PREVALENSI DAN JENIS-JENIS PARASIT PADA IKAN DI SUNGAI KAMPAR DESA SERING KECAMATAN PELALAWAN Arum Fatmawati1, Radith Mahatma2, Titrawani2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Dosen Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia [email protected] ABSTRACT This study aimed to determine species, prevalency and intensity of parasites in fish from Kampar river, Sering Village, Pelalawan District. This research was conducted from December 2014 to February 2015. A Total of 40 fish samples from 7 species were observed, identified and then analyzed. Endoparasites found in the digestive tract was from the Family of Anoplocephalidae, Trichinellidae, and Strongyloididae with a value of 22.5% prevalence of endoparasites, with the category Often, whereas in scales and gills there were no ectoparasites. The value of the prevalence of endoparasites in each Family were 2.5% (Anoplocephalidae), 5% (Trichinellidae), and 15% (Strongyloididae). Endoparasites prevalence values for each fish species were 71% (Channa striata), 38% (Barbonymus schwanenfeldii), 17% (Osteochilus kelabau). Value prevalence of parasites in each organ of the digestive tract was 30% in stomach and 70% in bowel. Endoparasites intensity value was 1.1 while the value of the intensity of each Family were 1 (Anoplocephalidae), 1 (Trichinellidae) and 1.17 (Strongyloididae). Keywords : District Pelalawan, Endoparasitic, Intensity, Prevalence ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis, prevalensi dan intensitas parasit pada ikan di Sungai Kampar Desa Sering Kecamatan Pelalawan. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Februari 2015. 40 sampel ikan dari 7 spesies diamati, diidentifikasi dan kemudian dianalisis. Hasil penelitian ditemukan endoparasit dalam saluran pencernaan yaitu dari Famili Anoplocephalidae, Trichinellidae, dan Strongyloididae dengan nilai prevalensi endoparasit sebesar 22.5%, masuk kedalam kategori often (sering), sedangkan pada sisik dan insang tidak ditemukan ektoparasit. Nilai prevalensi endoparasit pada masing-masing Famili yaitu Anoplocephalidae (2.5%), Trichinellidae (5%), dan Strongyloididae (15%). Nilai prevalensi endoparasit pada masing-masing spesies ikan yaitu Channa striata (71%), Barbonymus schwanenfeldii (38%), Osteochilus kelabau (17%). Nilai prevalensi parasit pada masing-masing organ saluran pencernaan yaitu lambung sebesar 30% dan usus sebesar 70%. Nilai intensitas endoparasit sebesar 1.1 sedangkan nilai intensitas masing-masing Famili yaitu Anoplocephalidae (1), Trichinellidae (1) dan Strongyloididae (1.17). Repository FMIPA 1 Kata kunci : Endoparasit, Intensitas, Kecamatan Pelalawan, Prevalensi PENDAHULUAN Parasit dapat menyerang manusia maupun hewan, baik hewan avertebrata maupun hewan vertebrata, salah satunya adalah dari kelas Nematoda dimana, kasus infeksi parasit pada manusia pernah terjadi akibat mengkonsumsi atau memakan ikan mentah, penggaraman, pengasapan yang kurang sempurna, dan pemasakan kurang matang ikan yang mengandung parasit salah satunya adalah Anisakis sp. yang menyebabkan Anisakiasis, infeksi pada manusia yang disebabkan oleh larva Nematoda dari Famili Anisakidae yang hidup di usus ikan (Syamsul dan Nurlita 2012). Sungai Kampar merupakan sebuah sungai di Indonesia, berhulu di Bukit Barisan sekitar Sumatera Barat dan bermuara di pesisir timur Pulau Sumatera Riau. Sungai ini merupakan pertemuan dua buah sungai yang hampir sama besar, yang disebut dengan Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Pertemuan ini berada pada kawasan Langgam (Kabupaten Pelalawan), dan setelah pertemuan tersebut sungai ini disebut dengan sungai Kampar sampai ke muaranya di Selat Malaka. Sungai Kampar memiliki bermacam-macam ikan seperti ikan selais, ikan tapah, ikan baung, ikan sepat siam dan ikan-ikan sungai lainnya. Desa sering merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, dimana di desa tersebut pernah terjadi kematian mendadak pada ribuan ikan hal ini diduga, karena adanya buangan Repository FMIPA limbah seperti limbah rumah tangga dan limbah pabrik hal ini dapat menyebabkan dampak negatif terhadap organisme-organisme yang hidup didalamnya salah satunya ikan. Para nelayan juga menambahkan bahwa pada saat musim hujan dan sungai dalam keadaan banjir maka akan dimanfaatkan oleh sejumlah pabrik dikawasan sungai Kampar untuk membuang limbah ke dalam sungai. Karena lingkungan yang tidak mendukung maka dapat menyebabkan daya tahan tubuh ikan melemah sehingga ikan akan udah terserang oleh parasit (Agus 14 Desember 2014, komunikasi pribadi). Keberadaan parasit dalam tubuh ikan dan dampak yang ditimbulkannya, maka diperlukan informasi yang berkaitan dengan jenis-jenis parasit tersebut. Dalam penanggulangan masalah ini terkendala dengan pengetahuan tentang parasit yang ada. Informasi mengenai parasit pada ikan sungai di perairan umum di indonesia masih jarang, demikian pula informasi mengenai parasit pada ikan di Sungai Kampar di Kecamatan Pelalawan. METODE PENELITIAN a. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai bulan Februari 2015, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Kampar Desa Sering Kecamatan Pelalawan. Pengamatan dan identifikasi parasit dilakukan di Laboratorium Zoologi dan laboratorium Fotomikrografi Jurusan Biologi Fakultas Matematika 2 dan Ilmu pengetahuan Universitas Riau. Alam dan diberi akuades kemudian diamati dibawah mikroskop, diambil gambarnya untuk diidentifikasi. a. Alat dan Bahan Pemeriksaan Endoparasit Alat bedah, cawan petri, ember, botol film, gejas objek, kaca penutup, mikroskop, pipet tetes, kamera digital, tisu, alat tulis, dan penggaris. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan, alkohol 70% dan akuades. b. Prosedur Penelitian Pengambilan sampel ikan diperoleh dari nelayan yang biasa menangkap ikan di Perairan Sungai Kampar, Desa Sering dengan menggunakan jaring kotak kemudian sampel ikan diperiksa secara makroskopis selanjutnya sampel ikan dimasukkan kedalam kantong plastik dan diberi oksigen, kemudian dibawa ke Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Riau. Pemeriksaan Ektoparasit Organ tubuh ikan yang diperiksa meliputi kulit dan insang. Pemeriksaan ektoparasit secara makroskopis dilakukan dengan mengamati seluruh bagian luar tubuh ikan secara kasat mata. Ektoparasit makro yang ditemukan (seperti Lernea dan Argulus sp.) dipindahkan ke cawan petri. Pemeriksaan ektoparasit secara mikroskopis dilakukan dengan menggunakan metode Fernando et al. (1973). Sampel ikan dikerok lendirnya pada bagian kulit/sisik dan insang. Hasil kerokan diletakkan diatas gelas objek Repository FMIPA Organ internal yang diperiksa meliputi lambung dan usus, pemeriksaan dilakukan secara mikroskopis dan makroskopis. Pemeriksaan endoparasit secara makroskopis dilakukan dengan pembedahan ikan, dimulai dari anus hingga di bawah sirip dada. Isi perut diamati secara kasat mata untuk mencari parasit atau kista yang ada. Pemeriksaan secara mikroskopis organ usus dan lambung dibuka terlebih dahulu menggunakan gunting secara memanjang kemudian dikerok, dioleskan diatas gelas objek kemudian diberi akuades dan diamati dibawah mikroskop, diambil gambar untuk diidentifikasi (Hadiroseyani et al. 2006). c. Identifikasi Parasit Ektoparasit dan endoparasit yang ditemukan diidentifikasi berdasarkan buku Bowman (1999) Identifkasi parasit yang dijumpai dilakukan sampai tingkat famili. Selanjutnya didokumentasi, dideskripsikan dan ditabulasi dalam tabel. d. Analisis Data Data yang diperoleh dihitung prevalensi dan intensitas parasit berdasarkan rumus berikut ini Effendie (1979). a. Cara menghitung prevalensi dengan rumus: 3 b. Cara menghitung dengan intensitas rumus: HASIL DAN PEMBAHASAN a. Prevalensi Parasit pada Masing-masing Spesies Ikan Hasil pemeriksaan terhadap 40 sampel, didapatkan 7 spesies ikan sungai yaitu ikan belingka, ikan brek, ikan gabus, ikan kapiat, ikan kelabau, ikan motan dan ikan sepat. Total ikan yang terinfeksi adalah 9 ekor yang terdiri dari ikan belingka, ikan gabus dan ikan kelabau. Nilai prevalensi endoparasit yang tertinggi pada masing-masing spesies ikan adalah ikan gabus sebesar 71% diikuti oleh ikan kapiat sebesar 38% dan ikan kelabau sebesar 17%. Dengan total prevalensinya adalah 22,5% (Tabel 1). Menurut William dan Williams (1996) apabila persentase infeksi parasit terjadi dari 29-10% maka infeksi parasit dikategorikan Often (sering). Tabel 1. Prevalensi Parasit pada Masing-masing Spesies Ikan No Jenis ikan 1 2 Belingka (Puntius belingka) Brek (Puntius orphoides) 3 Gabus (Channa striata) 4 5 6 7 Kapiat (Barbonymus schwanenfeldii) Kelabau (Osteochilus kelabau) Motan (Thynnichtys polylepis) Sepat (Trichogaster trichopterus) Endoparasit yang ditemukan Anoplocephalidae Trichinellidae Strongyloididae Strongyloididae Strongyloididae Total Tingginya prevalensi parasit pada ikan gabus, ikan kapiat dan ikan kelabau disebabkan karena ikan tersebut merupakan jenis ikan karnivora dan omnivora yang dapat terserang parasit melalui makanan alami yang terdapat di perairan. Batara (2008) menyatakan ikan yang bersifat karnivora dan omnivora, dimana sebagian besar diberikan pakan alami secara langsung sehingga peluang untuk terkena parasit lebih besar. Gabus termasuk Repository FMIPA Jumlah ikan diperiksa 4 5 Jumlah ikan terinfeksi 0 0 7 5 71% 8 3 38% 6 1 17% 6 0 0% 4 40 0 9 0% 22,5% Prevalensi 0 0 ikan liar yang dapat ditemukan di dasar perairan sehingga dapat memungkinkan distribusi parasit meningkat. Lingkungan yang baik sangat erat kaitannya dengan daya tahan ikan, semakin baik kondisi lingkungan maka semakin meningkat daya tahan ikan. Sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stres dan menurunkan daya tahan tubuh ikan terhadap serangan penyakit. Selain itu faktor yang menyebabkan tingginya prevalensi endoparasit 4 pada ikan gabus, ikan kapiat dan ikan kelabau diduga karena faktor ukuran inang, menurut Noble and Noble (1989) semakin besar ukuran inang maka semakin tinggi pula terinfeksi oleh parasit tertentu. Inang yang lebih besar dapat mengandung jumlah parasit yang lebih besar, meskipun telah terjadi saling adaptasi maka inang menjadi toleransi terhadap parasitnya, pada beberapa spesies ikan semakin besar ukuran inang, maka mempunyai ketersedian makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang lebih kecil sehingga kemungkinan parasit untuk berpindah ke inang lain kecil atau bahkan tidak ada. Hasil penelitian Asnita (2011) menyebutkan terjadi peningkatan jumlah kehadiran parasit seiring dengan bertambahnya ukuran tubuh ikan sedangkan penelitian Poulin (2000) adanya kecenderungan akumulasi parasit pada inang dari waktu ke waktu sehingga parasit sering ditemukan pada inang yang lebih besar daripada inang yang lebih kecil, hasil penelitian berbeda pada penelitian Akinsanya et al. (2007) yang menyatakan bahwa ikan yang berukuran kecil lebih sering terserang parasit dibandingkan dengan ikan yang berukuran besar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ukuran inang tidak berpengaruh terhadap adanya kehadiran parasit, baik inang dengan ukuran lebih besar maupun inang yang lebih kecil samasama berpotensi untuk terserang parasit. Menurut (Olsen 1974) Hubungan spesifik antara inang dengan parasit tersebut ditentukan oleh keberhasilan parasit dalam menginfeksi, menempati dan berkembangbiak pada habitat tertentu pada bagian tubuh inang. b. Endoparasit yang Ditemukan pada Saluran Pencernaan Ikan Dari 40 ekor sampel ikan yang berasal dari Sungai Kampar, ditemukan jenis-jenis endoparasit dalam saluran pencernaan. Jenis endoparasit yang ditemukan yaitu dari Famili Anoplocephalidae, Trichinellidae, Strongyloididae (Tabel 2). Tabel 2. Endoparasit yan Ditemukan pada Saluran Pencernaan Ikan Kelas Ordo Famili Cestoda Anoplocephalidea Anoplocephalidae Enoplida Trichinellidae Rhabditida Strongyloididae Nematoda Endoparasit yang ditemukan merupakan anggota kelas Cestoda dan Nematoda. Cestoda dan Nematoda merupakan cacing endoparasit yang sering dijumpai menginfeksi ikan. Masuknya cacing ketubuh ikan dapat melalui makanan Repository FMIPA seperti udang, siput, ikan-ikan kecil yang semuanya merupakan inang perantara dalam siklus hidup parasit yang banyak ditemukan di perairan alami (Mollers dan Anders 1986). Oleh sebab itu, ikan yang bersifat karnivora dan omnivora mempunyai kemungkinan terinfeksi cacing 5 endoparasit yang jauh lebih besar dibandingkan dengan hewan herbivora. Menurut Kordi (2004) infeksi cacing parasit lebih sering ditemukan pada ikan yang terdapat di perairan alami dibandingkan dengan ikan yang hidup secara budidaya. Anoplocephalidae, Trichinelloidea dan Strongyloididae merupakan endoparasit yang jarang ditemukan pada ikan namun lebih sering ditemukan pada kerbau, sapi, siput, babi, anjing, kambing, burung, tikus dan manusia. Keberadaan parasit ini kemungkinan terjadi karena disekitar lokasi pengambilan sampel banyak aktivitas masyarakat seperti berternak hewan, memandikan hewan ternak, mandi cuci dan kakus (MCK) sehingga memicu perkembangan parasit tersebut. c. Prevalensi dan Intensitas Masing-masing Endoparasit Nilai prevalensi endoparasit yang tertinggi yaitu Strongyloididae (15%), diikuti oleh Trichinellidae (5%) dan Anoplocephalidae (2,5%). Dengan rincian 1 ekor yang terinfeksi Anoplocephalidae, 6 ekor ikan terinfeksi Strongyloididae, dan 2 ekor ikan terinfeksi Trichinellidae (Tabel 3). Tabel 3. Prevalensi dan Intensitas Masing-masing Endoparasit Famili endoparasit Jumlah Ikan diperiksa Anoplocephalidae Trichinellidae 40 Strongyloididae Total 40 Keterangan : P = Prevalensi, I = intensitas Intensitas endoparasit pada ikan yang terinfeksi adalah sebesar 1,1 sedangkan intensitas ikan yang terinfeksi pada masing-masing endoparasit yaitu Anoplocephalidae (1 individu/ekor ikan), Strongyloididae (1,2 individu/ekor ikan), dan Trichinellidae (1 individu/ekor ikan). Famili Strongyloididae ditemukan lebih banyak dibandingkan spesies lainnya, diduga karena kemampuannya dalam berkembangbiak secara parthenogenesis dan dalam bentuk Repository FMIPA Jumlah Jumlah ikan parasit yang P I terinfeksi ditemukan 1 1 2,5% 1 2 2 5% 1 6 7 15% 1,17 9 10 22,5% 1,1 larva dapat bertahan dalam saluran pencernaan ikan, selain itu siklus hidup Strongyloididae berbeda dengan siklus hidup Nematoda parasit lain karena memiliki tiga macam siklus hidup yaitu siklus langsung, siklus tidak langsung dan autoinfeksi (Hernasari 2011). Rendahnya prevalensi dan intensitas spesies endoparasit yang ditemukan merupakan salah satu akibat dari kecilnya kemungkinan parasit menemui inangnya karena inang terdistribusi luas atau jarang terdapat pada habitat dimana parasit berada (Keneedy 1975). Hal ini juga dilaporkan Noble dan Noble (1989) bahwa kehadiran dan intensitas 6 parasit tidak selalu sama karena banyak faktor yang berpengaruh. d. Endoparasit pada Masingmasing Organ Lambung dan Usus Pemeriksaan parasit yang dilakukan pada saluran pencernaan ikan menunjukkan keberadaan beberapa jenis parasit di dalam lambung dan usus (Tabel 4). Tabel 4. Endoparasit pada Masing-masing Organ Lambung dan Usus Famili Endoparasit Anoplocephalidae Trichinellidae Strongyloididae Total Jumlah Ikan diperiksa 40 40 Jumlah Endoparasit pada Setiap Organ Lambung % Usus % 1 10 0 0 2 20 2 20 5 50 3 30 7 70 Distribusi parasit yang ditemukan pada usus yaitu 70% dan pada lambung 30%. Tingginya distribusi parasit di usus disebabkan makanan dari cacing parasit yang terdiri dari darah, sel jaringan dan cairan tubuh yang merupakan sumber bahan organik siap serap banyak ditemukan di usus. Hal ini dikarenakan parasit Nematoda tidak dapat merombak bahan organik yang belum disederhanakan. cacing parasit belum mampu untuk menyederhanakan bahan organik dikarenakan tidak sempurnanya saluran pencernaan dan enzim pencernaan yang dimilikinya sehingga lebih memilih untuk tinggal di usus dibandingkan di lambung (Roberts 2000). Hal yang sama terjadi pada penelitian Saputra (2011) yang menyatakan bahwa parasit yang paling banyak ditemukan pada Famili Anisakidae terdapat pada saluran pencernaan terutama usus. Repository FMIPA Total % 1 2 7 10 10 20 70 100 Tamba (2012) mengemukakan parasit Anisakidae yang terdapat pada ikan selar bentong memiliki distribusi yang tinggi pada usus dan rongga perut. e. Ektoparasit yang Ditemukan pada Insang dan Sisik Ikan Pengamatan ektoparasit secara mikroskopis maupun makroskopis yang dilakukan pada 40 ekor ikan ternyata tidak ditemukan adanya tanda-tanda klinis pada dua organ yang diperiksa, baik pada permukaan tubuh (sisik) maupun pada insang. Tanda-tanda klinis yang tidak terlihat pada ikan tersebut diduga karena sedikitnya jumlah parasit yang menyerang masingmasing ikan pada permukaan tubuh (sisik) dan insang di perairan Sungai Kampar, Hal ini juga diduga karena pada saat pengambilan sampel ikan, ektoparasit sudah meninggalkan inang. 7 KESIMPULAN Endoparasit yang ditemukan yaitu dari Famili Anoplocephalidae, Trichinellidae, dan Strongyloididae sedangkan ektoparasit pada sisik dan insang tidak ditemukan, nilai prevalensi endoparasit tertinggi pada masing-masing Famili yaitu Strongyloididae (15%), nilai prevalensi endoparasit tertinggi pada masing-masing spesies ikan yaitu ikan Gabus (71%), nilai prevalensi endoparasit tertinggi pada masingmasing organ yaitu usus (70%) dan nilai intensitas tertinggi pada masingmasing Famili yaitu Strongyloididae (1,17). DAFTAR PUSTAKA Asnita. 2011. Identifikasi cacing parasitik dan perubahan histopatologi pada ikan bunglon batik jepara dari Kepulauan Seribu [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Batara J. Rinalda. 2008. Deskripsi morfologi cacing Nematoda pada saluran pencernaan ikan gurami dan ikan kakap merah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bowman D.1999. Parasitology For Veterinarians. Philadelphia: Elsevier. Effendie. 1979. Metode Biologi Perairan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Repository FMIPA Fernando CH, Furtado JI, Gusev AV, Hanek G, Kakonge SA. 1972. Methodes for the study of freshwater fish parasites. Univ. Waterloo. Biol Series 12 : 76p. Hernasari PZ. 2011. Identifikasi endoparasit pada sampel feses Nasalis larvatus comata, dan Prebytis siamensis dalam penagkaran menggunakan metode natif dan pengapungan dengan sentrifugasi [skripsi]. Depok : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Hadiroseyani, Hariyadi, Nuryati. 2006. Investarisasi parasit lele dumbo Clarias sp. di daerah Bogor. J Akuakultur Indonesia Vol 5(2):167-177 Noble ER, Noble GA, Schod, Mac Inner AJ. 1989. Parasitology. London: The Biology of Animal. Roberts LS, Jonovy J. 2000. Foundation of Parasitology. 6th edition, Iowa: McGrawHill. Saputra A. 2011. Deteksi morfologi dan molekuler parasit Anisakis spp. pada ikan tongkol (Auxis thazard) [skripsi]. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Syamsul, Nurlita. 2012. Prevalensi dan derajat infeksi Anisakis sp. pada saluran pencernaan ikan kerapu lumpur (Epinephelus sexfasciatus) di TPI Brondong Lamongan [skripsi]. Surabaya: 8 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Moller H, Anders K. 1986. Disease and Parasites of Germany: MarineFishes. Verlag Moller. Kiel. Tamba MF. 2012. Prevalensi dan distribusi cacing pada berbagai organ ikan selar bentong. Indonesia Medicus Veterinus Vol 1(4) : 555-556 Poulin R, dan Morand S. 2000. Testes size, body size and male-male competition in Acanthocephalan parasites. J of Zoology 250: 551-558 Kennedy CR. 1975. Ecological Animal Parasitology. Oxford: Blackwell Scientific Publications. William EHJR, William LB. 1996. Parasites of offshore Big Game Fishes of Puerto Rico and the western Atlantic. Puerto Rico: Departement of Natural and Environmental Resource and University of Puerto Rico. San Juan Puerto Rico. Mayaguez, Puerto Rico. 382 p Kordi MG. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta.: PT. Asdi Mahasatya Repository FMIPA 9