IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum membandingkan pembangunan kedua kabupaten, peneliti akan terlebih dahulu memahami lebih dalam karakteristik kedua kabupaten dari semua aspek bidang kehidupan, mengingat konsepsi pembangunan merupakan sebuah konsep yang sangat kompleks. Oleh karena itu peneliti menyusun bab ini untuk memahami lebih lanjut karakteristik kedua kabupaten dari berbagai aspek kehidupan, terutama aspek-aspek yang menjadi elemen utama Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu pendidikan, kesehatan dan pendapatan per kapita. Selain itu, penulisan bab ini juga menjadi langkah awal untuk membandingkan kedua kabupaten dari elemen-elemen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan didukung data sekunder berupa dokumen-dokumen yang relevan, sehingga pembahasan dalam bab ini tidak hanya memberi gambaran deskriptif kedua daerah, tetapi juga dapat memiliki makna kontestasi argumen yang bersumber dari data sekunder tersebut. Bab ini sebenarnya memiliki dua sub bab besar yaitu gambaran umum Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu. Penulisan bab ini dimulai dengan membahas tentang gambaran umum 117 Kabupaten Lampung Barat, dilihat dari keadaan geografi, demografi, kualitas layanan pendidikan, kualitas layanan kesehatan, kemudian yang terkahir dilihat dari pendapatan per kapita yang terwujud dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kemudian pembahasan selanjutnya beralih ke gambaran umum Kabupaten Pringsewu dilihat dari aspek yang sama seperti pembahasan pada Kabupaten Lampung Barat. Namun, fokus utama bab ini adalah gambaran umum kedua kabupaten di bidang-bidang yang menjadi elemen utama IPM, yaitu pendidikan, kesehatan dan pendapatan per kapita. Sehingga gambaran umum bidang-bidang tersebut dapat menjadi pembanding kualitas pembangunan kedua kabupaten didukung dengan data sekunder. Seperti yang dikemukakan peneliti sebelumnnya bahwa bab ini juga akan memberikan argumentasi perbandingan pembangunan kedua kabupaten didukung dengan data sekunder. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Geografi dan Demografi Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah Provinsi Lampung dan terletak di wilayah pantai barat Pulau Sumatera. Lampung Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 1991 tertanggal 16 juli 1991 dan diundangkan pada tanggal 16 Agustus 1991. Kabupaten Lampung Barat berbatasan dengan batas utara Kabupaten Bengkulu, dan Kabupaten OKU, batas timur dengan Kabupaten Lampung Utara, Lampung Tengah dan Pesisir Barat, sebelah selatan berbatas dengan Pesisir Barat, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Letak Kabupaten Lampung Barat antara 4°47’16’' dan 5°56'42” 118 Lintang Selatan dan antara 103°35'8” dan 104°33'51” Bujur Timur (Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2015: 1). Berikut merupakan peta wilayah Kabupaten Lampung Barat: Gambar 4. Peta Wilayah Kabupaten Lampung Barat Lampung Barat mempunyai luas wilayah 2.064,40 km2, terdiri dari 15 kecamatan. Kecamatan Batu Brak memiliki wilayah terluas yaitu 261,55 km2 atau 12,67%, dari luas keseluruhan Kabupaten Lampung Barat dan Kecamatan Kebun Tebu merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu 14,58 km2 atau hanya 0,71% dari luas wilayah Lampung Barat (Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2015: 2). Berikut merupakan luas wilayah Kabupaten Lampung Barat berdasarkan kecamatan: 119 Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2014 No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Kecamatan (2) Balik Bukit Sukau Lumbok Seminung Belalau Sekincau Suoh Batu Brak Pagar Dewa Batu Ketulis Bandar Negeri Suoh Sumber Jaya Way Tenong Gedung Surian Kebun Tebu Air Hitam Total Luas Wilayah (km2) (3) 175,63 223,10 22,40 217,93 118,28 170,77 261,55 110,19 103,70 170,85 195,38 116,67 87,14 14,58 76,23 2.064,40 Persentase (4) 8,51 10,81 1,09 10,56 5,73 8,27 12,67 5,34 5,02 8,28 9,46 5,65 4,22 0,71 3,69 100 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat 2015 Kondisi topografi Kabupaten Lampung Barat terdiri dari tiga jenis, yaitu: 1. Daerah dataran rendah (0-600 meter dari permukaan laut); 2. Daerah berbukit (600-1.000 meter dari permukaan laut); 3. Daerah pegunungan (di atas 1.000 meter dari permukaan laut). Curah hujan Lampung Barat berkisar antara 2.500-3.000 milimeter per tahun. Lampung Barat memiliki dua zona iklim, yaitu: 1. Jumlah bulan basah > 9 bulan; 2. Zone BL (jumah bulan basah 7-9 bulan). Kabupaten Lampung Barat terdiri dari 15 kecamatan, 138 pekon, 5 pekon sudah berstatus kelurahan dan 133 pekon masih berstatus desa. Setiap pekon terdapat 998 pemangku/lingkungan. Jumlah penduduk Lampung Barat tahun 2014 adalah 290.388 jiwa terdiri dari 154.414 laki-laki dan 135.974 perempuan, serta rumah tangga. Kepadatan penduduk pada tahun 2014 yaitu 120 140.6 jiwa per km2. Rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah jiwa per ruta. (Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2015: 3-5). Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Lampung Barat 2014 Kelompok Umur (1) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah Laki-laki (2) 15.806 13.790 12.579 12.659 14.113 14.197 13.582 12.795 11.748 9.694 8.030 6.025 4.183 2.412 1.413 1.388 154.414 Perempuan (3) 15.106 13.212 11.794 11.513 12.618 12.485 12.013 11.022 9.875 7.964 6262 4..584 2.924 1.816 1.312 1.474 135.974 Jumlah (4) 30.912 27.002 24.373 24.172 26.731 26.682 25.595 23.817 21.623 17.658 14.292 10.609 7.107 4.228 2.725 2.862 290.388 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat 2015 Tabel 10. Indikator Statistik Penduduk Uraian (1) Jumlah Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan penduduk (%) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Sex Ratio (L/P) (%) Jumlah RuTa (000 ruta) Rata-rata ART (jiwa/ruta) 2012 (2) 423.6 0.01 86 113.3 109.3 3.88 2013 (3) 427.8 0.01 86 113 111.5 3.9 2014 (4) 290.3 140.6 113.5 - Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat 2015. Kabupaten Lampung Barat memiliki penduduk usia kerja cukup besar yaitu 198.286 jiwa, terdiri dari 107.026 laki-laki dan 91.260 perempuan. Dari struktur umur ini diperoleh dependency ratio Kabupaten Lampung Barat adalah 46,44% dan tergolong memiliki angka ketergantungan yang sedang. 121 Angka 46,44 ini menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk produktif mempunyai beban 46 orang yang tidak produktif. Seperti halnya wilayah di Indonesia, sebagian besar masyarakat Lampung Barat bermata pencaharian pertanian yaitu 80,44%, sektor jasa 18,17%, dan 1.39% industri (Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2015: 6). Tabel 11. Statistik Ketenagakerjaan Lampung Barat Uraian (1) 2012 2013 (2) (3) TPAK (%) 84,07 78,38 Tingkat Pengangguran (%) 1,93 1,97 Bekerja (%) 82,15 76,41 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat 2015 2014 (4) 74,71 1,63 73,08 2. Kualitas Layanan Pendidikan Kabupaten Lampung Barat Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada tabel di bawah, terdapat 329 sekolah pada jenjang pendidikan SD, 73 sekolah pada jenjang pendidikan SMP dan 36 sekolah pada jenjang pendidikan SLTA. Ketersedian guru pada jenjang pendidikan SD dari data LBDA terdapat 1.760 guru yang mengajar pada jenjang ini, 812 guru mengajar pada jenjang SMP dan 597 guru mengajar pada jenjang SLTA. Jumlah murid yang terdaftar disekolah baik negri maupun swasta ini terdapat 41.535 siswa terdaftar pada jenjang pendidikan SD, 12.930 siswa terdaftar di SMP dan 9.023 siswa terdaftar pada jenjang pendidikan SLTA. Jika dilihat ketersediaan guru murid pada setiap jenjang pendidikan dan distribusi di kecamatan, nampak masih belum merata penempatan guru di setiap jenjang pendidikan. Dari hasil hitung rata-rata rasio murid guru pada 122 jenjang SD di Kabupaten Lampung Barat adalah 14 dan rasio murid guru terbesar pada jenjang ini di Kecamatan Balik Bukit yaitu 45,86. Pada jenjang pendidikan SMP rata-rata rasio murid guru adalah 14, sedangkan rasio murid guru SMA rata-rata sebesar 16 (Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2015: 7). Tabel 12. Jumlah sekolah, guru dan murid Kabupaten Lampung Barat, Tahun 2013 Jenjang (1) Sekolah (2) Guru (3) SD 239 1.760 SMP 73 812 SMA 36 597 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat 2015 Murid (4) 41.535 12.930 9.023 Sektor pendidikan Kabupaten Lampung Barat mempunyai tingkat pendidikan yang cukup rendah, hal ini diperlihatkan dari angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2014 sebesar 6,45 atau setara kelas 2 SMP. Selain itu persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah terakhir di Lampung Barat juga menunjukkan betapa masih rendah pendidikan di wilayah ini. Dari hasil susenas 2014 diperoleh penduduk 10 tahun ke atas yang belum memiliki ijazah mencapai 25,26% kemudian 35,24% diantaranya hanya memiliki ijazah SD, serta 20,85% memiliki ijazah SMP, dan 13,8% berijazah SMA. Hal di atas tentunya merupakan hal yang bisa terjadi dilihat dari indikator pendidikan yang lain yaitu angka partisipasi sekolah yaitu angka partisipasi kasar, menunjukkan pada setiap jenjang pendidikan APK semakin menurun, dan semakin tinggi jenjang pendidikin 123 capaian APK semakin rendah. (Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2015: 8). Tabel 13. Persentase Laki dan Perempuan Usia 10 tahun ke atas menurut ijazah yang dimiliki, Lampung Barat 2014 Uraian (1) Tidak/belum pernah sekolah Tidak punya ijazah SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi Persentase (%) (2) 3.33 25.26 35.24 20.85 13.80 1.51 Total 100 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat 2015 APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD penduduk usian 7-12 th mencapai 96.68%. APM pada jenjang pendidikan SMP 75.58% dan APM pada jenjang pendidikan SMA 55.04%. APM perempuan lebih tinggi dari APM laki-laki pada setiap jenjang pendidikan. Dilihat dari angka putus sekolahnya di Kabupaten Lampung Barat hasil olah susenas 2014 ini menunjukkan potensi angka putus sekolah lebih besar pada wanita pada jenjang pendidikan rendah yaitu SD dan sebaliknya potensi putus sekolah lebih besar pria pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta semakin tinggi jenjang pendidikan semakin tinggi potensi putus sekolahnya. Angka putus sekolah pada jenjang SMP cukup tinggi yaitu 1,97% pria dan 1,01% wanita. (Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2015: 9). 124 3. Kualitas Layanan Kesehatan Kabupaten Lampung Barat Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Lampung Barat tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya, yang bisa dikatakan masih belum memadai, yaitu hanya ada 1 rumah sakit umum, 18 puskesmas, 59 poskesdes dan 3 klinik bersalin. Dari sisi ketersediaan tenaga medis dapat dikatakan masih sangat kekurangan tenaga medis, hal ini ditunjukkan dari rasio dokter perseratus ribu penduduk dan rasio bidan per seribu pasien yang masih jauh dari rasio standar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Pada tahun 2013 ini jumlah dokter masih relatif sama sedangkan jumlah bidan naik dari 420 bidan pada tahun 2012 sekarang menjadi 554 bidan (Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2015: 10). Tabel 14. Statistik Kesehatan Lampung Barat 2013-2014 Uraian (1) Rumah Sakit Puskesmas Poskesdes Klinik Bersalin Dokter Bidan/Tenaga Paramedis Dukun 2013 (2) 2014 (3) 1 18 54 Penolong Kelahiran 5,65 67,87 9,35 62,30 28,82 1,85 Lain-lain 0,26 1,85 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat 2015 125 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lampung Barat Tahun 2014 laju pertumbuhan yang mampu dicapai Lampung Barat sebesar 5,57% lebih lambat dibandingkan capaian tahun lalu sebesar 7,02%. PDRB perkapita 2013 mencapai 9.181.100 rupiah. Naik 1.197.737 rupiah dari tahun 2012. Perekonomian Lampung Barat didominasi oleh sektor pertanian, yaitu 53,43%. (Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat, 2015: 16). Tabel 15. Distribusi PDRB Lampung Barat 2014 No (1) 1 2 3 4 5 6 7 Sektor (2) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi 2012 (3) 54,12 1,93 3,95 0,00 3,64 12,88 4,54 8 2013 (4) 54,00 1,94 3,93 0,00 3,62 12,55 4,65 Keuangan, Persewaan, & Jasa 6,62 6,64 Perusahaan 9 Jasa-Jasa 12,21 12,55 Total 100 100 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Lampung Barat 2015 2014 (5) 53,43 2,13 3,93 0,00 3,57 12,43 4,73 6,75 12,95 100 B. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu 1. Geografi dan Demografi Kabupaten Pringsewu Secara geografis wilayah Kabupaten Pringsewu terletak pada posisi 104°42’ – 105°8’ Bujur Timur dan antara 5°8’ – 6°8’ Lintang Selatan. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Pringsewu, yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah. Sebelah Selatan berbatasan dengan 126 Kabupaten Tanggamus. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pringsewu mempunyai luas Wilayah daratan 625 km2 yang hampir seluruhnya berupa wilayah daratan. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Pringsewu sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. (Pringsewu dalam Angka, 2015: 18). Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus, dan dibentuk berdasarkan Undang-undan Nomor 48 tahun 2008 tanggal 26 November 2008 dan diresmikan pada tanggal 3 April 2009 oleh Menteri Dalam Negeri. Selanjutnya yang ditunjuk sebagai Pj. Bupati Pringsewu untuk yang pertama kali adalah Ir. H. Masdullhaq, yang memimpin pemerintahan di Kabupaten Pringsewu yang kemudian digantikanoleh H. Helmi Machmud, dan digantikan kembali oleh Sudarno Edi, dan Bupati Pringsewu saat ini dijabat oleh Hi. Sujadi Saddat. Secara Administratif berdasarkan UU Pembentukan kabupaten Pringsewu, Kabupaten Pringsewu terdiri dari 8 (delapan ) Wilayah Kecamatan. (Pringsewu dalam Angka, 2015: 18-19). 127 Gambar 5. Peta Wilayah Kabupaten Pringsewu Wilayah Kabupaten Pringsewu pada tahun 2014 terdiri dari 5 kelurahan serta 126 pekon (desa) . Pada Tahun 2014, jumlah kecamatan di Kabupaten Pringsewu menjadi sembilan kecamatan. Hal ini disebabkan pemekaran di Kecamatan Pagelaran menjadi Kecamatan Pagelaran dan Pagelaran Utara. Kecamatan Pagelaran Utara merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah 100.28 km2. Kemudian Kecamatan Ambarawa merupakan kecamatan dengan dengan luas wilayah terkecil yaitu 30.99 km2. (Pringsewu dalam Angka, 2015: 19). 128 Berdasarkan UU Pembentukan Kabupaten Pringsewu jumlah penduduk Pringsewu pada tahun 2008 berjumlah 351.093 jiwa. Banyaknya Penduduk Kabupaten Pringsewu terus mengalami peningkatan pada tahun 2014 tercatat sebanyak 383.101 jiwa yang terdiri dari laki-lak 196.407 jiwa dan perempuan 186.694 jiwa. Sex Ratio penduduk atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan sebesar 105,38 yang berarti bahwa pada setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat sekitar 105 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk rata-rata sebanyak 613 jiwa per kilometer persegi (Pringsewu dalam Angka, 2015: 20). Secara rinci persebaran penduduk per kecamatan adalah sebagai berikut: Tabel 16. Persebaran Penduduk Per Kecamatan No. Kecamatan (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (2) Pardasuka Ambarawa Pagelaran Pagelaran Utara Pringsewu Gadingrejo Sukoharjo Banyumas Adiluwih Pringsewu Jumlah Penduduk (3) 33 757 33 732 46 038 15 196 80 443 72 249 47 217 20 068 34 401 383 101 Luas (km2) (4) 94,64 30,99 72.47 100.28 53,29 85,71 72,95 39,85 74,82 625,00 Kepadatan (Jiwa/km2) (5) 357 1 083 635 152 1 510 843 647 504 460 613 Sumber: Pringsewu dalam Angka 2015 Berdasarkan data di atas, Kecamatan Pringsewu merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan 1.510 jiwa/km2 dan yang paling jarang adalah Kecamatan Pagelaran Utara yaitu hanya 152 jiwa/km2 (Pringsewu dalam Angka, 2015: 21). 129 Kabupaten Pringsewu memiliki penduduk usia kerja cukup besar yaitu 250.459 jiwa, sedangkan usia tidak produktif di Kabupaten Pringsewu adalah 128.731 jiwa. Dari struktur umur ini diperoleh dependency ratio Pringsewu adalah 51,39 % dan tergolong memiliki angka ketergantungan yang sedang. Angka 51,39 % ini menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk produktif mempunyai beban 51 orang yang tidak produktif. Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Pringsewu tahun 2014 adalah sebagai berikut: Tabel 17. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Pringsewu Tahun 2014 Kelompok Umur (1) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah Laki-laki (2) 18 704 18 167 18 002 17 388 15 461 14 968 15 191 15 309 14 319 12 218 10 295 8 086 5 952 3 983 2 959 3 495 194 497 Perempuan (3) 17 615 17 083 17 076 16 805 13 972 13 807 14 454 14 621 13 518 11 677 9 712 7 515 5 191 4 050 3 225 4 372 184 693 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Pringsewu 2015 Jumlah (4) 36 319 35 250 35 078 34 193 29 433 28 775 29 645 29 930 27 837 23 895 20 007 15 601 11 143 8 033 6 184 7 867 379 190 130 2. Kualitas Layanan Pendidikan Kabupaten Pringsewu Keterdiaan sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Pringsewu dapat dilihat pada tabel di bawah, terdapat 267 sekolah pada jenjang pendidikan SD, 57 sekolah pada jenjang pendidikan SMP dan 52 sekolah pada jenjang pendidikan SLTA. Namun yang berbeda, Kabupaten Pringsewu memiliki 9 perguruan tinggi swasta. Ketersedian guru pada jenjang pendidikan SD dari data LBDA terdapat 2.743 guru yang mengajar pada jenjang ini, 1.556 guru mengajar pada jenjang SMP dan 875 guru mengajar pada jenjang SLTA (Pringsewu dalam Angka, 2015: 53-76). Jumlah murid yang terdaftar di sekolah baik negeri maupun swasta ini terdapat 77.709 siswa terdaftar pada jenjang pendidikan SD 40.506 siswa terdaftar di SMP 18.392 siswa terdaftar pada jenjang pendidikan SLTA 18.811 siswa. Jika dilihat ketersediaan guru murid pada setiap jenjang pendidikan dan distribusi di kecamatan, nampak sudah merata penempatan guru di setiap jenjang pendidikan. (Pringsewu dalam Angka, 2015: 53-76). Berikut merupakan tabulasi jumlah sekolah, guru dan murid di Kabupaten Pringsewu: Tabel 18. Jumlah sekolah, guru dan murid Kabupaten Pringsewu, Tahun 2014 Jenjang (1) Sekolah (2) SD 267 2.743 SMP 57 1.556 SMA 52 875 PT 9 Sumber: Pringsewu dalam Angka 2015 Guru (3) Murid (4) 40.506 18.392 18.811 - 131 Hal di atas tentunya merupakan hal yang bisa terjadi dilihat dari indikator pendidikan yang lain yaitu angka partisipasi sekolah yaitu angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM). APK Kabupaten Pringsewu dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD penduduk usian 7-12 th mencapai 104,67 %. APK pada jenjang pendidikan SMP 100,90 % dan APK pada jenjang pendidikan SMA 87,59 % (Laporan APK dan APM Kemedikbud, 2014: 21-51). Kemudian APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. APM Kabupaten Pringsewu juga dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD penduduk usian 7-12 th mencapai 82,13 %. APM pada jenjang pendidikan SMP 77,51 % dan APM pada jenjang pendidikan SMA 61,01 %. APK dan APM Kabupaten Pringsewu lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Lampung Barat pada jenjang SMP dan SMA, namun untuk tingkatan sekolah dasar Kabupaten Lampung Barat lebih unggul. Namun secara umum kedua kabupaten memiliki tren APK dan APM yang selalu turun pada setiap jenjang pendidikan (Laporan APK dan APM Kemedikbud, 2014: 21-51). 3. Kualitas Layanan Kesehatan Kabupaten Pringsewu Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Pringsewu tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya, yang bisa dikatakan masih belum memadai, yaitu hanya ada 1 rumah sakit negeri, 3 rumah sakit swasta, 45 puskesmas, 34 puskesmas pembantu (Pringsewu dalam Angka, 2015: 79). Dari sisi ketersediaan tenaga medis dapat dikatakan masih sangat kekurangan tenaga 132 medis, hal ini ditunjukkan dari rasio dokter perseratus ribu penduduk dan rasio bidan perseribu pasien yang masih jauh dari rasio standar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Pada tahun 2013 ini jumlah dokter masih relatif sama sedangkan jumlah bidan naik dari 420 bidan pada tahun 2012 sekarang menjadi 554 bidan. Tabel 19. Statistik Kesehatan Pringsewu 2013-2014 No Jenis Fasilitas Kesehatan (1) (2) 1 Puskesmas 2 Rumah Sakit Swasta 3 Rumah Sakit Negeri 4 Puskesmas Pembantu Sumber: Pringsewu dalam Angka 2015 Jumlah Fasilitas (3) 45 3 1 34 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu Perekonomian Kabupaten Pringsewu pada tahun 2014 mengalami perlambatan dan merupakan pertumbuhan terendah dalam 5 tahun terakhir. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Pringsewu tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan nasional, dimana PDB nasional tahun 2014 hanya tumbuh 5,02 persen dari 5,58 persen di tahun 2013. Laju pertumbuhan PDRB Pringsewu tahun 2014 mencapai 5,84 persen, sedangkan tahun 2013 tumbuh sebesar 6,15 persen. Walaupun mengalami perlambatan, namun pertumbuhan ekonomi Pringsewu masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional (Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pringsewu, 2014: 47-48). 133 Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2014 dicapai oleh lapangan usaha Jasa Perusahaaan sebesar 13,38 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yaitu hanya mencapai 3,26 persen pada tahun 2014, sedangkan tahun 2013 bisa mencapai 3,54 persen (Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pringsewu, 2014: 48). Distribusi PDRB Kabupaten Pringsewu dari berbagai sektor adalah sebagai berikut: Tabel 20. Distribusi PDRB Kabupaten Pringsewu 2012 – 2014 No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Lapangan Usaha/Industri (2) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB 2012 (3) 28.17 0.08 14.59 0.04 0.06 2013 (4) 27.52 0.08 14.30 0.03 0.06 2014 (5) 26.69 0.09 15.12 0.03 0.06 12.03 14.56 11.78 14.41 12.09 13.67 3.56 2.20 3.90 2.30 4.01 2.37 4.72 4.29 3.76 0.21 4.18 4.84 4.50 3.79 0.23 4.42 4.90 4.50 3.79 0.26 4.66 5.17 1.37 1.01 100 5.46 1.39 1.00 100 5.36 1.42 0.99 100 Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pringsewu 2014 134 Secara umum, Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu memiliki karakteristik daerah yang tidak terlalu jauh berbeda, bahkan ada beberapa aspek yang relatif sama. Perbedaan yang cukup mencolok terlihat dari luas wilayah kedua kabupaten yang sangat berbeda yaitu, luas Kabupaten Lampung Barat memiliki luas tiga kali lipat luas Kabupaten Pringsewu. Selain itu juga, Kabupaten Lampung Barat memiliki kecamatan yang lebih banyak dibandingkan dengan Kabupaten Pringsewu. Kemudian terkait dengan jumlah penduduk, Kabupaten Pringsewu memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan Kabupaten Lampung Barat. Oleh karena itu, Kabupaten Pringsewu memiliki kepadatan penduduk yang sangat padat dibandingkan Kabupaten Lampung Barat karena memilik luas wilayah yang tidak terlalu luas namun memiliki penduduk yang cukup banyak. Kemudian terkait dengan kualitas layanan pendidikan dan kesehatan, kedua kabupaten tidak terlalu jauh berbeda. Kedua kabupaten memiliki sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang cukup, namun masih kurang dalam hal pemerataan. Kemudian terkait dengan distribusi produk domestik regional bruto, kedua kabupaten memiliki perbedaaan yang cukup mencolok. Sebagian besar pendapatan Kabupaten Lampung Barat disokong oleh sektor pertanian dan perkebunan yang lebih dari 50 %, sedangkan pendapatan Kabupaten Pringsewu disokong oleh berbagai sektor, tidak hanya bertumpu pada sektor pertanian. Namun, secara umum distribusi sektor pertanian dan perkebunan kedua kabupaten selalu mengalami penurunan. Kemungkinan besar sedang terjadi proses peralihan dari sektor pertanian ke sektor jasa. Fenomena ini juga terjadi di berbagai belahan daerah di Provinsi Lampung. 135 Setelah memahami karakteristik kedua kabupaten secara umum, perlu dipahami bahwa analisis perbandingan pembangunan kabupaten tidak hanya dilakukan dengan membandingkan capaian pembangunan dilihat dari data sekunder. Namun perlu analisis lebih mendalam terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) kedua kabupaten, terutama terhadap elemen-elemen IPM itu sendiri yaitu, pendidikan, kesehatan dan pendapatan per kapita. Analisis mendalam IPM kedua kabupaten tersebut juga akan dilihat dari konsep capability approach Amartya Sen, yaitu dengan melihat hubungan sebab-akibat antara indeks pembangunan manusia dengan elemen-elemen capability. Pembahasan tersebut akan dibahas lebih lanjut di dalam bab selanjutnya yang merupakan bab substansi dari penelitian ini, dimana data pembangunan kedua kabupaten yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara akan dianalisis secara mendalam dari capability approach Amartya Sen.