MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS TUGAS PROYEK DI BEBERAPA SMP DALAM WILAYAH BINAAN BAMBANG HARIANTO Pengawas SMP Kabupaten Bangkalan Abstrak: Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dengan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, perlu “ mengerjakannya” yakni penggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. Penelitian ini berdasarkan permasalahan “ Apakah Supervisi Klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapakan pembelajaran kontekstual model pembelajaran berbasis proyek/tugas di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016?”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual model pembelajaran berbasis proyek/tugas di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016setelah diterapkan supervisi klinis. Penelitian ini menggunakan tindakan (Action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah guru-guru di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Data yang diperoleh berupa hasil lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Kesimpulan yang diambil adalah bahwa. dengan Menerapkan Supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Pada SMPdalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata Kunci: PKn, metode, pembelajaran Kontekstual To learn something well, we need to hear, see, and ask questions about it by discussing it with others. Not only that, it is necessary to "do it" that describes something in their own way, demonstrates the example, tries to practice the skills, and does the task of demanding knowledge that they have or should get. This study is based on the issue of "Does Clinical Supervision improve teachers' ability in applying contextual learning of project-based learning model in junior high school in Bangkalan in academic 2015, This study uses action (Action research) as much as three rounds. Each round consists of four stages: design, activity and observation, reflection and revision. The target of this research is teachers in junior high school in Bangkalan in academic 2015. Pendahuluan Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas , agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar 234 Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto atau teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda degnan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan. Kita mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisional, yang diguakan dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru akhir-akhir ini. Perkembangan selanjutnya para ahli masih perlu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu, apakah hal itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut. Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanakaan penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head projector, mesin belajar dan lain-lain, bahkan telah menggunakan bantuan satelit. Ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas, tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas. Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam kegiatan belajar mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dna pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif. Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (movong about dan thinking alound) Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya,” yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas 235 Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250 yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. itu diperlukan strategi baru untuk mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri sehingga penulis tertarik untuk meneliti strategi pembelajaran Kontekstual/CTL. Hakikat pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Departemen Pendidikan Nasional, 2002:5). Strategi pembelajaran CTL mempunyai tujuh komponen yaitu : 1) Kontruktivisme (Contructivism); 2) Menemukan (Inquiry); 3) Bertanya (Questioning); 4) Masyarakat Belajar (Learning Community); 5) Pemodelan (Modeling); 6) Refleksi (Reflection); 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penuliis mengambil judul “Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek /Tugas melalui Supervisi Klinis di beberapa SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tinjauan tentang Pembelajaran Kontekstual Salah satu komponen dari proses pengajaran diperlukan metode yaitu satu cara/ strategi yang digunakan mengajar (guru) dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai pengajaran. Dengan metode pengajaran yang digunakan guru, maka proses belajar mengajar akan berjalan lancar secara efektif dalam arti dan waktu, tenaga, sasaran yang tepat akan tercapai hasil yang optimal. Guru dalam memilih metode pengajaran, mempertimbangkan beberapa faktor seperti karakteristik siswa. Kemampuan siswa, tujuan pengajaran, kemampuan guru dan sebagainya. Menurut pendapat Sastrowijoyo (1993 :102) “Metode tergantung pada tujuan, kemampuan yang belajar dan mengajar, pada waktu pada ukuran besar kelompok dan fasilitas yang tersedia.” Karena sejauh ini pendidikan masih didominasikan oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Untuk Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaranm komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topic mata pelajaran dan melaksanakan tugas bernama lainnya. Pendekatna ini memperkenalkan siswa untuk secara mandiri dalam meng- 236 Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto konstruksikannya dalam produk nyata (Buck institute for Education, 2001) Siswa diberikan tugas/ proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas mereka (bukan diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas kompleks yang padu suatu diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut). Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas seperti proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, menulis untukj disajikan kepada forum mendengar yang sesungguhnyam dan tugas-tugas autentik lainnya. Istilah situated learning (Prawat, 1992) digunakan untuk menggambarkan pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyatam, tugas-tugas outentik/asli yang sebenarnya. Tidak memandang apakah suatu tugas harus dikerjakan sebagai pekerjaan kelas atau sebagai pekerjaan rumah, empat prinsip berikut ini membantu siswa dalam perjalanan mereka menjadi pembelajaran mandiri yang efektif. uraikan terlebih dahulu tentang Supervisi. Supervisi adalah merupakan bentuk bantuan atau pelayanan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam pendidikan baik masalah pembelajaran maupun masalah manajemen sekolah yang dihadapi guru,kepala sekolah maupun tenaga administrasi sekolah. Sedangkan supervisi klinis adalah superfisi yang berfokus pada perbaikan pembelajaran dan dilakukan melalui siklus yang sistimatis.Siklus tersebut mancakup kegiatan perencanaan, pengamatan dan analisis terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan olhe guru yang disupervisi. John J Bolla dari ichard Waller dalam Mukhtar dalam bukunya Orientasi baru Supervisi Pendidikan Menjelaskan bahwa: “Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means of systemic sycels of planning, observation and intensive intellectual analysis of actual teaching performent in the interest of rational modification (Sebagai supervise yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan menjalankan siklus yang sistimatis dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk modifikasi yang rasional)” Keith Achesson dan Meredith D Call, menyatakan bahwa supervise klinis adalah proses membantu guru Supervisi Klinis Banyak yang mengemukakan tentang pengertian supervisi dengan sudut pandang yang berbeda-beda, namun akan dicoba untuk diuraikaan secaraa berturut-turut. Sebelum menguraikan tentang supervisi klinis tidak ada salahnya jika dalam kajian pustaka ini di- 237 Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250 memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasar pengertian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa supervisi klinis pada dasarnya adalah merupakan bantuan yang diberikan kepada guru dalam memecahkan atau meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran supervisi ini dilaksanakan dengan tatap muka dan dilakukan dengan tahapan-tahapan. Tujuan dari pada supervsisi ini adalah membantu mengembangkan profesional guru/ calon guru , khususnya dalam melak-sanakan kegiatan pembelajaran mela-lui tahapan-tahapan perencanaan, pe-ngamatan dan analisis. Unsur-unsur daripada supervisi klinis ini adalah sebagai berikut : a. Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru yang disupervisi. b. Fokusnya adalah kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran. c. Dilakukan observasi secara cermat. d. Hasil observasi didskribsikan secara cermat. e. Supervisor dan guru bersama-sama melakukan penilaian penampilan guru. f. Berfokus pada kebutuhan guru dalam melaksanakan pembelaja-ran. a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskana guru memperbaiki keterampilan intelektual dan bertingkah laku yang spesifik. b. Fungsi utama supervisor ialah mengajarkan berbagai keterampi-lan kepada guru. c. Fokus supervise klinis adalah pada perbaikan cara mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru. d. Fokus supervise klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang di dasarkan atas bukti-bukti pengamatan. e. Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan guru. f. Balikan (feedback) yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya obyektif. g. Dalam percakapan balik seharusnya datang terlebih dahulu dari guru, bukan dari supervisor. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis Adapun prinsip-prinsip yang harus di perhatikan dalam melakukan supervise klinis, sebagai berikut : a. Supervisi klinis yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif dari para guru, perilaku supervisor harus demikian teknis sehingga guruguru terdorong untuk berusaha meminta bantuannn dari supervisor. b. Ciptakan hubungan yang bersifat manusiawi, yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan. c. Ciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas dan berani me- Karakteristik Supervisi klinis. Dari pengertian supervisi klinis sebagaimana terurai diatas kiranya dapat diuraikan juga tentang beberapa karakteristik supervisimklinis sebagai berikut : 238 Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto ngemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha dapat menjawab dan menemukan solusinya atas apa yang diharapkan guru. d. Objek kajian adalah kebutuhan professional guru yang riil, tentunya yang mereka alami. Penjelasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model pembelajaran terbimbing. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Metode Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan Sekolah, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut. Putaran 1 Reflek si Putaran 2 Tindak an/ Obser Refleks i Renc ana Putaran 3 Tindak an/ Obser Refleks i Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian dalam hal ini adalah guru dalam pembelajaran Kontektual Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah guru yang diamati atau menjadi subyek penelitian adalah sebanyak 10 orang yang terbagi di 5 SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 yang semuanya adalah guru dan telah mempunyai masa kerja yang cukup,sehingga para Renc ana Renc ana Tindak an/ Obser Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan 239 Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250 guru tersebut mempunyai kemampuan yang rata-rata setara. Obyek Penelitiannya adalah kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual, Dengan demikian yang menjadi pengamatan peneliti adalah bagaimana guru menerapkan pebelajaran dengan pembelajaran kontektual di Kelasnya. Untuk melaksanakan pengamatan tersebut peneliti menggunakan instrumen pengamatan yang disebut Instrumen Pengamatan Kegiatan Guru atau IPKG. Intstrumen tersebut mencakup bagaimana guru melaksanakan oersiapan pembelajaran, melaksanakan baik pendahuluan kegiatan inti maupun kegiatan akhir, dan juga bagaimana guru subyek penelitian mengadaan peniliaan hasil belajar. tiap tahap dapat diuraikan dibawah ini. a. Tahap Perencanaan. Pada tahap perancanaan ini peneliti melakukan pertemuan dengan para guru kelas dalam wilayah binaan. Hal-hal yang disampaikan dalam pertemuan tersebut adalah : 1) Temuan di lapangan tentang pembelajaran yang diamati supervisor/peneliti yakni mayoritas guru dalam kegiatan pembelajaran mendominasi aktifitas, sehingga siswanya pasif menerima pengetahuan dari guru. 2). Penjelasan tentang pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru yakni model pembelajaran dengan pembelajaran kontektual. 3). Berdiskusi dengan guru tentang kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran kontektual. 4). Memberikan alternatif solusi terhadap kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran kontektual. 5). Guru menyusun Rencana Pembelajaran dan dikomunikasikan kepada pengawas atau supervisor yang sekaligus sebagai peneliti. Untuk ini guru diberi waktu kurang lebih satu minggun untuk menyusun rencana pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran kontektual. b. Tahap Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan ini guru yang menjadi subyek penelitian menerapkan rencana pembelajaran yang telah disusun, yang selanjutnya akan dinilai dan diamati oleh pengawas sebagai peneliti. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pembelajaran kontektual di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) Bulan yakni pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2016. Prosedur Penelitian Dalam penelitian tindakan sekolah ini dilakukan melalui beberapa siklus, dan masing-masing siklus dilakukan melalui beberapa tahapan yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Secara rinci rencana kegiatan 240 Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto Hal yang diamati adalah tentang bagaimana guru menerapkan pembelajaran yang dirancang sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sesuai dengan kriteria Aktif, dan menyenangkan. c. Tahap Observasi. Pada tahap observasi ini peneliti yakni pengawas mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Acuan yang digunakan atau isntrumen yang digunakan oleh peneliti dalam mengamati pembelajaran adalah dengan menggunakan Intsrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG). Instrumen ini terdiri dari dua macam yakni : IPKG 1 dan IPKG2. IPKG 1 menilai tentang rencana pembelajaran yang disusun guru, sedangkan IPKG 2 digunakan untuk mengamati atau menilai tentang pelaksanaan pembelajaran kontektual. d. Tahap Refleksi. Pada tahap ini peneliti merangkum hasil pengamatan tentang pembelajaran Inkury, untuk direnungkan dan disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan IPKG. Dalam tahap ini peneliti berkumpul lagi dengan subyek penelitian untuk membahas kekurangan yang dilakukan dalam pembelajaran siklus pertama. Dalam menyampaikan kekurangan tersebut peneliti juga memusyawarahkan dengan guru tentang jalan keluar atau bagaimana cara memperbaiki kegiatan pembelajaran berikutnya. Kegiatan demikian dilakukan secara berulang sehingga mencapai beberapa siklus sesuai hasil pencapaian maksimal. Masalah banyaknya siklus tergantung pencapaian ketuntasan atau ketercapaian kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian, sehingga jumlah siklus bisa 2 siklus atau 3 siklus. Instrumen Pengumpulan Data dan Tehnik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk pengupulan data dalam penelitian ini adalah Instrumen Penilaian Kinerja Guru atau yang isebut IPKG. Dalam penelitian ini igunakan dua instrumen yakni IPKG 1 yang digunakan untuk menilai Rencana Pembelajaran yang digunakan oleh Guru dan IPKG 2 yang digunakan untuk menilai kgiatan pembelajaran guru. IPKG 1 berisi tentang aspek pengamatan yang berkenaan dengan rencana pembelajaran mencakup : 1) Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran. 2) Pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran. 3) Pengorganisasian Materi pelajaran. 4) Pemilihan sumber / media pembelajaran. 5) Kejelasan skenario pembelajaran. 6) Kesesuaian tehnik evaluasi yang direncanakan. 7) Kelengkapan instrumen evaluasi yang direncanakan. IPKG 2 berisi aspek pegamatan tentang kegiatan pembeajaran kontekstal yang meliputi : 1) Mempersiapkan siswa untuk belajar. 2) Melakukan kegiatan apersepsi. 3)Penguasaan materi pembelajaran. 4) Mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain yang relevan. 5) 241 Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250 Menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan runtut sesuai dengan hierarkhi belajar dan karakteristik siswa. 6) Mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan. 7) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengn tujuan. 8) Menguasai kelas. 9) Melaksanakan pembelajaran dengan mengaktifkan siswa. 10) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif bagi siswa. 11) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. 12) Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien. 13) Menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran. 14) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. 15) Menubuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar. 16) Memantau/melakukan penilaian dalam proses. 17) Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan. 18) Penggunaan gaya yang sesuai dan bahasa baik tulis maupun lisan dengan jelas baik dan benar.19) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. 20) Melakukan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidial/ pengayaan. Kriteria Keberhasilan Penelitian Kriteria keberhasilan ditetapkan bahwa : Masing-masing guru maupun secara keseluruhan dinyatakan tuntas atau berhasil jika mencapai nilai sebagai berikut : 1. Kriteria keberhasilan/ketuntasan dalam menyusun RPP. a. Guru dinyatakan telah berhasil dalam menyusun rencana pembelajaran jika nilai rencana pembelajaran minimal 28 artinya setiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari tujuh aspek penilaian rencana pembelajaran. b. Penelitian ini dianggap selesai atau berhasil jika 80 % dari guru-guru yang menjadi subyek penelitian telah mendapat nilai minimal 28. 2. Kriteria keberhasilan/ ketuntasan penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam menetapkan apakah penelitian pelaksanaan pembelajaran berhasil atau tidak, maka ditetapkan kriteria keberhasilan atau kriteria ketuntasan dalam penelitian tindakan sebagai berikut : a. Penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran dinyatakan tuntas/ berhasil secara individu jika tiap guru mencapai skor minimal 80, artinya tiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari 20 aspek pengamatan kegiatan pembelajaran. b. Penelitian ini dianggap selesai atau berhasil jika 80 % dari guru-guru yang menjadi responden dalam penerapan pembela- Tehnik Pengumpulan Data Untuk mengupulkan data penulis menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan ketika guru melaksanakan pembelajaran kontektual. Dokumentasi digunakan untuk menilai rencana pembelajaran yang digunakan guru. 242 Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto jaran kontekstual telah mendapat nilai minimal 80. Observasi Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pembelajaran pada siklus I. Fokus observasi adalah bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru. Tahap observasi ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan yakni pada tanggal 10 sampai dengan 20 Maret 2016. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I Perencanaan Pada tahap ini peneliti melakukan mengumpulkan para guru untuk mendapatkan penjelasan tentang cara menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pembelajaran dengan pembelajaran kontektual. Bahan penjelasan dan pembahasan tentunya berdasar pengamatan sebelumnya yakni temuan di lapangan dalam pelaksanaan Supervisi, utamaya kekurangan apa yang ditemukan di lapangan untuk disempurnakan pada kegiatan perencaaan pembelajaran. Selanjutnya dengan bimbingan Pengawas guru penyusunan rencana pembelajaran yang digunakan pada siklus I. Pada perencanaan ini Rencana pembelajaran yang disusun sesuai dengan ketetentuan pada pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual berbasis tugas/proyek dengan memberi soal kepada siswa sebagaimana yang diteliti. Tahap perencanaan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2016. Refleksi Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 22 Maret 2016. Pembelajaran dilaksanakan masih banyak perlu mendapatkan penyempurnaan. Pada pelaksanaan pembelajarannya masih ada 6 orang guru yang belum tuntas atau sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam pembelajaran kontektual. Hanya 4 orang guru yang telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan ketentuann yang ditetapkan dalam pembelajaran kontektual. Untuk itu kekurangan yang terdapat pada siklus pertama ini akan dijadikan bahan penyempurnaan pada siklus berikutnya. Kekurangan ini disempurnakan pada tahap perencanaan siklus kedua. Sesuai dengan perencanaan awal bahwa kekurangan pada suatu siklus akan menjadi bahan perbaikan pada siklus berikutnya. Pada siklus pertama ternyata masih terdapat 7 orang guru yang belum tuntas dalam menyusun rencana pembelajaran dan terdapat 3 guru tuntas Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan 20 Maret 2016. Pada tahap ini Guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran dengan pembelajaran kontektual berbasis tugas/proyek sesuai dengan kriteria pembelajaran kontektual yang telah dibahas pada tahap perencanaan. 243 Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250 dalam merencanakan pembelajaran kontektual. Hasil pengamatan atau observasi pada siklus pertama dapat direkap sebagai berikut. nan alat evaluasi maupun komponen lain disempurnakan pada siklus kedua. Kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran kontektual terletak pada kegiatan bahwa guru terlalu mendominasi kegiatan sedangkan siswanya relatif pasif, penggunaan media pembelajaran juga masih sangat kurang optimal, sedangkan penilaian dalam proses belum dilaksanakan oleh guru. Dengan demikian masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran kontektual. Kekurangan tersebut disampaikan kepada para guru sebagai subyek penelitian untuk direncanakan dan disempurnakan pada kegiatan siklus kedua. Pada tahap perencanaan siklus kedua inilah guru menyusun rencana pembelajaran dan semua fasilitas yang diperlukan untuk menerapkan pembelajaran kontektual pada siklus kedua. Dengan persiapan dan masukan yang diberikan oleh peneliti atau pengawas diharapkan perancanaan dan pelaksanaan pembelajaran kontektual dapat dilakukan lebih sempurna. Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil pengamatan siklus pertama. N O 1 2 1 2 RENTANG NILAI Remcana Pembelajaran Kurang dari 28 Sama atau lebih dari 28 Pelaksanaan Pembelajaran Kurang dari 80 Sama atau lebih dari 80 JML GURU KET. 7 3 Belum berhasil Berhasil 6 4 Belum berhasil Berhasil Siklus II Perencanaan Perencanaan pada siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016, di sekolah lokasi penelitian. Peneliti mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus I dan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini masih tetap sama yaitu dengan penerapan pembelajaran kontektual mengadakan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada siklus 2 ini yang membedakan dengan siklus 1 adalah pada pegamat atau observer yaitu menambah observer, kecuali peneliti observer juga melibatkan kepala sekolah untuk mengamati kegiatan pembelajaran kontektual. Kekurangan pada penyusunan rencana pembelajaran seperti penyusunan tujuan pembelajaran penyusu- Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 9 Maret 2016 di lokasi penelitian. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan yang telah disempurnakan dari siklus pertama. Guru menyampaikan informasi tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Dalam pertemuan ini tampak berbeda dengan siklus 1, siswa mulai banyak yang aktif bertanya 244 Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto maupun mengelurkan pendapat yaitu ada 4 orang bahkan yang menjawab pertanyaan lebih banyak lagi. Di samping itu aktifitas guru sudah mulai terkendali artinya guru tidak terlalu mendominasi kegiatan lagi, guru mulai berperan sebagai motivator dan fasilitator meskipun masih sering muncul dominasi sekali-kali. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kekuragan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. seperti penggunaan media, penilaian dalam proses selama kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan oleh peneliti dan kepala sekolah yang bertindak sebagai observer. Tabel 4.2 Rekapitulasi hasil pengamatan siklus kedua. N O 1 2 Observasi Tahap observasi merupakan tahapan dalam penelitian dimana peneliti dibantu oleh observer mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran kontektual. Pada siklus kedua ini sengja ditambah seorang observer agar pengamatan menjadi lebih cermat dan lebih sempurna dengan demikian hasil penelitian akan lebih akurat. 1 2 RENTANG NILAI Remcana Pembelajaran Kurang dari 28 Sama atau lebih dari 28 Pelaksanaan Pembelajaran Kurang dari 80 Sama atau lebih dari 80 JML GURU KET. 5 5 Belum berhasil Berhasil 5 5 Belum berhasil Berhasil Refleksi Tahap refleksi merupakan tahap untuk merenungkan tentang hasil pengamatan atau obsevasi yang dilakukan baik oleh observer maupun oleh peneliti. Dari hasil observasi ternyata masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan seperti penggunaan media pembelajaran artinya penggunaan media pembelajaran kurang efektif, penilaian dalam proses belum dilaksanakan oleh guru, serta guru masih kurang maksimal dalam mengaktifkan siswa. Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, yakni tanggal 1 sampai dengan 9 April 2016. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2. Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan pengajar dan siswa, aktivitas-aktivitas siswa, yang meliputi frekuensi bertanya dan menjawab pertanyaan serta rekaman situasi kelas yang lain Siklus III Perencanaan Perencanaan pada siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 19 April 2016, di sekolah lokasi penelitian. Peneliti menyempurnakan hasil tindakan pada siklus II dan tindakan yang 245 Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250 dilaksanakan pada siklus III ini masih tetap sama yaitu dengan penerapan pembelajaran Inkury mengadakan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus II. Pada siklus ketiga ini sama dengan siklus kedua yaitu pada pegamat atau observer sebanyak dua orang, kecuali peneliti melibatkan kepala sekolah untuk mengamati kegiatan pembelajaran kontektual atau menjadi obsrver. Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih teliti dalam mengamati penerapan pembelajaran kontektual sesuai dengan pembelajaran yang telah disepakati. Kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran kontektual terletak pada kegiatan bahwa guru belum melakukan penilaian dalam proses, peggunaan media pembelajaran juga masih sangat kurang optimal pada siklus kedua diinginkan untuk dilaksanakan pada siklus ketiga. Dengan demikian pada siklus ketiga ini diharapkan guru telah melaksanakan pembelajaran kontektual dengan baik. pertanyaan lebih banyak lagi. Di samping itu aktifitas guru sudah mulai terkendali artinya guru tidak terlalu mendominasi kegiatan lagi, guru mulai berperan sebagai motivator dan fasilitator meskipun masih sering muncul dominasi sekali-kali. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kekurangan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Penilaian dalam proses dilaksanakan oleh guru, penggunaan mediapun telah dilakukan dengan baik. Observasi Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, yakni tanggal 24 sampai dengan 28 April 2016. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga. Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan pengajar dan siswa, aktivitas-aktivitas siswa, yang meliputi frekuensi bertanya dan menjawab pertanyaan serta rekaman situasi kelas yang lain seperti penggunaan media, penilaian dala proses selama kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan oleh peneliti dan kepala sekolah yang bertindak sebagai observer. Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil pengamatan siklus ketiga. Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 24 sampai dengan 28 April 2016 di lokasi penelitian. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan yang telah disempurnakan dari siklus kedua. Guru menyampaikan informasi tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Dalam pertemuan ini tampak berbeda dengan siklus kedua, siswa mulai banyak yang aktif bertanya maupun mengeluarkan pendapat bahkan yang menjawab N O 246 RENTANG NILAI JML GURU KET. Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto 1 2 1 2 Remcana Pembelajaran Kurang dari 28 Sama atau lebih dari 28 Pelaksanaan Pembelajaran Kurang dari 80 Sama atau lebih dari 80 0 10 Belum berhasil Berhasil 1 9 Belum berhasil Berhasil kiteria keberhasilan atau kriteria ketuntasan dalam penelitian. Hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga didapatkan bahwa untuk penilaian rencana pembelajaran tidak ada seorang gurupun yang mendapat nilai di bawah 28 dari 7 aspek yang diamati, artinya nilai minimal tiap aspek 4. Perbandingan hasil pengamatan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Pengamatan tentang Rencana Pembelajaran Masing-masing siklus Refleksi Tahap refleksi merupakan tahap untuk merenungkan tentang hasil pengamatan atau obsevasi yang dilakukan baik oleh observer maupun oleh peneliti. Dari hasil observasi ternyata pada peyusunan rencana pembelajaran semua guru telah melakukannya dengan baik, hal itu terbukti bahwa tidak ada seorang gurupun yang memperoleh nilai dibawah nilai ketuntasan. Sedangkan para pelaksanaan pembelajaran masih terdapat seorang guru yang belum mencapai ketuntasan kekurangan guru tersebut adalah pada pelaksanaan penilaian dalam proses dan penggunaan media pembelajaran artinya penggunaan media pembelajaran kurang efektif. Meskipun demikian secara umum berdasar ketentuan ketuntasan pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga ini telah tuntas. N O RENTA NG NILAI 1 Rencana Pembelaj aran Kurang dari 28 2 Sama atau lebih dari 28 JUMLAH GURU S-I S-II SIII 7 5 0 3 5 10 KE T. Belu m berh asil Tunt as Jika perbandingan hasil pengamatan tentang rencana pembelajaran masing-masing siklus tersebut dituangkan dalam bentuk grafik maka akan menjadi sebagai berikut : Pembahasan Hasil pengamatan pada rencana pembelajaran pada siklus pertama dan siklus kedua terdapat perubahan yang sangat signifikan. Hasil pengamatan pada siklus pertama masih banyak ditemukan kekurangan sehingga prosentase keberhasilan masih dibawah 247 Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250 Pembelajara n Kurang dari 80 1 2 6 5 1 4 5 9 Sama atau lebih dari 80 Jika perbandingan hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran masing-masing siklus tersebut dituangkan dalam bentuk grafik maka akan menjadi sebagai berikut : Berdasar perbandingan nilai pada tabel tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa: Pada siklus pertama masih terdapat 6 orang guru yang belum mencapai nilai minimal keberhasilan dalam menyusun rencana pembelajaran sedangkan pada siklus kedua 4 guru telah tuntas atau berhasil dalam menyusun rencana pembelajaran. Pada siklus ketiga ada satu gurupun yang hasil/ nilai penyusunan rencana pembelajarannya kurang 28. Semua guru hasil/nilai penyusunan rencana pembelajarannya adalah 28 kelas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi akademik dengan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran. Perbandingan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Pengamatan tentang Pelaksanaan Pembelajaran Masing-masing siklus N O RENTANG NILAI JUMLAH GURU S-I S-II SIII Belu m berh asil Tunt as 10 5 Series1 0 siklus Siklus Siklus 1 2 3 Berdasar rekapitulasi dan pebandingan hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual dapatlah disimpulkan bahwa : 1. Pada siklus pertama masih terdapat 6 guru yang mendapatkan hasil kurang dari 80 sedang yang tuntas sebanyak 4 orang guru artinya tingkat keberhasilannya mencapai 60%. 2. Pada siklus kedua terdapat 5 orang guru yang mendapat nilai dibawah kriteria keberhasilan,artinya tingkat ketuntasannya mencapai 50%. 3. Pada siklus ketiga didapatkan kondisi guru bahwa tinggal seorang guru yang mendapatkan hasil dibawah 80 dalam pengamatan yang dilakukan peneliti. Artinya prosentase keberhasilan pada siklus ke- KET . Rencana 248 Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto tiga mencapai 90 %, dengan demikian guru telah mencapai kriteria keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual. Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Saran-saran Adapun saran-saran atas dasar kesimpulan dan pembahasan tersebut diatas dapatlah dikemukakan sebagai berikut : 1. Terhadap guru dalam pelaksanaan supervisi hendaknya dapat dilaksanakan secara demokratis, sehingga lebih memungkinkan adanya keterbukaan bagi guru untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Guru tidak lagi takut untuk berkomunikasi dengan pengawas sekolah sehingga pengawas benarbenar menjadi mitra kerja para guru. 2. Pembelajaran Kontekstual hendaknya dapat diterapkan untuk semua kelas dan semua mata pelajaran, karena supervisi dengan pembelajaran ini lebih demokratis dan terbuka kepada guru dan kelapa sekolah. 3. Peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Kontekstual dapat ditingkatkan bukan hanya melalui supervisi klinis saja tetapi juga melalui kegiatan rutin seperti diklat, MGMP, maupun kegiatan lain yang dilakukan kepala sekolah terhadap gurunya. 4. Semua pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan seyogyanya membantu peningkatan mutu guu dalam rangka pencapaian mutu pendidikan dengan berbagai cara seperti peningkatan anggaran, memberikan bantuan baik materiil Keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1. Pelaksanaan supervisi dengan melibatkan banyak pihak untuk memberikn masukan kepada guru yang disupervisi. 2. dengan yang ditandai dengan anggapan dan pembelajaran kontekstual kepada guru. Karena dengan pembelajaran kontekstual ini guru tidak merasa disalahkan, tetapi diajak berfikir bersama atas permasalahan yang dihadapi, atas kondisi yang ada dan akhirnya pengawas sebagai nitra guru memfasilitasi kebutuhan guru dalam meningkatkan kinerjanya. 3. Guru lebih terbuka jika diajak musyawarah layaknya mitra kerja dalam membahas dan menyempurnakan kekurangan yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas. 4. Guru tidak lagi merasa takut jika didatangi pengawas sekolah, bahkan diharapkan agar pengawas sering-sering datang ke sekolah. Kesimpulan Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapatlah disimpulkan bahwa : Supervisi Klinis dapat Meningkatkan Kemampuan Guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual dengan Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas di beberapa SMP dalam 249 Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 234--250 maupun spirituil demi kemajuan sekolah. 5. Pemerintah daerah diharapkan selalu meningkatkan anggaran pendidikan terutama untuk peningkatan mutu. Mukhtar,2009,Orientasi baru Supervisi Pendidikan,Jakarta, Gaung Persada. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya University Press Universitas Negeri Surabaya. Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press) Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, universitas Terbuka. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja Rosdakarya Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya. Daftar Pustaka Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta Rineksa Cipta Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasardasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena Cipata Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta. Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru Algesindo. Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses Belajar mengajar . Bandung : Remaja Rosdakarya Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press Melvin. L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif . Bandung Nusamedia dan Nuansa. 250