i KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya, buku Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi telah dapat diterbitkan. Buku ini berisi dari beberapa petunjuk pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi institusi pendidikan tenaga kesehatan, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pelaksanaan pendidikan. Petunjuk pelaksanaan ini terdiri dari 6 (enam) bab yang terdiri dari: Pendahuluan, Pemilihan dan Penentuan Model Pendidikan Jarak Jauh, Rekognisi Pembelajaran pembelajaran (Kurikulum Lampau dan (RPL), Pengembangan Sistem Silabus), Pengembangan Media Pembelajaran, Pengembangan dan Pengelolaan Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak terkait yang telah membantu dalam proses penyusunan buku ii Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan jarak jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan ini. Semoga buku “Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan” ini dapat menjadi acuan dan bermanfaat untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dr. Donald Pardede, MPPM NIP. 195804021986111001 iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................... iv BAB. I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar belakang ................................................................... 1 B. Tujuan .............................................................................. 2 C. Ruang Lingkup ................................................................... 2 BAB. II. PEMILIHAN MODEL DAN PENENTUAN MODEL PENDIDIKAN JARAK JAUH .................................................... 3 A. Pengertian ......................................................................... 3 B. Kriteria Pemiliahan dan Penentuan Model PJJ ......................... 4 C. Prosedur Pemilihan dan Penentuan Model PJJ ....................... 6 BAB. III. PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN (KURIKULUM DAN SILABUS) .......................................................................... 9 A. Pengertian ......................................................................... 9 B. Kerangka Kerja Landasan Pengembangan Sistem Pembelajaran .................................................................... 10 C. Prosedur Pengembangan Sistem Pembelajaran ..................... 13 D. Pihak Yang Terlibat ............................................................ 16 iv BAB. IV. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ............................... 25 A. Pengertian ......................................................................... 28 B. Jenis Media Pembelajaran .................................................... 33 C. Pemilihan Media dalam PJJ .................................................. 23 D. Pengembangan Media Pembelajaran..................................... . 38 BAB. V. PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR DAN FASILITAS PENDUKUNG ................................................ 44 A. Pengertian ......................................................................... 44 B. Analisis Kebutuhan .............................................................. 45 C. Penyediaan ........................................................................ 59 ............................................................................................. BAB VI. PENUTUP ........................................................................... 61 v BAB I Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik, pembelajarannya menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta media lain sebagai sumber belajar. Prinsip penyelenggaraan PJJ memungkinkan peserta didik dapat mengikuti pendidikan dengan tidak meninggalkan tugas pokoknya sehari-hari ditempat ia bekerja, namun dalam penyelenggaraan proses pembelajarannya tetap memperhatikan kaidah-kaidah dan norma-norma penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana yang ditetapkan oleh Kemendikbud dan Kemenkes RI. Dalam kaitannya penyelenggaraan PJJ D III kesehatan di Poltekkes penyelenggara PJJ dan di Unit Sumber Belajar Jarak Jauh (USBJJ), dipandang perlu untuk disusun dan ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Pendidikan Tinggi Kesehatan. 1 BAB I B. Tujuan Petunjuk pelaksanaan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan petunjuk dan arahan lebih rinci dalam pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan. C. Ruang Lingkup Petunjuk pelaksanaan ini akan memberikan penjelasan dalam pelaksanaan setiap aspek penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan, yang meliputi beberapa hal sebagai berikut: 1. Pemilihan dan Penentuan Model Pendidikan Jarak Jauh yang akan dilaksanakan 2. Pengakuan Pembelajaran Lampau (Recognized Prior Learning) 3. Pengembangan Sistem Pembelajaran (Kurikulum dan Silabus) 4. Proses Pembelajaran 5. Pengembangan Media Pembelajaran 6. Pengembangan dan Pengelolaan Pendukung 2 Infrastruktur dan Fasilitas BAB II BAB II PEMILIHAN DAN PENENTUAN MODEL PENDIDIKAN JARAK JAUH A. Pengertian Model pendidikan jarak jauh cukup beragam dan dapat dipilih dan ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tertentu. Model pendidikan jarak jauh yang ditetapkan boleh dibuka, yaitu: 1. Modul Cetak; yaitu model Pendidikan Jarak Jauh berbasis Modul Cetak sebagai bahan belajar utama. 2. Modul Centak Plus; yaitu model Pendidikan Jarak Jauh berbasis Modul Cetak sebagai bahan belajar utama ditunjang dengan media non-cetak lain yang relevan. 3. PJJ online berbasis Web; yaitu model Pendidikan Jarak Jauh yang menerapkan strategi penyampaian berbasis internet. Untuk menentukan model mana yang akan diadopsi, maka diperlukan kriteria-kriteria tertentu. 3 BAB II B. Kriteria Pemilihan dan Penentuan Model PJJ Beberapa kriteria yang dapat dijadikan sebagai dasar penentuan model pendidikan jarak jauh diantaranya adalah karakteristik sasaran (calon peserta didik), letak geografis dan demografis, ketersediaan infrastruktur dasar (seperti listrik, telepon) dan karakteristik kompetensi umum yang akan dicapai. 1. Model PJJ berbasis Modul Cetak; pendidikan jarak jauh yang menekankan penggunaan modul cetak sebagai bahan belajar mandiri utama sangat tepat untuk karakteristik sasaran (calon peserta didik) yang secara geografis terpisah jarak yang jauh dan dukungan infrastruktur dasar listrik dan telepon yang rendah atau tidak memadai. 2. Model PJJ berbasis Modul Cetak Plus; pendidikan jarak jauh yang menekankan penggunaan cetak sebagai bahan belajar mandiri utama dan ditunjang dengan media non-cetak lain yang relevan (video (VCD, Televisi)), audio (CD, radio)) atau multimedia (CD) sangat tepat untuk karakteristik sasaran (calon peserta didik) yang secara geografis terpisah jarak tetapi terdapat dukungan infrastruktur dasar listrik dan telepon yang memadai. Juga, sangat 4 BAB II tepat untuk menunjang kompetensi yang lebih menitik beratkan pada aspek psikomoto (keterampilan) dan sikap (afektif). 3. Model PJJ berbasis Internet (web); pendidikan jarak jauh yang menerapkan penggunaan media internet (online learning) dimana aneka ragam bahan belajar dan komunikasi pembelajaran disampaikan melalui media internet (online) sangat tepat untuk karakteristik sasaran (calon peserta didik) yang yang secara geografis terpisah jarak tetapi terdapat dukungan infrastruktur dasar listrik, telepon dan teknologi informasi dan komunikasi lainnya khususnya computer dan internetcukup memadai. Disamping itu, calon peserta didik diasumsikan telah memiliki kemampuan dasar serta familiar dengan komputer dan internet. Model ini juga tepat untuk mendukung pencapaian kompetensi baik yang bersifat kognitif, psikomotorik maupun afektif karena semua jenis bahan ajar mandiri dan komunikasi pembelajaran dapat dilakukan dan disajikan melalui media internet. 5 BAB II C. Prosedur Pemilihan dan Penentuan Model PJJ Prosedur pemilihan dan penentuan model PJJ yang akan diadopsi dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut: 6 BAB II Mengacu pada diagram tersebut, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebagai berikut: 1. Melakukan analisis karakteristik sasaran baik dari sisi ketersediaan infrastruktur dasar (seperti listrik, jaringan telepon, jaringan internet), kemampuan dan literasi TIK, serta kondisi lingkungan belajar umum lainnya. 2. Karakteristik sasaran (calon peserta didik) tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menentukan model PJJ mana yang akan dipilih. Jika: a. Lingkungan belajar sasaran (calon peserta didik) tidak didukung oleh infrastruktur dasar (listrik dan jaringan telepon) yang memadai maka layanan PJJ yang tepat untuk karakteristik sasaran seperti tersebut adalah model PJJ berbasis modul cetak. b. Lingkungan belajar sasaran (calon peserta didik) didukung oleh infrastruktur dasar (listrik dan jaringan telepon) yang memadai, tapi akses terhadap teknologi internet dan literasi TIK sasaran rendah, maka layanan PJJ yang tepat untuk karakteristik sasaran seperti tersebut adalah model PJJ berbasis modul cetak plus media non-cetak lain yang relevan (seperti video, audio atau multimedia). 7 BAB II c. Lingkungan belajar sasaran (calon peserta didik) didukung oleh infrastruktur dasar (listrik dan jaringan telepon) yang memadai, dan akses terhadap teknologi internet dan literasi TIK sasaran yang juga cukup memadai, maka layanan PJJ yang tepat untuk karakteristik sasaran seperti tersebut adalah model PJJ online berbasis internet. 8 BAB III BAB III PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN (KURIKULUM DAN SILABUS) A. Pengertian Sistem pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh, sedikit banyak sangat berbeda dengan sistem pembelajaran reguler/konvensional.Pendidikan jarak jauh lebih menekankan pada sistem belajar mandiri, dimana peserta lebih memiliki keleluasaan untuk belajar sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya sendiri dengan memanfaatkan aneka ragam sumber belajar dan teknologi telekomunikasi yang tepat.Oleh karena itu sistem pembelajarannya, khususnya silabus, pelru dirancang dan dikembangkan khusus untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Sistem pembelajaran meliputi kurikulum dan silabus yang didalamnya mengandung unsur-unsur: 1. Sasaran (peserta didik); 2. Tujuan atau kompetensi yang akan dicapai; 3. Materi materi yang akan diajarkan; 4. Strategi pembelajaran jarak jauh untuk mencapai tujuan/kompetensi; dan 5. Stretagi evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan/kompetensi 9 BAB III B. Kerangka Kerja Landasan Pengembangan Sistem Pembelajaran Kerangka kerja dan kriteria yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan sistem pembelajaran PJJ antara lain adalah taksonomo kompetensi menurut Benjamin Bloom, Kontinum Metode Pembelajaran menurut Smaldino, dkk, dan Kuadran Seting Pembelajaran e-Learning menurut Noord, dkk, sebagai berikut: 1. Kompetensi yang akan dicapai; kompetensi yang akan dicapai dapat dikategorisasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi yang bersifat kognitif, psikomotorik dan afektif. 2. Kontinum Metode Pembelajaran; Kontinum metode pembelajaran terdiri dari dua kutub, yaitu: a. metode pembelajaran yang berorientasi pada pengajar (teacher oriented learning). Beberapa metode yang termasuk dalam kategori ini adalah demonstrasi, presentasi, tutorial, dan lain- lain. b. metode pembelajaran yang berorientasi pada peserta belajar (student oriented learning).Beberapa metode umum yang termasuk kedalam kategori ini adalah simulasi, permainan, praktek, diskusi. 10 BAB III 3. Seting pembelajaran jarak jauh; secara konseptual seting pembelajaran jarak jauh dikategorikan kedalam dua kategori yaitu: a. Pembelajaran Sinkronous; yaitu pembelajaran antara peserta belajar dengan pengajar terjadi pada waktu yang bersamaan. Pembelajaran sinkronous dikategorisasikan kedalam dua kategori, yaitu: 1) Pembelajaran sinkronous langsung (live synchronous); yaitu pembelajaran antara peserta belajar dengan pengajar terjadi pada waktu dan tempat yang bersamaan. Seperti tutorial tatap muka, praktek lab, ceramah, diskusi, dan lain-lain. 2) Pembelajaran sinkronous maya (virtual synchronous); yaitu pembelajaran antara peserta belajar dengan pengajar terjadi pada waktu yang sama, tetapi tempat yang berbeda. Seperti chatting, konferensi video, konferensi audio dan lain-lain. b. Pembelajaran Asinkronous; yaitu pembelajaran antara peserta belajar dengan pengajar terjadi pada waktu yang tidak bersamaan dan pada tempat yang berbeda.Pembelajaran asinkronous juga dikelompkkan kedalam dua kategori yaitu: 1) Pembelajaran asinkronous mandiri (self-pace asynchronous); yaitu pembelajaran antara peserta belajar secara individu 11 BAB III dengan sumber belajar terjadi kapan saja dan dimana saja sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya masingmasing. Contoh, peserta belajar mempelajari materi melalui modul cetak, video yang ditonton via VCD player, atau baca online via internet (website). 2) Pembelajaran Asinkronous Kolaboratif; yaitu pembelajaran yang terjadi kapan saja dan dimana saja antara lebih dari satu orang baik dari sisi peserta belajar, pengajar maupun sumber belajar lain. Contoh, berdiskusi melalui forum diskusi, belajar kelompok dimana apa yang dipelajari serta waktu dan tempat ditentukan oleh kelompok tersebut, dan lain-lain. Ketiga aspek tersebut adalah landasan kerja (framework) dalam mengembangkan sistem pembelajaran untuk pendidikan jarak jauh ini. C. Prosedur Pengembangan Sistem Pembelajaran Setelah berdasarkan hasil RPL dan ditentukan daftar mata kuliah serta jumlah SKS yang harus ditempuh oleh peserta didik, maka setiap mata 12 BAB III kuliah tersebut dikembangkan silabusnya dengan langkah yang dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Melakukan analisis kompetensi; dalam langkah ini, diidentifikasi mana sajakah yang termasuk dalam kompetensi kognitif, psikomotorik dan afektif. 2. Memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat; mengacu pada aneka ragam jenis kompetensi yang akan dicapai, kemduian dilakukan pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang tepat, apakah metode yang berorientasi pada pengajar atau metode yang berorientasi pada peserta beajar. Berikut adalah beberapa acuan yang dapat dijadikan sebagai patokan. 13 BAB III Metode Kompetensi Orientasi Pengajar Presentasi demonstrasi drill Tutorial Orientasi Peserta simulasi tugas Diskusi Kognitif Psikomotor Afektif 3. Memilih dan menentukan strategi evaluasi hasil belajar yang tepat; dengan mengacu pada kompetensi yang akan dicapai, maka selanjutnya ditentukan metode evaluasi hasil belajar yang tepat untuk mencapai kompetensi tersebut. Berikut adalah beberapa acuan yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan metode evaluasi yang tepat: Metode Evaluasi Kompetensi Test Obyektif Nonobyektif Kognitif Psikomotorik Afektif 14 Non-Test Portofolio unjuk kerja BAB III 4. Memilih dan menentukan seting pembelajaran yang tepat; mengacu pada metode yang telah ditentukan maka selanjutnya adalah menentukan seting pembelajaran yang tepat. Berikut adalah beberapa acuan yang dapat dijadikan sebagai patokan: Seting Pembelajaran Metode Sinkronous Asinkronous Langsung Maya Mandiri Kolaboratif Presentasi Video Modul Conf cetak, video, ppt Demonstrasi Tatap muka Video video conf Drill Latihan, Latihan latihan kelompok online Tutorial Tatap muka Video conf, chatting, audio conf Simulasi/games Simulasi, CD permainan permainan, langsung Web-based game Tugas Tugas Tugas mandiri kelompok Diskusi Tatap muka Forum diskusi Catatan: 15 BAB III Dalam pendidikan jarak jauh, tentu saja porsi yang lebih banyak terjadi adalah pada seting pembelajaran asinkronous. Mengingat pendidikan jarak jauh pada pendidikan tinggi kesehatan adalah pendidikan vokasi, maka memungkinkan porsi sinkronous, khususnya sinkronous langsung mendekati 50% dibandingkan dengan seting pembelajaran asinkronous. D. Pihak Yang Terlibat Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan sistem pembelajaran pendidikan jarak jauh minimal meliputi berbagai unsur sebagai berikut: 1. Tim pengembang sistem pembelajaran; pihak pertama yang terlibat adalah bertanggung tim pengembang jawab dalam mengembangkan, mengevaluasi sistem pembelajaran merencanakan, dan yang merancang, melaksanakan sistem pembelajaran. 2. Ahli Substansi Materi (Subject Matter Experts); yaitu beberapa ahli yang mumpuni dari sisi substansi materi. 3. Ahli Desain Sistem Pembelajaran (Instructional System Design Experts); yaitu beberapa orang yang mumpuni dalam 16 BAB III bidang desain sistem pembelajaran, khususnya pembelajaran jarak jauh. 4. Ahli Media Pembelajaran (Instructional Media Specialist); yaitu beberapa orang yang mumpuni dalam pengembangan media pembelajaran khususnya media pembelajaran mandiri dan e-learning (learning object). 17 BAB IV BAB IV PROSES PEMBELAJARAN A. Pengertian Sistem pembalajaran dalam pendidikan jarak jauh, sedikit banyak sangat berbeda dengan sistem pembelajaran reguler/konvensional.Pendidikan jarak jauh lebih menekankan pada sistem belajar mandiri, dimana peserta lebih memiliki keleluasaan untuk belajar sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya sendiri dengan memanfaatkan aneka ragam sumber belajar dan teknologi telekomunikasi yang tepat. Pelaksanaan pembelajaran dalam hal ini meliputi: 1. Pra Pelaksanaan; meliputi pendaftaran dan seleksi peserta didik; penunjukan pengajar (dosen, tutor, cilinical instructor), distribusi bahan ajar. 2. Pelaksanaan; meliputi pelaksanaan belajar mandiri, belajar terbimbing/terstruktur dan evaluasi hasil belajar 3. Pasca Pelaksanaan; meliputi penentuan kelulusan dan kelulusan. 18 BAB IV B. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Prosedur pelaksanaan pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Pra Pelaksanaan Sebelum pembelajaran jarak jauh dilaksanakan ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh penyelenggara, dalam hal ini adalah pendidikan tinggi kesehatan yang membuka program pendidikan dengan sistem pendidikan jarak jauh, yaitu: a. Pendaftaran dan seleksi peserta 1) Pendaftaran peserta dapat dilakukan secara terbuka atau atas permintaan khusus (seperti atas permintaan pemerintah daerah atau lembaga tertentu) 19 BAB IV 2) Seleksi peserta didik dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu: Lulusan JPM/Diploma I sejenis yang telah memiliki pengalaman kerja di unit pelayanan kesehatan minimal 2 (dua) tahun. Mendapat ijin dari atasan langsung. Bagi calon peserta didik dengan status PNS mendapat persetujuan dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten/ Kota setempat. Mendapat dukungan pembiayaan dari Instansi /Pemerintah Daerahatau Swadana 3) Penentuan RPL (lihat juklak RPL) b. Penunjukkan Pengajar c. Distribusi Bahan Ajar 2. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari dua kategori sebagai berikut: a. Belajar Mandiri 20 BAB IV 1) Belajar mandiri dilakukan oleh masing-masing peserta didik dengan cara mempelajari bahan ajar mandiri dalam berbagai jenis dan bentuk sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya sendiri. 2) Bahan belajar utama adalah modul cetak bagi peserta yang mengikuti model PJJ berbasis modul cetak. 3) Bahan belajar utama modul cetak ditunjang oleh media noncetak lain seperti video, audio atau multimedia bagi peserta didik yang mengikuti model PJJ berbasis modul cetak plus. 4) Bahan belajar utama modul digital yang dikemas sedemikian rupa dalam bentuk learning object dan didistribusikan melalui media internet (website) secara online. 5) Peserta didik diperkenankan untuk memplejari materi sesuai dengan mata kuliah yang diambil dan kebutuhan masingmasing. b. Belajar Terbimbing dan Terstruktur Belajar terbimbing/terstruktur dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Tutorial tatap muka; tutorial tatap muka lebih diarahkan untuk pendalaman materi, studi kasus atau problem solving, praktek 21 BAB IV terbimbing dan terstruktur, demonstrasi langsun dan lain-lain sesuai dengan rancangan yang telah disusun dalam silabus mata kuliah terkait. 2) Tutorial elektronik; untuk model PJJ online berbasis web tutorial dapat dilakukan dengan bantuan teknologi telekomunikasi seperti konferensi video, konferensi audio, chatting dan komunikasi melalui media lain seperti handphone atau gadget lain yang relevan. 3) Baik tutorial tatap muka maupun tutorial elektronik harus telah terencana, tertsruktur dan terjadwal dengan baik. c. Evaluasi Hasil Belajar 1) Evaluasi hasil belajar dilakukan sesuai dengan metode evaluasi yang tepat baik yang bersifat tes maupun non-tes sesuai dengan desain sistem pembelajaran yang ada dalam silabus. 2) Evaluasi yang bersifat formatif ditujukan hanya untuk penjajakan kemampuan peserta didik sebagai fungsi umpan balik bagi peserta didik itu sendiri. 3) Evaluasi akhir yang bersifat sumatif merupakan bagian dari penilaian hasil belajar secara keseluruhan. 22 BAB IV 4) Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan secara online untuk tes yang bersifat obyektif, tapi onsite (dilaksanakan di lokasi yang ditunjuk, USBJJ yang telah ditentukan) 5) Evaluasi hasil belajar yang bersifat non-test dan menuntut unjuk kinerja dilakukan di lokasi yang telah ditunjuk seperti USBJJ, rumah sakit, lab, atau Puskesmas tertentu. D. Pihak yang Terlibat Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jarak jauh minimal meliputi berbagai unsur sebagai berikut: 1. Tim pembelajaran; tim pembelajaran yang bertanggung jawab dalam merencanakan, merancang, mengembangkan, mengevaluasi dan melaksanakan proses pembelajaran. 2. Tim pengajar; yaitu unsur-unsur pengajar yang meliputi dosen, tutor, clinical instructor atau narasumber lain yang telah ditunjuk. 3. Tim USBJJ; yaitu personel yang bekerja untuk memberikan layanan kegiatan pembelajaran di USBJJ masing-masing. 4. Tim layanan bantuan belajar; yaitu personel yang ditugasi khusus memberikan layanan bantuan belajar kepada seluruh peserta didik. 23 BAB IV 5. Pihak Mitra; yaitu pihak-pihak mitra terkait seperti pimpinan tempat peserta didik bekerja, mitra praktek/praktikum, dan lain-lain. 24 BAB IV BAB VI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN A. Pengertian Ciri utama dari sistem pendidkan jarak jauh, baik untuk jenjang menengah mapupun perguruan tinggi adal terpisahnya antara peserta didik dengan pendidik, baik ditinjau dari sisi jarak, ruang maupun waktu. Sedangkan ciri berikutnya, dengan adanya keterpisahan tersebut, maka dalam proses pembelajarannya diperlukan penggunaan media. Dengan demikian dalam penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), penggunaan media tampaknya menjadi suatu keharusan. Penggunaan media ini menjadi salah satu ciri kesamaan di antara instititusi penyelenggara PJJ.Sementara yang membedakan institusi yang satu dengan yang lain adalah pilihan jenis media yang digunakannya. Variasi penggunaan media antar institusi penyelenggara PJJ sangat beragam mengingat banyaknya jenis media yang bisa dimanfaatkan mulai media yang sederhana sampai yang canggih. Dalam penyelenggaraan Pendidikan 25 Jarak Jauh (PJJ), penggunaan BAB IV media tampaknya telah menjadi keharusan. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar bahan ajar pada PJJ disampaikan melalui berbagai jenis media, baik cetak maupun non cetak. Sepanjang sejarah penyelenggaraan pendidikan jarak jauh, media telah digunakan sebagai sarana penyampai materi ajar. Adanya keterpisahan antara pengajar dengan peserta didik tersebut, kemudian menimbulkan diperlukannya media sebagai sarana komunikasi yang menjembatani antara pengajar dengan peserta didik. Beberapa pakar mengatakan bahwa peran media dalam Sistem PJJ adalah sebagai fasilitas untuk menyampaikan materi pembelajaran yang telah dikembangkan secara terstruktur sedemikian rupa dengan asumsi bahwa penggunanya mempelajari materi tersebut di luar ruang kelas, dan belajar secara individual. Mengingat pesatnya perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK), menyebabkan semakin efektifnya media pembelajaran diakses dan dimanfaatkan oleh peserta didik.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media yang digunakan dalam PJJ pada hakekatnya sangat dipengaruhi oleh pekembangan teknologi. Dalam era kemajuan teknologi yang luar biasa, pilihan terhadap media 26 BAB IV yang dapat dimanfaatkan semakin luas. Namun hal ini terkadang disikapi secara salah oleh Banyak institusi penyelenggara PJJ, yang karena pemahamannya tentang hakikat media pembelajaran kurang tepat, mereka kemudian berlomba memanfaatkan media pembelajaran yang canggih, modern dan mahal. Mereka berasumsi bahwa semakin canggih media yang digunakan maka semakin tinggi pula nilai kontribusi terhadap proses pembelajaran. Asumsi ini tentu saja tidak selamanya benar, sebab media yang sederhana sekalipun, apabila digunakan sesuai dengan karakteristik dan kemampuannya akan memberikan nilai pembelajaran yang signifikan. Contohnya bagi daerah terpencil dan terisolasi serta daerah yang belum memiliki tenaga listrik, penggunaan media yang sederhana, seperti media cetak yang dirancang untuk belajar mandiri tentunya akan lebih efektif. Media pembelajaran untuk pendidikan jarak jauh tentu saja berbeda dengan media yang dikembangkan untuk keperluan menunjang proses pembelajaran tatap muka di kelas. Media pembelajaran untuk PJJ, harus memenuhi kaidah sebagai media pembelajaran yang dikembangkan untuk keperluan belajar mandiri. 27 BAB IV B. Jenis Media Pembelajaran Jenis media yang dimanfaatkan untuk menunjang PJJ tenaga kesehatan, antara lain adalah: a. Media Cetak Di antara begitu banyak media baru dan canggih, ternyata media cetak masih menduduki tempat pertama dalam pendidikan jarak jauh.Bahan ajar cetak biasanya berbentuk buku materi pokok. Isi di dalam media cetak ini tidak hanya berupa tulisan, tetapi dapat juga menampilkan gambar-gambar, foto, grafik, tabel, dll. Dari sekian banyak jenis media yang dipergunakan dalam pembelajaran jarak jauh, modul biasanya merupakan bahan ajar utama yang digunakan dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh.Modul telah dirancang dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar secara mandiri dengan sekecil mungkin mendapat bantuan dari dosen atau tutor. Media cetak untuk belajar mandiri yang lazim disebut orang sebagai modul, didesain dengan memperhatiakan kebutuhan peserta ajar untuk berinteraksi dengan materi ajar. Pemanfaatan system modular 28 BAB IV mempunyai makna bahwa materi ajar dapat dipelajari bagian per bagian secara runtut dan berkesinambungan. b. Media Radio Radio merupakan perangkat yang cukup terjangkau harganya dan mudah didapat, sehingga hampir dimiliki oleh seuruh masyarakat, terlebih lagi saat ini siaran radio dapat dinikmati melalui telepon genggam.Hal ini menunjukkan bahwa radio merupakan sebuah media yang memiliki aksesibilitas tinggi. Aksesibilitas yang tinggi terhadap media radio ini haruslah dicermati sebagai peluang bagi setiap penyelenggara PJJ untuk diberdayakan sebagai alat mentransfer materi pembelajaran dan informasi kepada peserta didik. Setiap peluang akan menjadi bermakna dan berhasil guna bila dapat dimanfaatkan dengan baik. Pertimbangan lain untuk memanfaatkan media radio dalam proses pengajaran dan pembelajaran antara lain adalah kemampuan media ini mengaitkan materi ajar pada mata kuliah tertentu dengan kejadian yang aktual. Hal ini sangat penting dalam proses pembelajaran bagi peserta didik dewasa. Selain itu, media radio juga mampu menyampaikan adanya perubahan atau perkembangan iptek 29 BAB IV yang begitu cepat, yang tidak mampu diakomodasi dalam bahan ajar cetak. c. Media Televisi Televisi dikenal sebagai media yang sangat kaya yang mampu menyajikan beragam informasi dalam bentuk suara dan gambar secara bersamaan.Dari sisi pembelajaran, medium televisi pendidikan dikenal sebagai medium yang memilik kekuatan yang mampu memberikan pemahaman mengenal konsep-konsep abstrak. Pemanfaatan siaran televisi dalam PJJ tidak hanya didasarkan pada kemampuannya menyajikan beragam informasi dalam bentuk audiovisual secara bersamaan.Berdasarkan pengalaman, pemanfaatan media televisi pada lembaga PJJ di beberapa negara ternyata tidak saja mempertimbangkan keunggulan yang dimiliki oleh media tersebut, tetapi kemampuannya juga faktor menjangkau aksesibilitas sejumlah media besar ini, pemirsa yaitu dalam jangkauan wilayah geografis yang relatif luas. Pemanfaatan media televisi dengan frekuensi siaran yang cukup tinggi dari berbagai institusi penyelengara SPJJ memperlihatkan 30 BAB IV bahwa media televisi meupakan media yang memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar matei pembelajaran sekaligus sebagai media promosi bagi institusi yang bersangkutan. Dengan demikian maka media televise akan mampu menjembatani peserta didik dengan institusi penyelenggara PJJ. Kehadiran program televisi yang menampilkan pengajar-pengajarnya melalui layar kaca akan mengurangi rasa kesendirianyang umumnya dirasakan oleh peserta didik dalam PJJ. d. VCD/DVD Pembelajaran Materi pembelajarn audio visual, selain dapat disiarkan melalui media televise, juga bias dikemas dalam bentuk compact disc (VCD) atau DVD. VCD/DVD pembelajaran ini sangat membantu institusi penyelenggara PJJ untuk tidak bergantung secara penuh kepada siaran televisi. Kemampuan video kaset/disc dan televisi dalam menyajikan bahan ajar, pada umumnya sama. Perbedaan yang jelas di antara keduanya adalah penggunaan VCD/DVD lebih luwes karena bersifat personal dan tidak perlu terjadwal, sementara media TV merupakan media massa dan pengunaannya terjadwal. 31 BAB IV Penggunaan VCD/DVD pembelajaran dalam PJJ akan sangat membantu peserta didik yang tidak sempat menyaksikan tayangan program melalui media televisi. Selain itu juga memberi kesempatan kepada peserta didik yang ingin mempelajari materi-materi dalam program secara lebih mendalam sesuai dengan kecepatan belajar mereka masing-masing. e. Multimedia Interaktif Multimedia interaktif biasanya dikemas dalam CD-ROM yang dapat diakses dengan menggunakan computer multimedia, yang memliki CD/DVD player, dan dilengkapi dengan kartu suara. Karena multimedia merupakan media yang menggambungkan berbagai media seperti gambar, foto, video, suara, teks, angka, garfish, animasi dan lain-lain, kemudian dipadukandengan computer dalam pemanfatannya, maka multimedia merupakan media pembelajaran yang “powerfull”. Beberapa kelebihan multimedia seperti memungkinkan terjadinya interksi langsung antara peseta didik dan materi pembelajaran, proses pembelajaran dapat berlangsung secara individual sesuai 32 BAB IV dengan kemampuan belajar peserta didik, dan kemampuannya untuk dapat memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dengan segera, menjadi pertimbangan mengapa media ini menjadi media pilihan yang cukup penting dalam pendidikan jarak jauh. C. Pemilihan Media dalam PJJ Pemilihan media untuk PJJ be4rbeda dengan pemilihan media bagi pendidikan yang menggunakan sistem belajar tatap muka, walaupun keduanya tetap mengacu kepada karakteristik yang dimiliki oleh masingmasing media.Perbedaan ini pada dasarnya terletak pada bagaimana memanfaatkan karakteristik tiap-tiap media untuk dapat diterapkan dalam PJJ yang bercirikan adanya keterbatasan jarak, ruang dan waktu. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media yang akan diterapkan dalam penyelenggaraan sebuah institusi penyelenggara PTJJ. Rowntree (1994) mengemukakan sejumlah kriteria yang perlu dipertimbangkan oleh pengambil keputusan dalam pemilihan media dalam PJJ yang antara lain berkaitan dengan tujuan belajar yang akan dicapai, kondisi peserta didik yang meliputi aksesibilitas terhadap media, kenyamanan menggunakan media, mampu memotivasi, serta kemampuan organisasi dalam pengembangan dan pengadaan media. 33 BAB IV Sementara Bates (1995) mengembangkan sebuah kerangka pemilihan media yang sistimatis dengan memperhatikan tujuh faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu: access (aksesibilitas), costs (biaya), teaching and learning (proses pengajaran dan pembelajaran), interactivity (interaktifitas), organisational issues (permasalahan organisasi), novelty (kemuktahiran), dan speed (kecepatan). Ketujuh faktor disingkat dalam akronim yang mudah dikenali yaitu ACTIONS. Pada dasarnya Rowntree maupun Bates sependapat bahwa pemilihan media dalam PJJ perlu memperhatikan beberapa faktor seperti: akses terhadap media baik bagi peserta didik maupun institusi penyelenggara, biaya, dan kemampuan institusi dalam mengembangkan media. Faktorfaktor tersebut merupakan faktor yang sangat mendasar yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan bagi mereka yang berminat dalam PTJJ atau bahkan bagi mereka yang telah terjun dalam dunia PTJJ. 1. Akses terhadap media Pengertian akses terhadap media adalah adanya ketersedian dan kemudahan peserta didik untuk mendapatkan dan kemudian menggunakan media tersebut, baik yang berkaitan dengan waktu dan 34 BAB IV tempat untuk mengaksesnya..Akses terhadap media ini harus dilihat dari dua sisi, yaitu sisi institusi penyelenggara PJJ dan sisi peserta didik/calon peserta didik. Dalam PJJ, seberapapun pentingnya bahan ajar yang akan disampaikan dan betapapun baiknya teknik penyampaiannya, akan menjadi sia-sia apabila peserta didik tidak dapat memanfaatkannya, hanya karena mereka tidak memiliki akses terhadap media yang membawa bahan ajar tersebut. Akses terhadap penggunaan media oleh institusi penyelenggara PJJ juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan media.Pengertian akses disini adalah ketersediaan sarana yang mendukung pengembangan maupun penggunaan media tertentu baik yang berasal dari dalam dan luar institusi penyelenggara PJJ. 2. Faktor Biaya Dalam menentukan pilihan mengenai media apa yang akan digunakan dalam PJJ, faktor biaya merupakan faktor yang tidak dapat dihindarkan. Banyak orang berpikir bahwa PJJ berarti penyelenggaraan pendidikan dengan biaya murah. Hal ini bisa saja benar tetapi bisa juga tidak karena murah tidaknya penyelenggaraan 35 BAB IV suatu PJJ tergantung pada media apa yang digunakan dan berapa banyak jumlah peserta didiknya. Misalnya, sebuah institusi jarak jauh memilih menggunakan media siaran televisi. Penggunaan media ini akan terhitung mahal apabila hanya digunakan untuk peserta didik yang berjumlah sedikit tetapi sebaliknya dapat terhitung murah apabila peserta didiknya banyak. Begitu pula bila institusi PJJ memilih menggunakan media cetak. Dengan jumlah peserta didik yang banyak maka biaya penyelenggaraan pendidikan ini akan dirasakan sangat murah. Walaupun faktor biaya ini sangat penting dipertimbangkan dalam menentukan pilihan media untuk yang akan digunakan, akan sangat berbahaya apabila para perancang PJJ hanya memperhatikan masalah biaya yang dikeluarkan tanpa melihat keuntungan dari penggunaan media yang dipilih. 3. Kemampuan dalam mengembangkan media Faktor ini juga perlu mendapatkan perhatian, apabila institusi masih baru dalam kemampuan menyelenggarakan mengembangkan program madia PJJ, maka pembelajaran biasanya juga masih rendah, baik yang menyangkut SDM pengembang maupus sarana prasarana produksi. 36 BAB IV Untuk itu dalam mengembangkan media pembelajaran, institusi harus berani menetapkan media mana yang akan dikembangkan terlebih dahulu, juga kemungkinan dilakukannya kerjasama pengembangan dengan lembaga yang telah memiliki pengalaman dan memliki sarana produksi yang lengkap. D. Pengembangan Media Pembelajaran Dalam mengembangkan media pembelajaran, hendaknya dilakukan langkah-langkah pengembangan sebagai berikut. 1. Strategi pengembangan a. Agar media pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kualitas yang ditetapkan, seyogyanya Pusdiklatnakes menerbitkan “standar media pembelajaran”, sebagai acuan semua pihak yang akan mengembangkan media pembelajaran. b. Untuk media cetak paling tidak harus mengandung beberapa komponen penting yang harus ada dalam bahan ajar yang menggunakan media cetak untuk belajar mandiri (modul). Komponen tersebut antara lain : 1) Deskripsi materi ajar secara menyeluruh 37 BAB IV 2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai 3) Manfaat dan relevansi materi pembelajaran 4) Contoh kompetensi yang akan dimiliki setelah mempelajari modul 5) Materi pembelajaran 6) Umpan balik 7) Cara untuk menguji keterampilan yang telah dipelajari. c. Sedangkan untuk media pembelajaran elektronik baik audio, video harus memenuhi kualitas standar broadcast. Kemudian komponen dalam media pembelajaran elektronik termasuk multimedia yang harus diperhatikan antara lain adalah kualitas teknik yang menyangkut kualitas suara, gambar, pemain, animasi, kecerahan, kontras, resolusi/pixel, kemudahan penggunaan (user friendly), kemenarikan program secara keseluruhan, kebenaran materi, dan kesesuaian materi dengan tujuan pembelaran. d. Media pembelajaran dapat dikembangkan oleh Pusdiklatnakes dan atau Poltekkes sesuai dengan keunggulan prodi dan mata kuliah masing-masing. 38 BAB IV 2. Langkah pengembangan a. Analisis kebutuhan 1) Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. 2) Dianalisis pula karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. 3) Ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam). b. Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas 1) Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa 2) Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional 3) Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). 39 BAB IV c. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan. d. Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran e. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit. f. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan 1) Alat pengukur/instrument untuk mengukur keberhasilan media pembelajaran seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah ditulis 2) Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya g. Menyusun garis besar isi media 1) Sebelum naskah ditulis, maka terlebih dahulu disusun garis40 BAB IV garis besar program media (GBPM) dan rancangan isi medianya. 2) Dalam GBPM sekaligus dikaji topik-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan media cetak, video, audio, multimedia atau online. h. Menulis media cetak atau naskah media 1) Penulisan media cetak untuk keperluan belajar mandiri harus mengikuti prosedur dan kaidah penulisanbahan ajar mandiri, yang memungkinkan mahasiswa memahami matreri pembelajaran dengan sesedikit mungkin bantuan dosen atau tutor. 2) Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media 3) Naskah program mediaini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam i. Produksi 1) Untuk media cetak, produksi dilakukan dengan mencetak dalam jumlah sesuai terbatas untuk keperluan ujicoba 41 BAB IV 2) Untuk media non-cetak produksi dilakukan dalam bentu versi beta-1 utnuk keperluan ujicoba j. Mengadakan ujicoba dan revisi 1) Ujicoba adalah kegiatan untuk menguji atau menge tahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. 2) Uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang dikembangkan. 3) Revisi kemudian dilakukan untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan berdasarkan hasil tes/ujicoba. k. Produksi masal Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk dipro.duksi sesuai kebutuhan 42 BAB V BAB V PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR DAN FASILITAS PENDUKUNG A. Pengertian Salah satu faktor yang menentukan kebarhasilan penyelenggaraan PJJ selain SDM dan manajemen, adalah sistem infrastruktur dan jaringan yang tergelar dengan baik dan andal, mampu melayani kegiatan tanpa kendala selama 24 jam. Dalam kaitannya penyelenggaraan PJJ D II kesehatan, infrastruktur dan jaringan diharapkan akan dapat tergelar di level pusat yaitu di Badan PPSDM, di Poltekkes penyelenggara PJJ dan di Unit Sumber Belajar Jarak Jauh (USBJJ). Petunjuk Pelaksanaan ini disusun dengan maksud untuk dijadikan sebagai pedoman dan acuan bagi Pemberdayaan SDM, Badan Pengembangan dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (Pusdiklatnakes), dan Politeknik Kesehatan (Poltekkes) penyelenggara Pendidikan Jarak jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan, 43 BAB V dalam merencanakan dan melaksanakan penyediaan infrastruktur dan jaringan, sebagai bagian dari penunjang keberhasilan PJJ Kesehatan. Petunjuk pelaksanaan ini meliputi landasan teori, tahapan dan langkahlangkah penyediaannya baik di tingkat Pusdiklatnakes, Poltekkes, dan USBJJ.Sistem infrastruktur dan jaringan yang akan dikembangkan meliputi jaringan, perangkat, aplikasi dan sumberdaya manusia yang akan mengoperasikan dan merawat jaringan. B. Analisis Kebutuhan Untuk mengetahui kebutuhan infrastruktur dan jaringan dalam rangka mendukung penyelenggaraan PJJ kesehatan, perlu ditatapkan kondisi atau prasyarat infrastruktur dan jaringan yang akan digelar, yaitu antara lain infrastruktur dan jaringan hendaknya dapat memenuhi fungsi: 1. Memberi kemudahan pada peserta didik (mahasiswa) dalam mengakses sumber belajar PJJ danri mana saja, dan kapan saja. 2. Memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran interaktif baik secara on-line, off-line maupun secara real time atau tertunda. 44 BAB V 3. Memfasilitasi distribusi dan transaksi data teks, audio dan audio visual tanpa distorsi. 4. Memfasilitasi badan PPSDM/Pusdiklatnakes dalam melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan PJJ oleh Poltekkes, dan USBJJ. 5. Memiliki sistem pengamanan data (back-up system) 6. Memiliki sistem keamanan jaringan yang andal (security system) Kemudian untuk mendapatkan gambaran jaringan yang akan digelar, yang akan memfasilitasi koneksi dari Badan PPSDM/Pusdiklatnakes, ke Poltekkes, USBJJ hingga mahasiswa, digambarkan dalam struktur dibawah ini. 45 BAB V Melihat luasnya wilayah yang harus dijangkau oleh jaringan, maka harus digunakan variasi jenis jaringan yang akan digelar. Secara umum diperlukan jaringan yang akan menghubungkan antara Badan PPSDM/Pusdiklatnakes dengan Poltekkes penyelenggara PJJ, yang kemungkinan besar akan dilakukan oleh seluruh Poltekkes di Indonesia. Aringan ini diperlukan untuk melayani proses monitoring, pengendalian dan evaluasi, oleh Badan PPSDM/Pusdiklatnakes, serta jaringan yang 46 BAB V akan menghubungkan Poltekkes dengan USBJJ, lahan praktik (RS/Puskesmas dll), dan mahasiswa. Di dalam menyusun kebutuhan TIK untuk aspek Infrastruktur dan Jaringan Komputer, perlu dipertimbangkan aspek – aspek TIK lainnya dan aspek operasional/proses binis yang akan didukung oleh aspek Infrastruktur & Jaringan koomputer tersebut. Gambar dibawah berikut ini memperlihatkan hubungan aspek-aspek tersebut. Domain Bisnis/ Operasional PJJ Tenaga Kesehatan Key Strategic Issue, dlm hal ini Renstra merupakan driver bagi IS, IT & IM Renstra Process Business Saat ini Sistem Informasi Selaras dengan Critical Success Factor dlm Hal ini Process Business Domain Teknologi Informasi Sistem Informasi (IS) Driver Capacity Planning Infrasturktur IT (IT) Driver IT Management (IM) Dengan demikian untuk menyusun kebutuhan aspek Infrastruktur IT seperti misalnya berapa besar kapasitasnya penyimpanan datanya (storage), berapa kecepatan transmisi datanya dalam bentuk bandwidth, berapa user yang dilayani dalam bentuk jumlah node/titik network, 47 BAB V berapa besar komputing power yang dibutuhkan dalam jumlah CPU dan GigaHerz- diperlukan masukan dari seberapa besar Sistem Informasi yang akan didukung dan seberapa besar user yang menggunakan Sistem Informasi tersebut. Dengan kata lain besarnya kebutuhan Infrastruktur IT adalah hasil “Capacity Planning” dari besarnya Sistem Informasi yang akan di dukung. Sehingga Infrastruktur IT yang direncanakan dan dibangun tepat sasaran, tidak over investment ataupun under investment. Setelah kebutuhan Sistem Informasi dan Kebutuhan Infrastruktur IT terpetakan selanjutkan disusun kebutuhan Manajemen IT, dimulai dari kebijakan dan peraturan (tata kelola), pemetaan tenaga pengelola IT dan skillnya serta proses bisnis pelayanan IT. Sebelum melangkah kepada penentuan infrastruktur dan jaringan yang akan dikembangkan, dilakukan dulu analisis terhadap kondisi eksisting di tingkat Pusdiklatnakes dan Poltekkes. Untuk itu bisa analisis dengan menggunakan piramida tingkat kematangan system informasi sebagai berikut. 48 BAB V Executive Information System Information Dashboard Belum ada Aplikasi EIS Quick Response Belum ada Aplikasi OLAP maupun Datawarehouse untuk kebutuhan DSS Data Warehouse Datamining Sudah ada aplikasi transaksional yg berbasis database walaupun belum terintegrasi Aplikasi Konten Pembelajaran Data & Informasi dalam file spreadsheet dokumen, dan portal intranet untuk sarana pertukaran data Aplikasi Support Aplikasi Administrasi Diklat Excel Office Automation Decision Support System & Analytical Online Analytical Processing (OLAP) Transactional (Enterprise Resource Planning/ ERP) E-Learning Doc Mgt Forum Portal Word Office Automation eMail Dari analisis tingkat kematangan sistem informasi di atas ke dalam piramida kematangan Sistem Informasi, terilhat jelas bahwa penyediaan infrastruktur dan jaringan PJJ akan dilakukan secara bertahap, dimulai dari level 2 yaitu level transactional. Hal itu sesuai dengan pengembangan sumber belajar tahap awal yaitu media pembelajaran Cetak plus, di mana dukungan TIK masih dalam tahap minimal. 2. Jaringan Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut, diperlukan jaringan yang berbasis teknologi informasi dan yang berbasis teknologi komunikasi. 49 BAB V a. Jaringan berbasis Teknologi Informasi 1) Jaringan yang menghubungkan Badan PPSDM/Pusdiklatnakes, akan menggunakan jaringan intranet dalam bentuk wide area network untuk menjangkau seluruh Poltekkes dari Aceh sampai Papua. Jaringan sebaiknya menggunakan virtual privat networking (VPN). Jaringan ini memerlukan bandwidth yang cukup lebar, karena harus mampu melayani kemungkinan diadakannya video conference, apabila dikehendaki diadakannya kuliah/tutorial audio-visual interaktif yang diikuti mahasiswa di seluruh mahasiswa. 2) Untuk mengurangi pengeluaran biaya dalam bentuk inventasi pemasangan jaringan, akan lebih baik apabila menggunakan jaringan yang telah tergelar, dan memang diperuntukkan untuk keperluan pendidikan tinggi. Saat ini telah tergelar jaringan yang diberi nama Indonesian Higher Education Network (INHERENT), yang dikelola oleh Ditjen Dikti Kemdikbud. 3) Jaringan ini menghbungkan seluruh propinsi, yang titik konelksinya (node) berada di perguruan tinggi-perguruan tinggi. Topologi jaringan Inherent dapat dilihat di bawah ini. 50 BAB V Untuk dapat memanfaatkan dan bergabung dengan Inherent, Badan PPSDM perlu mengadakan nota kesepahaman dengan Ditjen Dikti. Untuk menghubungkan Pusdiklatnakes dengan Inherent, maka perlu dilakukan penyambungan antara gedung Badan PPSDM/Pusdiklatnakes dengan gedung Ditjen Dikti atau UI, sedang di daerah perlu dilakukan penyambungan antara Poltekkes dengan perguruan tinggi yang menjadi node Inherent. 51 BAB V b. Jaringan yang antara Poltekkes dengan USBJJ dan mahasiswa akan dititikberatkan pada penggunaan learning management system (LMS), komunikasi dll, maka bisa digelar jaringan dengan bandwidth yang tidak terlalu besar. Mengingat tiadanya jaringan intranet yang tersedia di daerah dan akan sangat mahal apabila menggelar jaringan intranet sendiri, maka jaringan yang menghubungkan Poltekkes dengan USBJJ dan mahasiswa akan menggunakan jaringan internet. c. Untuk memenuhi azas kecepatan dan keakuratan informasi, maka semua informasi yang perlu dikomunikasikan oleh Poltekkes ke mahasiswa dan sebaliknya akan menggukan jaringan mobile, karena dapat dipastikan bahwa seluruh mahasiswa PJJ kesehatan memiliki telepon genggam. Salah satu yang membutuhkan disampaikan secara cepat dan serentak ke mahasiswa antara lain jadwal, pengumuman dll. Informasi ini dapat disampaikan melalui sms, untuk itu di Poltekkes perlu dibangun SMS Gateway. d. Jaringan berbasis teknologi komunikasi. Mengingat bahwa dalam PJJ mahasiswa harus menjalankan proses pembelajaran mandiri, maka harus dijamin bahwa mahasiswa akan 52 BAB V mampu mengakses sumber belajar dari tempat tinggal mereka atau dari USBJJ. Jaringan yang mampu menjangkau mahasiswa adalah radio dan televisi. Oleh karena itu system infrastruktur jaringan PJJ kesehatan, akan memanfaatkan jaringan radio dan televisi. Untuk itu Badan PPSDM bias melakukan kerjasama dengan TVRI atau TV Edukasi yang dimiliki Kemdikbud. Sedangkan Poltekkes bisa menjalin kerjasama dengan RRI lokal, radio swasta lokal, TV Lokal, dan TV kabel local. Dengan mengkombinasikan TV/radio dengan telepon, dimungkinkan dilakukannya sisran interaktif antara doses di poltekkes dengan mahsiswa di USBJJ atau di tempat tinggalnya, melalaui pengaturan jadwal yang fisibel. Dengan penyediaan jaringan tersebut di atas, maka mahasiswa akan dapat mengakses materi dan proses pembelajaran secara utuh, sehingga kualitas proses pembelajaran akan dapat memnuhi standar yang telah ditetapkan. Kemudahan mahasiswa dalam mengakses berbagai sumber belajar dapat digambarkan sebagai berikut. 53 BAB V USBJJ Mobile Learning Modul Mahasiswa PJJ DVD-Pembelajaran e. Perangkat Bantuan belajar Perangkat/peralatan yang akan dipasang di pusat maupun di daerah akan terkoneksi satu sama lain melalui jaringan yang tergelar. Perangkat tersebut akan meliputi perangkat teknologi informasi dan komunikasi. 1) Pusdiklatnakes Sesuai dengan kebutuhan Pusdiklatnakes dalam program PJJ ini untuk melakukan pemantauan, pengendalian, evaluasi dan pembinaan, maka perlu dilengkapi dengan perangkat yang akan terkoneksi dalam jaringan sebagai berikut. 54 BAB V a) Perangkat audio dan atau Video Conference terdiri dari antara lain Monitor, LCD Projector, MCU, endpoint, dll b) Perangkat server untuk system, data, bahan ajar dan bahan kepustakaan, beserta kelengkapan dan pendukungnya di data center, sekaligus sebagai back-up mirroring system terhadap sistem data base Poltekkes. c) Perangkat pengendali jaringan (Network Operation Center/NOC) d) Perangkat layanan gangguan 2) Poltekkes Poltekes merupakan pusat kegiatan penyelenggaran PJJ Kesehatan, sehingga peranannya menjadi sangat fital.Untuk itu Setiap Poltekkes hendaknya memiliki kelengkapan perangkat sebagai berikut. 1) Perangkat audio dan atau Video Conference yang terhubung ke Pusdiklatnakes 2) Perangkat server untuk system, data, bahan ajar dan bahan kepustakaan, beserta kelengkapan dan pendukungnya 3) Perangkat system komunikasi dan pemantauan berbasis TIK yang terhubung ke institusi lahan praktik dan USBJJ. 55 BAB V 4) Perangkat layanan belajar 5) Perangkat multimedia untuk ruang tutorial 3) Unit Sumber Balajar Jarak Jauh (USBJJ) USBJJ merupakan tempat pertemuan tatap muka yang lokasing paling dekat dan terjangkau oleh mahasiswa peserta PJJ. Oleh karena itu di USBJJ perlu dilengkapi perangkat peralatan yang mampu proses pembelajaran yang diampu oleh para tutor dan instruktur. Untuk itu setiap USBJJ perlu dilengkapi dengan pesawat TV dengan lebar layar yang memadai, PC desktop sebagai kien atau stand alone, laptop, DVD Player, Printer, Scanner, Soundsystem (tape, radio, microphone, speaker), LCD Projector, Web Camera, access point (WiFi), DVBS (Set top box), dan server. Gambaran penempatan peralatan di USBJJ adalah sebagai berikut. 56 BAB V C. Penyediaan Penyediaan infrastruktur dan jaringan dilakukan secara bertahap, sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tahapan model yang dikembangkan, dan kemampuan keuangan institusi. Langkah penyediaan infrastruktur dan jaringan. 1. Menyusun rancang bangun berdasarkan analisis kebutuhan di bab II. 57 BAB V 2. Melakukan identifikasi jaringan dan perangkat yang telah tersedia (existing) 3. Menyusun jenis, jumlah dan spesifikasi kebutuhan jaringan, perangkat dan aplikasi yang belum dimiliki. 4. Menyusun pentahapan pengadaan jaringan, perangkat dan aplikasi berdasarkan kebutuhan skala dan prioritas, tahapan dengan model mengacu pendidikan pada jarak analisis jauh yang diterapkan. 5. Menentujkan skema pembiayaan untuk pembangunan, apakah menggunakan DIPA, dana hibah dari Negara donor, joint-venture atau model lainnya. 6. Menyusun organisasi pelaksana, seperti pembentukan Steering Committee (SC), dan Tim pelaksana pengadaan (Project Team). 7. Melakukan proses pengadaan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Melakukan instalasi jaringan, perangkat dan aplikasi. 9. Malakukan pelatihan bagi SDM yang akan bertanggungjawab mengoperasikan dan merawat jaringan, perangkat dan aplikasi. 58 BAB VI BAB VI PENUTUP Petunjuk pelaksanaan ini diharapkan dapat dipergunaan sebagai pedoman bagi semua penyelenggara pendidikan jarak jauh (PJJ) pendidikan tinggi kesehatan, baik Badan PPSDM, Pusdiklatnakes, maupun Politeknik Kementerian Pendidikan dan Kesehatan, serta pemangku kepentingan lainnya. Dengan perkenan dan petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa jualah, semoga kerja keras semua pihak dalam pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ) pendidikan tinggi kesehatan Kementerian Kesehatan, dapat memberikan sumbangsih dalam upaya menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas dan siap pakai dalam memenuhi kebutuhan pembangunan dan pelayanan kesehatan 59