BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komunikasi Massa Pada dasarnya

advertisement
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui
media massa, antara lain media elektronik yaitu film, televisi dan radio,
media cetak yaitu surat kabar, majalah, tabloid, dan buku.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukan oleh
Bittner (Ardianto, 2004: 3), yakni : komunikasi massa pada sejumlah besar
orang (mass communication is messages communicated through a mass
medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui
bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi lain, yaitu Gerbner yang menjelaskan bahwa komunikasi massa
adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari
arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam
masyarakat industri (Ardianto, 2004 : 4).
Jay Black dan Frederick C (Nurdin, 2004: 12) menyebutkan bahwa
komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi
secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang
luas, anonim, dan heterogen. Luas disini berarti lebih besar daripada sekedar
kumpulan orang yang berdekatan secara fisik sedangkan anonim berarti
individu yang menerima pesan cenderung asing satu sama lain. Heterogen
10
11
berarti pesan dikirim kepada orang-orang dari berbagai macam status,
pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan
bukan penerima pesan yang homogen.
Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah
dikemukakan, komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan
media baik media cetak maupun elektronik dalam penyampaian informasi
yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan). Khalayak disini
bersifat massa, yaitu jumlahnya banyak, heterogen dan anonim. Selain itu,
pesan dikirimkan bisa jadi saat kejadian sehingga dapat diterima oleh
khalayak secara serentak.
Berdasarkan definisi-definisi komunikasi massa tersebut, maka
dapat disusun karakteristik komunikasi massa. Melalui definisi itu pula kita
dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut
(Ardianto,2004:7-13):
a.
Komunikasi terlembagakan
Ciri
komunikasi
yang
pertama
adalah
komunikatornya.
Komunikasi massa menggunakan media yang berbentuk lembaga bukan
perorangan, seperti institusi media cetak maupun institusi media elektronik.
b.
Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa
itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang
tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan
komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, opini. Namun tidak semua
12
fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media
massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus
memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi
sebagian besar komunikan.
c.
Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan
heterogen.
Dalam
komunikasi massa,
komunikator
tidak
mengenal
komunikannya (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan
tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah
heterogen, karena terdiri dari berbagai jenis lapisan masyarakat yang berbeda,
yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan,
latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
d.
Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya
dalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak
dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang tersebut secara
serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
e.
Komunikasi Mengutamakan isi ketimbang Hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan
sekaligus, dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa
berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media
massa yang akan digunakan.
13
f.
Komunikasi Massa Bersifat satu Arah
Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan
menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka
komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima
pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.
Dengan
demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.
g.
Stimulus Alat Indera Terbatas
Ciri komunikasi massa lainnya yang dianggap salah satu
kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang “terbatas”.
Dalam
komunikasi massa, stimulus indera bergantung pada jenis media massa.
Dalam media massa televisi, kita menggunakan indera penglihatan dan indera
pendengaran.
h.
Umpan Balik Tertunda (Delayed)
Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan
feedback merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi apapun.
Efektifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang
disampaikan oleh kominikan. Umpan balik dalam komunikasi massa tidak
dapat secara langsung menerima reaksi atau tanggapan dari komunikan
14
2.2. Media Massa
Komunikasi massa menggunakan media dalam penyebaran
pesannya, atau disebut media massa. Kata “media” adalah bentuk jamak dari
kata “medium”. Medium adalah cara atau alat yang menyampaikan sebuah
pesan sampai kepada khalayak (Miller, 2010: 9). Media massa adalah suatu
istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan
jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang
sangat luas.
Media massa terbagi dalam media massa tradisional dan media
massa modern. Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas
dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Media massa
tradisional yaitu surat kabar, majalah, radio, televisi dan film.
Media massa tradisional memiliki ciri-ciri yaitu pertama, informasi
dari lingkungan diseleksi, diterjemahakan dan didistribusikan. Kedua, media
massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu.
Ketiga, penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat
dan menyeleksi informasi yang mereka terima. Keempat, interaksi antara
sumber berita dan penerima sedikit.
Seiring perjalanan waktu dan perkembangan tekonologi, telah
berkembang media-media lain yang dikelompokkan ke dalam media massa
modern seperti internet dan telepon selukar. Ciri-ciri media massa modern ini
15
ialah pertama, sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak
penerima, misal melalui short message service (SMS) atau internet. Kedua,
isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga
oleh individual. Ketiga, tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu.
Keempat, komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam. Terakhir, penerima
yang menentukan waktu interaksi.
2.3. Pengaruh Media Massa
Komunikasi tidak hanya seputar penyampaian pesan, namun juga
dampak dari pesan tersebut. Begitu juga komunikasi massa, setiap pesan yang
disampaikan oleh institusi media melalui media massa memiliki dampak bagi
khalayak selaku komunikannya.
Efek yang terjadi pada komunikasi tersebut terdapat pada tiga
aspek, yaitu efek kognitif, afektif, dan behavioral.
1.Efek Kognitif
Pembaca suratkabar atau majalah, pendengar radio, dan penonton
televisi merasa mendapatkan pengetahuan setelah membaca, mendengar, dan
menonton. Banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh dari proses komunikasi
tersebut, sehingga komunikasi atau media massa dijadikan sebagai kebutuhan
utama setiap hari.
Apabila media massa tersebut telah berhasil menambah wawasan
atau pengetahuan, maka sudah dapat dilihat bahwa komunikasi massa telah
mempunyai pengaruh secara kognitif.
16
2. Efek Efektif
Komunikasi massa juga akan memberikan dampak atau efek
efektif kepada khalayaknya. Efek efektif lebih berkonotasi kepada perubahan
sikap dan perasaan. Dalam membaca berita sedih dalam majalah atau
suratkabar, seseorang juga terseret perasaan sedih. Demikian juga sebaliknya,
orang akan merasa gembira ketika menonton peristiwa lucu di televisi.
Tidak ada orang yang merasa gembira, ketika mendengar dari radio
berita jatuhnya pesawat terbang yang mengakibatkan ratusan penumpang
meninggal seketika.
3. Efek Behavioral
Setelah mendapatkan ilmu atau pengetahuan, lalu merasakan
sesuatu, maka efek yang terakhir dari komunikasi adalah berubahnya perilaku
dari pembaca, pendengar, dan penonton.
Misalkan, bila tayangan televisi menyebabkan khalayak lebih
mengerti bahasa Indonesia, maka televisi telah menimbulkan efek prososial
kognitif. Bila membaca penderitaan orang miskin, lalu tergerak untuk
membantunya, maka itu dinamakan efek prososial efektif. Tetapi bila anda
telah mengirimkan wesel kepada penderita tersebut, maka itu disebut efek
prososial behavioral. (Jalaluddin Rahmat, 2005:230).
17
2.4. Televisi
Salah satu media dalam komunikasi massa ialah televisi, yang
merupakan penerima siaran gambar bergerak beserta suara. Beberapa definisi
televisi ialah pertama, televisi adalah media komunikasi yang mentrasmisikan
gambar dan suara (Naratama, 2004:5). Kedua, televisi adalah sistem
telekomunikasi untuk penyiaran dan penerimaan gambar dan suara dari jarak
jauh (Naratama, 2004:12).
Sebagai bagian dari media komunikasi, televisi pun memiliki
karakteristik. Ada sembilan karakteristik media televisi, yaitu sebagai berikut,
pertama, memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh rangsang
penglihatan dan pendengaran manusia. Kedua, dapat menghadirkan objek
yang amat kecil, besar, berbahaya, atau yang langka sekalipun lewat layar
kaca. Ketiga, menyajikan pengalaman langsung kepada penonton.
Karakter keempat ialah dapat dikatakan ‘meniadakan’ perbedaan
jarak dan waktu. Kelima, mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi
dan proses dengan baik. Keenam, dapat mengkoordinasikan pemanfaatan
berbagai media lain, seperti film, gambar dan suara dengan baik. Ketujuh,
dapat menyebarluaskan berbagai data dan informasi secara serentak dengan
cepat ke berbagai tempat yang berjauhan. Sementara karakter kedelapan ialah
mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan. Dan karakter teakhir
ialah membangkitkan perasaan intim atau media personal (Morrison,
2005:10).
18
2.5. Program Acara Televisi
Televisi merupakan media penyampaian pesan institusi media atau
lembaga penyiaran televisi. Pesan tersebut dikemas dalam bentuk sajian
program acara televisi.
Program acara televisi terbagi dalam program acara pemberitaan
meliputi news, feature, dan dokumenter , drama seperti tragedi, komedi, aksi,
horor, dan non-drama meliputi variety-show, talk-show, dan kuis (Naratama,
2004: 8).
2.6. Program acara televisi talk-show
Fred Wibowo menjelaskan, program uraian (the talk), vox-pop,
interview (wawancara) baik di dalam maupun di luar studio dan diskusi di
televisi disebut Program Mimbar Televisi (The Talk Show Programme).
Program ini tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan pembicaraan
seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat
dibicarakan masyarakat. Apabila pembicaraan dilakukan oleh satu orang,
program itu dinamakan program uraian pendek (the talk programme).
Wawancara dilakukan oleh dua orang dan diskusi lebih dari dua orang.
Semua itu disebut program talk show atau the talk show programme (Lusia,
2006:15).
Program talk show di televisi memiliki tiga komponen dasar, yaitu
studio, host (pemandu acara), dan wawancara. Bernard M. Timberg
mengungkapkan program talk show di televisi memiliki prinsip atau aturan.
Prinsip pertama, acara tersebut dibawakan oleh seorang host (dibantu
19
sebuah tim yang bertanggung jawab atas materi, pengarahan, dan bentuk
acara yang akan ditampilkan. Dari sudut pemasaran, host dipandang sebagai
sebuah label, trademark, yang mempunyai nilai jual.
Prinsip kedua adalah mengandung percakapan berisi pesan
(message). Prinsip ketiga, talk show merupakan suatu produk atau komoditi
yang berkompetisi dengan produk lain. Prinsip keempat, talk show
merupakan kegiatan industri yang terpadu dengan melibatkan berbagai
profesi, mulai dari produser acara, penulis naskah, pengarah acara, penata
rias dan rammbut, dan bagian marketing (Lusia, 2006:83).
Jika dilihat dari gayanya, talk show dapat dibedakan menjadi dua
tipe utama yaitu light entertainment, yaitu jenis talk show yang dimulai
dengan acara mewawancarai selebiriti, seperti bintang film dan politisi.
Acara ini selalu memiliki atmosfer positif, nyaman, ceria dan disiarkan pada
malam hari. Sementara, serious discussion ialah jenis acara talk show yang
lebih spesifik jika ditinjau dari materinya. Isinya berkonsentrasi pada topik
khusus di bidang politik dan sosial, atau pada seseorang yang sedang
menjadi incaran berita. Dalam acara ini, faktor keseriusan dengan
pendekatan jurnalistik tetap dipertahankan namun ditambahkan unsur
pribadi yang cenderung mudah diadopsi khayalak penonton (Lusia, 2006:
104-105).
Konsep produksi program talk show memiliki lima bagian, yaitu
pembawa acara memberikan pembukaan di awal acara seperti mengenalkan
nama program acara, topik yang akan dibahas dan alasan pemilihan topik,
20
serta narasumber yang diundang hadir membahas topik. Kedua, ialah
pembukaan yaitu penyampaian kembali topik yang akan dibahas beserta
alasan pemilihan topik tersebut. Ketiga, dialog yaitu sesi pembawa acara
bertanya kepada narasumber dan narasumber menjawabnya. Keempat,
kesimpulan yaitu pembawa acara menyimpulkan dialog pembahasan topik.
Terakhir, penutup yaitu pembawa acara menyampaikan salam perpisahan
kepada pemirsa (Stephenson, Reese & Beadle, 2009: 126).
Deskripsi mengenai program talk show tersebut menjelaskan
bahwa kekuatan program talk show terletak pada tiga hal, yaitu pertama,
topik yang dibahas, kedua, kompetensi narasumber dalam membahas topik
dan terakhir, kemampuan pembawa acara mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada narasumber dan memandu jalannya dialog.
2.7. Topik sebagai kekuatan program talk show
Program talk show sebagai sebuah program dialog atau
wawaancara, secara umum terbagi dalam dua pembahasan, yaitu wawancara
dengan bobot berita dan wawancara dengan bobot feature. Wawancara
dengan bobot berita dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang suatu
peristiwa yang dimuat dalam pemberitaan, seseorang yang memiliki nilai
berita, atau isu teraktual. Sementara, wawancara dengan bobot feature
bertujuan menggali lebih dalam tentang seseorang yang memiliki
karakter/latar belakang unik atau suatu peristiwa (Stephenson, Reese &
Beadle, 2009: 126).
21
Sebuah wawancara tidak bisa dilakukan secara asal dan tanpa
persiapan matang. Frederick Shook menyebutkan,, wawancara tidak hanya
berguna untuk menyajikan informasi faktual, namun juga membantu
memperkuat gambar serta mengungkapkan perasaan dan pikiran narasumber
yang diwawancarai (Usman, 2009:77).
Sesuai konsep program talk show, yang mana merupakan sebuah
program dialog antara pembawa acara dengan narasumber. Dialog, dalam
hal ini, berarti ada sebuah topik yang menjadi pembahasan.
Pemilihan topik dapat dihubungkan dengan nilai-nilai berita yaitu
pertama, aktualitas, yaitu berita memiliki unsur kebaruan untuk diketahui
oleh masyarakat. Kedua, kegunaan, yaitu berita harus berguna atau memberi
pengaruh bagi masyarakat yang menontonnya (Usman, 2009:20).
2.8. Narasumber sebagai kekuatan program talk show
Kekuatan program talk show terletak pada eksplorasi terhadap
narasumber. Dalam jurnalistik, narasumber yang tepat merupakan jendela
untuk mendapatkan informasi yang berkualitas dan kunci sukses dalam
mendapatkan data yang dapat disajikan kepada penonton.
Walaupun keberhasilan proses wawancara terletak pada bagaimana
pembawa acara selaku pewawancara mewawancarai narasumber, namun
kompetensi narasumber juga patut diperhitungkan. Tim produksi program
talk show tidak bisa sesuka hati mengundang setiap orang sebagai
22
narasumber tanpa melakukan sebuah perisetan mengenai latar belakang
calon narasumber tersebut (Stephenson, Reese & Beadle, 2009, p: 132).
Antony Q. Artis mengemukakan beberapa kriteria yang bisa
digunakan untuk menentukan narausmber yang ideal, yaitu pertama, mampu
berbicara secara koheren atau mendalam atas topik, kedua, memiliki
pengetahuan yang cukup baik atas topik, dan ketiga, ahli pada bidangnya
(Junaedi, 2011: 74).
2.9. Presenter sebagai kekuatan program talk show
Presenter merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang merujuk
kepada seseorang yang membawakan suatu acara. Pada dasarnya, presenter
adalah pembawa acara. Harus disadari host adalah lambang dari stasiun
televisi atau radio, bahkan menjadi ukuran martabat perusahaan atau stasiun
dimana dia bekerja. Karena itu pula dikatakan bahwa penyiar adalah ‘ujung
tombak’ dan mewakili sebuah stasiun siaran.
Sebagai seorang yang menghidangkan sesuatu, host bertindak
sebagaimana seorang teman, bukan seorang asing. Seorang asing akan
memberi penjelasan secara resmi. Audiens (penonton atau pendengar) boleh
menaruh minat atau tidak. Sebaliknya, seorang teman akan menyajikan
sesuatu secara bersahabat dan ramah. Oleh karena itu, audiens akan
menerima dengan senang hati.
Seorang teman tidak akan congkak, keras kepala, menunjukkan
kuasa, menggurui, atau mau menang. Audiens akan merasa memperoleh
23
teman yang sangat memperhatikannya, ramah, dan menarik. Oleh karena itu,
mereka pun akan memperhatikan teman tersebut.
Menurut Teddy Resmisari Pane, ada beberapa faktor yang
membuat audiens memilih pembawa acara (host) favoritnya, yaitu :
1.
Masalah atau berita yang disampaikan oleh host laki-laki
maupun perempuan tersebut mudah dimengerti.
2.
Host tersebut memiliki sifat-sifat yang profesional, seperti
objektif, dapat dipercaya, jujur, tulus hati, memenuhi persyaratan serta
menguasai permasalahan.
3.
Host tersebut terasa seperti teman mereka sehari-hari yang
telah membuat mereka puas. (Junaedi, 2011:53).
2.10. Theory Uses and Gratifications
Teori ini dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumlern dan
Michael Gurevitch. Teori ini menyatakan bahwa media digunakan sesuai
kebutuhan pemirsa. …the media use is motivated by needs and goals that is
define by audiens member themselves.
Penonton aktif menentukan program apa yang hendak mereka
saksikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Diantaranya sebagai pemenuhan
kebutuhan edukasi, informasi maupun hiburan.
Pendekatan manfaat dan gratifikasi menunjukan bahwa orang
menggunakan media dengan berbagai macam tujuan yang berbeda. Pada
tataran yang lebih luas, pendekatan ini menunjukkan bahwa pengguna
24
komunikasi massa memegang kendali. Pendekatan manfaat dan gratifikasi
bisa berfungsi sebagai obat penawar yang sehat terhadap penekanan pada
audience yang pasif dan persuasi yang telah mendominasi banyak penelitian
terdahulu.
Menurut Rubin (1994), bahwa aktifitas audiens merupakan pilihan
yang disengaja oleh para pengguna isi media untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Hal ini merupakan konsep inti dari pendekatan manfaat dan
gratifikasi (Tankard, 2001: 30).
2.11. Minat Khalayak
Bentuk konkret dari efek adalah perubahan sikap, pendapat,
kelakuan dan tumbuhnya minat yang merupakan akibat rangsangan yang
menyentuhnya baik bersifat langsung maupun lewat media massa.
Minat merupakan momen dari kecenderungan-kecenderungan yang
terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Pada
minat ini terdapat pengenalan (kognitif), emosi (afektif) dan kemampuan
(konatif), baik dalam perubahan sikap maupun tindakan.
Hurlock (Rahmat,2006:115) menjelaskan minat selalu berkaitan
dengan bobot emosional yang akan menentukan seberapa lama minat akan
bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu. Jadi dapat dikatakan
bahwa minat sangat dipengaruhi oleh perangsang atau stimulus.
Jadi dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat
adalah sikap yang dapat menimbulkan perhatian, pemuasan rasa
25
keingintahuan dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri seseorang
yang muncul akibat adanya objek tertentu.
Adapun ciri-ciri minat yang dapat dilihat dari uraian tersebut
adalah pertama, minat tidak dibawa sejak lahir. Minat timbul dari perasaaan
senang terhadap suatu objek. Kedua ialah minat dapat berubah-ubah (
situasional dan temporer). Ketiga, minat tidak berdiri sendiri, senantiasa
mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek. Keempat, objek minat
itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan
kumpulan-kumpulan dari hal-hal tersebut. (Rahmat, 2006:45)
Minat di pihak komunikan akan timbul bila ada unsur-unsur
sebagai berikut, pertama ialah terjadinya sesuatu hal yang menarik. Kedua,
terdapat kontras, yaitu hal yang satu dengan yang lainnya, sehingga apa
yang menonjol itu menimbulkan perhatian. Ketiga, terdapatnya harapan
untuk mendapatkan suatu pemahaman terhadap hal yang dimaksud (Rahmat,
2006:30).
Pada semua usia, minat memainkan peran yang penting tehadap
seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap.
Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi.
Perwujudan minat dalam diri seseorang itu bersifat dinamis, dalam
artian berubah-ubah. Perubahan itu menyesuaikan dengan perkembangan
fisik dan mental. Adapun proses perkembangan itu akan terjadi melalui
proses belajar (Rahmat, 2006:32).
26
2.12. Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian
yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian
yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa (Sugiyono,
2001:40)
Kerangka konsep dalam penelitian ini berawal dari teori Uses and
Gratifications yang menjelaskan bahwa khalayak adalah sesuatu yang aktif,
dalam artian mereka memilih media massa berdasarkan minat, keinginan
dan kebutuhan. Sehingga, pelaku media massa sebagai pembuat pesan
mempertimbangkan aspek minat, keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Hal tersebut berlaku untuk pelaku media massa dalam bentuk
apapun, termasuk penyiaran televisi. Program acara televisi yang berbentuk
audio dan visual dapat mempengaruhi minat, keinginan dan kebutuhan
khalayak untuk menonton suatu program acara. Apalagi di tengah pilihan
beragamnya stasiun televisi, khalayak dapat dengan mudahnya berganti
saluran apabila program acara tidak sesuai dengan keinginan atau
kebutuhannya.
Minat khalayak menonton sebuah program acara bila terjadinya
sesuatu hal yang menarik, terdapat sesuatu hal yang menjadi fokus
perhatian, dan terdapatnya harapan untuk mendapatkan suatu pemahaman
saat menonton program acara televisi.
27
Salah satu program acara televisi ialah program acara talk show.
Program berbentuk dialog ini memiliki tiga faktor pendukung utama, yaitu
topik pembahasan, kompetensi narasumber yang membahas topik, dan profil
pembawa acara program talk show.
Topik pembahasan dikatakan memiliki keunggulan ketika topik
tersebut memiliki unsur kebaruan atau aktualitas untuk diketahui
masyarakat. Selain juga, topik pembahasan berguna atau memberi pengaruh
bagi masyarakat yang menontonnya.
Kompetensi narasumber juga menjadi faktor keunggulan sebuah
program talk show. Kompetensi narasumber ialah memiliki kemampuan
berbicara secara koheren atau mendalam mengenai topik pembahasan
program talk show, memiliki pengetahuan yang cukup baik atas topik
pembahasan, dan narasumber merupakan seorang yang ahli pada bidangnya.
Faktor topik maupun kompetensi narasumber belum cukup untuk
menunjang sebuah program talk show. Apalagi, program talk show
memerlukan seorang pemandu yang tidak hanya mewawancarai narasumber
namun juga membawakan jalannya acara. Pembawa acara yang tidak
berkualitas akan membuat program acara talk show menjadi “trash talk”,
sekalipun topik atau narasumber sudah cukup bagus. Karena itu, seorang
presenter memiliki kompetensi yaitu mudah membuat khalayak mengerti
masalah atau informasi, memiliki sifat profesional seperti objektif dan
28
menguasai permasalahan, dan cara pembawa acara membawakan acara
membuat khalayak merasa seperti teman yang diajak diskusi.
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam
menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari
masalah yang diuji kebenarannya. Kerangka konsep yang telah disusun
dalam penelitian ini, agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka
harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat.
Variabel bebas (X)
merupakan variabel yang diduga sebagai
penyebab atau pendahulu dari variabel lain (Rakhmat, 2006: 12). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah isi program Dunia Sehat DAAI TV,
meliputi pembawa acara (X1), kompetensi narasumber (X2), dan topik
pembahasan (X3).
Variabel terikat (Y) adalah variabel yang diduga sebagai akibat
atau yang dipengaruhi oleh varibel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2006 :
12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat menonton penghuni
kos U4 yang dilihat berdasarkan usia dan jenis kelamin.
29
2.13. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka
dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan
kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut :
Dimensi
Topik pembahasan
Kompetensi narasumber
Indikator
-
Topik aktual/baru
-
Topik bermanfaat
-
Narasumber
memiliki
kemampuan membahas topik
secara mendalam
-
Narasumber
memiliki
pengetahuan yang baik
-
Narasumber
merupakan
seorang
ahli
yang
pada
bidangnya.
Presenter
-
Presenter
mudah
khalayak
permasalahan/
membuat
mengerti
topik
pembahasan.
-
Presenter
menguasai
permasalahan
-
Presenter seperti teman bagi
30
pemirsa
Minat khalayak
-
Fokus perhatian
-
Ada unsur yang menarik
-
Mudah
memahami
pembahasan
Gambar 2.2. Operasional Variabel Penelitian
topik
Download