disini

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Komunikasi
Pada dasarnya Komunikasi Massa adalah komunikasi melalui media
massa yaitu media cetak dan elektronik (Nurudin, 2007:4).
Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya
dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain pada definisi ini
mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan sebagai suatu
hal.(Hovland, Janis and Kelly, Arni Muhammad).
Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan
tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system dapat didirikanm dipelihara, dan
diubah. Pada defini ini komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses.(Forsdale
, Arni Muhammad)
Komunikasi adalah suatu proses melalui individu dalam hubungannya,
dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat menciptakan,
mengirim, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan
orang lain. (Brent D.Ruben, Arni Muhammad)
Jadi komunikasi adalah suatu proses dimana adanya pertukaran pesan
verbal atau non verbal antara pengirim dan penerima untuk mengubah suatu sikap
atau tingkah laku.
2.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa sedikit banyak akan memberikan efek atau pengaruh
pada masyarakat.
Lebih lanjut, Jallaludin (2001, hal.223-239) membagi tiga bagian
dari efek yang ditimbulkan oleh media massa, yaitu :
1. Efek Kognitif
Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, atau dipersepsi oleh khalayak. Efek ini
berkaitan dengan transisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan,
atau informasi.
2. Efek Afektif
Efek afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang
dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada
hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati:
yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan
berperilaku.
Ciri-ciri komunikasi massa (Nurudin, 2007:19-31) :
1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga.
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi
kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur
dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.
2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heteregon.
Komunikan dalam komunikasi massa misalnya dalam media
televisi bersifat heterogen. Penonton televisi beragam pendidikan,
umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan dan
kepercayaan yang juga tak sama. Namun, mereka semua adalah
komunikan televisi.
3. Pesannya Bersifat Umum.
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu
orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain,
pesan-pesannya ditujukan kepada khalayak yang plural.
Komunikasinya Berlangsung Satu Arah.
Hampir di semua komunikasi massa hanya berlangsung satu arah
yaitu kita, sebagai komunikan tidak bisa langsung memberikan
respons kepada komunikatornya berbeda dengan komunikasi tatap
muka. Kalaupun bisa berlangsung dua arah tapi sifatnya tertunda.
4. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakkan.
Dalam komunikasi massa ada keserempakkan dalam proses
penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa
menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Bersamaan
tentu juga bersifat relatif.
5. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis.
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan
kepada khalayaknya sangat membutuhkan peralatan teknis.
Peralatan teknis yang dimaksud adalah misalnya pemancar untuk
media elektronik, satelit, dan lain lain.
6. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper.
Gatekeeper atau yang sering disebut penjaga gawang, adalah orang
yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media
massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut
menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar
semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.
Nurudin juga menjabarkan fungsi-fungsi komunikasi massa (2007:66-92)
yaitu :
1. Informasi
Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat
dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk
mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang
disajikan.
2. Hiburan
Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang
paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain.
Masyarakat kita menjadikan televisi sebagai media hiburan.
3. Persuasi
Fungsi persuasi tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi
dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan
sekilas hanya berupa informasi tetapi jika diperhatikan secara lebih
jeli ternyata terdapat fungsi persuasi yaitu usaha untuk
mempengaruhi orang lain.
4. Transmisi Budaya
Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa
yang paling luas meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi
budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk
komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu.
Demikian juga, beberapa bentuk komunikasi menjadi bagian dari
pengalaman dan pengetahuan individu.
5. Mendorong Kohesi Sosial
Kohesi yang dimaksud adalah penyatuan. Artinya, media massa
mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain media
massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa
bercerai-berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka.
Media massa yang memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup
umat beragama, sama saja dengan media massa itu mendorong
kohesi sosial.
6. Pengawasan
Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan.
Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi
mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi
pengawasan bisa dibagi menjadi dua, yakni warning or beware
surveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental
surveillance atau pengawasan instrumental.
7. Korelasi
Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang
menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan
lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah peran
media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen
masyarakat. Sebuah berita yang disajikan oleh seorang reporter
akan menghubungkan antara narasumber (salah satu unsur bagian
masyarakat) dengan pembaca surat kabar (unsur bagian
masyarakat yang lain).
8. Pewarisan Sosial
Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik,
baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang
mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan,
nilai, norma, pranata, dan etika dari suatu generasi ke generasi
selanjutnya.
9. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif
Dalam kurun waktu lama, komunikasi massa dipahami secara
linier memerankan fungsi-fungsi klasik seperti yang diungkapkan
sebelumnya. Hal yang dilupakan oleh banyak orang adalah bahwa
komunikasi massa bisa menjadi sebuah alat untuk melawan
kekuasaan dan kekuatan represif. Komunikasi massa berperan
memberikan informasi, tetapi informasi yang diungkapkannya
ternyata mempunyai motif-motif tertentu untuk melawan
kemapanan. Memang diakui bahwa komunikasi massa juga bisa
berperan untuk memperkuat kekuasaan, tetapi bisa juga
sebaliknya.
10. Menggugat Hubungan Trikotomi
Hubungan trikotomi adalah hubungan yang bertolak belakang
antara tiga pihak. Dalam kajian komunikasi hubungan trikotomi,
melibatkan pemerintah, pers, dan masyarakat. Ketiga pihak ini
dianggap tidak pernah mencapai sepakat karena perbedaan
kepentingan masing-masing pihak. Oleh karena itu, bisa disebut
dengan hubungan trikotomi.
2.3 Pengertian Televisi
Secara etimologis, televisi menurut David (dalam Usman, 2002, p.1) kata
televisi adalah perpaduan dari kata Yunani dan Latin ”Tele” berarti ”pada suatu
jarak” dan ini juga dipakai untuk menyatakan bentuk komunikasi jarak jauh
lainnya seperti telegram dan telepon. Visi berasal dari kata latin ”video” yang
artinya ”saya lihat”. Televisi adalah pemancar dan penerimaan gambar dari objek
yang sedang bergerak dengan bantuan gelombang radio.
Menurut Baksin (2006 , 16) Televisi adalah hasil teknologi tinggi yang
menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual
gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola
pikir, dan tingkah laku individu.
Menurut ensiklopedia indonesia dalam parwadi (2004 , 28). Televisi
adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali
gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi,
diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik pada
pesawat penerima.
Menurut Wahyudi (1994, p.17) televisi berasal dari dua kata yang berbeda
asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre berasal dari
bahsa latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam
bahasa Inggrisnya, television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini
diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio
televisi).
Bahwa TV mempunyai daya tarik yang kuat tidak perlu dijelaskan lagi.
Karena TV mempunyai unsur kata-kata, musik, sound effect serta unsur visual
berupa gambar. Gambar ini merupakan gambar hidup yang mampu menimbulkan
kesan yang mendalam pada penonton. Salah satu sifat siaran TV adalah langsung,
sehingga pesan yang disampaikan penonton tidak mengalami proses yang
berbelit-belit. Karena keistimewaan yang dimiliki televisi ini menyebabkan
televisi dianggap lebih efektif dalam penyampaian pesan kepada khalayak.
2.4 Pengertian Program Siaran Televisi
Setiap stasiun televisi di Indonesia memiliki banyak sekali program yang
jenisnya beragam yang disiarkan setiap harinya guna memenuhi kebutuhan
audiens. Pada dasarnya semua hal bisa dijadikan sebuah ide untuk membuat
sebuah program televisi asalkan disukai audien dan selama isi dari program
tersebut tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang
berlaku.
2.4.1 Karakteristik Program Televisi
Suatu program televisi selalu mempertimbangkan segala
sesuatunya agar program acara tersebut itu bisa digemari atau dapat
diterima oleh audien. Berikut ini empat hal yang terkait dalam
karakteristik suatu program televisi :
1. Product, yaitu materi program yang dipilih atau akan dibuat haruslah menarik dan
diharapkan akan disukai oleh target audien yang dituju.
2. Price, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli
program sekaligus menentukan tarif bagi pemasang iklan yang berminat
memasang iklan pada saat jam tayang program yang bersangkutan.
3. Place, yaitu kapan waktu siaran yang tepat bagi program itu. Pemilihan waktu siar
yang tepat dan juga sesuai dengan target audien bagi suatu program akan sangat
membantu keberhasilan program bersangkutan.
4. Promotion, yaitu bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual acara itu
sehingga dapat mendatangkan iklan dan sponsor .
2.4.2 Jenis-Jenis Program Televisi
Menurut Morrisan (2009,hal. 215) dari berbagai macam program
yang disajikan stasiun televisi, umumnya jenis-jenis program terbagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Program informasi, adalah segala jenis siaran yang bertujuan untuk
memberitahukan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien.
Dalam program informasi ini dibedakan lagi menjadi beberapa jenis program
yang lebih spesifik yaitu :
1. Berita keras (Hard News), adalah segala bentuk informasi yang penting dan
menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang
harus segera ditayangkan agar dapat diketahui oleh khalayak audien secepatnya.
2. Berita lunak (Soft News), adalah informasi yang penting dan menarik yang
disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera
ditayangkan.
3. Straight News, adalah suatu berita singkat, kurang mendetail yang hanya
menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan.
4. Feature, adalah berita yang menampilkan informasi ringan namun menarik.
5. Infotainment, adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan
orang-orang yang dikenal masyarakat bisa selebriti, atlet, tokoh politik dan
lainnya.
6. Current Affair, adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan
suatu berita penting yang muncul dan menarik perhatian masyarakat sebelumnya
namun dibuat secara lebih lengkap dan mendalam.
7. Magazine, adalah program yang menampilkan informasi ringan dan mendalam.
Magazine menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang aspek
pentingnya.
8. Dokumenter, adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan
pendidikan namun disajikan dengan lebih menarik.
9. Talk Show, adalah program yang menampilkan beberapa orang untuk membahas
suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara.
2. Program Hiburan, adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur
audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang temasuk
dalam ketegori hiburan adalah drama, musik, dan permainan (game).
1. Drama, adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan
atau karakter seseorang atau beberapa orang yang diperankan oleh pemain yang
melibatkan konflik dan emosi.
2. Film, televisi menjadi media paling akhir yang dapat menayangkan film sebagai
salah satu programnya karena pada awalnya tujuan dibuatnya film untuk layar
lebar. Kemudian film itu sendiri didistribusikan menjadi VCD atau DVD setelah
itu film baru dapat ditayangkan di televisi.
3. Permainan atau (game show), adalah suatu bentuk program yang menyajikan
suatu permainan yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu atau
kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Biasanya berupa
hadiah.
4. Musik, Program ini merupakan pertunjukan yang menampilkan kemampuan
seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar
studio. Program musik di televisi sangat ditentukan oleh bintang tamu yang dapat
menarik audien. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimana
mengemas penampilannya diatas panggung agar menjadi lebih menarik.
2.4 Konsep Konten
Content merupakan istilah Bahasa Inggris yang dalam Bahasa Indonesia
biasa disebut Konten, adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk
elektronik. Penyampaian konten dapat dilakukan melalui berbagai medium seperti
internet, televisi, CD audio, bahkan acara langsung seperti konferensi dan
pertunjukan panggung. Istilah ini digunakan untuk mengidentifikasi beragam
format dan genre informasi sebagai komponen nilai tambah media.
Menurut Morrisan (2009:241), konten program dapat dilihat dari dua hal
yaitu nama program dan kemasan program.
Nama Program. Memilih satu nama bagi suatu program merupakan
kegiatan yang paling penting ditinjau dari segi perspektif promosi karena nama
program berfungsi menyampaikan atribut dan makna. Dalam memilih nama suatu
program, pengelola program harus memilih nama program yang dapat
menginformasikan konsep program dan dapat membantu menempatkan atau
memosisikan program di memori otak audien. Suatu nama program harus dapat
menyampaikan manfaat yang diperoleh audien jika mereka menonton atau
mendengarkan program bersangkutan dan pada saat yang sama juga menciptakan
image bagi program itu.
Kemasan Program. Kemasan (packaging) adalah aspek lain dari strategi
pemasaran yang perannya dirasa semakin penting dewasa ini. Secara tradisional,
kemasan memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan atau penyimpanan suatu
produk. Dewasa ini terdapat kecenderungan perubahan fungsi kemasan yang
disebabkan semakin banyaknya tempat penjualan yang bersifat swalayan
(supermarket atau minimarket) dan juga semakin banyaknya konsumen yang
cenderung membuat keputusan untuk membeli suatu produk di lokasi penjualan.
Bagi pengelola program penyiaran, kemasan dapat diartikan segala
sesuatu yang perlu dilakukan untuk menarik perhatian audien melalui penampilan
(appearance) dan isi suatu program yang mencakup antara lain misalnya:
pembawa acara (presenter), busana yang dikenakan, penampilan latar belakang
(background).
2.5 Talkshow
Salah satu format yang sering digunakan televisi dalam menampilkan
wacana ”serius” adalah talk show. Talk show merupakan wacana broadcast yang
bisa dilihat sebagai produk media maupun sebagai talk oriented terus-menerus.
Sebagai produk media, talk show dapat menjadi ‘teks’ budaya yang berinteraksi
dengan pemirsanya dalam produksi dan pertukaran makna. Sebagai sebuah proses
dialog, talk show akan memperhatikan masalah efisiensi dan akurasi, pada aspek:
kontrol pembawa acara, kondisi partisipan dan even evaluasi audiens.
Definisi talk show menurut Farlex (2005) dalam The Free Dictionary : A
television or radio show in which noted people, such us authorities in a particular
field, participate in discussion or are interviewed and often answer question from
viewer.
Talk show mempunyai ciri tipikal: menggunakan percakapan sederhana (casual
conversation) dengan bahasa yang universal (untuk menghadapi heterogenitas
khalayak). Tema yang diangkat mestilah benar-benar penting (atau dianggap
penting) untuk diketahui khalayak atau setidaknya menarik bagi pemirsanya.
Wacana yang diketengahkan merupakan isu (atau trend) yang sedang berkembang
dan hangat di masyarakat. Berdasarkan Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia
Nomor 009/SK/KPI/8/2004 Tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar
Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia pada Pasal 8 disebutkan bila
program talk show termasuk di dalam program faktual. Adapun pengertian
program faktual merujuk pada program siaran yang menyajikan fakta non-fiksi.
Istilah Talkshow adalah aksen dari bahasa inggris di Amerika. Di Inggris
sendiri, istilah Talkshow ini biasa disebut Chat Show. Pengertian Talkshow adalah
sebuah program televisi atau radio dimana seseorang ataupun group berkumpul
bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tapi
serius, yang dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala, Talkshow
menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman
hebat. Di lain hal juga, seorang tamu dihadirkan oleh moderator untuk berbagi
pengalaman. Acara Talkshow ini biasanya diikuti dengan menerima telpon dari
para pendengar/penonton yang berada di rumah, mobil, ataupun ditempat lain.
Sebenarnya talk show dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1.
Talk show yang sifatnya ringan dan menghibur
2.
Talk show yang sifatnya formal dan seriusTalk show yang sifatnya
formal itu umunya masuk dalam kategori berita, sementara talkshow yang bersifat
ringan itu masuk dalam kategori informasi.
Untuk kategori yang kedua ini, talk show biasanya disampaikan dalam
suasana yang santai dan penuh keakraban dengan mengundang satu atau lebih
narasumber untuk membahas topik yang sedang hangat. Topik-topik yang sifatnya
ringan dan mudah dicerna oleh pemirsa. Suasana santai dan ringan itu juga tercermin
dari kepiawaian sang tuan rumah acara (host) alias moderator yang menghidupkan
suasana dengan komentar-komentar atau ulah jahil yang memancing tawa.
2.6 Dampak Media
Dampak media (media effects) adalah perubahan kesadaran, sikap, emosi,
atau tingkah laku yang merupakan hasil dari interaksi dengan media. Istilah tersebut
sering digunakan untuk menjelaskan perubahan individu atau masyarakat yang
disebabkan oleh terpaan media.
Perkembangan pemikiran dan teori tentang dampak media mempunyai sejarah
alamiah karena dipengaruhi oleh setting waktu, tempat, faktor lingkungan, perubahan
teknologi, peristiwa-peristiwa sejarah, kegiatan kelompok-kelompok penekan, para
propagandis, kecenderungan opini publik, serta beragam penemuan-penemuan dan
kecenderungan yang berkembang dalam kajian ilmu-ilmu sosial.
McQuail (2000: 417-421) mememetakan perkembangan pengetahuan
mengenai riset media ke dalam empat tahap. Tahap pertama, all-power media. Pada
fase pertama ini, media diyakini mempunyai kekuatan yang sangat berpengaruh
dalam menentukan opini dan keyakinan, mengubah kebiasaan hidup (habits of life)
dan menentukan perilaku sebagaimana ditentukan oleh pengontrol pesan atau media.
Pandangan-pandangan ini tidak didasarkan pada investigasi ilmiah, tetapi lebih
didasarkan pada observasi tentang popularitas media seperti koran, radio, dan film
dalam mengintervensi banyak aspek kehidupan manusia dalam hubungan-hubungan
publik. Penggunaan media oleh para propangandis dalam Perang Dunia I yang
disponsori negara-negara diktator dan rezim revolusioner yang di Rusia semakin
menegaskan kuatnya pengaruh media pada saat itu.
Tahap kedua, pengujian teori media powerfull. Transisi ke arah penelitian
empiris telah mendorong munculnya tahap kedua yang mulai memikirkan tentang
dampak media. Penelitian semacam ini dimulai oleh riset literatur yang dilakukan atas
Paine Fund Studies di Amerika pada awal tahun 1930-an. Studi ini memfokuskan
pada pengaruh film terhadap anak-anak dan remaja. Studi-studi terpisah lainnya
menyangkut dampak tipe-tipe pesan dan media yang berbeda, khususnya film atau
program-program aktivitas kampanye. Studi-studi pada era ini dikonsentrasikan pada
kemungkinan penggunaan film dan media yang lain untuk melakukan aktivitas
komunikasi persuasif. Pada tahap ini, penelitian-penelitian yang menggunakan
metode eksperimental telah mulai dilakukan seperti penelitian Hovland et.al (1950),
Hughes (1950), Lazarsfeld et. al (1944), dan Berelson et.al. (1954) (McQuail, 2000:
418). Penelitian-penelitian semacam ini terus berlanjut ke dalam kemungkinan
dampak buruk media terhadap anak-anak pada era tahun 1950-an. Kesimpulan yang
dapat diambil dari perubahan-perubahan penelitian pada tahapan ini adalah seiring
perkembangan metode penelitian, fakta, dan teori menyarankan adanya sejumlah
variabel-variabel baru yang seharusnya dipikirkan atau diperhitungkan dalam
membahas dampak media. Para peneliti mulai membedakan kemungkinankemungkinan dampak yang berbeda menurut karakteristik sosial dan psikologis;
mereka mulai memperkenalkan sejumlah faktor yang berhubungan dengan dampak
pengantara seperti kontak personal dan lingkungan, dan tipe-tipe motif seseorang
dalam mengakes media. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa media massa tidak
mempunyai dampak sama sekali terhadap audience.
Tahap ketiga, penemuan kembali kekuatan dampak media. Pada tahap ini,
kesimpulan tahap sebelumnya yang mengatakan bahwa media tidak mempunyai
dampak terhadap audience atau mempunyai dampak minimal telah mendapatkan
tantangan. Salah satu faktor yang menjadi penyebab penolakan mengenai teori
dampak minimal adalah munculnya televisi pada era 1950-an dan 1960-an sebagai
sebuah medium yang mempunyai kekuatan atraktif dan dampak besar dalam
kehidupan sosial. Penelitian awal mulai menggunakan suatu model yang dipinjam
dari displin ilmu psikologi yang berusaha mencari hubungan antara tingkat pajanan
media (media exposure) dengan ukuran-ukuran perubahan atau variasinya dengan
sikap, pendapat, informasi atau perilaku, dan sejumlah variabel pengantara. Pada
tahap ini, telah terjadi pergeseran perhatian ke arah perubahan-perubahan jangka
panjang dan kognisi dibandingkan dengan sikap, dampak, dan ke arah fenomena
kolektif seperti pendapat, struktur keyakinan, ideologi, pola-pola budaya dan bentukbentuk institusional media (McQuail, 2000: 420). Penelitian-penelitian berikutnya
mulai menaruh perhatian pada bagaimana media memproses dan menentukan isi
pesan sebelum disampaikan ke audience.
Tahap keempat, negotiated media influence. Pada akhir 1970-an, muncul
suatu pendekatan baru yang lebih dikenal dengan pendekatan konstruksi sosial. Pada
dasarnya, pendekatan ini melibatkan pandangan media yang mempunyai pengaruh
signifikan melalui konstruksi makna. Pendekatan konstruksi sosial menawarkan
suatu pandangan bahwa pengaruh media terhadap audiens melalui proses negosiasi
ke dalam struktur pemaknaan personal, yang seringkali ditentukan oleh identifikasi
kolektif. Makna dikonstruksi oleh penerima pesan itu sendiri. Proses mediasi ini
melibatkan konteks sosial penerima pesan.
2.6 Teori Khusus
2.6.1 Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response
semula berasal dari ilmu psikologi. Kalau menjadi teori komunikasi, tidak
mengherankan, karena objek material dari ilmu psikologi dan ilmu komuniasi
adalah sama, yaitu manusia dan jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap,
opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi ( Effendy, 2003).
Menurut teori stimulus organis response ini, efek yang ditimbulkan adalah
reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsurunsur dalam model ini adalah :
1. Pesan (Stimulus, S)
2. Komunikan (Organism, O)
3. Efek (Response, R)
“Pesan yang disampaikan oleh komunikator ke komunikan akan
menimbulkan suatu efek yang kehadirannya terkadang tanpa disadari oleh
komunikan” (Effendy, 2003, p.255).
Gambar 2.1. Model Komunikasi S-O-R ( Effendy, 2003, p.255).
Stimulus atau pesan yang diterima oleh komunikan melalui media, salah
satunya yaitu media televisi diterima oleh organism atau komunikan yang
kemudian menimbulkan response atau efek. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa
efek - efek dari penerimaan pesan yang terjadi pada komunikan antara lain
mengubah opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi berlangsung jika ada perhatian dari
komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan
inilah yang kemudian melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan
mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan komunikan untuk
mengubah sikap ( Effendy, 2003).
Maka sesuai dengan teori yang telah dijelaskan diatas, stimulus dalam
penelitian ini adalah program KKN yang memberikan dampak atau pengaruh
berbicara porno. Organism dalam penelitian ini adalah khalayak di kawasan
krendang indah no 8. Sedangkan response yang akan diteliti pada penelitian ini
adalah kebiasaan buruk masyarakat dalam berbicara porno
2.7 Teori Uses Effects
Pertama kali dikemukakan Sven Windahl (1979), merupakan sintesis antara pendekatan
uses and gratifications dan teori tradisional mengenai efek. Konsep use (penggunaan)
merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena
pengetahuan mengenai penggunaan media akan memberikan jalan bagi pemahaman dan
perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media dapat
memiliki banyak arti. Ini dapat berarti exposure yang semata-mata menunjuk pada
tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu
proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat
dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada pengertian yang kedua.
2.7 Kerangka Pemikiran
Sebuah tayangan televisi harus memiliki konten program yang dapat
menarik perhatian pemirsa untuk menyaksikannya. Konten program dapat dilihat
dari nama dan kemasan program yang dirumuskan menjadi lebih spesifik yaitu
dari pembawa acara, konsep program dan latar belakang acara.
Merujuk pada penelitian (Surya,1996:16), intensitas menonton televisi
diartikan sebagai kuantitas pemirsa dalam menonton program acara di televisi.
Intensitas menonton televisi dalam penelitian ini diukur dari frekuensi.
Penelitian ini ingin mengetahui lebih lanjut apakah ada pengaruh atau
keterkaitan yang erat antara konten program dengan intensitas menonton pemirsa
nya dan unsure apakah dari konten program yang memiliki pengaruh paling besar.
Penelitian ini menggunakan tayangan program KKN sebagai variable
bebas (x) dan dampak masyarakat dalam berbicara porno di wilayah Krendang
Indah RT08/05 itu menjadi variable (y). Definisi operasional dari kedua variable
tersebut akan dibuat beberapa dimensi dan akan dibuat suatu daftar pertanyaan
atau kuisioner, yang akan digunakan untuk mendapatkan sebuah jawaban dari
penelitian ini.
Variabel x
Dimensi
Dampak
tayangan
KKN
Pengisi acara
Indikator


Perbincangan

Kreativitas Pembawa acara dalam
membawakan sebuah talkshow, sehingga
menjadi lebih menarik.
Perilaku Pembawa acara dalam membawakan
acara
Bahasa yang digunakan dalam acara tersebut.
- Kosakata yang cukup akrab dengan penonton
Wardrobe

Busana yang dikenakan talent dalam acara
tersebut
Tampilan
Gambar


Visual yang ditayangkan
Zoom in (Mendekatkan) yang dilakukan oleh
kameramen
Variabel Y
Dimensi
Indikator
Kebiasaan
berbicara
porno
Penerimaan

penonton dapet menerima isi pesan yang
disampaikan dalam acara tersebut
Efek
behavioral

Penonton mempraktekan tata bahasa yang
ditampilkan.
Penonton menjadi terbiasa dengan tata bahasa
tersebut.

Download