menjadi tanggung jawab dan kewenangan
sekolah.
Dalam praktik desentralisasi pendidikan maka dikembangkanlah
yang dinamakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS berpotensi
menawarkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta
manajemen yang bertumpu pada tingkat sekolah. MBS Berfungsi untuk
menjamin bahwa semakin rendahnya kontrol pemerintah pusat, tetapi
semakin meningkatnya otonomi sekolah untuk menentukan sendiri apa
yang perlu diajarkan dan mengelola sumber daya yang ada disekolah
untuk berinovasi dan berimprovisasi.
Pada umumnya MBS dimaknai sebagai berikut:
1. Dalam rangka MBS alokasi dana kepada sekolah menjadi lebih
besar dan dana tersebut dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan
sekolah sendiri.
2. Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap perawatan, kebersihan,
dan penggunaan fasilitas sekolah, termasuk pengadaan buku dan
bahan belajar. hal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan mutu
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dikelas.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 85
3. Sekolah membuat perencanaan sendiri dan mengambil inisiatif
sendiri untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melibatkan
masyarakat sekitarnya dalam proses tersebut.
4. MBS menciptakan rasa tanggung jawab melalui administrasi sekolah
yang lebih terbuka. Kepala sekolah, guru, dan anggota masyarakat
bekerjasama dengan baik untuk membuat Rencana Pengembangan
Sekolah (RPS). Sekolah memanjangkan anggaran sekoalh dan
perhitungan dana secara terbuka pada papan sekolah.
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari
school-based management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika
Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan
dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. MBS
merupakan paradigma baru dalam dunia pendidikan, yang memberikan
otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam
kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar
sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih
tanggap dengan kebutuhan setempat.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS
yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan
beberapa keuntungan sebagai berikut.
1. Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung
kepada peserta didik, orang tua dan guru.
2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal
3. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran,
hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru,
dan iklim sekolah.
4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan,
memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah,
dan perubahan perencanaan.
a.
Tujuan MBS
MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan
masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang
muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu
dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi antara lain diperoleh
melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat
dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat
diperoleh antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 86
fleksibilitas
pengelolaan
sekolah
dan
kelas,
peningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif
dan disinsentif. Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui
peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah
lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
b. Manfaat MBS
MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada
sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi
yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan
pengembangan strategis MBS sesuai dengan kondisi setempat,
sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat
lebih berkonsentrasi pada tugas. Selain itu, MBS mendorong
profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
di sekolah.
c.
Prinsip MBS
Menurut Usman (2009:624), prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan MBS antara lain:
1. Komitmen, kepala sekolah dan warga sekolah harus mempunyai
komitmen yang kuat dalam upaya menggerakkan semua warga
sekolah untuk ber-MBS
2. Kesiapan, semua warga sekolah harus siap fisik dan mental untuk
ber-MBS.
3. Keterlibatan, pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak dalam
mendidik anak.
4. Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi
pendidikan yang efektif.
5. Keputusan, segala keputusan sekolah dibuat oleh pihak yang
mengerti tentang pendidikan
6. Kesadaran, guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu
dalam pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum
7. Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memiliki
kemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana.
8. Ketahanan, perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan
stake holder sekolah.
Menurut Usman (2009:629), indikator bahwa MBS sudah berhasil di
sekolah ditunjukkan oleh beberapa hal:
1. Adanya kemandirian sekolah yang kuat
2. Adanya kemitraan sekolah yang efektif
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 87
3. Adanya partisipasi yang kuat dari masyarakat
4. Adanya keterbukaan yang bertanggung jawab dan meluas dari pihak
sekolah dan masyarakat
5. Adanya akuntabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan oleh
sekolah.
SIMPULAN
Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan
pendidikan yang menjadikan sekolah sebagai proses pengambilan
keputusan dan merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki
kualitas pendidikan serta sumber daya manusia termasuk
profesionalitas guru yang belakangan ini dirisaukan oleh berbagai pihak
baik secara regional maupun secara internasional. Sistem pendidikan
yang selama ini dikelola dalam suatu iklim birokratik dan sentralistik
dianggap sebagai salah satu sebab yang telah membuahkan
keterpurukan dalam mutu dan keunggulan pendidikan di tanah air kita.
Hal ini beralasan, karena sistem birokrasi selalu menempatkan
“kekuasaan” sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses
pengambilan keputusan. Sekolah-sekolah saat ini telah terkungkung
oleh kekuasaan birokrasi sejak kekuasaan tingkat pusat hingga daerah
bahkan terkesan semakin buruk dalam era reformasi saat ini.
Ironisnya, kepala sekolah dan guru-guru sebagai pihak yang paling
memahami realitas pendidikan berada pada tempat yang
“dikendalikan”. Merekalah seharusnya yang paling berperan sebagai
pengambil keputusan dalam mengatasi berbagai persoalan sehari-hari
yang menghadang upaya peningkatan mutu pendidikan. Namun,
mereka ada dalam posisi tidak berdaya dan tertekan oleh berbagai
pembakuan dalam bentuk juklak dan juknis yang “pasti” tidak sesuai
dengan kenyataan obyektif di masing-masing sekolah.
Proses desentralisasi pendidikan di Indonesia sedang berjalan
dengan mencari bentuk yang diinginkan. Oleh karena itu, tarik ulur
kekuasaan dan kewenangan antara unit organisasi di pusat dan daerah
masih terjadi. Hal ini harus dimaknai sebagai proses penyelarasan dan
penyesuaian, agar desentralisasi pendidikan pada akhirnya dapat
menemukan bentuk yang dapat disepakati baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah maupun pihak sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut, tampak nyata bahwa dewasa ini masih
diperlukan adanya kejelasan tentang kekuasaan dan kewenangan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 88
semua unit organisasi, dari pusat sampai ke sekolah. hal ini amat
diperlukan agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih dan
tabrakan antara unit organisasi. Selain itu, kejelasan tentang
kekuasaan dan kewenangan untuk masing-masing unit organisasi itu
diperlukan dalam rangka efisiensi.
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah,
desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Yang merupakan sebuah sistem manajemen untuk mewujudkan
pembangunan pendidikan yang menekankan pada kebhinnekaan.
Dalam praktiknya,
desentralisasi pendidikan berbeda dengan
desentralisasi bidang pemerintahan lainnya, kalau desentralisasi
bidang-bidang pemerintahan lain berada pada pemerintahan di tingkat
kabupaten/kota, maka desentralisasi dibidang pendidikan tidak berhenti
pada tingkat kabupaten/kota, tetapi justru sampai pada lembaga
pendidikan atau sekolah sebagai ujung tombak pelaksanaan
pendidikan. Dalam praktik desentralisasi pendidikan itulah maka
dikembangkanlah yang dinamakan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). MBS berpotensi menawarkan partisipasi masyarakat,
pemeranataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu pada tingkat
sekolah. MBS Berfungsi untuk menjamin bahwa semakin rendahnya
kontrol pemerintah pusat, tetapi semakin meningkatnya otonomi
sekolah untuk menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan dan
mengelola sumber daya yang ada disekolah untuk berinovasi dan
berimprovisasi.
Menurut Dr. Made Pidarta, partisipasi adalah pelibatan seseorang
atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Partisipasi adalah
merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seorang didalam situasi
kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong kepada
pencapaian tujuan pada tujuan kelompok tersebut dan ikut bertanggung
jawab terhadap kelompoknya. Menurut Basrowi, partisipasi masyarakat
dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi
non fisik dan partisipasi fisik. Partisispasi fisik adalah partisipasi adalah
partisipasi masyarakat (orang tua) dalam bentuk menyelenggarakan
usaha-usaha sekolah, menyelenggarakan usaha-usaha beasiswa,
membangtu
pemerintah
membangun
gedung-gedung
untuk
masyarakat, dan menyelenggarakat usaha-usaha perpustakaan berupa
buku atau bentuk dan bantuan lainnya. Sedangkan partisipasi non fisik
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 89
adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah
dan pendidikan nasional dan meratanya animu masyarakat untuk
menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah
tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah.
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat sangat berpengaruh dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Dengan adanya desentralisasi maka
proses pendidikan akan jauh lebih baik. Karena desentralisasi berjalan
berdasarkan kewewnangan dari pemerintah kepada daerah otonom
yang kemudian daerah otonom dibertikan kewenangan untuk mengatur
sendiri peningkatan pendidikan didaerahnya. Baik dalam pemenuhan
kebutuhan, fasilitas, dan perencanaan pendidikan itu sudah diberikan
wewenang oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
sedemikian rupa, dengan tujuan yang sama yaitu meningkatkan mutu
pendidikan.
Kelebihan dan kelemahan desentralisasi pendidikan. Kelebihan
dari desentralisasi pendidikan adalah: 1) Peningkatan mutu, yaitu
dengan kewenangan yang dimiliki sekolah maka sekolah lebih leluasa
mengelola dan memberdayakan potensi sumber daya yang dimiliki; 2)
Efisiensi Keuangan hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan
sumber-sumber pajak lokal dan mengurangi biaya operasional; 3)
Efisiensi Administrasi, dengan memotong mata rantai birokrasi yang
panjang dengan menghilangkan prosedur yang bertingkat-tingkat; 4)
Perluasan dan pemerataan, membuka peluang penyelenggaraan
pendidikan pada daerah pelosok sehingga terjadi perluasan dan
pemerataan pendidikan. Adapun kelemahan yang mungkin timbul
dalam implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan melalui UU
Otonomi Daerah adalah: 1) Kurang siapnya SDM pada daerah
terpencil; 2) Tidak meratanya pendapatan asli daerah, khususnya
daera-daerah miskin; 3) Kurangnya perhatian pemerintah maupun
pemerintah daerah untuk lebih melibatkan masyarakat dalam
pengelolaan pendidikan; 4) Otoritas pimpinan dalam hal ini Bupati,
Walikota sebagai penguasa tunggal di daerah kurang memperhatikan
dengan sungguh-sungguh kondisi pendidikan di daerahnya sehingga
anggaran pendidikan belum menjadi prioritas utama; 5) Kondisi dan
setiap daerah tidak memiliki kekuatan yang sama dalam
penyelenggaraan pendidikan disebabkan perbedaan sarana, prasarana
dan dana yang dimiliki.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 90
DAFTAR PUSTAKA
Chan, Sam. (2005). Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi
Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hasbullah. (2010). Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo .
Ihsan, Fuad. (2001). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Imron, Ali. (1993). Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Malang:
Bumi Aksara.
Kansil, C.S.T . (2005). Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Kansil, C.S.T dan Christine S.T Kansil. (2002). Pemerintahan Daerah
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
MaCandrews, Colin dan Ichlasul Amal. (1993). Hubungan Pusat
Daerah dalam Pembangunan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi
dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ndraha, Talizidu. (1988). Metodologi Pemerintahan Indonesia. Jakarta:
Bina Aksara.
Rodee, Clyner Carlton. (2000). Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Siti, Irene. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Pendidikan. Jogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tjokroamidjojo, Bintoro. (1990). Pengantar Administrasi Pembangunan.
Jakarta: LP3ES.
Usman, Husaini.
(2009). Manajemen: Teori Praktik, dan Riset
Pendidikan (Edisi 3). Jakarta: Bumi Aksara.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 91
ADMINISTRASI SEKOLAH
Administrasi sekolah merupakan salah satu bagian dari
administrasi pendidikan, yaitu administrasi pendidikan yang
dilaksanakan disekolah. Salah satu alat administrasi disekolah adalah
tata usaha. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa administrasi
sekolah adalah semua kegiatan yang dijalankan disekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan disekolah. Administrasi sekolah,
memberikan kewenangan penuh kepada pihak sekolah untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi komponen-komponen pendidikan
sekolah yang bersangkutan. Administrasi sekolah secara umum
mempunyai prinsip sebagai berikut:
1. Administrasi Sekolah bersifat praktis dan fleksibel, dapat
dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi nyata di sekolah.
2. Administrasi Sekolah berfungsi sebagai sumber informasi bagi
peningkatan pengelolaan pendidikan dan kegiatan belajarmengajar.
3. Administrasi Sekolah dilaksanakan dengan suatu sistem
mekanisme kerja yang menunjang realisasi pelaksanaan kurikulum.
A. Definisi Administrasi Sekolah
Administrasi sekolah adalah segala usaha bersama untuk
mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material,
secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah secara optimal.
B. Prinsip Umum Administrasi Sekolah
Administrasi Sekolah bersifat praktis dan fleksibel, dapat
dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi nyata di sekolah.
Administrasi Sekolah berfungsi sebagai sumber informasi bagi
peningkatan pengelolaan pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar.
C. Macam-Macam Administrasi Sekolah
1. Administrasi Kesiswaan
Administrasi kesiswaan dilakukan agar transformasi siswa menjadi
lulusan yang dikehendaki oleh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Administrasi kesiswaan
merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 92
siswa, pembinaan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan
siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang
kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif.
Fungsi Administrasi Kesiswaan yaitu:
a. mengetahui secara umum kondisi siswa yang sedang mengikuti
pembelajaran pada setiap tahun pembelajran;
b. merencanakan jumlah siswa yang dapat direkrut untuk tahun
pembelajaran berikutnya;
c. sebagai masukan dalam merencanakan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).
Kegiatan dalam Administrasi Kesiswaan yaitu:
b. Penerimaan Siswa adalah proses pencatatan dan layanan kepada
siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah itu;
c. Pembinaan Siswa adalah pemberian layanan kepada siswa di
suatu lembaga pendidikan baik di dalam maupun di luar jam
belajarnya di kelas;
d. Tamat Belajar. Tamat belajar untuk sekolah menengah, pada
dasarnya merupakan pencapaian salah satu tangga untuk
pendidikan lebih lajut, atau pencapaian suatu ketrampilan yang
dapat dipergunakan untuk menopang kehidupan di masyarakat.
2. Administrasi Sarana dan Prasarana
Secara umum prasarana sekolah meliputi: a. lapangan sekolah; b.
gedung; c. ruang kelas; d. meja kursi guru dan siswa; e. gudang; f.
kamar mandi; g. perpustakaan sekolah; h. laboratorium; i.
telepon/faximili; dll. Sedangkan sarana sekolah adalah meliputi semua
benda/barang yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran.
Sarana sekolah meliputi: a. kurikulum; b. buku pegangan guru; c. buku
bacaan siswa; d. alat-alat laboratorium; e. Alat tulis kantor; f. alat bantu
media pembelajaran; dll.
Administrasi sarana prasarana sekolah meliputi: a. Jumlah
prasarana yang dimiliki sekolah, kondisi dan statusnya nya pada tahun
tertentu, yang meliputi: jumlah sarana yang dimiliki sekolah dan
kondisinya pada tahun tertentu, baik yang bersifat tetap dan habis
pakai; b. Hal-hal yang dicatat dalah administrasi sarana dan prasarana
adalah: (1) jumlah sarana prasarana, macam dan jenis sarana
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 93
prasana; (2) tanggal pembelian/penggadaan; (3) lokasi sarana; dan (4)
kondisi sarana prasarana.
Fungsi Administrasi Sarana Prasarana disamping mencatat
keberadaan sarana dan prasarana sekolah juga untuk: a. memberi
masukan pada pemimpin sekolah yang berkaitan dengan perbaikan
berdasarkan kondisi yang ada; dan b. penambahan sarana prasarana
sekolah berdasarkan jumlah siswa yang mengikuti proses
pembelajaran.
Sarana dan Prasarana adalah semua benda bergerak maupun
yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang
penyelenggaraan proses belajar mengajar baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Kegiatan dalam Administrasi Sarana dan Prasarana yaitu:
a. Perencanaan Kebutuhan Penyusunan daftar kebutuhan sarana dan
prasarana didasarkan atas pertimbangan bahwa:
1) Karena berkembangnya kebutuhan sekolah;
2) Untuk penggantian barang-barang yang rusak, dihapuskan, atau
hilang;
3) Untuk persediaan barang
b. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan adalah kegiatan untuk meghadirkan prasarana dan
sarana pendidikan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugastugas sekolah. Pengadaan tersebut dapat dilaksanaka dengan
cara: a. Pembelian; b. Buatan sendiri; c. Penerimaan hibah atau
bantuan; d. Penyewaan; e. Pinjaman; f. Pendaurulangan.
c. Penyimpanan Prasarana dan sarana Pendidikan.
Penyimpanan adalah kegiatan pengurusan, penyelenggaraan dan
pengaturan persediaan prasarana dan sarana di dalam ruang
penyimpanan/gudang.
d. Inventarisasi Prasarana dan Sarana Pendidikan.
Inventarisasi adalah kegiatan melaksanakan pengurusan,
penyelenggaraan, pengaturan dan pencatatan barang-barang
yang menjadi milik sekolah menengah yang bersangkutan ke
dalam suatu daftar inventaris barang.
e. Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Pendidikan.
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan
dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut dalam
kondisi baik dan siap pakai. Pemeliharaan berbeda dengan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 94
f.
g.
rehabilitasi. Rehabilitasi adalah perbaikan berskala besar dan
dilakukan pada waktu tertentu saja.
Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Penghapusan adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik
negara/daerah dari daftar inventaris karena barang itu dianggap
sudah tidak mempunyai nilai guna atau sudah tidak berfungsi
sebagaimana diharapkan, atau biaya pemeliharaannya sudah
terlalu mahal.
Pengawasan Sarana dan Prasarana.
Pengawasan Prasarana dan Sarana merupakan kegiatan
pengamatan, pemerikasaan dan penilaian terhadap pelaksanaan
administrasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah untuk
menghindari penyimpangan, penggelapan atau penyalahgunaan.
3. Administrasi Personel (Pendidik dan Tenaga Kependidikan)
Personel Pendidikan (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) adalah
golongan petugas yang membidangi edukatif dan yang membidangi
kegiatan nonedukatif (ketatausahaan). Personel bidang edukatif ialah
mereka yang bertanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar,
yaitu guru/pendidik dan konselor dan konseling (BK), sedangkan yang
termasuk di dalam kelompok personal bidang nonedukatif, adalah
petugas tata usaha/tenaga kependidikan dan penjaga atau pesuruh
sekolah. Tenaga pendidik, berdasarkan UU 20/2003 adalah tenaga
yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya dan
ditugaskan untuk mengajar/sebagai guru. Sedangkan tenaga
kependidikan adalah tenaga yang memiliki komptensi sesuai dengan
bidang keahliannya yang ditugaskan untuk mendukung pelaksanaan
pembelajaran di sekolah. Tenaga kependidikan meliputi: (1)
pustakawan, (2) tenaga administrasi, (3) laboran, dan (4) penjaga
sekolah.
Tenaga pendidik dan kependidikan bertugas: menyelenggarakan
kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola,
dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
Administrasi Kepegawaian antara lain meliputi: (1) Inventarisasi
pegawai; (2) Pengusulan formasi pegawai; (3) Pengusulan
pengangkatan, kenaikan tingkat, kenaikan berkala, dan mutasi; (4)
Mengatur usaha kesejahteraan; (5) Mengatur pembagian tugas.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 95
Adminsitrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi kegiatan
pencatatan tentang:
1. Ketersedian tenaga dan tenaga kependidikan, yang meliputi: (a)
jumlah keseluruhan tenaga pendidik, dan (b) jumlah tenaga
pendidikan pada setiap tahun, dan (c) distribusi bidang
keahliannnya.
2. Identitas pendidik dan tenaga kependidikan, yangmeliputi: (a) jenis
kelamin, (b) umur (tempat tanggallahir), (c)latar belakang
pendidikan tenaga pendidik dantenaga kependidikan, (d)
ekepangkatan/golongan ruang tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) masa kerja tenaga pendidik dan kependidikan
terhitung mulai TMT (tanggal mulai terbit) berdasarkan Surat
Keputusan.
3. Status tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, yaiyu status
pegawai (tetap/honorer/diperbantukan).
Tujuan administrasi personel meliputi: (a) untuk menghitung
ketersedian jumlah tenaga berdasarkan jumlah rombongan belajar
pada tiap-tiap kelas, sehingga tidak terjadi overload jam pembelajaran;
(b) untuk digunakan sebagai dasar perencanaan penambahan dan
pengembangan tenaga. Khusus untuk tenaga pendidik, administrasi
juga mencatat: (1) distribusi tugas mengajar, dan (2) beban jam
pembelajaran pada tiap semester.
4. Administrasi Keuangan
Komponen keuangan sekolah merupakan ketatausahaan dan
tindakan keuangan meliputi pencatatan data, perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan.
Keuangan merupakan faktor penting untuk melakukan kegiatan hal
ini sukar sekali dibayangkan pelaksanaan kegiatan tersebut tanpa
uang. Namun dibalik itu, mengadakan uang untuk melaksanakan
kegiatan itupun tidak mudah. Oleh karena itu pengadministrasian
keuangan sangat perlu demi tercapainya efektifitas dan efesiensi.
Adapun tugas keuangan yaitu antara lain: a. Perencanaan RAPBS;
b. Pelaksanaan anggaran dan pertanggungjawaban keuangan –
Bantuan operasional sekolah (BOS) – Bantuan operasional
Pendidikan (BOP) – Komite Sekolah – Zakat, Infaq dan Shadaqah.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 96
5. Administrasi Kurikulum
Administrasi Kurikulum meliputi kegiatan pencatatan dan
pengelolaan kurikulum. Kegiatan tersebut meliputi: Ketersediaan
kurikulum yang digunakan sebagai pegangan mengajar pada tiap
angkatan; Ketersediaan jabaran kurikulum dari tiap-tiap mata pelajaran
yang meliputi: SK (Standar Kompetensi), KD (Kompetensi Dasar), dan
Indikator; Ketersediaan Satuan Acara pembelajaran/Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran pada tiap mata pelajaran pada setiap
tingkatan kelas; Deskripsi sajian pokok bahasan dari tiap mata
pelajaran untuk tiap-tiap semester pembelajaran; dan ) deskripsi
sajian pokok bahasan dari tiap mata pelajaran untuk tiap-tiap semester
pembelajaran. Disamping mencatat pelaksanaan kurikulum nasional,
administrasi kurikulum juga mencatat kurikulum lokal/muatan lokal
serta pengalokasian waktu pembelajaran kurikulum muatan lokal.
6. Administrasi Humas
Sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan bagian integral
dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya
sumber daya manusia (SDM) pada suatu daerah, tidak hanya
bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan sekolah, namun sangat
bergantung kepada tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan di suatu daerah, akan semakin maju pula sumber daya
manusia pada daerah tersebut, dan sebaliknya. Oleh karena itu,
masyarakat hendaknya selalu dilibatkan dalam pembangunan
pendidikan di daerah. Masyarakat hendaknya ditumbuhkan “rasa ikut
memiliki” sekolah di daerah sekitarnya. Maju-mundurnya sekolah di
lingkungannya juga merupakan tanggungjawab bersama masyarakat
setempat
Lembaga pendidikan seperti organisasi sekolah merupakan
kerangka kelembagaan dimana administrasi pendidikan dapat
berperan dalam mengelola organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dilihat dari tingkatan-tingkatan suatu organisasi
dalam hal ini sekolah, administrasi pendidikan dapat dilihat dalam tiga
tingkatan yaitu: (Murphy dan Louis, 1999):
1. Tingkatan institusi (Institutional level). Tingkatan institusi berkaitan
dengan hubungan antara lembaga pendidikan (sekolah) dengan
lingkungan eksternal.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 97
2. Tingkatan manajerial (managerial level) Tingkatan manajerial
berkaitan dengan kepemimpinan, dan organisasi lembaga
(sekolah).
3. Tingkatan teknis (technical level) Tingkatan teknis berkaitan
dengan proses pembelajaran. Dengan demikian administrasi
pendidikan dalam konteks kelembagaan pendidikan mempunyai
cakupan yang luas, disamping itu bidang-bidang yang harus
ditanganinya juga cukup banyak dan kompleks dari mulai
sumberdaya fisik, keuangan, dan manusia yang terlibat dalam
kegiatan proses pendidikan di sekolah.
7. Administrasi Kearsipan
Adapun pekerjaan dari tenaga administrasi kearsipan meliputi: a.
Mencatat surat masuk dan keluar; b. Membuat surat – surat
kedinasan; c. Menyampaikan surat dinas kepada yang instansi terkait;
dan d. Memelihara dan meyimpan arsip surat – surat.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 98
ADMINISTRASI KELAS
Kelas adalah sebuah ruang di lembaga pendidikan yang
merupakan wadah tempat terjadinya proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dengan mentransfer ilmu pengetahuan dan
keterampilan kepada siswa sehingga terjadilah perubahan tingkah
laku. Agar pelaksanaan kegiatannya berjalan sesuai dengan tujuan,
maka diperlukan pendataan terhadap seluruh komponen pembelajaran
untuk diolah, dan dilaporkan hasilnya kepada kepala sekolah yaitu
berupa administrasi kelas. Dengan administrasi / pengelolaan kelas
yang baik dan menarik dapat mendorong siswa untuk belajar dengan
baik, yang memungkinkan tercapainya hasil yang baik pula, dan pada
gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan secara maksimal.
A. Kegiatan Administratif Manajemen Kelas
1. Perencanaan kelas. Perencanaan yang utama adalah menjabarkan
kurikulum menjadi program pembelajaran yang konkrit sesuai
dengan waktu yang tetsedia. Seperti: program tahunan, program
semester, program bulanan, program mingguan, dan program
harian. Selain itu perlu juga kegiatan ekstra kurikuler seperti:
program pramuka, olahraga, kesenian, les, belajar tambahan,
bimbingan konseling, uks, dsb.
2. Pengorganisasian kelas Guru diharapkan dapat membagi beban
kerja, tanggung jawab,wewenang kepada semua pihak (guru dan
guru) dan juga mengikut sertakan siswa dalam pengelolaan kelas.
Melengkapi alat-alat yang diperlukan dan membuat struktur
organisasi kelas.
3. Pengarahan kelas Pengarahan kelas dilakukan agar setiap
kegiatan tidak menyimpang dari tujuan dan ketentuan. Hal ini
tentunya memerlukan bimbingan dan kerjasama dengan kepala
sekolah,supervisor, dan konselor dengan jalan musyawarah.
4. Koordinasi kelas Koordinasi bertujuan membawa semua
material,fasilitas, dan teknik-teknik kedalam hubungan kerja yang
harmonis dengan tugas dan peranan masing-masing untuk
menyampaikan saran, pendapat dan gagasan baik dalam bidang
kerjanya sendiri maupun bidang kerja yang menjadi tanggung
jawab yang bersangkutan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 99
5. Komunikasi kelas Menonjolkan hubungan manusiawi yang
harmonis, dengan cara musyawarah,diskusi baik hubungan pribadi
maupun kelompok dengan menggunakan jaringan komunikasi yang
berdaya guna.
6. Kontrol kelas Apabila ada yang menemukan kekurangan tentunya
perlu adanya upaya perbaikan, untuk itu perlu adanya control kerja
terhadap program kelas yang telah disusun. Apabila ini sudah
dilakukan maka akan muncul penilaian terhadap keberhasilan dan
kegagalan kerja yang dilakukan.
B. Kegiatan Operatif Manajemen Kelas
1. Tata usaha kelas
a. Menghimpun dan mencatat data siswa yang bersifat tetap.
b. Menncatat dan membuat buku inventaris kelas
c. Membuat jadwal pelajaran
d. Membuat dan mengirim laporan kelas tentang siswa
e. Menyelenggarakan surat menyurat kelas, mengagendakan,
menanggapi/menjawab, dan mengarsipkan.
2. Kegiatan perbekalan kelas
a. Alat pendidikan yang berhubungan langsung dengan proses
brelajar mengajar (papan tulis, buku sumber, alat olahraga,
kesenian, dsb)
b. Alat non-kependidikan yang tidak langsung berhubungan: meja
dan kursi guru dan siswa, lemari, papan absen, buku agenda,
buku raport, buku pribadi murid, buku absensi, dsb
3. Kegiatan keuangan kelas Untuk melaksanakan program kelas,
diperlukan sejumlah dana yang bersemuber dari: pemerintah pusat,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, donatur, dll
4. Kegiatan pembinaan personal kelas Pengaturan tempat duduk
siswa dengan berbagai pertimbangan.
Dalam rangka menunjang kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar, maka perlu adanya dukungan administrasi program
pengajaran yang memadai. Tanpa adanya panduan sebagai
pedoman, maka seorang guru hanya akan melaksanakan tugasnya
menurut ketentuannya sendiri dan sering kali tidak sesuai dengan
perkembangan pendidikan. Pedoman ini dapat dijadikan sebagai
pelengkap yang pada hakikatnya berfungsi untuk mengarahkan
kegiatan proses belajar mengajar bagi para guru di samping pedoman
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 100
lain yang mungkin lebih lengkap. Tujuan utama dari pedoman ini
adalah:
1. Menjabarkan secara operasional kegiatan para guru dalam
membuat administrasi kelas yang disesuaikan dengan kurikulum
yang berlaku.
2. Sebagai pegangan dan petunjuk pengelolaan administrasi kelas.
3. Memberikan contoh format administrasi guru dan administrasi
kelas.
4. Memudahkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam rangka
pengendalian program pengajaran.
Depdiknas (1995:11) menyebutkan terdapat 8 (delapan) aspek
pengelolaan kelas, yaitu:
1. Mengecek kehadiran siswa
2. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa, dan menilai
pekerjaan siswa tersebut.
3. Pendistribusian bahan dan alat
4. Mengumpulkan informasi dari siswa
5. Mencatat data siswa
6. Pemeliharaan asrip
7. Menyampaikan materi pembelajaran
8. Memberikan tugas/PR
Terdapat 25 komponen administrasi guru dan administrasi kelas di
sekolah dasar yang perlu mendapatkan perhatian guru agar tujuan
program pengajaran dapat berjalan dengan baik, yaitu:
1. Kurikulum dan Bahan Pengajaran.
2. Analisis Materi Pelajaran (Penjabaran & penyesuaian);
3. Papan Absensi Harian:
4. Buku Paket/BSE KTSP, BSE Kurikulum 2013
5. Buku Penghubung dengan Orangtua
6. Buku Penerimaan dan Pengambilan Raport
7. Buku Ulangan bergilir.
8. Buku Bimbingan dan Konseling.
9. Buku Kunjungan Rumah.
10. Buku Berobat.
11. Buku Keuangan. *)
12. Buku Supervisi Kelas.
13. Buku Notula Rapat.
14. Program Semester/Tahunan
15. Persiapan mengajar/Silabus/RPP
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 101
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Kriteria Ketuntasan Minimal
Analisis Hasil Evaluasi
Pelaksanaan Perbaikan dan Pengayaan
Daftar Siswa Baru Kelas 1.
Absen Murid.
Buku Penilaian.
Kalender Pendidikan
Jadwal Pelajaran Umum
Denah Kelas.
Grafik Absen.
Buku Mutasi Murid.
Daftar Inventaris Kelas/Ruangan.
Tata Tertib Sekolah/Siswa.
Pendapat lain mengatakan, bahwa bidang garapan administrasi
pendidikan, merupakan kegiatan catat mencatat (recording) dan lapor
melapor (reporting) seluruh komponen kegiatan yang dilaksanakan
didialam kelas, yang meliputi:
1. Buku supervisi
2. Buku peniramaan dan pengambilan rapor
3. Daftar hadir siswa (absen)
4. Buku penilaian
5. Buku mutasi siswa
6. Buku notulen rapat
7. Grafik absen siswa
8. Jadwal pelajaran
9. Buku keuangan
10. Papan absen harian
11. Buku tamu
12 Denah tempat duduk siswa
13. Buku BP
14. Daftar inventaris kelas
15. Buku UKS/berobat
16. Kalender pendidikan
Administrasi pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas
daripada administrasi kelas, maupun administrasi sekolah.
Administrasi pendidikan melibatkan banyak pihak diantaranya para
kepala sekolah, para Pembina, pengawas, pejabat-pejabat senior
dilingkungan depertemen P dan K, guru, staf sekolah serta peserta
didik yang memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan pendidikan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 102
Pada dasarnya proses administratif pendidikan meliputi:
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Pemberian bimbingan (counseling)
4. Pengoordinasian (coordinating)
5. Pengomunikasian (communication)
6. Pengontrolan (controlling)
7. Penilaian (evaluating)
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 103
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu
merencanakan
dan
mengorganisasi,
tetapi
peran
utama
kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin
boleh jadi manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang
menyebabkan kelompok berjalan ke arah yang salah. Akibatnya
walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak
berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan
berkaitan dengan proses yang mempengaruhi orang sehingga mereka
mencapai sasaran dalam keadaan tertentu. Kepemimpinan telah
digambarkan sebagai penyelesaian pekerjaan melalui orang atau
kelompok dan kinerja manajer akan tergantung pada kemampuannya
sebagai manajer. Hal ini berarti mampu mempengaruhi terhadap
orang atau kelompok untuk mencapai hasil yang diinginkan dan
ditetapkan bersama.
Sebagai suatu organisasi, lembaga pendidikan memerlukan tidak
hanya seorang manajer untuk mengelola sumber daya lembaga
pendidikan yang lebih banyak berkonsentrasi pada permasalahan
anggaran dan persoalan administratif lainnya, tetapi juga memerlukan
pimpinan yang mampu menciptakan sebuah visi dan semua
komponen individu yang terkait dengan lembaga pendidikan.
Pemimpin maupun manajer diperlukan dalam pengelolaan lembaga
pendidikan. Berbeda dengan organisasi lain, lembaga pendidikan
merupakan bentuk organisasi moral yang berbeda dengan bentuk
organisasi lainnya. Sebagai suatu organisasi, kesuksesan lembaga
pendidikan,tidak hanya di tentukan oleh kepemimpinan pendidikan,
tetapi juga oleh tenaga kependidikan lainnya dan proses lembaga
pendidikan itu sendiri. Kepemimpinan pendidikan berkewajiban untuk
mengkoordinasikan ketenagaan pendidikan di lembaga pendidikan
untuk menjamin teraplikasinya peraturan pada lembaga pendidikan.
Kepemimpinan pada hakikatnya merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan
mengerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 104
pemimpin perlu melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah
mengarahkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang
dipimpinnya. Dengan kata lain tercapai atau tidak tujuan suatu
organisasi sangat tergantung pada pimpinannya.
Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan;
2. Model-model Kepemimpinan Pendidikan;
3. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan;
4. Kekuasaan dan Pengaruh;
5. Pengelolaan Manusia;
6. Kepengikutan;
7. Kepemimpinan dalam Kelompok dan Tim Kerja; dan
8. Ciri-ciri Kepemimpinan Pendidikan
A. DEFINISI KEPEMIMPINAN dan KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
1.
2.
3.
4.
5.
Ada banyak definisi mengenai kepemimpinan, beberapa
diantaranya:
Kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas untuk mempengaruhi
serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai
tujuan (George Terry).
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
kelompok yang terorganisir dalam rangka usaha untuk mencapai
tujuan kelompok (Stogdill).
Drs. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa Kepemimpinan adalah
tindakan/perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang
menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok maju ke arah
tujuan-tujuan tertentu.
Menurut sumber dari seorang ahli yang mendefinisikan
kepemimpinan, seperti: George R. Terry (1977 : 410 – 411), yang
mengatakan bahwa:“Leadership is the relationship in which
one person or the leader, influence other to work together
willingly on related task to attain that which the leader
desires”
Andrew Sikula (1992 : 117), yang mengatakan bahwa:“Leadership
in an administration process that involves directing the affairs
and actions of others”.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 105
Kepemimpinan adalah kemampuan seni mempengaruhi tingkah
laku manusia dan kemampuan untuk membimbing beberapa orang
untuk mengkordinasikan dan mengarahkan dengan maksud dan
tujuan tertentu. Untuk dapat menggerakkan beberapa orang
pelaksana, seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dibandingkan
orang yang dipimpinnya misalnya kelebihan dalam menggunakan
pikirannya, rohaniah, dan badaniah. Agar dapat menggunakan
kelebihanya tersebut, seorang pemimpin suatu organisasi difasilitasi
dengan apa yang disebut dengan tugas dan wewenang.
Tugas adalah kewajiban untuk melaksanakan dan wewenang
adalah hak untuk bertindak. Wewenang seorang pemimpin adalah hak
untuk menggerakkan orang atau bawahannya supaya suka
mengikutinya atau menjalankan tugas yang diperintah kepadanya.
Kepengikutan timbul karena pemimpin mempunyai abhiga mika yaitu
dapat menarik simpati dari orang lain, pradaya yaitu selalu bertindak
bijaksana,; atma sampat yaitu bermoral dan berbudi pekerti yang
luhur, Sakyasanmata, yaitu selalu bertindak teliti dan cermat
Sebagaimana telah diuraikan pada terdahulu, bahwa
kepemimpinan merupakan salah satu kunci utama yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan efektivitas kerja dalam organisasi
perusahaan. apabila pemimpin tidak dapat menjalankan dan
mengkoordinir semua sumber daya yang ada di perusahaan maka
akan menimbulkan masalah besar, karena dapat mengakibatkan
sasaran yang telah ada ditetapkan perusahaan sulit untuk dicapai.
Menurut D.E. McFarland mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi
perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi
pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. J.M. Pfiffner mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Oteng Sutisna
mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mengambil
inisiatif dalam situasi sosial untuk menciptakan bentuk dan proses
baru, merancang dan mengatur perbuatan, dan dengan berbuat begitu
membangkitkan kerja sama ke arah tercapainya tujuan.
Dari beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan
bahwa Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 106
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan
sebelumnya.Kepemimpinan adalah suatu kegiatan memengaruhi
orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama (mengolaborasi dan
mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan
untuk memperoleh consensus anggota organisasi untuk melakukan
tugas manajemen agar tujuan organisasi tercapai.
Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin pada satu lembaga
satuan pendidikan. Tanpa kehadiran kepemimpinan pendidikan,
proses pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif.
Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin
yang proses
keberadaannya dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh
yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah.
B. MODEL KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
1. Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis – Demokratis)
Pemimpin memengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara,
yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrem yang disebut dengan
perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi
ekstrem lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku
otokratis pada umumnyab ersifat negatif, ketika sumber kuasa
atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi,
otoritas berada di tangan pemimpin karena pemusatan kekuatan
dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang
tanggungjawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi
melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya
kepemimpinan ini mempunyai manfaat, antara lain pengambilan
keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan
serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan.
Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratisini adalah pada
tugas dan selalu memberikan arahan kepada bawahannya.
Perilaku demokratis adalah perilaku kepemimpinan ini
memperoleh sumber kekuasaan atau wewenang yang berawal dari
bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan
pimpinan
dalam
melaksanakan
kepemimpinan
berusaha
mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan,
ketika si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan
kritik dari bawahannya. Kebijakan disini terbuka bagi diskusi dan
keputusan
kelompok.
Namun,
kenyataannya,
perilaku
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 107
kepemimpinan ini tidak mengacu pada dua model perilaku
kepemimpinan yang ekstrem di atas, tetapi memiliki
kecenderungan yang terdapat diantara dua sisi ektrem tersebut.
2. Model Kepemimpinan Ohio
Dalam penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua
faktor tentang gaya kepemimpinan, yaitu strukturinisiasi dan
konsiderasi. Strukturinsiasi mengacu kepada perilaku pemimpin
dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan anggota
kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran
komunikasi, dan metode atau prosedur yang ditetapkan dengan
baik. Adapun konsiderasi mengacu kepada perilaku yang
menunjukan persahabatan, kepercayaan timbal balik, rasa hormat,
dan kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan
anggota staffnya (bawahan). Adapaun contoh dari faktor
konsiderasi adalah pemimpin menyediakan waktu untuk menyimak
anggota kelompok, pemimpin mau mengadakan perubahan, dan
pemimpin bersikap bersahabat dan dapat didekati. Sedangkan,
contoh untuk faktor strukturinisiasi adalah pemimpin menugaskan
tugas tertentu kepada anggota kelompok, pemimpin meminta
anggota kelompok mematuhi tata tertib dan peraturan standar, dan
pemimpin memberitahu anggota kelompok tentang hal – hal yang
diharapkan dari mereka.
3. Model Kepemimpinan Likert (Likert’s Management System)
Likert mengembangkan suatu pendekatan penting untuk
memahami perilaku pemimpin. Ia mengembangkan teori
kepemimpinan dua dimensi, yaitu orientasi tugas dan individu.
Melalui penelitian ini akhirnya Likert berhasil merancang empat
sistem kepemimpinan seperti yang diungkapkan oleh Thoha, yang
dikutip oleh E. Mulyasa, yaitu sistem otoriter, otoriter yang
bijaksana, konsultatif, dan partisipatif.
a. Sistem otoriter (sangat otokratis)
Dalam sistem ini, pemimpin menentukan semua keputusan
yang berkaitan dengan pekerjaan dan pemerintah dan semua
bawahan untuk menjalankannya;
b. Sistem otoriter bijak (otokratis paternalistik)
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 108
Perbedaan dengan system sebelumnya adalah terletak kepada
adanya fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang
ditandai dengan meminta kepada bawahan;
c. Sistem konsultatif
Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola
komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan;
d. Sistem partisipatif
Pada sistem ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang
lebih menekankan pada kerja kelompok di tingkat bawah.
4. Model Kepemimpinan Managerial Grid
Jika dalam model Ohio, kepemimpinan ditinjau dari sisi
strukturisasi dan konsideransinya. Dalam model managerial grid
yang disampaikan oleh Blake dan Mouton, seperti yang dikutip oleh
E. Mulayasa, memperkenalkan model kepemimpinan yang ditinjau
dari perhatiannya terhadap produksi atau tugas dan perhatian pada
orang. Perhatian pada produksi (tugas) adalah sikap pemimpin
yang menekankan mutu, keputusan, prosedur, mutu pelayanan
staff, efisiensi kerja, dan jumlah pengeluaran. Sedangkan,
perhatian kepada orang adalah sikap pemimpin yang
memperhatikan anak buah dalam rangka pencapaian tujuan.
5. Model Kontingensi Fiedler
Dalam teori kontingensi (kemungkinan) variabel – variabel yang
berhubungan dengan kepemimpinan dalam pencapaian tugas
merupakan suatu hal yang sangat menentukan pada gerak
akselerasi pencapaian tujuan organisasi. Dalam memunculkan teori
ini perhatian Fiedler adalah pada perbedaan gaya dan motivasional
dari pemimpin.
6. Kepemimpinan Situasional
Artinya, teori ini menekankan pada ciri – cirri pribadi pemimpin
dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau
memperkirakan ciri – ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan
dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan
kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan
situasional.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 109
7. Model Kepemimpinan Tiga Dimensi
Intisari dari model ini terletak pada pemikiran, bahwa
kepemimpinan dengan kombinasi perilaku hubungan dan perilaku
tugas dapat saja sama, namun hal tersebut tidak menjamin
memiliki efektivitas yang sama pula. Artinya, untuk setiap empat
gaya utama perilaku kepemimpinan, pada masing – masing gaya
tesebut ada gaya yang lebih atau kurang efektif, hal ini terjadi
karena perbedaan kondisi lingkungan yang terjadi dan dihadapi
oleh sosok pemimpin dengan kombinasi perilaku hubungan dan
tugas yang sama tersebut memiliki perbedaan. Secara umum,
dimensi efektivitas lingkungan terdiri dari dua bagian, yaitu dimensi
lingkungan yang tidak efektif dan efektif.
8. Model Kepemimpinan Combat
Beberapa karakteristik dari model Combat tersebut,
sebagaimana yang dideskripsikan oleh J. Salusu, sebagai berikut:
a. Seorang pemimpin harus bersedia menanggung resiko
b. Berusaha menjadi innovator dan untuk itu perlu secara terus
menerus belajar.
c. Segera bertindak karena tanpa bergerak seseorang tidak bisa
memimpin.
d. Memiliki harapan yang tinggi karena dengan mengharap
organisasi beroleh lebih banyak, seorang pemimpin akan
berhasil, paling tidak setengahnya. Harapan itu tentu harus
diiringi dengan kemauan keras dan tindakan – tindakan yang
penuh perhitungan.
e. Pertahankan sikap positif, selalu berfikir yang baik, angkatlah
derajat setiap orang yang bekerja disekitar organisasi karena
masing – masing mempunyai peranan yang berarti dalam
kehidupan organisasi.
f. Selalu berada di depan dan tidak menyuruh orang lain untuk
maju lebih dulu.
2. Gaya Kepemimpinan Efektif
Gaya Kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan sejatinya ada 3 (tiga)
bentuk, yaitu:
1. Otoriter (Authoritarian Leadership)
Seperti yang kita ketahui, bahwa kekuasaan otoriter gaya
kepemimpinan berdasarkan pada kekuasaan yang mutlak dan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 110
penuh. Dengan kata lain, sang pemimpin yang dalam
kepemimpinan ini disebut juga sebagai diktator, bertindak
mengarahkan pikiran, perasaan dan prilaku orang lain kepada
suatu tujuan yang telah ditetapkannya. Artinya segala ketentuan
dan keputusan berada di tangan si pemimpin. David Krech, Richard
S. Crutchfield, Egerton L. Ballachey, menggambarkan mengenai
kepemimpinan ini: bahwa dalam suatu kelompok yang sangat kecil,
antara pemimpin dan pengikut terjadi kontak pribadi karena
komunikasi berlangsung secara interpersonal, namun ketika
kelompok menjadi besar, maka hubungan antara pemimpin
menjadi semakin jauh dan melalui peringkat peringkat. Organisasi
hirarkis pada kelompok otoriter dapat dikaji sebagai konsekwensi
dari tujuan si pemimpin untuk senantiasa memelihara posisinya
sebagai kekuasaan sentral. Dan menurut David Krech, Richard S.
Crutchfield, Egerton L. Ballachey, Suasana seperti ini kondusif
untuk frustasi dan agresi serta meningkatnya ketegangan dan
konflik intra kelompok.
2. Demokratis (Democratic Leadership)
Yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan demokratis adalah
gaya atau cara memimpin yang demokratis, dan bukan karena
dipilihnya si pemimpin secara demokratis. Gaya yang demokratis
seperti ini misalnya saja si pemimpin memberikan kebebasan dan
keleluasaan kepada para bawahan dan pengikutnya untuk
mengemukakan pendapatnya, saran dan kritikkannya dan selalu
berpegang pada nilai-nilai demokrasi pada umumnya.
3. Kepemimpinan Bebas (Laisez Faire Leadership)
Dalam kepemimpinan jenis ini, sang pemimpin biasanya
menunjukkan suatu gaya dan prilaku yang pasif dan juga seringkali
menghindari dirinya dari tanggung jawab. Dalam prakteknya, Si
pemimpin hanya menyerahkan dan menyediakan instrumen dan
sumber-sumber yang diperlukan oleh anak buahnya untuk
melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan pimpinan. Pimpinan yang memiliki gaya ini memang berada
diantara anak buahnya, akan tetapi ia tidak memberikan motivasi,
pengarahan dan petunjuk, dan segala pekerjaan diserahkan kepada
anak buahnya.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 111
Sedangkan menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, terdapat 4
(empat) gaya kepemimpinan yaitu:
1. Memberitahukan,
Menunjukkan,
Memimpin,
Menetapkan
(TELLING-DIRECTING)
2. Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk (SELLINGCOACHING)
3. Mengikutsertakan,
memberi
semangat,
kerja
sama
(PARTICIPATING-SUPPORTING)
4. Mendelegasikan,
Pengamatan,
Mengawasi,
Penyelesaian
(DELEGATING)
Seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya
sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya
kepemimpinan. Tingkat kematangan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Tingkat kematangan M1 (Tidak mampu dan tidak ingin) maka
gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin
bawahan seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu dengan
memberitahukan, menunjukkan, mengistruksikan secara spesifik.
2. Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), untuk
menghadapi bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan
adalah Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual, Menjelaskan,
Memperjelas, Membujuk.
3. Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu)
maka gaya pemimpin yang tepat untuk bawahan seperti ini adalah
Gaya Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide & beri kesempatan untuk
mengambil keputusan.
4. Tingkat kematangan M4 (Mampu dan Mau) maka gaya
kepemimpinan yang tepat adalah Delegating, mendelegasikan
tugas dan wewenang dengan menerapkan sistem kontrol yang
baik.
Seperti yang dikutip dari Careerbuilder, gaya kepemimpinan atasan
sangat berpengaruh pada semangat kerja para karyawan, karena hal
ini memberikan dampak:
1. Motivasi
Gaya kepemimpinan sang atasan yang lemah lembut dan
bijaksana serta mampu memberikan solusi yang tepat atas setiap
permasalahan dapat memotivasi para anak buahnya untuk bekerja
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 112
lebih giat lagi dalam menciptakan ide-ide kreatif yang lebih
cemerlang. Karena seorang atasan yang handal mampu
menciptkan kondisi perusahan menjadi kental dengan suasana
kekeluargaan, bukan menciptakan persaingan yang tidak sehat
antarpara karyawan.
2. Membantu mencapai target
Siraman motivasi yang diterima para karyawan pun dapat
menimbulkan dampak positif lainnya bagi setiap karyawan. Hal ini
terbukti, misalnya, dari terpenuhinya target penjualan per bulan,
sehingga bisa menimbulkan keuntungan yang besar bagi
perusahaan. Hal itu juga semakin membuat para karyawan percaya
diri dengan kemampuan yang dimiliki.
3. Memperbaiki Kinerja
Seorang atasan yang baik tahu kapan waktu yang tepat untuk
mengambil keputusan yang penuh risiko dan melanjutkan ketahap
selanjutnya. Ia mampu menjalankan program sesuai dengan
rencananya. Terobosan seperti inilah yang akan mengubah kinerja
para karyawan menjadi lebih produktif sehingga semakin semangat
dalam bekerja.
Selanjutnya Lippite dan Whyte, berpendapat ada 3 macam
kepemimpinan:
1. Kepemimpinan Otokrasi, artinya suatu bentuk kepemimpinan
yang ditandai oleh: a. Ketentuan dibuat oleh pimpinan; b. Setiap
langkah diputuskan oleh pimpinan; c. Pimpinan selalu memberikan
tugas pada tiap anggota; dan d. Pimpinan dapat memuji atau
mencela pekerjaan anggota.
2. Kepemimpinan yang Demokratisb, yakni suatu bentuk
kepemimpinan yang ditandai oleh: a. Segala kegiatan kelompok
dibicarakan dan didiskusikan bersama; b. Anggota bebas bekerja
dengan siapa saja; c. Pimpinan memuji dan mencela anggota
secara obyektif; dan d. Pimpinan berusaha bersikap dan berbuat
seperti anggota.
3. Kepemimpinan yang Liberal, artinya suatu kepemimpinan yang
ditandai oleh: a. Pimpinan yang jarang ikut campur dalam kegiatan
anggota; b. Pimpinan menyiapkan kebutuhan bagi anggota; c.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 113
Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan anggota; dan d.
Pimpinan tidak memberi komentar selama kelompok melaksanakan
kegiatan, kecuali diminta pendapatnya.
Dari hasil penelitian mereka tentang gaya kepemimpinan
didapatkan kesimpulan: Sikap Otoriter, membawa pengaruh 2 hal
pada anggota, yakni: a. Anggota kelompok menjadi apatis; dan b.
Anggota kelompok bersikap agresif pada pimpinan. Sikap
Demokratis, membawa pengaruh antara lain: a. Ada kerukunan di
antara anggota kelompok; b. Para anggota banyak mengambil inisiatif;
dan c. Para anggota banyak bertanggung jawab. Sikap Liberal,
membawa pengaruh: a. Para anggota bertanggung jawab besar; b.
Hubungan antara anggota kurang; dan c. Ada suasana pertentangan
antar anggota kelompok
Bagaimana cara kita memimpin haruslah dipengaruhi oleh
kematangan orang yang kita pimpin supaya tenaga kepemimpinan kita
efektif dan juga pencapaian hasil optimal. Tidak banyak orang yang
lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih banyak ada dan handal
karena dilatihkan. Artinya untuk menjadi pemimpin yang baik haruslah
mengalami trial and error dalam menerapkan gaya kepemimpinan.
Pemimpin tidak akan pernah ada tanpa bawahan dan bawahan
juga tidak akan ada tanpa pemimpin. Kedua komponen dalam
organisasi ini merupakan sinergi dalam perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan. Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mencoba
melepar idenya tentang kepemimpinan situasional yang sangat praktis
untuk diterapkan oleh pemimpin apa saja. Tentu masih banyak teori
kepemimpinan lain yang baik untuk dipelajari. Dari Hersey dan
Blanchard, orang tahu kalau untuk menjadi pemimpin tidaklah cukup
hanya pintar dari segi kognitif saja tetapi lebih dari itu juga harus
matang secara emosional. Pemimpin harus mengetahui atau
mengenal bawahan, entah itu kematangan kecakapannya ataupun
kemauan/kesediaannya.
Dengan
mengenal
tipe
bawahan
(kematangan dan kesediaan) maka seorang pemimpin akan dapat
memakai gaya kepemimpinan yang sesuai. Sayangnya jaman
sekarang banyak pemimpin yang suka main kuasa saja tanpa
mempedulikan bawahan. Kalaupun mempedulikan bawahan itupun
karena ada motif tertentu seperti nepotisme. Pada dasarnya, setiap
manusia memiliki jiwa sebagai pemimpin sejak lahir, namun
perkembangan lingkungan dan kedewasaan dalam bersosialisasi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 114
dapat mempengaruhinya, apakah. dapat berkembang atau bahkan
hilang sama sekali. Dalam kaitannya dengan hal ini, sebelum kita
mengklasifikasikan gaya kepemimpinan seperti pada judul diatas,
maka saya akan mengulas sedikit mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya kepemimpinan/leadership.
Dalam suatu kelompok dalam masyarakat, seperti organisasi
konvensional/modern, perusahaan atau instansi maka sudah pasti ada
seseorang yang bertindak sebagai pemimpin, misalnya dalam
organisasi politik ada Ketua Umum, dalam organisasi perusahaan ada
Administrator/manajer, dalam sebuah kelas ada Ketua Kelas, pada
Universitas ada Rektor dan lain sebagainya. Dengan adanya
pemimpin, sudah pasti pula ada pengikutnya, akan tetapi, pengikut
tidak sama dengan bawahan atau anak buah. Misalnya dalam sebuah
partai politik tidak dapat dikatakan sebagai anak buah atau bawahan,
akan tetapi lebih tepat kalau disebut pengikut, simpatisan atau kader,
dikatakan demikian karena pengikut umumnya dengan sendirinya
telah memberikan kepercayaan penuh kepada sang Ketua Umum atas
ideologi dan tindakannya. Pada sebuah struktur organisasi formal,
misalnya suatu perusahaan, lazim disebut karyawan/pegawai/
bawahan/anak buah, dan disini, anak buah mau atau tidak mau, suka
atau tidak suka harus tunduk dengan sang administrator/manajer dan
hubungan antaranya biasanya hanya sebatas pekerjaan. Namun
dalam suatu perusahaan juga dimungkinkan terdapat kepengikutan
seperti halnya pada partai politik yang dapat diukur dari tingkat
loyalitas anak buah kepada atasannya. Dan hal ini bergantung apakah
administrator/manajer/pimpinan yang bersangkutan memiliki sifat
kepemimpinan atau tidak.
C. FUNGSI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Secara operasional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam
lima fungsi pokok, yaitu:
1. Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,
bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan
dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 115
memerlukan kemampuan untuk menggerakan dan memotivasi
orang lain agar mau melaksanakan perintah.
2. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam
usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan
bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan
orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai
bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang
dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan di tetapkan dan
sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk
memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back) untuk
memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang
telah ditetapkan dan dilaksanakan.
3. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan
orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Partisipasi tidak berarti bebas melakukan semuanya, tetapi
dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan
tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.
Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai
pemimpin dan bukan pelaksana.
4. Fungsi Delegasi
Fungsi Delegasi dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi
delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang
penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu
pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang
sukses (efektif) mampu mengatur aktivitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 116
dapat diwujudkan melalui kegiatan
koordinasi, dan pengawasan.
bimbingan,
pengarahan,
Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam
aktivitas kepemimpinan secara integral, yaitu pemimpin berkewajiban
menjabarkan program kerja, mampu memberikan petunjuk yang jelas,
berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan
pendapat, mengembangkan kerja sama yang harmonis, mampu
memecahkan maalah dan mengambil keputusan masalah sesuai
batas tanggung jawab masing-masing, menumbuhkembangkan
kemampuan memikul tanggung jawab, dan pemimpin harus
mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendali.
D. KEKUASAAN dan PENGARUH
Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari
seorang pemimpin. Kekuasaan seringkali dipergunakan silih berganti
dengan istilah pengaruh dan otoritas. Berbagai sumber dan jenis
kekuasaan dari beberapa teoritikus seperti French dan Raven, Amitai
Etzioni, Kenneth W. Thomas, Organ dan Bateman, dan Stepen P
Robbins telah dikemukakan dalam kegiatan belajar ini.
Kekuasaan merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan
kondisi yang berubah dan tindakan-tindakan para pengikut. Berkaitan
dengan hal ini telah dikemukakan social exchange theory, strategic
contingency theory dan proses-proses politis sebagai usaha untuk
mempertahankan, melindungi dan me-ningkatkan kekuasaan.
Sebagai unsur pokok kepemimpinan, kekuatan dan pengaruh
seorang pemimpin merupakan aspek yang paling krusial yang menjadi
barometer keberhasilan kepemimpinannya. Merujuk kepada kamus
besar bahasa Indonesia (Balai Pustaka ;1988), kekuatan adalah
tenaga, gaya atau kekuasaan. Sedangkan pengaruh adalah daya yang
timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan atau perbuatan seseorang.
Titik perhatian yang timbul dalam pikiran adalah menyakut
kekuasaan. Dengan kekuasaan yang sejalan dengan peran dalam
jabatan, seseorang dapat memerintahkan seseorang untuk
melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dibebankan
kepadanya untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Jadi
bagaimanapun kekuasaan adalah kapasitas yang menyebabkan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 117
perubahan. Sebaliknya pengaruhnya adalah terkait dengan tingkat
perubahan sesebenarnya dalam target seseorang kedalam sikap, nilai,
kepercayaan atau perilaku. Pengaruhnya dapat diukur oleh perilaku
atau sikap yang dimanifestasikan oleh para pengikut sebagai hasil dari
pimpinannya.
Sejalan pikiran tersebut, maka titik pusat pikiran akan terarah pula
pada kekuasaan dan kepemimpinan, oleh karenanya tidak terlepas
untuk memahami mengenai sumber kekuasaan pemimpin dan motipmotip pemimpin. Dengan pikiran itu pula, perlu untuk memahami yang
berkaitan dengan taktik-taktik mempengaruhi yang disebut dengan 1)
persuasi rasional; 2) meminta inspirasi; 3) konsultasi; 4) intergrasi; 5)
permohonan; 6) pertukaran; 7) koalisi; menekan; 9) legimitasi.
Dengan demikian kekuatan (dalam konteks kepemimpinan
pendidikan) adalah daya yang ditimbulkan seorang pemimpin dalam
otoritasnya pada kepemimpinan pendidikaan. Sedangkan pengaruh
merupakan representasi dan kekuatan yang dapat membentuk watak,
kepercayaan atau perbuatan anggota dalam mewujudkan situasi atau
iklim kerja sama dalam kepemimpinan pendidikan.
Pengaruh sebagai inti dari kepemimpinan merupakan kemampuan
seseorang untuk mengubah sikap, perilaku orang atau kelompok
dengan cara-cara yang spesifik. Seorang pemimpin yang efektif tidak
hanya cukup memiliki kekuasaan, tetapi perlu pula mengkaji prosesproses mempengaruhi yang timbal balik yang terjadi antara pemimpin
dengan yang dipimpin.
Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, seorang pemimpin
pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mewarnai pola
kepemimpinan, yaitu:
1. Faktor legal
Pemimpin pendidikan akan berhadapan dengan peratuanperaturan formal dari instansi sturuktural yang berada diatasnya.
Misalnya falsafah pancasila, undang-undang 1945, Keputusan
President, keputusan menteri, serta undang-undang lainnya akan
mempengaruhi pola kepemimpinan pendidikan. Demikian pula dalam
kaitannya dengan standar yang berkaitan dengan pengangkatannya
sebagai pemimpin pendidikan (Misal; Sertifikasi, Pola penyeleksian,
Kualifikasi Profesional).
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 118
2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Konsep-Konsep Pendidikan.
Faktor ini memungkinkan tersedianya sumber-sumber dan fasilitas
pendidikan dalam memperlancar proses pendidikan termasuk
pemahaman pemimpin terhadap tujuan pendidikan yang akan
mewarnai tindakan kepemimpinannya.
3. Hakekat dan Ciri Sekolah
Merupakan factor yang berkaitan dengan ciri dan hakikat para staf,
murid dan jenis sekolah, system administrasi, kurikulum dan
pendekatan yang digunakan dalam system pendidikan.
4. Kepribadian Pemimpin Pendidikan dan Latihan-Latihan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa individu (pemimpin) membawa
sesuatu dalam jabatannya. Energy, loyalitas, paradigma dan atribut
professional yang melekat padanya akan berpengaruh terhadap
system kepemimpinan. Selain itu, pendidikn tambahan dan latihanlatihan juga akan memperkaya jabatan kepemimpinannya.
5. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan.
Tugas kepemimpinan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai
perubahan teori dan metode aktifitas belajar, konsep-konsep
pertumbuhan dan perkembangan anak membawa implikasi terhadap
prosedur pengajaran dikelas. Prubahan dan perkembangan kurikulum
juga menghendaki persiapan kepemimpinan dan keterampilan
kepemimpinan yang baru. Perubahan dalam teori-teori pendidikan
akan mengubah strategi pengelolaan dan kepemimpinan.
Dalam kaitan dengan kekuasaan, para pemimpin membutuhkan
kekuasaan tertentu agar efektif. Keberhasilan pemimpin sangat
tergantung pada cara penggunaan kekuasaan. Pemimpin yang efektif
kemungkinan akan menggunakan kekuasaan dengan cara yang halus,
hati-hati, meminimalisasi perbedaan status dan menghindari ancamanancaman terhadap rasa harga diri para pengikut.
Para
teoretikus
telah
mengidentifikasi
berbagai
taktik
mempengaruhi yang berbeda-beda seperti persuasi rasional,
permintaan berinspirasi, pertukaran, tekanan, permintaan pribadi,
menjilat, konsultasi, koalisi, dan taktik mengesahkan. Pilihan taktik
mempengaruhi yang akan digunakan oleh seorang pemimpin dalam
usaha mempengaruhi para pengikutnya tergantung pada beberapa
aspek situasi tertentu. Pada umumnya, para pemimpin lebih sering
menggunakan taktik-taktik mempengaruhi yang secara sosial dapat
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 119
diterima, feasible, memungkinkan akan efektif untuk suatu sasaran
tertentu, memungkinkan tidak membutuhkan banyak waktu, usaha
atau biaya.
Dengan pemahaman mengenai pengaruh atas taktik dan
kekuasaan, maka dapat kita simpulkan untuk memahami pemimpin
secara terfokuskan maka piramid kekuasaan dapat digambarkan
sebagai model bagaimana mendapatkan kekuasaan melalui kekuatan
dari prinsip 1) kepercayaan; 2) menghargai; 3) mengakui kesalahan.
Kemudian diaplikasikan menjadi kekuatan pemimpin dengan
kepemimpinannya untuk menuntun pengaruh karakter menjadi
kekuasaan dan wewenang yang dapat mempengaruhi orang lain,
maka ia harus ditopang dengan prinsip yang disebut 4) jelaskan apa
yang menjadi tanggung jawab mereka; 5) berikan wewenang yang
seimbang dengan tanggung jawan mereka; 6) rumuskan standard
yang memuaskan; 7) lengkapi mereka dengan pelatihan dan
pengembangan agar mereka dapat memenuhi ketentuan standard;
berikan pengetahuan dan informasi; 9) siapkan mereka dengan umpan
balik atas kinerja mereka; dan 10) tantang mereka dengan kemuliaan
dan hormati.
Sejalan dengan pemahaman pengaruh dan kekuasaan maka
diperlukan pemahaman yang mendalam hal-hal yang berkaitan
dengan apa yang disebut dengan „Intelegensia dan Kreatifitas“ artinya
dengan intelegensia maka pemimpin sesorang yang cerdas menjadi
lebih baik sebagai pemecah masalah karena kemampuan
berhubungan, akurat membuat asumsi, kemampuan analisa data dan
yang lebih penting lagi kecerdasannya memandang keuntungan.
Sedangkan kreatifitas dirumuskan sebagai kemampuan untuk
membuat observasi atau melihat cara baru, yang kesemuanya
ditunjang oleh pengalaman.
Dengan mendalami pengaruh dan kekuasaan serta intelegensia
dan kreatifitas akan membuka jalan untuk memahami sebagai
pemimpin untuk mengembangkan personalitas“ yang akan
membentuk, nilai dan sikap“ yang akan menuntun aktualisasi dari„
perilaku kepemimpinan“ yang akan memberikan daya dorong bahwa
peran pemimpin diperlukan penguasaan„ ketrampilan dasar yang
mencakup komunikasi, pendengar, keyakinan, kelengkapan umpan
balik yang konstruktif, mengelola stress“
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 120
E. PENGELOLAAN MANUSIA
Desain pekerjaan
Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja
seorng individu atau untuk kelompok karyawan secara organisasional.
Tujuannya adalah untuk mengatur penugasan-penugasan kerja yang
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
organisasi,
teknologi
dan
keperilakuan.
Analisis pekerjaan
Analisis pekerjaan mencangkup dua unsur, yaitu; uraian pekerjaan
dan spesifikasi pekerjaan. Uraian memperhatikan isi pekerjaan, tugastugas dan tanggung jawab. Spesifikasi menekankan kepada
pengalaman, pendidikan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
jabatan atas pekerjaan itu. Ada beberpa elemen keperilakuan yang
dipertimbangkan dalam desain pekerjaan, yaitu;
1. Otonomi, tanggung jawab atas apa yang dilakukan;
2. Variasi, adanya kombinasi dalam bekerja agar tidak menjenuhkan
dan membosankan;
3. Identitas tugas, agar timbul kepuasan dalam bekerja;
4. Umpam balik, seberapa baik pelaksanaan pekerjaan, maka
karyawan akan mempunyai pedoman atau motivasi untuk
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik
Pengelolaan (Manajemen) Sumber Daya Manusia
Manajemen adalah suatu seni mengatur orang lain guna mencapai
suatu tujuan atau menyelesaiankan pekerjaan. Manajemen sumber
daya manusia merupakan suatu proses yang terdiri dari:
1. Perekrutan sumber daya manusia
2. Seleksi sumber daya manusia
3. Pemgembangan sumber daya manusia
4. Pemeliharaan sumber daya manusia
5. Penggunaan sumber daya manusia
Tujuan sumber daya manusia
Tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk
meningkatkan kontribusi sumber daya manusia terhadap organisasi
dalam rangka mencapai produktifitas organisasi yang bersangkutan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 121
Fungsi-fungsi manajemen
Fungsi-fungsi
Manajemen
yang
mencangkup:
Planing
(Perencanaan); Organizing and Staffing (Pengaturan dan Penyediaan
Staf); Direction (Pengarahan); Controlling (Pengawasan), dan
Coordinating (Pengkoordinasian). Sementara itu fungsi oprasional
yang terdiri dari; Pengadaan SDM; Pengembangan, konpensasi
(imbalan); Integrasi; Pemeliharaan; dan Pemutusan hubungan kerja.
F. KEPENGIKUTAN
Menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A, dalam Psikologi
Manajemen dan Administrasi (1989: 169), kepengikutan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kepengikutan Berdasarkan Naluri
Dalam klasifikasi ini, terjadinya kepengikutan pada sejumlah orang
disebabkan timbulnya dorongan untuk menaruh kepercayaan kepada
seseorang, sehingga mereka bersedia untuk melakukan tindakantindakan tertentu yang dikehendaki orang yang memperoleh
kepercayaan itu. Orang yang menerima kepercayaan itu diakui
sebagai pemimpin karena dianggapnya mampu melindungi
kepentingan atau mewujudkan aspirasi orang-orang yang menaruh
kepercayaan tadi. Kepemimpinan dan kepengikutan jenis ini
dinamakan kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership).
2. Kepengikutan Berdasarkan Tradisi
Kepengikutan ini timbul disebabkan adanya kebiasaan secara
turun menurun. Kepengikutan jenis ini terdapat baik dalam masyarakat
skala besar seperti negara, maupun dalam skala kecil seperti desa.
Dalam kepengikutan jenis ini, orang-orang yang menjadi pengikutnya
tidak melakukan penilaian terhadap benar salahnya atau baik
buruknya kebijakan yang dijalankan pemimpin.
3. Kepengikutan Berdasarkan Agama
Para pengikut berdasarkan agama acapkali bersifat fanatik, berani
mati, karena matinya itu demi Tuhan penguasa dunia akhirat.
Khalayak yang menjadi pengikut pimpinannya berdasarkan agama
menganggap bahwa pimpinannya itu adalah orang yang dapat
diandalkan dan dapat dipercaya, karena sebagai tokoh agama ia
selain menguasai ketentuan-ketentuan agama mengenai apa yang
harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, ia sendiri yang
pertama-tama akan mematuhinya.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 122
4. Kepengikutan Berdasarkan Rasio
Kepengikutan ini dapat dijumpai di kalangan orang-orang terpelajar
dalam suatu masyarakat. Mereka mengakui seseorang sebagai
pimpinannya berdasarkan pertimbangan rasional, berlandaskan
penalaran (reasoning). Biasanya, khalayak yang secara rasional
mengakui seseorang sebagai pemimpinnya karena orang itu
berpendidikan tinggi dan berwawasan luas. Oleh karena itu, khalayak
menganggap bahwa prilaku sang pemimpin itu didasari pemikiran
yang matang dengan menyadari akibat prilakunya itu, serta
mengetahui pula tindakan apa yang dijadikan antisipasi jika
kegiatannya itu keliru.
5. Kepengikutan Berdasarkan Peraturan.
Kepengikutan berdasarkan peraturan terdapat pada masyarakat
modern, dimana orang-orang mengelompokkan diri untuk mencapai
suatu tujuan berdasarkan kepentingan yang sama secara bersamasama.
Dari 5 (lima) klasifikasi kepengikutan diatas, dapat diketahui bahwa
kepengikutan itu bisa timbul dengan sendirinya tanpa adanya persuasi
(kharismatik) atau juga bisa muncul dengan adanya paksaan. Diantara
para pemimpin kharismatis di dunia, Nabi Muhammad SAW dinilai
sebagai pemimpin kharismatis yang tidak ada tandingannya. Dalam
bukunya yang berjudul “Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh
Dalam Sejarah”, Michael H. Hart, yang diterjemahkan oleh H. Mahbub
Djunaedi, mencantumkan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh nomor
satu. Hart beralasan bahwa “Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi
Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang
berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan
mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang
pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad satu-satunya manusia
dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik
ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.
Berasal usul dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan
dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di dunia, Agama
Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang
pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah
wafatnya, pengaruhnya tetap kuat dan mendalam serta berakar.”
Orang yang digerakkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
oleh pemimpin dinamakan pengikut. Pengikut adalah orang yang
menuruti garis perintah atau garis kerja yang mengaturnya. MacamSTKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 123
macam kepengikutan: 1. Kepengikutan karena naluri dan
nafsu/keinginan, Kepengikutan model ini dilihat dimana seorang
pemimpin dapat dimenggerakkan sekelompok orang dengan
memberikan kepuasan pada kebutuhan hidup tertentu yang dapat
bersifat individual dan sosial. Kepengikutan model ini melenyapkan
kepribadian individu dan kemudian menjadi kepribadian massa.
Sehingga pemimpinya dikatakan pemimpin massa; 2. Kepengikutan
karena tradisi atau adat, Kepengikutan karena tradisi atau adat pada
umumnya disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu ketaatan dalam
menjalankan aturan-aturan yang berlaku dengan konsekuensi sanksisanksi yang ada. Kedua karena sayang dan setia pada tradisi atau
adat nenek moyang; 3. Kepengikutan karena agama dan budi
pekerti, Kepengikutan karena agama dan budi pekerti lebih banyak
didorong oleh suara hati nurani untuk membedakan yang baik dan
yang tidak baik, karena hati nurani bersumber pada agama yang
membawa kita ke jalan yang baik; 4. Kepengikutan karena Rasio,
Seorang mengikuti pemimpin karena telah dipikirkan masak-masak
bahwa ia mendapatkan keuntungan, baik keuntungan yang bersifat
material, maupun keuntungan yang bersifat spiritual. Untuk dapat
menggerakkan orang atau golongan rasional/golongan intelektual
diperlukan metode yang rasional.
G. KEPEMIMPINAN dalam KELOMPOK dan TIM KERJA
Berkaitan dengan hal-hal yang terkait dengan kelompok yang
mencakup apa yang disebut dengan 1) ukuran kelompok 2) tingkatan
pengembangan kelompok; 3) norma-norma kelompok; 4) jaringanjaringan komunikasi dalam kelompok; dan 5) perhubungan kelompok.
Sejalan dengan pikiran tersebut maka sebaiknya kita mulai dari
pemahaman atas difinisi kelompok. Kelompok adalah dapat dipikirkan
sebagai dua orang atau lebih yang saling berintraksi satu sama
lainnya dan setiap orang satu sama lain dapat saling mempengaruhi,
sehingga dalam studi mengenai kepemimpinan kita temukan tiga
aspek yaitu: 1) terkait dengan difinisi kedalam konsep korporasi yang
mengungkapkan pengruh diantara pemimpin dan pengikut; 2) anggota
kelompok saling berinteraksi dan mempengaruhi; 3) difinisi yang tidak
perlu memperhatikan keterbatasan individu dalam satu kelompok,
dimana setiap orang dapat saja mlik klompok yang terkait dalam
pengelompokan kegiatan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 124
Berdasarkan uraian ini dapat dipahami tentang perbedaan
pemahaman arti kelompok dengan tim. Setiap orang tahu apa itu tim,
tapi perlu diingat bahwa membentuk tim tidak sekadar hanya dalam
mengumpulkan orang karena dapat dibentuk berdasarkan fungsi,
beban kerja, suasana keharmonisan, penunjukan, secara sukarela,
buku pedoman. Jadi membentuk tim bukan sekedar membagi tugas
melainkan jenis peran di dalam tim yang biasa disebut dengan driver,
planner, enabler, exec dan controller. Jadi tim adalah sekelompok
orang yang bekerja sama sesuai dengan peran yang dibutuhkan
karena sifat spesialisasinya. Dengan demikian membangun tim dan
karetristik tim yang benar-benar mampu bekerja dapat dipahami
melalui model kepemimpinan kedalam tim yang efektif yang disebut
dengan (Systems Approach to Teams“ (input – proses – outputs).
H. CIRI-CIRI KEPEMIMPINAN
Keberhasilan suatu organisasi lebih banyak ditentukan dari
prilaku seseorang sehingga kita harus tahu kemampuan apa yang
sebenarnya harus dimiliki oleh seseorang pemimpin. Hadari Nawawi
menyebutkan ada beberapa persyaratan yang umumnya harus dimiki
oleh sesorang pemimpin yaitu:
1. Memiliki kecerdasan intelegensi yang cukup baik;
2. Percaya diri;
3. Cakap, bergaul, dan ramah tamah;
4. Kreatif, penuh inisiatif, dan memiliki hasrat kemauan untuk maju
dan berkembang menjadi lebih baik;
5. Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa;
6. Memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidangnya;
7. Suka menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum secara
konsekuen dan bijaksana;
8. Memiliki keseimbangan/kestabilan emosional dan bersifat sabar;
9. Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi;
10. Berani mengambil keputusan dan tanggungjawab;
11. Jujur, rendah hati, sederhana, dan dapat dipercaya;
12. Bijaksana dan berlaku adil;
13. Disiplin;
14. Berpengetahuan dan berpandangan luas;
15. Sehat jasmani dan rohani.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 125
SIMPULAN
Berawal dari pemahaman mengenai konsepsi kepemimpinan
sebagai suatu proses bukan yang berkaitan dengan posisi, maka
untuk dapat mengaktualisasi kedalam pola pikir sebagai pemicu
bersikap dan berperilaku untuk terus menumbuh kembangkan apa
yang disebut dengan ‘efektivitas pribadi’ artinya suatu kerangka untuk
membangun konsep diri yang berkelanjutan melalui suatu proses
pemberdayaan pribadi dalam usaha untuk menempatkan pada posisi
daur hidup yang prima untuk mencapai keunggulan, keseimbangan
dan pembaharuan. Oleh karena itu dibutuhkan pemikiran yang
terfokuskan untuk mendalami apa yang disebut pemimpin, pengikut
dan situasi sebagai faktor penentu untuk mewujudkan kepemimpinan
yang efektif.
Dengan mendalami faktor pemimpin, pengikut dan situasi berarti
pula sebagai langkah untuk meningkatkan efektivitas pribadi dari
impian menjadi satu kenyataan sebagai aktualisasi diri kedalam
Kredibilitas (bagaimana pemimpin mendapatkan kepercayaan dan
keyakinan dari stakeholders), Kebiasaan (mendewasakan intelektual,
emosional, sosial dan rohaniah untuk mencoba mencari arti dalam
hidup ini dan mengkomunikasikannya hasil guna yang dicapai kepada
orang lain secara prapmatis) dan Proaktivitas (kemampuan
menganalisa dan diagnosis terhadap persoalan potensial untuk
menghindari masalah dan mengidentifikasi peluang).
Untuk memahami konsepsi kepemimpinan sebagai proses
membutuhkan pemahaman peminpin, pengikut dan situasi dalam
rangka meningkatkan efektivitas pribadi melalui usaha membangun
kredibilitas, kebiasaan dan proaktivitas dalam usaha mewujudkan
kepemimpinan yang efektif sebagai suatu pemahaman kedalam
konsepsi proses bukan posisi.
Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin pada satu lembaga
satuan pendidikan. Tanpa kehadiran kepemimpinan pendidikan,
proses pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif.
Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin yang proses
keberadaannya dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh
yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah.
Dengan mengetahui model-model, ciri-ciri dan fungsi dari
kepemimpinan pendidikan yang telah diuraikan, maka kita bisa
merumuskan bagaimana cara memanajemen kepemimpinan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 126
pendidikan. Selain itu, kepemimpinan pendidikan juga sangat penting
untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi para
pengemban profesi kependidikan, karena dalam sebuah lembaga
pendidikan sosok pemimpin itu sangat dibutuhkan sebagai
organisator dalam mendukung kesuksesan tercapainya sebuah
tujuan lembaga pendidikan.
Oleh karena itu ciri-ciri kepemimpinan yang telah dipaparkan
diatas harapannya dapat diterapkan dalam diri setiap individu,
sehingga dalam diri setiap individu akan tertanam rasa
kepemimpinan, sehingga menuntun setiap individu untuk
bertanggung jawab terhadap segala hal yang terjadi dalam
kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bernardin, H.J and Russel, JEA. (993). Human
Management. New York: Mc. Graw Hill, Inc.
Resources
Bernardine R. Wirjana, M.S.W. & Prof. Dr. Susilo Supardo, M.Hum.
(2002), Kepemimpinan, (Dasar-dasar dan Pengembangannya)
Jogyakarta: ANDI.
Cascio, WF. (1998). Managing Human Resources, New York :
Mc.Graw Hill, Inc.
Dessler Garry. (1997). Managing Human Resources, New York.:
Mc.Graw Hill, Inc.
Danim, Sudarwan. (2010). Kepemimpinan Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, (1995), Kepemimpinan Yang
Efektif, Cet. II, Yogyakarta: UGM.
Heijrachman R & Suad Husnan. (1997). Manajemen Personalia.
Yogyakarta.
Hidayat, Ara, Machali, Imam. (2010). Pengelolaan Pendidikan.
Bandung: Pustaka Educa,.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 127
I G. Wursanto. (1989). Manajemen Kepegawaian, Yogyakarta:
Kanisius.
Kurniadin, Didin, Machali, Imam. (2012) Manajemen Pendidikan
Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: ArRuzz Media.
________. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1988). Jakarta: Balai
Pustaka.
Milkovich. G.T. and Boudreau J.W. (1997). Human Resources
Management, Boston. Irwin, Inc.
Madhi, Jamal,. (2001). Menjadi Pemimpin Yang
Berpengaruh, Bandung: Syaamil Cipta Media.
Efektif
dan
Siagian, Sondang P., (1991). Teori dan Praktek Kepemimpinan,
Jakarta; Rineka Cipta.
Sujak, Agi, (1990). Kepemimpinan Manajer; Eksistensinya Dalam
Prilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali.
Wahab, Abd, Umiarso. (20111). ,Kepemimpinan Pendidikan dan
Kecerdasan Spiritual. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 128
SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI
PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran harus
merupakan fokus dari setiap penyelenggaraan sekolah. Sekolah tidak
boleh terjebak dalam rutinitas proses administrasi. Di samping itu
sekolah harus cepat mengambil keputusan-keputusan penting dalam
mengembangkan dirinya. Untuk pengambilan keputusan-keputusan
tersebut dibutuhkan data-data yang akurat. Sistem Informasi Sekolah
yang baik merupakan solusinya. Pra sekolah mengembangkan Sistem
Informasi Sekolah dengan modul-modul yang didisain mempercepat
administrasi sehingga meningkatkan kualitas belajar mengajar. Di
samping itu juga dikembangkan laporan-laporan yang sangat
membantu dalam pengambilan-pengambilan keputusan yang penting.
PEMBAHASAN
Sistem Informasi adalah kumpulan elemen-elemen atau
komponen yang berhubungan yang mengumpulkan (input),
memanipulasi (proses), dan menghasilkan (output) data dan informasi
serta menyediakan mekanisme balasan untuk mencapai suatu tujuan.
Mekanisme balasan membantu organisasi dalam mencapai tujuannya
seperti meningkatkan keuntungan atau memperbaiki pelayanan
pelanggan (Ralph dan George, 2006: 5). Sistem Informasi Administrasi
merupakan kumpulan dari komponen-komponen atau elemen-elemen
yang saling berhubungan untuk melakukan proses pencatatan,
pengaturan, pengalokasian suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu dengan menggunakan sarana perlengkapan dan peralatan
yang ada.
Sistem informasi manajemen merupakan pengembangan dari
konsep sistem pengolahan data elektronik (electronic data
processing/EDP), biasa juga disebut sebagai sistem pengolahan
transaksi (transactions processing system/TPS), yang telah diterapkan
sejak tahun 1950-an pada organisasi bisnis. Mulai tahun 1960-an,
dengan adanya pengaruh dari perkembangan teknologi dan cara
penggunaan komputer, konsep SIM mulai diperkenalkan. Kalau
konsep EDP fokus pada data (transaksi) dengan penekanan lebih
banyak ke masalah bagaimana mempercepat pengolahan data dan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 129
meningkatkan akurasi, maka konsep SIM fokus pada informasi
dengan penekanan lebih banyak pada kualitas informasi. Pada
perkembangan selanjutnya konsep SIM lebih disempurnakan dengan
munculnya konsep-konsep baru, yaitu: sistem pendukung keputusan
(decision support system/DSS), sistem otomatisasi perkantoran,
sistem informasi eksekutif (executive information system/EIS), sistem
ahli (expert system), sistem berbasis pengetahuan, serta sistem
komunikasi dan kolaborasi.
Dengan adanya perkembangan konsep sebagaimana di atas,
maka sampai saat ini belum ada kesepakatan para ahli mengenai
pengertian
sistem
informasi
manajemen,
hubungan
dan
pengklasifikasian konsep SIM dalam kaitannya dengan konsep-konsep
lain tersebut, bahkan dalam penggunaan istilah itu sendiri (misalnya
sebagai disiplin akademik dan fungsi organisasi. (Davis, 1991: 4).
Sebagian ahli mendefinisikan sistem informasi manajemen (SIM)
mencakup sistem-sistem lainnya (EDP, DSS, EIS,dst.) misalnya:
a. George M. Scott: Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah
serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi
dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data
sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna
meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat
manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan. (Scott, 2004:
100-104). b. Murdick dkk. (1987: 15) menyatakan definisi sistem
informasi manajemen sebagai berikut: "A group of people, a set of
manuals, and data processing equipment (a set of elements) select,
store, process, and retrieve data (operate on data and matter) to
reduce the uncertainty in decision-making (seek a common goal) by
yielding information for managers at the time they can most efficiently
use it (yield information in a time reference)." Lebih lanjut Murdick dkk.
menyatakan bahwa definisi SIM mencakup sistem pendukung
keputusan (DSS), dengan kata lain SIM merupakan superset dari
DSS. DSS adalah langkah evolusi berikutnya setelah SIM (saat
Murdick dkk. menerbitkan bukunya pada tahun 1984, konsep lain yang
muncul setelah DSS belum dikenal). Lebih lanjut mereka menyatakan
sebagai berikut:
1. SIM menunjang pengambilan keputusan pada lingkungan
permasalahan terstruktur maupun yang tidak terstruktur.
2. SIM menunjang pengambilan keputusan pada semua tingkat
organisasi. (Bandingkan K.C. Laudon dan J.P. Laudon, 2005: 45)
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 130
3. SIM dimaksudkan untuk "dianyam" psfs "tenunan" organisasi dan
bukan sesuatu yang berdiri sendiri.
4. SIM menunjang semua aspek pada proses pengambilan
keputusan.
5. SIM terdiri dari orang, komputer, prosedur, database, fasilitas
bertanya interaktif (Bandingkan K.C. Laudon dan J.P. Laudon,
2005: 45), dan sebagainya.
Semua dimaksudkan agar evolusioner/adaptif dan mudah bagi
orang untuk menggunakannya. (Murdick et al, 1987: 7). C. Davis
(1991: 7) memperbaharui definisi sistem informasi manajemen yang
pernah dikemukakan sebelumnya, sebagai berikut: "The system is an
integrated, user-machine system providing information and information
processing to support the strategy, operations, management, analysis,
and decision making functions in an organization. The system uses
information technology, manual procedures, models, and knal
efficiency, improve and innovate functions, or restructure business
systems. (Bandingkan dengan Davis and Olson, 1984: 6)
Davis (1999: 3) juga menyatakan bahwa sistem informasi manajemen
adalah sebuah konsep dan suatu orientasi ke arah mana menujunya
sebuah rancangan sistem informasi, dan bukan merupakan keadaan
mutlak. Yang paling penting adalah sampai batas mana sebuah
sistem informasi menerapkan orientasi SIM, atau mendukung fungsi
manajemen sebuah organisasi. Jawabannya berkisar pada taraf
mana dan bukan sekedar "ya" atau "tidak". Dengan kata lain, sistem
informasi manajemen bisa saja dibahas tanpa mengaitkannya dengan
penerapan komputerisasi. Keberadaan suatu sistem informasi
manajemen juga tidak bisa diukur berdasarkan kerumitan dan
kemutakhiran model analitis dan pengambilan keputusannya atau
apakah tersedia jawaban seketika (online) dst.
Pandangan-pandangan seperti di atas merupakan definisi sistem
informasi manajemen (SIM) dalam arti luas. Sistem informasi
manajemen dalam hal ini mencakup seluruh tipe atau aplikasi atau sub
sistem informasi yang ada dalam suatu organisasi. SIM lebih dianggap
sebagai sistem terpadu (integrated system) ketimbang sebagai total
sistem. Definisi sistem informasi manajemen (SIM) demikian ini,
sejajar/sama (bukan subset) dengan istilah sistem informasi berbasis
komputer (CBIS) yang dikemukakan oleh Mc Leod (2001: 4) atau
dengan istilah sistem informasi (Whitten dkk., 2004; Laudon dan
Laudon, 2005).
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 131
Di samping pandangan di atas, sebagian pakar sistem informasi
lainnya mendefinisikan sistem informasi manajemen dalam arti sempit
dan khusus. Secara umum, mereka tidak menyamakan atau
menyejajarkan istilah sistem informasi manajemen dengan istilah
sistem informasi atau sistem informasi berbasis komputer. Dalam hal
ini, SIM dianggap sebagai salah satu tipe/aplikasi/sub dari sistem
informasi yang ada dalam organisasi (McLeod, 2001; Whitten dkk.,
2004; Laudon dan Laudon, 2005).
Untuk lebih memahami pengertian sistem informasi manajemen, di
samping mempertimbangkan definisi-definisi para ahli sebagaimana
dikemukakan sebelumnya, kiranya perlu dipahami juga konsep-konsep
yang terkandung dalam istilah sistem informasi manajemen, yakni:
sistem, informasi, dan manajemen. Analisis terhadap ketiga konsep
tersebut akan membuat pemahaman terhadap sistem informasi
manajemen menjadi lebih baik dan konseptual.
a. Sistem
Suatu sistem dapat dijelaskan dengan sederhana sebagai
seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk
suatu tujuan bersama. Suatu subsistem adalah bagian dari sistem
yang lebih besar dan semua sistem adalah bagian dari sistem yang
lebih besar. Dalam kaitannya dengan maksud tulisan ini, organisasi
adalah sistem dan bagiannya (divisi, departemen, fungsi, satuan dan
sebagainya) adalah subsistem. Definisi sistem dikemukakan Murdick
et.al. (1987: 15) sebagai berikut: A System is a set of elements forming
an activity or a processing procedure/scheme seeking a common goal
or goals by operating on data and/or energy and/or matter in a time
reference to yield information and/or energy and/or matter.
Sebuah organisasi yang baik dari sudut pandangan sistem adalah
organisasi yang di dalamnya terdapat sinergi (Murdick et al., 1987: 6).
Konsep sinergi diterapkan pada organisasi dengan adanya integrasi
subsistem melalui pertukaran informasi. Dengan demikian, terjadinya
bidang-bidang fungsional yang berada pada lintasan yang berbeda
dan bekerja untuk suatu maksud yang bersilangan dapat dihindari.
Prinsip dasar teori sistem adalah bahwa tiap elemen (subsistem) diikat
oleh tujuan bersama yang hanya dapat dicapai dengan baik apabila
terjadi pertukaran informasi antar subsistem.
Konsep sistem pada SIM karenanya yang mengoptimasikan
keluaran organisasi dengan menghubungkan subsistem operasi dan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 132
level-level organisasi melalui media pertukaran dan pelaporan
informasi. Berkaitan dengan hal ini, Murdick et al. (1987: 6)
menyatakan bahwa tujuan suatu SIM adalah menyajikan informasi
untuk pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan,
pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu
perusahaan (organisasi) dan menyajikan sinergi organisasi pada
proses. Uraian lebih lanjut mengenai kegiatan/proses manajemen
dapat dilihat pada bagian ketiga (manajemen).
b. Informasi
Informasi sudah merupakan sumber daya dan komoditi yang
nilainya semakin meningkat dan yang dibutuhkan oleh pejabat
(manajemen) untuk merencanakan dan mengontrol kegiatan
organisasi secara efektif. Kedudukan informasi sebagai sumber daya
sama halnya dengan jenis sumber daya lain yang sering dikenal
dengan 4 M (men, machine, material, money). Bahkan informasi
dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir dalam tubuh
organisasi dan menentukan kehidupan organisasi. Dengan informasi
sebuah sistem atau organisasi akan dapat menghindari proses
keberakhiran yang biasa disebut entropy atau lebih tepatnya
negentropy (Jogiyanto, 1999: 7-8). Davis (1999a: 27-28) menyatakan
bahwa informasi sering digunakan secara tidak tepat. Data mentah,
data tersusun, dsb, kadang dikaitkan dan dianggap sebagai informasi.
Secara umum, informasi dalam konteks sistem informasi adalah "data
yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini
atau mendatang." Menurutnya, informasi memperkaya penyajian,
mempunyai nilai kejutan, atau mengungkap sesuatu yang
menerimanya tidak tahu atau tidak tersangka. Dalam dunia yang tidak
menentu, informasi mengurangi ketidakpastian. Ia mengubah
kemungkinan-kemungkinan hasil yang diharapkan dalam sebuah
situasi keputusan dan karena itu mempunyai nilai dalam proses
keputusan.
Adapun data, sebagaiman dijelaskan Davis (1999a: 29), yang
merupakan bahan baku informasi adalah "kelompok teratur simbolsimbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda, dan sebagainya."
Data terbentuk dari karakter, yang dapat berupa alfabet, angka,
maupun simbol khusus seperti *,$, dan /. Data disusun untuk diolah
dalam bentuk struktur data, struktur file, dan database.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 133
Dalam praktek, rnaka antara informasi dan data, kedudukannya
sangat relatif. Informasi yang diproduksi dari sekumpulan data, pada
situasi tertentu yang baru serta mempunyai kekhususannya, dapat
berubah menjadi data mentah yang masih perlu diproses kembali
untuk menjadi informasi baru. Oleh karena itu maka sangat diperlukan
adanya informasi tersebut. Dengan konsep yang ada, akan menjadi
suatu kerangka acuan (frame of reference) yang akan digunakan
untuk mengindentifikasikan data yang diperlukan.
Informasi sangat erat hubungannya dengan pengambilan
keputusan (decision making). Dalam hubungan dengan pengambilan
keputusan ini, maka Oxenfeldt (Riley, 1981: 5) mengemukakan bahwa
informasi dapat berfungsi untuk: menggambarkan (to describe), menjelaskan/menerangkan (to explain), memperkirakan (to predict),
mengevaluasi (to evaluate) dan mengadakan pembaharuan (to
innovate). lnformasi yang deskriptif membantu pimpinan untuk
menentukan apakah sesuatu itu akan salah atau apakah kondisi
lingkungan itu akan mengalami perubahan. Informasi yang
menjelaskan akan sangat berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk menyusun atau merancang model. Dengan model
yang ada, maka akan dapat memperjelas apa yang dimaksudkan serta
hubungan-hubungan yang ada. Informasi prediktif sangat membantu
pimpinan untuk memprediksi dan mengestimasi keadaan pada masa
yang akan datang dihubungkan dengan keadaan pada masa lampau.
Informasi yang evaluatif membantu pimpinan untuk mengadakan
evaluasi periodik mengenai performans serta aktivitas penting lainnya,
baik yang nampak sekarang maupun yang akan terjadi pada masa
yang akan datang. Informasi yang inovatif adalah hal-hal yang berupa
ide-ide atau gagasan-gagasan baru, rancangan-rancangan dan
hipotesa-hipotesa
yang
dirasakan
akan
dapat
membantu
mempercepat usaha pengembangan dan pembangunan.
Di samping data dan informasi sebagai elemen entitas dari sistem
informasi, dewasa ini diperkenalkan juga dua konsep lainnya yakni
pengetahuan dan kebijaksanaan. Pengetahuan adalah rangkaian
informasi dan data, yang membentuk jaringan semantik di dalam
ingatan seseorang. Jaringan semantik tersebut bisa dibentuk oleh
relasi logika atau intuisi berdasarkan pengalaman maupun proses
belajar. Dengan kata lain pengetahuan merupakan informasi
ditambah pengolahan kesimpulan. Bentuk umum dari pengetahuan
adalah sekumpulan data tentang fakta dan aturan (prolog) tentang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 134
beberapa subyek tertentu. Adapun kebijaksanaan (wisdom) adalah
sifat dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, pemahaman,
pengalaman, akal sehat dan wawasan yang dalam. Data, informasi,
pengetahuan, dan kebijaksanaan (D-I-P-K) merupakan 4 elemen
entitas dari sistem informasi (Witarto, 2004: 8 dst.; lihat juga Whitten et
al., 2004: 23 & 57-60).
c. Manajemen
Sebagian pakar menyatakan bahwa manajemen adalah seni
mencapai tujuan dengan menggunakan keahlian orang lain, sebagian
lagi menyatakan manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui
keahlian orang lain (Stoner, 1986; Atmodiwirio, 2000; Fattah, 2000).
Pemahaman manajemen sebagai seni menunjukkan bahwa aktivitas
manajemen tidak bisa distrukturisasi dengan pasti karena berbagai
macam keadaan yang tidak pasti (uncertainty) dan secara terus
menerus mempengaruhi jalannya suatu organisasi. Sedangkan
konsep manajemen sebagai suatu proses menunjukkan bahwa
aktivitas harus dilakukan secara terstruktur dan sistematis.
Murdick et al. (1987:5-6) menyatakan bahwa manajemen terdiri
dari proses atau kegiatan yang menjelaskan apa yang dilakukan
manajer pada operasi organisasi mereka, yakni: merencanakan,
mengorganisasikan, memprakarsai, dan mengendalikan operasi.
Keempat macam proses ini biasa pula disebut sebagai fungsi-fungsi
manajemen. Meskipun para ahli memberi rumusan yang berbeda
mengenai hal ini (lihat Atmodiwirio, 2000; Fattah, 2000), tetapi secara
umum fungsi-fungsi manajemen terdiri dari: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leadership), dan
pengendalian (controlling).
Manajer dapat ditemukan pada berbagai tingkat di dalam
organisasi. Manajer pada puncak hirarki organisasi, seperti direktur
dan para wakil direktur, sering disebut berada pada tingkat (level)
perencanaan strategis (strategic planning level).
Istilah ini
menunjukkan pengaruh atas keputusan-keputusan yang diambil pada
seluruh organisasi selama beberapa tahun mendatang. Istilah
eksekutif sering pula digunakan untuk menggambarkan manajer pada
tingkat perencanaan strategis. Manajer tingkat menengah mencakup
manajer wilayah, direktur produk, dan kepala divisi. Tingkat mereka
dinamakan tingkat pengendalian manajemen (management control
level) yang menyadari bahwa tanggung jawab mereka mengubah
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 135
rencana menjadi tindakan dan memastikan agar tujuan tercapai.
Manajer tingkat bawah mencakup kepala departemen, penyelia
(supervisor), dan pemimpin proyek, yang bertanggung jawab
menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh para
manajer di tingkat yang lebih tinggi. Tingkat terendah ini disebut
tingkat pengendalian operasional (operational control level), karena di
sinilah operasi organisasi berlangsung. (McLeod, 2001: 7).
Manajer dapat pula ditemukan pada berbagai bidang fungsional
organisasi, tempat berbagai sumber daya dipisahkan menurut
pekerjaan yang dilakukan. Tiga bidang fungsional yang tradisional
adalah pemasaran, manufaktur, dan keuangan. Pembagian bidang
fungsional dapat berkembang atau berubah sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi tiap-tiap organisasi (lihat Witarto, 2004: 55-58).
Semua manajer, apapun tingkatan atau bidang fungsionalnya,
melaksanakan
fungsi-fungsi
manajemen:
perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, walau mungkin
dengan penekanan yang berlainan. Mengenai hal ini McLeod
menggambarkannya dengan cukup jelas. (lihat McLeod, 2001: 9).
Terkait dengan SIM, Murdick dkk. (1987: 6) menyatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan persyaratan mendasar bagi tiap
proses/fungsi manajemen tersebut. Artinya, pada semua fungsi
manajemen tersebut terjadi proses pengambilan keputusan. Peran
SIM dalam hal ini—sebagaimana telah dikemukakan di atas—adalah
menyajikan informasi untuk pengambilan keputusan pada
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian
kegiatan operasi subsistem suatu organisasi dan menyajikan sinergi
organisasi pada proses-proses tersebut.
Perlu juga dikemukakan bahwa penggunaan kata manajemen
dalam SIM bukan berarti hanya manajer yang mengambil manfaat dan
menjadi subyek SIM. Kroenke (1989: 6) menyatakan bahwa selain
manajer, pihak-pihak lain dalam organisasi atau dalam struktur dan
desain organisasi adalah pelaku (subyek) SIM. Hal sama
dikemukakan McLeod (2001: 7) yang menyatakan bahwa selain
manajer, non-manajer dan staf ahli juga menggunakan output SIM.
Dari luar organisasi, pemegang saham, pelanggan/klien, dan
pemerintah adalah juga pemakai sistem. Menurutnya, istilah SIM
sebenarnya tidak memberikan gambaran yang menyeluruh. SIM
bukanlah suatu sistem untuk memproduksi informasi manajemen,
melainkan informasi pemecahan masalah. Oleh karena itu, Kroenke
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 136
(1989: 6) menyatakan bahwa istilah organizational information
systems (sistem informasi keorganisasian) adalah lebih tepat,
sedangkan management information systems adalah sebuah konsep
yang kurang jelas (an ill-defined concept). Meskipun demikian, istilah
sistem informasi manajemen (management information systems)
sudah terlanjur terbangun dan diterima luas. Hal ini juga menunjukkan
bahwa SIM berorientasi manajemen (management oriented) dan
diarahkan oleh manajemen (management directed) (Anwar dkk:
1989:32).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan definisi
sistem informasi manajemen, yakni: sistem, yang terdiri dari
sekelompok orang, pedoman, dan perangkat pengolah data, yang
memantau dan mengambil kembali data dari lingkungan, yang
memperoleh data dari transaksi dan operasi dalam organisasi, dan
yang menyaring, mengatur, dan memilih data serta menyajikannya
sebagai informasi terutama bagi para manajer (terdapat juga pemakai
non manajer), di semua level dan fungsi organisasi, untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen,
untuk mendukung komunikasi, dan untuk mendukung kegiatan
operasional.
Sistem Informasi Pendidikan merupakan bagian dari suatu sistem
informasi manajemen. Terdiri dari tiga istilah yaitu sistem, informasi,
dan manajemen. Sebelum mengambil definisi mengenai sistem
informasi pendidikan, maka harus mengerti dan memahami apa yang
dimaksud dengan sistem, informasi, dan manajemen. Secara universal
kata sistem memiliki pengertian sebagai seperangkat komponen yang
terdiri dari dua atau lebih, yang saling berhubungan dan saling
ketergantungan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Terdapat pengertian yang dikemukakan oleh berbagai ahli
diantaranya:
1. Prajudio Atmosudirdjo (1979:231), sistem adalah setiap sesuatu
yang terdiri atas objek-objek, atau unsur-unsur, atau komponenkomponen yang bertata-kaitan dan bertata-hubungan satu sama
lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan
suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan yang tertentu.
2. Starter (1979:9), mengemukakan bahwa “suatu sistem dapat
dirumuskan sebagai setiap kumpulan bagian-bagian atau
subsistem-subsistem yang disatukan, yang dirancang untuk
mencapai suatu tujuan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 137
Maka dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan seperangkat
komponen, unsur, dan objek yang saling berkaitan dan berinterelasi
satu sama lain yang diolah untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Informasi merupakan unsur inti dalam sistem informasi manajemen.
Informasi sangat erat hubungannya dengan data karena informasi
berasal dari data. Data adalah fakta atau fenomena yang belum
dianalisis, seperti jumlah, angka, nama, lambang, yang
menggambarkan suatu objek, ide kondisi ataupun situasi. Menurut
Shrode dan Voich (1994), informasi merupakan sumber dasar bagi
organisasi dan esensial agar operasionalisasi dan manajemen
berfungsi secara efektif. Dengan kata lain informasi itu sendiri
merupakan data yang telah diolah, dianalisis melalui suatu cara
sehingga memiliki arti dan makna.
Komponen ketiga dalam istilah sistem informasi dalam manajemen
adalah manajemen yang merupakan proses pengelolaan dari mulai
pengumpulan data, hingga menjadi informasi, termasuk proses
pertransferan informasi kepada yang memerlukan. Manajemen adalah
suatu
proses
tertentu
yang
terdiri
atas
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan penggawasan yang dilakukan
untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien serta produktif. Maka sistem informasi manajemen
dapat diartikan sebagai keseluruhan jaringan informasi yang ditujukan
kepada pembuatan keterangan-keterangan bagi para manajer dan
para pengguna lainnya yang berfungsi untuk pengambilan keputusan
atau kebutuhan lain dalam cakupan organisasi atau perorangan.
Pengertian tersebut dilandasi dari sudut pandang para ahli
diantaranya:
1. Gordon Davis (1994), mengartikan sistem informasi manajemen
sebagai sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen,
dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
2. Mcleod (1995) mendefinisikan sistem informasi manajemen
sebagai suatu system berbasis komputer yang menyediakan
informasi bagi para pemakai dengan kebutuhan yang serupa.
3. The Liang Gie (1976), mengemukakan sistem informasi
manajemen adalah keseluruhan jalinan hubungan dan jaringan lalu
lintas keterangan-keterangan dalam organisasi mulai dari sumber
yang melahirkan bahan keterangan melalui proses pengumpulan,
pengolahan, penahanan, sampai penyebarannya kepada para
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 138
pejabat yang berkepentingan dapat melaksanakan tugas-tugas
dengan sebaik-baiknya dan terakhir tiba pada pimpinan untuk
keperluan pembuatan keputusan-keputusan yang tepat.
Pada dasarnya yang terlibat dalam upaya pengembangan suatu
sistem informasi manajemen untuk manajemen suatu organisasi
adalah analisis sistem dan manajer. Terdapat berbagai langkahlangkah dasar yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sistem
informasi diantaranya:
1. Studi fisibilitas;
2. Menentukan persyaratan system;
3. Merancang dan menerapkan sistem yang perangkatnya terdiri dari
atas basis data (data base), persiapan fisik, langkah-langkah kerja
dan solusi program;
4. Perubahan keorganisasian;
5. Pengetesan solusi;
6. Konservasi;
7. Manajemen proyek;
Dalam keterkaitan seperti ini suatu proses pengembangan system
informasi manajemen memungkinkan mencapai taraf kualitas yang
memadai tetapi kunci utama untuk mencapai perkembangan tersebut
bergantung pada unsur manusia itu sendiri.
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan.
Setelah membahas mengenai sistem informasi manajemen
pendidikan secara parsial kemudian akan dikemukakan beberapa
sistem informasi manajemen secara umum menurut beberapa ahli
berikut: Gordon B. Davis (1995) menyatakan bahwa sistem informasi
manajemen merupakan sebuah sistem manusia dan mesin yang
terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi,
manajemen, dan proses pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi. Soetedjo Moeljodihardjo (1992), menyatakan pendapatnya
bahwa sistem informasi manajemen adalah suatu metode yang
menghasilkan informasi yang tepat waktu (timely) bagi manajemen
tentang lingkungan ekstemal dan operasi internal sebuah organisasi,
dengan tujuan untuk menunjang pengambilan keputusan dalam
rangka memperbaiki perencanaan dan pengendalian. Pada
kesempatan lain Komarudin (1997) mengatakan bahwa sistem
informasi manajemen adalah suatu sistem informal yang
memungkinkan pimpinan organisasi mendapatkan informasi dengan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 139
kuantitas dan kualitas yang tepat untuk digunakan dalam proses
pengambilan keputusan.
Robert W Holmes (1992) mengatakan bahwa sistem informasi
manajemen adalah sistem yang dirancang untuk menyajikan informasi
pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang diperlukan oleh
manajemen guna merencanakan, mengawasi, dan menilai aktivitas
organisasi yang dirancang dalam kerangka kerja yang menitikberatkan
pada perencanaan keuntungan, perencanaan penampilan, dan
pengawasan pada semua tahap.
Roberl G. Murdick (1995) menyatakan konsepnya tentang sistem
informasi manajemen adalah proses komunikasi di mana input
direkam, disimpan, dan diambil kembali untuk menyajikan keputusan
yang berbentuk output mengenai perencanaan, pengoperasian, dan
pengendalian. Joseph F Kelly (1990) mengatakan bahwa sistem
informasi manajemen merupakan perpaduan antara sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya yang berlandaskan komputer yang
menghasilkan
kumpulan
penyimpanan,
perolehan
kembali,
komunikasi, dan penggunaan dan untuk tujuan operasi manajemen
yang efisien dan bagi perencanaan bisnis. Raymond McLeod, Jr
(2003) menyatakan bahwa sistem informasi manajemen adalah
sebuah sistem berbasis computer yang menyediakan informasi untuk
kebutuhan bagi pemakainya. James A.F. Stoner (1992)
mengemukakan pendapatnya tentang sistem informasi manajemen
adalah metode yang formal yang menyediakan bagi pihak manajemen
sebuah informasi yang tepat waktu, dapat dipercaya, untuk
mendukung proses pengambilan keputusan bagi perencanaan,
pengawasan, dan fungsi oprasi sebuah organisasi yang lebih efektif.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa sistem informasi manajemen pendidikan merupakan perpaduan
antara sumber daya manusia dan aplikasi teknologi informasi untuk
memilih, menyimpan, mengolah dan mengambil kembali data dalam
rangka mendukung proses pengambilan keputusan bidang pendidikan.
Pengertian lain sistem informasi manajemen pendidikan adalah suatu
sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung
pengambilan keputusan dalam rangka mendukung pengambilan
keputusan bidang pendidikan.
Untuk menerapkan sistem informasi manajemen pendidikan yang
terpadu dan memiliki kapabilitas dalam mendukung keberhasilan dunia
pendidikan diperlukan keseimbangan sumber daya yang tersedia
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 140
antara ketersediaan sumber daya yang dimiliki keterampilan dalam
mengoperasikan teknologi informasi seperti komputer dan
ketersediaan dana untuk pengadaan perangkat komputer yang sudah
semakin canggih. Di pihak informasi yang disajikan oleh sistem
informasi manajemen pendidikan dapat diharapkan nantinya akan
memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam proses
pengambilan keputusan bidang pendidikan seperti informasi
kebutuhan tenaga pendidikan, informasi jumlah lembaga pendidikan
mulai tingat dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Sistem
informasi manajemen pendidikan diharapkan sangat bermafaat tidak
hanya bagi para pengambilan keputusan bidang pendidikan tapi
berguna bagi masyarakat sebagai salah satu sub sistem dan control
society terutma dalam proses operasional lembaga pendidikan dan
penyajian kualitas jasa pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan.
SIMPULAN
Dari pembahasan mengenai sistem informasi manajemen pendidikan,
dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1. Sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu
sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai
suatu tujuan.
2. Informasi adalah sebuah pernyataan yang menjelaskan suatu
peristiwa (suatu obyek atau konsep) sehingga manusia dapat
membedakan sesuau dengan yang lainnya. Informasi juga
merupakan kumpulan data yang telah diolah, baik bersifat kualitatif
atau kuantitatif dalam memiliki arti lebih luas.
3. Manajemen adalah merupakan proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan,
dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya
lainnya.
4. Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan
suasana Belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, Pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
drinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 141
5. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan merupakan perpaduan
antara sumber daya manusia dan aplikasi teknologi informasi untuk
memilih, menyimpan, mengolah, dan mengambil kembali data
dalam rangka mendukung proses pengambilan keputusan bidang
pendidikan.
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan adalah suatu system
yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung
pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen (perencanaan,
pergerakan, pengorganisasia, dan pengendalian) dalam lembaga
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, I. dkk. (1982). Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan
Pembangunan Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Atmodiwirio, S. (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:
P.T. Ardadizya Jaya.
Davis, G.B. (1991). The Emergence of Information Systems as
Business Function and Academic Discipline. Dalam Working
Paper Series MISRC University of Minnesota. [Online]. Tersedia:
http://www.misrc.umn.edu/workingpapers/fullpapers/1992/9201.p
df [12 Maret 2008]
______. (1999). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen:
Bagian I Pengantar (terjemahan). Jakarta: PT Pustaka Binaman
Pressindo.
______ and Olson, M.H. (1984). Management Information Systems:
Conceptual, Foundation, Structure, and Development. Singapore:
McGraw Hill.
Fattah, N. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 142
Ibrahim, R.M.S. (2004). Penelitian Bidang Sistem Informasi
Managemen di Indonesia (SIMDI): Quo Vadis?[Online].
Tersedia: http://rms46.vlsm.org/2/114.pdf. [6 Januari 2005].
Jogiyanto, HM. (1999).Analisis dan Desain Sistem Informasi:
Pendekatan Terstruktur, Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis.
Yogyakarta: ANDI.
Kroenke, D. (1989). Management Information Systems. (International
Ed.). Singapore: McGraw-Hill.
Laudon, K.C. and Laudon, J.P. (2005). Essential of Management
Information Systems: Managing the Digital Firm. (sixth ed.). New
Jersey: Pearson Prentice Hall.
McLeod Jr., R. (2001). Sistem Informasi Manjemen Jilid 1. (seventh ed.)
(terjemahan). Jakarta: PT. Prenhallindo.
Murdick, R.G., Ross, J.E, and Clagget, J.R. (1987). Information
Systems for Modern Management. (third ed.). New Delhi:
Prentice Hall of India.
Scott, G.M. (2004). Prinsip-prinsip Sistem Informasi Manajemen
(terjemahan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Witarto. (2004). Memahami Sistem Informasi: Pendekatan Praktis
Rekayasa Sistem Informasi melalui Kasus-kasus Sistem
Informasi di Sekitar Kita.
Whitten, J.L., Bentley, L.D. and Dittman, K.C. (2004). Metode Desain
dan Analisis Sistem. (sixth ed.).(terjemahan). Yogyakarta: Andi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 143
ADMINISTRASI IMPLEMENTASI KURIKULUM
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan menuntut suatu sistem pengelolaan
yang teratur, terarah dan terencana, karena pendidikan bukanlah
suatu pekerjaan yang dapat dikerjakan secara sembarangan, atau
acak-acakan, karena yang dihadapi adalah makhluk hidup (manusia).
Pendidikan merupakan upaya sadar yang dirancang untuk membantu
seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan iImu
pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup
baik yang bersifat manual individual dan sosial. Dalam proses
pendidikan hubungan timbal balik antara pendidik dan anak didik
berkelanjutan ke arah tujuan yang hendak diwujudkan bersama yaitu
tujuan pendidikan atau tujuan proses belajar mengajar dengan hasil
yang berkualitas. Kualitas itu sangat sulit diukur sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sagala (2000) bahwa persoalan kualitas amat rumit
dan kompleks, bukan hanya konsep kualitas itu amat relatif tetapi
faktor yang terkait begitu kompleks dan tidak sederhana. Oleh sebab
itu, untuk mencapai hal tersebut tentunya sangat perlu ada
manajemen yang mengaturnya. Kompleksitas yang ada dalam proses
pendidikan
tidaklah
sederhana
karena
berkaitan
dengan
pembelajaran, kurikulum, tenaga kependidikan yang profesional,
fasilitas, anggaran dan sebagainya. Dengan adanya administrasi
dalam pendidikan maka semua komponen tersebut di atas dapat
diatur dan dikelola sebaik-baiknya. Dalam hal ini seorang kepala
sekolah yang sejatinya adalah seorang top leader mempunyai
kewajiban dalam menjalankan administrasi di lembaga/ sekolah yang
dipimpinnya.
Salah satu komponen yang sangat perlu mendapat perhatian
adalah kurikulum. Karena memang kurikulum merupakan alat yang
sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum
yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang di inginkan. Menurut Daryanto, pada jenis dan tingkat
sekolah apapun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah
menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid.
Inilah tanggung jawab kepala sekolah yang paling banyak
tantangannya, sedangkan stafnya mendapat bagian tanggung jawab
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 144
dalam membantu usaha pelaksanaan dan pengembangan program
pengajaran yang efektif.
Dalam kata pengantar Buku Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan ini
memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional
dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi,
keadilan dan menjungjung tinggi hak azasi manusia. Sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidkan
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntunan perubahan
lokal, nasional dan global sehingga perlu adanya pembaharuan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Upaya dan pengembangan peningkatan mutu pendidikan di
Indonesia secara terencana dimulai sejak tahun 1969 dalam program
pembangunan lima tahun pertama (pelita I), melalui pembangunan
dan peningkatan mutu dasar menengah serta pendidikan tinggi, baik
menggunkan dana APBN maupun dana pinjaman luar negeri. Standar
nasional pendidikan berfungsi sebagai pengikat kurikulum tingakat
satuan pendidikan yang dikembangkan oleh setiap sekolah dan satuan
pendidikan di berbagai wilayah dan daerah. Implementasi kurikulum
marupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan perunahan
pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap, sedangakan
implementasi kurikulum adalah suatu proses penerapan kurikulum
dalam komponen satuan mata pelajaran sebagai aktualisasi
kurukulum tertulis kedalam bentuk pembelajaran. Kurikulum sangat
penting dalam suatu lembaga pendidikan khususnya disekolah
maupun dalam perguruan tinggi untuk pedoman pengajaran.
Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguhsungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar
mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Seperti telah disebutkan
sebelumnya bahwa pada tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas
utama kepala sekolah ialah menjamin adanya program pengajaran
yang
baik
bagi
murid-murid.
Karena
pada
dasarnya
pengelolaan/manajemen pendidikan fokus segala usahanya adalah
terletak pada Praktek Belajar mengajar (PBM). Hal ini nampak jelas
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 145
bahwa pada hakikatnya segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakan
didalam sekolah/lembaga pendidikan senantiasa diarahkan pada
suksesnya PBM. Di samping hal di atas, menurut Murni Yusuf yang
mengutip pendapat Nana Syaodih, bahwa dalam kaitannya dengan
kurikulum, maka ada tiga konsep yang terkait dengan kurikulum:
1. Kurikulum merupakan inti pokok yang menjadi substansi kegiatan
di sekolah. Kurikulum berisi perencanaan kegiatan belajar serta
tujuan yang akan dicapai.
2. Kurikulum dipandang sebagai suatu sistem yang meliputi sistem
sekolah, sistem pendidikan dan bahkan sistem masyarakat. Dalam
hal ini, tercakup tata laksana perencanaan kurikulum, pelaksanaan
serta evaluasi dan penyempurnaan kurikulum.
3. Kurikulum sebagai suatu studi yang dikaji oleh para ahli di bidang
kurikulum. Dalam kaitan ini, para ahli kurikulum berupaya
melakukan pengembangan dan inovasi di bidang kurikulum.
Dengan demikian, kegiatan dalam administrasi kurikulum tiada
lain adalah berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan
mengembangkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dijadikan
sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kurikulum kemudian
dikembangkan, sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum dapat
mencapai sasaran pendidikan yang diharapkan. Setidaknya, kegiatan
administrasi kurikulum menghendaki agar rumusan kurikulum benarbenar berangkat dari kebutuhan akan sebuah instrumen yang
terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat
berjalan dengan baik pula.
Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
tentang:
1. Pengertian impementasi kurikulum;
2. Faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum;
3. Implementasi kurikulum;
4. Bagaimana implementasi kurikulum.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Implementasi Kurikulum
Istilah kurikulum pada awalnya bukan dipakai dalam dunia
pendidikan, yaitu dipakai sebagai istilah dalam dunia olah raga. Dalam
buku Asas-asas Kurikulum, S. Nasution menyebutkan bahwa dalam
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 146
kamus Webster kata kurikulum timbul untuk pertama kalinya pada
tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah: a race course; a place for
running; a chariot. Artinya “suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
atau kereta dalam perlombaan dari awal sampai akhir”.
Kurikulum juga berarti “chariot” semacam kereta pacu zaman dulu,
yakni suatu alat yang membawa seseorang dari keberangkatan
sampai ketibaan. Disamping itu, penggunaan kurikulum yang semula
dalam bidang olah raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan,
yang dalam kamus webster disebut “applied particulary to the course
of study in a university” kemudian Nasution menambahkan bahwa
pada tahun 1955 dalam kamus Webster kurikulum diberi arti “sejumlah
mata pelajaran disekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang
harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat. Juga berarti
keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.
Dengan mengacu pada definisi klasik tersebut, yang mengemukakan
bahwa kurikulum hanya terbatas pada mata pelajaran saja, berarti ada
beberapa kegiatan dan pengalaman murid yang tidak cocok dengan
batasan kurikulum ini. Kegiatan-kegiatan yang disebut ekstrakurikuler
(extra curiculer activities) berada di luar kurikulum, jadi pengalamanpengalaman di sekolah tidak termasuk di dalamnya. Pengalamanpengalaman seperti bermain di halaman sekolah, jalan, istirahat dan
lain-lain sejenisnya tidak termasuk kurikulum, dianggap bukan
pengalaman belajar. Namun, dewasa ini para pemuka pendidikan
menonjolkan kenyataan bahwa belajar pada tiap anak merupakan
proses yang berlangsung selama 24 jam tiap hari. Mereka
berpendapat pengalaman-pengalaman dalam perkumpulan kesenian
dan olah raga disekolah dalam darmawisata dan lain-lain,
kesemuanya merupakan situasi-situasi belajar yang kaya akan
pendidikan. Karena kurikulum meliputi segala pengalaman yang
sengaja diberikan sekolah untuk memupuk perkembangan anak-anak
dengan jalan menciptakan situasi belajar-mengajar.
Pengertian secara bahasa sebagaimana dalam Oxford Advance
Leraner’s Dictionary yang dikutip dalam Mulyasa Implementasi adalah
penerapan suatu yang memberikan efek atau dampak. Lebih lanjut
disebutkan implementasi adalah proses penerapan ide, konsep,
kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingg
memberiksn dampak baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, ataupun nilai dan sikap.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 147
Kemudian implementasi kurikulum dapat juga diartikan sebagai
aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) kedalam bentuk
pembelajaraan. Implementasi dapat juga diartika sebagai pelaksanaan
dan penerapan. Ada beberapa pendapat yang dikutip dari Binti
Maunah diantaranya pendapat Majone dan Wildavky (1979) yang
menegemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan (dalam pressma. dan Wildavzky, 1984).
Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ide
dan konsep. Adapun kurikulum dapat diartikan dokumen kurikulum
(kurikulum potensial). Dikemukakan juga bahwa implementasi
kurikulum merupakan proses interaksi antara fasilitator sebagai
pengembangan kurikulum, dan peserta didik sebagai subjek belajar.
Maka implementasi kurikulum adalah penerapan, ide, konsep
kurikulum potensial (dalam bentuk dokumen kurikulum) kedalam
kurikulum aktual dalam bentuk proses pembelajaraan.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum
Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:
a. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru
suatu kurikulum dan kejelasanya bagi pengguna di lapangan;
b. Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam
implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran,
lokakarya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang
dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan;
c. Karakteristik pengguna kurikulum yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta
kemampuannya
untuk
merealisasikan
kurikulum
dalam
pembelajaran.
Sejalan dengan uraian tersebut, Mars (1998) mengemukakan tiga
faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan
kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal
yang datang dalam diri guru sendiri. Dari beberapa faktor tersebut
guru merupakan faktor penentu di samping faktor-faktor yang lain.
C. Implementasi Kurikulum
Kurikulum merupakan program pengajaran yang harus dicapai
oleh murid. Kurikulum berisi bidang studi serta materi yang harus
dipelajari, kegiatan yang harus dilakukan, metode mengajar guru, dan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 148
teknik evaluasi yang digunakan di dalam kelas. Dalam
pelaksanaannya, kurikulum itu fleksibel. Isi kurikulum, materi, metode
mengajar dan teknik evaluasi yang digunakan oleh seorang guru
berbeda dengan guru lainnya meskipun kurikulumnya sama.
Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam menentukan
kurikulum yang akan di terapkan di sekolah yang dipimpinnya. Oleh
sebab itu, kepala sekolah harus mengetahui hal-hal yang menyangkut
pengelolan kurikulum yang nantinya akan menentukan tercapai atau
tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Imron Fauzi
pelaksanaan dan pembinaan kurikulum meliputi tiga hal, yakni:
1. Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum di dalam
kurikulum sekolah yang bersangkutan dalam usaha mencapai
dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran.
2. Menyusun dan melaksanakan organisasi kurikulum beserta materimateri, sumber-sumber dan metode-metode pelaksanaanya,
disesuaikan dengan pembaharuan pendidikan dan pengajaran
serta kebutuhan mesyarakat dan lingkungan sekolah.
3. Kurikulum bukanlah merupakan sesuatu yang harus di ikuti dan
diturut begitu saja dengan mutlak tanpa perubahan dan
penyimpangan sedikit pun. Kurikulum merupakan pedoman bagi
para guru dalam menjalankan tugasnya.
Administrasi kurikulum yang harus dilaksanakan oleh guru di
dalam kelas harus mengikuti kurikulum yang berlaku, sebab program
yang tercantum di dalamnya telah direncanakan dan dipilih oleh para
ahli dalam bidangnya masing-masing. Guru melengkapi kurikulum
tersebut dengan gagasan dan keahliannya sendiri. Semua guru
memiliki program, keahlian, dan pengalaman yang dapat diguakan
untuk memperkaya pelaksanaan kurikulum, khususnya yang
menyangkut muatan lokal.
Seorang guru perlu mengatur tujuan yang ingin dicapai dan
kegiatan yang akan kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatur
tujuan seorang guru harus merencanakan pengajaran individual
sehingga pengajaran langsung diberikan untuk mengajarkan fakta,
pengertian dan keterampilan. Agar tujuan pembelajaran bisa dicapai
dengan baik maka seorang guru harus melaksanakan tehnik mengajar
dengan: Memusatkan perhatian pada murid; Menghemat waktu;
Menyesuaikan dengan kecepatan murid; Mengusahakan masa transisi
yang harus dari satu bidang studi ke bidang studi selanjutnya; dan
Meminta murid untuk membuat ikhtisar yang telah di pelajari.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 149
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Dokumen KTSP yang dihasilkan oleh satuan pendidikan
baik sekolah maupun madrasah akan diimplementasikan dalam
bentuk kegiatan pembelajaran. Maka seluruh komponen-komponen
sekolah baik madrasah harus mempersiapkan dengan baik terutama
pihak guru. Sedangakan implementasi kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide,
konsep, dan kebijaksanaan kurikulum (kurikulum potensial) dalam
suatu aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai
seperangakat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan. Dalam garis besarnya implementasi kurikulum berbasis
kompetensi mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan
program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.
Adapun implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran
berdasar Standar Nasional Pendidikan terutama Standar Proses,
sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 dan
Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mencakup perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
1. Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaraan meliputi silabus dan rencana
pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar isi
(SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan
sumber belajar.
a. Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata
pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilain, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan Standar isi dan Standar Kopetensi Lulusan.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan peserta
didik dan upaya mencapai KD. RPP disusun untuk setiap KD yang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 150
dapat dilaksanakan dalam satu pertemuan atau lebih. Guru
merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan
dengan penjadwalan disatuan pendidikan. Komponen-komponen RPP:
1) Identitas mata pelajaran; 2) Standar Kompetensi; 3) Kompetensi
Dasar; 4) Indikator pencapaian kompetensi; 5) Tujuan pembelajaran;
6) Materi ajar; 7) Alokasi waktu; 8) Metode pembelajaran; 9) Kegiatan
Pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga proses yaitu: 1)
Pembukaan, Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajraan yang ditunjukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 2) Pembentukan
kompetensi, Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan
kegiatan inti pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian materi
pokok maupun materi standar, membahas materi standar untuk
membentuk kompetensi pesrta didik. Pembentukan kompetensi ini
ditandai dengan keikutsertaan peseta didik dalam pengelolaan
pembelajaran, berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka
dalam penyelengaraan program pembelajaran. Pembentukan
kompetensi mencakup berbagai langkah yang perlu ditempuh oleh
peserta didik dan guru sebagai fasilitator untuk mewujudkan standar
kompetensi dasar.
Prosedur yang harus ditempuh untuk pembentukan kompetensi
dasar adalah:
a) Berdasarkan kompetensi dasat dan materi standar yang telah
dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru
menjelaskan standar secara kompetensi minimal.
b) Guru meteri standar secara logis dan sistematis.
c) Membagikan materi standar dan sumber belajar.
d) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik.
e) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam
mengerjakan lembaran tugas.
f) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar
pekerjaan.
g) Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik.
3) Penutup, Penutup merupakan kegiatan akhir dalam aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mengakhiri yang dapat
dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan
refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 151
.c. Prinsip-prinsip penyusunan RPP
Dalam menyusun RPP beberapa prinsip yang harus dipedomani
sebagai berikut:
1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun
dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakng budaya, norma, nilai dan
lingkungan peserta didik;
2) Mendorong partisipasi peserta didik proses pembelajaran
dirancanakan dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi.
Kemandirian, dan semangat belajar;
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis;
4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat
rancangan pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan,
dan remedial;
5) Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan
keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, dan materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar;
6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun
dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi.
2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Persayaratan pelaksanaan proses pembelajaran
a. Rombongan belajar
b. Beban kerja minimal guru
c. Buku teks pembelajaran
d. Pengelolaan kelas
3. Penilaian Hasil Pembelajraan
Penilaian dilakukan oleh guru terjadap hasil pembelajaran untuk
mengukur tingakat pencapaian kompetensi peserta didik, serta
digunakan sebagai lahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar,
dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara
konsisiten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 152
nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilain hasil karya berupa tugas, proyek atau
produk, portofolio, dan penilain diri. Penilain hasil pembelajaran
menggunakan standar penilain pendidikan dan panduan penilain
kelompok mata pelajaran.
4. Pengawasan Proses Pembelajaran
a. Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penilain hasil belajar. Pemantauan
juga dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus,
pengamatan,
pencatatan,
perekaman
wawancara
dan
dokumentasi. Sedangakan kegiatan pemantauan dilaksankan oleh
kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan.
b. Supervisi
Sepervisi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan
dengan tahapan-tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian
hasil
pembelajaran.
Supervisi
pembalajaran
diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan,
dan konsultasi dan juga supervisi dalakukan oleh kepala sekolah
dan pengawas satuan pendidikan.
c. Evaluasi
Evaluasi proses pembelajaran untuk menentukan kualitas
pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaraan dan
penilaian hasil pemebalajaran. Evaluasi proses pembelajaran
diselenggarakan dengan cara: (a). Membendingkan proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru satandar proses, (b).
Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaraan sesuai
dengan kompetensi guru.
D. Pengembangan Aktivitas dan Kreativitas Peserta Didik
Proses pembelajaraan pada hakikatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreativitas peserta didik melaui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Peningkatan kualifitas pembelajaran dalam
implementasi KTSP menutut kemandirian guru untuk menciptakan
suasana belajar yang kondusif, agar para peserta didik dapat
mengembangakan kreativitas dan aktivitas belajarnya secra optimal,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 153
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Penerapanya dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengembangkan keberanian dan percaya diri peserta didik.
2. Memberikan
kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
berkomunikasi secara aktif dan terarah.
3. Melibatkan pserta didik dalam menetukan tujuan belajar dan
penilain hasilnya.
4. Memberikan pangawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter.
5. Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Apa yang dikemukakan di atas tidak terlalu sulit untuk dilakukan
dalam pembelajaran, guru dapat melakukanya antara lain dengan
mengembangkan modul pembelajaran yang heuristik dan hipotetik.
Melalui modul, peran guru dalam pembelajaran bisa dikurangi karena
mereka memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan mengembangkan
modul-modul pembelajaran yang efektif dan menyenagkan. Perlu
ditekankan bahwa implementasi KTSP menuntut kemandirian guru
dan kepala sekolah, antara lain dalam mengembangkan programprogram pembelajaran.
SIMPULAN
Implementasi Kurikulum merupakan suatu proses penerapan
konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum kedalam praktek
pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi perubahan
pada sekelompok orang diharapkan untuk berubah. Implementasi
kurikulum juga bisa diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis
dalam bentuk pembelajaran. Kurikulum tingkat satuan pendidikan
adalah kurikulum operasional yang di susun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Dalam garis besarnya KTSP
mencakup lima kegiatan pokok, yaitu pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran.
Sedangakan implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan
kebijaksanaan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktifitas
pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat
kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Dalam
garis besarnya implementasi kurikulum berbasis kompetensi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 154
mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi kurikulum adalah dilihat dari karakteristik
kurikulum, strategi kurikulum dan karakteristik pengguna kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Mulyasa. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Suderadjat, Hari. (2004). Implementasi Kurikulum
Kompetensi. Bandung: CV Cipta Cekas Grafika
Hidayati, Wiji. (2012).
Pedagogia
Pengembangan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Kurikulum.
Berbasis
Yogyakarta:
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 155
ADMINISTRASI PESERTA DIDIK
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan di Indonesia administrasi pendidikan
masih baru diadaptasi seiring dengan perkembangan zaman yang
menuju “Millenium Goals” yang dipercepat dari tahun 2025 menjadi
tahun 2015. Dalam pemerataan pendidikan, di Indonesia
membutuhkan sebuah pengelolaan di bidang pendidikan agar dapat
memperbaiki sistem dan kualitas pendidikan di Indonesia. Di negaranegara yang sudah maju, administrasi pendidikan mulai berkembang
dengan pesat sejak pertengahan pertama abad ke-20, terutama sejak
berakhirnya perang dunia kedua. Administrasi pendidikan baru
diperkenalkan melalui IKIP sejak tahun 1960 dan baru dimasukkan
sebagai mata pelajaran ujian di SGA/SPG sejak tahun ajaran
1965/1966. Sehingga tidak mengherankan banyak para pendidik yang
belum memahami akan pentingnya administrasi pendidikan dalam
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. Disamping
administrasi pendidikan sebagai Ilmu, terus mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan pendidikan negara masing-masing.
(Purwanto, 2007:1). Administrasi diartikan sebagai suatu kegiatan atau
usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan atau mengatur
semua kegiatan didalam mencapai suatu tujuan (Purwanto, 2007:1).
Fungsi administrasi adalah perencanaan, pengorganisasian,
koordinasi, komunikasi, supervisi dan evaluasi. Dalam administrasi
pendidikan.
Salah satu ruang lingkup administrasi pendidikan adalah
administrasi peserta didik. Administrasi peserta didik meliputi: 1)
organisasi dan perkumpulan peserta didik, 2) masalah kesehatan dan
kesejahteraan peserta didik, 3) penilaian dan pengukuran kemajuan
peserta didik, serta 4) bimbingan dan penyuluhan bagi peserta didik
(guidance and counseling).
Peserta didik merupakan masukan mentah dalam proses
pengelolaan
sekolah.
Ketercapaian
tujuan
pendidikan
dimanifestasikan dalam perubahan pribadi peserta didik dengan
segala aspeknya. Oleh karena itu, sebenarnya semua sumber dana
dan daya pada akhirnya bermuara pada kepentingan peserta didik
tersebut. Administrasi peserta didik merupakan bagaian integral dari
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 156
pelaksanaan strategi pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
peserta didik itu sendiri sesuai dengan perkembangan mental dan
fisiknya. Untuk mencapai tujuan pengelolaan peserta didik tersebut,
ada beberapa hal atau kegiatan yang dapat dan harus dilakukan oleh
sekolah. Dalam pengelolaan itu, guru memegang peranan penting.
Oleh karena itu harus mempunyai bekal pengetahuan maupun
pengalaman yang cukup dalam administrasi peserta didik di sekolah.
Proses pengelolaan dilakukan agar tujuan dapat dicapai secara efektif
dan efisien.(Tsauri, 2007:2). Oleh sebab itu administrasi peserta didik
merupakan salah satu administrasi yang harus dilaksanakan di
Sekolah. Kepala Sekolah dan guru kelas bersama-sama memikul
tanggung jawab dalam hal mengurus administrasi peserta didik.
Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui:
1. Bagaimanakah pelaksanaan administrasi peserta didik di Sekolah?
2. Apa sajakah masalah yang sering timbul pada pelaksanaan
administrasi peserta didik di Sekolah?, dan
3. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi permasalahan yang timbul
pada pelaksanaan administrasi peserta didik di Sekolah?
PEMBAHASAN
D. Definisi Administrasi Peserta Didik
Administrasi peserta didik adalah proses pengurusan serta layanan
dalam hal-hal yang berkaitan dengan murid di suatu sekolah mulai dari
perencanaan penerimaan murid baru, pembinaan selama murid
berada di sekolah, sampai dengan murid menamatkan pendidikannya.
Administrasi peserta didik dilaksanakan melalui upaya menciptakan
suasana yang kondusif untuk terjadinya proses belajar yang efektif.
Tugas kepala sekolah dan para guru adalah memberikan layanan
dengan memperlihatkan apa yang dibutuhkan, dirasakan dan dicitacitakan murid dalam batas kewenangan, keinginan serta peraturan
dan ketentuan sekolah yang berlaku. Administrasi peserta didik
merupakan kegiatan pencatatan murid dari proses penerimaan hingga
murid tamat dari sekolah atau keluar karena pindah sekolah atau
sebab lain.(Wijono, 1989:113).
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 157
B. Kegiatan Administrasi Peserta Didik
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka administrasi peserta
didik dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu kegiatan administrasi pada
awal tahun pelajaran, administrasi selama tahun pelajaran dan
administrasi akhir tahun pelajaran. Adapun perinciannya adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal Tahun Pelajaran
Kegiatan awal tahun pelajaran yang dilaksanakan setiap
Sekolah Dasar adalah melaksanakan penerimaan peserta didik
baru. Penerimaan peserta didik adalah proses seleksi dan
pencatatan peserta didik yang memasuki sekolah tertentu setelah
memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah
itu. Kegiatan-kegiatan dalam penerimaan murid baru ada beberapa
kegiatan yang harus dilakukan yaitu:
a. Penetapan Daya Tampung
Penetapan daya tampung dimaksudkan untuk mengetahui
banyak peserta didik yang akan diterima sesuai dengan
kemampuan sekolah. Penetapan daya tampung dilakukan dengan
antara lain mempertimbangkan jumlah ruangan/kelas, meja dan
kursi yang tersedia serta peserta didik yang tinggal dikelas. Secara
sederhana dan lebih konkret, penetapan daya tampung itu dapat
dihitung dengan menggunakan formula berikut, dimana:
1) DYT = daya tamping
2) JM = jumlah meja
3) JK = jumlah kelas
4) MTK = murid (peserta didik) tinggal kelas
5) JL = jumlah lokal/ruangan kelas
Dari perhitungan di atas, didapatkan jumlah daya tampung
maksimal suatu sekolah dalam menerima peserta didik baru.
Namun demikian kadang-kadang jumlah penerimaan peserta didik
baru ini (terutama jumlah maksimal yang boleh diterima) sudah
ditentukan oleh dinas pendidikan setempat, sehingga sekolah
tinggal melaksanakan ketentuan itu. Seringkali penetapan daya
tampung ini tidak perlu dilakukan. Hal ini terjadi karena daya
tampung yang tersedia tidak terisi akibat berbagai faktor, seperti
suksesnya program keluarga berencana, atau karena sekolah
terpencil jumlah murid yang mendaftar sangat sedikit. Di samping
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 158
itu tidak sedikit sekolah dasar yang pada waktu sekarang sudah
mempunyai lokal yang berlebih dibandingkan dengan jumlah calon
murid yang mendaftar.
b. Penetapan Syarat-syarat peserta didik baru
Sekolah biasanya menetapkan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh calon peserta didik sebelum calon pesrta didik itu
mendaftarkan diri disekolah yang dimaksud. Persyaratan utama
untuk memasuki sekolah adalah umur calon peserta didik harus
berumur sesuai dengan persyaratan umur pada jenjang sekolah
(PAUD, SD, SMP, SMA sederajat). Akan tetapi sekolah masih
harus mendahulukan calon peserta didik yang berusia lebih dari
persyaratan umur pada jenjang sekolah tersebut, jika itu masih ada.
Dengan ketentuan persyaratan administratif kepada calon peserta
didik. Persyaratan-persyaratan itu diantaranya adalah:
1) Surat keterangan kelahiran;
2) Surat keterangan kesehatan;
3) Pasfoto;
4) Uang pendaftaran;
5) Pengisian formulir pendaftaran. Format ini disediakan sekolah.
Setiap orang tua/wali yang ingin mendaftarkan anaknya harus
mengisi format tersebut dengan informasi dan latar belakang
keluarga anak tersebut.
c. Pembentukan Panitia/Petugas Penerimaan peserta didik baru
Beberapa tugas yang dilaksanakan oleh panitia penerimaan murid
baru ini adalah:
1) Menerima pendaftaran calon peserta didik baru. Kemudian
membuat daftar calon peserta didik baru. Format ini untuk
merangkum data pendaftaran peserta didik baru. Data yang
terkumpul dalam ini digunakan untuk mengambil keputusan
diterima atau tidaknya calon peserta didik baru tersebut.
2) Melakukan seleksi terhadap calon peserta didik.
3) Bersama-sama kepala sekolah mengumumkan hasil seleksi.
4) Mendaftar ulang para calon peserta didik yang dinyatakan lulus
seleksi.
5) Melaporkan pertanggung jawaban pelaksanaan penerimaan
peserta didik baru kepada Kepala Sekolah.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 159
6) Membuat Daftar peserta didik baru. Peserta didik yang diterima
dimasukkan di format ini dan dilaporkan kepada UPT Kecamatan
sebagai bahan pertimbangan menganalisis daya tampung sekolahsekolah diwilayahnya dan untuk menghitung jumlah format buku
laporan penilaian (rapor).
Kepala sekolah sering kali memandang bahwa pembentukan
panitia penerimaan peserta didik baru itu tidak perlu, karena dapat
dilaksanakan oleh petugas administrasi sekolah yang ada sebagai
bagian dari tugas harian mereka. Setelah peserta didik dinyatakan
masuk menjadi peserta didik baru maka akan dibuatkan data pribadi
peserta didik yang berupa:
1) Buku Induk Siswa. Buku ini berisi data mengenai identitas siswa,
latar belakang orang tua/wali dan perkembangan siswa selama di
sekolah.
2) Buku Klapper. Buku klapper adalah buku pelengkap buku induk
untuk memudahkan menelusuri informasi peserta didik yang
disusun berdasarkan alfabet nama peserta didik.
Kegiatan yang dilakukan setelah mendapatkan peserta didik baru,
maka harus membuat administrasi/pencatatan mengenai keadaan
peserta didik pada awal tahun pelajaran yang berupa:
1) Jumlah peserta didik menurut Asal, Kelas dan Jenis Kelamin. Data
ini bersumber dari format data peserta didik baru, data peserta didik
pindahan dan data peserta didik naik kelas dan mengulang.
2) Jumlah peserta didik menurut Usia, Kelas dan Jenis Kelamin. Data
tentang usia peserta didik, terutama kelompok 7-12 tahun
diperlukan dalam rangka pelaksanaan program wajib belajar.
2. Selama Tahun Pelajaran
Kegiatan/langkah lebih lanjut setelah peserta didik diterima di
sekolah adalah membina peserta didik tersebut sehingga berkembang
kemampuannya secara maksimal sesuai dengan tujuan sekolah.
Pembinaan peserta didik dilakukan agar peserta didik mengenal
lingkungan tempat belajar mereka, dan dapat menyesuaikan diri
dengan tuntunan sekolah. Dengan pemahaman terhadap lingkungan
itu diharapkan dapat tercipta suatu keadaan di mana peserta didik
lebih tertib dan lebih mementingkan tugas-tugas belajarnya,
dibandingkan dengan kegiatan pribadi lainnya di sekolah. Beberapa
hal yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan peserta didik ini
adalah:
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 160
a. Orientasi untuk peserta didik baru
Hari-hari pertama masuk sekolah, selama tiga hari, dapat diisi
dengan serangkaian kegiatan orientasi (Depdagri, 1983). Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik baru dapat mengenal fasilitas atau
lingkungan, program, personal sekolah serta peserta didik lainnya.
Kegiatan-kegiatan yang diberikan dalam masa orientasi ini adalah:
1) Perkenalan. Semua peserta didik baru diperkenalkan kepada
kepala sekolah, guru kelas, guru-guru dan staf sekolah lainnya
serta kakak-kakak kelas mereka. Guru kelas perlu menciptakan
situasi sehingga peserta didik baru saling mengenal satu
dengan yang lainnya.
2) Penjelasan Tata Tertib Sekolah. Penjelasan tata tertib sekolah
dilakukan pada awal pendidikan atau tahun ajaran. Hal ini
penting untuk diperhatikan karena tatatertib sekolah adalah
salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk sikap
dan disiplin peserta didik.
3) Penjelasan tentang Fasilitas sekolah. Penjelasan tentang
fasilitas yang dimiliki oleh sekolah dimaksudkan agar peserta
didik mengetahui kegunaan dan aturan yang ditaati dalam
memanfaatkan fasilitas tersebut. Fasilitas yang penting untuk
diinformasikan kepada peserta didik di antaranya adalah:
Perpustakaan, alat-alat UKS, alat-alat olahraga dan alat-alat
yang dapat digunakan untuk memupuk kreatifitas peserta didik
di bidang kesenian.
b. Peraturan Kehadiran Peserta Didik
Rajin dan tidaknya peserta didik dapat diketahui dengan melihat
hasil pencatatan kehadiran mereka setiap hari. Kerajinan peserta didik
dapat digunakan untuk bahan pertimbangan penilaian dan atau
kenaikan kelas peserta didik. Oleh karena itu laporan kehadiran
peserta didik di sekolah dasar mutlak diperlukan. Kepala Sekolah dan
guru kelas bersama-sama memikul tanggung jawab dalam hal
mengurus administrasi kesiswaan khususnya dalam menghimpun,
mencatat, dan memelihara data atau informasi mengenai seluruh
aspek perkembangan peserta didik. Beberapa alat yang dapat
digunakan untuk melakukan pencatatan kehadiran peserta didik ini di
antaranya adalah:
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 161
1) Papan Absensi Harian peserta didik. Papan absensi harian
peserta didik per Kelas berukuran 30 cm x 50 cm ditempelkan pada
masing-masing dinding kelas dan diisi oleh guru kelas. Papan itu
diisi nama peserta didik yang tidak masuk hari itu secara berurutan
lengkap dengan alasannya. Hal ini dimaksudkan agar para peserta
didik dan guru dengan cepat mengetahui dan mengingat peserta
didik yang tidak dapat belajar pada hari yang dimaksud.
2) Buku Absensi Harian peserta didik. Buku ini dimiliki oleh semua
guru kelas. Data ini dapat mereka gunakan untuk bahan
pertimbangan laporan kemajuan belajar peserta didik. Contoh buku
absensi ini dapat dilihat pada lampiran.
3) Buku Rekapitulasi Absensi Harian peserta didik Sekolah. Buku
absensi ini merupakan rekapitulasi papan absensi peserta didik tiap
kelas, buku ini berada di ruang Kepala Sekolah.
4) Papan Rekapitulasi Absensi Harian peserta didik Sekolah.
Papan Absensi Harian peserta didik sekolah diletakkan dikantor
Kepala Sekolah. Papan absensi ini merupakan rekapitulasi papan
absensi harian peserta didik tiap kelas.
5) Buku Absensi Bulanan peserta didik. Setiap guru memiliki buku
absensi harian untuk mencatat ketidakhadiran tiap harinya. Data
absensi peserta didik diperlukan sebagai bahan yang akan dimuat
dalam laporan pendidikan.
6) Buku Rekapitulasi Absensi Tahunan peserta didik. Data ini
diperlukan Kepala Sekolah dan UPT Kecamatan untuk
meningkatkan pembinaan selanjutnya. Dalam rangka pembinaan
perlu juga dilakukan pencatatan dikelas. Pencatatan itu dapat
menggunakan: a) Daftar peserta didik di kelas. Daftar peserta
didik di kelas ini diperlukan terutama pada awal tahun ajaran baru.
Daftar ini dapat digunakan oleh guru maupun peserta didik untuk
menghafal nama-nama peserta didik yang ada dikelas yang
bersangkutan. Lebih cepat menghafal nama-nama peserta didik
atau teman yang ada berarti meningkatkan kualitas hubungan antar
pribadi di antara peserta didik dengan guru dan antar peserta didik.
b) Grafik Prestasi Belajar. Grafik prestasi belajar perlu ada
disetiap kelas. Grafik ini berguna untuk memotivasi peserta didik
agar mereka berkompetisi untuk mencapai prestasi yang lebih
tinggi. Grafik prestasi belajar dapat dibuat berdasarkan nilai tiap
mata pelajaran per semester atau berdasarkan nilai rata-rata dari
seluruh mata pelajaran per semester. c) Daftar Kegiatan peserta
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 162
didik. Agar semua peserta didik senantiasa mengingat kegiatan
yang sudah dan sedang mereka laksanakan, pada masing-masing
kelas perlu dibuat daftar kegiatan peserta didik. Daftar kegiatan ini
dapat berupa daftar yang menjelaskan hal-hal yang secara rutin
dilaksanakan pada setiap minggu atau kegiatan-kegiatan lain yang
sifatnya insidental. Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan peserta didik ini adalah, bahwa pengelolaan peserta
didik bukan bertujuan untuk menghasilkan catatan-catatan ini.
Pencatatan hanya merupakan wahana untuk menciptakan kondisi
agar peserta didik termotivasi untuk belajar lebih baik.
c. Promosi dan Mutasi Peserta Didik
Promosi atau kenaikan kelas adalah perpindahan peserta didik dari
suatu kelas ke kelas lainnya yang lebih tinggi setelah memenuhi
persyaratan tertentu. Promosi atau kenaikan kelas dilaksanakan
dengan berpedoman kepada norma-norma kenaikan kelas yang
ditetapkan bersama antara guru dan kepala sekolah. Keputusan
kenaikan kelas ini hendaknya diambil dari landasan yang mewakili
sosok peserta didik secara utuh, baik ditinjau dari aspek kognitif,
afektif maupun psikomotornya. Tujuan kenaikan kelas ini:
1) Agar peserta didik dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut
2) Merangsang peserta didik untuk belajar lebih giat
3) Memberi hak kepada peserta didik untuk belajar atau mengikuti
program pendidikan di tingkat berikutnya.
1) Prinsip-Prinsip Promosi
Ada beberapa dasar yang harus diperhatikan untuk melaksanakan
promosi, yaitu:
(a) Promosi harus dilaksanakan atas dasar pertimbangan berbagai hal
tentang peserta didik secara pribadi.;
(b) Promosi harus mempertimbangkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor yang dicapai oleh peserta didik;
(c) Promosi harus mempertimbangkan laju perkembangan prestasi
yang dicapai peserta didik;
(d) Promosi harus mempertimbangkan pelajaran yang akan dipelajari
peserta didik di kelas yang lebih tinggi.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 163
2) Mutasi
Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke
sekolah lainnya karena alasan-alasan tertentu. Mutasi merupakan hak
setiap peserta didik, oleh karena itu sekolah harus dapat memberi
kesempatan kepada peserta didik yang akan menggunakan haknya
itu. Untuk membuat agar pelaksanaan mutasi tidak mengganggu
dokumentasi data sekolah, maka mutasi harus dilakukan melalui
prosedur tertentu dan dicatat oleh kedua sekolah, sekolah asal dan
sekolah tujuan.
3) Prosedur Mutasi
Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk melakukan mutasi
yaitu sebagai berikut:
(a) Orang tua atau wali peserta didik mengajukan surat permohonan
pindah sekolah anaknya kepada kepala sekolah asal, dengan
menggunakan Format pada lampiran dan dibuat rangkap tiga;
(b) Setelah kepala sekolah asal mempelajari dan menyetujui
perpindahan tersebut, maka kepala sekolah mengeluarkan surat
pindah seperti pada lampiran dan dibuat rangkap tiga;
(c) Orang tua/wali peserta didik mendatangi sekolah tujuan dengan
mengemukakan maksud kepindahan anak atau asuhannya;
(d) Setelah kepala sekolah tujuan menyetujui dan menerima
perpindahan itu, maka kepala sekolah tujuan mengirimkan kembali
format kepada sekolah asal.
Agar mutasi ini tidak mengganggu pengelolaan pendidikan di
sekolah, maka sekolah harus menyediakan buku atau catatan khusus
untuk mutasi. Salah satu contoh format untuk pencatatan mutasi
peserta didik adalah seperti tertuang pada lampiran.
d. Pembinaan Disiplin Peserta Didik
Disiplin merupakan aspek penting di dalam pembinaan peserta
didik, karena peserta didik harus menyadari bahwa di dalam
kehidupan bermasyarakat diperlukan kedisiplinan anggotanya. Tanpa
disiplin semua bentuk lembaga kemasyarakatan akan mengalami
kekacauan. Disiplin adalah suatu keadaan di mana sikap, penampilan
dan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tatanan nilai, norma dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah/kelas dimana mereka
berada. Disiplin berasal dari kata latin ”disciplina” yang artinya
mengejar. Dalam bahasa Inggris ”disciple” berarti seseorang yang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 164
belajar atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin (Hurlock,
Elizabeth B, 1978). Disiplin adalah cara suatu masyarakat untuk
mengajarkan konsep tentang moral serta perilaku yang berhubungan
dengan moral kepada anak-anak mereka. Disiplin merupakan
pembentukan kebiasaan yang mengandung empat unsur penting,
yaitu: (a) peserta didik harus berbuat atau bertingkah laku sesuai
dengan aturan atau sesuatu yang diinginkan masyarakat dan
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan atau tidak cocok dengan
nilai-nilai yang ada di masyarakat, (b) peserta didik merasakan adanya
suatu kepuasan batin sesudah berperilaku seperti yang diharuskan
dan merasakan tidak puas atau merasa salah apabila tidak melakukan
seperti yang ada dalam aturan, (c) dalam berbuat, peserta didik
melaksanakannya secara otomatis tanpa adanya pengawasan, dan (d)
peserta didik dapat memperbaiki perilaku yang tidak baik tanpa
dipaksa oleh orang lain. Teknik yang dipakai untuk membina disiplin
harus mempunyai elemen sebagai berikut: (a) ada aturan yang jelas,
(b) ada keajegan (i) dalam menjalankan disiplin, dan (c) ada hukuman
dan ganjaran. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam
mendisiplinkan peserta didik adalah dengan (a) teknik yang bersifat
otoriter, (b) teknik yang bersifat permisif (longgar, serba boleh), dan (c)
teknik yang bersifat demokratis (Hurlock, elizabeth B, 1978). Teknik
yang bersifat otoriter menggunakan paksaan dengan hukuman
(biasanya bersifat badaniah) bagi peserta didik yang melanggarnya
yang melanggarnya. Teknik yang permisif merupakan teknik yang
didasarkan atas harapan bahwa disiplin itu tumbuh dari peserta didik
sendiri tanpa ada tindakan yang keras dari sekolah. Teknik yang
bersifat demokratis adalah teknik yang memberi kemungkinan kepada
peserta didik untuk mendapat penjelasan atau melakukan diskusi
tentang perilaku yang diharapkan dilakukan oleh mereka dan yang
tidak diharapkan. Dengan demikian mereka mengetahui alasan
perilakunya itu.
e. Tata Tertib Sekolah
Tata tertib sekolah merupakan salah satu alat untuk melatih
peserta didik mempraktekkan disiplin disekolah. Suatu hal yang harus
diperhatikan sekolah dalam melaksanakan tata tertib adalah
bagaimana membuat peserta didik tidak merasa terpaksa mentaati
aturan tata tertib, sementara nerasa bersalah apabila tidak melakukan
apa yang tertuang dalam tata tertib sekolah.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 165
Tata tertib sekolah sebaiknya mengatur tentang: (1) waktu
pelajaran dimulai dan diakhiri serta berapa lama peserta didik boleh
terlambat atau meninggalkan pelajaran, (2) kegiatan-kegiatan yang
harus diikuti peserta didik dalam menunjang pendidikan disekolahnya,
termasuk di dalamnya pemanfaatan waktu-waktu kosong, (3) sopan
santun pergaulan selama berada di sekolah, (4) pengaturan pakaian
dan seragam sekolah, (5) keamanan dan kebersihan lingkungan
sekolah, (6) sanksi-sanksi yang dapat diberikan apabila peserta didik
melakukan pelanggaran terhadap aturan tata tertib yang ada.
f. Ganjaran dan Hukuman
Ganjaran adalah imbalan yang menyenangkan yang diterima
peserta didik karena prestasinya dalam berusaha untuk mengerjakan
sesuatu. Hukuman adalah imbalan yang tidak menyenangkan yang
harus diterima peserta didik akibat tingkah laku mereka dinilai sekolah
tidak pada tempatnya. Ganjaran perlu diberikan kepada peserta didik
untuk memacu mereka melakukan hal-hal positif yang dapat
meningkatkan prestasi belajarnya. Ganjaran harus diberikan kepada
peserta didik yang benar-benar pantas menerimanya. Kalau tidak,
ganjaran malah dapat menimbulkan akibat negatif. Diantara ganjaranganjaran yang dapat diberikan kepada peserta didik menurut M.E.
Carolyn, et.al, (1984) adalah:
1) Simbol-simbol, seperti nilai (baik angka maupun huruf), raut muka
yang nampak gembira, tanda cek (V) atau tanda plus (+);
2) Pengakuan, misalnya dengan menampilkan hasil kerja peserta
didik, atau dengan memberi sertifikat;
3) Kegiatan-kegiatan, misalnya dengan memberi kepada peserta didik
hak untuk membaca bebas, bermain game dan mengunjungi
perpustakaan sekolah;
4) Insentif yang berwujud benda, misalnya makanan, pensil atau
penghapus, permainan anak-anak atau dengan memberi buku;
5) Hukuman juga dapat diberikan dalam berbagai bentuk antara lain:
(a) Pengurangan nilai/skor. Hal ini dikenakan kepada peserta didik
yang terlambat, tidak melengkapi atau mengerjakan tugas-tugas;
(b) Pencabutan hak, misalnya dari mereka yang sedang
menyandang predikat ”bintang kelas”; (c) Denda, misalnya dengan
meminta peserta didik menggandakan satu paragraf wajib pada
suatu mata pelajaran atau tabel-tabel matematika; (d) Penahanan
yang dilakukan setelah seluruh jam pelajaran selesai.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 166
(e) Memberi tanda cek (v) atau nilai kurang; (f) Menyerahkan
masalahnya kepada kepala sekolah, biasanya untuk pelanggaran
yang lebih serius; (g) Ganti rugi, misalnya membayar dengan uang
tunai, atau memperbaiki kerusakan yang telah dibuatnya; (h)
Menyita, hal ini dilakukan terhadap peserta didik yang membawa
atau memperjualbelikan barang-barang atau benda yang dilarang
dibawa ke sekolah.
3. Akhir Tahun Pelajaran
Adapun kegiatan pada akhir tahun adalah pelaksanaan Ujian
Nasional dan Ujian Akhir Semester. Administrasi yang dilakukan
berhubungan dengan kegiatan tersebut diantaranya:
a. Pelaksanaan Ujian Nasional
a) Daftar Calon Peserta;
b) Pelaksanaan Ujian Nasional;
c) Pengumuman Ujian Nasional;
d) Pendataan Alumni yang Masuk SLTP/MTs.
b. Kenaikan Kelas
a) Pelaksanaan Ujian Akhir Semester;
b) Daftar Naik Kelas;
c) Rekapitulasi Berhasil Tidaknya Siswa.
Apabila peserta didik telah menamatkan (selesai dan lulus) semua
mata pelajaran atau kurikulum sekolah, maka peserta didik berhak
mendapatkan surat tanda tamat belajar (STTB) dari kepala sekolah.
Dalam hal yang demikian peserta didik sudah tidak mempunyai hak
lagi untuk tetap ”tinggal” di sekolah yang bersangkutan karena
dianggap telah mampu menguasai semua mata pelajaran atau
kurikulum sekolah.
Tamat belajar pada suatu jenjang pendidikan pada dasarnya hanya
merupakan pencapaian salah satu tangga untuk ienjang pendidikan
yang lebih lanjut. Dikatakan demikian karena tamat sekolah belum
dianggap mempunyai suatu ketrampilan khusus yang dapat
diandalkan untuk digunakan di masyarakat. Oleh karena itu
diharapkan mereka terus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Sesuai PerPres No 12 Tahun 2008, tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) jenjang pendidikan di Indonesia
terdiri dari 9 (sembilan) level, yaitu: SD – SMP sederajat (level 1), SMA
– SMK sedreajat (level 2), D1/Diploma 1 (level 3), D2/Diploma 2 (level
4), D3/Diploma 3 (level 5), D4/Diploma 4 – S1 (level 6), Profesi (level
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 167
7), S2 (akademik – terapan)/Spesialis 1 (level 8), dan S3 (akademik –
terapan)/Spesialis 2 (level (). Dengan demikian makan sebagai
contoh. sistem pendidikan dasar (level 1), yang merupakan
penggabungan antara pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama, tamat belajar yang disertai dengan pemberian
Ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar harus dianggap bukan sebagai
selesai belajar, akan tetapi harus dianggap sebagai kemampuan telah
mendapatkan ”kunci” untuk membuka ”pintu” pendidikan berikutnya,
demikian seterusnya sampai pada level 9, sebagai level tertinggi
dalam KKNI.
C. Peranan Guru dalam Administrasi Peserta Didik
Keterlibatan guru dalam pengelolaan peserta didik sudah barang
tentu tidak sebanyak keterlibatannya di dalam mengajar. Dalam
pengelolaan peserta didk, guru lebih banyak berperan tidak langsung
dibandingkan dengan kepala sekolah yang memegang pucuk
pimpinan dalam pengelolaan. Diantara peranan guru dalam
pengelolaan peserta didik adalah:
1. Guru dapat dilibatkan dalam penerimaan peserta didik baru,
dengan menunjuk mereka sebagai panitia penerimaan yang dapat
melaksanakan tugas-tugas teknis mulai dari pencatatan
penerimaan sampai dengan pelaporan pelaksanaan tugas;
2. Peranan yang besar dalam masa orientasi dipegang oleh guru
kelas satu, disamping kepala sekolah. Tugas guru adalah membuat
peserta didik dapat lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan
sekolah. Peranan guru dalam hal ini sangat penting, karena
kekeliruan dalam orientasi dapat berakibat kurang menguntungkan
bagi jiwa anak pada waktu-waktu selanjutnya.
3. Untuk pengaturan kehadiran peserta didik di kelas, guru pun
mempunyai andil yang besar. Guru diharapkan mampu
mencatat/merekam kehadiran peserta didik secara kontinyu dan
teliti. Data kehadiran ini dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
kenaikan kelas.
4. Guru harus mampu menciptakan suasana yang mendorong
timbulnya motivasi peserta didik untuk senantiasa berprestasi
tinggi. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan membuat grafik
prestasi belajar peserta didiknya, dan peserta didik melihat grafik
prestasi. Meskipun hal ini kelihatannya sederhana, tetapi hal ini
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 168
penting agar peserta didik berlomba-lomba meraih prestasi
puncaknya.
5. Guru juga harus berperanan besar dalam menciptakan disiplin
sekolah atau kelas yang baik, karena di sekolah dasar merupakan
masa pembentukan disiplin yang sangat menentukan untuk masa
selanjutnya. Untuk membuat peserta didik disiplin, guru diharapkan
mampu menjadi contoh atau panutan bagi peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Yusak, Drs. (2005). Administrasi Pendidikan. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Depdiknas. (2000). Pedoman Administrasi Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas.
Purwanto, Ngalim. (2007). Administrasi pendidikan dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sutjipto, dkk. (1992). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.
Tsauri, Sofyan. (2007). Administrasi dan Supervisi pendidikan.
Jember: Center for society studies Pengolahan ide dari Luthfi
May.
Wijiono, Drs. (1989). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 169
ADMINISTRASI PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
PENDAHULUAN
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi. Tertuang dalam PP No. 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik
adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian
yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pendidik pada SMK memiliki kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dengan latar
belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan, serta memiliki sertifikat profesi
guru untuk SMK. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia
dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial..
Tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan
administrasi,
pengelolaan,
pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi
pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas,
peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber
belajar. PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
menyebutkan tenaga kependidikan di SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah,
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan
tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 170
Permendiknas No. 24 Tahun 2008, tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah/Madrasah, menyebutkan standar tenaga
administrasi sekolah/madrasah mencakup kepala tenaga administrasi,
pelaksana urusan, dan petugas layanan khusus sekolah/madrasah.
Pelaksana urusan terdiri atas Urusan Administrasi Kepegawaian,
Urusan Administrasi Keuangan, Urusan Administrasi Sarana dan
Prasarana, Urusan Administrasi Hubungan Sekolah dengan
Masyarakat, Urusan Administrasi Persuratan dan Pengarsipan,
Urusan Administrasi Kesiswaan, dan Urusan Administrasi Kurikulum.
Petugas layanan khusus terdiri atas penjaga sekolah/madrasah,
tukang kebun, tenaga kebersihan, pengemudi, dan lain-lain.
PEMBAHASAN
A. Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Pengertian Administrasi
Sebelum bicara lebih mikro tentang administrasi pendidik dan
tenaga kependidikan, alangkah baiknya kita pahami terlebih dahulu
apa yang dimaksud dengan administrasi. Administrasi dalam
pengertian secara harfiah, kata “administrasi”berasl dari bahasa latin
yang terdiri atas kata ad dan ministrare.kata ad mempunyai arti yang
sama dengan kata to dalam bahasa inggris yang berarti
“ke”atau”kepada”.Dan kata ministrare sam artinya dengan kata to
serve atau to conduct yang berarti”melayani,membantu dan
mengarahkan”.Dalam bahasa inggris to administer berarti
pula”mengatur,memelihara dan mengarahkan”.
Jadi kata”administrasi” secara harfiah dapat di artikan sebagai
suatu kegiatan atau usaha untuk membantu,malayani,mengarahkan
atau mengatur semua kegiatan didalam mencapai suatu
tujuan.(Purwanto:1:2007)
Administrasi dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan
ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan ruti catat-mencatat,
mendokumentasika kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat
dengan segala aspeknya serta mempersiapkan laporan.
Fungsi administrasi, jika dihubungkan dengan administrasi
pendidik maka bisa diartikan bahwa hal ini merupakan upaya
peningkatan efektifitas guru, dosen dan lain-lain untuk mencapai
tujuan pendidikan itu sendiri.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 171
2. Pendidik
Secara umum pendidik di Indonesia lebih dikenal dengan
pengajar, adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi
pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya
yaitu: Guru, Dosen, Konselor, Pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator. Sedangkan dalam UU No. 20 thn 2003 BAB XI
Pendidik dan tenaga kependidikan pasal 39 mengatakan bahwa
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah,
pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok
belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan. Berikut ini, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan
dengan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan:
a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 12
Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 25
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 172
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 27
Tahun 2008 tentang Standar Kulifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 40
Tahun 2009 tentang Standar Penguji pada kursus dan pelatihan.
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 41
Tahun 2009 tentang Standar kualifikasi pembimbing pada kursus
dan pelatihan.
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 42
Tahun 2009 tentang Standar Pengelola Kursus dan Pelatihan.
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43
Tahun 2009 Standar Tenaga administrasi pendidikan pada program
Paket A, Paket B, dan Paket C.
k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2009 Standar Pengelola pendidikan pada Program Paket
A, Paket B, dan Paket C.
Pendidik merupakan: 1)tenaga profesional, 2)merencanakan
4)menilai
pembelajaran. 3)melaksanakan pembelajaran.
hasil
5)
6)
7)
8)
pembelajaran. membimbing. melatih. meniliti. mengabdi kepada
masyarakat.
Jadi, jika diatas dikatakan bahwa pendidik adalah guru. maka
administrasi yang dimaksud disini adalah perangkat pembelajaran.
Apa saja yang harus disiapkan oleh guru berkaitan perangkat atau
administrasi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
No.
Jenis Perangkat Administrasi
1.
Silabus
2.
Kalender Pendidikan
3.
Program Tahunan
4.
Program Semester
5.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
6.
Rencana Pelaksanaan Harian
7.
Buku Pelaksanaan Harian
8.
Presensi Siswa
9.
Catatan Hambatan Belajar Siswa
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 173
10.
Daftar Buku Pegangan Guru
11.
Analisis KKM
12.
Kisi-kisi Soal
13.
Soal-soal Ulangan
14.
Buku Informasi Penilaian
15.
Analisis Butir Soal
16.
Analisis Hasil Ulangan
17.
Program/Pelaksanaan Perbaikan
18.
Program/Pelaksanaan Pengayaan
19.
Daftar Pengembalian Hasil Ulangan
20.
Buku Ulangan Bergilir
21.
Daftar Nilai
22.
Laporan Penilaian Akhlak Mulia dan Kepribadian Siswa
23.
Buku Tugas Terstruktur
24.
Buku Tugas Mandiri
Kegiatan Penilaian
Perangkat Tambahan
1.
SK Pembagian Tugas
2.
Mengisi Buku Kemajuan Kelas
3.
Jadwal Mengajar
3 . Tenaga Kependidikan
UU No. 20 thn 2003 BAB XI Pendidik dan tenaga kependidikan
pasal 39 yaitu: Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah,
pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok
belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan. Tenaga
Kependidikan
lainnya,
Orang
yang
berpartisipasi
dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, walaupun secara
tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan, diantaranya: WakilSTKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 174
wakil/Kepala urusan umumnya pendidik yang mempunyai tugas
tambahan dalam bidang yang khusus, untuk membantu Kepala
Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan pada institusi
tersebut. Contoh: Kepala Urusan Kurikulum. Tata usaha, adalah
Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi
instansi tersebut. Bidang administrasi yang dikelola diantaranya;
Administrasi surat menyurat dan pengarsipan, Administrasi
Kepegawaian, Administrasi Peserta Didik, Administrasi Keuangan,
Administrasi Inventaris dan lain-lain. Laboran, adalah petugas khusus
yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan di Laboratorium.
Pustakawan (lihat perpustakaan). Pelatih ekstrakurikuler, Petugas
keamanan (penjaga sekolah), Petugas kebersihan, dan lainya.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
administrasi pendidik dan tenaga kependidikan adalah proses
keseluruhan kegiatan pendidik yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pelaporan,
pengkoordinasian,
pengawasan dan pembiayaan, dengan menggunakan atau
memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personil, materiil, maupun
spirituil untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
B. Dasar Hukum Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. No. 20 thn 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Permendiknas No. 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah/Madrasah
1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 25
Tahun
2008
tentang
Standar
Tenaga
Perpustakaan
Sekolah/Madrasah.
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 27
Tahun 2008 tentang Standar Kulifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor
Esensi dalam Pasal 40 UU No. 20 thn 2003 tentang hak dan
kewajiban pendidik dan tenaga kependidikan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 175
Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:
1. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan
memadai;
2. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
3. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;
4. perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual; dan
5. kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
1. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis;
2. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
3. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
C. Urgensi Administrasi bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pengertian urgensi di dalam kamus bahasan Indonesia adalah
keharusan yang mendesak, hal yang sangat penting. Jadi urgensi itu
sendiri merupakan sesuatu yang penting yang ingin dilakukan hingga
mencapai tujuan yang diinginkan. Misalkan seperti administrasi guru
yang merupakan hal terpenting di dalam mencapai tujuan
pembelajaran, karena guru merupakan kunci untuk pencapaian tujuan
dalam proses belajar mengajar .
Demi mewujudkan apa yang diamanatkan oleh PP No. 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan maka sangat penting bagi
seorang pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi administrasi
sesuai dengan jenjang atau sekolah menjadi tempat pengabdiannya.
Hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
pendidikan yang berkualitas dan bermutu tinggi. Bicara masalah
administrasi pendidik maupun kualitas dan profesionalitas maka
secara sederhada bisa kita lihat apakah pendidik atau guru tersebut
sudah memiliki ijazah/sertifikat mengajar atau tidak dan apakah ijazah
tersebut sesuai dengan bidang dan tempat ia mengabdi? Artinya
ketika seorang guru mengajar di tingkat SMA maka setidaknya standar
kualifikasi administrasinya minimal berstatus Strata 1 begitu pula
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 176
dalam hal bidang keilmuan. Seorang guru yang memiliki keahlian
dalam bidang IPS (PPKn) maka seharusnya ia mengajar PKn tidak
pada mata pelajaran yang lain. Lebih lanjut mengenai pentingnya
administrasi pendidik memiliki kaitan erat dengan kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus
memiliki empat kompentensi, antara lain:
Kompetensi Pedagogik
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual;
2. Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait mata pelajaran yang
diampu.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
7. Berkomunikasi efektif, empatik, dan santun ke peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar.
Kompentensi Keahlian
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan budaya
bangsa
2. Penampilan yang jujur, berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik
dan masyarakat.
3. Menampilkan dirisebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
5. Menjunjjung tinggi kode etik profesi guru.
Kompentensi Sosial
1. Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi, fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki
keragaman social budaya.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 177
4. Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan
Kompentensi Profesional
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung pelajaran yang dimampu
2. Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang dimampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara
kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
5. Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan
diri.
Artinya dari uraian diatas mempertegas bahwa administrasi
pendiddik dan tenaga kependidikan bahwa tidak hanya administrasi
pendidik yang dibutuhkan, melainkan juga kualitas dari administrasi
pendidik dan tenaga kependidikan juga penting diperhatikan. Hal ini
demi mewujudkan pendidikan Indonesia yang berkualitas.
D. Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pendayagunaan Ketenagaan.
a. Kelayakan Guru Mengajar
1) Kualitas guru dapat dilihat dari kualitas mengajarnya, dan
guru yang profesional tentu akan memperlihatkan kinerjanya
dengan baik. Kinerja guru yang baik diharapkan dapat
memperlancar proses pembelajaran dan berdampak
terhadap prestasi belajarsiswa.
2) Pelaksanaan pembagian tugas Guru, Tenaga Teknis, dan
Tenaga Tata Laksana
3) Pemberian tugas tambahan kepada Guru, dan Tenaga
Teknis yang belum memenuhi jumlah jam wajib mengajar
minimal.
b. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) mengenai tugas
Kepala Sekolah yang berhubungan dengan:
1) Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan terhadap masingmasing guru, tenaga teknis dan tata laksana.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 178
2) Pencatatan kegiatan guru, tenaga teknis dan tenaga
tatalaksana
sebagai
bahan
pembuatan
penilaian
pelaksanaan pekerjaan tahunan.
c. Daftar Urut Kepangkatan (DUK)
1) Daftar urut kepangkatan Guru, Tenaga Teknis dan Kepala
Tata Usaha di lingkungan sekolah.
2) Daftar urut kepangkatan disusun sesuai dengan ketentuan
dan perubahan formasi sekolah.
d. Mutasi Kepangkatan
1) Pemberitahuan kenaikan gaji berkala kepada KPN bagi guru,
tenaga teknis, dan tenaga tatalaksana yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Pengusulan kenaikan pangkat/tingkat guru, tenaga teknis
dan tenaga tata laksana yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3) Pemberitahuan dan pengusulan mutasi guru, tenaga teknis
dan tenaga tata laksana.
e. Pengembangan Ketenagaan
1) Daftar urut prioritas guru, tenaga teknis dan tenaga tata
laksana untuk mengikuti penataran/ pelatihan antara lain:
LKG, SPKG, MGMP, Laboran, Perpustakaan dan
Bendaharawan.
2) Pembinaan secara teratur terhadap guru, tenaga teknis dan
tenaga tata laksana dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
3) Langganan majalah profesi untuk guru, tenaga teknis dan
tenaga tata laksana.
4) Pemberian dorongan terhadap guru, tenaga teknis dan
tenaga tata laksana untuk menambah pengetahuan.
f. Usaha Kesejahteraan Pegawai
1) Penyelesaian keanggotaan Taspen dan Asuransi Kesehatan
Guru, Tenaga Teknis dan Tenaga Tata Laksana di
lingkungan sekolah.
2) Peningkatan kesejahteraan (Koperasi, arisan, kegiatan
rekreasi dan olah raga).
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 179
g. Tata Tertib Kerja
1) Pedoman Tata Tertib Guru, Tenaga Teknis lainnya dan
Tenaga Tata Laksana.
2) Sumber penyusunan tata tertib kerja tersebut (ketentuan,
peraturan, dan kesepakatan yang mendukung tata tertib
kerja).
E. Standar Kualifikasi Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah tenaga/pegawai yang bekerja pada
satuan pendidikan selain tenaga pendidik. Tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
1. Standar Kualifikasi Tenaga Kependidikan
a. Kepala Tenaga Administrasi SD/MI/SDLB
1) Berpendidikan minimal lulusan SMK atau yang sederajat,
program studi yang relevan dengan pengalaman kerja
sebagai tenaga administrasi sekolah/madrasah minimal 4
(empat) tahun.
2) Memiliki
sertifikat
kepala
tenaga
administrasi
sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh
pemerintah.
b. Kepala Tenaga Administrasi SMP/MTs/SMPLB
1) Berpendidikan minimal lulusan D3 atau yang sederajat,
program studi yang relevan, dengan pengalaman kerja
sebagai tenaga administrasi sekolah/ madrasah minimal 4
(empat) tahun.
2) Memiliki
sertifikat
kepala
tenaga
administrasi
sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh
pemerintah.
c. Kepala Tenaga Administrasi SMA/MA/SMK/MAK/SMALB
1) Berpendidikan S1 program studi yang relevan dengan
pengalaman
kerja
sebagai
tenaga
administrasi
sekolah/madrasah minimal 4 (empat) tahun, atau D3 dan
yang sederajat, program studi yang relevan, dengan
pengalaman
kerja
sebagai
tenaga
administrasi
sekolah/madrasah minimal 8 (delapan) tahun.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 180
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
2) Memiliki
sertifikat
kepala
tenaga
administrasi
sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Pelaksana Urusan Administrasi Kepegawaian
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang
sederajat, dan dapat diangkat apabila jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan minimal 50 orang.
Pelaksana Urusan Administrasi Keuangan
Berpendidikan minimal lulusan SMK/MAK, program studi yang
relevan, atau SMA/MA dan memiliki sertfikat yang relevan.
Pelaksana Urusan Administrasi Sarana dan Prasarana
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang
sederajat.
Pelaksana Urusan Administrasi Hubungan Sekolah dengan
Masyarakat
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang
sederajat, dan dapat diangkat apabila sekolah/madrasah memiliki
minimal 9 (sembilan) rombongan belajar.
Pelaksana Urusan Administrasi Persuratan dan Pengarsipan
Pelaksana Urusan Administrasi Kesiswaan
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang
sederajat dan dapat diangkat apabila sekolah/madrasah memiliki
minimal 9 (sembilan) rombongan belajar.
Pelaksana Urusan Administrasi Kurikulum
Berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang
sederajat dan diangkat apabila sekolah/madrasah memiliki
minimal 12 rombongan belajar.
Pelaksana Urusan Administrasi Umum untuk SD/MI/SDLB
Berpendidikan minimal SMK/MAK/SMA/MA atau yang sederajat.
Petugas Layanan Khusus
Penjaga Sekolah/Madrasah
Berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat.
Tukang Kebun
Berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat dan
diangkat apabila luas lahan kebun sekolah/madrasah minimal 500
m2 .
Tenaga Kebersihan
Berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 181
q. Pengemudi
Berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat,
memiliki
SIM
yang
sesuai,
dan
diangkat
apabila
sekolah/madrasah memiliki kendaraan roda empat.
r. Pesuruh
Berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat
2. Kompetensi
a. Kepala Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah
1) Kompetensi kepribadian
2) Kompetensi Sosial
3) Kompetensi Teknis
4) Kompetensi manajerial bagi kepala tenaga administrasi
sekolah/madrasah
b. Pelaksana Urusan
1) Kompetensi kepribadian
2) Kompetensi sosial
3) Kompetensi teknis pelaksana urusan
c. Petugas Layanan Khusus
1) Kompetensi kepribadian
2) Kompetensi sosial
3) Kompetensi teknis petugas layanan khusus
F. Jenis-jenis Tenaga Kependidikan
Dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan menjadi
tenaga struktural, tenaga fungsional dan tenaga teknis penyelenggara
pendidikan. Tenaga struktural merupakan tenaga kependidikan yang
menempati jabatan-jabatan eksekutif umum (pimpinan) yang
bertanggung jawab baik langsung maupun tidak langsung atas satuan
pendidikan. Tenaga fungsional merupakan tenaga kependidikan
yang menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang dalam
pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis
kependidikan. Sedangkan tenaga teknis kependidikan merupakan
tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih
dituntut kecakapan teknis operasional atau teknis administratif.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 182
Tabel 1. Jenis-jenis tenaga kependidikan untuk lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Status
Ketenagaan
Tenaga
Struktural
Tenaga
Fungsional
Tenaga
Teknis
Tempat Kerja di
Sekolah
ï‚· Kepala Sekolah
ï‚· Wakil Kepala Sekolah
- Urusan Kurikulum
- Urusan Kesiswaan
- Urusan Sarana dan
Prasarana
- Urusan Pelayanan
Khusus
ï‚· Guru
ï‚· Pembimbing/Penyuluh
(Guru BP)
ï‚· Pengembangan
Kurikulum dan Teknologi
Kependidikan
ï‚· Pengembang tes
ï‚· * Pustakawan
ï‚· Laboran
ï‚· Teknisi Sumber Belajar
ï‚· Pelatih (Olahraga) ;
Kesenian & Keterampilan
ï‚· * Petugas TU
Tempat Kerja
di Luar
Sekolah
* Pusat :
Menteri,
Sekjen, Dirjen
* Kadisdik
Propinsi,
Sekretaris,
KaBid, Kasi
* Kadisdik
Kab/Kota,
Sekretaris,
KaBid, Kasi
* UPT Kec, Kasi
* Penilik
* Pengawas
* Pelatih
* Tutor &
Fasilitator
* Pengembangan
Pendidikan
* Teknisi Sumber
Belajar/Sanggar
Belajar
* Petugas TU
Tenaga kependidikan merupakan hasil analisis jabatan yang
dibutuhkan oleh suatu sekolah atau satuan organisasi yang lebih luas.
Sejalan dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
dan PP No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom, maka jenis-jenis
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 183
tenaga kependidikan dapat bervariasi sesuai kebutuhan organisasi
yang bersangkutan.
G. Tugas Tenaga Kependidikan
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa tugas tenaga kependidikan itu
adalah melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
Tabel 2. Jabatan dan Deskripsi Jabatan
Tenaga Kependidikan di Sekolah
Jabatan
Kepala Sekolah
Wakil Kepala
Sekolah (Urusan
Kurikulum)
Wakil Kepala
Sekolah (Urusan
Kesiswaan)
Wakil Kepala
Sekolah (Urusan
Sarana dan
Prasarana)
Wakil Kepala
Sekolah (Urusan
Pelayanan
Khusus)
Deskripsi Tugas
Bertanggung
jawab
atas
keseluruhan
kegiatan penyelenggaraan pendidikan di
sekolahnya baik ke dalam maupun ke luar
yakni
dengan
melaksanakan
segala
kebijaksanaan, peraturan dan ketentuanketentuan yang ditetapkan oleh lembaga yang
lebih tinggi.
Bertanggung jawab membantu Kepala
Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatankegiatan yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan kurikulum dan proses belajar
mengajar
Bertanggung jawab membantu Kepala
Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan
kesiswaan dan ekstrakurikuler
Bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan
inventaris pendayagunaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana serta keuangan
sekolah
Bertanggung jawab membantu Kepala
Sekolah dalam penyelenggaraan pelayananpelayanan
khusus,
seperti
hubungan
masyarakat, bimbingan dan penyuluhan,
usaha kesehatan sekolah dan perpustakaan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 184
Pengembang
Kurikulum dan
Teknologi
Pendidikan
Pengembang Tes
Pustakawan
Laboran
Teknisi Sumber
Belajar
Pelatih
Petugas Tata
Usaha
sekolah.
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan
program program-program pengembangan
kurikulum dan pengembangan kurikulum dan
pengembangan alat bantu pengajaran
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan
program-program
pengembangan
alat
pengukuran dan evaluasi kegiatan-kegiatan
belajar dan kepribadian peserta didik
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan
program kegiatan pengelolaan perpustakaan
sekolah
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan
program kegiatan pengelolaan laboratorium di
sekolah
Bertanggung jawab atas pengelolaan dan
pemberian bantuan teknis sumber-sember
belajar bagi kepentingan belajar peserta didik
dan pengajaran guru
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan
program-program kegiatan latihan seperti
olahraga, kesenian, keterampilan yang
diselenggarakan
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan dan pelayanan administratif
atau teknis operasional pendidikan di sekolah
H. Fungsi Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Sebagaimana yang disampaikan diatas bahwa fungsi
administrasi, jika dihubungkan dengan administrasi pendidik maka
bisa diartikan bahwa hal ini merupakan upaya peningkatan efektifitas
guru, dosen dan lain-lain untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Semua kegiatan sekolah akan dapat berjalan lancar dan berhasil
baik jika pelaksanaannya melalui proses-proses yang menurut garis
fungsi-fungsi administrasi pendidik/guru tersebut. yang mana fungsifungsi tersebut adalah:
1. Perencanaan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 185
2.
3.
4.
5.
Fungsi perencanaan administrasi guru ialah untuk mendapatkan
calon tenaga pengajar yang memang dibutuhkan. Perencanaan
merupakan proses awal dalam pelaksanaan untuk itu lembaga
mampu merencanakan kebutuhan dimasa yang akan datang guna
mendapatkan kebutuhan yang diperlukan dan guna mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan. Jadi dengan adanya
perencanaan yang terarah dan sistematis pelaksanaan kegiatan
akan berjalan lancar.
Seleksi
Fungsi seleksi administrasi guru ialah penyeleksian calon tenaga
pengajar untuk direkrut atau diambil atas kebutuhan pada lembaga
tersebut, yang mana penyeleksian juga harus dapat disesuaikan
dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh
lembaga misalnya : persyaratan administrasi, ujian (tes), dan
wawancara dan persyaratan lainnya.
Pengangkatan atau Penempatan
Fungsi pengangkatan dan penempatan administrasi guru adalah
mengangkat calon tenaga pengajar yang memang sudah diseleksi
dan sudah dipertimbangkan oleh lembaga guna mendapatkan
calon tenaga pengajar yang profesional. Sedangkan penempatan
calon tenaga pengajar harus disesuaikan dengan bidang
keahliannya masing-masing agar pelaksanaan tujuan pendidikan
dapat dicapai secara efektif.
Pembinaan
Fungsi pembinaan administrasi guru ialah untuk membina tenaga
pengajar agar dapat meningkatkan kompetensi, peningkatan moral,
disiplin kerja, melalui pendidikan dan pelatihan. Pembinaan harus
dilakukan terus menerus sesuai dengan tuntutan perkembangan
zaman.
Kesejahteraan
Fungsi kesejahteraan administrasi guru ialah untuk meningkatkan
prestasi kerja dengan memberikan motivasi dan kepuasan kerja
melalui kompensas. Kompensasi adalah segala sesuatu yang
diterima para tenaga pengajar sebagai balasan jasa untuk kerja
mereka. Kesejahteraan tidak harus berupa materi semata
melainkan juga pujian-pujian atas prestasi yang diraih oleh tenaga
pengajar atau personil.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 186
6. Penilaian atau Evaluasi
Fungsi penilaian atau evaluasi administrasi guru ialah sebagai
control terhadap pelaksanaan yang sudah dijalankan sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk itu
pelaksanan evaluasi atau penilaian dapat berjalan secara efektif
bila pelaksanaanya berjalan dengan baik.
7. Pemutusan Hubungan kerja
Fungsi pemutusan hubungan kerja administrasi guru ialah untuk
mempertegas atau memperjelas keterikatan masa kerja yang
sudah tidak ada. Hal ini misalnya adanya surat SK (surat
keterangan) pensiun bahwa masa kerja dilembaga tersebut sudah
selesai oleh sebab itu pelaksanaan pemutusan hubungan kerja
dilakukan akhir selesai masa kerja.
I. Fakta mengenai Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Fakta sederhana yang sering kita temui di lapangan adalah tugas
guru dibenturkan dengan berbagai pekerjaan administrasi sekolah
sehinnga kefokusan pendidik terpecah dan terbagi dan pada akhirnya
fungsi pokok guru dilakukan dengan tidak maksimal.Pada waktu yang
lampau, pada umumnya tugas kewajiban guru hampir seluruhnya
mengenai pekerjaan mengajar terus dalam arti menyampaikan
keterangan-keterangan dan fakta-fakta dari buku kepada murid,
memberi tugas-tugas dan memeriksanya. Sekarang, guru harus juga
memperhatikan kepentingan-kepentingan sekolah, ikut serta
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi sekolah, yang
kadang-kadang sangat kompleks sifatnya.
Dalam banyak hal pekerjaannya berhubungan erat sekali dengan
pekerjaan seorang pengawas, Kepala sekolah, pegawai tata-usaha
sekolah, dan berbagai pejabat lainnya. Secara berangsur-angsur
tekanan makin diberikan kepada partisipasi guru dalam administrasi
pendidikan/sekolah, yakni penyelenggaraan dan management
sekolah. Tokoh-tokoh pendidikan sekarang menekankan kepada
gagasan tentang demokrasi dalam hidup sekolah: guru-guru
hendaknya didorong untuk ikut serta dalam pemecahan masalahmasalah administratif yang langsung mempengaruhi status profesionil
guru.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 187
SIMPULAN
Di dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, Tahun
2005 Pasal 139, Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidik mencakup guru,
dosen, konselor, pamong belajar, pamong widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, pelatih, dan sebutan lain dari profesi yang
berfungsi sebagai agen pembelajaran peserta didik. Adapun,
mengenai tenaga kependidikan dinyatakan di dalam Pasal 140 Ayat 1
(RPP, Bab XII/2005) sebagai berikut. Tenaga kependidikan mencakup
pimpinan satuan pendidikan, penilik satuan pendidikan nonformal,
pengawas satuan pendidikan formal, tenaga perpustakaan, tenaga
laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga lapangan pendidikan,
tenaga administrasi, psokolog, pekerja sosial, terapis, tenaga
kebersihan sekolah, dan sebutan lain untuk petugas sejenis yang
bekerja pada satuan pendidikan.
Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Administrasi pendidik dan tenaga kependidikan adalah proses
keseluruhan kegiatan pendidik yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
pelaporan,
pengkoordinasian,
pengawasan dan pembiayaan, dengan menggunakan atau
memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personil, materiil, maupun
spirituil untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Mewujudkan apa yang diamanatkan oleh PP No. 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan maka sangat penting bagi
seorang pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi administrasi
sesuai dengan jenjang atau sekolah menjadi tempat pengabdiannya.
Hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
pendidikan yang berkualitas dan bermutu tinggi.
Administrasi pendidik merupakan mediator untuk kelancar dan
keberhasil serta peningkatan efektifitas dan lain-lain untuk mencapai
tujuan pendidikan itu sendiri.
Sekarang, guru harus memperhatikan kepentingan-kepentingan
sekolah, ikut serta menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi
sekolah, yang kadang-kadang sangat kompleks sifatnya, masalahmasalah administratif seperti ini sangat mempengaruhi status
profesionil guru.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 188
Semua kegiatan sekolah akan dapat berjalan baik jika
pelaksanaannya melalui proses-proses yang menurut garis fungsifungsi administrasi pendidik/guru tersebut.
DAFTAR PUSTAKA:
Arikunto, Suharsimi. (1993). Organisasi dan Administrasi Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan. Yogyakarta: Grafindo Persada.
Burhanuddin. (1994). Analisis Administrasi Manajemen
Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
dan
Daryanto, H.M, .(2005). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1981). Administrasi
Sekolah Penataran Loka Karya Tahap 2 Pengembangan
Pendidikan Guru (P3G). Jakarta.
Handani, Nawawi, (1988). Administrasi Pendidikan. Jakarta, CV Haji
Masagung.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Permendiknas No. 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah/Madrasah
Permendiknas No._25_th-2008_standar-tenaga-perpustakaan-sekolah
Permendiknas
No._27_th-2008_standar-kualifikasi-akademik-dankompetensi-konselor
Peter, dkk. (1991). Kamus Bahasa Indonesia kontemporer. Jakarta:
Modern English PRESS,
Piet Suhertian, (23003)..Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di
Sekolah. Bandung: Rosda Karya.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 189
Anwar, Moch, Idochi, (2004). .Administrasi Pendidikan
Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: CV.Alpabeta.
dan
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan UPI. (2005). Pengantar
Pengelolaan Pendidikan. Bandung.
Usman Uzer, (1999). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya,
WJS. Poerwadarmita,(1991). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 190
ADMINISTRASI KEUANGAN PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Dalam penyeleggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dalam kajian administrasi dan manajemen
pendidikan. Komponen pembiayaan dan keuangan pada tingat satuan
pendidikan merupakn komponen produksi yang menentukan proses
terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah
bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan
yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik disadari maupun
tidak.
Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaikbaiknya agar dana yang ada dapat dimanfaatan secara optimal untuk
menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting, terutama
dalam rangka implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, yang
memberikan kewenangan sekolah untuk mencari dan memanfaatkan
berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan sekolah. Disebabkan
pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah
keterbatasan dana. Apalagi dalam berbagai kondisi pereokonomian
dunia yang sedag dilanda krisis.
Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan tertib, lancar,
efektif dan efisien. Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks
membutuhkan pengaturan yang baik. Keuangan di sekolah merupakan
bagian yang amat penting karena setiap kegiatan butuh uang.
Keuangan juga perlu diatur sebaik-baiknya. Untuk itu perlu
administrasi keuangan yang baik. Sebagaimana yang terjadi di
substansi administrasi pendidikan pada umumnya, kegiatan
administrasi keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau
pengendalian. Beberapa kegiatan administrasi keuangan yaitu
memperoleh
dan
menetapkan
sumber-sumber
pendanaan,
pemanfaatan
dana,
pelaporan,
pemeriksaan
dan
pertanggungjawaban.
Dalam administrasi keuangan sekolah terdapat rangkaian aktivitas
terdiri dari perencanaan program sekolah, perkiraan anggaran, dan
pendapatan yang diperlukan dalam pelaksanaan program,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 191
pengesahan dan penggunaan anggaran sekolah. Administrasi
keuangan
dapat
diartikan
sebagai
tindakan
pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan,
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan.
Sebagai suatu lembaga pendidikan perlu ditingkatkan dan disesuaikan
denagan kebutuhan dan perkembangan pembangunan disegala
bidang baik segi sarana dan prasarana Pendidikan, fasilitas kerja
maupun kesejahtraan yang layak bagi seluruh tenaga pendidik. Untuk
memenuhi sasaran tersebut sangat diperlukan biaya yang cukup dan
administrasi yang tertib
Berdasarkan pemikiran di atas, pengelolaan keuangan pendidikan
lebih difokuskan dalam proses merencanakan alokasi secara teliti dan
penuh perhitungan serta mengawasi pelaksanaan dana, bak biaya
operasional maupun biaya kapital, disertai bukti-bukti secara
administratif dan fisik (material) sesuai dengan dana yang dikeluarkan.
Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
tentang:
1. Administrasi keuangan sekolah;
2. Bagaimana seharusnya pengelolaan administrasi keuangan di
sekolah.
PEMBAHASAN
A. Administrasi Keuangan Sekolah
1. Pengertian Administrasi Keuangan Sekolah
Administrasi keuangan sekolah merupakan langkah pengolahan
keuangan sekolah mulai dari penerimaan sampai dengan bagaimana
mempertanggungjawabkan keuangan yang digunakan secara obyektif
dan sistematis. Langkah tersebut sangat penting sekali diperhatikan,
karena masalah pembiayaan adalah menjadi sarana vital bagi mati
hidupnya suatu organisasi sekolah.
Selain itu Mulyono, MA. berpendapat bahwa administrasi keuangan
sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan atau diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh,
serta pembinaan secara kontinu terhadap biaya operasional sekolah
sehingga kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta membantu
pencapaian tujuan pendidikan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa administrasi keuangan
sekolah adalah sebuah analisis terhadap sumber-sumber pendapatan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 192
(revenue) dan penggunaan biaya (expenditure) yang diperuntukkan
sebagai pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2. Konsep Administrasi Keuangan Sekolah
Administrasi keuangan merupakan salah satu substansi
administrasi sekolah yang akan turut menentukan berjalannya
kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di
substansi administrasi pendidikan pada umumnya, kegiatan
administrasi keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau
pengendalian. Beberapa kegiatan administrasi keuangan yaitu
memperoleh
dan
menetapkan
sumber-sumber
pendanaan,
pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban
(Lipham, 1985; Keith, 1991). Menurut Depdiknas (2000) bahwa
administrasi
keuangan
merupakan
tindakan
pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan,
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan
Dengan demikian, administrasi keuangan sekolah dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari
perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan sekolah.
Pembiayaan pendidikan hendaknya dilakukan secara efisien. Makin
efisien suatu sistem pendidikan, semakin kecil dana yang diperlukan
untuk pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Untuk itu, bila sistem
keuangan sekolah dikelola secara baik akan meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan pendidikan. Artinya, dengan anggaran yang
tersedia, dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara produktif,
efektif, efisien, dan relevan antara kebutuhan di bidang pendidikan
dengan pembangunan masyarakat. Untuk mencapai hal-hal seperti di
atas
maka
diperlukan
adanya
proses
merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi,
dan melaporkan kegiatan bidang keuangan agar tujuan sekolah dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
Melalui kegiatan administrasi keuangan maka kebutuhan
pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan
pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 193
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
sekolah
b. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
c. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas
kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan
bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Manajemen keuangan merupakan aspek yang tidak bisa
dilepaskan dalam suatu manajemen sekolah. Oleh karena itu,
manajemen keuangan sekolah pada dasarnya adalah bagian dari
pembiayaan pendidikan yang tercermin dari anggaran yang ditetapkan
oleh sekolah, sehingga untuk bidang ini diperlukan penanganan yang
serius, agar senantiasa dicapai suatu pengelolaan yang efektif dan
efisien dalam mengelola anggaran serta program-program yang
dibiayainya dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
Manajemen keuangan menyangkut dua hal, yaitu bagaimana
memperoleh
dana
dan
bagaimana
menggunakan
atau
mengalokasikan dana tersebut dalam lingkungan berbeda di tingkat
pendidikan yang berbeda pula, secara efektif dan efisien. Sumber
dana dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat
dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu:
a. Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah mau pun kedua-duanya
yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi
kepentingan pendidikan;
b. Orangtua atau peserta didik;
c. Masyarakat, baik mengikat mau pun tidak mengikat.
Berkaitan dengan penerimaan dari orangtua dan masyarakat
ditegaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
1989 bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam
pemenuhan kebutuhan dana pendidikan, tanggung jawab atas
pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat dan orangtua.
Ada pun dilihat dari sisi pengeluarannya (Dana) meliputi biaya rutin
dan biaya pembangunan. Biaya rutin adalah biaya yang harus
dikeluarkan dari tahun ke tahun seperti gaji pegawai (Guru dan non
guru), serta biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, fasilitas,
dan alat-alat pengajaran (Barang-barang habis pakai). Sedangkan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 194
biaya pembangunan misalnya biaya pembelian atau pengembangan
tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung,
penambahan furniture serta biaya atau pengeluaran lain untuk barangbarang yang tidak habis pakai.
Dengan demikian, keuangan sekolah merupakan sumber dana
yang diterima dan digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan di
sekolah yang mengandung konsekuensi bagi sekolah, yaitu sekolah
harus mengelola sumber dana tersebut secara efektif dan efesien
untuk menunjang pelaksanaan pendidikan. Semakin efisien suatu
sistem pendidikan, semakin kecil dana yang diperlukan untuk
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Untuk itu, bila sistem keuangan
sekolah dikelola secara baik akan meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan pendidikan. Artinya, dengan anggaran yang
tersedia, dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara produktif,
efektif, efisien, dan relevan antara kebutuhan di bidang pendidikan
dengan pembangunan masyarakat. Untuk mencapai hal-hal seperti di
atas
maka
diperlukan
adanya
proses
merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi,
dan melaporkan kegiatan bidang keuangan agar tujuan sekolah dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan
pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan
pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
sekolah
b. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
c. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas
kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan
bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
3. Tahap-Tahap Menejemen Keuangan
a. Perencanaan/Penganggaran Keuangan (Budgeting)
Menurut Nanang Fattah (2000:47), penganggaran merupakan
kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Sementara itu
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 195
anggaran atau budget adalah merupakan rencana operasional yang
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yng
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
lembaga dalam kurun waktu tertentu. Sementara itu menurut
Djamaluddin (1977:11), anggaran adalah sejenis rencana yang
menggambarkan rangkaian tindakan atau kegiatan dalam bentuk
angka-angka dari segi uang untuk suatu jangka tertentu.
Dari pengertian di atas, tampak bahwa penganggaran dan anggarn
tidak semata-mata berkaitan dengan uang, namun juga memberi
gambaran tentang program kegiatan yang akan dilaksanakan disertai
dengan besaran dana/biaya yang dialokasikannya, sehingga terdapat
dua hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu besaran dana untuk
membiayai kegiatan serta kegiatannya sendiri.
Dalam setiap anggaran tergambar dua sisi penting yaitu sisi
penerimaan dan atau rencana penerimaan dan sisi pengeluaran. Sisi
penerimaan menunjukkan sumber-sumber dari mana dana itu
diperoleh apakah dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, dari orang tua, dari masyarakat, atau dari sumber
lain yang dibenarkan, sedangkan sisi pengeluaran menggambarkan
alokasi besarnya biaya pendidikan untuk setiap komponen yang harus
dibiayai (Nanang Fattah, 2000:48). Dengan demikian, anggaran suatu
lembaga dapat menggambarkan kegiatan/program yang akan atau
sudah dilaksanakan serta besaran biaya yang dikeluarkan sehingga
dapat diketahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan program yang
tecantum dalam anggran.
Perencanaan atau planning sebagaimana dikatakan oleh Luther
M.Gulick: “Planning that is working out broad outline the things that
need to be done and the methods for doing them to acomplish the
purpose set for enterprise” (Percy E.Burrup, 1962: 114). Perencanaan
adalah aktivitas atau kegiatan menyusun garis-garis besar yang luas
tentang hal-hal yang akan dikerjakan dan cara-cara mengerjakannya
untuk mecapai tujuan tertentu. Perencanaan dapat diartikan sebagai
proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada
masa yang akan datang untk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun
rencana keuangan sekolah sebagai berikut.
1) Perencanaan harus realistis
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 196
2)
3)
4)
5)
6)
Perencanaan harus mampu menilai bahwa alternatif yang dipilih
sesuai dengan kemampuan sarana/fasilitas, daya/ tenaga, dana,
maupu waktu.
Perlunya koordinasi dalam perencanaan
Perencanaan harus mampu memperhatikan cakupan dan sarana/
volume kegiatan sekolah yang kompleks.
Perencanaan harus berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan
intuisi.
Pengalaman, pengetahuan, dan intuisi, mampu menganalisa
berbagai kemungkinan yang terbaik dalam menyususn
perencanaan.
Perencanaan harus fleksible (luwes).
Perencanaan mampu menyesuaikan dengan segala kemungkinan
yang tidak diperhatikan sebelumnya tanpa harus membuat revisi.
Perencanaan yang didasrkan penelitian
Perencanaan yang berkualitas perlu didukung suatu data yang
lengkap dan akurat melalui suatu penelitian.
Perencanaan akan menghindari under dan over planning.
Perencanaan yang baik akan menentukan mutu kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan.
Fungsi Anggaran
Anggaran disampin sebagai alat untuk perencanaan dan
pengendalian manajemen, juga merupakan alat bantu bagi
manajemen dalam mengarahkan suatu organisasi dalam posisi yang
kuat atau lemah (Nanang Fattah, 2000:49). Sementara beberapa
fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik menurut
Dedy Noriawan adalah sebagai berikut:
1) Anggaran sebagai alat perencanaan
Dengan fungsi ini organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan
kearah mana kebijakan dibuat.
2) Anggaran sebagai alat pengendalian
Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat
menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overpending)
atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya
(misspending).
3) Anggaran sebagai alat kebijakan
Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat
menentukan arah atas kebikan tertentu.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 197
4) Anggaran sebagai alat politik
Dengan adanya anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam
melaksanakan proram-program yang telah dijanjikan.
5) Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Dengan dokumen-dokumen anggaran yang bersifat komprehesif
sebuah bagian atau unit kerja atau depertemen dapat mengetahui
apa yang akan dilakukan oleh masing-masing bagian atu unit kerja
lainnya.
6) Anggaran sebagai alat penilaian kinerja
Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah
suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target baik berupa
terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efesiensi biaya.
7) Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan
menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target
pencapaian. Dengan catatan anggran akan menjadi alat motivasi
yang baik jika memenuhi sifat menantang tetapi masih mungkin
dicapai. Maksudnya adalah suatu anggaran itu hendaknya jangan
terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi juga jangan terlalu
rendah sehingga terlalu mudah dicapai.
Prinsip-prinsip dan Prosedur Anggaran
Prinsip-prinsip penyusunan anggaran bila dikaitkan dengan
anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian menurut
Nanang Fattah adalah sebagai berikut:
1) Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas
dalam sistem manajemen organisasi.
2) Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan
anggarannya.
3) Adanya penelitian dan analisis untuk menilai organisasi
4) Adanya dukungan dari pelaksanaan dari tingkat atas hingga yang
paling bawah.
Sedangkan prosedur penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama
periode anggaran.
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa
dan barang.
3) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran
pada dasarnya merupakan pernyataan finansial.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 198
4) Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah
disetujui dan dipergunakan oleh instansi tertentu.
5) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dan
pihak-pihak yang berwenang.
6) Melakukan revisi usulan anggaran.
7) Persetujuan revisi usulan anggaran.
8) Pengesahan anggaran.
b. Tahap Pelaksanaan (Akunting)
Arens dan Loebbecke menjelaskan bahwa akuntansi merupakan
proses pencatatan, pengelompokkan dan pengikhtisaran kejadiankejadian ekonomi dalam bentukyang teratur dan logis dengan tujuan
menyajikan informsi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan. Agar penyajian informasi tepat, maka seorang akuntan
harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai prinsip-prinsip dan
aturan-aturan dalam penyusunan informasi akntansi. Disamping itu,
seorang akuntan harus mengembangkan sistem yang dapat
menjamin bahwa semua peristiwa ekonomi yang terjadi dalam
organisasi dapat tercatat dengan mencukupi pada saat yang tepat
dengn biaya yang pantas.
Tujuan dari sistem akuntansi ini adalah untuk memastikan bahwa
data keuangan dan transaksi ekonomi diinputkan secara tepat
kedalam catatan akuntansi, serta laporan-laporan yang perlu
disajikan secara akurat dan tepat waktu.
Komponen-komponen sistem akuntansi, secara tradisional sistem
akuntansi terdiri dari komponen-komponen berikut:
1) Bagan Perkiraan/akun
Bagan perkiraan adalah daftar masing-msing item, di mana
pencatatannya dibagi dalam lima katagori.
a) Aktiva
b) Utang
c) Aktiva bersih
d) Pendapatan
e) Belanja
Masing-masing pencatatan ditetukan dengan mengidentifikasikan
angka yang diinput ke sistem akuntansi.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 199
2) Buku Besar
Buku besar mengklasifikasikan informasi pencatatan, dimana
bagan perkiraan atau akun bertindak sebagai daftar isi buku besar.
Dalam sistem manual, ringkasan total dari seluruh jurnal
dimasukkan ke dalam buku besar setiap bulannya dimana hal
inilikakukan selama satu tahun dan dilaporkan pada tanggal
neraca. Dalam sistem komputerisasi, data secara khusus
dimasukkan ke sistem sekali saja. Saat entri data telah disetujui
oleh pemakai, perangkat lunak memasukkan informasi itu ke
seluruh laporan, dimana angka yang dicatat akan muncul.
3) Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatat semua transaksi akuntansi
sebelum diklasifikasikan ke buku besar. Jurnal mengatur informasi
secara kronologis dan sesuai dengan jenis transakasi. Contoh:
a) Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas adalah
pencatatan secara kronologis atas cek yang ditulis, yang
dikategorikan menurut bagan perkiraan/akun.
b) Jurnal untuk mencatat transakasi penerimaan kas adalah
pencatatan secara kronologis atas seluruh setoran yang dibuat,
yang dikatagorikan menurut bagan perkiraan/akun.
c) Jurnal untuk mencatat transaksi gaji, yaitu jurnal yang mencatat
seluruh transakasi yang berkaitan dengan penggajian.
d) Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas dan piutang
merupakan bagian akun pertambahan biaya dan pendapatan.
Juranal ini bermanfaat untuk mengelompokkan transaksi
pertambahan biaya dan/atau pendapatan yang terlalu banyak
melalui jurnal.
4) Buku Cek
Buku cek menyajikan kombinasi jurnal dan buku besar. Sebagian
besar transaksi keuangan akn dicatat melalui buku cek, dimana tanda
penerimaan yang disetor ke dan dari saldo pembayaran akan buat.
c. Tahap Penilaian (Auditing)
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevalusian bahan
bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai entinitas ekonomi
yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. auditing seharusnya dilakukan
oleh seorang yang independen dan kompeten.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 200
Untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang dapat
diverifikasi dan sejumlah standar atau kriteria yang dapat digunkana
sebagai pegangan pengevalusian informasi tersebut. Agar dapat
diverifikasi, informasi harus dapat diukur.
Dalam auditing data akuntansiyang menjadi pokok adalah
menentukan apakah informasi yang tercatat telah tercermin dengan
benar kejadian ekonomi pada periode akuntansi. Oleh karena itu
kriterianya adala aturan-aturan akuntansi, maka seorang auditor harus
memahami aturan-aturan dikasud dengan baiak. Dalam asudit
laporan keuangan, aturan-aturan dimaksud adalahprinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Dalam sistem akkuntansi Indonesia,
maka standara akauntansi keuangan ditetapkan oleh IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia).
B. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Administrasi Keuangan Sekolah
Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah
prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan
bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping
itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini
dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi,
akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.
1. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang
manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu
kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang
transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan
lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan
jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus
jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan
untuk mengetahuinya.
Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan dukungan orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam
penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. Disamping
itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara
pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui
penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam
memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 201
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua
warga sekolah dan orang tua siswa misalnya Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) bisa ditempel di papan
pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata usaha sehingga
bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah
mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah
uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk
apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan
orang tua siswa terhadap sekolah.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain
karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di
dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan
peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang
secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan
kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama
yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu:
a. Adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan
menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen
dalam mengelola sekolah
b. Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya,
c. Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif
dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang
mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat
3. Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Garner (2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi,
karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai
tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian
visi lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”.
Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen
keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang
dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 202
rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif
outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency
”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out
put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga,
pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal:
a. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya:
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan
biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.
b. Dilihat dari segi hasil
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu,
tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik
kuantitas maupun kualitasnya.
2. Tata Laksana Sekolah
Tata laksana pendidikan sering disebut dengan istilah administrasi
tata usaha, yaitu segenap proses kegiatan pengelolaan suratmenyurat yang dimulai dari menghimpun (menerima), mencatat,
mengelola, menggandakan, mengirim dan menyimpan semua bahan
keterangan yang di perlukan oleh organisasi. Dengan pengertian ini
maka tata laksana atau tata usaha bukan hanya meliputi surat-surat
saja tetapi semua bahan keterangan atau informasi yang berwujud
warkat. Warkat ini adalah catatan tertulis atau bergambar mengenai
sesuatu hal untuk keperluan pengingatan agar apabila sewaktu-waktu
diperlukan dapat disiapkan.
Menurut Wililiam Leffingwe dan Edwin Robinson yang telah di
terjemahkan oleh The Liang Gie (2000: 60) pekerjaan kantor atau tata
laksana ini pekerjaannya menyangkut segala usaha perbuatan
menyangkut warkat, pemakaian warkat-warkat dan pemeliharaannya
guna dipakai untuk mencari keterangan dikemudian hari.
Tata Laksana/Tata Usaha Sekolah/Pendidikan merupakan seluruh
proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan secara sengaja
dan bersungguh-sungguh, serta membina kegiatan-kegiatan yang
bersifat tulis menulis di sekolah, agar PBM semakin efektif dan efisien
untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 203
Administrasi Tata Laksana merupakan serangkaian kegiatan
mencatat, menyimpan, menggandakan, menghimpun, mengolah, dan
mengirim benda-benda tertulis serta warkat yang pada hakikatnya
menunjang seluruh garapan administrasi sekolah/pendidikan.
Menurut The Liang Gie (2000:50).
a. Menghimpun yaitu kegiatan mencari dan mengusahakan
tersedianya segala keterangan yang tadinya belum ada atau
berserakan dimana-mana sehingga siap dipergunakan bila mana
diperlukan.
b. Mencatat yaitu meliputi kegiatan yang membutuhkan dengan
berbagai alat tulis-menulis mengenai keterangan-keterangan yang
diperlukan sehingga terwujudnya tulisan-tulisan yang dapat dibaca,
dikirim atau disimpan.
c. Mengolah yaitu bermacam-macam kegiatan mengerjakan
keterangan-keterangan dengan maksud menyajikan dalam bentuk
yang lebih berguna atau lebih jelas untuk dipakai.
d. Menggandakan yaitu kegiatan memperbanyak dengan berbagai
cara dan alat sebanyak jumlah yang diperlukan.
e. Mengirim yaitu kegiatan menyampaikan dengan berbagai cara dan
alat dari pihak pertama ke pihak yang lain.
f. Menyimpan yaitu kegiatan menaruh dengan berbagai cara dan alat
ditempat tertentu yang aman.
SIMPULAN
Administrasi keuangan merupakan salah satu substansi
administrasi sekolah yang akan turut menentukan berjalannya
kegiatan pendidikan di sekolah. Administrasi keuangan merupakan
tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan
pelaporan Dengan demikian, administrasi keuangan sekolah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah
mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan sekolah.
Melalui kegiatan administrasi keuangan maka kebutuhan
pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan
pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien.
Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah untuk Meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah, meningkatkan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 204
akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah dan untuk
meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
Pengelolaan administrasi keuangan sekolah perlu diawali dengan
perencanaan yang sebaik-baiknya karena perencanaan akan menjadi
peta atau pedoman jalannya pengelolaan administrasi keuangan
sekolah. Pengelolaan administrasi keuangan juga perlu menerapkan
prinsip-prinsip agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai
dengan perencanaan, dapat berjalan dengan transparan, efektif dan
efisien, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Administrasi Tata Laksana merupakan serangkaian kegiatan
mencatat, menyimpan, menggandakan, menghimpun, mengolah, dan
mengirim benda-benda tertulis serta warkat yang pada hakikatnya
menunjang seluruh garapan administrasi sekolah/pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin. (1994). Analisis Administrasi dan Kepemimpinan
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyono, (2009). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan,
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA,
Uhar Suharsaputra, (2013). Administrasi Pendidikan, Bandung: PT
Refika Aditama,
E. Mulyasa, (2012). Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Kadarman, A.M. dan Udaya, Jusuf. (1992). Pengantar Ilmu
Manajemen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tim Dosen ADM Pendidikan Universitas Pendidikn Indonesia, (2013).
Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
Manullang, M.. (1990). Dasar-dasar Manajemen. (akarta: Ghalia
Indonesia.
Suharsimi, Arikunto. Lia Yuliana. (2008). Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 205
ADMINISTRASI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau
buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan
hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan,
sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan
diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
persfektif makro banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan,
diantaranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas
pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar,
aplikasi metode, strategi dan pendekatan pendidikan yang mutakhir
dan modern, metode evaluasi pendidikan yang tepat, biaya pendidikan
yang memadai, manajement pendidikan yang dilaksanakan secara
profesional, sumberdaya manusia para pelaku pendidikan yang
terlatih, berpengetahuan, berpengalaman dan profesional (Hadis dan
Nurhayati, 2010:3).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu dilihat dari banyak
sudut pandang. Banyak pakar pendidikan mengemukakan
pendapatnya tentang faktor penyebab dan pemecahan masalah untuk
mengatasi kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Dengan
masukan ilmiah ahli itu, pemerintah tak berdiam diri sehingga tujuan
pendidikan nasional tercapai. Masukan ilmiah yang disampaikan para
ahli dari negara-negara yang berhasil menerapkannya, seperti
Amerika Serikat, Australia, Kanada, Selandia Baru dan Singapura
selalu memunculkan konsep yang tidak selalu bisa diadopsi dan
diadaptasi. Karena berbagai macam latar belakang yang berbeda,
seperti: situasi, kondisi, latar budaya dan pola pikir bangsa kita
tentunya tidak homogen dengan negara-negara yang diteladani.
Malahan, konsep yang diadopsi tersebut terkesan dijadikan sebagai
“proyek” yang bertendensi pada kepentingan pribadi atau kelompok
tertentu. Artinya, proyek bukan sebagai alat melainkan sebagai tujuan.
Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak
dilakukan, namun masih belum dapat secara langsung memberikan
efek perbaikan mutu. Di antaranya adalah usaha peningkatan mutu
dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain; Proyek
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 206
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Proyek
Perpustakaan, Proyek Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu
(BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS), Proyek Pengadaan
Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung
(DBL), Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus
Murid (BKM). Dengan memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah
kita simpulkan bahwa pemerintah telah banyak menghabiskan
anggaran dana untuk membiayai proyek itu sebagai upaya
meningkatkan mutu pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan melalui standarisasi dan
profesionalisasi yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut
pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam
berbagai komponen sistem pendidikan. Perubahan kebijakan
pendidikan dari sentralisasi menjadi desentralisasi telah menekankn
bahwa pengambilan kebijakan berpindah dari pemerintah pusat (top
government) ke pemerintahan daerah (district government), yang
berpusat pada pemerintahan kabupaten/kota. Dengan demikian,
kewenangan-kewenangan penyelenggaraan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah berada di pundak Pemerintah
kabupaten/kota, sehingga implementasinya akan diwarnai oleh
political will pemerintah daerah, yang dituangkan dalam Peraturan
Daerah (Perda). Dalam hal ini, tentu saja yang paling menentukan
adaah Bupati/Walikota, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),
dan Kepala Dinas Pendidikan beserta jajarannya. Oleh karena itu,
merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap peningkatan
mutu/kualitas pendidikan di daerahnya, meskipun tidak selamanya
demikian, karena dalam pelaksanaannya tidak sedikit penyimpangan
dan salah penafsiran terhadap kebijakan yang digulirkan, sehingga
menimbulkan berbagai kerancuan bahkan penurunan kualitas.
Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan,
keberhasilan dan kegagalan pendidikan di sekolah/madrasah sangat
bergantung pada guru, kepala sekolah/madrasah dan pengawas,
karena ketiga figur tersebut merupakan kunci yang menetukan serta
menggerakan berbagai komponen dan dimensi sekolah/madrasah
yang lain. Dalam posisi tersebut baik buruknya komponen
sekolah/madrasah yang lain sangat ditentukan oleh kualitas guru,
kepala sekolah/madrasah, dan pengawas, tanpa mengurangi arti
penting tenaga pendidikan yang lain. Implementasi desentralisasi
pendidikan menuntut kepala sekolah/madrasah dan pengawas untuk
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 207
mengembangkan sekolah/madrasah yang efektif dan produktif,
dengan penuh kemandirian dan akuntabilitas.
Pendidikan
bangsa
Indonesia
sekarang
ini
sangat
memprihatinkan banyak kasus-kasus yang terjadi di setiap penjuru
negeri. Masalah pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari
semakin rumit, bertambah banyak dan komplek. Salah satu
permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, meskipun mungkin telah banyak upaya dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya kurikulum nasional
dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pengadaan buku dan
alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana dan
peningkatan mutu manajemen sekolah/madrasah. Namun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota menunjukkan
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, tetapi
sebagian lainnya masih memprihatinkan.
Dalam persfektif mikro atau tinjauan secara sempit dan khusus,
faktor dominan yang berpengaruh dan berkontribusi besar terhadap
mutu pendidikan ialah guru yang profesional dan guru yang sejahtera
(Hadis dan Nurhayati, 2010:3). Oleh karena itu, guru sebagai suatu
profesi harus profesional dalam melaksanakan berbagai tugas
pendidikan dan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan yang
diamanahkan kepadanya. Dalam proses pendidikan guru memiliki
peranan sangat penting dan strategis dalam membimbing pesserta
didik kearah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga
guru sering dikatakan ujung tombak pendidikan. Dalam melaksanakan
tugasnya seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan
memiliki kemampuan teknis edukatif tetapi memiliki juga kepribadian
dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok
panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat (Sagala,
2007:99).
Upaya pemerintah yang begitu mahal belum menunjukkan hasil
menggembirakan. Ada yang berpendapat mungkin manajemennya
yang kurang tepat dan ada pula yang mengatakan bahwa pemerintah
kurang konsisten dengan upaya yang dijalankan. Karena itu, kembali
pada apa yang kita sebut sebagai kekayaan lokal, bahwa tidak
sepenuhnya apa yang dapat dipraktikkan dengan baik di luar negeri
bisa seratus persen juga berhasil di Indonesia, semua itu
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 208
membutuhkan tahapan, namun dengan kerangka yang jelas dan tidak
dibebani oleh proyek yang demi kepentingan sesaat atau golongan.
Hal-hal berikut adalah elemen dasar bagaimana kita dapat
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Manajemen Sumber Daya Manusia mengatakan penghargaan
diberikan untuk menarik dan mempertahankan SDM karena diperlukan
untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi. Staf (guru) akan
termotivasi jika diberikan penghargaan ekstrinsik (gaji, tunjangan,
bonus dan komisi) maupun penghargaan instrinsik (pujian, tantangan,
pengakuan, tanggung jawab, kesempatan dan pengembangan karir).
Mc. Keena & Beech (1995 : 161). Menurut Abraham H. Maslow
manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang memiliki lima tingkatan
(hierarchy of needs) yakni, mulai dari kebutuhan fisiologis (pangan,
sandang dan papan), kebutuhan rasa aman (terhindar dari rasa takut
akan gangguan keamanan), kebutuhan sosial (bermasyarakat),
kebutuhan yang mencerminkan harga diri, dan kebutuhan
mengaktualisasikan diri di tengah masyarakat.
Pendidik dan pengajar sebagai manusia yang diharapkan sebagai
ujung tombak meningkatkan mutu berhasrat mengangkat harkat dan
martabatnya. Jasanya yang besar dalam dunia pendidikan pantas
untuk mendapatkan penghargaan intrinsik dan ekstrinsik agar tidak
termarjinalkan dalam kehidupan masyarakat.
Setelah pembelajaran pada bab ini diharapkan mahasiswa
mengetahui tentang:
1. Hakikat Mutu Pendidikan;
2. Model dan Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah.
A. Hakikat Mutu Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, mutu adalah agenda utama dan
senantiasa menjadi tugas yang paling penting. Walaupun demikian,
mutu bagi sebagaian orang dianggapnya sebagai sebuah konsep yang
penuh dengan teka teki, membingungkan, sulit untuk di ukur. Mutu
memiliki presepsi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan pandangan
masing-masing orang. Para pakar pendidikan pun memiliki kesimpulan
yang berbeda tentang bagaimana cara menciptakan lembaga
pendidikan yang bermutu dengan baik.
Secara umum, mutu dapat diartikan sebagai gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan
kemamapuannya dalam memuasakan kebutuhan yang diharapakan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 209
atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses, dan output pendidikan (Depdiknas, 2001).
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang
dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapanharapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumber
daya meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah/madrasah, guru
termasuk guru BP, karyawan dan siswa) dan sumber daya selebihnya
(peralatan, perlengkapan, uang, bahan dan sebagainya). Input
merupakan perangkat lunak yang meliputi struktur organisasi
sekolah/madrasah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas,
rencana dan program. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan
dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah/madrasah.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Oleh karean itu rendahnya mutu input dapat diukur dari
tingkt kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi
pula mutu input tersebut.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses tersebut disebut input, sedang sesuatu hasil
dari proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro
(sekolah/madrasah), proses yang dimaksud adalah proses
pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses
pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring
dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memilki
tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses
lainnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian
dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa,
kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan secara
harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan
minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.
Kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak
sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, tetapi
pengetahuan tesebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik,
dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan yang lebih
penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar cara belajar (mampu
mengembangkan dirinya).
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 210
Output pendidikan merupakan kinerja sekolah/madrasah. Kinerja
sekolah/madrasah adalah prestasi sekolah/madrasah yang dihasilkan
dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari
kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya,
kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang
berkaitan dengan mutu output sekolah/madrasah, dapat dijelaskan
bahwa output sekolah/madrasah dikatakan berkualitas atau bermutu
tinggi jika prestasi sekolah/madrasah, khususnya prestasi siswa,
menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik,
berupa nilai ulangan umum, nilai ujian akhir, karya ilmiah, lombalomba akademik; dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya
IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan dan
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. mutu sekolah/madrasah
dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan
(proses) seperti misalnya perencanaaan, pelaksanan, dan
pengawasan.
Dalam
konteks
pendidikan
mikro
(tingkat
sekolah/madrasah) proses dimaksud adalah pengambilan keputusan,
proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi.
Hasil pendidik dipandang bermutu jika mampu melahirkan
keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang
dinyatakan lulus dari suatu jenjang pendidikan tertentu. Keunggulan
akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai peserta didik.
Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis
keterampilan yang diperolah siswa selama mengikuti program
ekstrakurikuler.
Menurut Jerome S. Arcaro, (2007) mutu adalah sebuah proses
struktur untuk memperbaiki keluaran yang di hasilkan. Filosofi
manajemen mutu Menurut Dr. W. Edward Deming, mutu
dikembangkan berdasarkan kebutuhan untuk memperbaiki kondisi
kerja bagi setiap pegawai atau mutu merupakan kesesuaian dengan
kebutuhan pasar atau konsumen. Menurut Crosby mutu ialah
conformance to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau
distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan
standar yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan
baku, proses produksi, dan produk jadi (Crosby, dalam Hadis dan
Nurhayati, 2010:85). Pendapat Garvi (dalam Hadis dan Nurhayati,
2010:86), menyatakan mutu adalah suatu kondisi dinamik yang
berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 211
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dengan
perubahan mutu tersebut, diperlukan peningkatan atau perubahan
keterampilan tenaga kerja, proses produksi dan tugas, serta
perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi dan
melebihi harapan konsumen. Kemudian dalam pandangan Zamroni
(2007:2) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu
proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu,
dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih
efektif dan efisien
Sedangkan menurut Edward Sallis, (2008) Mutu khususnya dalam
kontek Total Quality Managemet (TQM) adalah merupakan sebuah
filosofi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan
mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang
berlebihan. Lebih lanjut Edward Sallis (2008) menurutnya, mutu dapat
dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu
dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai
sesuatu yang absolut, misalnya restoran yang mahal dan mobil-mobil
yang mewah yang mahal. Sebagai suatu konsep yang absolut, mutu
sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar, ini merupakan suatu
idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam defenisi yang
absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang
sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang relatif
dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada sebuah produk yang
sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Untuk itu dalam defenisi relatif
ini produk atau layanan akan dianggap bermutu, bukan karena ia
mahal dan eksklusif, tetapi ia memiliki nilai misalnya keaslian produk,
wajar dan familiar. Sedangkan Mutu dalam konteks pendidikan,
pengertiannya meliputi input, proses dan output pendidikan. Input
pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Misalnya, sumberdaya,
perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses. Proses pendidikan merupakan berubahnya
sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh
terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu
dari proses disebut output.
Dalam rangka peningkatan pendidikan maka peningkatan materi
perlu sekali mendapat perhatian karena dengan lengkapnya materi
yang diberikan tentu akan menambah lebih luas akan pengetahuan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 212
Hal ini akan memungkinkan peserta didik dalam menjalankan dan
mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan baik dan
benar. Materi yang disampaikan pendidik harus mampu menjabarkan
sesuai yang tercantum dalam kurikulum. Pendidik harus menguasai
materi dengan ditambah bahan atau sumber lain yang berkaitan dan
lebih actual dan hangat. Sehingga peserta didik tertarik dan
termotivasi mempelajari pelajaran.
Metode merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan, maka
sebagai salah satu indikator dalam peningkatan kualitas pendidikan
perlu adanya peningkatan dalam pemakaian metode. Yang dimakud
dengan peningkatan metode disini, bukanlah menciptakan atau
membuat metode baru, akan tetapi bagaimana caranya penerapannya
atau penggunaanya yang sesuai dengan materi yang disajikan,
sehingga mmperoleh hasil yang memuaskan dalam proses belajar
mengajar. Pemakaian metode ini hendaknya bervariasi sesuai dengan
materi yang akan disampaikan sehingga peserta didik tidak akan
merasa bosan dan jenuh atau monoton. Untuk itulah dalam
penyampaian metode pendidik harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: 1) Selalu berorientasi pada tujuan; 2) Tidak hanya terikat pada
suatu alternatif saja; 3) Mempergunakan berbagai metode sebagai
suatu kombinasi, misalnya: metode ceramah dengan tanya jawab.
Sarana adalah alat atau metode dan teknik yang dipergunakan
dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi
edukatif antara pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan
dan pengajaran di sekolah. Dari segi sarana tersebut perlu
diperhatikan adanya usaha meningkatkan sebagai berikut: 1) Mengerti
secara mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan; 2)
Mengerti pengunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi
belaja mengajar; 3) Pembuatan media harus sederhana dan mudah;
4) Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang
akan diajarkan. Semua sekolah meliputi peralatan dan perlengkapan
tentang sarana dan prasarana, ini dijelaskan dalam buku “Admitrasi
Pendidikan” yang disusun oleh Tim Dosen IP IKIP Malang
menjelaskan: sarana sekolah meliputi semua peralatan serta
perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah, contoh: gedung sekolah (school building), ruangan meja,
kursi, alat peraga, dan lain-lainnya. Sedangkan prasarana merupakan
semua komponen yang secara tidak langung menunjang jalannya
proses belajar mngajar atau pendidikan di sekolah, sebagai contoh:
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 213
jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan
semuanya yang berkenaan dengan sekolah.
Dalam setiap proses belajar mengajar yang dialami peserta didik
selamanya lancar seperti yang diharapkan, kadang-kadang mengalami
kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kendala tersebut perlu diatasi
dengan berbagai usaha sebagai berikut: 1) Memberi Rangsangan.
Minat belajar seseorang berhubungan dengan perasaan seseorang.
Pendidikan harus menggunakan metode yang sesuai sehingga
merangsang minat untuk belajar dan mempelajari baik dari segi
bahasa maupun mimik dari wajah dengan memvariasikan setiap
metode yang dipakai. Dari sini menimbulkan yang namanya cinta
terhadap bidang studi, sebab pendidik mampu memberikan ransangan
terhadap peserta didik untuk belajar, karena yang disajikan benarbenar mengenai atau mengarah pada diri peserta didik yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya setelah peserta didik
terangsang terhadap pendidikan maka pendidik tinggal memberikan
motivasi secara kontinyu. Oleh karena itu pendidik atau lembaga
tinggal memberikan atau menyediakan sarana dan prasarana saja,
sehingga peserta didik dapat menerima pengalaman yang dapat
menyenangkan hati para peserta didik sehingga menjadikan peserta
didik belajar semangat. 2) Memberikan Motivasi Belajar. Motivasi
adalah sebagai pendorong peserta didik yang berguna untuk
menumbuhkan dan menggerakkan bakat peserta didik secara integral
dalam dunia belajar, yaitu dengan diambil dari sisitem nilai hidup
peserta didik dan ditujukan kepada penjelasan tugas-tugas. Motivasi
merupakan daya penggerak yang besar dalam proses belajar
mengajar, motivasi yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa:
a. Memberikan penghargaan. Usaha-usaha meyenangkan yang
diberikan kepada peserta didik yang berprestasi yang bagus, baik
berupa kata-kata, benda, simbul atau berupa angka (nilai).
Penghargaan ini bertujuan agar peserta didik selalu termotivasi untuk
lebih giat belajar dan mampu bersaing dengan teman-temannya
secara sehat, karena dengan itu pendidik akan mudah meningkatkan
kualita pendidikan. b. Memberikan hukuman. Pemberian hukuman ini
bersifat mendidik artinya bentuk hukuman itu sendiri berkaitan dengan
pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan. c.
Mengadakan kompetisi dan lomba. Pengadaan ini dipergunakan untuk
meningkatkan prestasi peserta didik untuk membantu peserta didik
dalam pembentukan mental yang tangguh selain pembentukan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 214
pengetahuan.untuk membantu proses pengajaran yang selalu dimulai
dari hal-hal yang nyata bagi siswa.
B. Model dan Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak
sisi. Telah banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya
tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi kemerosotan mutu
pendidikan di lndonesia. Dengan masukan ilmiah ahli itu, pemerintah
tak berdiam diri sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai. Dalam
persfektif makro banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan,
diantaranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas
pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar,
aplikasi metode, strategi dan pendekatan pendidikan yang mutakhir
dan modern, metode evaluasi pendidikan yang tepat, biaya pendidikan
yang memadai, manajement pendidikan yang dilaksanakan secara
profesional, sumberdaya manusia para pelaku pendidikan yang
terlatih, berpengetahuan, berpengalaman dan profesional (Hadis dan
Nurhayati, 2010:3).
1. Teori dan model peningkatan mutu pendidikan
Teori merupakan serangkaian konsep, variabel dan proposisi yang
memiliki keterkaitan kausalitas sehingga merupakan satu kesatuan
yang utuh yang dapat menjelaskan suatu fenomena. Model
merupakan terminologi yang seringkali dipergunakan untuk menunjuk
teori.
a. Teori Total Quality Management (TQM)
Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah/madrasah mencakup
dan menekankan pada tiga kemampuan, yaitu kemampuan
akademik, kemampuan sosial, dan kemampuan moral. Menurut
teori ini, mutu sekolah/madrasah ditentukan oleh tiga variabel,
yakni kultur sekolah/madrasah, proses belajar mengajar dan
realitas sekolah/madrasah. Kultur sekolah/madrasah merupakan
nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan,
dan berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di
sekolah/madrasah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan
berikutnya baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini
mempengaruhi perilaku komponen sekolah/madrasah, yaitu guru,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 215
kepala sekolah/madrasah, staf administrasi, siswa, dan juga orang
tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan
mendorong perilaku warga sekolah/madrasah kearah peningkatan
mutu sekolah/madrasah, sebaliknya kultur sekolah/madrasah yang
tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu
sekolah/madrasah.
Kultur sekolah/madrasah dipengaruhi dua variabel, yakni
variabel pengaruh eksternal dan realitas sekolah itu sendiri.
Pengaruh eksternal dapat berupa kebijakan pendidikan yang
dikeluarkan pemerintah, perkembangan media massa dan lain
sebagainya. Realitas adalah keadaan dan kondisi faktual yang ada
di sekolah/madrasah, baik kondisi fisik seperti gedung dan
fasilitasnya, maupun non fisik seperti; hubungan antar guru yang
tidak harmonis dan peraturan sekolah yang kelewat kaku. Realitas
sekolah/madrasah
mempengaruhi
mutu
sekolah/madrasah.
Sekolah/madrasah yang memilki peraturan yang diterima dan
dilaksanakan oleh warga sekolah/madrasah akan memiliki dampak
ats mutu yang berbeda dengan sekolah/madrasah yang memliki
peraturan tetapi tidak diterima warga sekolah/madrasah.
Kualitas kurikulum dan proses belajar mengajar merupakan
variabel ketiga yang mempengaruhi mutu sekolah. Variabel ini
merupakan variabel yang paling dekat dan paling menentukan
mutu lulusan. Kualitas kurikulum dan PBM memilki hubungan
timbal balik dengan realitas sekolah/madrasah. Di samping itu juga
dipengaruhi oleh faktor internal sekolah/madrasah. Faktor internal
adalah aspek kelembagaan dari sekolah/madrasah seperti struktur
organisasi, bagaimana pemilihan kepala sekolah/madrasah,
pengangkatan guru. Faktor internal ini akan mempengaruhi
pandangan dan pengalaman sekolah/madrasah. Selain itu,
pandangan dan pengalaman sekolah juga akan di pengaruhi oleh
faktor eksternal.
b. Teori Organizing Business for Excelency
Teori ini dikembangkan oleh Andrew Tani (2004), yang
menekankan pada keberadaan sistem organisasi yang mampu
merumuskan dengan jelas visi, misi dan strategi untuk mencapai
tujuan yang optimal. Teori ini menjelaskan bahwa peningkatan mutu
sekolah/madrasah berawal dari dan dimulai dari dirumuskannya visi
sekolah/madrasah. Dalam rumusan visi ini terkandung mutu
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 216
sekolah/madrasah yang diharapkan di masa mendatang. Visi sebagai
gambaran masa depan dapat dijabarkan dalam wujud yang lebih
konkrit dalam bentik misi. Yakni suatu pernyataan yang menyatakan
apa yang akan dilakukan untuk bisa mewujudkan gambaran masa
depan menjadi realitas. Konsep misi mengandung dua aspek, yaitu
aspek abstrak dan konkrit. Misi mengandung aspek abstrak dalam
bentuk perlunya kepemimpinan. Kepemimpinan adalah sesuatu yang
tidak tampak. Kepemimpinan yang hidup di sekolah/madrasah akan
melahirkan kultur sekolah/madrasah. Bagaimana bentuk dan sifat
kultur sekolah sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan di
sekolah/madrasah. Jadi kepemimpinan dan kultur sekolah/madrasah
merupakan sisi abstrak dari konsep misi.
Di satu sisi, misi juga mengandung sesuatu yang bersifat konkrit
yaitu strategi dan program, yang dapat dirumuskan dalam rancangan
tertulis. Strategi dan program dapat diketahui secara umum, biasanya
berkaitan erat dengan infrastruktur sekolah/madrasah, seperti
keberadaan wakasek, wali kelas, komite, perpustakaan, laboratorium,
dan sebagainya yang dibutuhkan. Program belajar mengajar yang
merupakan basis dari mutu sekolah/madrasah sangat ditentukan oleh
dua variabel di atas yakni kultur sekolah dan infrastrutur yang ada.
Kualitas interaksi antara guru dan siswa sebagai wujud proses belajar
mengajar disatu sisi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan
prasarana sebagai salah satu wujud infrastruktur sekolah/madrasah.
Dan disisi lain, kualitas interaksi tersebut sangat ditentukan oleh kultur
sekolah. Keduanya memberikan dampak atas proses belajar mengajar
secara simultan, berkesinambungan, tidak bisa direduksi, dan tidak
bias dipilah-pilah.
c. Model Peningkatan Mutu Faktor Empat
Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah/madrasah merupakan
hail dari pengaruh langsung proses belajar mengajar. Seberapa tinggi
kualitas proses belajar akan menunjukkan seberapa tinggi kualitas
sekolah/madrasah. Kualitas sekolah berawal dari adanya visi
sekolah/madrasah, yang kemudian dijabarkan dalam misi
sekolah/masdrasah. Sebagaimana dijelaskan dalam teori ekselansi
organisasi, maka misi mengandung dua aspek, yaitu aspek abstrak
dan konkrit.
Misi mengandung nilai-nilai seperti menjunjung tinggi kejujuran,
kerja keras, kebersamaan. Pada tahap berikutnya nilai-nilai itu akan
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 217
berpengaruh pada terhadap kultur sekolah/madrasah. Karena memiliki
nilai-nilai kejujuran maka interkasi antar warga sekolah/madrasah
didasari pada saling percaya mempercayai, sehingga suasana
sekolah/madrasah enak, harmonis dan nyaman. Karena memiliki nilai
kerja keras, maka kultur sekolah/madrasah menunjukkan adanya
kebiasaan untuk tidak menunda-nunda pekerjan. Disisi lain juga, misi
juga mengandung aspek konkrit, yakni berupa strategi dan program,
yang menuntut keberadaan infrastruktur. Berbeda dengan teori
ekselensi organisasi, pada teori ini baik aspek abstrak maupun konkrit
dari misi berpengaruh langsing terhadap kepemimpinan. Dalam kaitan
ini kepemimpinan memiliki dua aspek, yaitu kepemimpinan dengan
kemampuan untuk menggerakkan, menanamkan dan mempengaruhi
aspek abstrak, dan juga aspek manajerial yang merupakan
kemampuan konrit dalam mengorganisir, mengeksekusi, memonitor
dan mengontrol. Dua variabel kepemimpinan dan manajerial inilah
yang akan menentukan kualitas PBM bersama-sama dengan
keberadaan kultur sekolah dan infrastruktur yang dimilki sekolah. Jadi,
pada “Model Empat” ini kualitas proses belajar mengajar ditentukan
oleh kultur sekolah, kepemimpinan, manajerial dan infrastruktur yang
ada.
2. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah
Strategi merupakan penentuan suatu tujuan jangka panjang dari
suatu lembaga dan aktivitas yang harus dilakukan guna mewujudkan
tujuan tersebut, disertai alokasi sumber yang ada sehingga tujuan
dapat diwujudkan secara efektif dan efesien. Penentuan tujuan dan
aktivitas yang dilakukan bermula dari kondisi saat ini yang ada dan
kondisi yang akan dicapai masa depan sebagai tujuan. Terdapat tiga
perencanaan strategis yang berkaitan dengan peningkatan mutu
sekolah, yaitu strategi yang menekankan pada hasil (the output
oriented strategy), strategi yang menekankan pada proses (the
process oriented strategy), dan strategi komprehensif (the
comprehensive strategy).
Strategi yang menekankan pada hasil bersifat top down, di mana
hasil yang akan dicapai baik kuantitas maupun kualitas telah
ditentukan dari atas, bias dari pemeritah pusat, pemerintah daerah
propinsi, ataupun pemerintah daerah kabupaten/kota. Kasus di
Indonesia saat ini, hasil yang herus dicapai telah dirumuskan dalam
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 218
Standar Kopetensi Lulusan dan Standar Kompetensi Dasar. untuk
mencapai standar yang telah ditetapkan pemerintah juga akan
menetapkan berbagai standar yang lain , seperti standar proses,
standar pengelolaan, standar fasilitas, dan standar tenaga pendidik.
Strategi yang menekankan pada hasil ini akan sangat efektif karena
sasarannya jelas dan umum, sehingga apabila diikuti dengan
pedoman, pengendalian dan pengorganisasian yang baik serta
kebijakan yang memberikan dorongan sekaligus ancaman bagi yang
menyimpang, strategi ini akan akan sangat efesien. Namun, dibalik
kebaikan tersebut strategi ini juaga mengandung sisi kelemahan yakni
akan terjadi kesenjangan yang semakin besar antara sekolah yang
maju dan sekolah yang terbelakang. Sekolah yang sudah siap untuk
mencapai hasil yang ditentukan akan dengan mudah mencapainya,
sebaliknya sekolah yang tidak siap sulit untuk mencapai hasil yang
ditentukan dan akan muncul upaya-upaya yang tidak sehat atau
muncul keputusasaan.
Untuk strategi yang menekankan pada prosesi muncul, tumbuh
berkembang dan digerakkan mulai dari bawah, yakni sekolah sendiri.
Pelaksanaan strategi ini sangat ditentukan oleh inisiatif dan
kemampuan dari sekolah. Karena sekolah memilki peran yang sangat
menentukan dan sekaligus pengambil inisiatif, maka akan muncul
semangat dan kekuatan dari sekolah sesuai kondisi dari masingmasing sekolah. Gerakan untuk memperkuat diri dengan bekerjasama
diantara sekolah akan lahir yang akan diikuti dengan munculnya
berbagai inovasi dan kreasi dari bawah. Namun, strategi ini memiliki
kelemahan yaitu arah dan kualitas sekolah tidak seragam, sehingga
sulit untuk melihat dan meningkatkan kualitas secara nasional.
Layaknya, kalau ada dua pendapat yang bertolak belakang akan
muncul pendapat ke tiga yang merupakan perpaduan diantaranya.
Demikian pula dalam kaitan dengan strategi, muncul strategi
peningkatan mutu sekolah yang ketiga yang merupakan kombinasi
dari dua strategi yang sudah ada. Strategi ini disebit strategi yang
komprehensif (the comprehensive strategy).
Strategi ini menggariskan bahwa hasil yang akan dicapai sekolah
ditentukan secara nasional, yang diwujudkan dalam dalam standar
nasional. Untuk mencapainya maka berbagai standar yang berkaitan
dengan hasil juga ditentukan sebagai jaminan hasil akan dicapai.
Maka lahir lah pula standar proses, standar pengelolaansekolah,
standar guru, kepala sekolah dan pengawas, standar keuangan,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 219
standar isi kurikulum, serta standar sarana prasarana. Di balik standar
yang telah ditentukan dari atas tersebut, sekolah memiliki kekuasaan
dan otoritas yang besar untuk mengelola sekolah dalam rangka
mencapai standar hasil di atas. Berdasarkan strategi ini diperkiarakan
akan muncul berbagai inovasi kegiatan dari sekolah. Bahkan, tidak
mustahi akan muncul kenekaragaman dalam pengelolaan sekolah.
Dengan demikian kondisi dan kebutuhan lokal terakomodasi dengan
strategi komprehensif. Tujuannya bersifat nasional tetapi cara
mencapainya sesuai dengan kondisi lokal.
Strategi peningktan mutu sekolah yang ada di Indonesia cenderung
pada strategi yang ketiga ini, sebagimana dapat ditunjukkan dengan
adanya berbagai standar nasional yang menjadi acuan sekolah,
namun sekolah diberi kebebasan dalam bentuk kebijakan manajemen
berbasis sekolah dan kurikulum berbasis kompetensi dengan
kewenangan sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Setiap strategi mengandung kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan ini pada
intinya adalah menggerakkan semua komponen sekolah yang
bermuara pada peningkatan kualitas lulusan. Strategi untuk
meningkatkan mutu mencakup membangun kapasitas level birokrat,
sekolah dan kelas.
a. Membangun kapasitas level birokrat
Membangun kapasitas (capacity building) adalah sesuatu yang
berkaitan dengan penciptaan kesempatan bagi siapa saja untuk
mengambil manfaat dari bekerjasama dalam suatu sistem kerja yang
baru (Harris & Lambert, 2003). Konsep ini menekankan pada kerja
sama sebagai prinsip dalam organisasi untuk mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan. Capacity building yang diperlukan
mencakup tiga hal; 1) pengembangn nilai-nilai atau budaya kerja yang
menjadi jiwa pelaksanaan kegiatan, 2) infrastruktur yang mejnadi
landasan untuk melaksanakan kerja, dan 3) pengembangn tenaga
pendidik, khususnya guru, sebagai inti pelaksana kegiatan yang harus
dilaksanakan.
Membangun kapasitas level birokrat berarti mengembangkan
suasana kerja di kalangan staf dan pegawai kantor pendidikan di
segala jenjang, yang menenkankan pada penciptaan kondisi kerja yang
didasarkan pada saling percaya mempercayai untuk dapat melayani
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 220
sekolah sebaik mungkin, agar sekolah dapat mengelola proses belajar
mengajar (PBM) dan meningkatkan mutunya masing-masing sesuai
dengan kondisi dan situasi yang ada. Variable yang diperluakan dalam
pengembangan kapasitas birokrat kantoran antara lain visi, skills,
incentive, sumber daya, dan program.
Di bidang infrastruktur, pembangunan kapasitas pada level birokrat
kantoran, keberadaan operation room mutlak diperlukan. Pada
operation room paling tidak memiliki peta sekolah dan kualitasnya, peta
guru, jumlah, penyebaran, kesesuaian, dan kualifikasi pendidikannya
dan data yang senantiasa dimutakhirkan dari tahun ke tahun.
Disamping itu diperlukan juga suatu sistem, mekanisme dan dan
prosedur pelatihan, pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian
kepala sekolah dan pengawas. Berdasarkan data dan fakta yang ada
pada operation room bias dikembangkan berbagai skenario
peningkatan mutu sekolah, mutu kepala sekolah, mutu guru, di suatu
daerah atau wilayah. Di samping itu, dalam pembangunan kapasitas
sekolah pada level birokrat kantoran perlu dikaji dan ditentukan
skenario bagaimana pemberdayaan guru, pengembangan dan
peningkatan
kemampuan
guru
secara
berkesinambungan
dilaksanakan. Dalam peningkatan mutu guru harus ditekankan pada
pemberdayaan dan pendinamisian KKG, MGMP, dan MKKS.
Dinamisasi ini ditujukan ubtuk dua hal, yaitu: 1) meningkatkan interaksi
akademik antara guru dan kepala sekolah; 2) untuk mengembangkan
kemampuan di kalangan guru melalui refleksi secara sistematis atas
apa yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.
Dalam aspek pengembangan tenaga pendidikan ini pula birokrat
kantoran harus mempersiapkan rancangan pengadaan guru, baik
karena lingkaran proses pensiun sudah mulai muncul maupun
perluasan pelayanan pendidikan yang semakin lebar, sehingga
penambahan lembaga pendidikan baru tidak dapat ditunda lagi.
Peningkatan kemapuan profesioanalitas guru yang harus dimiliki oleh
guru ada empat sasaran, yaitu; 1) kemampuan melaksanakan PBM
secara individual, 2) kemampuan melaksanakan PBM dan
mengembangkan kurikulum secara berkelompok, 3) kemampuan
mengorganisir, memimpin, menjalin, hubungan, dan memecahkan
masalah secara individual dan, 4) kemampuan untuk bekerjasama
memajukan sekolah.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 221
b. Membangun kapasitas level sekolah
Membangun kapasitas berarti membangun kerjasama, membangun
trust, dan membangun kelompok atau masyarakat sehingga memiliki
persepsi yang sama kemana akan menuju dan dapat bekerjasama
untuk mewujudkan tujuan itu. Membangun kapasitas diarahkan pada
sekolah sebgai suatu sistem dan juga level kelas sebagai inti dari
sekolah. Secara teoritis dalam membangun kapasaitas sekolah ada
beberapa konsep yang diidentifikasi oleh Hopkins & Jackson (2002),
yaitu: 1) dalam membangun kapasitas sekolah individu memegang
peranan penting. Individu dalam hal ini bisa kepala sekolah, guru
ataupun siswa. 2) hubungan dan kaitan kerja diantara individu-individu
yang dirangkum dalam suatu aturan sehingga mereka dapat bekerja
sebagai suatu tim yang solid. 3) terdapat suatu sistem dan meanisme
yang mendorong dan memfasilitasi terjadinya kesatuan kerja dan
jaringan kerja internl yang akan meningkatkan kemampuan individu
dan kualitas kerjasama. 4) keberadaan pemimpin yang mampu
mengembangkan nilai-nilai, kultur, kepercayaan/trust, keutuhan sosial,
dan kebersamaan yang tulus. Jadi membangun kapaistas mencakup
membangun diri idividu, kelompok dan organisasi di satu sisi dan
membangun kepemimpinan di sisi lain. Membangun kapasitas level
sekolah mencakup: mengembangkan visi dan misi; mengembangkan
kepemimpinan dan manajemen sekolah; mengembangkan kultur
sekolah; mengembangkan e-learning school, dan melibatkan orang
tua, alumni dan masyarakat serta memahami tantangan yang dihadapi
kepala sekolah.
c. Membangun kapasitas level kelas
Inti dari mutu pendidikan terletak pada apa yang terjadi di ruang
kelas. Meningkatkan mutu sekolah pada intinya berujung pada
peningkatan mutu belajar mengajar di ruang kelas. Oleh karenanya,
membangun kapasitas sekolah harus membangun kapasitas kelas.
Kapasitas kelas merupakan proses yang memungkinkan interaksi
akademik antara guru dan siswa, dan antara komponen di sekolah
yang berlangsung secara positif. Interaksi anatar guru dan siswa
merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Interaksi m emiliki dua
macam sifat, yakni: sifat positif dan negatif. Interaksi yang positif akan
melahirkan energi yang positif yang akan mendukung peningkatan
mutu. Sebaliknya interaksi negatif akan menghasilkan dampak negatif
bagi upaya penigkatan mutu. Dengan demikian, kepala sekolah harus
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 222
melakukan rekayasa agar di kelas muncul interaksi guru dan siswa
yang bersifat positif.
Beberapa asumsi dasar berkaitan dengan pembangunan kapasitas
level kelas antara lain; 1) memahami hakekat proses belajar mengajar;
2) memahami karakteristik kerja guru; 3) mengembangkan
kepemimpinan
pembelajaran;
4)
meningkatkan
kemampuan
mengelola kelas; dan 5) tantangan guru.
Guru memiliki posisi dan merupakan strategi yang sangat penting
dalam pengembangan potensi yang dimiliki peerta didik. Pada diri
gurulah kejayaan dan keselamatan masa depan bangsa dengan
penanaman nilai-nilai dasar yang luhur sebagai cita-cita pendidikan
nasional dengan membentuk kepribadian sejahtera lahir dan bathin,
yang ditempuh melalui pendidikan agama dan pendidikan umum. Oleh
karena itu peningkatan kualitas guru sudah harus menjadi sebuah
keniscayaan, karena guru harus mampu menjadi seorang pendidikan
yang proporsional diberbagai hal. Hal ini sebagai suatu upaya agar
mampu mendidik peserta didik dalam kreativitas dan kehidupan
sehari-harinya. Untuk meningkatkan profesionalisme pendidik dalam
pembelajaran, perlu ditingkatkan melalui cara-cara sebagai berikut:
1. Mengikuti Penataran
Menurut para ahli bahwa penataran adalah semua usaha
pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru
menyelaraskan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang-bidang
masing-masing.Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri di tujukan:
a. Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masing-masing.
b. Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang
optimal.
c. Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan.
Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kerja, keahlian dan peningkatan terutama pendidikan untuk
menghadapi arus globaliasi.
2. Mengikuti Kursus-Kursus Pendidikan
Hal ini akan menambah wawasan, adapun kursus-kursus biasanya
meliputi pendidikan arab dan inggris serta komputer.
3. Memperbanyak Membaca
Menjadi guru professional tidak hanya menguasai atau membaca
dan hanya berpedoman pada satu atau beberapa buku saja, guru
yang berprofesional haruslah banyak membaca berbagai macam buku
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 223
untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan sehingga
sebagai pendidik tidak akan kekurangab pengetahuan-pengetahuan
dan informasi-informasi yang muncul dan berkembang di dalam
mayarakat.
4. Mengadakan Kunjungan Kesekolah Lain (studi komparatif)
Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan
kunjungan antar sekolah sehingga akan menambah wawasan
pengetahuan, bertukar pikiran dan informasi tentang kemajuan
sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang
dimilikinya serta mengatai permasalahan-permasalahan dan
kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan pendidikan akan bisa
tercapai dengan cepat.
5. Mengadakan Hubungan Dengan Wali Siswa
Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting
sekali, karena dengan ini guru dan orang tua akan dapat saling
berkomunikasi, mengetahui dan menjaga peserta didik serta bisa
mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena jam pendidikan
yang diberikan di sekolah lebih sedikit apabila dibandingkan jam
pendidikan di dalam keluarga.
3. Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS)
MBS di pandang sebgai alternatif dari pola umum pengoperasian
sekolah yang selama ini memusatkan wewenang di kantor pusat dan
daerah. MBS adalah strategi untuk meningkatkan pendidikan dengna
mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan dari pusat dan
daerah ke tingkat sekolah. Dengan demikian, MBS pada dasarnya
merupakan system manajemen dimana sekolah merupakan unit
pengambilan keputusan penting tentang penyelenggaraan pendidikan
secara mandiri. MBS memberikan kesempatan pengendalian lebih
besar kepada kepala sekolah, guru, murid dan orang tua atas proses
pendidikan di sekolah mereka.
Dalam pendekatan ini, tanggung jawab pegambilan keputusan
tertentu mengenai anggaran, kepegawaian dan kurikulum ditempatkan
ditingkat sekolah dan bukan di tingkat daerah apalagi pusat. Melaui
keterlibatan guru, orang tua dan anggota masyarakat lainnya dalam
keputusan-keputusan penting, MBS dipandang dapat menciptakan
lingkungan belajar yang efektif bagi para murid. Dengan demikian,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 224
pada dasrnya MBS adalah upaya memandirikan sekolah dengan
memberdayakannya. Para pendukung MBS berpendapat bahwa
prestasi belajar murid lebih mungkin meningkat jika manajemen
pendidikan dipusatkan di sekolah ketimbang di tingkaat daerah. Para
kepala sekolah cenderung lebih peka dan sangat mengetahui
kebutuhan murid dan sekolahnya ketimbang para birokrat di tingkat
pusat dan daeraah. Lebih lanjut dinyatakan bahwa reformasi
pendidikan yang bagus sekalipun tidak akan berhasil jika para guru
yang harus menerapkannya tidak berperan serta dalam
merencanakannya.
Berdasarkan MBS maka tugas-tugas manajemen sekolah
ditetapkan menurut karakteristik dan kebutuhan sekolah itu sendiri.
Oleh karena itu, sekolah mempunyai otonomi dan tanggung jawab
yang lebih besar atas penggunaan sumber daya sekolahguna
memecahkan masalah sekolah dan menyelenggarakan aktivitas
pendidikan yang efektif demi pekembangan jangka panjang sekolah.
Model MBS yang diterapkan di Indonesia adalah Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasai Sekolah (MPMBS). Konsep dasar
MPMBS adalah adanya otonomi dan pengambilan keputusan
partispatif. Artinya MPMBS memberikan otonomi yang lebih luas
kepada masing-masing sekolah secara individual dalam menjalankan
program seklahnya dan dalam menyelesaikan permasalahan yang
terjadi. Sebagai suatu sistem, MPMBS memiliki komponen-komponen
yang saling terkait secara sistematis satu sama lain, yaitu contxt, input,
process, output, dan outcome (Depdiknas, 2003: 52). Muara dari
semua kegiatan sekolah adalah mutu hasil belajar siswa. Kemajuan
suatu sekolah akan dilihat dari sejauh mana kualitas hasil belajar
siswanya. Oleh karena itu, indikator keberhasilan pelaksanaan
MPMBS di sekolah adalah kualitas kinerja siswa atau kualitas hasil
belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat bersifat akademik maupun
non-akademik. Dalam hal ini, sekolah harus dapat menunjukkan
sejauh mana kinerja siswa ini meningkat (secara kuantitatif dan
kualitatif) setelah program MPBMS dilakukan. Dalam mengukur
keberhasilan kinerja siswa ini, sekolah hendaknya memiliki indikatorindikator yang jelas, diketahui oleh semua pihak, dan dapat diukur
dengan mudah. Selain terdapat keluaran (output), sekolah juga harus
memiliki kriteria keberhasilan yang jelas terhadap dampak (outcome)
program-program sekolah terhadap sekolah sendiri, lulusannya, dan
masyarakat. Setelah berlangsung sejak 1999, kiranya efektivitas
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 225
implementasi MPMBS di sekolah rintisan sudah layak untuk
dievaluasi. Evaluasi efektivitas MPMBS perlu dilakukan terhadap
komponen-komponen context, input, proses, output, dan outcome.
Evaluasi ini akan menunjukan tingkat efektivitas dari masing-masing
komponen serta aspek-aspek dari komponen itu. Berkaitan dengan
inilah, penelitian evaluatif efektivitas MPMBS di sekolah perlu
dilakukan.
Tabel 1. Komponen MPMBS
Komponen
MPMBS.
Komponen
Konten
Komponen
Input
Komponen
Process
Indikator
2. Kebijakan dalam bidang pendidikan
3. Kondisi geografis dan sosial ekonomi
masyarakat
4. Tantangan masa depan bagi lulusan
5. Aspirasi pendidikan masyarakat sekitar
sekolah
6. Daya dukung masyarakat terhadap program
pendidikan
1. Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu;
2. Sumber daya manusia;
3. Sumber daya lain(dana, peralatan,
perlengkapan, bahan);
4. Harapan prestasi tinggi;
5. Fokus pada pelanggan;
6. Manajemen yang terdiri dari tugas, rencana,
program, regenerasi.
1. Proses belajar mengajar yang efektif;
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat;
3. Penciptaan lingkungan sekolah yang aman
dan tertib;
4. Pengelolaan tenaga pendidikan yang efektif;
5. Budaya mutu;
6. Kerjasama tim;
7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat;
8. Keterbukaan;
9. Kemauan untuk berubah (inovasi);
10. Evaluasi dan perbaikan;
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 226
Komponen
Product
Output
Outcome.
11.
12.
13.
14.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Responsif terhadap kebutuhan;
Komunikasi yang baik;
Akuntabilitas;
Sustainabilitas.
Hasil belajar yang bersifat akademik;
Imam dan taqwa;
Masalah dan hambatan yang dihadapi siswa;
Siswa yang diterima di PT;
Popularitas Sekolah;
Gaji/pengasilan Guru;
Masa tunggu mencarai pekerjaan;
Kesesuaian dengan pasar kerja.
a.
Tujuan MBS
Tujuan penerapan MBS adalah untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui kewenangan/otonomi kepada
sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif. Lebih rincinya MBS bertujuan untuk:
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yan
tersedia;
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama;
3) Meningkatkan tanggung jawab kepala sekolah kepada orang tua,
masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolahnya;
4) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.
b.
1)
2)
3)
4)
5)
Prinsip dan implementasi MBS
Fokus pada mutu;
Bottom up planning dan decision making;
Mnajemen yang transparan;
Pemberdayaan masyarakat;
Peningkatan mutu yang berkelanjutan;
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 227
4. Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Pendidik
Kurikulum dan panduan manajemen sekolah sebaik apapun tidak
akan berarti jika tidak ditangani oleh guru profesional. Karena itu
tuntutan terhadap profesinalisme guru yang sering dilontarkan
masyarakat dunia usaha/industri, legislatif, dan pemerintah adalah hal
yang wajar untuk disikapi secara arif dan bijaksana. Konsep tentang
guru profesional ini selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang
wawasan dan kebijakan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran,
penelitian pendidikan (tindakan kelas), evaluasi pembelajaran,
kepemimpinan pendidikan, manajemen pengelolaan kelas/sekolah,
serta tekhnologi informasi dan komunikasi. Sebagian besar tentang
indikator itu sudah diperoleh di LPTK. Fenomena menunjukkan bahwa
kualitas profesionalisme guru kita masih rendah. Faktor-faktor internal
seperti penghasilan guru yang belum mampu memenuhi kebutuhan
fisiologis dan profesi masih dianggap sebagai faktor determinan.
Akibatnya, upaya untuk menambah pengetahuan dan wawasan
menjadi terhambat karena ketidakmampuan guru secara finansial
dalam pengembangan SDM melalui peningkatan jenjang pendidikan.
Hal itu juga telah disadari pemerintah sehingga program pelatihan
mutlak diperlukan karena terbatasnya anggaran untuk meningkatkan
pendidikan guru. Program pelatihan ini dimaksudkan untuk
menghasilkan guru sebagai tenaga yang terampil (skill labour) atau
dengan istilah lain guru yang memiliki kompetensi. UU Sisdiknas No.
20/2003 Pasal 42 ayat (1) menyebutkan pendidik harus memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Uraian pasal 42 itu cukup
jelas bahwa untuk menjadi guru sebagai tahapan awal harus
memenuhi persyaratan kualifikasi minimal (latar belakang pendidikan
keguruan/umum dan memiliki akta mengajar). Setelah guru memenuhi
persyaratan kualifikasi, maka guru akan dan sedang berada pada
tahapan kompetensi. Namun, fenomena menunjukkan bahwa pendidik
di sekolah masih banyak yang tidak memenuhi persyaratan tersebut.
Hal ini mengindikasikan bahwa lapangan pekerjaan guru sangat
mudah untuk dimasuki oleh siapa saja. Dengan diberlakukannya
kurikulum 2006 dan dalam proses penyempurnaan saat ini adalah
kurikulum 2013, kini guru lebih dituntut untuk mengkontekstualkan
pembelajarannya dengan dunia nyata, atau minimal siswa mendapat
gambaran miniatur tentang dunia nyata. Harapan itu tidak mungkin
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 228
tercapai tanpa bantuan alat-alat pembelajaran (sarana dan prasarana
pendidikan) yang memadai. Menurut Kepmendikbud No. 053/U/2001
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM), sekolah harus memiliki
persyaratan minimal untuk menyelenggarakan pendidikan dengan
serba lengkap dan cukup seperti, luas lahan, perabot lengkap,
peralatan/laboratorium/media, infrastruktur, sarana olahraga, dan buku
rasio 1:2. Kehadiran Kepmendiknas itu dirasakan sangat tepat karena
dengan keputusan ini diharapkan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah tidak “kebablasan cepat” atau “keterlaluan tertinggal” di bawah
persyaratan minimal sehingga kualitas pendidikan menjadi semakin
terpuruk. Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 45 ayat (1)
berbunyi, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Jika kita lihat kenyataan
di lapangan bahwa hanya sekolah-sekolah tertentu di beberapa kota di
Indonesia saja yang memenuhi persyaratan SPM, umumnya sekolah
negeri dan swasta favorit. Berdasarkan fakta ini, keterbatasan sarana
dan prasarana pada sekolah-sekolah tertentu, pengadaannya selalu
dibebankan kepada masyarakat. Alasannya pun telah dilegalkan
berdasarkan Kepmendiknas No. 044/U/2002 dan UU Sisdiknas No.
20/2003 pasal 56 ayat (1). Dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi
program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah, ayat (2) Dewan pendidikan, sebagai lembaga
mandiri dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan ditingkat
nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai
hubungan hierarkis, dan ayat (3) Komite sekolah/madrasah sebagai
lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu
pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.
Menyikapi keadaan yang demikian sulit, apalagi kondisi negara
yang kian kritis, solusi yang ditawarkan adalah manfaatkan seluruh
potensi sumber daya sekolah dan masyarkat sekitar, termasuk
memberdayakan dewan pendidikan dan komite sekolah. Mudahmudahan dengan sistem anggaran pendidikan yang mengacu pada
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 229
UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 46 dan 49 permasalahan ini dapat
diatasi dengan membangun kebersamaan dan kepercayaan antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Dalam rangka peningkatan pendidikan maka peningkatan materi
perlu sekali mendapat perhatian karena dengan lengkapnya materi
yang diberikan tentu akan menambah lebih luas akan pengetahuan.
Hal ini akan memungkinkan peserta didik dalam menjalankan dan
mengamalkan pengetahuan yang telah diperoleh dengan baik dan
benar. Materi yang disampaikan pendidik harus mampu menjabarkan
sesuai yang tercantum dalam kurikulum. Pendidik harus menguasai
materi dengan ditambah bahan atau sumber lain yang berkaitan dan
lebih actual dan hangat. Sehingga peserta didik tertarik dan
termotivasi mempelajari pelajaran.
Metode merupakan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan,
maka sebagai salah satu indikator dalam peningkatan kualitas
pendidikan perlu adanya peningkatan dalam pemakaian metode.
Yang dimakud dengan peningkatan metode disini, bukanlah
menciptakan atau membuat metode baru, akan tetapi bagaimana
caranya penerapannya atau penggunaanya yang sesuai dengan
materi yang disajikan, sehingga mmperoleh hasil yang memuaskan
dalam proses belajar mengajar. Pemakaian metode ini hendaknya
bervariasi sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga
peserta didik tidak akan merasa bosan dan jenuh atau monoton. Untuk
itulah dalam penyampaian metode pendidik harus memperhatikan halhal sebagai berikut: 1) Selalu berorientasi pada tujuan; 2) Tidak hanya
terikat pada suatu alternatif saja; 3) Mempergunakan berbagai metode
sebagai suatu kombinasi, misalnya: metode ceramah dengan tanya
jawab.
Sarana adalah alat atau metode dan teknik yang dipergunakan
dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi dan interaksi
edukatif antara pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan
dan pengajaran di sekolah.Dari segi sarana tersebut perlu diperhatikan
adanya usaha meningkatkan sebagai berikut: 1) Mengerti secara
mendalam tentang fungsi atau kegunaan media pendidikan; 2)
Mengerti pengunaan media pendidikan secara tepat dalam interaksi
belaja mengajar; 3) Pembuatan media harus sederhana dan mudah;
4) Memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi materi yang
akan diajarkan. Semua sekolah meliputi peralatan dan perlengkapan
tentang sarana dan prasarana, ini dijelaskan dalam buku “Admitrasi
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 230
Pendidikan” yang disusun oleh Tim Dosen IP IKIP Malang
menjelaskan: sarana sekolah meliputi semua peralatan serta
perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah, contoh: gedung sekolah (school building), ruangan meja,
kursi, alat peraga, dan lain-lainnya. Sedangkan prasarana merupakan
semua komponen yang secara tidak langung menunjang jalannya
proses belajar mngajar atau pendidikan di sekolah, sebagai contoh:
jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah dan
semuanya yang berkenaan dengan sekolah.
Dalam setiap proses belajar mengajar yang dialami peserta didik
selamanya lancar seperti yang diharapkan, kadang-kadang mengalami
kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kendala tersebut perlu diatasi
dengan berbagai usaha sebagai berikut: 1) Memberi Rangsangan.
Minat belajar seseorang berhubungan dengan perasaan seseorang.
Pendidikan harus menggunakan metode yang sesuai sehingga
merangsang minat untuk belajar dan mempelajari baik dari segi
bahasa maupun mimic dari wajah dengan memvariasikan setiap
metode yang dipakai. Dari sini menimbulkan yang namanya cinta
terhadap bidang studi, sebab pendidik mampu memberikan ransangan
terhadap peserta didik untuk belajar, karena yang disajikan benarbenar mengenai atau mengarah pada diri peserta didik yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya setelah peserta didik
terangsang terhadap pendidikan maka pendidik tinggal memberikan
motivasi secara kontinew. Oleh karena itu pendidik atau lembaga
tinggal memberikan atau menyediakan sarana dan prasarana saja,
sehingga peserta didik dapat menerima pengalaman yang dapat
menyenangkan hati para peserta didik sehingga menjadikan peserta
didik belajar semangat. 2) Memberikan Motivasi Belajar. Motivasi
adalah sebagai pendorong peserta didik yang berguna untuk
menumbuhkan dan menggerakkan bakat peserta didik secara integral
dalam dunia belajar, yaitu dengan diambil dari sisitem nilai hidup
peserta didik dan ditujukan kepada penjelasan tugas-tugas. Motivasi
merupakan daya penggerak yang besar dalam proses belajar
mengajar, motivasi yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa:
a. Memberikan penghargaan. Usaha-usaha meyenangkan yang
diberikan kepada peserta didik yang berprestasi yang bagus, baik
berupa kata-kata, benda, simbul atau berupa angka (nilai).
Penghargaan ini bertujuan agar peserta didik selalu termotivasi untuk
lebih giat belajar dan mampu bersaing dengan teman-temannya
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 231
secara sehat, karena dengan itu pendidik akan mudah meningkatkan
kualita pendidikan. b. Memberikan hukuman. Pemberian hukuman ini
bersifat mendidik artinya bentuk hukuman itu sendiri berkaitan dengan
pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan. c.
Mengadakan kompetisi dan lomba. Pengadaan ini dipergunakan untuk
meningkatkan prestasi peserta didik untuk membantu peserta didik
dalam pembentukan mental yang tangguh selain pembentukan
pengetahuan.untuk membantu proses pengajaran yang selalu dimulai
dari hal-hal yang nyata bagi siswa.
5. Tantangan Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah
Berikut beberapa tantangan peningkatan kualitas pendidikan di
sekolah secara umum, yaitu:
a. Efektifitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi
pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas
sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan
peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal (tujuan)” apa yang akan
dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam
proses pendidikan.
b. Efisiensi pengajaran di sekolah yang masih bermasalah
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu
tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan
akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh
hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu
jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang
mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih
standar hasil yang telah disepakati. Beberapa masalah efisiensi
pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu
yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pengajar, sistem
pendidikan dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya
proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam
peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. Konsep
efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan
bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat
dengan pencapaian tujuan relatif terhadap harganya. Apabila dikaitkan
dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 232
efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan
pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara
efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu
menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan
sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak
mengalami hambatan.
c. Standardisasi pendidikan di Indonesia
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi
dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan
terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh
standar dan kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula
sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan
standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi
Nasional Pendidikan (BSNP). Peserta didik terkadang hanya
memikirkan bagaimana agar mencapai standar pendidikan saja, bukan
bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan.
Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih
spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpenting adalah memenuhi
nilai di atas standar saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan
karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu
menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
d. Perubahan Sikap dan perilaku birokrasi pendidikan dari sikap
sebagai birokrat menjadi sikap dan perilaku sebagai pelayan
pendidikan yang masih sulit dilaksanakan.
e. Alokasi anggaran yang langsung berkaitan dengan proses
belajar mengajar masih terbatas
f. Tidak meratanya tenaga guru di sekolah-sekoalh akibat
distribusi tenaga guru di Indonesia yang timpang.
g. Penerapan pola manajemen berbasis sekolah bertentnagan
kebijakan pendidikan gratis yang disalahgunakan oleh
kepentingan politik tetrtentu di daereh, sehingga masyarakat
salah memahami prinsip kebijakan pendidikan gratis itu
sendiri.
h. Adanya kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah
perkotaan dengan daerah pedesaan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 233
SIMPULAN
Masalah pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari semakin
rumit, bertambah banyak dan komplek. Salah satu permasalahan
pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai
indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang
berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota menunjukkan
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, tetapi
sebagian lainnya masih memprihatinkan.
Rendahnya mutu pendidikan di sekolah desebabkan oleh
berbagai faktor antara lain: a. Rendahnya sarana fisik sekolah; b.
Rendahnya kualitas guru; c. Rendahnya kesejahteraan guru; d.
Kurangnya kesempatan pemerataan pendidikan; e.
Redahnya
relevansi pendidikan dengan kebutuhan; f.
Mahalnya biaya
pendidikan
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dapat ditempuh
berbagai model manajemn dan strategi peningkatan mutu antara lain:
a. Teori Total Quality Management; b. Teori Organizing Business
For Excelency; c.
Model Peningkatan Mutu Faktor Empat; d.
Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah.
Strategi peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat dilakukan
dengan cara: yaitu strategi yang menekankan pada hasil (the output
oriented strategy), strategi yang menekankan pada proses (the
process oriented strategy), dan strategi komprehensif (the
comprehensive strategy).
Adapun yang menjadi tantangan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan di sekolah sangat banyak tetapi pada intinya adalah
sumber daya pelaku pendidikan di sekolah yang belum memadai,
political will (kebijakan politik) dari pemegang kebijakan dan kebijakan
pendidikan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah;
Buku 1. Konsep Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Hadis, Abdul dan Nurhayati. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 234
Mulyasa, E. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi,
dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
__________. 2012. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolahi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nanang, F. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah; Pemberdayaan
sekolah dalam rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian
Sekolah. Bandung: CV Andira.
Rivai, V & Murni, S. (2010). Education Management: Analisis Teori
dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers
Sudarwan, Danim. (2008). Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit
Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Syaifuddin, M, dkk. (2008). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Depdiknas.
Syaodih, N, dkk. 2007. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen). Bandung: Refika
Aditama.
Zamroni. (2007). Meningkatkan Mutu Sekolah, Teori, Strategi dan
Prosedur. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 235
SUPERVISI PENDIDIKAN
A.
Pengertian Umum Supervisi
Supervisi menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya
(morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu. Secara
morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu
super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih
serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan
penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang
yang berposisi diatas, pimpinan – terhadap hal-hal yang ada
dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi
sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencaricari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan,
agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui
kekurangannya (bukan semata – mata kesalahannya) untuk dapat
diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Secara sematik, Supervisi
pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan
ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan
mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. Secara
Etimologi, supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris
“Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang
melakukan supervisi disebut supervisor.
1. Pengertian Supervisi Menurut Pendapat Para Ahli:
a. Good Carter,
Memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode
mengajar dan evaluasi pengajaran. God Carter melihatnya sebagai
usaha memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar,
b. Boardman.
Menyebutkan supervisi adalah salah satu usaha menstimulir,
mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan
guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif,
agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstimulir dan
membimbing pertumbuhan tiap-tiap peserta didik secara kontinyu,
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 236
c.
d.
e.
f.
g.
serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat
demokrasi modern. Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih
sanggup berpartisipasi dlm masyarakat modern.
Wilem Mantja
Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan
supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses
belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus
diwujudkan oleh supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan
peningkatan mutu pendidikan. Willem Mantja memandang supervisi
sebagai kegiatan untuk perbaikan (guru murid) dan peningkatan
mutu pendidikan
Kimball Wiles
Konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut: “Supervision
is assistance in the development of a better teaching learning
situation”. Kimball Wiles beranggapan bahwa faktor manusia yg
memiliki kecakapan (skill) sangat penting untuk menciptakan
suasana belajar mengajar yg lebih baik.
Mulyasa
Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah
yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi
modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independent, dan
dapat meningkatkan obyektivitas dalam pembinaan dan
pelaksanaan tugas.
Ross L
Supervisi sesungguhnya adalah pelayanan kapada guru-guru yang
bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan
kurikulum. Ross L memandang supervisi sebagai pelayanan
kapada guru – guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan.
Purwanto
Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan
pekerjaan secara efektif.
Kegiatan supervisi dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi,
pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Supervisi masih serumpun
dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam
arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan ‘orang yang berposisi diatas’,
‘pimpinan’ terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Inspeksi: inspectie
(belanda) yang artinya memeriksa dalam arti melihat untuk mencari
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 237
kesalahan. Orang yang menginsipeksi disebut inspektur. Inspektur
dalam hal ini mengadakan:
a. Controlling: memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana
mestinya
b. Correcting: memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan/digariskan
c. Judging: mengadili dalam arti memberikan penilaian atau
keputusan sepihak
d. Directing: pengarahan, menentukan ketetapan/garis
e. Demonstration: memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik
Pemeriksaan artinya melihat apa yg terjadi dlm kegiatan sedangkan
Pengawasan adalah melihat apa yg positif & negatif. Adapun supervisi
juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human,
manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari – cari kesalahan tetapi
lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan
yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan
semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu
diperbaiki. Supervisi dilakukan untuk melihat bagian mana dari
kegiatan sekolah yg masih negatif untuk diupayakan menjadi positif, &
melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih
positif lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya
Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Dibidang
pendidikan disebut supervisor pendidikan. Menurut keputusan menteri
pendidikan dan kebudayaan nomor 0134/0/1977, temasuk kategori
supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penelik sekolah,
dan para pengawas ditingkatkan kabupaten/kotamadya, serta staf di
kantor bidang yang ada di tiap provinsi.
Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus
mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan
pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di
sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan
pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah
agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan
lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 238
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi
a. Tujuan Supervisi
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly
& Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi,
1986; Glickman, 1990). Tujuan umum Supervisi adalah memberikan
bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil
tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam
melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit
dari supervisi pendidikan yaitu:
1. Meningkatkan mutu kinerja guru
a) Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa
peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
b) Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam
memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
c) Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan
guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan
bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
d) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
e) Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi
strategi, keahlian dan alat pengajaran.
f) Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi
yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
g) Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala
sekolah untuk reposisi guru.
2. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan
terlaksana dengan baik;
3. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana
yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga
mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa;
4. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam
mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang
selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana
yang diharapkan;
5. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta
situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
yang
menunjukkan
keberhasilan lulusan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 239
b.
Sasaran Supervisi
Adapun sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan supervisi
tersebut adalah
peningkatan kemampuan profesional guru
(Depdiknas, 1986; 1994 & 1995). Sasaran Supervisi Ditinjau dari objek
yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi:
1) Supervisi Akademik, Menitikberatkan pengamatan supervisor pada
masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada
dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang
dalam proses mempelajari sesuatu
2) Supervisi Administrasi, Menitikberatkan pengamatan supervisor
pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung
dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
3) Supervisi Lembaga, Menyebarkan objek pengamatan supervisor
pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini
dimaksudskan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja
sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit
Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.
C. Prinsip-Prinsip Supervisi
Secara sederhana prinsip-prinsip Supervisi adalah sebagai berikut:
1. Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang
disupervisi.
2. Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif
3. Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan
kenyataan sebenarnya.
4. Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
5. Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan
profesional, bukan didasarkan atas hubungan pribadi.
6. Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan,
kondisi dan sikap pihak yang disupervisi.
7. Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri
tidak tergantung pada kepala sekolah
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 240
Pendapat lain mengenai Prinsip-prinsip Supervisi adalah:
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan
kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan
mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung,
artinya bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan
tersebut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa
sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk dapat mengatasi
sendiri.
3. Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau
umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak
lupa. Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak
yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3
bulan sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki
oleh supervisor.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan
yang disupervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini
bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan
mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau
kekurangan yang dimiliki.
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak
hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan
singkat, berisi hal – hal penting yang diperlukan untuk membuat
laporan.
Sedangkan menurut Tahalele dan Indrafachrudi (1975) prinsipprinsip supervisi sebagai berikut :
1. Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif,
2. Supervisi harus kreatif dan konstruktif,
3. Supervisi harus ”scientific” dan efektif,
4. Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru,
5. Supervisi harus berdasarkan kenyataan,
6. Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guruguru untuk mengadakan “self evaluation”
Karena prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah-kaidah
yang harus dipedomani atau dijadikan landasan di dalam melakukan
supervisi, maka hal itu mendapat perhatian yang sungguh – sungguh
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 241
dari para supervisor, baik dalam konteks hubungan supervisor – guru,
maupun di dalam proses pelaksanaan supervisi.
D. Fungsi Supervisi
1. Fungsi Meningkatkan Mutu Pembelajaran Ruang lingkupnya
sempit, hanya tertuju pada aspek akademik, khususnya yang
terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan
arahan kepada siswa.
2. Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan Pembelajaran Lebih
dikenal dengan nama Supervisi Administrasi
3. Fungsi Membina dan Memimpin
E. Tipe-Tipe Supervisi
1. Tipe Otokratis
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model
kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari
kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas
mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk
mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di
sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta
ditentukan oleh atasannya.
2. Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi
inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah
atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja
bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya:
guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik
pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya
memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai
sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau
kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya.
Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa
harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara
tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang
dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan
demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi
mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 242
4.
Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal
yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu
mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan
dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan
karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu
diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga
memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan
hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi
didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga
sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
F. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi
Teknik supervisi Pendidikan adalah atat yang digunakan oleh
supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir
dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi
dan kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai
supervisor harus mengetahui dan memahami serta melaksanakan
teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam teknik dapat
digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan
situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara
perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara
tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala
2010 : 210). Adapun teknik – teknik Supervisi adalah sebagai berikut:
1.
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi
yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama – sama
oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok
(Sahertian 2008 : 86). Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
antara lain: (Sagala 2010: 210 – 227)
a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru.
Pertemuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan
supervisee (Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar
supervisee memasuki suasana kerja yang baru dikutip menurut
pendapat Sagala (2010: 210) dan Sahertian (2008: 86). Pada
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 243
pertemuan Orientasi supervisor diharapkan dapat menyampaikan atau
menguraikan kepada supervisee hal – hal sebagai berikut (Sahertian
2008: 86):
1) Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.
2) Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah.
3) Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh
kegiatan dan situasi sekolah.
4) Sering juga pertemuan orientasi ini juga diikuti dengan tindak lanjut
dalam bentuk diskusi kelompok dan lokakarya.
5) Ada juga melalui perkunjungan ke tempat – tempat tertentu yang
berkaitan atau berhubungan dengan sumber belajar.
6) Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial
dalam orientasi ini adalah makan bersama.
7) Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa
guru baru tidak merasa asing tetapi guru baru merasa diterima
dalam kelompok guru lain.
b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru
yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya
atau cara meningkatkan profesi guru. (Pidarta 2009: 71). Tujuan teknik
supervisi rapat guru yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010:
212) dan Pidarta (2009: 171) adalah sebagai berikut:
1) Menyatukan pandangan – pandangan guru tentang masalah –
masalah dalam mencapai makna dan tujuan pendidikan.
2) Memberikan motivasi kepada guru untuk menerima dan
melaksanakan tugas – tugasnya dengan baik serta dapat
mengembangkan diri dan jabatan mereka secara maksimal.
3) Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang baik guna
pencapaian pengajaran yang maksimal.
4) Membicarakan sesuatu melalui rapat guru yang bertalian dengan
proses pembelajaran.
5) Menyampaikan informasi baru seputar belajar dan pembelajaran,
kesulitan – kesulitan mengajar, dan cara mengatasi kesulitan
mengajar secara bersama dengan semua guru disekolah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam suatu rapat guru
yang dikutip menurut pendapat Sagala (2010: 211), antara lain:
1) Tujuan – tujuan yang hendak dicapai harus jelas dan konkrit.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 244
2) Masalah – masalah yang akan menjadi bahan rapat harus
merupakan masalah yang timbul dari guru – guru yang dianggap
penting dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
3) Masalah pribadi yang menyangkut guru di lembaga pendidikan
tersebut perlu mendapat perhatian.
4) Pengalaman – pengalaman baru yang diperoleh dalam rapat
tersebut harus membawa mereka pada peningkatan pembelajaran
terhadap siswa.
5) Partisipasi guru pada pelaksanaan rapat hendaknya dipikirkan
dengan sebaik – baiknya.
6) Persoalan kondisi setempa, waktu, dan tempat rapat menjadi
bahan pertimbangan dalam perencanaan rapat guru.
c. Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu,
seperti MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh
supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal
– hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan
dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih
dahulu. Tujuan pelaksanaan teknik supervisi ini adalah sebagai
berikut:
1) Meningkatkan kualitas penguasaan materi dan kualitas dalam
memberi layanan belajar.
2) Memberi kemudahan bagi guru – guru untuk mendapatkan bantuan
pemechan masalah pada materi pengajaran.
3) Bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru pada satu
bidang studi atau bidang – bidang studi yang serumpun.
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu
percakapan tentang suatu masalah untuk mencari alternatif
pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi
kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai
ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah
atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu
dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para
guru untuk saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu
permasalahan, sehingga secara bersama – sama akan berusaha
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 245
mencari alternatif pemecahan masalah tersebut (Sagala 2010 : 213).
Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk memecahkan
masalah – masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari –
hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii diskusi.
Hal – hal yang harus diperhatikan supervisor sebagai pemimpin
diskusi sehingga setiap anggota mau berpartisipasi selama diskusi
berlangsung supervisor harus mampu:
1) Menentukan tema perbincangan yang lebih spesifik ;
2) Melihat bahwa setiap anggota diskusi senang dengan keadaan dan
topik yang dibahas dalam diskusi.
3) Melihat bahwa masalah yang dibahas dapat dimengerti oleh semua
anggota dan dapat memecahkan masalah dalam pengajaran.
4) Melihat bahwa kelompok merasa diperlukan dan diikutsertakan
untuk mencapai hasil bersama.
5) Mengakui pentingnya peranan setiap anggota yang dipimpinnya.
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi
dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok. Hal – hal yang perlu
diperhatikan pada waktu pelaksanaan workshop antara lain:
1) Masalah yang dibahas bersifat “Life cntred” dan muncul dari guru
tersebut,
2) Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik
dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih
tinggi dan lebih baik.
f. Tukar menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince” suatu teknik
perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing
dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling
memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar satu dengan
yang lain. Langkah – langkah melakukang sharing antara lain:
1) Menentukan tujuan yang akan dicapai.
2) Menentukan pokok masalah yang akan dibahas.
3) Memberikan kesempatan pada setiap peserta untuk
menyumbangkan pendapat pendapat mereka
4) Merumuskan kesimpulan.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 246
2. Teknik Individual dalam Supervisi
Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala
(2010 : 216) adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan
supervisor kepada pribadi – pribadi guru guna peningkatan kualitas
pengajaran disekolah. Teknik – teknik individual dalam pelaksanaan
supervisi antara lain:
a. Teknik Kunjungan kelas.
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang
dilakukan supervisor ke dalam satu kelas pada saat guru sedang
mengajar dengan tujuan untuk membantu guru menghadapi
masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor
memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai
kemampuan dan ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang
ada kemudian melakukan perbincangan untuk mencari pemecahan
atas kesulitan – kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga kegiatan
pembelajaran dapat ditingkatkan. Kunjungan kelas dapat dilakukan
dengan 3 cara, yatiu:
1) Kunjungan kelas tanpa diberitahu,
2) Kunjungan kelas dengan pemberitahuan,
3) Kunjungan kelas atas undangan guru,
4) Saling mengunjungi kelas.
b. Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar.
Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh
data tentang segala sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar.
Data ini sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan
terhadap guru yang diobservasi. Tentang waktu supervisor
mengobservasi kelas ada yang diberitahu dan ada juga tidak diberi
tahu sebelumnya, tetapi setelah melalui izin supaya tidak mengganggu
proses belajar mengajar. Selama berada dikelas supervisor
melakukan pengamatan dengan teliti, dan menggunakan instrumen
yang ada terhada lingkungan kelas yang diciptakan oleh guru selama
jam pelajaran.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 247
c.
Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru
dan supervisornya, yang membahas tentang keluhan – keluhan atau
kekurangan yang dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di
mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya. Dalam
percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan
kelebihan dan kekurangannya. mendorong agar yang sudah baik lebih
di tingkatkan dan yang masih kurang atau keliru agar diupayakan
untuk memperbaikinya.
d. Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang
maju dengan menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi
sekolah – sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya
untuk mengetahui kiat – kiat yang telah diambil sampai seekolah
tersebut maju. Manfaat yang dapat diperoleh dari teknik supervisi ini
adalah dapat saling membandingkan dan belajar atas kelebihan dan
kekurangan berdasarkan pengalaman masing – masing. Sehingga
masing – masing guru dapat memperbaiki kualitasnya dalam memberi
layanan belajar kepada peserta didiknya.
e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.
Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek – aspek
belajar mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional
kepada guru, supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap
aspek – aspek proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang
efektif. supervisor harus mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai
sumber materi yang digunakan guru untuk mengajar. Adapun cara
untuk mengikuti perkembangan keguruan kita, ialah dengan berusaha
mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan profesional, dengan
mengadakan “profesional reading“. Ini digunakan untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik. Hal ini menyatakan bahwa teknik penyeleksian berbagai suber
materi untuk mengajar memiliki arti bahwa Teknik ini yang menitik
beratkan kepada kemampuan Supervisor dalam menyeleksi buku –
buku yang dimiliki oleh guru pada saat mengajar yang sesuai dengan
kebutuhan kegiatan belajar mengajar.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 248
f. Menilai diri sendiri
Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang
mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan
supervisor tersebut, yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi
kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan
tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik
karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya. Ada beberapa
cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara
lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan
kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas guru
di muka kelas. Yaitu dengan menyususun pertanyaan yang tertutup
maupun terbuka, tanpa perlu menyebutkan nama siswa.
3. Diskusi Panel
Teknik ini dilakukan dihadapan guru oleh para pakar dari
bermacam sudut ilmu dan pengalaman terhadap suatu masalah yang
telah ditetapkan. Mereka akan melihat suatu masalah itu sesuai
dengan pandangan ilmu dan pengalaman masing-masing sehingga
guru dapat masukan yang sangat lengkap dalam menghadapi atau
memecahkan suatu masalah. Manfaat dari kegiatan ini adalah lahirnya
sifat cekatan dalam memecahkan masalah dari berbagai sudut
pandang ahli.
4. Seminar
Seminar adalah suatu rangkaian kajian yang diikuti oleh suatu
kelompok untuk mendiskusikan, membahas dan memperdebatkan
suatu masalah yang berhubungan dengan topik. Berkaitan dengan
pelaksanaan supervisi, dalam seminar ini dapat dibahas seperti
bagaimana menyusun silabus sesuai standar isi, bagaimana
mengatasi masalah disiplin sebagai aspek moral sekolah, bagaimana
mengatasi anak – anak yang selalu membuat keributan dikelas, dll.
Pada waktu pelaksanaan seminar kelompok mendengarkan laporan
atau ide – ide menyangkut permasalahan pendidikan dari salah
seorang anggotanya.
5. Simposium
Kegiatan mendatangkan seorang ahli pendidikan untuk
membahas masalah pendidikan. Simposium menyuguhkan pidatopidato pendek yang meninjau suatu topik dari aspek-aspek yang
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 249
berbeda. Penyuguh pidato biasanya tiga orang dimana guru sebagai
pengikut diharapkan dapat mengambil bekal dengan mendengarkan
pidato-pidato tersebut.
6. Demonstrasi mengajar
Usaha
peningkatan
belajar
mengajar
dengan
cara
mendemonstrasikan cara mengajar dihadapan guru dalam
mengenalkan berbagai aspek dalam mengajar di kelas oleh
supervisor.
7. Buletin supervisi
Suatu media yang bersifat cetak dimana disana didapati
peristiwaperistiwa pendidikan yang berkaitan dengan cara-cara
mengajar,tingkah laku siswa,dan sebagainnuya.Diharapkan ini dapat
membantu guru untuk menjadi lebih baik.
G. Kelemahan Dan Kelebihan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan
Supervisi
1. Kelemahan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan Supervisi
b. Perlu biaya yang banyak, waktu yang tepat, sekolah jadi kurang
efektif.
c. Perlu penyediaan waktu yang tepat
d. Tidak mencerminkan keadaan sehari-hari
e. Kurang demokratis
f. Mengganggu kelas lain dalam KBM, kelas sendiri ditinggalkan
g. Agak sulit menentukan dan cukup menyita waktu
h. Agak sulit menemukan waktu
i. Guru merasa canggung dan kurang bebas
2. Kelebihan Teknik – Teknik Dalam Pelaksanaan Supervisi
a. Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan,
mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran
sesuai dengan kebutuhan
b. Bantuan diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali
pertemuan, pertukaran pikiran secara umum
c. Hal-hal yang baik dapat dijadikan contoh, hal yang kurang dapat
didiskusikan
d. Dapat memberikan bimbingan aktual
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 250
e. Guru dapat menunjukan hasil usahanya
f. Dapat melayani kebutuhan khusus setempat
g. Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan,
mengetahui kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran
sesuai dengan kebutuhan.
H. PERANGKAT SUPERVISI
Salah satu perangkat yang digunakan dalam melaksankan
supervisi ialah instrument observasi pembelajaran/check list terutama
untuk supervisi kelas, supervisi klinis, dengan demikian diharapkan
indikator yang diamati untuk setiap unsure yang diamati, antara lain:
1. Persiapan dan aperisepsi
2. Relevansi materi dengan tujuan instruksional
3. Penguasaan materi
4. Strategi
5. Metode
6. Manajemen kelas
7. Pemberian metivasi kepada siswa
8. Nada dan suara
9. Penggunaan bahasa
10. Gaya dan sikap perilaku.
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Buku Ajar Administrasi Pendidikan 251
Download