TUGAS FILSAFAT ILMU NAMA : AYIE APRIANIE NIM : 2012-31-062 SEKSI : 02 MATEMATIKA A. Matematika sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu, maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Dalam hal ini, dapat kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kubur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika dibuat secara artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang kita kaji. B. Sifat Kuantitatif dari Matematika Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Sifat kuantitatif dari matematika mampu meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah lebih tepat dan cermat. Matematika memungkinkan mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif. Perkembangan ini merupakan suatu hal yang imperatif bila kita menghendaki daya prediksi dan control yang lebih tepat dan cermat dari ilmu. Pada dasarnya, matematika diperlukan oleh semua disiplin keilmuan untuk meningkatkan daya prediksi dan control dari ilmu tersebut. C. Matematika : Sarana Berpikir Deduktif Sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 derajat. Pengetahuan ini mungkin saja kita dapat dengan jalan mengukur sudut-sudut dalam sebuah segitiga dan kemudian menjumlahkannya. Di pihak lain, pengetahuan ini bisa didapatkan secara deduktif dengan mempergunakan matematika. Berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Untuk menghitung jumlah sudut dalam segitiga tersebut kita mendasarkan kepada premis bahwa, kalau terdapat dua garis sejajar maka sudut-sudut yang dibentuk kedua garis sejajar tersebut dengan garis ketiga adalah sama. Premis yang kedua adalah bahwa jumlah sudut yang dibentuk oleh sebuah garis lurus adalah 180 derajat. Kedua premis itu kemudian kita terapkan dalam berpikir deduktif untuk menghitung jumlah sudut-sudut dalam sebuah segitiga. Jadi, dengan contoh seperti di atas secara deduktif matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu. Dari beberapa premis yang telah kita ketahui kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan memperkaya perbendaharaan ilmiah kita. lainnya yang D. Perkembangan Matematika Ditinjau dari perkembangannya, maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni : Sistematika Perkembangan Komparatif Kuantitatif 1. Tahap Sistematika Ilmu mulai menggolong-golongkan obyek empiris ke dalam kategorikategori tertentu. Penggolongan ini memungkinkan kita untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi kelompok tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum ini merupakan pengetahuan bagi manusia dalam mengenali dunia fisik. 2. Tahap Komparatif Kita mulai melakukan perbandingan antara obyek yang satu dengan yang lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan seterusnya. Kita mulai mencari hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara berbagai obyek yang kita kaji. 3. Tahap Kuantitatif Kita mencari hubunga sebab akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan, melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari obyek yang sedang kita selidiki. Bahasa verbal, berfungsi dengan baik dalam tahap pertama dan kedua. Namun, dalam tahap yang ketiga, pengetahuan membutuhkan matematika. Disamping sebagai bahasa, matematika juga berfungsi sebagai alat berpikir. Ilmu merupakan pengetahuan yang mendasarkan kepada analisis dalam menarik kesimpulan menurut suatu pola berpikir tertentu. Dalam hal ini, masalah logika makin lama akan semakin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna. E. Tahap perkembangan matematika menurut Griffits dan Howson (1974) : 1. Peradaban Mesir Kuno Matematika dipergunakan dalam perdagangan, pertanian, bangunan dan usaha megontrol alam seperti banjir. Para pendeta Mesir Kuno mempunyai keahlian dalam bidang matematika yang sangat dihargai dalam masyarakat yang mengaitkan aspek praktis dari matematika dengan aspek mistik dari keagamaan. 2. Peradaban Yunani Dalam peradaban Yunani yang sangat memperhatikan aspek estetik dari matematika. Dapat dikatakan bahwa, peradaban Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan definisi tertentu. 3. Peradaban di Timur Pada sekitar tahun 1000 bangsa Arab, India dan Cina mengembangkan ilmu hiung dan aljabar. Mereka mendapatkan angka nol dan cara penggunaan decimal serta mengembangkan kegunaan praktis dari ilmu hitung dan aljabar tersebut. Waktu perdagangan antara Timur dan Barat berkembang pada Abad Pertengahan, maka ilmu hitung dan aljabar ini telah dipergunakan dalam transaksi pertukaran. F. Beberapa Aliran dalam Filsafat Matematika a. Aliran Logistik Matematika merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. b. Aliran Intuisionis Sebuah momentum baru dengan eksponen utamanya adalah seorang ahli matematika berkebangsaan Belanda bernama Jan Brouwer (1881-1966) c. Kaum Formalis Kaum Formalis menekankan kepada aspek formal dari matematika sebagai bahasa perlambang (sign-leanguage) dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika sebagai bahasa lambang. STATISTIKA Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. A. Statistika dan Cara Berpikir Induktif Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Dalam hal ini, kita menarik kesimpulan berdasarkan logika induktif. Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan sedankan logika induktif berpaling kepada statistika. Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama. Dalam penalaran deduktif, maka kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis-premis yang dipergunakan adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun premispremisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar. Namun, kesimpulan itu mempunyai peluang untuk benar. Statistika memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan antara dua factor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Statistika berfungsi meningkatkan ketelitian pengamatan kita dalam menarik kesimpulan dengan jalan menghindarkan hubungan semu yang bersifat kebetulan. B. Karakteristik Berpikir Induktif Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang tersebut. Dasar dari teori statistika adalah teori peluang. Teori peluang merupakan cabang dari matematika, sedangkan statistika sendiri merupakan disiplin tersendiri. Menurut bidang pengkajiannya, statistika dapat kita bedakan sebagai statistika teoretis dan statistika terapan. Statistika teoretis merupakan pengetahuan yang mengkaji dasar-dasar teori statistika, dimulai dari teori penarikan contoh, distribusi, penaksiran dan peluang. Statistika terapan merupakan penggunaan statistika teoretis yang disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya.