Repository FMIPA 1 PREVALENSI DAN JENIS

advertisement
PREVALENSI DAN JENIS-JENIS PARASIT PADA IKAN
DI SUNGAI KAMPAR DESA SERING KECAMATAN PELALAWAN
Arum Fatmawati1, Radith Mahatma2, Titrawani2
1
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi
2
Dosen Zoologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
[email protected]
ABSTRACT
This study aimed to determine species, prevalency and intensity of parasites in
fish from Kampar river, Sering Village, Pelalawan District. This research was
conducted from December 2014 to February 2015. A Total of 40 fish samples
from 7 species were observed, identified and then analyzed. Endoparasites found
in the digestive tract was from the Family of Anoplocephalidae, Trichinellidae,
and Strongyloididae with a value of 22.5% prevalence of endoparasites, with the
category Often, whereas in scales and gills there were no ectoparasites. The value
of the prevalence of endoparasites in each Family were 2.5% (Anoplocephalidae),
5% (Trichinellidae), and 15% (Strongyloididae). Endoparasites prevalence values
for each fish species were 71% (Channa striata), 38% (Barbonymus
schwanenfeldii), 17% (Osteochilus kelabau). Value prevalence of parasites in
each organ of the digestive tract was 30% in stomach and 70% in bowel.
Endoparasites intensity value was 1.1 while the value of the intensity of each
Family were 1 (Anoplocephalidae), 1 (Trichinellidae) and 1.17 (Strongyloididae).
Keywords : District Pelalawan, Endoparasitic, Intensity, Prevalence
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis, prevalensi dan intensitas parasit
pada ikan di Sungai Kampar Desa Sering Kecamatan Pelalawan. Penelitian ini
telah dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Februari 2015. 40 sampel ikan
dari 7 spesies diamati, diidentifikasi dan kemudian dianalisis. Hasil penelitian
ditemukan endoparasit dalam saluran pencernaan yaitu dari Famili
Anoplocephalidae, Trichinellidae, dan Strongyloididae dengan nilai prevalensi
endoparasit sebesar 22.5%, masuk kedalam kategori often (sering), sedangkan
pada sisik dan insang tidak ditemukan ektoparasit. Nilai prevalensi endoparasit
pada masing-masing Famili yaitu Anoplocephalidae (2.5%), Trichinellidae (5%),
dan Strongyloididae (15%). Nilai prevalensi endoparasit pada masing-masing
spesies ikan yaitu Channa striata (71%), Barbonymus schwanenfeldii (38%),
Osteochilus kelabau (17%). Nilai prevalensi parasit pada masing-masing organ
saluran pencernaan yaitu lambung sebesar 30% dan usus sebesar 70%. Nilai
intensitas endoparasit sebesar 1.1 sedangkan nilai intensitas masing-masing
Famili yaitu Anoplocephalidae (1), Trichinellidae (1) dan Strongyloididae (1.17).
Repository FMIPA
1
Kata kunci : Endoparasit, Intensitas, Kecamatan Pelalawan, Prevalensi
PENDAHULUAN
Parasit dapat menyerang
manusia maupun hewan, baik hewan
avertebrata
maupun
hewan
vertebrata, salah satunya adalah dari
kelas Nematoda dimana, kasus
infeksi parasit pada manusia pernah
terjadi akibat mengkonsumsi atau
memakan
ikan
mentah,
penggaraman, pengasapan yang
kurang sempurna, dan pemasakan
kurang
matang
ikan
yang
mengandung parasit salah satunya
adalah
Anisakis
sp. yang
menyebabkan Anisakiasis, infeksi
pada manusia yang disebabkan oleh
larva
Nematoda
dari
Famili
Anisakidae yang hidup di usus ikan
(Syamsul dan Nurlita 2012).
Sungai Kampar merupakan
sebuah sungai di Indonesia, berhulu
di Bukit Barisan sekitar Sumatera
Barat dan bermuara di pesisir timur
Pulau Sumatera Riau. Sungai ini
merupakan pertemuan dua buah
sungai yang hampir sama besar, yang
disebut dengan Kampar Kanan dan
Kampar Kiri. Pertemuan ini berada
pada kawasan Langgam (Kabupaten
Pelalawan), dan setelah pertemuan
tersebut sungai ini disebut dengan
sungai Kampar sampai ke muaranya
di Selat Malaka. Sungai Kampar
memiliki bermacam-macam ikan
seperti ikan selais, ikan tapah, ikan
baung, ikan sepat siam dan ikan-ikan
sungai lainnya.
Desa sering merupakan salah
satu desa yang berada di Kecamatan
Pelalawan Kabupaten Pelalawan
Provinsi Riau, dimana di desa
tersebut pernah terjadi kematian
mendadak pada ribuan ikan hal ini
diduga, karena adanya buangan
Repository FMIPA
limbah seperti limbah rumah tangga
dan limbah pabrik hal ini dapat
menyebabkan
dampak
negatif
terhadap organisme-organisme yang
hidup didalamnya salah satunya ikan.
Para nelayan juga menambahkan
bahwa pada saat musim hujan dan
sungai dalam keadaan banjir maka
akan dimanfaatkan oleh sejumlah
pabrik dikawasan sungai Kampar
untuk membuang limbah ke dalam
sungai. Karena lingkungan yang
tidak mendukung maka dapat
menyebabkan daya tahan tubuh ikan
melemah sehingga ikan akan udah
terserang oleh parasit (Agus 14
Desember
2014,
komunikasi
pribadi).
Keberadaan parasit dalam
tubuh ikan dan dampak yang
ditimbulkannya, maka diperlukan
informasi yang berkaitan dengan
jenis-jenis parasit tersebut. Dalam
penanggulangan
masalah
ini
terkendala dengan pengetahuan
tentang parasit yang ada. Informasi
mengenai parasit pada ikan sungai di
perairan umum di indonesia masih
jarang, demikian pula informasi
mengenai parasit pada ikan di Sungai
Kampar di Kecamatan Pelalawan.
METODE PENELITIAN
a. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Desember 2014 sampai
bulan Februari 2015, pengambilan
sampel dilakukan di Sungai Kampar
Desa Sering Kecamatan Pelalawan.
Pengamatan dan identifikasi parasit
dilakukan di Laboratorium Zoologi
dan laboratorium Fotomikrografi
Jurusan Biologi Fakultas Matematika
2
dan Ilmu pengetahuan
Universitas Riau.
Alam
dan diberi akuades kemudian diamati
dibawah
mikroskop,
diambil
gambarnya untuk diidentifikasi.
a. Alat dan Bahan
Pemeriksaan Endoparasit
Alat bedah, cawan petri,
ember, botol film, gejas objek, kaca
penutup, mikroskop, pipet tetes,
kamera digital, tisu, alat tulis, dan
penggaris. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ikan,
alkohol 70% dan akuades.
b. Prosedur Penelitian
Pengambilan sampel ikan
diperoleh dari nelayan yang biasa
menangkap ikan di Perairan Sungai
Kampar, Desa Sering dengan
menggunakan jaring kotak kemudian
sampel ikan diperiksa secara
makroskopis selanjutnya sampel ikan
dimasukkan kedalam kantong plastik
dan diberi oksigen, kemudian dibawa
ke Laboratorium Zoologi Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu pengetahuan Alam Universitas
Riau.
Pemeriksaan Ektoparasit
Organ tubuh ikan yang
diperiksa meliputi kulit dan insang.
Pemeriksaan
ektoparasit
secara
makroskopis
dilakukan
dengan
mengamati seluruh bagian luar tubuh
ikan secara kasat mata. Ektoparasit
makro yang ditemukan (seperti
Lernea dan Argulus sp.) dipindahkan
ke cawan petri.
Pemeriksaan
ektoparasit
secara
mikroskopis
dilakukan dengan menggunakan
metode Fernando et al. (1973).
Sampel ikan dikerok lendirnya pada
bagian kulit/sisik dan insang. Hasil
kerokan diletakkan diatas gelas objek
Repository FMIPA
Organ internal yang diperiksa
meliputi
lambung
dan
usus,
pemeriksaan
dilakukan
secara
mikroskopis
dan
makroskopis.
Pemeriksaan endoparasit secara
makroskopis
dilakukan
dengan
pembedahan ikan, dimulai dari anus
hingga di bawah sirip dada. Isi perut
diamati secara kasat mata untuk
mencari parasit atau kista yang ada.
Pemeriksaan secara mikroskopis
organ usus dan lambung dibuka
terlebih
dahulu
menggunakan
gunting secara memanjang kemudian
dikerok, dioleskan diatas gelas objek
kemudian diberi akuades dan diamati
dibawah mikroskop, diambil gambar
untuk diidentifikasi (Hadiroseyani et
al. 2006).
c. Identifikasi Parasit
Ektoparasit dan endoparasit
yang
ditemukan
diidentifikasi
berdasarkan buku Bowman (1999)
Identifkasi parasit yang dijumpai
dilakukan sampai tingkat famili.
Selanjutnya
didokumentasi,
dideskripsikan dan ditabulasi dalam
tabel.
d. Analisis Data
Data yang diperoleh dihitung
prevalensi dan intensitas parasit
berdasarkan rumus berikut ini
Effendie (1979).
a. Cara
menghitung prevalensi
dengan
rumus:
3
b. Cara
menghitung
dengan
intensitas
rumus:
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Prevalensi
Parasit
pada
Masing-masing Spesies Ikan
Hasil pemeriksaan terhadap
40 sampel, didapatkan 7 spesies ikan
sungai yaitu ikan belingka, ikan
brek, ikan gabus, ikan kapiat, ikan
kelabau, ikan motan dan ikan sepat.
Total ikan yang terinfeksi adalah 9
ekor yang terdiri dari ikan belingka,
ikan gabus dan ikan kelabau. Nilai
prevalensi endoparasit yang tertinggi
pada masing-masing spesies ikan
adalah ikan gabus sebesar 71%
diikuti oleh ikan kapiat sebesar 38%
dan ikan kelabau sebesar 17%.
Dengan total prevalensinya adalah
22,5% (Tabel 1). Menurut William
dan Williams (1996) apabila
persentase infeksi parasit terjadi dari
29-10% maka infeksi parasit
dikategorikan Often (sering).
Tabel 1. Prevalensi Parasit pada Masing-masing Spesies Ikan
No
Jenis ikan
1
2
Belingka (Puntius belingka)
Brek (Puntius orphoides)
3
Gabus (Channa striata)
4
5
6
7
Kapiat (Barbonymus
schwanenfeldii)
Kelabau (Osteochilus
kelabau)
Motan (Thynnichtys
polylepis)
Sepat (Trichogaster
trichopterus)
Endoparasit yang
ditemukan
Anoplocephalidae
Trichinellidae
Strongyloididae
Strongyloididae
Strongyloididae
Total
Tingginya prevalensi parasit
pada ikan gabus, ikan kapiat dan ikan
kelabau disebabkan karena ikan
tersebut merupakan jenis ikan
karnivora dan omnivora yang dapat
terserang parasit melalui makanan
alami yang terdapat di perairan.
Batara (2008) menyatakan ikan yang
bersifat karnivora dan omnivora,
dimana sebagian besar diberikan
pakan alami secara langsung
sehingga peluang untuk terkena
parasit lebih besar. Gabus termasuk
Repository FMIPA
Jumlah
ikan
diperiksa
4
5
Jumlah
ikan
terinfeksi
0
0
7
5
71%
8
3
38%
6
1
17%
6
0
0%
4
40
0
9
0%
22,5%
Prevalensi
0
0
ikan liar yang dapat ditemukan di
dasar perairan sehingga dapat
memungkinkan distribusi parasit
meningkat. Lingkungan yang baik
sangat erat kaitannya dengan daya
tahan ikan, semakin baik kondisi
lingkungan maka semakin meningkat
daya
tahan
ikan.
Sebaliknya
lingkungan yang kurang baik akan
menyebabkan ikan mudah stres dan
menurunkan daya tahan tubuh ikan
terhadap serangan penyakit. Selain
itu faktor yang menyebabkan
tingginya prevalensi endoparasit
4
pada ikan gabus, ikan kapiat dan ikan
kelabau diduga karena faktor ukuran
inang, menurut Noble and Noble
(1989) semakin besar ukuran inang
maka semakin tinggi pula terinfeksi
oleh parasit tertentu. Inang yang
lebih besar dapat mengandung
jumlah parasit yang lebih besar,
meskipun telah terjadi saling adaptasi
maka inang menjadi toleransi
terhadap parasitnya, pada beberapa
spesies ikan semakin besar ukuran
inang, maka mempunyai ketersedian
makanan
yang
lebih
banyak
dibandingkan dengan ikan yang lebih
kecil sehingga kemungkinan parasit
untuk berpindah ke inang lain kecil
atau bahkan tidak ada.
Hasil
penelitian
Asnita
(2011)
menyebutkan
terjadi
peningkatan jumlah kehadiran parasit
seiring dengan bertambahnya ukuran
tubuh ikan sedangkan penelitian
Poulin (2000) adanya kecenderungan
akumulasi parasit pada inang dari
waktu ke waktu sehingga parasit
sering ditemukan pada inang yang
lebih besar daripada inang yang lebih
kecil, hasil penelitian berbeda pada
penelitian Akinsanya et al. (2007)
yang menyatakan bahwa ikan yang
berukuran
kecil
lebih
sering
terserang
parasit
dibandingkan
dengan ikan yang berukuran besar.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa
ukuran inang tidak berpengaruh
terhadap adanya kehadiran parasit,
baik inang dengan ukuran lebih besar
maupun inang yang lebih kecil samasama berpotensi untuk terserang
parasit.
Menurut (Olsen 1974)
Hubungan spesifik antara inang
dengan parasit tersebut ditentukan
oleh keberhasilan parasit dalam
menginfeksi,
menempati
dan
berkembangbiak
pada
habitat
tertentu pada bagian tubuh inang.
b. Endoparasit yang Ditemukan
pada Saluran Pencernaan Ikan
Dari 40 ekor sampel ikan
yang berasal dari Sungai Kampar,
ditemukan jenis-jenis endoparasit
dalam saluran pencernaan. Jenis
endoparasit yang ditemukan yaitu
dari
Famili
Anoplocephalidae,
Trichinellidae,
Strongyloididae
(Tabel 2).
Tabel 2. Endoparasit yan Ditemukan pada Saluran Pencernaan Ikan
Kelas
Ordo
Famili
Cestoda
Anoplocephalidea
Anoplocephalidae
Enoplida
Trichinellidae
Rhabditida
Strongyloididae
Nematoda
Endoparasit yang ditemukan
merupakan anggota kelas Cestoda
dan
Nematoda.
Cestoda
dan
Nematoda
merupakan
cacing
endoparasit yang sering dijumpai
menginfeksi ikan. Masuknya cacing
ketubuh ikan dapat melalui makanan
Repository FMIPA
seperti udang, siput, ikan-ikan kecil
yang semuanya merupakan inang
perantara dalam siklus hidup parasit
yang banyak ditemukan di perairan
alami (Mollers dan Anders 1986).
Oleh sebab itu, ikan yang bersifat
karnivora dan omnivora mempunyai
kemungkinan
terinfeksi
cacing
5
endoparasit yang jauh lebih besar
dibandingkan
dengan
hewan
herbivora. Menurut Kordi (2004)
infeksi cacing parasit lebih sering
ditemukan pada ikan yang terdapat di
perairan alami dibandingkan dengan
ikan yang hidup secara budidaya.
Anoplocephalidae,
Trichinelloidea dan Strongyloididae
merupakan endoparasit yang jarang
ditemukan pada ikan namun lebih
sering ditemukan pada kerbau, sapi,
siput, babi, anjing, kambing, burung,
tikus dan manusia.
Keberadaan
parasit ini kemungkinan terjadi
karena disekitar lokasi pengambilan
sampel banyak aktivitas masyarakat
seperti
berternak
hewan,
memandikan hewan ternak, mandi
cuci dan kakus (MCK) sehingga
memicu
perkembangan
parasit
tersebut.
c. Prevalensi
dan
Intensitas
Masing-masing Endoparasit
Nilai prevalensi endoparasit
yang tertinggi yaitu Strongyloididae
(15%), diikuti oleh Trichinellidae
(5%) dan Anoplocephalidae (2,5%).
Dengan rincian 1 ekor yang
terinfeksi Anoplocephalidae, 6 ekor
ikan terinfeksi Strongyloididae, dan
2 ekor ikan terinfeksi Trichinellidae
(Tabel 3).
Tabel 3. Prevalensi dan Intensitas Masing-masing Endoparasit
Famili endoparasit
Jumlah
Ikan
diperiksa
Anoplocephalidae
Trichinellidae
40
Strongyloididae
Total
40
Keterangan : P = Prevalensi,
I = intensitas
Intensitas endoparasit pada
ikan yang terinfeksi adalah sebesar
1,1 sedangkan intensitas ikan yang
terinfeksi
pada
masing-masing
endoparasit yaitu Anoplocephalidae
(1
individu/ekor
ikan),
Strongyloididae (1,2 individu/ekor
ikan),
dan
Trichinellidae
(1
individu/ekor
ikan).
Famili
Strongyloididae ditemukan lebih
banyak
dibandingkan
spesies
lainnya,
diduga
karena
kemampuannya
dalam
berkembangbiak
secara
parthenogenesis dan dalam bentuk
Repository FMIPA
Jumlah
Jumlah
ikan
parasit yang
P
I
terinfeksi
ditemukan
1
1
2,5%
1
2
2
5%
1
6
7
15% 1,17
9
10
22,5% 1,1
larva dapat bertahan dalam saluran
pencernaan ikan, selain itu siklus
hidup
Strongyloididae
berbeda
dengan siklus hidup Nematoda
parasit lain karena memiliki tiga
macam siklus hidup yaitu siklus
langsung, siklus tidak langsung dan
autoinfeksi
(Hernasari
2011).
Rendahnya prevalensi dan
intensitas spesies endoparasit yang
ditemukan merupakan salah satu
akibat dari kecilnya kemungkinan
parasit menemui inangnya karena
inang terdistribusi luas atau jarang
terdapat pada habitat dimana parasit
berada (Keneedy 1975). Hal ini juga
dilaporkan Noble dan Noble (1989)
bahwa kehadiran dan intensitas
6
parasit tidak selalu sama karena
banyak faktor yang berpengaruh.
d. Endoparasit pada Masingmasing Organ Lambung dan
Usus
Pemeriksaan parasit yang
dilakukan pada saluran pencernaan
ikan
menunjukkan
keberadaan
beberapa jenis parasit di dalam
lambung dan usus (Tabel 4).
Tabel 4. Endoparasit pada Masing-masing Organ Lambung dan Usus
Famili
Endoparasit
Anoplocephalidae
Trichinellidae
Strongyloididae
Total
Jumlah
Ikan
diperiksa
40
40
Jumlah Endoparasit pada
Setiap Organ
Lambung
% Usus %
1
10
0
0
2
20
2
20
5
50
3
30
7
70
Distribusi
parasit
yang
ditemukan pada usus yaitu 70% dan
pada lambung 30%.
Tingginya
distribusi parasit di usus disebabkan
makanan dari cacing parasit yang
terdiri dari darah, sel jaringan dan
cairan tubuh yang merupakan sumber
bahan organik siap serap banyak
ditemukan di usus.
Hal ini
dikarenakan parasit Nematoda tidak
dapat merombak bahan organik yang
belum disederhanakan. cacing parasit
belum
mampu
untuk
menyederhanakan bahan organik
dikarenakan tidak sempurnanya
saluran pencernaan dan enzim
pencernaan
yang
dimilikinya
sehingga lebih memilih untuk tinggal
di usus dibandingkan di lambung
(Roberts 2000).
Hal yang sama terjadi pada
penelitian Saputra (2011) yang
menyatakan bahwa parasit yang
paling banyak ditemukan pada
Famili Anisakidae terdapat pada
saluran pencernaan terutama usus.
Repository FMIPA
Total
%
1
2
7
10
10
20
70
100
Tamba
(2012)
mengemukakan
parasit Anisakidae yang terdapat
pada ikan selar bentong memiliki
distribusi yang tinggi pada usus dan
rongga perut.
e. Ektoparasit yang Ditemukan
pada Insang dan Sisik Ikan
Pengamatan
ektoparasit
secara
mikroskopis
maupun
makroskopis yang dilakukan pada 40
ekor ikan ternyata tidak ditemukan
adanya tanda-tanda klinis pada dua
organ yang diperiksa, baik pada
permukaan tubuh (sisik) maupun
pada insang.
Tanda-tanda klinis
yang tidak terlihat pada ikan tersebut
diduga karena sedikitnya jumlah
parasit yang menyerang masingmasing ikan pada permukaan tubuh
(sisik) dan insang di perairan Sungai
Kampar, Hal ini juga diduga karena
pada saat pengambilan sampel ikan,
ektoparasit sudah meninggalkan
inang.
7
KESIMPULAN
Endoparasit yang ditemukan
yaitu dari Famili Anoplocephalidae,
Trichinellidae, dan Strongyloididae
sedangkan ektoparasit pada sisik dan
insang
tidak
ditemukan,
nilai
prevalensi endoparasit tertinggi pada
masing-masing
Famili
yaitu
Strongyloididae
(15%),
nilai
prevalensi endoparasit tertinggi pada
masing-masing spesies ikan yaitu ikan
Gabus (71%), nilai prevalensi
endoparasit tertinggi pada masingmasing organ yaitu usus (70%) dan
nilai intensitas tertinggi pada masingmasing Famili yaitu Strongyloididae
(1,17).
DAFTAR PUSTAKA
Asnita. 2011. Identifikasi cacing
parasitik
dan
perubahan
histopatologi
pada
ikan
bunglon batik jepara dari
Kepulauan
Seribu
[tesis].
Bogor: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Batara J. Rinalda. 2008. Deskripsi
morfologi cacing Nematoda
pada saluran pencernaan ikan
gurami dan ikan kakap merah
[skripsi].
Bogor:
Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor.
Bowman D.1999. Parasitology For
Veterinarians. Philadelphia:
Elsevier.
Effendie. 1979. Metode Biologi
Perairan. Bogor: Yayasan
Dewi Sri.
Repository FMIPA
Fernando CH, Furtado JI, Gusev AV,
Hanek G, Kakonge SA. 1972.
Methodes for the study of
freshwater fish parasites. Univ.
Waterloo. Biol Series 12 : 76p.
Hernasari PZ. 2011. Identifikasi
endoparasit pada sampel feses
Nasalis larvatus comata, dan
Prebytis siamensis
dalam
penagkaran
menggunakan
metode natif dan pengapungan
dengan sentrifugasi [skripsi].
Depok : Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia.
Hadiroseyani, Hariyadi, Nuryati.
2006. Investarisasi parasit lele
dumbo Clarias sp. di daerah
Bogor. J Akuakultur Indonesia
Vol 5(2):167-177
Noble ER, Noble GA, Schod, Mac
Inner AJ. 1989. Parasitology.
London: The Biology of
Animal.
Roberts LS, Jonovy J. 2000.
Foundation of Parasitology.
6th edition, Iowa: McGrawHill.
Saputra A. 2011. Deteksi morfologi
dan molekuler parasit Anisakis
spp. pada ikan tongkol (Auxis
thazard) [skripsi]. Makassar:
Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan,
Universitas
Hasanuddin.
Syamsul, Nurlita. 2012. Prevalensi
dan derajat infeksi Anisakis sp.
pada saluran pencernaan ikan
kerapu lumpur (Epinephelus
sexfasciatus) di TPI Brondong
Lamongan [skripsi]. Surabaya:
8
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS).
Moller H, Anders K. 1986. Disease
and
Parasites
of
Germany:
MarineFishes.
Verlag Moller. Kiel.
Tamba MF. 2012. Prevalensi dan
distribusi cacing pada berbagai
organ ikan selar bentong.
Indonesia Medicus Veterinus
Vol 1(4) : 555-556
Poulin R, dan Morand S. 2000.
Testes size, body size and
male-male competition in
Acanthocephalan parasites. J
of Zoology 250: 551-558
Kennedy CR. 1975. Ecological
Animal Parasitology. Oxford:
Blackwell
Scientific
Publications.
William EHJR, William LB. 1996.
Parasites of offshore Big
Game
Fishes
of
Puerto Rico and the western
Atlantic.
Puerto
Rico:
Departement of Natural and
Environmental Resource and
University of Puerto Rico. San
Juan Puerto Rico. Mayaguez,
Puerto Rico. 382 p
Kordi MG. 2004. Penanggulangan
Hama dan Penyakit Ikan.
Jakarta.: PT. Asdi Mahasatya
Repository FMIPA
9
Download