harmonisasi asean dalam bidang regulasi kosmetik

advertisement
InfoPOM
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
ISSN 1829-9334
Vol. 5, No. 2, Maret 2004
Editorial
Pembaca yth,
Dalam rangka menghadapi
penerapan ASEAN Cosmetic Directive yang akan diberlakukan
mulai 1 Januari 2008, pada edisi
kali ini kami sajikan artikel dengan
judul Harmonisasi ASEAN dalam
Bidang Regulasi Kosmetik.
Makanan selingan berupa makanan ringan (snack food) umumnya
disukai oleh semua golongan
umur, tidak terbatas hanya pada
anak-anak saja. Namun nilai gizi
dari makanan ringan umumnya
sangat terbatas. Oleh karena itu
sebagai artikel kedua kami sajikan
artikel Penambahan ikan teri
(Stolephorus sp) sebagai sumber
protein dalam pembuatan tortilla
chips, yang semoga dapat
menambah wawasan pembaca.
Wabah demam berdarah masih
belum teratasi, hampir setiap hari
ada pasien demam berdarah dengue yang meninggal. Terkait
dengan wabah tersebut, di edisi
bulan ini kami tampilkan
Keterangan Pers Kepala Badan
POM tentang Hasil Sementara
Penelitian Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psidium guajava) sebagai
obat Penyakit Demam Berdarah
Dengue.
Selain itu dapat anda simak lanjutan Keterangan Pers Kepala
Badan Pengawas Obat dan
Makanan Tentang Kinerja Badan
Pom Tahun 2003.
Selamat membaca.
Redaksi.
Edisi Maret 2004
HARMONISASI
ASEAN DALAM
BIDANG REGULASI
KOSMETIK
I. Harmonisasi ASEAN dalam
bidang Regulasi Kosmetik
ASEAN dalam bidang Regulasi
Kosmetik.
ACCSQ (ASEAN Consultative
Committee on Standard and Quality)
adalah forum di lingkungan ASEAN
yang membahas berbagai hal yang
berkaitan dengan kegiatan standar
dan penilaian kesesuaian, terutama
untuk mendukung proses AFTA
(ASEAN Free Trade Area), yang
dibentuk pada tahun 1983. Untuk
kegiatan teknisnya ACCSQ
membentuk Working Group, yang
salah satunya adalah Working Group
on Standard and Mutual Recognition
Arrangements (MRA) atau WG – 1
yang membawahi Kelompok Kerja
bidang Kosmetik (Cosmetic Product
Working Group – CPWG). CPWG ini
dibentuk pada bulan Maret 1998, dan
bertugas menyusun Harmonisasi
II. Kesepakatan Harmonisasi
Regulasi Kosmetik
Dalam tugasnya sejak tahun 1998,
CPWG telah melakukan pembahasan-pembahasan intensif yang
umumnya dilakukan dua kali satu
tahun, dalam rangka penyusunan
materi kesepakatan
Dari pembahasan-pembahasan
tersebut, maka disepakati bahwa
tujuan Harmonisasi Regulasi
Kosmetik tersebut adalah :
1. Meningkatkan kerjasama antar
negara-negara anggota dalam
rangka menjamin keamanan
kualitas dan klaim manfaat dari
semua kosmetik yang dipasarkan
di ASEAN
Halaman 1
INFOPOM
DAFTAR ISI
1. Harmonisasi ASEAN dalam Bidang Regulasi Kosmetik.
2. Penambahan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai sumber protein dalam pembuatan tortilla
chips
3. Public Relations dan Konfik
4. Keterangan Pers Kepala Badan
POM tentang Hasil Sementara
Penelitian Ekstrak Daun Jambu
Biji (Psidium guajava) sebagai
obat Penyakit Demam Berdarah
Dengue
5. Keterangan Pers Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Tentang Kinerja Badan Pom
Tahun 2003 (lanjutan)
Badan POM
2. Menghapuskan hambatan dalam
perdagangan kosmetik antar
negara anggota ASEAN, melalui
harmonisasi persyaratan teknis,
pengakuan persetujuan registrasi
kosmetik dan mengadopsi ASEAN
Cosmetic Directive.
Sedangkan cakupan ASEAN
Harmonisasi di bidang Regulasi
Kosmetik adalah :
metik, pada saat ini masih dalam
pembahasan.
2. Common Product Registration
Requirements
Adalah persyaratan minimum registrasi hanya apabila menerapkan
tahap I dengan waktu pemrosesan
pendaftaran 30 hari
3. Common Labeling Requirement
Informasi yang harus dicantumkan
Schedule A : Mutual Recognition
Arrangement (MRA), yaitu saling
pengakuan atas persetujuan
registrasi kosmetik.
pada label produk. Bahan kosmetik
Schedule B : Penerapan Asean
Cosmetic Directive dan dimulai pada
tanggal 1 Januari 2008.
INCI (International Nomenclature
Adapun ASEAN Technical Documents, atau Dokumen Teknis
Umum Asean terdiri dari :
1. ASEAN Cosmetic GMP
Merupakan petunjuk sederhana
yang ditujukan untuk kepentingan
pemerintah dan industri. Waktu
untuk penerapan bagi industri kos-
yang dipergunakan pada produk
tersebut harus ditulis lengkap.
Penulisannya mengikuti sistem
Cosmetics Ingredients)
4. Common Claims Guidelines
Memberikan gambaran bahwa
klaim kosmetik beda dengan klaim
obat. Tidak ada daftar klaim yang
dilarang
ataupun
diizinkan
sehingga klaim harus diawasi oleh
masing-masing negara.
5.Common Import / Export
Requiments
INFOPOM
Penasehat : Drs. H. Sampurno, MBA; Penanggung Jawab: Dra. Mawarwati Djamaluddin; Pimpinan Redaksi : Dra. Aziza Nuraini
MM; Sekretaris Redaksi : Dra. Reri Indriani; Redaksi : Dra. Rosmulyati Ilyas, Dra. Sutarni, Ir. Wisnu Broto, MS, Drs. Ketut
Kertawijaya, Dra. Sumaria, Dra. Elza Rosita, MM, Dra. Rr Maya Gustina A, Dra. Yunida Nugrahanti; Redaksi Pelaksana : Dra.
Murti Hadiyani, Irhama SSi, Dra. T. Asti Isnariani M.Pharm, WardhonoTirtosudarmo, Ssi, Irmayanti S. Kom; Sirkulasi :
Yulinar SKM, Triswanto, Netty Sirait.
Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat,
Telp. 021-42889117, Fax. 021-42889117, e-mail : [email protected]
Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan OMKABA. Kirimkan melalui alamat redaksi dengan format MS.
Word 97 spasi ganda maksimal 2 halaman kuarto. Redaksi berhak mengubah sebagian isi naskah untuk diterbitkan.
Halaman 2
Edisi Maret 2004
INFOPOM
Badan POM
Semua kosmetik harus mengikuti
ASEAN Directive dan dokumen
teknisnya. Izin dan persyaratan
ekspor dan impor harus diawasi
masing-masing negara.
6. Cosmetic Ingredients Lists
Mengikuti daftar bahan kosmetik
seperti yang tercantum dalam
daftar ilustrasi EU (European
Union) dan ASEAN Handbook of
Cosmetic Ingredients.
7. Illustrative List By Category Cos-
III. ASEAN Cosmetic Committee (ACC)
Pada tanggal 2 September 2003 telah
dilakukan penandatanganan Kesepakatan Harmonisasi ASEAN di
bidang Regulasi Kosmetik. Dalam hal
ini Indonesia diwakili oleh Menteri
Perdagangan dan Perindustrian,
Rini MS Soewandi. Dengan demikian
tugas CPWG digantikan oleh ASEAN
Cosmetic Committee (ACC) yang
bertanggungjawab terhadap efektifitas
fungsi dari kesepakatan tersebut.
metic Products
Merupakan daftar ilustrasi EU
mengenai produk kosmetik, yang
sekarang terbuka dan berkembang.
Semua produk yang memenuhi
definisi kosmetik pasti dimasukkan
ke dalam kosmetik.
ACC terdiri dari satu orang perwakilan
resmi dari masing-masing negara dan
perwakilan tersebut mempunyai
tanggungjawab terhadap otoritas
regulasi di bidang kosmetik,
perwakilan dari Sekretariat ASEAN
dan perwakilan dari ASEAN Cosmetic
Keracunan ???
Jangan panik
segera hubungi:
Association (ACA). Pada saat sidang
ACC, masing-masing perwakilan
resmi dapat menyertakan anggota
delegasinya. Dalam sidangnya, ACC
membahas dan membuat keputusan
yang berkenaan dengan koordinasi,
pengkajian ulang, dan monitoring dari
implementasi kesepakatan.
Pada sidang pertama ACC bulan
Desember 2003 di Hanoi, telah terpilih
sebagai Ketua (Chair) yaitu Mrs.
Werawan Tangkeo (Thailand) dan
sebagai wakilnya (Co Chair) adalah
Drs. Ruslan Aspan, MM (Indonesia).
Dengan demikian sesuai aturan
mainnya, 2 tahun setelah masa
tugasnya sebagai Co Chair, Drs.
Ruslan Aspan akan menjadi ketua
ACC. Merupakan kesempatan bagi
Indonesia untuk dapat berperan dalam
penentuan keputusan-keputusan
yang berkenaan dengan kebijakan
Harmonisasi ASEAN di bidang
Kosmetik.
IV. Yang diperlukan dalam
Harmonisasi ASEAN
Cosmetic GMP
Menginterpretasikan dan menerapkan
BIDANG INFORMASI KERACUNAN
BADAN POM
CPKB (Cara Produksi Kosmetik yang
Baik) ASEAN yang konsisten antar
Pemerintah dan Industri diantara
Jl. Percetakan Negara No. 23
Jakarta Pusat 10560
Telp. (021) 42889117; (021) 4259945
Fax. (021) 42889117
Hp : 081310826879 (24 jam)
e-mail: [email protected] [email protected]
Negara ASEAN
Product Safety Evaluation / Post
Marketing Surveillance
Suatu prinsip keamanan produk dan
mekanisme untuk menjamin bahwa
produk kosmetik yang dipasarkan
hanya yang aman dan berkualitas
Edisi Maret 2004
Halaman 3
INFOPOM
Badan POM
ASEAN Cosmetic Scientific Body
tifikat CPKB. Selain itu ada 38 industri
sumber daya manusia terutama pada
Dibentuknya Scientific Body, yang
yang menggunakan sarana produksi
otoritas regulasi kosmetik dan industri
terdiri dari wakil pemerintah, industri,
farmasi pemegang sertifikat CPOB.
melalui pelatihan dan pembinaan
profesi/akademik, untuk meninjau
Hal tersebut menunjukkan bahwa
intensif serta in house training ter-
kembali masalah teknis/keamanan
rendahnya potensi daya saing produk
hadap 600 industri kecil, pelatihan sis-
Daftar Bahan Kosmetik ASEAN.
kita dibandingkan dengan negara lain
tem post marketing surveillance dan
V. Persiapan Indonesia
yang telah siap dalam implementasi
product safety evaluation, serta
ASEAN Directives, seperti Malaysia,
pelatihan-pelatihan yang berkaitan
Singapura, dan Filipina.
dengan laboratorium
Badan POM dalam hal ini sebagai
VI. Penutup
Merupakan pekerjaan rumah yang
tidak sederhana bagi Indonesia untuk
melakukan persiapan secara
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ASEAN HarmoKonsultasi Gratis
Telp/Fax. 021-4263333
Senin-Jumat, Jam 08.00-18.00
nisasi di bidang Regulasi Kosmetik
merupakan terobosan positif dalam
peningkatan
perekonomian,
menghindari pengujian ulang
Unit Layanan Pengaduan
Konsumen (ULPK) Badan POM
kosmetik di tiap-tiap negara ASEAN,
mengurangi biaya, meningkatkan
kompetisi dan inovasi, perlindungan
konsumen dan merupakan forum
Mengenai
Obat, Makanan, Obat Tradisional, PKRT dan Napza
regulator di kawasan ASEAN
berinteraksi.
ATAU HUBUNGI
Perlu sikap positif dan semangat yang
ULPK di Kantor Balai Besar / Balai POM
di seluruh Indonesia
tinggi serta kerjasama lintas sektor
yang
komprehensif
dalam
menghadapi ASEAN Harmonisasi
menyeluruh menjelang implementasi
leading sector, telah menyusun
ASEAN Directives. Penataan
roadmap dalam strategi pengawasan
tersebut harus dilakukan bagi industri
kosmetik,
dan pelaku usaha di bidang kosmetik
implementasi Harmonisasi Asean
serta aparat otoritas regulasi.
untuk regulasi kosmetik, diantaranya
Masalah yang paling mendesak
beberapa aktivitas yang segera
adalah kesiapan industri kosmetik
dilakukan adalah: mendorong industri
dalam penerapan CPKB. Menurut
dalam penerapan CPKB, perubahan
data yang ada, dari 744 Industri Kos-
Regulasi Kosmetik secara bertahap
metik yang ada di Indonesia, baru
untuk disesuaikan dengan ASEAN
sekitar 16 yang telah memiliki ser-
Directives, serta peningkatan kualitas
Halaman 4
untuk
persiapan
tersebut, mengingat Indonesia
memiliki jumlah penduduk yang besar,
area negara yang luas dan sumber
daya alam yang sangat beraneka.
Harmonisasi ASEAN di bidang
Regulasi Kosmetik, merupakan
tantangan yang harus kita jawab dan
buktikan, bahwa Indonesia mampu
bersaing dan menjadi yang terdepan.
(Dra. RR. Maya Gustina)
Edisi Maret 2004
INFOPOM
Badan POM
PENAMBAHAN IKAN TERI
(Stolephorus sp)
SEBAGAI SUMBER PROTEIN
DALAM PEMBUATAN
Tortilla Chips
LATAR BELAKANG
ebutuhan manusia akan
bahan makanan tidak hanya
terpenuhi dari bahan
makanan pokok saja, akan tetapi
memerlukan bahan makanan
tambahan lain sebagai makanan
selingan, yang dikonsumsi diantara
waktu makan utama. Makanan
selingan berupa makanan ringan
(snack food) umumnya disukai oleh
semua golongan umur, tidak terbatas
hanya pada anak-anak saja. Akan
tetapi nilai gizi dari makanan ringan
ini umumnya sangat terbatas.
K
Tortilla chips adalah salah satu jenis
makanan ringan yang popular di
Meksiko dan Amerika Tengah. Saat
ini di Indonesia pun, terutama dikotakota besar seperti Jakarta, Bandung
dan Surabaya jenis makanan ini
sudah mulai banyak disukai. Bahan
baku utama pembuatan tortilla chips
adalah jagung, hal mana sangat
menguntungkan karena jagung
mempunyai potensi yang cukup baik
di Indonesia. Menurut data BPS
(tahun 2000), produksi jagung di Indonesia mencapai 9.344.800 ton
dengan luas panen 3.459.300 hektar
yang berarti rata-rata panen 2701 kg/
hektar. Dengan demikian tortilla chips
Edisi Maret 2004
dapat dijadikan salah satu alternatif
penganekaragaman olahan jagung.
Tortilla chips yang merupakan produk
olahan jagung, mengandung energi
yang cukup tinggi tetapi kandungan
proteinnya relatif rendah terutama
pada kandungan asam amino
essensialnya. Berdasarkan hal
tersebut maka diperlukan suplementasi bahan yang tinggi kandungan proteinnya baik dari bahan nabati
maupun bahan hewani pada produk
olahan jagung tersebut. Protein hewani memiliki kelebihan pada mutu
proteinnya jika dibandingkan dengan
protein nabati, yaitu memiliki mutu
cerna lebih tinggi dan asam-asam
amino yang lebih lengkap.
Di Indonesia, ikan teri merupakan
salah satu jenis ikan peligis yang
sangat populer di masyarakat sebagai
ikan yang dikonsumsi sehari-hari baik
dalam bentuk olahan (kering, pindang,
asin dan lain-lain) (Deptan, 1999). Ikan
teri mengandung cukup protein dan
kaya kalsium sehingga dapat
memberikan tambahan protein dan
kalsium. Selain itu, harga ikan teri
relatif lebih murah dibandingkan
dengan sumber protein hewani lainnya
dan ketersediaannya cukup melimpah
di Indonesia.
Halaman 5
INFOPOM
Badan POM
Menurut Anonymous (1998), ikan teri
dalam sistematika dimasukan dalam:
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Malacoptrygii
: Clupeidae
: Stolephorus
: Commersonii
Penelitian Penambahan Ikan Teri
(Stolephorus sp) sebagai sumber protein dalam pembuatan Tortilla chips
ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan dan Laboratorium
Kimia Gizi, Jurusan Gizi Masyarakat
dan Sumber daya Keluarga, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor
serta Laboratorium Pilot Plant, Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
berlangsung sejak bulan Juli sampai
Oktober 2002.
Pemanfaatan ikan teri sebagai bahan
suplementasi dalam pembuatan
tortilla chips diharapkan dapat
meningkatkan daya guna ikan teri
sebagai upaya penganekaragaman
pangan. Selain itu hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi informasi
tentang zat gizi tortilla chips yang
mengandung ikan teri.
Tujuan umum penelitiaan ini adalah
mempelajari penambahan ikan teri
(Stolephorus sp) sebagai sumber
protein dalam pembuatan tortilla
chips.
Sedangkan tujuan khususnya
meliputi :
(1) Menentukan komposisi gizi (pro-
Komposisi
Komposisi Kimia dan asam amino esensial jagung dan ikan teri :
1. Komposisi Kimia Jagung dan Ikan Teri (per 100 g BDD)*
Jumlah
Komponen
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin A
Jagung
Ikan Teri
355 kkal
9.2 g
3.9 g
73.7 g
10 mg
256 mg
2.4 mg
60 RE
77 kkal
16.0 g
1.0 g
0g
500 mg
500 mg
1.0 mg
47 RE
2. Komposisi Asam Amino Esensial Protein Jagung dan Ikan Teri*
Jumlah
Asam amino (mg/g protein)
Jagung
Isoleusin
Leusin
Lisin
Metiopnin + Sistin
Fenilalanin + Tirosin
Treonin
Triptofan
Valin
32.3
106.5
25.8
30.8
57.0
43.9
6.7
45.3
Ikan Teri
45.20
90.10
67.40
32.60
63.80
39.30
11.80
51.90
*Sumber : Hardinsyah & Briawan (1990)
Halaman 6
Edisi Maret 2004
INFOPOM
tein, kalsium, lemak, kadar air,
kadar abu dan karbohidrat) dan
daya cerna protein jagung dan
tepung ikan teri,
(2) Menentukan formula tortilla chips
dengan penambahan tepung ikan
teri,
(3) Mempelajari pengaruh penambahan tepung ikan teri terhadap
daya terima tortilla chips yang
dihasilkan,
(4) Mempelajari pengaruh penambahan tepung ikan teri terhadap
komposisi gizi (protein, kalsium,
lemak, kadar air, kadar abu dan
karbohidrat) dan daya cerna protein tortilla chips yang dihasilkan.
Tortilla chips merupakan hasil pemasakan alkali secara umum dapat
dibuat dengan dua cara yaitu cara
tradisional dan dengan cara proses
ekstrusi.
Metode tradisonal masih digunakan
di Amerika latin, yaitu jagung
dimasak dalam larutan kapur
(sekitar 0,5 – 1%) atau dengan abu
kayu jika kapur tidak tersedia. Suhu
pemasakan yang digunakan 82ºC
dengan waktu sebentar (<1 jam).
Kemudian jagung direndam selama
semalam dalam suhu kamar.
Jagung yang telah dimasak dan
direndam disebut nixtamal.
Sebelum digiling nixtamal dicuci
untuk menghilangkan jaringan
perikarp dan kelebihan alkali.
Adonan hasil penggilingan disebut
masa. Masa merupakan bentuk
dasar untuk menghasilkan berbagai
produk. Masa kemudian dipipihkan
menjadi lembaran dan dipanggang.
(Hoseney, 1998)
Metode lain dalam pembuatan
tortilla adalah dengan proses
Edisi Maret 2004
Badan POM
ekstrusi dimana adonan hasil
penggilingan (masa) dimasukan
dalam ekstruder pada suhu tertentu.
Tortilla yang dibuat dengan proses
ekstruksi mempunyai tekstur,
warna, rasa dan aroma yang sama
dengan tortilla yang dibuat secara
tradisional (Hoseney, 1998).
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dalam dua
tahap, yaitu penelitian pendahuluan
dan penelitian lanjutan. Pada
penelitian pendahuluan dilakukan
analisis kandungan gizi pada jagung,
pembuatan tepung ikan teri dan
analisis kandungan gizinya,
penentuan taraf penambahan tepung
ikan teri yang digunakan dalam
pembuatan tortilla chips serta uji
kesukaan untuk mengetahui
penerimaan tortilla chips yang
dihasilkan.
Pada penelitian lanjutan dilakukan
analisis kandungan gizi dan daya
cerna protein tortilla chips yang
terpilih berdasarkan uji kesukaan.
Data hasil uji organoleptik dianalisis
secara
deskriptif
dengan
menggunakan skor modus dan
persentase kesukaan dari masingmasing taraf perlakuan. Persentase
kesukaan dihitung dengan
menjumlahkan panelis yang
menyatakan biasa (3), suka (4) dan
sangat suka (5) Uji kesukaan
dilakukan untuk mengetahui
penerimaan panelis terhadap tortilla
chips yang dihasilkan. Data
tersebut dianalisis dengan uji
Friedman dan jika berdasarkan uji
Friedman dinyatakan ada perbedaan
yang nyata diantara perlakukan
maka dilakukan uji lanjut Multiple
Comparison
Test.
Untuk
mengetahui pengaruh perlakuan
terhadap kandungan gizi tortilla
chips yang dihasilkan dilakukan
analisis sidik ragam. Jika hasil
analisis menunjukan perbedaan
yang nyata maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji
lanjut Duncan (Sudjana, 1995).
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian pendahuluan
diperoleh kandungan gizi jagung
yaitu kadar air 10,98 % (bb), kadar
abu 1,48% (bk), protein 7,60% (bk),
lemak 4,56% (bk), kalsium 10,10mg
dan daya cerna protein 80,75%.
Kadar lemak dan kalsium yang
diperoleh dari hasil analisis lebih
tinggi dibandingkan dengan literatur
sebaliknya kadar air dan protein
lebih rendah dibandingkan dengan
literatur. Hasil analisis tepung ikan
teri menunjukkan bahwa kadar air
5,78 % (bb), kadar abu 10,57 % (bk),
protein 54,68% (bk), lemak 1,43 %
(bk), kalsium 1684,15 mg dan daya
cerna protein 85,75%.
Tingkat penambahan tepung ikan
teri berpengaruh nyata (á = 0,05)
terhadap warna, rasa dan aroma
tortilla chips tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap
kerenyahan
tortilla
chips .
Penerimaan panelis cenderung
menurun
dengan
semakin
meningkatnya substitusi tepung
ikan teri.
Hasil analisis kimia menunjukkan
bahwa kadar air tortilla chips
berkisar 1,93% – 2,56% (bb), Kadar
abu berkisar 4,22% – 4,76% (bk),
protein berkisar 6,65% –11,42%
(bk), lemak berkisar 15,56%–
19,33% (bk), karbohidrat berkisar
68,13%-69,79% (bk), kalsium
berkisar 301,33mg - 423,90 mg, dan
Halaman 7
INFOPOM
Daya cerna protein berkisar
52,47%–53,87%.
Berdasarkan uji sidik ragam
penambahan tepung ikan teri
berpengaruh nyata (á = 0,05)
terhadap kadar protein, kadar abu
dan kadar lemak, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar
air, kadar karbohidrat, kadar
kalsium dan daya cerna protein.
Kandungan gizi tortilla chips
meliputi kadar air, kadar abu, kadar
protein dan kadar kalsium serta
daya cerna protein memiliki
kecenderungan meningkat dengan
semakin
besarnya
taraf
penambahan tepung ikan teri,
sedangkan pada kadar lemak dan
kadar karbohidrat memiliki
kecenderungan menurun dengan
semakin meningkatnya penambahan
tepung ikan teri.
Badan POM
KESIMPULAN
1. Hasil analisis kandungan gizi
menunjukkan bahwa kadar air
tortilla chips berkisar 1,93% –
2,56% (bb), Kadar abu berkisar
4,22% – 4,76% (bk), protein
berkisar 6,65% –11,42% (bk),
lemak berkisar 15,56% –
19,33% (bk), k a r b o h i d r a t
berkisar 68,13% – 69,79% (bk),
kalsium berkisar 301,33mg –
423,90 mg, dan Daya cerna protein berkisar 52,47% – 53,87%.
2. Penambahan tepung ikan teri
dapat dilakukan sampai
dengan taraf 30% terhadap
jagung.
3. Penambahan tepung ikan teri
berpengaruh nyata (á = 0,05)
terhadap warna, rasa dan aroma tortilla chips tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap
Silahkan
kunjungi
Situs kami
kerenyahan tortilla chips,
berdasarkan uji kesukaan,
maka tortilla chips dengan
taraf penambahan sampai
10% yang mendapat tingkat
kesukaan terbaik.
4. Penambahan tepung ikan teri
berpengaruh nyata (á = 0,05)
terhadap kadar protein, kadar
abu dan lemak, namun tidak
berpengaruh nyata terhadap
kadar air, kadar karbohidrat,
kadar kalsium dan daya cerna
protein.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk mengurangi aroma
khas ikan teri pada tortilla chips
dengan penambahan flavor
seperti flavor bawang putih atau
keju. Selain itu mengingat
kandungan kalsium pada tortilla
chips relatif tinggi maka perlu
dilakukan analisis bioavaibilitas
kalsium. (Ati Widya Perana, SP)
DAFTAR PUSTAKA
•
BPS. 2000. Statistik Indones i a . B i r o P u s a t St a t i s t i k ,
Jakarta.
•
M u h a d j i r,
F.
1988.
Karakteristik
Ta n a m a n
Jagung. Dalam Subandi, M.
Syam & A. Widjono (Eds),
Jagung (hlm. 13-18). Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat
Penelitian
dan
P e n g e m b a n g a n Ta n a m a n
Pangan, Bogor.
•
Sediaoetama, A.D. 1999. Ilmu
Gizi (jilid 2). Dian Rakyat,
Jakarta.
•
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
www.pom.go.id
Berita Aktual
Publikasi
Peringatan Publik
Peraturan dan Perundang-undangan
Brosur
Press Release
Halaman 8
Edisi Maret 2004
INFOPOM
Badan POM
Public Relations dan Konflik
Konflik dalam alam demokrasi bisa dilihat sebagai sesuatu yang
lumrah. Ini tidak lain karena akar dari konflik adalah perbedaan
pendapat. Dan, justru demokrasi bisa tumbuh dengan subur jika
perbedaan pendapat tidak dihambat. Namun, persoalannya akan
lain jika konflik tersebut berkepanjangan dan manifestasinya
berbentuk pemogokan. Walau begitu, pemogokan pun
merupakan hak azasi manusia, yang sebetulnya tidak perlu
dikhawatirkan.
agi dunia bisnis, dampak dari
konflik yang berupa pemogokan,
merupakan persoalan yang
serius. Dalam hal ini pengaruh secara
ekonomi akan sangat signifikan.
Produktifitas perusahaan pasti akan
terhambat. Konsekuensinya adalah
pendapatan perusahaan akan
berkurang atau tidak ada sama sekali.
Keadaan seperti ini jelas harus
dicarikan solusinya.
Bagi para praktisi public relations,
konflik merupakan tantangan yang
tidak mudah. Hanya saja, dengan basis
ilmu komunikasi, para praktisi public
relations melihat konflik sebagai
sesuatu distorsi dalam komunikasi.
Oleh karena itu, harus didesain
langkah-langkah strategis untuk
memperbaiki komunikasi yang
terhambat tadi. Bagaimanapun,
konflik bagaikan tamu yang tidak
diundang, akan muncul jika saluran
komunikasi terhambat. Sementara itu,
dalam konflik seringkali dilupakan
faktor negosiasi, apalagi jika emosi
dan ego sudah menguasai semua pihak
yang telibat konflik tersebut.
Dalam menanggulangi konflik,
sebagai langkah awal adalah
pemahaman akar dari konflik tersebut.
B
Edisi Maret 2004
Untuk itu, harus dilakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang dominan
dalam konflik tadi. Dengan adanya
pemahaman yang mendalam maka
selanjutnya harus dibuat strategi
komunikasi sebagai solusi di antara
pihak-pihak yang konflik tadi. Salah
satu pendekatan yang bisa dipakai
adalah model dua arah yang asimetris.
Sasaran dari model ini adalah upaya
perusahaan
atau
organisasi
berkomunikasi secara persuasif agar
pihak lain menerima kepentingan
perusahaan. Sebagai alternatif dari
model ini adalah model dua arah yang
simetris. Model terakhir ini memiliki
keunggulan karena terdapat proses
yang seimbang. Artinya, di satu sisi
perusahaan akan mempengaruhi pihak
lain yang dalam hal ini boleh jadi
karyawan atau masyarakat, sedangkan
di sisi lain masyarakat atau karyawan
berpeluang untuk mempengaruhi
perusahaan.
Mengingat konflik seringkali
berujung pada suasana panas dan boleh
jadi tidak terkendali, maka harus ada
pihak ketiga sebagai penengah. Di
sini terdapat peluang besar bagi para
praktisi public relations untuk
memainkan peranan yang penting.
Dengan komunikasi dua arah untuk
mencapai hasil yang ‘menangmenang’, para praktisi public relations
sangat tepat dalam posisi seperti ini.
Dalam kaitan ini, para praktisi public
relations harus menginterpretasikan
masyarakat kepada manajemen
perusahaan yang seringkali disebut
sebagai koalisi dominan. Selain itu,
tanggung jawab para praktisi public
relations adalah menginterpretasikan
perusahaan atau koalisi dominan
kepada masyarakat.
Pengendalian konflik dengan
tujuan agar semua pihak bisa
‘menang’, pada dasarnya adalah
membuat keseimbangan antara
kepentingan perusahaan dengan
kepentingan masyarakat. Sementara
itu, tujuan yang lebih jauh adalah agar
antara perusahaan dengan masyarakat
terjalin rasa percaya. Kalau
sebelumnya sudah pernah ada rasa
percaya kemudian terganggu, tentu
dibutuhkan upaya yang lebih besar lagi
agar rasa percaya tersebut bisa
menyambung kembali.
Tumbuhnya rasa percaya antara
perusahaan dengan masyarakat
merupakan landasan yang kuat agar
bisnis berjalan lancar. Bagaimanapun,
masyarakat adalah kelompok
berkepentingan terhadap perusahaan.
Oleh karena itu, komunikasi dengan
masyarakat harus diprioritaskan agar
tumbuh saling pengertian yang
merupakan kekuatan bagi perusahaan
untuk membuat dan melaksanakan
kebijakan yang pro-masyarakat, selain
produk dan jasanya yang disenangi
masyarakat. (AFA News)
Halaman 9
INFOPOM
Badan POM
KETERANGAN PERS
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
TENTANG
KINERJA BADAN POM TAHUN 2003
(LANJUTAN)
12. Operasi pengawasan produksi dan distribusi obat selama tahun
2003 juga makin ditingkatkan. Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan yang dilakukan antara lain ialah :
• peringatan keras kepada 9 industri farmasi
• penghentian sementara kegiatan kepada 1 industri farmasi
• peringatan keras kepada 60 PBF
• penghentian sementara kegiatan terhadap 9 PBF
• peringatan kepada 73 apotek
• peringatan keras kepada 12 apotek
• penghentian sementara kegiatan 6 apotek.
13. Badan POM juga telah melakukan pengawasan terhadap iklan
yang mencakup penilaian sebelum iklan ditayangkan dan monitoring terhadap iklan yang sudah ditayangkan. Selama tahun
2003 jumlah iklan yang dinilai/dievaluasi oleh Tim Indipenden
Iklan Badan POM mencakup 536 iklan obat bebas, 535 iklan
suplemen makanan dan 309 iklan obat tradisional dimana sekitar
15% ditolak karena konsep iklan tidak sesuai dengan kandungan
produknya. Hasil pengawasan/monitoring terhadap iklan yang
beredar memperlihatkan bahwa sebagian besar pelanggaran
menyangkut produk obat tradisional kemudian berturut-turut
produk suplemen makanan dan produk pangan. Rincian hasil
pemantauan iklan adalah sebagai berikut :
• Dari 703 iklan obat bebas yang diawasi sekitar 18% masih
belum sesuai dengan yang disetujui Badan POM.
•
Dari 717 iklan produk obat tradisional yang dipantau sekitar
60% masih tidak memenuhi persyaratan karena
menyampaikan klim yang berlebihan dimana iklan tersebut
sebagian besar tidak melalui pre review Badan POM.
•
Dari 517 iklan suplemen makanan yang diamati sekitar 31%
masih mencakup klim yang tidak sesuai sesuai dengan
yang disetujui Badan POM.
•
Dari 3572 iklan kosmetik yang diawasi hanya sekitar 2%
yang memberikan klim berlebihan, tidak etis atau tidak
relevan dengan kandungan produknya.
•
Dari 1052 iklan produk pangan sekitar 30% memberikan
informasi yang berlebihan dan menyesatkan.
Selain itu Badan POM selama tahun 2003 mengawasi/memonitor
iklan rokok yang mencakup 5.594 iklan. Dari jumlah iklan rokok
yang dipantau tersebut sebanyak 4.260 iklan tidak memenuhi
ketentuan.
14. Dalam pada itu, pada tahun 2003 Badan POM telah melakukan
operasi penyelidikan mencakup 1.376 sasaran dan 323 kasus
ditindak lanjuti dengan Pro justitia. Kasus pro justitia yang ditangani
Badan POM mencakup: obat 250 kasus; makanan 36 kasus; obat
tradisional 30 kasus; kosmetika 3 kasus; dan alkes 4 kasus. Dari
sekian kasus pidana tersebut sebagian telah mendapat keputusan
Pengadilan dengan sanksi pidana dan sanksi denda yang
bervariasi sebagai
• Kasus tindak pidana bidang obat: pidana penjara mulai dari
14 hari sampai dengan pidana penjara 1 tahun 2 bulan;
pidana denda mulai dari Rp. 150.000,- sampai dengan
Rp. 5.000.000,- subsider 3 bulan.
• Kasus tindak pidana bidang makanan: pidana penjara mulai
dari 15 hari sampai dengan pidana penjara 8 bulan masa
percobaan 1 tahun 6 bulan; pidana denda mulai dari
Rp. 50.000,- sampai dengan Rp. 400.000,- subsider 15 hari.
• Kasus pidana bidang obat tradisional: pidana penjara mulai
dari 5 hari sampai dengan 4 bulan; pidana denda mulai dari
Rp 50.000,- sampai dengan Rp. 10.000.000,15. Dari hasil operasi pengawasan Badan POM diketemukan
31 produk impor kosmetika illegal/tidak terdaftar pada Badan
POM yang mengandung bahan-bahan yang terlarang terutama
merkuri (Hg) dan Rhodamin B. Diserukan kepada masyarakat
luas untuk ekstra hati-hati terhadap produk-produk yang tidak
terdaftar, karena konsumen akan menghadapi resiko yang
merugikan kesehatannya. Daftar kosmetika impor illegal yang
mengandung bahan yang dilarang dapat dilihat pada lampiran.
16. Untuk mengantisipasi dan menindaklanjuti keluhan/pengaduan
konsumen, Badan POM telah mengembangkan Unit Layanan
Pengaduan Konsumen di kantor pusat maupun di Balai Besar/
Balai POM diseluruh Indonesia. Selama tahun 2003 Badan POM
telah menerima 3236 pengaduan dan permintaan informasi dari
masyarakat yang berkaitan dengan obat dan makanan. Permintaan
informasi terbanyak menyangkut produk pangan 43% disusul
berturut-turut informasi obat 14%, obat tradisional 12%, kosmetik 11%
dan informasi lain-lain sekitar 23%.
Jakarta, 8 Januari 2004
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
KEPALA
H. SAMPURNO
Halaman 10
Edisi
EdisiMaret
Maret2004
2004
INFOPOM
Badan POM
Lampiran :
HASIL
TEMUAN DI PEREDARAN KOSMETIK YANG MENGANDUNG
BAHAN YANG DILARANG TAHUN 2003
No.
Nama Kosmetika / Kemasan
1
UB.Ginsara Pearl Cream.Pot 5 g
2
3
4
Cream Malam
Yifuli meibai Quban Huican Su.Pot 25 gr
Yifuli Texiao Zengbai Quibanwang.
Pot 25 gr
QL Cream Botol 18gr
QF Cream Botol 18gr
Renny Lipstick Lip Life 300
Violentine Ruby Light Moisture Lips
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Deluxe Case P 15 Lipstik
Sella Lipstik
Aika Lipstik 153,154,157 ; 89-69 ;89-70
Thailamei Eye Shadow.Blush,Way
Cake No.5
Tiannuo Lipstik Exploit Longue Tenne et
Comfort Poids Plume 102,107,116 stik 1,8 gr
Thai La Mei Color Control Two Way Cake
Eye Shadow 3 in 1
Thai La Mei Crystal Two Way Cake &
Multi Color Eye Shadow
Casandra ColorFix Lipstik with Vit. E
Perona mata Dily -kotak
Lipstik Tokyo 7 - Stick
Lipstik Tokyo 11 - Stick
Lipstik Tokyo 12 - Stick
Luoys Eye Colour –Pot.
Bamboo Blue No. 21 Lipstics . Tube
Tai Lai Mei Eye Shadow Two Way Cake
Tai Lai Mei 21 ST Century Foundation
Multiple Eye Shadow & Two Way Cake Camco
26 New Rody Special
27 Fate of Flower Eye Shadow
28 Hengfang 2 in 1 Lipcolor & Eye Shadows
29 Lelinda Make Up Kit
30 Perona Mata Dily
31 Eye Colour Luoys Colour
Edisi Maret 2004
Nama Produsen / negara asal
Production By Thai
Techniques.CO.Ltd
Lusicao, Guang Zhou, China
Lusicao, Guang Zhou, China
Tidak tercantum
PT. Violentine Ruby Cosm Corp
(tidak memiliki legalitas perusahaan)
Made in China
Thailamei Cosmetic Industrial Comp
Hasil Uji Positif
Mengandung
Hg (Merkuri)
Hg (Merkuri)
Hg (Merkuri)
Hg (Merkuri)
Hg (Merkuri)
Hg (Merkuri)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
-
Merah K 10 (Rhodamin B)
-
Merah K 10 (Rhodamin B)
-
Merah K 10 (Rhodamin B)
Limei Cosmetics Co.LTD
Chun Gao
Tai Lai Mei Cosmetic Industrial
Company
Rosedew Daily Chemical Factory
H.K. Luck Flower Cosmetics
Group Limited
Shantou Hengfang Cosmetics
Enterprise Co. Ltd
Limei Cosmetics Co. Ltd
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 3
Merah K 3
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Hg (Merkuri)
Merah K 3
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Merah K 10 (Rhodamin B)
Halaman 11
INFOPOM
Badan POM
KETERANGAN PERS
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
TENTANG
HASIL SEMENTARA PENELITIAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA)
SEBAGAI OBAT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
No. KH. 00.01.241.259.III.2004
Tanggal 10 Maret 2004
♦
♦
♦
♦
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue dengan angka kematian dan kesakitan yang cukup tinggi. Sampai saat ini
pengobatan DBD masih bersifat suportif, yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan
permeabilitas pembuluh darah kapiler dan sebagai akibat
perdarahan, pada kasus-kasus tertentu pemberian tranfusi
darah diperlukan.
Sejak tahun 2003 Badan POM bekerjasama dengan
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga melakukan penelitian pengembangan ekstrak
daun jambu biji untuk pengobatan DBD. Pada tahap awal
penelitian dimulai dengan pengujian preklinik
Pada tahap awal dilakukan penelitian preklinik di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga yang menggunakan
hewan model mencit dengan pemberian oral ekstrak daun
jambu biji terbukti dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah. Pada penelitian tersebut dilaporkan juga
bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti dapat meningkatkan
jumlah sel hemopoetik terutama megakariosit pada
preparat dan kultur sumsum tulang mencit. Pada uji keamanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat
yang praktis tidak toksik .
Daun jambu biji mengandung berbagai macam komponen
diantaranya yang mungkin berkhasiat mengatasi DBD
adalah kelompok senyawa tanin dan kelompok flavonoid
yang dinyatakan sebagai quersetin. Dilaporkan bahwa senyawa tanin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase yang berarti
menghambat pertumbuhan virus yang berinti RNA. Dalam
kaitan dengan itu telah dilakukan uji in vitro ekstrak daun
jambu biji dimana ekstrak tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak daun jambu
biji dapat digunakan sebagi obat anti virus dengue.
Halaman 12
♦
♦
Telah dilakukan uji pemula berupa penelitian open label
di beberapa rumah sakit di Jawa Timur pada penderita
DBD dewasa dan anak-anak. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji
dapat mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa
disertai efek samping yang berarti, misalnya sembelit.
Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan dengan
uji klinik untuk membuktikan kasiat dengan evidence base
yang lebih kuat/bukti –bukti ilmiah.
Pengamatan lain yang sedang dikerjakan dalam penelitian
ini adalah pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji
terhadap :
¾
¾
Sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui mekanisme kerjanya pada trombopoiesis
Aktivitas sistem komplemen dan sekresi TNF-á oleh
monosit dalam hubungannya dengan mekanisme
terjadinya penurunan permeabilitas pembuluh darah.
Pada tahun 2004 akan dilakukan uji klinik di RSUD Dr. Soetomo/Fakultas Kedokteran Unair Surabaya yang akan dipimpin
oleh Prof. DR. Dr. Sugeng Sugijanto DSA yang dibantu dr M.
Nasirudin dengan Dr. Ugrasena untuk pasien DBD anak dan
Prof. dr. Edy Soewandojo SpPD untuk pasien DBD dewasa.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
KEPALA
H. S A M P U R N O
Edisi
EdisiMaret
Maret2004
2004
Download