meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran

advertisement
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS
TUGAS PROYEK DI BEBERAPA SMP DALAM WILAYAH BINAAN
BAMBANG HARIANTO
Pengawas SMP Kabupaten Bangkalan
Abstrak: Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,
melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dengan membahasnya dengan orang
lain. Bukan Cuma itu, perlu “ mengerjakannya” yakni penggambarkan sesuatu
dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan
keterampilan, dan mengerjakan tugas menuntut pengetahuan yang telah atau harus
mereka dapatkan. Penelitian ini berdasarkan permasalahan “ Apakah Supervisi
Klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapakan pembelajaran
kontekstual model pembelajaran berbasis proyek/tugas di SMP dalam Wilayah
Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016?”. Sedangkan tujuan
dari
penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual model
pembelajaran berbasis proyek/tugas di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten
Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016setelah diterapkan supervisi klinis.
Penelitian ini menggunakan tindakan (Action research) sebanyak tiga putaran.
Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah guru-guru di SMP
dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Data
yang diperoleh berupa hasil lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Kesimpulan yang diambil adalah bahwa. dengan Menerapkan Supervisi klinis
dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran
kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Pada SMPdalam Wilayah
Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata Kunci: PKn, metode, pembelajaran Kontekstual
To learn something well, we need to hear, see, and ask questions about it by
discussing it with others. Not only that, it is necessary to "do it" that describes
something in their own way, demonstrates the example, tries to practice the skills,
and does the task of demanding knowledge that they have or should get. This
study is based on the issue of "Does Clinical Supervision improve teachers' ability
in applying contextual learning of project-based learning model in junior high
school in Bangkalan in academic 2015, This study uses action (Action research)
as much as three rounds. Each round consists of four stages: design, activity and
observation, reflection and revision. The target of this research is teachers in
junior high school in Bangkalan in academic 2015.
Pendahuluan
Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai oleh guru
untuk mengajar atau penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas , agar pelajaran tersebut dapat
ditangkap, dipahami dan digunakan
oleh siswa dengan baik. Di dalam
kenyataan cara atau metode mengajar
234
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto
atau teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
informasi atau massage lisan kepada
siswa berbeda degnan cara yang
ditempuh untuk memantapkan siswa
dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang
digunakan untuk memotivasi siswa
agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu
masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan
berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa
mampu berpikir dan mengemukakan
pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.
Kita mengenal bermacam-macam
teknik penyajian dari yang tradisional, yang diguakan dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru akhir-akhir ini.
Perkembangan selanjutnya para
ahli masih perlu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu, apakah hal itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut.
Dari bermacam-macam teknik
mengajar itu, ada yang menekankan
peranan guru yang utama dalam pelaksanakaan penyajian, tetapi ada pula
yang menekankan pada media hasil
teknologi modern seperti televise,
radio, kasset, video-tape, film, head
projector, mesin belajar dan lain-lain,
bahkan telah menggunakan bantuan
satelit. Ada pula teknik penyajian
yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas, tetapi ada
pula yang digunakan untuk sejumlah
siswa yang tidak terbatas.
Metode mengajar yang guru
gunakan dalam setiap kali pertemuan
bukanlah asal pakai, tetapi setelah
melalui seleksi yang berkesesuaian
dengan perumusan tujuan intruksional
khusus, sebab dalam kegiatan belajar
mengajar bukan semata persoalan
menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan
informasi ke dalam benak siswa.
Belajar memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dna pemeragaan semata tidak
akan membuahkan hasil belajar yang
langgeng. Yang bias membuahkan
hasil belajar yang langgeng hanyalah
kegiatan belajar aktif.
Agar belajar menjadi aktif siswa
harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan
otak, mengkaji gagasan, memecahkan
masalah dan menerapkan apa yang
mereka pelajari. Belajar aktif harus
gesit, menyenangkan, bersemangat
dan penuh gairah. Siswa bahkan
sering meninggalkan tempat duduk
mereka, bergerak leluasa dan berfikir
keras (movong about dan thinking
alound)
Untuk bisa mempelajari sesuatu
dengan baik, kita perlu mendengar,
melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dan membahasnya dengan
orang lain. Bukan Cuma itu, siswa
perlu “mengerjakannya,” yakni menggambarkan sesuatu dengan cara
mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas
235
Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250
yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
itu diperlukan strategi baru untuk
mendorong siswa mengkonstruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri
sehingga penulis tertarik untuk meneliti strategi pembelajaran Kontekstual/CTL.
Hakikat pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan
penerapannya
dalam
kehidupan
mereka
sehari-hari.
(Departemen Pendidikan Nasional,
2002:5).
Strategi pembelajaran CTL mempunyai tujuh komponen yaitu : 1)
Kontruktivisme (Contructivism); 2)
Menemukan (Inquiry);
3)
Bertanya (Questioning); 4) Masyarakat Belajar (Learning Community);
5) Pemodelan (Modeling); 6) Refleksi
(Reflection);
7)
Penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assessment)
Dengan menyadari gejala-gejala
atau kenyataan tersebut diatas, maka
dalam penelitian ini penuliis mengambil judul “Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan
Strategi Pembelajaran Kontekstual
Model Pengajaran Berbasis Proyek
/Tugas melalui Supervisi Klinis di
beberapa SMP dalam Wilayah Binaan
Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Tinjauan tentang Pembelajaran
Kontekstual
Salah satu komponen dari proses
pengajaran diperlukan metode yaitu
satu cara/ strategi yang digunakan
mengajar (guru) dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai pengajaran. Dengan metode pengajaran
yang digunakan guru, maka proses
belajar mengajar akan berjalan lancar
secara efektif dalam arti dan waktu,
tenaga, sasaran yang tepat akan
tercapai hasil yang optimal. Guru
dalam memilih metode pengajaran,
mempertimbangkan beberapa faktor
seperti karakteristik siswa. Kemampuan siswa, tujuan pengajaran, kemampuan guru dan sebagainya. Menurut pendapat Sastrowijoyo (1993
:102) “Metode tergantung pada tujuan, kemampuan yang belajar dan mengajar, pada waktu pada ukuran besar
kelompok dan fasilitas yang tersedia.”
Karena sejauh ini pendidikan
masih didominasikan oleh pandangan
bahwa pengetahuan sebagai perangkat
fakta-fakta yang harus dihapal. Untuk
Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas
Pengajaran berbasis proyek/tugas
terstruktur (project-based learning)
membutuhkan suatu pendekatan pengajaranm komprehensif di mana
lingkungan belajar siswa didesain
agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah
autentik termasuk pendalaman materi
dari suatu topic mata pelajaran dan
melaksanakan tugas bernama lainnya.
Pendekatna ini memperkenalkan siswa untuk secara mandiri dalam meng-
236
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto
konstruksikannya dalam produk nyata
(Buck institute for Education, 2001)
Siswa diberikan tugas/ proyek
yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi
realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas mereka
(bukan diajar sedikit demi sedikit
komponen-komponen suatu tugas
kompleks yang padu suatu diharapkan akan terwujud menjadi suatu
kemampuan untuk menyelesaikan
tugas kompleks tersebut). Prinsip ini
digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas seperti
proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, menulis untukj disajikan
kepada forum mendengar yang
sesungguhnyam dan tugas-tugas
autentik lainnya. Istilah situated
learning (Prawat, 1992) digunakan
untuk menggambarkan pembelajaran
yang terjadi di dalam kehidupan
nyatam, tugas-tugas outentik/asli
yang sebenarnya.
Tidak memandang apakah suatu
tugas harus dikerjakan sebagai pekerjaan kelas atau sebagai pekerjaan rumah, empat prinsip berikut ini membantu siswa dalam perjalanan mereka
menjadi pembelajaran mandiri yang
efektif.
uraikan terlebih dahulu tentang Supervisi. Supervisi adalah merupakan
bentuk bantuan atau pelayanan yang
bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam pendidikan baik masalah pembelajaran maupun masalah
manajemen sekolah yang dihadapi
guru,kepala sekolah maupun tenaga
administrasi sekolah.
Sedangkan supervisi klinis adalah superfisi yang berfokus pada perbaikan pembelajaran dan dilakukan
melalui siklus yang sistimatis.Siklus
tersebut mancakup kegiatan perencanaan, pengamatan dan analisis
terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan olhe guru yang disupervisi.
John J Bolla dari ichard Waller
dalam Mukhtar dalam bukunya
Orientasi baru Supervisi Pendidikan
Menjelaskan bahwa:
“Clinical supervision may be
defined as supervision focused
upon the improvement of instruction by means of systemic
sycels of planning, observation
and intensive intellectual analysis of actual teaching performent in the interest of rational
modification (Sebagai supervise
yang difokuskan pada perbaikan
pengajaran dengan menjalankan
siklus yang sistimatis dari tahap
perencanaan, pengamatan dan
analisis intelektual yang intensif
terhadap penampilan mengajar
sebenarnya dengan tujuan untuk
modifikasi yang rasional)”
Keith Achesson dan Meredith D
Call, menyatakan bahwa supervise
klinis adalah proses membantu guru
Supervisi Klinis
Banyak yang mengemukakan
tentang pengertian supervisi dengan
sudut pandang yang berbeda-beda,
namun akan dicoba untuk diuraikaan
secaraa berturut-turut.
Sebelum menguraikan tentang
supervisi klinis tidak ada salahnya
jika dalam kajian pustaka ini di-
237
Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250
memperkecil jurang antara tingkah
laku mengajar yang ideal.
Berdasar pengertian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa supervisi
klinis pada dasarnya adalah merupakan bantuan yang diberikan kepada
guru dalam memecahkan atau meningkatkan kemampuan guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran
supervisi ini dilaksanakan dengan tatap muka dan dilakukan dengan tahapan-tahapan. Tujuan dari pada supervsisi ini adalah membantu mengembangkan profesional guru/ calon guru
, khususnya dalam melak-sanakan
kegiatan pembelajaran mela-lui tahapan-tahapan perencanaan, pe-ngamatan dan analisis.
Unsur-unsur daripada supervisi
klinis ini adalah sebagai berikut :
a. Adanya hubungan tatap muka
antara supervisor dengan guru
yang disupervisi.
b. Fokusnya adalah kegiatan guru
dalam melaksanakan pembelajaran.
c. Dilakukan observasi secara cermat.
d. Hasil observasi didskribsikan secara cermat.
e. Supervisor dan guru bersama-sama
melakukan penilaian penampilan
guru.
f. Berfokus pada kebutuhan guru dalam melaksanakan pembelaja-ran.
a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskana guru memperbaiki keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik.
b. Fungsi utama supervisor ialah mengajarkan berbagai keterampi-lan
kepada guru.
c. Fokus supervise klinis adalah pada
perbaikan cara mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru.
d. Fokus supervise klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan
pegangan dalam pembuatan dan
pengujian hipotesis mengajar yang
di dasarkan atas bukti-bukti pengamatan.
e. Instrumen yang disusun atas dasar
kesepakatan antara supervisor dengan guru.
f. Balikan (feedback) yang diberikan
harus secepat mungkin dan sifatnya obyektif.
g. Dalam percakapan balik seharusnya datang terlebih dahulu dari
guru, bukan dari supervisor.
Prinsip-prinsip Supervisi Klinis
Adapun prinsip-prinsip yang harus di perhatikan dalam melakukan
supervise klinis, sebagai berikut :
a. Supervisi klinis yang dilakukan
harus berdasarkan inisiatif dari para guru, perilaku supervisor harus
demikian teknis sehingga guruguru terdorong untuk berusaha
meminta bantuannn dari supervisor.
b. Ciptakan hubungan yang bersifat
manusiawi, yang bersifat interaktif
dan rasa kesejawatan.
c. Ciptakan suasana bebas di mana
setiap orang bebas dan berani me-
Karakteristik Supervisi klinis.
Dari pengertian supervisi klinis
sebagaimana terurai diatas kiranya
dapat diuraikan juga tentang beberapa
karakteristik supervisimklinis sebagai
berikut :
238
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto
ngemukakan apa yang dialaminya.
Supervisor berusaha dapat menjawab dan menemukan solusinya
atas apa yang diharapkan guru.
d. Objek kajian adalah kebutuhan
professional guru yang riil, tentunya yang mereka alami.
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum
mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya metode pembelajaran model pembelajaran terbimbing.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan
yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Metode Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan
Sekolah, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
dari Kemmis dan Taggart (dalam
Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari sklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan),
dan reflection (refleksi). Sebelum
masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral
dari tahap-tahap penelitian tindakan
kelas dapat dilihat pada gambar
berikut.
Putaran
1
Reflek
si
Putaran
2
Tindak
an/
Obser
Refleks
i
Renc
ana
Putaran
3
Tindak
an/
Obser
Refleks
i
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian dalam hal ini
adalah guru dalam pembelajaran Kontektual Model Pengajaran Berbasis
Proyek/Tugas di SMP dalam Wilayah
Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun
Pelajaran 2015/2016. Jumlah guru
yang diamati atau menjadi subyek
penelitian adalah sebanyak 10 orang
yang terbagi di 5 SMP dalam Wilayah
Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun
Pelajaran 2015/2016 yang semuanya
adalah guru dan telah mempunyai
masa kerja yang cukup,sehingga para
Renc
ana
Renc
ana
Tindak
an/
Obser
Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan
239
Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250
guru tersebut mempunyai kemampuan yang rata-rata setara.
Obyek Penelitiannya adalah kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual, Dengan demikian yang menjadi pengamatan peneliti adalah bagaimana guru menerapkan pebelajaran dengan pembelajaran kontektual
di Kelasnya.
Untuk melaksanakan pengamatan
tersebut peneliti menggunakan instrumen pengamatan yang disebut Instrumen Pengamatan Kegiatan Guru atau
IPKG. Intstrumen tersebut mencakup
bagaimana guru melaksanakan oersiapan pembelajaran, melaksanakan
baik pendahuluan kegiatan inti
maupun kegiatan akhir, dan juga
bagaimana guru subyek penelitian
mengadaan peniliaan hasil belajar.
tiap tahap dapat diuraikan dibawah
ini.
a. Tahap Perencanaan.
Pada tahap perancanaan ini peneliti melakukan pertemuan dengan para guru kelas dalam wilayah binaan. Hal-hal yang disampaikan dalam pertemuan tersebut
adalah : 1) Temuan di lapangan
tentang pembelajaran yang diamati
supervisor/peneliti yakni mayoritas
guru dalam kegiatan pembelajaran
mendominasi aktifitas, sehingga
siswanya pasif menerima pengetahuan dari guru. 2). Penjelasan
tentang pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru yakni
model pembelajaran dengan pembelajaran kontektual. 3). Berdiskusi dengan guru tentang kesulitan-kesulitan yang dialami guru
dalam pembelajaran kontektual. 4).
Memberikan alternatif solusi terhadap kesulitan yang dialami guru
dalam pembelajaran kontektual. 5).
Guru menyusun Rencana Pembelajaran dan dikomunikasikan kepada pengawas atau supervisor yang
sekaligus sebagai peneliti. Untuk
ini guru diberi waktu kurang lebih
satu minggun untuk menyusun
rencana pembelajaran yang akan
diterapkan dalam pembelajaran
kontektual.
b. Tahap Pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan ini guru
yang menjadi subyek penelitian
menerapkan rencana pembelajaran
yang telah disusun, yang selanjutnya akan dinilai dan diamati oleh
pengawas sebagai peneliti.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pembelajaran kontektual di SMP dalam
Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan
selama 3 (tiga) Bulan yakni pada
bulan Maret sampai dengan bulan
Mei 2016.
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan sekolah ini dilakukan melalui beberapa
siklus, dan masing-masing siklus
dilakukan melalui beberapa tahapan
yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Secara rinci rencana kegiatan
240
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto
Hal yang diamati adalah tentang
bagaimana guru menerapkan pembelajaran yang dirancang sehingga
siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sesuai dengan
kriteria Aktif, dan menyenangkan.
c. Tahap Observasi.
Pada tahap observasi ini peneliti
yakni pengawas mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Acuan yang digunakan
atau isntrumen yang digunakan
oleh peneliti dalam mengamati
pembelajaran
adalah
dengan
menggunakan Intsrumen Penilaian
Kinerja Guru (IPKG). Instrumen
ini terdiri dari dua macam yakni :
IPKG 1 dan IPKG2. IPKG 1
menilai tentang rencana pembelajaran yang disusun guru, sedangkan IPKG 2 digunakan untuk
mengamati atau menilai tentang
pelaksanaan pembelajaran kontektual.
d. Tahap Refleksi.
Pada tahap ini peneliti merangkum hasil pengamatan tentang
pembelajaran Inkury, untuk direnungkan dan disesuaikan dengan
kriteria yang telah ditetapkan
berdasarkan IPKG.
Dalam tahap ini peneliti berkumpul lagi dengan subyek penelitian untuk membahas kekurangan
yang dilakukan dalam pembelajaran siklus pertama. Dalam menyampaikan kekurangan tersebut
peneliti juga memusyawarahkan
dengan guru tentang jalan keluar
atau bagaimana cara memperbaiki
kegiatan pembelajaran berikutnya.
Kegiatan demikian dilakukan
secara berulang sehingga mencapai
beberapa siklus sesuai hasil pencapaian maksimal. Masalah banyaknya siklus tergantung pencapaian
ketuntasan atau ketercapaian kriteria yang telah ditetapkan dalam
penelitian, sehingga jumlah siklus
bisa 2 siklus atau 3 siklus.
Instrumen Pengumpulan Data dan
Tehnik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk
pengupulan data dalam penelitian ini
adalah Instrumen Penilaian Kinerja
Guru atau yang isebut IPKG. Dalam
penelitian ini igunakan dua instrumen
yakni IPKG 1 yang digunakan untuk
menilai Rencana Pembelajaran yang
digunakan oleh Guru dan IPKG 2
yang digunakan untuk menilai kgiatan
pembelajaran guru.
IPKG 1 berisi tentang aspek
pengamatan yang berkenaan dengan
rencana pembelajaran mencakup : 1)
Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran. 2) Pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran. 3) Pengorganisasian Materi pelajaran. 4) Pemilihan sumber / media pembelajaran.
5) Kejelasan skenario pembelajaran.
6) Kesesuaian tehnik evaluasi yang
direncanakan. 7) Kelengkapan instrumen evaluasi yang direncanakan.
IPKG 2 berisi aspek pegamatan
tentang kegiatan pembeajaran kontekstal yang meliputi : 1) Mempersiapkan siswa untuk belajar. 2) Melakukan kegiatan apersepsi. 3)Penguasaan materi pembelajaran. 4) Mengaitkan materi pembelajaran dengan
pengetahuan lain yang relevan. 5)
241
Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250
Menyampaikan materi pembelajaran
dengan jelas dan runtut sesuai dengan
hierarkhi belajar dan karakteristik
siswa. 6) Mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan. 7)
Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengn tujuan. 8) Menguasai kelas. 9)
Melaksanakan pembelajaran dengan
mengaktifkan siswa. 10) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif bagi
siswa. 11) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan. 12) Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan
efisien. 13) Menumbuhkan partisipasi
aktif dalam pembelajaran. 14) Menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon siswa. 15) Menubuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
belajar. 16) Memantau/melakukan
penilaian dalam proses. 17) Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
tujuan. 18) Penggunaan gaya yang
sesuai dan bahasa baik tulis maupun
lisan dengan jelas baik dan benar.19)
Melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa.
20) Melakukan tindak lanjut dengan
memberikan arahan atau kegiatan
atau tugas sebagai bagian remidial/
pengayaan.
Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kriteria keberhasilan ditetapkan
bahwa : Masing-masing guru maupun
secara keseluruhan dinyatakan tuntas
atau berhasil jika mencapai nilai
sebagai berikut :
1. Kriteria keberhasilan/ketuntasan
dalam menyusun RPP.
a. Guru dinyatakan telah berhasil
dalam menyusun rencana pembelajaran jika nilai rencana
pembelajaran minimal 28 artinya setiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari tujuh aspek
penilaian rencana pembelajaran.
b. Penelitian ini dianggap selesai
atau berhasil jika 80 % dari
guru-guru yang menjadi subyek
penelitian telah mendapat nilai
minimal 28.
2. Kriteria keberhasilan/ ketuntasan
penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dalam menetapkan apakah penelitian pelaksanaan pembelajaran
berhasil atau tidak, maka ditetapkan kriteria keberhasilan atau kriteria ketuntasan dalam penelitian
tindakan sebagai berikut :
a. Penelitian dalam pelaksanaan
pembelajaran dinyatakan tuntas/
berhasil secara individu jika
tiap guru mencapai skor minimal 80, artinya tiap aspek
minimal mendapat nilai 4 dari
20 aspek pengamatan kegiatan
pembelajaran.
b. Penelitian ini dianggap selesai
atau berhasil jika 80 % dari
guru-guru yang menjadi responden dalam penerapan pembela-
Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mengupulkan data penulis
menggunakan metode observasi dan
dokumentasi. Observasi dilakukan
ketika guru melaksanakan pembelajaran kontektual.
Dokumentasi digunakan untuk
menilai rencana pembelajaran yang
digunakan guru.
242
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto
jaran kontekstual telah mendapat nilai minimal 80.
Observasi
Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam dan
menyeluruh tentang pembelajaran pada siklus I. Fokus observasi adalah
bagaimana proses pembelajaran yang
dilakukan guru. Tahap observasi ini
dilaksanakan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan yakni pada tanggal 10
sampai dengan 20 Maret 2016.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Siklus I
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan
mengumpulkan para guru untuk
mendapatkan penjelasan tentang cara
menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pembelajaran dengan
pembelajaran kontektual. Bahan
penjelasan dan pembahasan tentunya
berdasar pengamatan sebelumnya
yakni temuan di lapangan dalam
pelaksanaan Supervisi, utamaya kekurangan apa yang ditemukan di
lapangan untuk disempurnakan pada
kegiatan perencaaan pembelajaran.
Selanjutnya dengan bimbingan
Pengawas guru penyusunan rencana
pembelajaran yang digunakan pada
siklus I. Pada perencanaan ini Rencana pembelajaran yang disusun
sesuai dengan ketetentuan pada pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual berbasis tugas/proyek dengan
memberi soal kepada siswa sebagaimana yang diteliti. Tahap perencanaan ini dilaksanakan pada tanggal 6
Maret 2016.
Refleksi
Siklus I dilaksanakan sebanyak
tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal
22 Maret 2016. Pembelajaran dilaksanakan masih banyak perlu mendapatkan penyempurnaan. Pada pelaksanaan pembelajarannya masih ada 6
orang guru yang belum tuntas atau
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam pembelajaran kontektual. Hanya 4 orang guru yang telah
melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan ketentuann yang ditetapkan
dalam pembelajaran kontektual.
Untuk itu kekurangan yang terdapat pada siklus pertama ini akan
dijadikan bahan penyempurnaan pada
siklus berikutnya. Kekurangan ini
disempurnakan pada tahap perencanaan siklus kedua. Sesuai dengan perencanaan awal bahwa kekurangan pada
suatu siklus akan menjadi bahan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada siklus pertama ternyata masih terdapat 7 orang guru yang belum
tuntas dalam menyusun rencana pembelajaran dan terdapat 3 guru tuntas
Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan
20 Maret 2016. Pada tahap ini Guru
melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran dengan pembelajaran kontektual berbasis tugas/proyek sesuai dengan kriteria pembelajaran kontektual yang
telah dibahas pada tahap perencanaan.
243
Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250
dalam merencanakan pembelajaran
kontektual.
Hasil pengamatan atau observasi
pada siklus pertama dapat direkap
sebagai berikut.
nan alat evaluasi maupun komponen
lain disempurnakan pada siklus kedua.
Kekurangan pada pelaksanaan
pembelajaran kontektual terletak pada
kegiatan bahwa guru terlalu mendominasi kegiatan sedangkan siswanya
relatif pasif, penggunaan media pembelajaran juga masih sangat kurang
optimal, sedangkan penilaian dalam
proses belum dilaksanakan oleh guru.
Dengan demikian masih terdapat
beberapa kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran kontektual.
Kekurangan tersebut disampaikan kepada para guru sebagai subyek
penelitian untuk direncanakan dan
disempurnakan pada kegiatan siklus
kedua. Pada tahap perencanaan siklus
kedua inilah guru menyusun rencana
pembelajaran dan semua fasilitas
yang diperlukan untuk menerapkan
pembelajaran kontektual pada siklus
kedua. Dengan persiapan dan masukan yang diberikan oleh peneliti atau
pengawas diharapkan perancanaan
dan pelaksanaan pembelajaran kontektual dapat dilakukan lebih sempurna.
Tabel 4.1
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
pertama.
N
O
1
2
1
2
RENTANG
NILAI
Remcana
Pembelajaran
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28
Pelaksanaan
Pembelajaran
Kurang dari 80
Sama atau lebih
dari 80
JML
GURU
KET.
7
3
Belum
berhasil
Berhasil
6
4
Belum
berhasil
Berhasil
Siklus II
Perencanaan
Perencanaan pada siklus kedua
dilaksanakan pada tanggal 24 Maret
2016, di sekolah lokasi penelitian.
Peneliti mempelajari hasil refleksi
tindakan pada siklus I dan tindakan
yang dilaksanakan pada siklus II ini
masih tetap sama yaitu dengan
penerapan pembelajaran kontektual
mengadakan
perbaikan-perbaikan
berdasarkan hasil refleksi siklus I.
Pada siklus 2 ini yang membedakan
dengan siklus 1 adalah pada pegamat
atau observer yaitu menambah observer, kecuali peneliti observer juga
melibatkan kepala sekolah untuk
mengamati kegiatan pembelajaran
kontektual.
Kekurangan pada penyusunan
rencana pembelajaran seperti penyusunan tujuan pembelajaran penyusu-
Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 9
Maret 2016 di lokasi penelitian. Guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan mengacu pada persiapan yang
telah disempurnakan dari siklus pertama. Guru menyampaikan informasi
tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Dalam pertemuan ini tampak berbeda dengan siklus 1, siswa
mulai banyak yang aktif bertanya
244
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto
maupun mengelurkan pendapat yaitu
ada 4 orang bahkan yang menjawab
pertanyaan lebih banyak lagi. Di
samping itu aktifitas guru sudah
mulai terkendali artinya guru tidak
terlalu mendominasi kegiatan lagi,
guru mulai berperan sebagai motivator dan fasilitator meskipun masih
sering muncul dominasi sekali-kali.
Meskipun demikian masih terdapat
beberapa kekuragan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun.
seperti penggunaan media, penilaian
dalam proses selama kegiatan belajar
mengajar. Observasi dilakukan oleh
peneliti dan kepala sekolah yang
bertindak sebagai observer.
Tabel 4.2
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
kedua.
N
O
1
2
Observasi
Tahap observasi merupakan tahapan dalam penelitian dimana peneliti
dibantu oleh observer mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan pembelajaran
kontektual. Pada siklus kedua ini
sengja ditambah seorang observer
agar pengamatan menjadi lebih cermat dan lebih sempurna dengan demikian hasil penelitian akan lebih akurat.
1
2
RENTANG
NILAI
Remcana
Pembelajaran
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28
Pelaksanaan
Pembelajaran
Kurang dari 80
Sama atau lebih
dari 80
JML
GURU
KET.
5
5
Belum
berhasil
Berhasil
5
5
Belum
berhasil
Berhasil
Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap
untuk merenungkan tentang hasil pengamatan atau obsevasi yang dilakukan baik oleh observer maupun
oleh peneliti. Dari hasil observasi
ternyata masih ada beberapa hal yang
perlu disempurnakan seperti penggunaan media pembelajaran artinya
penggunaan media pembelajaran kurang efektif, penilaian dalam proses
belum dilaksanakan oleh guru, serta
guru masih kurang maksimal dalam
mengaktifkan siswa.
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, yakni
tanggal 1 sampai dengan 9 April
2016. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam dan
menyeluruh tentang pelaksanaan
pembelajaran pada siklus 2. Fokus
observasi adalah bagaimana proses
penerapan tindakan yang dilakukan
pengajar dan siswa, aktivitas-aktivitas
siswa, yang meliputi frekuensi bertanya dan menjawab pertanyaan serta
rekaman situasi kelas yang lain
Siklus III
Perencanaan
Perencanaan pada siklus ketiga
dilaksanakan pada tanggal 19 April
2016, di sekolah lokasi penelitian. Peneliti menyempurnakan hasil tindakan
pada siklus II dan tindakan yang
245
Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250
dilaksanakan pada siklus III ini masih
tetap sama yaitu dengan penerapan
pembelajaran Inkury mengadakan
perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus II. Pada siklus
ketiga ini sama dengan siklus kedua
yaitu pada pegamat atau observer
sebanyak dua orang, kecuali peneliti
melibatkan kepala sekolah untuk
mengamati kegiatan pembelajaran
kontektual atau menjadi obsrver. Hal
tersebut dimaksudkan untuk lebih
teliti dalam mengamati penerapan
pembelajaran kontektual sesuai dengan pembelajaran yang telah disepakati.
Kekurangan pada pelaksanaan
pembelajaran kontektual terletak pada
kegiatan bahwa guru belum melakukan penilaian dalam proses, peggunaan media pembelajaran juga masih
sangat kurang optimal pada siklus
kedua diinginkan untuk dilaksanakan
pada siklus ketiga. Dengan demikian
pada siklus ketiga ini diharapkan
guru telah melaksanakan pembelajaran kontektual dengan baik.
pertanyaan lebih banyak lagi. Di
samping itu aktifitas guru sudah
mulai terkendali artinya guru tidak
terlalu mendominasi kegiatan lagi,
guru mulai berperan sebagai motivator dan fasilitator meskipun masih
sering muncul dominasi sekali-kali.
Meskipun demikian masih terdapat
beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun. Penilaian dalam
proses dilaksanakan oleh guru, penggunaan mediapun telah dilakukan
dengan baik.
Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, yakni
tanggal 24 sampai dengan 28 April
2016. Observasi dilakukan secara
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus
ketiga. Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang
dilakukan pengajar dan siswa, aktivitas-aktivitas siswa, yang meliputi
frekuensi bertanya dan menjawab
pertanyaan serta rekaman situasi kelas
yang lain seperti penggunaan media,
penilaian dala proses selama kegiatan
belajar mengajar. Observasi dilakukan oleh peneliti dan kepala sekolah
yang bertindak sebagai observer.
Tabel 4.3
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
ketiga.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 24 sampai dengan
28 April 2016 di lokasi penelitian.
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan yang telah disempurnakan dari
siklus kedua. Guru menyampaikan
informasi tujuan pembelajaran yang
akan disampaikan. Dalam pertemuan
ini tampak berbeda dengan siklus
kedua, siswa mulai banyak yang aktif
bertanya
maupun
mengeluarkan
pendapat bahkan yang menjawab
N
O
246
RENTANG
NILAI
JML
GURU
KET.
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto
1
2
1
2
Remcana
Pembelajaran
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28
Pelaksanaan
Pembelajaran
Kurang dari 80
Sama atau lebih
dari 80
0
10
Belum
berhasil
Berhasil
1
9
Belum
berhasil
Berhasil
kiteria keberhasilan atau kriteria ketuntasan dalam penelitian. Hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga didapatkan bahwa untuk penilaian rencana
pembelajaran tidak ada seorang gurupun yang mendapat nilai di bawah 28
dari 7 aspek yang diamati, artinya
nilai minimal tiap aspek 4. Perbandingan hasil pengamatan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Perbandingan Hasil Pengamatan
tentang Rencana Pembelajaran
Masing-masing siklus
Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap
untuk merenungkan tentang hasil pengamatan atau obsevasi yang dilakukan baik oleh observer maupun oleh
peneliti. Dari hasil observasi ternyata
pada peyusunan rencana pembelajaran semua guru telah melakukannya
dengan baik, hal itu terbukti bahwa
tidak ada seorang gurupun yang
memperoleh nilai dibawah nilai
ketuntasan. Sedangkan para pelaksanaan pembelajaran masih terdapat
seorang guru yang belum mencapai
ketuntasan kekurangan guru tersebut
adalah pada pelaksanaan penilaian
dalam proses dan penggunaan media
pembelajaran artinya penggunaan
media pembelajaran kurang efektif.
Meskipun demikian secara umum
berdasar ketentuan ketuntasan pelaksanaan pembelajaran
pada siklus
ketiga ini telah tuntas.
N
O
RENTA
NG
NILAI
1
Rencana
Pembelaj
aran
Kurang
dari 28
2
Sama atau
lebih dari
28
JUMLAH
GURU
S-I S-II
SIII
7
5
0
3
5
10
KE
T.
Belu
m
berh
asil
Tunt
as
Jika perbandingan hasil pengamatan tentang rencana pembelajaran
masing-masing siklus tersebut dituangkan dalam bentuk grafik maka
akan menjadi sebagai berikut :
Pembahasan
Hasil pengamatan pada rencana
pembelajaran pada siklus pertama dan
siklus kedua terdapat perubahan yang
sangat signifikan. Hasil pengamatan
pada siklus pertama masih banyak
ditemukan kekurangan sehingga prosentase keberhasilan masih dibawah
247
Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250
Pembelajara
n
Kurang dari
80
1
2
6
5
1
4
5
9
Sama atau
lebih dari
80
Jika perbandingan hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran masing-masing siklus tersebut
dituangkan dalam bentuk grafik maka
akan menjadi sebagai berikut :
Berdasar perbandingan nilai pada
tabel tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa: Pada siklus pertama
masih terdapat 6 orang guru yang
belum mencapai nilai minimal keberhasilan dalam menyusun rencana
pembelajaran sedangkan pada siklus
kedua 4 guru telah tuntas atau berhasil dalam menyusun rencana pembelajaran. Pada siklus ketiga ada satu
gurupun yang hasil/ nilai penyusunan
rencana pembelajarannya kurang 28.
Semua guru hasil/nilai penyusunan
rencana pembelajarannya adalah 28
kelas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi akademik dengan pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran.
Perbandingan hasil pengamatan
pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Pengamatan
tentang Pelaksanaan Pembelajaran
Masing-masing siklus
N
O
RENTANG
NILAI
JUMLAH
GURU
S-I S-II
SIII
Belu
m
berh
asil
Tunt
as
10
5
Series1
0
siklus Siklus Siklus
1
2
3
Berdasar rekapitulasi dan pebandingan hasil pengamatan tentang
pelaksanaan pembelajaran kontekstual dapatlah disimpulkan bahwa :
1. Pada siklus pertama masih terdapat
6 guru yang mendapatkan hasil
kurang dari 80 sedang yang tuntas
sebanyak 4 orang guru artinya
tingkat keberhasilannya mencapai
60%.
2. Pada siklus kedua terdapat 5 orang
guru yang mendapat nilai dibawah
kriteria keberhasilan,artinya tingkat ketuntasannya mencapai 50%.
3. Pada siklus ketiga didapatkan kondisi guru bahwa tinggal seorang
guru yang mendapatkan hasil dibawah 80 dalam pengamatan yang
dilakukan peneliti. Artinya prosentase keberhasilan pada siklus ke-
KET
.
Rencana
248
Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto
tiga mencapai 90 %, dengan demikian guru telah mencapai kriteria
keberhasilan dalam melaksanakan
pembelajaran kontekstual.
Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Saran-saran
Adapun saran-saran atas dasar
kesimpulan dan pembahasan tersebut
diatas dapatlah dikemukakan sebagai
berikut :
1. Terhadap guru dalam pelaksanaan
supervisi hendaknya dapat dilaksanakan secara demokratis, sehingga
lebih memungkinkan adanya keterbukaan bagi guru untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Guru tidak lagi takut untuk
berkomunikasi dengan pengawas
sekolah sehingga pengawas benarbenar menjadi mitra kerja para
guru.
2. Pembelajaran Kontekstual hendaknya dapat diterapkan untuk semua
kelas dan semua mata pelajaran,
karena supervisi dengan pembelajaran ini lebih demokratis dan
terbuka kepada guru dan kelapa
sekolah.
3. Peningkatan kemampuan guru
dalam menerapkan pembelajaran
Kontekstual dapat ditingkatkan
bukan hanya melalui supervisi
klinis saja tetapi juga melalui kegiatan rutin seperti diklat, MGMP,
maupun kegiatan lain yang dilakukan kepala sekolah terhadap
gurunya.
4. Semua pihak yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan seyogyanya membantu peningkatan mutu guu dalam rangka pencapaian
mutu pendidikan dengan berbagai
cara seperti peningkatan anggaran,
memberikan bantuan baik materiil
Keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1. Pelaksanaan supervisi dengan
melibatkan banyak pihak untuk
memberikn masukan kepada guru
yang disupervisi.
2. dengan yang ditandai dengan anggapan dan pembelajaran kontekstual kepada guru. Karena dengan
pembelajaran kontekstual ini guru
tidak merasa disalahkan, tetapi
diajak berfikir bersama atas permasalahan yang dihadapi, atas
kondisi yang ada dan akhirnya
pengawas sebagai nitra guru memfasilitasi kebutuhan guru dalam
meningkatkan kinerjanya.
3. Guru lebih terbuka jika diajak
musyawarah layaknya mitra kerja
dalam membahas dan menyempurnakan kekurangan yang dilakukan
dalam pembelajaran di kelas.
4. Guru tidak lagi merasa takut jika
didatangi pengawas sekolah, bahkan diharapkan agar pengawas
sering-sering datang ke sekolah.
Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian dan
pembahasan dapatlah disimpulkan
bahwa :
Supervisi Klinis dapat Meningkatkan Kemampuan Guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual
dengan Model Pengajaran Berbasis
Proyek/Tugas di beberapa SMP dalam
249
Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250
maupun spirituil demi kemajuan
sekolah.
5. Pemerintah daerah diharapkan selalu meningkatkan anggaran pendidikan terutama untuk peningkatan
mutu.
Mukhtar,2009,Orientasi baru Supervisi Pendidikan,Jakarta, Gaung
Persada.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa
Untuk Belajar. Surabaya University Press Universitas Negeri
Surabaya.
Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran
Kontekstual
(Contextual
Teaching And Learning/CTL)
dan Penerapan Dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri
Malang (UM Press)
Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan
Motivasi Belajar mengajar.
Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar
dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, universitas
Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia
Surakhmad, Winarno, 1990. Metode
Pengajaran Nasional. Bandung
: Jemmars
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi
Pendidikan , Suatu Pendekatan
Baru. Bandung; Remaja Rosdakarya
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi
Guru Profesional. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
Daftar Pustaka
Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo
Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta Rineksa Cipta
Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasardasar Evaluasi Pendidikan .
Jakarta. Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta; Rikena Cipata
Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses
Belajar Mengajar Pendidikan.
Jakarta Usaha Nasional
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta
Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi
Research, Jilid I. Yogyakarta:
YP Fak. Psikologi UGM
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi
Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru Algesindo.
Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998
Proses Belajar mengajar . Bandung : Remaja Rosdakarya
Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineksa
Cipta
Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes.
Surabaya: Universitas Press
Melvin. L. Siberman. 2004. Active
Learning, 101 Cara Belajar
Siswa Aktif . Bandung Nusamedia dan Nuansa.
250
Download