Petunjuk Pelaksanaan PJJ File

advertisement
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, buku Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Jarak
Jauh Pendidikan Tinggi telah dapat diterbitkan.
Buku ini berisi dari beberapa petunjuk pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Tinggi Kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan acuan
bagi institusi pendidikan tenaga kesehatan, pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan lainnya dalam pelaksanaan pendidikan.
Petunjuk pelaksanaan ini terdiri dari 6 (enam) bab yang terdiri dari:
Pendahuluan, Pemilihan dan Penentuan Model Pendidikan Jarak Jauh,
Rekognisi
Pembelajaran
pembelajaran
(Kurikulum
Lampau
dan
(RPL),
Pengembangan
Sistem
Silabus),
Pengembangan
Media
Pembelajaran, Pengembangan dan Pengelolaan Infrastruktur dan Fasilitas
Pendukung.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dalam penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini, semoga bermanfaat bagi
semua pihak terkait yang telah membantu dalam proses penyusunan buku
ii
Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan jarak jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
ini.
Semoga buku “Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan
Tinggi Kesehatan”
ini dapat menjadi acuan dan bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas tenaga kesehatan.
Jakarta,
Juni 2013
Kepala Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan
dr. Donald Pardede, MPPM
NIP. 195804021986111001
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................... iv
BAB. I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................... 1
B. Tujuan .............................................................................. 2
C. Ruang Lingkup ................................................................... 2
BAB. II. PEMILIHAN MODEL DAN PENENTUAN MODEL
PENDIDIKAN JARAK JAUH .................................................... 3
A. Pengertian ......................................................................... 3
B. Kriteria Pemiliahan dan Penentuan Model PJJ ......................... 4
C. Prosedur Pemilihan dan Penentuan Model PJJ ....................... 6
BAB. III. PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN (KURIKULUM DAN
SILABUS) .......................................................................... 9
A. Pengertian ......................................................................... 9
B. Kerangka Kerja Landasan Pengembangan Sistem
Pembelajaran .................................................................... 10
C. Prosedur Pengembangan Sistem Pembelajaran ..................... 13
D. Pihak Yang Terlibat ............................................................ 16
iv
BAB. IV. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ............................... 25
A. Pengertian ......................................................................... 28
B. Jenis Media Pembelajaran .................................................... 33
C. Pemilihan Media dalam PJJ .................................................. 23
D. Pengembangan Media Pembelajaran..................................... . 38
BAB. V. PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR
DAN FASILITAS PENDUKUNG ................................................ 44
A. Pengertian ......................................................................... 44
B. Analisis Kebutuhan .............................................................. 45
C. Penyediaan ........................................................................ 59
.............................................................................................
BAB VI. PENUTUP ........................................................................... 61
v
BAB I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya
terpisah
dari
pendidik,
pembelajarannya
menggunakan
teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) serta media lain sebagai sumber belajar.
Prinsip penyelenggaraan PJJ memungkinkan peserta didik dapat
mengikuti pendidikan dengan tidak meninggalkan tugas pokoknya
sehari-hari ditempat ia bekerja, namun dalam penyelenggaraan proses
pembelajarannya tetap memperhatikan kaidah-kaidah dan norma-norma
penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana yang ditetapkan oleh
Kemendikbud dan Kemenkes RI.
Dalam kaitannya penyelenggaraan PJJ D III kesehatan di Poltekkes
penyelenggara PJJ dan di Unit Sumber Belajar Jarak Jauh (USBJJ),
dipandang perlu untuk disusun dan ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Pendidikan Tinggi Kesehatan.
1
BAB I
B. Tujuan
Petunjuk pelaksanaan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan
petunjuk dan arahan lebih rinci dalam pelaksanaan Pendidikan Jarak
Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan.
C. Ruang Lingkup
Petunjuk
pelaksanaan
ini
akan
memberikan
penjelasan
dalam
pelaksanaan setiap aspek penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Tinggi Kesehatan, yang meliputi beberapa hal sebagai
berikut:
1. Pemilihan dan Penentuan Model Pendidikan Jarak Jauh yang akan
dilaksanakan
2. Pengakuan Pembelajaran Lampau (Recognized Prior Learning)
3. Pengembangan Sistem Pembelajaran (Kurikulum dan Silabus)
4. Proses Pembelajaran
5. Pengembangan Media Pembelajaran
6. Pengembangan
dan
Pengelolaan
Pendukung
2
Infrastruktur
dan
Fasilitas
BAB II
BAB II
PEMILIHAN DAN PENENTUAN MODEL PENDIDIKAN JARAK JAUH
A. Pengertian
Model pendidikan jarak jauh cukup beragam dan dapat dipilih dan
ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tertentu. Model
pendidikan jarak jauh yang ditetapkan boleh dibuka, yaitu:
1. Modul Cetak; yaitu model Pendidikan Jarak Jauh berbasis Modul
Cetak sebagai bahan belajar utama.
2. Modul Centak Plus; yaitu model Pendidikan Jarak Jauh berbasis
Modul Cetak sebagai bahan belajar utama ditunjang dengan media
non-cetak lain yang relevan.
3. PJJ online berbasis Web; yaitu model Pendidikan Jarak Jauh yang
menerapkan strategi penyampaian berbasis internet.
Untuk menentukan model mana yang akan diadopsi, maka diperlukan
kriteria-kriteria tertentu.
3
BAB II
B. Kriteria Pemilihan dan Penentuan Model PJJ
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan sebagai dasar penentuan model
pendidikan jarak jauh diantaranya adalah karakteristik sasaran (calon
peserta
didik),
letak
geografis
dan
demografis,
ketersediaan
infrastruktur dasar (seperti listrik, telepon) dan karakteristik kompetensi
umum yang akan dicapai.
1. Model PJJ berbasis Modul Cetak; pendidikan jarak jauh yang
menekankan penggunaan modul cetak sebagai bahan belajar mandiri
utama sangat tepat untuk karakteristik sasaran (calon peserta didik)
yang secara geografis terpisah jarak yang jauh dan dukungan
infrastruktur dasar listrik dan telepon yang rendah atau tidak
memadai.
2. Model PJJ berbasis Modul Cetak Plus; pendidikan jarak jauh
yang menekankan penggunaan cetak sebagai bahan belajar mandiri
utama dan ditunjang dengan media non-cetak lain yang relevan
(video (VCD, Televisi)), audio (CD, radio)) atau multimedia (CD)
sangat tepat untuk karakteristik sasaran (calon peserta didik) yang
secara
geografis
terpisah
jarak
tetapi
terdapat
dukungan
infrastruktur dasar listrik dan telepon yang memadai. Juga, sangat
4
BAB II
tepat untuk menunjang kompetensi yang lebih menitik beratkan pada
aspek psikomoto (keterampilan) dan sikap (afektif).
3. Model PJJ berbasis Internet (web); pendidikan jarak jauh yang
menerapkan penggunaan media internet (online learning) dimana
aneka
ragam
bahan
belajar
dan
komunikasi
pembelajaran
disampaikan melalui media internet (online) sangat tepat untuk
karakteristik sasaran (calon peserta didik) yang
yang secara
geografis terpisah jarak tetapi terdapat dukungan infrastruktur dasar
listrik, telepon dan teknologi informasi dan komunikasi lainnya
khususnya computer dan internetcukup memadai. Disamping itu,
calon peserta didik diasumsikan telah memiliki kemampuan dasar
serta familiar dengan komputer dan internet. Model ini juga tepat
untuk mendukung pencapaian kompetensi baik yang bersifat kognitif,
psikomotorik maupun afektif karena semua jenis bahan ajar mandiri
dan komunikasi pembelajaran dapat dilakukan dan disajikan melalui
media internet.
5
BAB II
C. Prosedur Pemilihan dan Penentuan Model PJJ
Prosedur pemilihan dan penentuan model PJJ yang akan diadopsi dapat
digambarkan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut:
6
BAB II
Mengacu pada diagram tersebut, maka ada beberapa langkah yang
harus dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan analisis karakteristik sasaran baik dari sisi ketersediaan
infrastruktur dasar (seperti listrik, jaringan telepon, jaringan
internet), kemampuan dan literasi TIK, serta kondisi lingkungan
belajar umum lainnya.
2. Karakteristik sasaran (calon peserta didik) tersebut kemudian
dijadikan dasar untuk menentukan model PJJ mana yang akan
dipilih. Jika:
a. Lingkungan belajar sasaran (calon peserta didik) tidak didukung
oleh infrastruktur dasar (listrik dan jaringan telepon) yang
memadai maka layanan PJJ yang tepat untuk karakteristik sasaran
seperti tersebut adalah model PJJ berbasis modul cetak.
b. Lingkungan belajar sasaran (calon peserta didik) didukung oleh
infrastruktur dasar (listrik dan jaringan telepon) yang memadai,
tapi akses terhadap teknologi internet dan literasi TIK sasaran
rendah, maka layanan PJJ yang tepat untuk karakteristik sasaran
seperti tersebut adalah model PJJ berbasis modul cetak plus
media non-cetak lain yang relevan (seperti video, audio atau
multimedia).
7
BAB II
c. Lingkungan belajar sasaran (calon peserta didik) didukung oleh
infrastruktur dasar (listrik dan jaringan telepon) yang memadai,
dan akses terhadap teknologi internet dan literasi TIK sasaran
yang juga cukup memadai, maka layanan PJJ yang tepat untuk
karakteristik sasaran seperti tersebut adalah model PJJ online
berbasis internet.
8
BAB III
BAB III
PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN (KURIKULUM DAN
SILABUS)
A. Pengertian
Sistem pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh, sedikit banyak
sangat
berbeda
dengan
sistem
pembelajaran
reguler/konvensional.Pendidikan jarak jauh lebih menekankan pada
sistem belajar mandiri, dimana peserta lebih memiliki keleluasaan untuk
belajar sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya sendiri dengan
memanfaatkan
aneka
ragam
sumber
belajar
dan
teknologi
telekomunikasi yang tepat.Oleh karena itu sistem pembelajarannya,
khususnya silabus, pelru dirancang dan dikembangkan khusus untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.Sistem pembelajaran meliputi kurikulum
dan silabus yang didalamnya mengandung unsur-unsur:
1. Sasaran (peserta didik);
2. Tujuan atau kompetensi yang akan dicapai;
3. Materi materi yang akan diajarkan;
4. Strategi pembelajaran jarak jauh untuk mencapai tujuan/kompetensi;
dan
5. Stretagi evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan/kompetensi
9
BAB III
B. Kerangka Kerja Landasan Pengembangan Sistem Pembelajaran
Kerangka kerja dan kriteria yang dapat dijadikan sebagai landasan
dalam pengembangan sistem pembelajaran PJJ antara lain adalah
taksonomo kompetensi menurut Benjamin Bloom, Kontinum Metode
Pembelajaran
menurut
Smaldino,
dkk,
dan
Kuadran
Seting
Pembelajaran e-Learning menurut Noord, dkk, sebagai berikut:
1. Kompetensi yang akan dicapai; kompetensi yang akan dicapai
dapat dikategorisasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi
yang bersifat kognitif, psikomotorik dan afektif.
2. Kontinum
Metode
Pembelajaran;
Kontinum
metode
pembelajaran terdiri dari dua kutub, yaitu:
a. metode pembelajaran yang berorientasi pada pengajar (teacher
oriented learning). Beberapa metode yang termasuk dalam
kategori ini adalah
demonstrasi, presentasi, tutorial, dan lain-
lain.
b. metode pembelajaran yang berorientasi pada peserta belajar
(student
oriented
learning).Beberapa
metode
umum
yang
termasuk kedalam kategori ini adalah simulasi, permainan,
praktek, diskusi.
10
BAB III
3. Seting pembelajaran jarak jauh; secara konseptual seting
pembelajaran jarak jauh dikategorikan kedalam dua kategori yaitu:
a. Pembelajaran Sinkronous; yaitu pembelajaran antara peserta
belajar dengan pengajar terjadi pada waktu yang bersamaan.
Pembelajaran sinkronous dikategorisasikan kedalam dua kategori,
yaitu:
1) Pembelajaran sinkronous langsung (live synchronous); yaitu
pembelajaran antara peserta belajar dengan pengajar terjadi
pada waktu dan tempat yang bersamaan. Seperti tutorial tatap
muka, praktek lab, ceramah, diskusi, dan lain-lain.
2) Pembelajaran sinkronous maya (virtual synchronous); yaitu
pembelajaran antara peserta belajar dengan pengajar terjadi
pada waktu yang sama, tetapi tempat yang berbeda. Seperti
chatting, konferensi video, konferensi audio dan lain-lain.
b. Pembelajaran Asinkronous; yaitu pembelajaran antara peserta
belajar dengan pengajar terjadi pada waktu yang tidak bersamaan
dan pada tempat yang berbeda.Pembelajaran asinkronous juga
dikelompkkan kedalam dua kategori yaitu:
1) Pembelajaran asinkronous mandiri (self-pace asynchronous);
yaitu pembelajaran antara peserta belajar secara individu
11
BAB III
dengan sumber belajar terjadi kapan saja dan dimana saja
sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya masingmasing. Contoh, peserta belajar mempelajari materi melalui
modul cetak, video yang ditonton via VCD player, atau baca
online via internet (website).
2) Pembelajaran Asinkronous Kolaboratif; yaitu pembelajaran
yang terjadi kapan saja dan dimana saja antara lebih dari satu
orang baik dari sisi peserta belajar, pengajar maupun sumber
belajar lain. Contoh, berdiskusi melalui forum diskusi, belajar
kelompok dimana apa yang dipelajari serta waktu dan tempat
ditentukan oleh kelompok tersebut, dan lain-lain.
Ketiga aspek tersebut adalah landasan kerja (framework) dalam
mengembangkan sistem pembelajaran untuk pendidikan jarak jauh ini.
C. Prosedur Pengembangan Sistem Pembelajaran
Setelah berdasarkan hasil RPL dan ditentukan daftar mata kuliah serta
jumlah SKS yang harus ditempuh oleh peserta didik, maka setiap mata
12
BAB III
kuliah tersebut dikembangkan silabusnya dengan langkah yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Melakukan analisis kompetensi; dalam langkah ini, diidentifikasi
mana
sajakah
yang
termasuk
dalam
kompetensi
kognitif,
psikomotorik dan afektif.
2. Memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat;
mengacu pada aneka ragam jenis kompetensi yang akan dicapai,
kemduian dilakukan pemilihan dan penentuan metode pembelajaran
yang tepat, apakah metode yang berorientasi pada pengajar atau
metode yang berorientasi pada peserta beajar. Berikut adalah
beberapa acuan yang dapat dijadikan sebagai patokan.
13
BAB III
Metode
Kompetensi
Orientasi Pengajar
Presentasi demonstrasi drill
Tutorial
Orientasi Peserta
simulasi tugas Diskusi
Kognitif
Psikomotor
Afektif
3. Memilih dan menentukan strategi evaluasi hasil belajar yang
tepat; dengan mengacu pada kompetensi yang akan dicapai, maka
selanjutnya ditentukan metode evaluasi hasil belajar yang tepat untuk
mencapai kompetensi tersebut. Berikut adalah beberapa acuan yang
dapat dijadikan acuan dalam menentukan metode evaluasi yang tepat:
Metode Evaluasi
Kompetensi
Test
Obyektif
Nonobyektif
Kognitif
Psikomotorik
Afektif
14
Non-Test
Portofolio
unjuk kerja
BAB III
4. Memilih dan menentukan seting pembelajaran yang tepat;
mengacu pada metode yang telah ditentukan maka selanjutnya adalah
menentukan seting pembelajaran yang tepat. Berikut adalah beberapa
acuan yang dapat dijadikan sebagai patokan:
Seting Pembelajaran
Metode
Sinkronous
Asinkronous
Langsung
Maya
Mandiri
Kolaboratif
Presentasi
Video
Modul
Conf
cetak,
video, ppt
Demonstrasi
Tatap muka Video
video
conf
Drill
Latihan,
Latihan
latihan
kelompok
online
Tutorial
Tatap muka Video
conf,
chatting,
audio
conf
Simulasi/games Simulasi,
CD
permainan
permainan,
langsung
Web-based
game
Tugas
Tugas
Tugas
mandiri
kelompok
Diskusi
Tatap muka
Forum
diskusi
Catatan:
15
BAB III
Dalam pendidikan jarak jauh, tentu saja porsi yang lebih banyak terjadi
adalah pada seting pembelajaran asinkronous.
Mengingat pendidikan jarak jauh pada pendidikan tinggi kesehatan
adalah pendidikan vokasi, maka memungkinkan porsi sinkronous,
khususnya sinkronous langsung mendekati 50% dibandingkan dengan
seting pembelajaran asinkronous.
D. Pihak Yang Terlibat
Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan sistem pembelajaran
pendidikan jarak jauh minimal meliputi berbagai unsur sebagai berikut:
1. Tim pengembang sistem pembelajaran; pihak pertama yang
terlibat
adalah
bertanggung
tim
pengembang
jawab
dalam
mengembangkan,
mengevaluasi
sistem
pembelajaran
merencanakan,
dan
yang
merancang,
melaksanakan
sistem
pembelajaran.
2. Ahli Substansi Materi (Subject Matter Experts); yaitu beberapa
ahli yang mumpuni dari sisi substansi materi.
3. Ahli Desain Sistem Pembelajaran (Instructional System
Design Experts); yaitu beberapa orang yang mumpuni dalam
16
BAB III
bidang desain sistem pembelajaran, khususnya pembelajaran jarak
jauh.
4. Ahli Media Pembelajaran (Instructional Media Specialist);
yaitu beberapa orang yang mumpuni dalam pengembangan media
pembelajaran khususnya media pembelajaran mandiri dan e-learning
(learning object).
17
BAB IV
BAB IV
PROSES PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Sistem pembalajaran dalam pendidikan jarak jauh, sedikit banyak
sangat
berbeda
dengan
sistem
pembelajaran
reguler/konvensional.Pendidikan jarak jauh lebih menekankan pada
sistem belajar mandiri, dimana peserta lebih memiliki keleluasaan untuk
belajar sesuai dengan kondisi dan kecepatan belajarnya sendiri dengan
memanfaatkan
aneka
ragam
sumber
belajar
dan
teknologi
telekomunikasi yang tepat. Pelaksanaan pembelajaran dalam hal ini
meliputi:
1. Pra Pelaksanaan; meliputi pendaftaran dan seleksi peserta didik;
penunjukan pengajar (dosen, tutor, cilinical instructor), distribusi
bahan ajar.
2. Pelaksanaan;
meliputi
pelaksanaan
belajar
mandiri,
belajar
terbimbing/terstruktur dan evaluasi hasil belajar
3. Pasca Pelaksanaan; meliputi penentuan kelulusan dan kelulusan.
18
BAB IV
B. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Prosedur
pelaksanaan
pembelajaran
dapat
digambarkan
sebagai
berikut:
1. Pra Pelaksanaan
Sebelum pembelajaran jarak jauh dilaksanakan ada beberapa hal
yang harus dilakukan oleh penyelenggara, dalam hal ini adalah
pendidikan tinggi kesehatan yang membuka program pendidikan
dengan sistem pendidikan jarak jauh, yaitu:
a. Pendaftaran dan seleksi peserta
1) Pendaftaran peserta dapat dilakukan secara terbuka atau atas
permintaan khusus (seperti atas permintaan pemerintah daerah
atau lembaga tertentu)
19
BAB IV
2) Seleksi peserta didik dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan yaitu:
 Lulusan
JPM/Diploma
I
sejenis
yang
telah
memiliki
pengalaman kerja di unit pelayanan kesehatan minimal 2
(dua) tahun.
 Mendapat ijin dari atasan langsung.
 Bagi calon peserta didik dengan status PNS mendapat
persetujuan
dari
Badan
Kepegawaian
Daerah
(BKD)
Kabupaten/ Kota setempat.
 Mendapat dukungan pembiayaan dari Instansi /Pemerintah
Daerahatau Swadana
3) Penentuan RPL (lihat juklak RPL)
b. Penunjukkan Pengajar
c. Distribusi Bahan Ajar
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari dua kategori sebagai berikut:
a. Belajar Mandiri
20
BAB IV
1) Belajar mandiri dilakukan oleh masing-masing peserta didik
dengan cara mempelajari bahan ajar mandiri dalam berbagai
jenis dan bentuk sesuai dengan kondisi dan kecepatan
belajarnya sendiri.
2) Bahan belajar utama adalah modul cetak bagi peserta yang
mengikuti model PJJ berbasis modul cetak.
3) Bahan belajar utama modul cetak ditunjang oleh media noncetak lain seperti video, audio atau multimedia bagi peserta
didik yang mengikuti model PJJ berbasis modul cetak plus.
4) Bahan belajar utama modul digital yang dikemas sedemikian
rupa dalam bentuk learning object dan didistribusikan melalui
media internet (website) secara online.
5) Peserta didik diperkenankan untuk memplejari materi sesuai
dengan mata kuliah yang diambil dan kebutuhan masingmasing.
b. Belajar Terbimbing dan Terstruktur
Belajar terbimbing/terstruktur dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Tutorial tatap muka; tutorial tatap muka lebih diarahkan untuk
pendalaman materi, studi kasus atau problem solving, praktek
21
BAB IV
terbimbing dan terstruktur, demonstrasi langsun dan lain-lain
sesuai dengan rancangan yang telah disusun dalam silabus
mata kuliah terkait.
2) Tutorial elektronik; untuk model PJJ online berbasis web
tutorial
dapat
dilakukan
dengan
bantuan
teknologi
telekomunikasi seperti konferensi video, konferensi audio,
chatting dan komunikasi melalui media lain seperti handphone
atau gadget lain yang relevan.
3) Baik tutorial tatap muka maupun tutorial elektronik harus telah
terencana, tertsruktur dan terjadwal dengan baik.
c. Evaluasi Hasil Belajar
1) Evaluasi hasil belajar dilakukan sesuai dengan metode evaluasi
yang tepat baik yang bersifat tes maupun non-tes sesuai
dengan desain sistem pembelajaran yang ada dalam silabus.
2) Evaluasi
yang
bersifat
formatif
ditujukan
hanya
untuk
penjajakan kemampuan peserta didik sebagai fungsi umpan
balik bagi peserta didik itu sendiri.
3) Evaluasi akhir yang bersifat sumatif merupakan bagian dari
penilaian hasil belajar secara keseluruhan.
22
BAB IV
4) Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan secara online untuk tes
yang bersifat obyektif, tapi onsite (dilaksanakan di lokasi yang
ditunjuk, USBJJ yang telah ditentukan)
5) Evaluasi hasil belajar yang bersifat non-test dan menuntut
unjuk kinerja dilakukan di lokasi yang telah ditunjuk seperti
USBJJ, rumah sakit, lab, atau Puskesmas tertentu.
D. Pihak yang Terlibat
Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan
jarak jauh minimal meliputi berbagai unsur sebagai berikut:
1. Tim pembelajaran; tim pembelajaran yang bertanggung jawab
dalam merencanakan, merancang, mengembangkan, mengevaluasi
dan melaksanakan proses pembelajaran.
2. Tim pengajar; yaitu unsur-unsur pengajar yang meliputi dosen,
tutor, clinical instructor atau narasumber lain yang telah ditunjuk.
3. Tim USBJJ; yaitu personel yang bekerja untuk memberikan layanan
kegiatan pembelajaran di USBJJ masing-masing.
4. Tim layanan bantuan belajar; yaitu personel yang ditugasi
khusus memberikan layanan bantuan belajar kepada seluruh peserta
didik.
23
BAB IV
5. Pihak Mitra; yaitu pihak-pihak mitra terkait seperti pimpinan tempat
peserta didik bekerja, mitra praktek/praktikum, dan lain-lain.
24
BAB IV
BAB VI
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Ciri utama dari sistem pendidkan jarak jauh, baik untuk jenjang
menengah mapupun perguruan tinggi adal terpisahnya antara peserta
didik dengan pendidik, baik ditinjau dari sisi jarak, ruang maupun waktu.
Sedangkan ciri berikutnya, dengan adanya keterpisahan tersebut, maka
dalam proses pembelajarannya diperlukan penggunaan media. Dengan
demikian
dalam
penyelenggaraan
Pendidikan Jarak
Jauh
(PJJ),
penggunaan media tampaknya menjadi suatu keharusan.
Penggunaan media ini menjadi salah satu ciri kesamaan di antara
instititusi penyelenggara PJJ.Sementara yang membedakan institusi yang
satu dengan yang lain adalah pilihan jenis media yang digunakannya.
Variasi penggunaan media antar institusi penyelenggara PJJ sangat
beragam mengingat banyaknya jenis media yang bisa dimanfaatkan
mulai media yang sederhana sampai yang canggih.
Dalam penyelenggaraan Pendidikan
25
Jarak Jauh (PJJ), penggunaan
BAB IV
media tampaknya telah menjadi keharusan.
Dapat dikatakan bahwa
sebagian besar bahan ajar pada PJJ disampaikan melalui berbagai jenis
media,
baik
cetak
maupun
non
cetak.
Sepanjang
sejarah
penyelenggaraan pendidikan jarak jauh, media telah digunakan sebagai
sarana penyampai materi ajar.
Adanya keterpisahan antara pengajar
dengan peserta didik tersebut, kemudian menimbulkan diperlukannya
media sebagai sarana komunikasi yang menjembatani antara pengajar
dengan peserta didik.
Beberapa pakar mengatakan bahwa peran media dalam Sistem PJJ
adalah sebagai fasilitas untuk menyampaikan materi pembelajaran yang
telah dikembangkan secara terstruktur sedemikian rupa dengan asumsi
bahwa penggunanya mempelajari materi tersebut di luar ruang kelas,
dan belajar secara individual.
Mengingat pesatnya perkembangan teknologi, terutama teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), menyebabkan semakin efektifnya media
pembelajaran diakses dan dimanfaatkan oleh peserta didik.Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa media yang digunakan dalam PJJ pada
hakekatnya sangat dipengaruhi oleh pekembangan teknologi.
Dalam era kemajuan teknologi yang luar biasa, pilihan terhadap media
26
BAB IV
yang dapat dimanfaatkan semakin luas. Namun hal ini terkadang disikapi
secara salah oleh Banyak institusi penyelenggara PJJ,
yang karena
pemahamannya tentang hakikat media pembelajaran kurang tepat,
mereka kemudian berlomba memanfaatkan media pembelajaran yang
canggih, modern dan mahal. Mereka berasumsi bahwa semakin canggih
media yang digunakan maka semakin tinggi pula nilai kontribusi
terhadap proses pembelajaran. Asumsi ini tentu saja tidak selamanya
benar, sebab media yang sederhana sekalipun, apabila digunakan sesuai
dengan karakteristik dan kemampuannya akan memberikan nilai
pembelajaran yang signifikan. Contohnya bagi daerah terpencil dan
terisolasi serta daerah yang belum memiliki tenaga listrik, penggunaan
media yang sederhana, seperti media cetak yang dirancang untuk
belajar mandiri tentunya akan lebih efektif.
Media pembelajaran untuk pendidikan jarak jauh tentu saja berbeda
dengan media yang dikembangkan untuk keperluan menunjang proses
pembelajaran tatap muka di kelas. Media pembelajaran untuk PJJ, harus
memenuhi kaidah sebagai media pembelajaran yang dikembangkan
untuk keperluan belajar mandiri.
27
BAB IV
B. Jenis Media Pembelajaran
Jenis media yang dimanfaatkan untuk menunjang PJJ tenaga kesehatan,
antara lain adalah:
a. Media Cetak
Di antara begitu banyak media baru dan canggih, ternyata media
cetak masih menduduki tempat pertama dalam pendidikan jarak
jauh.Bahan ajar cetak biasanya berbentuk buku materi pokok. Isi di
dalam media cetak ini tidak hanya berupa tulisan, tetapi dapat juga
menampilkan gambar-gambar, foto, grafik, tabel, dll. Dari sekian
banyak jenis media yang dipergunakan dalam pembelajaran jarak
jauh, modul biasanya merupakan bahan ajar utama yang digunakan
dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh.Modul telah dirancang dan
dikembangkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta
didik dapat belajar secara mandiri dengan sekecil mungkin mendapat
bantuan dari dosen atau tutor.
Media cetak untuk belajar mandiri yang lazim disebut orang sebagai
modul,
didesain dengan memperhatiakan kebutuhan peserta ajar
untuk berinteraksi dengan materi ajar. Pemanfaatan system modular
28
BAB IV
mempunyai makna bahwa materi ajar dapat dipelajari bagian per
bagian secara runtut dan berkesinambungan.
b. Media Radio
Radio merupakan perangkat yang cukup terjangkau harganya dan
mudah didapat, sehingga hampir dimiliki oleh seuruh masyarakat,
terlebih lagi saat ini siaran radio dapat dinikmati melalui telepon
genggam.Hal ini menunjukkan bahwa radio merupakan sebuah
media yang memiliki aksesibilitas tinggi. Aksesibilitas yang tinggi
terhadap media radio ini haruslah dicermati sebagai peluang bagi
setiap
penyelenggara
PJJ
untuk
diberdayakan
sebagai
alat
mentransfer materi pembelajaran dan informasi kepada peserta
didik. Setiap peluang akan menjadi bermakna dan berhasil guna bila
dapat dimanfaatkan dengan baik.
Pertimbangan lain untuk memanfaatkan media radio dalam proses
pengajaran dan pembelajaran antara lain adalah kemampuan media
ini mengaitkan materi ajar pada mata kuliah tertentu dengan
kejadian yang aktual. Hal ini sangat penting dalam proses
pembelajaran bagi peserta didik dewasa. Selain itu, media radio juga
mampu menyampaikan adanya perubahan atau perkembangan iptek
29
BAB IV
yang begitu cepat, yang tidak mampu diakomodasi dalam bahan ajar
cetak.
c. Media Televisi
Televisi dikenal sebagai media yang sangat kaya yang mampu
menyajikan beragam informasi dalam bentuk suara dan gambar
secara bersamaan.Dari sisi pembelajaran, medium televisi pendidikan
dikenal sebagai medium yang memilik kekuatan yang mampu
memberikan pemahaman mengenal konsep-konsep abstrak.
Pemanfaatan siaran televisi dalam PJJ tidak hanya didasarkan pada
kemampuannya menyajikan beragam informasi dalam bentuk audiovisual secara bersamaan.Berdasarkan pengalaman, pemanfaatan
media televisi pada lembaga PJJ di beberapa negara ternyata tidak
saja mempertimbangkan keunggulan yang dimiliki oleh media
tersebut,
tetapi
kemampuannya
juga
faktor
menjangkau
aksesibilitas
sejumlah
media
besar
ini,
pemirsa
yaitu
dalam
jangkauan wilayah geografis yang relatif luas.
Pemanfaatan media televisi dengan frekuensi siaran yang cukup
tinggi dari berbagai institusi penyelengara SPJJ memperlihatkan
30
BAB IV
bahwa media televisi meupakan media yang memiliki kemampuan
yang baik sebagai penghantar matei pembelajaran sekaligus sebagai
media promosi bagi institusi yang bersangkutan.
Dengan demikian maka media televise akan mampu menjembatani
peserta didik dengan institusi penyelenggara PJJ. Kehadiran program
televisi yang menampilkan pengajar-pengajarnya melalui layar kaca
akan mengurangi rasa kesendirianyang umumnya dirasakan oleh
peserta didik dalam PJJ.
d. VCD/DVD Pembelajaran
Materi pembelajarn audio visual, selain dapat disiarkan melalui media
televise, juga bias dikemas dalam bentuk compact disc (VCD) atau
DVD.
VCD/DVD
pembelajaran
ini
sangat
membantu
institusi
penyelenggara PJJ untuk tidak bergantung secara penuh kepada
siaran televisi. Kemampuan video kaset/disc dan televisi dalam
menyajikan bahan ajar, pada umumnya sama. Perbedaan yang jelas
di antara keduanya adalah penggunaan VCD/DVD lebih luwes karena
bersifat personal dan tidak perlu terjadwal, sementara media TV
merupakan media massa dan pengunaannya terjadwal.
31
BAB IV
Penggunaan VCD/DVD
pembelajaran dalam PJJ akan sangat
membantu peserta didik yang tidak sempat menyaksikan tayangan
program melalui media televisi. Selain itu juga memberi kesempatan
kepada peserta didik yang ingin mempelajari materi-materi dalam
program secara lebih mendalam sesuai dengan kecepatan belajar
mereka masing-masing.
e. Multimedia Interaktif
Multimedia interaktif biasanya dikemas dalam CD-ROM yang dapat
diakses dengan menggunakan computer multimedia, yang memliki
CD/DVD player, dan dilengkapi dengan kartu suara.
Karena multimedia merupakan media yang menggambungkan
berbagai media seperti gambar, foto, video, suara, teks, angka,
garfish, animasi dan lain-lain, kemudian dipadukandengan computer
dalam
pemanfatannya,
maka
multimedia
merupakan
media
pembelajaran yang “powerfull”.
Beberapa kelebihan multimedia seperti memungkinkan terjadinya
interksi langsung antara peseta didik dan materi pembelajaran,
proses pembelajaran dapat berlangsung secara individual sesuai
32
BAB IV
dengan kemampuan belajar peserta didik, dan
kemampuannya
untuk dapat memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik
dengan segera, menjadi pertimbangan mengapa media ini menjadi
media pilihan yang cukup penting dalam pendidikan jarak jauh.
C. Pemilihan Media dalam PJJ
Pemilihan media untuk PJJ be4rbeda dengan pemilihan media bagi
pendidikan yang menggunakan sistem belajar tatap muka, walaupun
keduanya tetap mengacu kepada karakteristik yang dimiliki oleh masingmasing media.Perbedaan ini pada dasarnya terletak pada bagaimana
memanfaatkan karakteristik tiap-tiap media untuk dapat diterapkan
dalam PJJ yang bercirikan adanya keterbatasan jarak, ruang dan waktu.
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media yang
akan diterapkan dalam penyelenggaraan sebuah institusi penyelenggara
PTJJ. Rowntree (1994) mengemukakan sejumlah kriteria yang perlu
dipertimbangkan oleh pengambil keputusan dalam pemilihan media
dalam PJJ yang antara lain berkaitan dengan tujuan belajar yang akan
dicapai, kondisi peserta didik yang meliputi aksesibilitas terhadap media,
kenyamanan
menggunakan
media,
mampu
memotivasi,
serta
kemampuan organisasi dalam pengembangan dan pengadaan media.
33
BAB IV
Sementara Bates (1995) mengembangkan sebuah kerangka pemilihan
media yang sistimatis dengan memperhatikan tujuh faktor yang perlu
dipertimbangkan yaitu: access (aksesibilitas), costs (biaya), teaching and
learning
(proses
pengajaran
dan
pembelajaran),
interactivity
(interaktifitas), organisational issues (permasalahan organisasi), novelty
(kemuktahiran), dan speed (kecepatan). Ketujuh faktor disingkat dalam
akronim yang mudah dikenali yaitu ACTIONS.
Pada dasarnya Rowntree maupun Bates sependapat bahwa pemilihan
media dalam PJJ perlu memperhatikan beberapa faktor seperti: akses
terhadap media baik bagi peserta didik maupun institusi penyelenggara,
biaya, dan kemampuan institusi dalam mengembangkan media. Faktorfaktor tersebut merupakan faktor yang sangat mendasar yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan bagi mereka yang berminat dalam
PTJJ atau bahkan bagi mereka yang telah terjun dalam dunia PTJJ.
1. Akses terhadap media
Pengertian akses terhadap media adalah adanya ketersedian dan
kemudahan
peserta
didik
untuk
mendapatkan
dan
kemudian
menggunakan media tersebut, baik yang berkaitan dengan waktu dan
34
BAB IV
tempat untuk mengaksesnya..Akses terhadap media ini harus dilihat
dari dua sisi, yaitu sisi institusi penyelenggara PJJ dan sisi peserta
didik/calon peserta didik.
Dalam
PJJ,
seberapapun
pentingnya
bahan
ajar
yang
akan
disampaikan dan betapapun baiknya teknik penyampaiannya, akan
menjadi sia-sia apabila peserta didik tidak dapat memanfaatkannya,
hanya karena mereka tidak memiliki akses terhadap media yang
membawa bahan ajar tersebut. Akses terhadap penggunaan media
oleh institusi penyelenggara PJJ juga menjadi pertimbangan dalam
pemilihan media.Pengertian akses disini adalah ketersediaan sarana
yang mendukung pengembangan maupun penggunaan media tertentu
baik yang berasal dari dalam dan luar institusi penyelenggara PJJ.
2. Faktor Biaya
Dalam menentukan pilihan mengenai media apa yang akan digunakan
dalam PJJ, faktor biaya merupakan faktor yang tidak dapat
dihindarkan.
Banyak
orang
berpikir
bahwa
PJJ
berarti
penyelenggaraan pendidikan dengan biaya murah. Hal ini bisa saja
benar tetapi bisa juga tidak karena murah tidaknya penyelenggaraan
35
BAB IV
suatu PJJ tergantung pada media apa yang digunakan dan berapa
banyak jumlah peserta didiknya. Misalnya, sebuah institusi jarak jauh
memilih menggunakan media siaran televisi. Penggunaan media ini
akan terhitung mahal apabila hanya digunakan untuk peserta didik
yang berjumlah sedikit tetapi sebaliknya dapat terhitung murah
apabila peserta didiknya banyak. Begitu pula bila institusi PJJ memilih
menggunakan media cetak. Dengan jumlah peserta didik yang banyak
maka biaya penyelenggaraan pendidikan ini akan dirasakan sangat
murah.
Walaupun
faktor
biaya
ini
sangat
penting
dipertimbangkan dalam menentukan pilihan media
untuk
yang akan
digunakan, akan sangat berbahaya apabila para perancang PJJ hanya
memperhatikan masalah biaya yang dikeluarkan tanpa melihat
keuntungan dari penggunaan media yang dipilih.
3. Kemampuan dalam mengembangkan media
Faktor ini juga perlu mendapatkan perhatian, apabila institusi masih
baru
dalam
kemampuan
menyelenggarakan
mengembangkan
program
madia
PJJ,
maka
pembelajaran
biasanya
juga
masih
rendah, baik yang menyangkut SDM pengembang maupus sarana
prasarana produksi.
36
BAB IV
Untuk itu dalam mengembangkan media pembelajaran, institusi harus
berani menetapkan media mana yang akan dikembangkan terlebih
dahulu, juga kemungkinan dilakukannya kerjasama pengembangan
dengan lembaga yang telah memiliki pengalaman dan memliki sarana
produksi yang lengkap.
D. Pengembangan Media Pembelajaran
Dalam mengembangkan media pembelajaran, hendaknya dilakukan
langkah-langkah pengembangan sebagai berikut.
1. Strategi pengembangan
a. Agar media pembelajaran yang dikembangkan memenuhi
kualitas
yang
ditetapkan,
seyogyanya
Pusdiklatnakes
menerbitkan “standar media pembelajaran”, sebagai acuan
semua pihak yang akan mengembangkan media pembelajaran.
b. Untuk media cetak paling tidak harus mengandung beberapa
komponen penting yang harus ada dalam bahan ajar yang
menggunakan media cetak untuk belajar mandiri (modul).
Komponen tersebut antara lain :
1) Deskripsi materi ajar secara menyeluruh
37
BAB IV
2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3) Manfaat dan relevansi materi pembelajaran
4) Contoh kompetensi yang akan dimiliki setelah mempelajari
modul
5) Materi pembelajaran
6) Umpan balik
7) Cara untuk menguji keterampilan yang telah dipelajari.
c. Sedangkan untuk media pembelajaran elektronik baik audio,
video harus memenuhi kualitas standar broadcast. Kemudian
komponen dalam media pembelajaran elektronik termasuk
multimedia yang harus diperhatikan antara lain adalah kualitas
teknik yang menyangkut kualitas suara, gambar, pemain,
animasi,
kecerahan,
kontras,
resolusi/pixel,
kemudahan
penggunaan (user friendly), kemenarikan program secara
keseluruhan, kebenaran materi, dan kesesuaian materi dengan
tujuan pembelaran.
d. Media pembelajaran dapat dikembangkan oleh Pusdiklatnakes
dan atau Poltekkes sesuai dengan keunggulan prodi dan mata
kuliah masing-masing.
38
BAB IV
2. Langkah pengembangan
a. Analisis kebutuhan
1) Kebutuhan
dalam
proses
belajar
mengajar
adalah
kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang
diharapkan.
2) Dianalisis pula karakteristik siswanya, baik menyangkut
kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah
dimiliki siswa sebelumnya.
3) Ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai,
termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio,
visual, gerak atau diam).
b. Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan
operasional dan khas
1) Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa
2) Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional
3) Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat
unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD
(Audience, Behavior, Condition, dan Degree).
39
BAB IV
c.
Merumuskan
butir-butir
materi
secara
terperinci
yang
mendukung tercapainya tujuan.
d. Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub
kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan
khusus pembelajaran
e. Setelah
daftar
butir-butir
materi
dirinci
maka
langkah
selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana
sampai kepada tingkatan yang lebih rumit.
f.
Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
1) Alat pengukur/instrument untuk mengukur keberhasilan
media pembelajaran seyogyanya dikembangkan terlebih
dahulu sebelum naskah ditulis
2) Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang
media, ketika melakukan tes uji coba dari program media
yang dikembangkannya
g. Menyusun garis besar isi media
1) Sebelum naskah ditulis, maka terlebih dahulu disusun garis40
BAB IV
garis besar program media (GBPM) dan rancangan isi
medianya.
2) Dalam GBPM sekaligus dikaji topik-topik materi ajar yang
dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan media
cetak, video, audio, multimedia atau online.
h. Menulis media cetak atau naskah media
1) Penulisan media cetak untuk keperluan belajar mandiri harus
mengikuti prosedur dan kaidah penulisanbahan ajar mandiri,
yang
memungkinkan
mahasiswa
memahami
matreri
pembelajaran dengan sesedikit mungkin bantuan dosen atau
tutor.
2) Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun
kita dalam memproduksi media
3) Naskah program mediaini berisi urutan gambar dan grafis
yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang
harus direkam
i.
Produksi
1) Untuk media cetak, produksi dilakukan dengan mencetak
dalam jumlah sesuai terbatas untuk keperluan ujicoba
41
BAB IV
2) Untuk media non-cetak produksi dilakukan dalam bentu versi
beta-1 utnuk keperluan ujicoba
j.
Mengadakan ujicoba dan revisi
1) Ujicoba adalah kegiatan untuk menguji atau menge tahui
tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang
dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut.
2) Uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan
atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan,
yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya
dengan menggunakan media yang dikembangkan.
3) Revisi kemudian dilakukan untuk memperbaiki hal-hal yang
dianggap perlu mendapatkan perbaikan berdasarkan hasil
tes/ujicoba.
k. Produksi masal
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah
dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah
selanjutnya adalah media tersebut siap untuk dipro.duksi sesuai
kebutuhan
42
BAB V
BAB V
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR DAN
FASILITAS PENDUKUNG
A. Pengertian
Salah satu faktor yang menentukan kebarhasilan penyelenggaraan PJJ
selain SDM dan manajemen, adalah sistem infrastruktur dan jaringan
yang tergelar dengan baik dan andal, mampu melayani kegiatan tanpa
kendala selama 24 jam.
Dalam kaitannya penyelenggaraan PJJ D II kesehatan, infrastruktur dan
jaringan diharapkan akan dapat tergelar di level pusat yaitu di Badan
PPSDM, di Poltekkes penyelenggara PJJ dan di Unit Sumber Belajar
Jarak Jauh (USBJJ).
Petunjuk Pelaksanaan ini disusun dengan maksud untuk dijadikan
sebagai
pedoman dan acuan bagi
Pemberdayaan SDM,
Badan Pengembangan dan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan (Pusdiklatnakes), dan Politeknik Kesehatan (Poltekkes)
penyelenggara Pendidikan Jarak jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan,
43
BAB V
dalam merencanakan dan melaksanakan penyediaan infrastruktur dan
jaringan, sebagai bagian dari penunjang keberhasilan PJJ Kesehatan.
Petunjuk pelaksanaan ini meliputi landasan teori, tahapan dan langkahlangkah penyediaannya baik di tingkat Pusdiklatnakes, Poltekkes, dan
USBJJ.Sistem infrastruktur dan jaringan yang akan dikembangkan
meliputi jaringan, perangkat, aplikasi dan sumberdaya manusia yang
akan mengoperasikan dan merawat jaringan.
B. Analisis Kebutuhan
Untuk mengetahui kebutuhan infrastruktur dan jaringan dalam rangka
mendukung penyelenggaraan PJJ kesehatan, perlu ditatapkan kondisi
atau prasyarat infrastruktur dan jaringan yang akan digelar, yaitu
antara lain infrastruktur dan jaringan hendaknya dapat memenuhi
fungsi:
1. Memberi
kemudahan pada
peserta
didik
(mahasiswa)
dalam
mengakses sumber belajar PJJ danri mana saja, dan kapan saja.
2. Memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran interaktif baik secara
on-line, off-line maupun secara real time atau tertunda.
44
BAB V
3. Memfasilitasi distribusi dan transaksi data teks, audio
dan audio
visual tanpa distorsi.
4. Memfasilitasi
badan
PPSDM/Pusdiklatnakes
dalam
melakukan
pemantauan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan PJJ oleh
Poltekkes, dan USBJJ.
5. Memiliki sistem pengamanan data (back-up system)
6. Memiliki sistem keamanan jaringan yang andal (security system)
Kemudian untuk mendapatkan gambaran jaringan yang akan digelar,
yang akan memfasilitasi koneksi dari Badan PPSDM/Pusdiklatnakes, ke
Poltekkes, USBJJ hingga mahasiswa, digambarkan dalam struktur
dibawah ini.
45
BAB V
Melihat luasnya wilayah yang harus dijangkau oleh jaringan, maka
harus digunakan variasi jenis jaringan yang akan digelar. Secara umum
diperlukan
jaringan
yang
akan
menghubungkan
antara
Badan
PPSDM/Pusdiklatnakes dengan Poltekkes penyelenggara PJJ, yang
kemungkinan besar akan dilakukan oleh seluruh Poltekkes di Indonesia.
Aringan ini diperlukan untuk melayani proses monitoring, pengendalian
dan evaluasi, oleh Badan PPSDM/Pusdiklatnakes, serta jaringan yang
46
BAB V
akan
menghubungkan
Poltekkes
dengan
USBJJ,
lahan
praktik
(RS/Puskesmas dll), dan mahasiswa.
Di dalam menyusun kebutuhan TIK untuk aspek Infrastruktur dan
Jaringan Komputer, perlu dipertimbangkan aspek – aspek TIK lainnya
dan aspek operasional/proses binis yang akan didukung oleh aspek
Infrastruktur & Jaringan koomputer tersebut. Gambar dibawah berikut
ini memperlihatkan hubungan aspek-aspek tersebut.
Domain Bisnis/
Operasional
PJJ Tenaga
Kesehatan
Key Strategic Issue, dlm hal ini Renstra merupakan driver bagi IS, IT & IM
Renstra
Process
Business
Saat ini
Sistem Informasi Selaras
dengan Critical Success Factor
dlm Hal ini Process Business
Domain
Teknologi
Informasi
Sistem Informasi
(IS)
Driver
Capacity
Planning
Infrasturktur IT
(IT)
Driver
IT Management
(IM)
Dengan demikian untuk menyusun kebutuhan aspek Infrastruktur
IT seperti misalnya berapa besar kapasitasnya penyimpanan datanya
(storage), berapa kecepatan transmisi datanya dalam bentuk bandwidth,
berapa user yang dilayani dalam bentuk jumlah node/titik network,
47
BAB V
berapa besar komputing power yang dibutuhkan dalam jumlah CPU dan
GigaHerz- diperlukan masukan dari seberapa besar Sistem Informasi
yang akan didukung dan seberapa besar user yang menggunakan Sistem
Informasi tersebut. Dengan kata lain besarnya kebutuhan Infrastruktur
IT adalah hasil “Capacity Planning” dari besarnya Sistem Informasi yang
akan di dukung.
Sehingga Infrastruktur IT yang direncanakan dan dibangun tepat
sasaran, tidak over investment ataupun under investment. Setelah
kebutuhan Sistem Informasi dan Kebutuhan Infrastruktur IT terpetakan
selanjutkan disusun kebutuhan Manajemen IT, dimulai dari kebijakan
dan peraturan (tata kelola), pemetaan tenaga pengelola IT dan skillnya
serta proses bisnis pelayanan IT.
Sebelum melangkah kepada penentuan infrastruktur dan jaringan yang
akan dikembangkan, dilakukan dulu analisis terhadap kondisi eksisting di
tingkat Pusdiklatnakes dan Poltekkes. Untuk itu bisa analisis dengan
menggunakan piramida tingkat kematangan system informasi sebagai
berikut.
48
BAB V
Executive Information
System
Information
Dashboard
Belum ada Aplikasi EIS
Quick
Response
Belum ada Aplikasi OLAP
maupun Datawarehouse
untuk kebutuhan DSS
Data
Warehouse
Datamining
Sudah ada aplikasi
transaksional yg
berbasis database
walaupun belum
terintegrasi
Aplikasi
Konten
Pembelajaran
Data &
Informasi
dalam file
spreadsheet
dokumen, dan
portal intranet
untuk sarana
pertukaran
data
Aplikasi
Support
Aplikasi
Administrasi
Diklat
Excel
Office
Automation
Decision Support
System & Analytical
Online
Analytical
Processing
(OLAP)
Transactional
(Enterprise Resource
Planning/ ERP)
E-Learning
Doc
Mgt
Forum
Portal
Word
Office
Automation
eMail
Dari analisis tingkat kematangan sistem informasi di atas ke dalam
piramida kematangan Sistem Informasi, terilhat jelas bahwa penyediaan
infrastruktur dan jaringan PJJ akan dilakukan secara bertahap, dimulai
dari
level
2
yaitu
level
transactional.
Hal
itu
sesuai
dengan
pengembangan sumber belajar tahap awal yaitu media pembelajaran
Cetak plus, di mana dukungan TIK masih dalam tahap minimal.
2. Jaringan
Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut, diperlukan jaringan yang
berbasis teknologi informasi dan yang berbasis teknologi komunikasi.
49
BAB V
a. Jaringan berbasis Teknologi Informasi
1) Jaringan yang menghubungkan Badan PPSDM/Pusdiklatnakes,
akan menggunakan jaringan intranet dalam bentuk wide area
network untuk menjangkau seluruh Poltekkes dari Aceh sampai
Papua.
Jaringan
sebaiknya
menggunakan
virtual
privat
networking (VPN). Jaringan ini memerlukan bandwidth yang
cukup lebar, karena harus mampu melayani kemungkinan
diadakannya video conference, apabila dikehendaki diadakannya
kuliah/tutorial audio-visual interaktif yang diikuti mahasiswa di
seluruh mahasiswa.
2) Untuk mengurangi pengeluaran biaya dalam bentuk inventasi
pemasangan jaringan, akan lebih baik apabila menggunakan
jaringan yang telah tergelar, dan memang diperuntukkan untuk
keperluan pendidikan tinggi. Saat ini telah tergelar jaringan yang
diberi nama Indonesian Higher Education Network (INHERENT),
yang dikelola oleh Ditjen Dikti Kemdikbud.
3) Jaringan
ini
menghbungkan
seluruh
propinsi,
yang
titik
konelksinya (node) berada di perguruan tinggi-perguruan tinggi.
Topologi jaringan Inherent dapat dilihat di bawah ini.
50
BAB V
Untuk dapat memanfaatkan dan bergabung dengan Inherent,
Badan PPSDM perlu mengadakan nota kesepahaman dengan Ditjen
Dikti.
Untuk menghubungkan Pusdiklatnakes dengan Inherent, maka
perlu
dilakukan
penyambungan
antara
gedung
Badan
PPSDM/Pusdiklatnakes dengan gedung Ditjen Dikti atau UI, sedang
di daerah perlu dilakukan penyambungan antara Poltekkes dengan
perguruan tinggi yang menjadi node Inherent.
51
BAB V
b. Jaringan yang antara Poltekkes dengan USBJJ dan mahasiswa akan
dititikberatkan pada penggunaan learning management system
(LMS), komunikasi dll, maka bisa digelar jaringan dengan bandwidth
yang tidak terlalu besar. Mengingat tiadanya jaringan intranet yang
tersedia di daerah dan akan sangat mahal apabila menggelar
jaringan intranet sendiri, maka jaringan yang menghubungkan
Poltekkes dengan USBJJ dan mahasiswa akan menggunakan
jaringan internet.
c. Untuk memenuhi azas kecepatan dan keakuratan informasi, maka
semua informasi yang perlu dikomunikasikan oleh Poltekkes ke
mahasiswa dan sebaliknya akan menggukan jaringan mobile,
karena dapat dipastikan bahwa seluruh mahasiswa PJJ kesehatan
memiliki
telepon
genggam.
Salah
satu
yang
membutuhkan
disampaikan secara cepat dan serentak ke mahasiswa antara lain
jadwal, pengumuman dll. Informasi ini dapat disampaikan melalui
sms, untuk itu di Poltekkes perlu dibangun SMS Gateway.
d. Jaringan berbasis teknologi komunikasi.
Mengingat bahwa dalam PJJ mahasiswa harus menjalankan proses
pembelajaran mandiri, maka harus dijamin bahwa mahasiswa akan
52
BAB V
mampu mengakses sumber belajar dari tempat tinggal mereka atau
dari USBJJ. Jaringan yang mampu menjangkau mahasiswa adalah
radio dan televisi. Oleh karena itu system infrastruktur jaringan PJJ
kesehatan, akan memanfaatkan jaringan radio dan televisi.
Untuk itu Badan PPSDM bias melakukan kerjasama dengan TVRI
atau TV Edukasi yang dimiliki Kemdikbud. Sedangkan Poltekkes bisa
menjalin kerjasama dengan RRI lokal, radio swasta lokal, TV Lokal,
dan TV kabel local.
Dengan mengkombinasikan TV/radio dengan telepon, dimungkinkan
dilakukannya sisran interaktif antara doses di poltekkes dengan
mahsiswa di USBJJ atau di tempat tinggalnya, melalaui pengaturan
jadwal yang fisibel.
Dengan penyediaan jaringan tersebut di atas, maka mahasiswa
akan dapat mengakses materi dan proses pembelajaran secara
utuh, sehingga kualitas proses pembelajaran akan dapat memnuhi
standar yang telah ditetapkan.
Kemudahan mahasiswa dalam
mengakses berbagai sumber belajar dapat digambarkan sebagai
berikut.
53
BAB V
USBJJ
Mobile Learning
Modul
Mahasiswa PJJ
DVD-Pembelajaran
e. Perangkat
Bantuan belajar
Perangkat/peralatan yang akan dipasang di pusat maupun di daerah
akan terkoneksi satu sama lain melalui jaringan yang tergelar.
Perangkat tersebut akan meliputi perangkat teknologi informasi dan
komunikasi.
1) Pusdiklatnakes
Sesuai dengan kebutuhan Pusdiklatnakes dalam program PJJ ini
untuk
melakukan
pemantauan,
pengendalian,
evaluasi
dan
pembinaan, maka perlu dilengkapi dengan perangkat yang akan
terkoneksi dalam jaringan sebagai berikut.
54
BAB V
a) Perangkat audio dan atau Video Conference terdiri dari antara
lain Monitor, LCD Projector, MCU, endpoint, dll
b) Perangkat server untuk system, data, bahan ajar dan bahan
kepustakaan, beserta kelengkapan dan pendukungnya di data
center, sekaligus sebagai back-up mirroring system terhadap
sistem data base Poltekkes.
c) Perangkat
pengendali
jaringan
(Network
Operation
Center/NOC)
d) Perangkat layanan gangguan
2) Poltekkes
Poltekes
merupakan
pusat
kegiatan
penyelenggaran
PJJ
Kesehatan, sehingga peranannya menjadi sangat fital.Untuk itu
Setiap Poltekkes hendaknya memiliki kelengkapan perangkat
sebagai berikut.
1) Perangkat audio dan atau Video Conference yang terhubung ke
Pusdiklatnakes
2) Perangkat server untuk system, data, bahan ajar dan bahan
kepustakaan, beserta kelengkapan dan pendukungnya
3) Perangkat system komunikasi dan pemantauan berbasis TIK
yang terhubung ke institusi lahan praktik dan USBJJ.
55
BAB V
4) Perangkat layanan belajar
5) Perangkat multimedia untuk ruang tutorial
3) Unit Sumber Balajar Jarak Jauh (USBJJ)
USBJJ merupakan tempat pertemuan tatap muka yang lokasing
paling dekat dan terjangkau oleh mahasiswa peserta PJJ. Oleh
karena itu di USBJJ perlu
dilengkapi perangkat peralatan yang
mampu proses pembelajaran yang diampu oleh para tutor dan
instruktur.
Untuk itu setiap USBJJ perlu dilengkapi dengan pesawat TV
dengan lebar layar yang memadai, PC desktop sebagai kien atau
stand alone, laptop, DVD Player, Printer, Scanner, Soundsystem
(tape, radio, microphone, speaker), LCD Projector, Web Camera,
access point (WiFi), DVBS (Set top box), dan server.
Gambaran penempatan peralatan di USBJJ adalah sebagai berikut.
56
BAB V
C. Penyediaan
Penyediaan infrastruktur dan jaringan dilakukan secara bertahap,
sesuai
dengan
kebutuhan
berdasarkan
tahapan
model
yang
dikembangkan, dan kemampuan keuangan institusi.
Langkah penyediaan infrastruktur dan jaringan.
1. Menyusun rancang bangun berdasarkan analisis kebutuhan di bab II.
57
BAB V
2. Melakukan identifikasi jaringan dan perangkat yang telah tersedia
(existing)
3. Menyusun
jenis,
jumlah
dan
spesifikasi
kebutuhan
jaringan,
perangkat dan aplikasi yang belum dimiliki.
4. Menyusun pentahapan pengadaan jaringan, perangkat dan aplikasi
berdasarkan
kebutuhan
skala
dan
prioritas,
tahapan
dengan
model
mengacu
pendidikan
pada
jarak
analisis
jauh
yang
diterapkan.
5. Menentujkan skema pembiayaan untuk pembangunan, apakah
menggunakan DIPA, dana hibah dari Negara donor, joint-venture
atau model lainnya.
6. Menyusun organisasi pelaksana, seperti pembentukan Steering
Committee (SC), dan Tim pelaksana pengadaan (Project Team).
7. Melakukan proses pengadaan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
8. Melakukan instalasi jaringan, perangkat dan aplikasi.
9. Malakukan pelatihan bagi SDM yang akan bertanggungjawab
mengoperasikan dan merawat jaringan, perangkat dan aplikasi.
58
BAB VI
BAB VI
PENUTUP
Petunjuk pelaksanaan ini diharapkan dapat dipergunaan sebagai pedoman
bagi semua penyelenggara pendidikan jarak jauh (PJJ) pendidikan tinggi
kesehatan,
baik
Badan
PPSDM,
Pusdiklatnakes,
maupun
Politeknik
Kementerian Pendidikan dan Kesehatan, serta pemangku kepentingan
lainnya.
Dengan perkenan dan petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa jualah, semoga
kerja keras semua pihak dalam pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ)
pendidikan tinggi kesehatan Kementerian Kesehatan, dapat memberikan
sumbangsih dalam upaya menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas
dan siap pakai dalam memenuhi kebutuhan pembangunan dan pelayanan
kesehatan
59
Download