Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Cara ini kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu, agar penyajiannya tidak membosankan dan dapat menarik perhatian siswa. Namun kita masih mengakui bahwa metode ceramah ini tetap penting dengan tujuan, agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu. Metode ini berjalan lancar bila penggunaannya mempersiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batasbatas penggunaannya. Metode ini dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literature atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya faham siswa. Metode ini wajar dan dapat digunakan dalam hal-hal sebagai berikut: Bahan pelajaran yang akan disampaikan cukup banyak sementara waktu yang tersedia sangat terbatas. Guru seorang pembicara yang baik yang memikat serta antusias. Guru akan merangkum pokok penting pelajaran yang telah dipelajari, sehingga siswa diharapkan bisa memahami dan mengerti secara menyeluruh. Guru memperkenalkan pokok pelajaran yang baru dan menghubungkannya terhadap pelajaran yang telah lalu (Asosiasi). Jumlah siswa terlalu banyak sehingga bahan pelajaran sulit disampaikan melalui metode ini. Untuk membangkitkan minat, hasrat, antusiasme, emosi dan apresiasi. Memberikan keterangan kepada murid untuk memecahkan masalah jika murid menghadapi kesulitan. Langkah-langkah penerapan metode ceramah Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: a. Langkah Persiapan Persiapan yang dimaksud disini adalah menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pelajaran dan pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran tersebut. Disamping itu, guru memperbanyak bahan appersepsi untuk membantu mereka memahami pelajaran yang akan disajikan. b. Langkah Penyajian Pada tahap ini guru menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok masalah. c. Langkah Generalisasi Dalam hal ini unsur yang sama dan berlainan dihimpun untuk mendapatkan kesimpulankesimpulan mengenai pokok-pokok masalah. d. Langkah Aplikasi Penggunan Pada langkah ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi sehingga nyata makna kesimpulan itu. Namun perlu diketahui juga bahwa untuk menggunakan metode ceramah secara murni itu sukar, maka dalam pelaksanaannya perlu menaruh perhatian untuk mengkombinasikan dengan teknik-teknik penyajian lain sehingga proses belajar mengajar yang dilaksanakan dapat berlangsung dengan intensif. Kelebihan Dan Kelemahan Penggunaan Metode Ceramah Setiap metode pelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kelemahan. Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan metode ceramah adalah : 1. Suasana kelas berjalan dengan tenang, karena murid melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komprehensif. 2. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang cukup singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersama. 3. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak. 4. Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat. Kekurangan Metode Ceramah 1. Interaksi cenderung bersifat Centre (berpusat pada guru) 2. Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah. 3. Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru. 4. Siswa kurang menangkap apa yang dimaksud oleh guru, jika ceramah berisi ceramahceramah yang kurang atau tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah verbalisme. 2. Metode Demonstrasi Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi : 1) Tahap persiapan Hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain: Merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir, yang meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan, diperlukan sebagai panduan. Melakukan uji coba demonstrasi. 2)Tahap pelaksanaan a)Langkah pembukaan Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan. Mengemukakan tujuan yang akan dicapai oleh siswa. Menjelaskan tugas-tugas apa yang harus dilakukan olah siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam pelaksanaan demonstrasi. b) Langkah pelaksanaan demonstrasi Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi. Ciptakan suasana yang menyenangkan dan hindari suasana yang menegangkan. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. c)Langkah mengakhiri demonstrasi Apabila proses demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. C.Kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi Metode demonstrasi ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, antara lain : Kelebihan Metode Demonstrasi 1.Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang penting. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar, dan tidak tertuju pada hal yang lain 2.Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila di bandingkan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya. 3.Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan memperoleh pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan dan keterampilan 4.Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi 5.Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar tetapi siswa akan terus aktif secara fisik dan mental 6.Dengan cara mengamati secara langsung, siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan Kelemahan Metode Demonstrasi 1. Memerlukan persiapan yang lebih matang , sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak 2. Memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah 3. Memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa 4. Demonstrasi tidak efektif bila tidak diikuti kegiatan yang memungkinkan siswa ikut mencoba, yang merupakan pengalaman yang berharga bagi siswa 5. Kadang suatu demonstrasi menjadi kurang bermakna jika tidak dilakukan ditempat yang sebenarnya. 3. Metode Diskusi Secara umum, dalam metode diskusi, ada dua jenis diskusi biasa dilakukan dalam proses pembelajaran.Pertama diskusi kelompok, diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan dan yang mengatur jalannya diskusi adalah guru itu sendiri. Kedua, diskusi kelompok kecil, pada diskusi ini peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dengan cara guru menyajikan masalah dan beberapa sub masalah. Setiap kelompok memecahkan sub masalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok. Jenis metode diskusi apapun yang digunakan dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar: (1) setiap peserta didik dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya, (2) setiap peserta didik harus salaing mendengar pendapat orang lain, (3) setiap peserta didik saling memberikan respons, (4) setiap peserta didik harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting dan (5) melalui diskusi setiap peserta didik harus dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi. Sebab metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis masalah, strategi ini diharapkan bisa mendorong peserta didik untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah serta dapat mengembangkan pengetahuan peserta didik. 4. Metode Studi Mandiri/Belajar Mandiri Siswa/peserta didik dapat mempelajari pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu dengan membaca buku atau melihat dan mendengarkan program media pandang-dengar (audio visual) tanpa bantuan atau dengan bantuan terbatas dari orang lain. Di samping itu siswa/peserta didik mempunyai otonomi dalam belajar. Otonomi tersebut terwujud dalam beberapa kebebasan sebagai berikut: a. Siswa/peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan belajarnya. b. Siswa/peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar yang ingin dipelajarinya dan cara mempelajarinya. c. Siswa/peserta didik mempunyai kebebasan untuk belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri. d. Siswa/peserta didik dapat ikut menentukan cara evaluasi yang akan digunakan untuk menilai kemajuan belajarnya. Kemandirian dalam belajar ini perlu diberikan kepada siswa/peserta didik supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dan dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Sikap-sikap tersebut perlu dimiliki siswa/peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri kedewasaan orang terpelajar. Tingkat kemandirian pembelajaran dapat diklasifikasi berdasarkan jawaban atas pertanyaanpertanyaan berikut: a. Otonomi dalam menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran itu ditentukan oleh siswa/peserta didik, oleh guru/instruktur atau oleh guru/instruktur dan siswa/peserta didik? Semakin besar kesempatan yang diberikan kepada siswa/peserta didik untuk ikut menentukan tujuan pembelajarannya, berarti semakin besar kesempatan siswa/peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Dengan demikian semakin besar pula kesempatan siswa/peserta didik untuk bersikap mandiri. b. Otonomi dalam belajar. Siapakah yang menentukan buku atau media yang akan dipakai dalam belajar? Apakah semuanya ditentukan oleh guru/instruktur, oleh siswa/peserta didik, atau oleh guru/instruktur dan siswa/peserta didik? Kalau siswa/peserta didik dapat ikut menentukan bahan belajar, media belajar, dan cara belajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan itu, berarti siswa/peserta didik telah diberi kesempatan untuk bersikap mandiri. c. Otonomi dalam evaluasi hasil belajar. Siapakah yang menentukan cara dan kriteria evaluasi hasil belajar? Dapatkah siswa/peserta didik ikut menentukan cara evaluasi dan kriteria penilaian yang akan dipakai? 5. Metode Simulasi Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan. Model pembelajaran ini diterapkan didalam dunia pendidikan dengan tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses sibernetika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator. Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan seharihari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi. 6. Metode Computer Assisted Learning Pembelajaran dengan bantuan komputer adalah salah satu metode yang memiliki hasil yang menjanjikan. Artikel ini merupakan telaah jurnal tentang pembelajaran ketrampilan klinis keperawatan dengan bantuan komputer. Penggunaan metode pembelajaran interaktif dengan bantuan komputer atau computer assisted learning ( CAL ) dapat dipergunakan untuk membantu mahasiswa keperawatan dalam mencapai kompetensi klinik dengan cara yang progresif sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa. Pembelajaran dengan bantuan komputer telah digunakan dalam pendidikan keperawatan sejak awal 1960-an, namun hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan manfaatnya dalam pembelajaran keterampilan klinis. Pembelajaran dengan bantuan komputer sifatnya fleksibel serta efisien dalam hal waktu dan biaya. Materi pembelajaran disajikan dalam bentuk pasien simulasi atau pembelajaran berbasis skenario yang didukung oleh teknologi komputer. Meskipun ada hambatan dalam penggunaan teknologi komputer bagi mahasiswa keperawatan, namun teknologi ini kemungkinan besar akan membuat perubahan yang cepat sehingga membuat mahasiswa keperawatan siap bekerja di sarana pelayanan kesehatan. 7. Metode Role Play Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut : 1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. 6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan. 7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok. 8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. 9. Guru memberikan kesimpulan secara umum. 10. Evaluasi. 11. Penutup. Beberapa Pengertian tentang Model pembelajaran Role Playing : Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000). Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahanbahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi. 8. Metode Induktif Metode pembelajaran induktif merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk sampai pada pernyataan yang universal dari hal-hal yang bersifat individual. Tidak seperti penalaran deduktif, dalam penalaran induktif, kerja akal atau fikiran beranjak dari pengetahuan sebelumnya mengenai sejumlah kasus sejenis yang bersifat spesifik, khusus, individual, dan nyata yang ditemukan oleh pengalaman inderawi kita.Pada induktif ditunjukkan untuk membangun mental kognitif karenanya sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan berfikir,dan juga strategi ini sangat membutuhkan banyak informasi yang harus digali oleh siswa.kelebihan dari pembelajaran induktif walaupun sangat sesuai untuk “social study” tetapi juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran seperti sain,bahasa dan lain – lain ,pembelajaran induktif juga dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Logika induktif adalah sebuah proses penalaran yang sesungguhnya telah dilakukan manusia semenjak dahulu, bersama-sama dengan penalaran deduksi. Keduanya memiliki perbedaan logika penalaran, namun sesungguhnya saling melengkapi. Dalam pengembangan keilmuan, kedua proses dijalankan secara bergantian. Secara tidak langsung prinsip berfikir deduktif menyumbang kepada kerja logika induktif, demikian pula sebaliknya. 9. Metode Deduktif Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Dalam bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis kebentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Disini guru menjelaskan teoriteori yang telah ditemukan para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh. Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan deduktif adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila: 1) Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari, 2) Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berfikir kritis, 3) Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicaraan yang baik, 4) Waktu yang tersedia sedikit. Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah 1) guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif, 2) guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contohcontohnya, 3) guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum, 4) guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum. Adapun kelebihan dan kelemahan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan pendekatan lain adalah : 1. Kelebihan pendekatan deduktif antara lain: a) Tidak memerlukan banyak waktu. b) Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-soal atau masalah yang konkrit. 2. Kelemahan pendekatan deduktif antara lain: a) Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan berbagai contoh. b) Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna siswa menerima konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh guru. c) Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif, karna disini siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa ada kesempatan menemukan sendiri konsep tersebut. Konsep tidak bisa diingat dengan baik oleh siswa.