10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, antara lain media elektronik yaitu film, televisi dan radio, media cetak yaitu surat kabar, majalah, tabloid, dan buku. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukan oleh Bittner (Ardianto, 2004: 3), yakni : komunikasi massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner yang menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004 : 4). Jay Black dan Frederick C (Nurdin, 2004: 12) menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Luas disini berarti lebih besar daripada sekedar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan cenderung asing satu sama lain. Heterogen 10 11 berarti pesan dikirim kepada orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen. Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan, komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media baik media cetak maupun elektronik dalam penyampaian informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan). Khalayak disini bersifat massa, yaitu jumlahnya banyak, heterogen dan anonim. Selain itu, pesan dikirimkan bisa jadi saat kejadian sehingga dapat diterima oleh khalayak secara serentak. Berdasarkan definisi-definisi komunikasi massa tersebut, maka dapat disusun karakteristik komunikasi massa. Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto,2004:7-13): a. Komunikasi terlembagakan Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi massa menggunakan media yang berbentuk lembaga bukan perorangan, seperti institusi media cetak maupun institusi media elektronik. b. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, opini. Namun tidak semua 12 fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. c. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai jenis lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya dalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. e. Komunikasi Mengutamakan isi ketimbang Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus, dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 13 f. Komunikasi Massa Bersifat satu Arah Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah. g. Stimulus Alat Indera Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang “terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulus indera bergantung pada jenis media massa. Dalam media massa televisi, kita menggunakan indera penglihatan dan indera pendengaran. h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh kominikan. Umpan balik dalam komunikasi massa tidak dapat secara langsung menerima reaksi atau tanggapan dari komunikan 14 2.2. Media Massa Komunikasi massa menggunakan media dalam penyebaran pesannya, atau disebut media massa. Kata “media” adalah bentuk jamak dari kata “medium”. Medium adalah cara atau alat yang menyampaikan sebuah pesan sampai kepada khalayak (Miller, 2010: 9). Media massa adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Media massa terbagi dalam media massa tradisional dan media massa modern. Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Media massa tradisional yaitu surat kabar, majalah, radio, televisi dan film. Media massa tradisional memiliki ciri-ciri yaitu pertama, informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahakan dan didistribusikan. Kedua, media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu. Ketiga, penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima. Keempat, interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan tekonologi, telah berkembang media-media lain yang dikelompokkan ke dalam media massa modern seperti internet dan telepon selukar. Ciri-ciri media massa modern ini 15 ialah pertama, sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima, misal melalui short message service (SMS) atau internet. Kedua, isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual. Ketiga, tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu. Keempat, komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam. Terakhir, penerima yang menentukan waktu interaksi. 2.3. Pengaruh Media Massa Komunikasi tidak hanya seputar penyampaian pesan, namun juga dampak dari pesan tersebut. Begitu juga komunikasi massa, setiap pesan yang disampaikan oleh institusi media melalui media massa memiliki dampak bagi khalayak selaku komunikannya. Efek yang terjadi pada komunikasi tersebut terdapat pada tiga aspek, yaitu efek kognitif, afektif, dan behavioral. 1.Efek Kognitif Pembaca suratkabar atau majalah, pendengar radio, dan penonton televisi merasa mendapatkan pengetahuan setelah membaca, mendengar, dan menonton. Banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh dari proses komunikasi tersebut, sehingga komunikasi atau media massa dijadikan sebagai kebutuhan utama setiap hari. Apabila media massa tersebut telah berhasil menambah wawasan atau pengetahuan, maka sudah dapat dilihat bahwa komunikasi massa telah mempunyai pengaruh secara kognitif. 16 2. Efek Efektif Komunikasi massa juga akan memberikan dampak atau efek efektif kepada khalayaknya. Efek efektif lebih berkonotasi kepada perubahan sikap dan perasaan. Dalam membaca berita sedih dalam majalah atau suratkabar, seseorang juga terseret perasaan sedih. Demikian juga sebaliknya, orang akan merasa gembira ketika menonton peristiwa lucu di televisi. Tidak ada orang yang merasa gembira, ketika mendengar dari radio berita jatuhnya pesawat terbang yang mengakibatkan ratusan penumpang meninggal seketika. 3. Efek Behavioral Setelah mendapatkan ilmu atau pengetahuan, lalu merasakan sesuatu, maka efek yang terakhir dari komunikasi adalah berubahnya perilaku dari pembaca, pendengar, dan penonton. Misalkan, bila tayangan televisi menyebabkan khalayak lebih mengerti bahasa Indonesia, maka televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila membaca penderitaan orang miskin, lalu tergerak untuk membantunya, maka itu dinamakan efek prososial efektif. Tetapi bila anda telah mengirimkan wesel kepada penderita tersebut, maka itu disebut efek prososial behavioral. (Jalaluddin Rahmat, 2005:230). 17 2.4. Televisi Salah satu media dalam komunikasi massa ialah televisi, yang merupakan penerima siaran gambar bergerak beserta suara. Beberapa definisi televisi ialah pertama, televisi adalah media komunikasi yang mentrasmisikan gambar dan suara (Naratama, 2004:5). Kedua, televisi adalah sistem telekomunikasi untuk penyiaran dan penerimaan gambar dan suara dari jarak jauh (Naratama, 2004:12). Sebagai bagian dari media komunikasi, televisi pun memiliki karakteristik. Ada sembilan karakteristik media televisi, yaitu sebagai berikut, pertama, memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh rangsang penglihatan dan pendengaran manusia. Kedua, dapat menghadirkan objek yang amat kecil, besar, berbahaya, atau yang langka sekalipun lewat layar kaca. Ketiga, menyajikan pengalaman langsung kepada penonton. Karakter keempat ialah dapat dikatakan ‘meniadakan’ perbedaan jarak dan waktu. Kelima, mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi dan proses dengan baik. Keenam, dapat mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media lain, seperti film, gambar dan suara dengan baik. Ketujuh, dapat menyebarluaskan berbagai data dan informasi secara serentak dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan. Sementara karakter kedelapan ialah mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan. Dan karakter teakhir ialah membangkitkan perasaan intim atau media personal (Morrison, 2005:10). 18 2.5. Program Acara Televisi Televisi merupakan media penyampaian pesan institusi media atau lembaga penyiaran televisi. Pesan tersebut dikemas dalam bentuk sajian program acara televisi. Program acara televisi terbagi dalam program acara pemberitaan meliputi news, feature, dan dokumenter , drama seperti tragedi, komedi, aksi, horor, dan non-drama meliputi variety-show, talk-show, dan kuis (Naratama, 2004: 8). 2.6. Program acara televisi talk-show Fred Wibowo menjelaskan, program uraian (the talk), vox-pop, interview (wawancara) baik di dalam maupun di luar studio dan diskusi di televisi disebut Program Mimbar Televisi (The Talk Show Programme). Program ini tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat dibicarakan masyarakat. Apabila pembicaraan dilakukan oleh satu orang, program itu dinamakan program uraian pendek (the talk programme). Wawancara dilakukan oleh dua orang dan diskusi lebih dari dua orang. Semua itu disebut program talk show atau the talk show programme (Lusia, 2006:15). Program talk show di televisi memiliki tiga komponen dasar, yaitu studio, host (pemandu acara), dan wawancara. Bernard M. Timberg mengungkapkan program talk show di televisi memiliki prinsip atau aturan. Prinsip pertama, acara tersebut dibawakan oleh seorang host (dibantu 19 sebuah tim yang bertanggung jawab atas materi, pengarahan, dan bentuk acara yang akan ditampilkan. Dari sudut pemasaran, host dipandang sebagai sebuah label, trademark, yang mempunyai nilai jual. Prinsip kedua adalah mengandung percakapan berisi pesan (message). Prinsip ketiga, talk show merupakan suatu produk atau komoditi yang berkompetisi dengan produk lain. Prinsip keempat, talk show merupakan kegiatan industri yang terpadu dengan melibatkan berbagai profesi, mulai dari produser acara, penulis naskah, pengarah acara, penata rias dan rammbut, dan bagian marketing (Lusia, 2006:83). Jika dilihat dari gayanya, talk show dapat dibedakan menjadi dua tipe utama yaitu light entertainment, yaitu jenis talk show yang dimulai dengan acara mewawancarai selebiriti, seperti bintang film dan politisi. Acara ini selalu memiliki atmosfer positif, nyaman, ceria dan disiarkan pada malam hari. Sementara, serious discussion ialah jenis acara talk show yang lebih spesifik jika ditinjau dari materinya. Isinya berkonsentrasi pada topik khusus di bidang politik dan sosial, atau pada seseorang yang sedang menjadi incaran berita. Dalam acara ini, faktor keseriusan dengan pendekatan jurnalistik tetap dipertahankan namun ditambahkan unsur pribadi yang cenderung mudah diadopsi khayalak penonton (Lusia, 2006: 104-105). Konsep produksi program talk show memiliki lima bagian, yaitu pembawa acara memberikan pembukaan di awal acara seperti mengenalkan nama program acara, topik yang akan dibahas dan alasan pemilihan topik, 20 serta narasumber yang diundang hadir membahas topik. Kedua, ialah pembukaan yaitu penyampaian kembali topik yang akan dibahas beserta alasan pemilihan topik tersebut. Ketiga, dialog yaitu sesi pembawa acara bertanya kepada narasumber dan narasumber menjawabnya. Keempat, kesimpulan yaitu pembawa acara menyimpulkan dialog pembahasan topik. Terakhir, penutup yaitu pembawa acara menyampaikan salam perpisahan kepada pemirsa (Stephenson, Reese & Beadle, 2009: 126). Deskripsi mengenai program talk show tersebut menjelaskan bahwa kekuatan program talk show terletak pada tiga hal, yaitu pertama, topik yang dibahas, kedua, kompetensi narasumber dalam membahas topik dan terakhir, kemampuan pembawa acara mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada narasumber dan memandu jalannya dialog. 2.7. Topik sebagai kekuatan program talk show Program talk show sebagai sebuah program dialog atau wawaancara, secara umum terbagi dalam dua pembahasan, yaitu wawancara dengan bobot berita dan wawancara dengan bobot feature. Wawancara dengan bobot berita dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang suatu peristiwa yang dimuat dalam pemberitaan, seseorang yang memiliki nilai berita, atau isu teraktual. Sementara, wawancara dengan bobot feature bertujuan menggali lebih dalam tentang seseorang yang memiliki karakter/latar belakang unik atau suatu peristiwa (Stephenson, Reese & Beadle, 2009: 126). 21 Sebuah wawancara tidak bisa dilakukan secara asal dan tanpa persiapan matang. Frederick Shook menyebutkan,, wawancara tidak hanya berguna untuk menyajikan informasi faktual, namun juga membantu memperkuat gambar serta mengungkapkan perasaan dan pikiran narasumber yang diwawancarai (Usman, 2009:77). Sesuai konsep program talk show, yang mana merupakan sebuah program dialog antara pembawa acara dengan narasumber. Dialog, dalam hal ini, berarti ada sebuah topik yang menjadi pembahasan. Pemilihan topik dapat dihubungkan dengan nilai-nilai berita yaitu pertama, aktualitas, yaitu berita memiliki unsur kebaruan untuk diketahui oleh masyarakat. Kedua, kegunaan, yaitu berita harus berguna atau memberi pengaruh bagi masyarakat yang menontonnya (Usman, 2009:20). 2.8. Narasumber sebagai kekuatan program talk show Kekuatan program talk show terletak pada eksplorasi terhadap narasumber. Dalam jurnalistik, narasumber yang tepat merupakan jendela untuk mendapatkan informasi yang berkualitas dan kunci sukses dalam mendapatkan data yang dapat disajikan kepada penonton. Walaupun keberhasilan proses wawancara terletak pada bagaimana pembawa acara selaku pewawancara mewawancarai narasumber, namun kompetensi narasumber juga patut diperhitungkan. Tim produksi program talk show tidak bisa sesuka hati mengundang setiap orang sebagai 22 narasumber tanpa melakukan sebuah perisetan mengenai latar belakang calon narasumber tersebut (Stephenson, Reese & Beadle, 2009, p: 132). Antony Q. Artis mengemukakan beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk menentukan narausmber yang ideal, yaitu pertama, mampu berbicara secara koheren atau mendalam atas topik, kedua, memiliki pengetahuan yang cukup baik atas topik, dan ketiga, ahli pada bidangnya (Junaedi, 2011: 74). 2.9. Presenter sebagai kekuatan program talk show Presenter merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang merujuk kepada seseorang yang membawakan suatu acara. Pada dasarnya, presenter adalah pembawa acara. Harus disadari host adalah lambang dari stasiun televisi atau radio, bahkan menjadi ukuran martabat perusahaan atau stasiun dimana dia bekerja. Karena itu pula dikatakan bahwa penyiar adalah ‘ujung tombak’ dan mewakili sebuah stasiun siaran. Sebagai seorang yang menghidangkan sesuatu, host bertindak sebagaimana seorang teman, bukan seorang asing. Seorang asing akan memberi penjelasan secara resmi. Audiens (penonton atau pendengar) boleh menaruh minat atau tidak. Sebaliknya, seorang teman akan menyajikan sesuatu secara bersahabat dan ramah. Oleh karena itu, audiens akan menerima dengan senang hati. Seorang teman tidak akan congkak, keras kepala, menunjukkan kuasa, menggurui, atau mau menang. Audiens akan merasa memperoleh 23 teman yang sangat memperhatikannya, ramah, dan menarik. Oleh karena itu, mereka pun akan memperhatikan teman tersebut. Menurut Teddy Resmisari Pane, ada beberapa faktor yang membuat audiens memilih pembawa acara (host) favoritnya, yaitu : 1. Masalah atau berita yang disampaikan oleh host laki-laki maupun perempuan tersebut mudah dimengerti. 2. Host tersebut memiliki sifat-sifat yang profesional, seperti objektif, dapat dipercaya, jujur, tulus hati, memenuhi persyaratan serta menguasai permasalahan. 3. Host tersebut terasa seperti teman mereka sehari-hari yang telah membuat mereka puas. (Junaedi, 2011:53). 2.10. Theory Uses and Gratifications Teori ini dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumlern dan Michael Gurevitch. Teori ini menyatakan bahwa media digunakan sesuai kebutuhan pemirsa. …the media use is motivated by needs and goals that is define by audiens member themselves. Penonton aktif menentukan program apa yang hendak mereka saksikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Diantaranya sebagai pemenuhan kebutuhan edukasi, informasi maupun hiburan. Pendekatan manfaat dan gratifikasi menunjukan bahwa orang menggunakan media dengan berbagai macam tujuan yang berbeda. Pada tataran yang lebih luas, pendekatan ini menunjukkan bahwa pengguna 24 komunikasi massa memegang kendali. Pendekatan manfaat dan gratifikasi bisa berfungsi sebagai obat penawar yang sehat terhadap penekanan pada audience yang pasif dan persuasi yang telah mendominasi banyak penelitian terdahulu. Menurut Rubin (1994), bahwa aktifitas audiens merupakan pilihan yang disengaja oleh para pengguna isi media untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini merupakan konsep inti dari pendekatan manfaat dan gratifikasi (Tankard, 2001: 30). 2.11. Minat Khalayak Bentuk konkret dari efek adalah perubahan sikap, pendapat, kelakuan dan tumbuhnya minat yang merupakan akibat rangsangan yang menyentuhnya baik bersifat langsung maupun lewat media massa. Minat merupakan momen dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Pada minat ini terdapat pengenalan (kognitif), emosi (afektif) dan kemampuan (konatif), baik dalam perubahan sikap maupun tindakan. Hurlock (Rahmat,2006:115) menjelaskan minat selalu berkaitan dengan bobot emosional yang akan menentukan seberapa lama minat akan bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu. Jadi dapat dikatakan bahwa minat sangat dipengaruhi oleh perangsang atau stimulus. Jadi dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah sikap yang dapat menimbulkan perhatian, pemuasan rasa 25 keingintahuan dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri seseorang yang muncul akibat adanya objek tertentu. Adapun ciri-ciri minat yang dapat dilihat dari uraian tersebut adalah pertama, minat tidak dibawa sejak lahir. Minat timbul dari perasaaan senang terhadap suatu objek. Kedua ialah minat dapat berubah-ubah ( situasional dan temporer). Ketiga, minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek. Keempat, objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan-kumpulan dari hal-hal tersebut. (Rahmat, 2006:45) Minat di pihak komunikan akan timbul bila ada unsur-unsur sebagai berikut, pertama ialah terjadinya sesuatu hal yang menarik. Kedua, terdapat kontras, yaitu hal yang satu dengan yang lainnya, sehingga apa yang menonjol itu menimbulkan perhatian. Ketiga, terdapatnya harapan untuk mendapatkan suatu pemahaman terhadap hal yang dimaksud (Rahmat, 2006:30). Pada semua usia, minat memainkan peran yang penting tehadap seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi. Perwujudan minat dalam diri seseorang itu bersifat dinamis, dalam artian berubah-ubah. Perubahan itu menyesuaikan dengan perkembangan fisik dan mental. Adapun proses perkembangan itu akan terjadi melalui proses belajar (Rahmat, 2006:32). 26 2.12. Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesa (Sugiyono, 2001:40) Kerangka konsep dalam penelitian ini berawal dari teori Uses and Gratifications yang menjelaskan bahwa khalayak adalah sesuatu yang aktif, dalam artian mereka memilih media massa berdasarkan minat, keinginan dan kebutuhan. Sehingga, pelaku media massa sebagai pembuat pesan mempertimbangkan aspek minat, keinginan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut berlaku untuk pelaku media massa dalam bentuk apapun, termasuk penyiaran televisi. Program acara televisi yang berbentuk audio dan visual dapat mempengaruhi minat, keinginan dan kebutuhan khalayak untuk menonton suatu program acara. Apalagi di tengah pilihan beragamnya stasiun televisi, khalayak dapat dengan mudahnya berganti saluran apabila program acara tidak sesuai dengan keinginan atau kebutuhannya. Minat khalayak menonton sebuah program acara bila terjadinya sesuatu hal yang menarik, terdapat sesuatu hal yang menjadi fokus perhatian, dan terdapatnya harapan untuk mendapatkan suatu pemahaman saat menonton program acara televisi. 27 Salah satu program acara televisi ialah program acara talk show. Program berbentuk dialog ini memiliki tiga faktor pendukung utama, yaitu topik pembahasan, kompetensi narasumber yang membahas topik, dan profil pembawa acara program talk show. Topik pembahasan dikatakan memiliki keunggulan ketika topik tersebut memiliki unsur kebaruan atau aktualitas untuk diketahui masyarakat. Selain juga, topik pembahasan berguna atau memberi pengaruh bagi masyarakat yang menontonnya. Kompetensi narasumber juga menjadi faktor keunggulan sebuah program talk show. Kompetensi narasumber ialah memiliki kemampuan berbicara secara koheren atau mendalam mengenai topik pembahasan program talk show, memiliki pengetahuan yang cukup baik atas topik pembahasan, dan narasumber merupakan seorang yang ahli pada bidangnya. Faktor topik maupun kompetensi narasumber belum cukup untuk menunjang sebuah program talk show. Apalagi, program talk show memerlukan seorang pemandu yang tidak hanya mewawancarai narasumber namun juga membawakan jalannya acara. Pembawa acara yang tidak berkualitas akan membuat program acara talk show menjadi “trash talk”, sekalipun topik atau narasumber sudah cukup bagus. Karena itu, seorang presenter memiliki kompetensi yaitu mudah membuat khalayak mengerti masalah atau informasi, memiliki sifat profesional seperti objektif dan 28 menguasai permasalahan, dan cara pembawa acara membawakan acara membuat khalayak merasa seperti teman yang diajak diskusi. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Kerangka konsep yang telah disusun dalam penelitian ini, agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lain (Rakhmat, 2006: 12). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah isi program Dunia Sehat DAAI TV, meliputi pembawa acara (X1), kompetensi narasumber (X2), dan topik pembahasan (X3). Variabel terikat (Y) adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh varibel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2006 : 12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat menonton penghuni kos U4 yang dilihat berdasarkan usia dan jenis kelamin. 29 2.13. Operasional Variabel Penelitian Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut : Dimensi Topik pembahasan Kompetensi narasumber Indikator - Topik aktual/baru - Topik bermanfaat - Narasumber memiliki kemampuan membahas topik secara mendalam - Narasumber memiliki pengetahuan yang baik - Narasumber merupakan seorang ahli yang pada bidangnya. Presenter - Presenter mudah khalayak permasalahan/ membuat mengerti topik pembahasan. - Presenter menguasai permasalahan - Presenter seperti teman bagi 30 pemirsa Minat khalayak - Fokus perhatian - Ada unsur yang menarik - Mudah memahami pembahasan Gambar 2.2. Operasional Variabel Penelitian topik