Nama : Agustina Yansip Nim : 702011149 Tgs : Perencanaan Pendidikan Metode – Metode Pembelajaran Metode Ceramah : Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak selalu jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik didukung dengan alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Metode ceramah adalah metode yang paling banyak disukai oleh kebanyakan guru, karena paling mudah mengatur kelas maupun mengorganisirnya. Bila guru dalam menyampaikan pesan (dalam hal ini materi pelajaran) dilakukan secara lisan kepada siswa, maka guru tersebut telah dapat dikatakan memberi ceramah. Metode konvensional yang digunakan pada umumnya adalah metode ceramah, siswa hanya mencatat dan menghafalkan konsep-konsep yang dijelaskan guru. 1. Pengajaran Dengan Metode Ceramah Seperti yang tercantum dalam pembatasan masalahnya bahwa cara mengajar dengan metode ceramah adalah melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru kepada siswa. Metode ceramah ini mudah dijalankan karena penceramah karena hanya menyampaikan informasi sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan banyak untuk memberi tanggapan. Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah, karena itu cara tersebut sering juga disebut dengan metode kuliah, sebab ada persamaan guru mengajar dengan seorang dosen memberikan kuliah kepada mahasiswamahasiswanya. Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat, dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan. Kelemahan Metode Ceramah Adapun kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut: 1. Bila terlalu lama membosankan 2. Siswa tidak aktif 3. Informasi hanya satu arah 4. Kurang tekendali, baik waktu maupun materi 5. Menggurui dan melelahkan Metode Demonstrasi : Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Tujuan Metode Demonstrasi Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan dan kelekurangan. Manfaat Metode Demonstrasi Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah : 1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan . 2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. 3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. Kelebihan metode demonstrasi 1. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya. 2. Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. 3. Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek. 4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya. 5. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banysk 6. Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. Kekurangan metode demonstrasi 1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol. 2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama. 3. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik. 4. Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas. 5. Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. 6. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya. Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Metode Studi Mandiri : Metode Belajar Mandiri, siswa hanya membeli paket modul untuk dipelajari sendiri di rumah, namun dengan metode ini siswa wajib ikut serta dalam pelaksanaan simulasi ujian. Metode ini di lakukan agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya dengan cara belajar mandiri, dimana dengan mengunakan media-media pembelajaran seperti Internetan, Buku- buku pelajaran, bermain Game dan lain-lain. Dengan adanya belajar mandiri ,siswa dapat menambah pengetahuan, jadi pembelajaran tidak hanya didapat disekolah atau kalangan-kalangan tertentu saja, tetapi juga dengan cara belajar mandiri baik di rumah bahkan dimana saja siswa tersebut berada. Metode Peer Tutoring : Dalam metode pembelajaran peer tutoring ini terdapat satu siswa yang ditunjuk untuk menjadi seorang tutor yang bertugas mengajar teman satu kelompoknya. Melalui metode pembelajaran peer tutoring siswa dapat meningkatkan kemandirian belajarnya, selain itu siswa juga biasa aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini bisa terjadi karena siswa bisa belajar dengan teman sebayanya yang memiliki pemahaman konsep lebih baik terhadap materi dan siswa bisa bertanya mengenai materi yang tidak dipahami. Dengan demikian siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. Kemandirian belajar siswa dapat terjadi dengan baik ketika siswa memiliki keterampilan metakognitif. Keterampilan metakognitif merupakan pengetahuan tentang kognisi secara umum, seperti kesadaran diri dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Hal tersebut biasa diketahui dari uji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen memiliki variansi yang lebih bagus baik untuk keterampilan metakognitif maupun hasil belajar dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar guru menerapkan metode pembelajaran peer tutoring untuk meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar siswa, sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, dan siswa bisa aktif dalam proses pembelajaran. Metode Simulasi : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simulasi yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung sehingga siswa dapat memahami konsep, prinsip , sikap dan nilai didalamnya. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitataif dan deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDI al-yasini sebanyak 25 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan tes. Hasil analisis data setelah penerapan metode simulasi menunjukkan bahwa: 1) Pembelajaran PKn dengan penerapan metode simulasi, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP mencapai nilai 96,1dengan kategori A; 2) Untuk aktivitas belajar secara klasikal mencapai nilai 82,8 % dengan kategori A; 3) Hasil belajar siswa mencapai nilai 83,6 dengan ketuntasan belajar 88%. Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan metode simulasi dalam pembelajaran PKn siswa kelas V SDI al-yasini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti dari hasil yang diperoleh siswa dapat dilihat dari rata-rata hasil tes mulai dari pre tes (62,72) dengan prosentase (32%), meningkat siklus I (73,6) dengan prosentase (48%), dan meningkat lagi siklus II (83,6) dengan prosentase (88%) yang terus mengalami peningkatan. Saran yang disampaikan kepada guru yaitu lebih profesional dalam menjalankan tugas mengajar untuk merangsang minat belajar siswanya, serta melibatkannya secara utuh dalam pembelajaran. Metode Assisted Learning : komputer dapat membantu pembelajaran dengan berbagai cara, yaitu dapat menyajikan materi, berinteraksi dengan mahasiswa. dengan menampilkan seperti tutor, baik secara individual maupun secara kelompok kecil. komputer digunakan untuk menyampaikan informasi kepada mahasiswa. dimana komputer digunakan untuk menggantikan peran dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan. Rancangan kegiatan belajar memberikan petunjuk untuk berbagai aktivitas belajar, metode komunikasi, penilaian tugas, Materi ajar yang akan dipresentasikan dapat berupa teks, gambar, suara, atau animasi. Secara khusus untuk mendukung materi teks dapat dikembangkan media lain untuk meningkatkan pesan yang disajikan. Untuk meningkatkan interaksi belajar mahasiswa, materi dapat dikemas dalam bentuk kuis, pertanyaan terbuka, ringkasan yang dikembangkan mahasiswa atau menggunakan Web sebagai suatu alat riset. Metode Role Playing : Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam batasbatas scenario dari guru. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut : 1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. 6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan. 7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok. 8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. 9. Guru memberikan kesimpulan secara umum. 10. Evaluasi. 11. Penutup. Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang . Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain . Metode Induktif : Fase kegiatan induktif Guru menyampaikan hal-hal khusus berkaitan dengan materi pokok yang akan disampaikan. Guru mengarahkan siswa melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan pola pikir induktif, misalnya guru memberi beberapa contoh suatu konsep, siswa diminta mengamati dengan cermat, dan meminta siswa menulis makna konsep tersebut dengan bahasa siswa sendiri. Dalam fase ini kegiatan belajar siswa mengkonstruk pengetahuan matematis dengan cara siswa sendiri berdasar hasil pengamatannya. Dalam fase kegiatan induktif ini dibawah bimbingan dan arahan guru, siswa aktif belajar matematika secara individu. Meskipun demikian, siswa diberi kesempatan berinteraksi dengan temannya, misalnya bertukar pendapat dengan teman sebangkunya atau dengan teman-teman di dekatnya. Kegiatan utama siswa adalah mengamati, memeriksa, menyelidiki, menganalisis, atau memikirkan berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang bersifat khusus dan mengkonstruk konsep atau sifat-sifat umum berdasarkan hal-hal khusus tersebut. Fasekegiataninduktif-deduktif Dalam fase kegiatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan menggunakan polapikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanyadigunakansecarabergantian. Agar siswa dapat belajar matematika di sekolah secara bermakna, siswa dituntut terampil memahami konsep-konsep matematika dari pola pikir induktif menuju deduktif. .