BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1.
Landasan Teori
2.1.1.
Tindakan / aksi korporasi (Corporate Action)
Aksi korporasi (Corporate Action) merupakan aktivitas emiten yang
berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar, maupun terhadap harga saham di
pasar. Corporate Action merupakan berita yang pada umumnya menarik perhatian
pihak – pihak yang terkait dengan pasar modal, khususnya pemegang saham
(Investor). Karena pemegang saham (investor) adalah pihak yang paling
membutuhkan berita atau informasi mengenai corporate action tersebut, guna
pengambilan keputusan di dalam investasinya.
Keputusan Corporate Action harus disetujui dalam suatu rapat umum, baik itu
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) maupun Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB) serta persetujuan pemegang saham (investor). Persetujuan
investor adalah mutlak untuk berlakunya suatu corporate action dan hal itu sesuai
dengan peraturan yang ada di Pasar Modal.
2.1.2. Jenis – Jenis Aksi Korporasi (Corporate Action)
Jenis – jenis corporate action mengacu pada definisi dari corporate action itu
sendiri yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana berkaitan dengan aktivitas
perusahaan (emiten) dan dari hal tersebut maka mengacu kepada aktivitas :
1) Penerbitan right.
2) Pemecahan saham (Stock Split).
13
3) Saham bonus.
4) Pembagian dividen, baik itu dalam bentuk dividen tunai (Cash
dividend) maupun dividen saham (Stock Dividend).
5) Penawaran Perdana (Initial Public Offering – IPO).
6) Additional Listing. Seperti penempatan langsung (Private Placement),
konversi saham baik dari warrant, right maupun obligasi.
2.2.
Pemecahan Saham (Stock Split)
Definisi mengenai Pemecahan Saham Menurut kamus istilah keuangan dan
investasi, pemecahan saham (stock split) merupakan pemecahan jumlah saham yang
beredar dari suatu perusahaan tanpa penambahan apapun dalam ekuitas pemegang
saham. Hal ini hampir serupa dengan definisi yang dikemukakan oleh Martalena dan
Maya Malinda (2011), pemecahan saham (Stock Split) yaitu memecah nilai nominal
saham menjadi lebih kecil sehingga jumlah saham yang beredar menjadi bertambah
tetapi modal yang disetor tetap. Jadi, atas pemecahan saham (stock split) tersebut
jumlah saham akan menjadi lebih banyak dengan nilai nominal yang menjadi
lebih kecil. Misalnya dari
Rp. 3000 menjadi Rp.1500. Namun pemecahan saham (stock split) tersebut
meskipun jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak, tetapi hal itu tidak
merubah apapun dalam ekuitas pemegang saham (investor). Hal itu karena pemegang
saham (investor) akan menerima sejumlah n yang sama dari tiap lembar saham yang
dimiliki sebelumnya. Nilai nominal saham tersebut adalah 1/n dari nilai nominal
saham sebelumnya. Dengan demikian total ekuitas yang dimiliki perusahaan
sebenarnya adalah sama.
14
Definisi menurut para ahli yang lain juga telah banyak dikemukakan, definsi
mengenai pemecahan saham (Stock Split) yang dikemukakan oleh Marwata (2001),
Pemecahan saham (stock split) berarti memecah selembar saham menjadi n lembar
saham. Pemecahan saham (stock split) menyebabkan bertambahnya jumlah lembar
saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah modal. Harga per lembar
saham baru setelah pemecahan saham (stock split) adalah sebesar 1/n dari harga
sebelum pemecahan saham (stock split). Jumlah saham yang semakin banyak
diharapkan saham tersebut dapat menjadi lebih aktif, dan menjaga harga saham pada
rentang harga tertentu. Pemecahan saham (stock split) itu sendiri, dapat didefinisikan
sebagai aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham
menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio pemecahan saham (stock split)
yang ditentukan. Dimana perubahan nilai nominal tersebut hanya mengakibatkan
penambahan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah jumlah modal ditempatkan
dan modal disetor atau tidak akan mengurangi atau menambah nilai investasi dari
pemegang saham (investor). Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk membuat harga
sahamnya menjadi lebih rendah dari sebelumnya, mensejajarkan harga
sahamnya dengan saham perusahaan sejenis atau yang dianggap memiliki
karakteristik yang sama, membentuk harga saham menjadi lebih wajar dan
meningkatkan likuiditas saham di Pasar Modal. Banyak motif yang dapat mendasari
tujuan dari dilakukannya pemecahan saham (stock split) oleh sebuah perusahaan.
Dari berbagai definisi diatas yang telah dikemukakan, definisi dari pemecahan
saham (Stock Split) secara sederhana berarti memecah selembar saham menjadi n
lembar saham. Harga per lembar saham baru adalah 1/n dari harga saham sebelum
pemecahan saham (stock split). Peristiwa pemecahan saham (stock split) tersebut
15
tidak menambah jumlah ekuitas pemegang saham karena hanya memecah jumlah
saham yang beredar. Diharapkan pergerakan harga saham pun bergerak pada rentang
harga tertentu yang di inginkan oleh perusahaan, serta menjaga agar saham
perusahaan menajdi lebih aktif dengan harga yang menjadi lebih rendah dari
sebelumnya dan diharapkan hal itu dapat menarik investor baru untuk berinvestasi.
Menurut (Jogiyanto, 416), Alasan utama dari perusahaan yang melakukan
pemecahan saham (stock split) adalah supaya harga sahamnya tidak terlalu tinggi.
Dengan harga saham yang menjadi lebih rendah akan meningkatkan likuiditas serta
keaktifan saham tersebut, karena diharapkan akan adanya investor – investor baru
yang akan tertarik dengan saham perusahaan tersebut. Karena pemecahan saham
tersebut mengakibatkan jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak, sehingga
harga saham akan menjadi lebih rendah. Hal itu dilakukan juga guna menstabilkan
harga sebelumnya, dan juga merupakan salah satu cara untuk menarik investor
memiliki saham perusahaan tersebut dengan harga nominal per lembar saham yang
menjadi lebih rendah.
2.2.1. Teori Pemecahan Saham (Stock Split)
Secara teoritis motivasi yang melatar belakangi perusahaan melakukan
pemecahan saham (stock split), tertuang dalam dua teori berikut yaitu Trading Range
Theory dan Signaling Theory (Mason, Helen B, and Roger M. Shelor,1998) yaitu
sebagai berikut :
1. Trading Range Theory
Berkaitan dengan teori ini, pemecahan saham (stock split) akan meningkatkan
likuiditas saham. Harga saham yang terlalu tinggi (over price) menyebabkan
kurang aktifnya saham tersebut diperdagangan Pasar Modal. Dengan adanya
16
pemecahan saham (stock split) harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga
makin banyak investor bertransaksi (Marwata, 2001). Manajemen melakukan
pemecahan saham (stock split) didorong oleh perilaku praktisi pasar yang
konsisten, dengan anggapan bahwa dengan melakukan pemecahan saham (stock
split) dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal. Dengan nominal saham
dipecah maka akan tercipta batas harga yang optimal untuk saham dan untuk
meningkatkan daya beli investor,
sehingga tetap banyak orang yang mau
memperjualbelikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas
perdagangan saham itu sendiri.
Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi mendorong perusahaan
melakukan pemecahan saham ( Stock Split ). Dengan melakukan pemecahan
saham (stock split), diharapkan perusahaan dapat menstabilkan harga yang
awalnya mengalami peningkatan yang cukup tinggi dan membuat saham
tersebut menjadi kurang aktif, serta dengan pemecahan harga saham tentu harga
saham tersebut mengalami penurunan, sehingga diharapkan itu dapat mendorong
investor lain khususnya investor menengah kebawah agar dapat ikut berinvestasi
dan aktivitas tersebut akan meningkatkan likuiditas dari perdagangan saham.
2. Signaling Theory
Dalam model Signalling Theory yang dikembangkan oleh Brennan dan
Copeland (1988), Menyatakan bahwa pemecahan saham (stock split) memberikan
sinyal yang informatif pada investor mengenai prospek peningkatan return masa
depan yang substansial. Dilakukannya pemecahan saham (Stock Split) oleh
perusahaan memerlukan biaya yang cukup mahal, karena meningkatkan biaya
administrasi penerbitan saham dan biaya transaksi investor. Oleh karena itu, hanya
17
perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus saja yang mampu melakukan
pemecahan saham (stock split). Karena biaya yang harus dikeluarkan guna
melakukan pemecahan saham (stock split) tersebut.
Jadi berdasarkan teori ini, menyatakan bahwa dilakukannya pemecahan saham
(stock split) akan memberikan sinyal positif kepada investor. Dengan pemikiran
bahwa dilakukannya pemecahan saham (stock split) ini membutuhkan biaya yang
cukup mahal, maka hanya perusahaan dengan
prospek baiklah yang dapat melakukannya. Dengan melihat prospek baik itulah
diharapkan dapat memberikan return yang besar dimasa depan. Dikarenakan hal
itulah dilakukannya pemecahan saham (stock split) pasar akan bereaksi karena
adanya sinyal positif yang ditimbulkan dari adanya pemecahan saham (stock
split), reaksi ini adalah karena pasar beranggapan bahwa perusahaan tersebut
memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang. Dapat dikatakan bahwa
pemecahan saham (stock split) dapat dijadikan upaya yang akan menarik bagi
para investor besar maupun menengah kebawah, dengan adanya pemecahan
saham (stock split).
Marwata (2001 : 9) juga menyatakan bahwa atas signalling theory yang
dikembangkan oleh Brennan dan Copeland (1988), pengumuman atas pemecahan
saham (Stock Split) dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen
kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di masa depan. Jadi
reaksi pasar terhadap pemecahan saham (Stock Split) tersebut sebenarnya bukan
terhadap tindakan pemecahan saham (Stock Split) itu sendiri, melainkan terhadap
prospek perusahaan di masa depan yang di sinyalkan dari aktivitas pemecahan
saham (stock split) tersebut.
18
2.2.2. Jenis Pemecahan Saham (Stock Split)
Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dilakukan menurut Samsul
(2006) yaitu sebagai berikut :
1. Pemecahan Saham naik (split-up)
Pemecahan saham naik adalah satu saham lama ditarik dari peredaran dan
diganti dengan dua saham baru tetapi nilai nominal saham baru itu lebih kecil ½
dari nilai nominl sebelumnya. Dengan demikian penurunan nominal per lembar
saham tersebut, yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar.
Misalnya :
Pemecahan saham turun dengan faktor pemecahan 1:3. Dimana nilai nominal
awal perlembar saham sebesar Rp. 15.000 setelah dilakukannya Split-Up dengan
perbandingan 1:3 nilai nominal per lembar saham yang baru adalah menjadi Rp.
5000. Sehingga awalnya satu lembar menjadi tiga lembar.
2. Pemecahan Saham Turun (split down atau reverse split)
Pemecahan saham turun (Split Down) adalah menurunkan jumlah saham beredar.
Dengan demikian peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi
jumlah saham yang beredar sehingga mengakibatkan harga saham akan naik.
Tujuan dilakukannya pemecahan saham turun (Split Down) adalah untuk
meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat, karena
dengan meningkat harga saham perusahaan memberikan efek bahwa perusahaan
tersebut memiliki peningkatan dalam usahanya.
Misalnya :
Pemecahan saham dengan faktor pemecahan 3:1. Dimana nilai nominal awal
perlembar saham sebesar Rp. 1.000 setelah dilakukannya Split-Down dengan
19
perbandingan 3:1 nilai nominal per lembar saham yang baru adalah menjadi Rp
3.000. Sehingga awalnya tiga lembar menjadi satu lembar.
2.2.3. Tujuan dan Manfaat dilakukannya pemecahan saham (Stock Split)
a. Tujuan dilakukannya Pemecahan Saham (Stock Split)
(Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, 2008 - 183)
mengemukakan, bahwa tujuan dari dilakukannya pemecahan saham (Stock
Split) adalah agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid. Hal itu
karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya
menjadi lebih murah dan akan sangat efektif bila dilakukan terhadap saham –
saham yang harganya sudah cukup tinggi.
Berdasarkan uraian mengenai tujuan dari pemecahan saham (Stock
Split) yang sudah dikemukakan sebenarnya, intinya yaitu dilakukannya
pemecahan saham (Stock Split) adalah untuk menstabilkan harga saham itu
sendiri. Karena dengan pemecahan saham (stock split), artinya jumlah saham
dipecah menjadi lebih banyak, dan pasti harganya pun turun. Sehingga dapat
menstabilkan yang awalnya harga saham itu perlembarnya sangat tinggi,
menjadi lebih murah dan diharapkan dapat menjadi lebih aktif dari pemecahan
saham (stock split) tersebut. Karena dari penurunan harga tersebut diharapkan
adanya aksi pembelian saham tidak saja dari investor kalangan menengah ke
atas, namun investor kalangan kebawah. Dengan begitu saham menjadi lebih
aktif ketimbang harga saham sebelumnya yang tinggi, membuat investor
enggan untuk membeli.
20
b. Manfaat dari dilakukannya Pemecahan Saham (Stock Split)
Beberapa pelaku pasar khususnya perusahaan (emiten), berpendapat bahwa
aktivitas pemecahan saham (Stock Split) dapat memberikan manfaat besar
bagi perusahaan. Dengan Harga saham setelah pemecahan saham (stock split)
akan menjadi lebih rendah, sehingga menambah daya tarik bagi investor baru
untuk membeli saham. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya
dilakukannya pemecahan saham (stock split) memberikan signal positif bagi
para investor, karena dalam melakukan pemecahan saham (stock split)
dibutuhkan biaya yang cukup mahal sehingga biasa dilakukan oleh perusahaan
yang memiliki prospek baik. Diharapkan aktivitas jual beli terhadap saham
tersebut menjadi meningkat dan mendorong investor menengah kebawah
untuk ikut serta didalam pembelian tersebut.
2.3
Dividend
Dividend merupakan keuntungan yang didapatkan oleh investor atas
penanaman saham di sebuah perusahaan, yang dihasilkan berdasarkan keuntungan
yang diperoleh perusahaan. Dividen merupakan hak pemegang saham untuk
mendapatkan keuntungan perusahaan. Dividen diberikan atas pemodal (investor) yang
telah memiliki saham suatu perusahaan dalam kurun waktu yang lama, sehingga si
pemodal (investor) di akui sebagai pihak yang berhak untuk mendapatkan dividen.
Dividen dibagi menjadi dua yaitu dividen tunai (Cash Dividend) dan dividen saham
(Stock Dividend). Dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah bentuk kas
atau dividen tunai (cash dividend). Adapun tujuan dari pembagian dividen adalah
sebagai berikut:
21
a) Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena
tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham;
b) Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen,
diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan dapat diakui bahwa
perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil
kepada investor;
c) Sebagian investor memandang bahwa resiko dividen adalah lebih rendah
dibanding resiko capital gain;
d) Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang
digunakan untuk keperluan konsumsi; dan
e) Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang
saham.
2.3.1. Jenis – jenis Dividen
Menurut Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin (Aksi Korporasi : 98) yang
menyatakan mengenai jenis – jenis dividen yaitu sebagai berikut:
1. Dividen Tunai (Cash Dividend)
Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
(investor) dalam bentuk tunai atau kas.
2. Dividen Saham (Stock Dividend)
Dividen Saham merupakan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
(investor) bukan dalam bentuk tunai atau kas, namun dalam bentuk saham.
3. Dividen Properti (Property Dividend)
22
Dividen Properti merupakan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
(investor) dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham.
4. Dividen Likuidasi
Dividen Likuidasi merupakan dividen yang diberikan kepada pemegang
saham (investor) sebagai akibat di likuidasinya perusahaan.
Dari beberapa jenis dividen yang telah disebutkan diatas menurut
Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin, jenis dividen yang lebih sering
dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya adalah dividen
tunai (Cash Dividend) dan dividen saham (Stock Dividend). Jenis dividen yang
umumnya lebih disukai oleh para pemegang saham adalah dividen dalam
bentuk tunai.
2.3.2. Dividen Tunai (Cash Dividend)
Dividen tunai (Cash Dividend) merupakan keuntungan atas saham
yang dimiliki dan diberikan oleh perusahaan, kepada pemegang saham
(investor) lama dalam bentuk kas atau tunai. Hal yang perlu di perhatikan
pimpinan perusahaan sebelum membuat suatu pengumuman
adanya dividen kas, adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk
pembagian dividen tersebut. Bila perusahaan terdapat kekurangan kas maka
perusahaan (emiten) dapat membagikan dividen kepada pemegang saham
(investor), dalam bentuk dividen saham (stock dividend). Karena hal itulah
pembagian dividen dalam bentuk tunai atau kas dapat mencerminkan stabilitas
23
dari profitabilitas perusahaan karena pembagian dividen tunai mencerminkan
arus kas perusahaan.
Menurut Jogiyanto (1998) menyatakan bahwa pembayaran dividen dapat
dikelompokkan kedalam tiga kemungkinan yaitu :
1. Pembayaran dividen tidak teratur.
Dimana dividen yang tiap – tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas,
bahkan untuk periode – periode tertentu tidak membayar dividen sama
sekali. Hal itu dapat terjadi karena perusahaan mengalami rugi atau
kesulitan likuiditas.
2. Dividen konstan tidak bertumbuh.
Dimana pembayaran dividen dari periode ke periode relatif konstan.
Dimana maksudnya pembayaran dividen sama tiap periode.
3. Pertumbuhan dividen yang konstan.
Dimana dividen yang tumbuh secara konstan. Dimana dividen mengalami
kenaikan secara konstan tiap periode nya.
2.3.3. Prosedur Pembagian Dividen
Pada waktu perusahaan mengumumkan pembagian dividen, ada beberapa
jenis tanggal penting yang perlu diperhatikan ataupun prosedur standar
pembagian dividen tunai yaitu sebagai berikut :
1. Declaration Date
24
Tanggal dimana Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan untuk
membagikan dividen. Dalam keputusan tersebut disebutkan sejumlah
pemegang saham yang namanya tercantum didalam Daftar Pemegang
Saham, berhak mendapatkan dividen dan tanggal tersebut disebut dengan
date of record.
2. Ex-Dividend
Tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak
untuk memperoleh dividen karena itu pada tanggal ini atau setelahnya,
pembeli saham tidak berhak untuk memperoleh dividen yang akan
dibagikan. Tanggal dimana lima hari kerja sebelum date of record.
3. Cum-Dividend
Tanggal cum-dividend merupakan tanggal hari terakhir perdagangan
saham, yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen.
4. Payment date
Taggal pembayaran dividen. Dalam RUPS akan disebutkan tanggal dimana
dividen akan dibayarkan dan bagaimana cara pembayarannya.
2.4
Abnormal Return
Abnormal Return merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna
melihat keadaan pasar yang sedang terjadi, ditunjukkan dengan adanya perbedaan
(selisih) antara nilai sesungguhnya (actual return) dengan nilai yang diharapkan
(expected return). Actual return sesungguhnya merupakan selisih harga sekarang
dengan harga sebelumnya.
Expected Return merupakan return estimasi yang
diharapkan investor, yang ditentukan dengan model estimasi. Dalam menentukan
25
model estimasi ditentukan berdasarkan periode estimasi (estimation period), yaitu
periode sebelum peristiwa (event period).
Jogiyanto (2010) mengatakan bahwa tidak ada patokan untuk menentukan
lamanya panjang periode return saham yang diestimasi adalah sama dengan return
indeks pasar. Return ekspektasi dengan kesesuaian resiko diantaranya yaitu Capital
Asset Pricing Model (CAPM). CAPM mempertimbangkan resiko pasar untuk
menyesuaikan return ekspektasinya. Resiko yang digunakan di CAPM adalah resiko
pasar atau resiko sistemik yang diukur dengan beta. Model CAPM adalah sebagai
berikut:
E(Ri) = Rf + β (Rm – Rf)
Keterangan :
Rf adalah tingkat bunga bebas risiko (risk free rate) dalam hal ini digunakan rata-rata
suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
Rm adalah return pasar yang biasanya menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG);
β (beta) adalah beta masing-masing saham.
2.4.1. Reaksi pasar (Market Reaction) terhadap pemecahan saham (Stock Split)
dan Dividen Tunai (Cash Dividend)
Respon yang ditimbulkan dari pemecahan saham (Stock Split) mungkin saja
berbeda antara investor satu dan investor lainnya, tergantung masing – masing sudut
pandang masing – masing investor. Selain itu juga penelitian yang membahas
mengenai pengaruh pemecahan saham (stock split) pun beragam mulai dari
26
pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap harga saham, likuiditas, volume
perdagangan saham serta keuntungan bagi pemegang saham dari dilakukannya
pemecahan saham tersebut. Namun disini peneliti ingin melakukan penelitian untuk
melihat perbandingan antara dua informasi di dalam pasar modal, yang menurut
peneliti keduanya penting dan menarik yaitu pemecahan saham (stock split) dan
pembagian dividen tunai (cash dividend).
Penelitian terdahulu yang mengangkat topik mengenai pasar modal khususnya
pemecahan saham (stock split) yaitu yang di teliti oleh Christy Ongko Winata yang
berjudul “Pengaruh Stock Split Terhadap Harga Saham relatif dan Return Saham Pada
Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia”, dan hasilnya adalah terjadi kenaikan
meskipun tidak signifikan. Namun bertolak belakang dengan penelitian tersebut,
Penelitian Copeland (1979), Conroy, Harris
dan Benet (1990) menemukan adanya penurunan likuiditas setelah pemecahan saham
(stock split) dengan masing-masing menggunakan volume perdagangan dan bid ask
spread sebagai proaksi. Namun dibalik semua penelitian yang telah dilakukan di
dalam penelitian terdahulu, berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli
pemecahan saham (stock split) itu sendiri memberikan sinyal positif karena dalam
melakukan pemecahan saham (stock split) dibutuhkan biaya transaksi. Biaya yang
dikeluarkan ini akan mengurangi keuntungan perusahan tersebut sehingga bila tidak
diimbangi dengan keuntungan yang diperoleh, perusahaan maka perusahaan tidak
akan memecah sahamnya (Januar Eko Prasetio dan Endah Prastiwi, 2007).
Berdasarkan hal itulah membuktikan bahwa tidak mungkin bila yang melakukan
pemecahan saham (stock split) tersebut dilakukan oleh perusahaan yang tidak besar,
karena untuk melakukannya saja butuh biaya yang harus dikeluarkan dan tentu akan
memberikan sinyal ke investor. Selain itu peneliti ingin membandingkannya dengan
27
pembagian dividen tunai (cash dividend) karena menurut peneliti memiliki tingkat
ketertarikan yang berbeda antara investor satu dengan investor lainnya antar sebuah
peristiwa di Pasar Modal dan menurut beberapa buku serta literatur yang ada
dikemukakan bahwa dividen tunai (cash dividend) lebih disukai. Hal itu juga
disampaikan dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agus Susanto, dengan
judul penelitian “ Analisa Kinerja Saham Telekomunikasi Indonesia Tbk Sebelum dan
Sesudah Pengumuman Dividen Periode 2009 – 2011 ”, yang menyatakan bahwa
setelah dilakukannya dividen tunai (cash dividend) tingkat pengembalian yang
dihasilkan meningkat dari sebelumnya, meskipun terjadi penurunan pada rata – rata
(mean) volume perdagangan. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa adanya ketertarikan yang cukup besar terhadap dividen tunai (cash dividend)
oleh investor dan menurut peneliti hal itu dapat dibandingkan dengan pemecahan
saham (stock split), karena keduanya tentu merupakan cara untuk menarik investor
dan cara bagaimana membuat investor terkesan atas perusahaan tersebut sehingga
menginvestasikan sejumlah dana nya diperusahaan.
2.4.2. Return Saham dan Abnormal Return
Return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati investor atas suatu
investasi yang dilakukannya (Robert Ang, 1997). Return saham yang akan diterima
oleh investor sangat dipengaruhi oleh jenis investasi yang dipilih. Untuk
mengukur besarnya return yang akan diterima investor sehubungan dengan adanya
peristiwa pemecahan saham (stock split), diukur dengan adanya abnormal return yang
diterima oleh investor.
28
Abnormal return merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna
melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Suatu informasi dapat dikatakan
mempunyai nilai guna bagi investor, apabila informasi tersebut memberikan reaksi
untuk melakukan transaksi di pasar modal (Jogiyanto, 2009). Aspek kepercayaan
(belief) dari investor merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam
pasar saham. Oleh sebab itu, suatu announcement/disclosure akan ditanggapi oleh
investor dengan beragam.
Jogiyanto (2009) mendefinisikan abnormal return sebagai selisih antara actual
return dan expected return. Abnormal return akan positif jika return yang didapatkan
lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan
abnormal return akan negatif, jika return yang didapat lebih kecil dari return yang
diharapkan atau return yang dihitung. Dengan demikian return tidak normal
(abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya (actual return) yang
terjadi dengan return ekspektasi (expected return). (Jogiyanto, 2000), sebagai berikut
:
Rumus :
AR it = R it - E (R it )
Keterangan :
AR it : Return tidak normal (abnormal return) saham i pada periode peristiwa
ke- t
R it
: Return sesungguhnya (actual return) yang terjadi untuk saham ke i pada
periode peristiwa ke- t.
E
: Expected Return saham ke i untuk periode peristiwa ke- t
29
Return Sesungguhnya (Actual return) merupakan keuntungan yang dapat
diterima atas investasi saham pada suatu periode tertentu. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Rit = Pit - Pit-1
Pit -1
Keterangan :
R it : Return saham i pada hari ke- t
Pit : Harga saham i pada hari ke- t
Pit -1 : Harga saham i pada hari t-1
Dalam mengestimasi Return yang diharapkan (expected return), menurut
Jogiyanto (2000) dapat menggunakan beberapa model estimasi antara lain :
1. Mean adjusted model
Model disesuaikan rata–rata (mean adjusted model) menganggap bahwa
return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata–rata return realisasi
sebelumnya selama periode estimasi (estimation period).
Model ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rumus :
t
E (R it ) = ∑ Rij
J=t
T
30
Keterangan :
E (Rit) = Return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
R ij
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
T
= Lamanya periode estimasi yaitu dari t1 – t2.
2. Market model.
Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dapat dilakukan dengan 2
tahap :
1. Perhitungan return ekpektasi ke-i pada periode estimasi.
2. Menggunakan model ekpektasi dapat dibentuk dengan menggunakan
teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan
sebagai berikut :
Rumus :
Rij = αi + βi R Mj + Eij
Keterangan :
Rij
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
Αi
= Intercept untuk sekuritas ke-i.
βi
= Koefisien slope yang merupakan beta sekuritas ke-i.
RMj
= Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j.
Eij
= Kesalahan residu ke-i pada periode estimasi ke-j.
3. Market adjusted model.
31
Model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return
suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan
menggunakan model ini maka tidak perlu menggunakan periode estimasi
untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi
adalah sama dengan return pasar.
Rumus :
E (R it ) = Rmt
Keterangan :
E (R it ) = Return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.
Rmt
2.5
= Return sekuritas pada waktu ke -t.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang terkait dengan peristiwa pemecahan saham (stock split) dan
dividen tunai (cash dividend) yaitu :
a.
Christy Ongko Winata yang berjudul pengaruh pemecahan saham (stock split)
terhadap harga saham relatif, dan return pasar saham pada perusahaan go public di
Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange). Menyimpulkan bahwa pemecahan
saham (stock split) mempengaruhi harga saham relatif, dan return pasar walaupun
nilainya tidak signifkan karena adanya kenaikan pada harga saham relatif dan return
saham.
b.
Fransisca Yuniartha dan Soffy Susilowati (2000), dengan penelitian berjudul
“Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta”.
Menyimpulkan bahwa pemecahan saham (stock split) hanya mempengaruhi harga,
32
volume perdagangan, dan persentase spread tetapi tidak mempengaruhi varians dan
abnormal return baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio.
c.
Copeland (1979), Conroy, Harris dan Benet (1990) dengan penelitian “Menganalisa
Likuiditas Disekitar Pengumuman Pemecahan Saham”. Menyimpulkan bahwa adanya
penurunan likuiditas setelah pemecahan saham (stock split) dengan masing - masing
menggunakan volume perdagangan dan bid ask spread sebagai proaksi.
d.
Agus
Susanto
dengan
penelitian
yang berjudul
“Analisa
Kinerja
Saham
Telekomunikasi Indonesia Tbk Sebelum dan Sesudah Pengumuman Dividen Periode
2009 – 2011”. Menyimpulkan bahwa setelah dilakukannya dividen tunai (cash
dividend), tingkat pengembalian yang dihasilkan meningkat dari sebelumnya
meskipun terjadi penurunan pada rata – rata volume perdagangan.
e.
Sarinda Oktavianus dengan penelitian yang berjudul “Empirical Research About
Dividend Payout and Future Earning Growth In Indonesian Market”. Menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dividen payout rasio dengan
pertumbuhan earning future.
f.
Dasilas, Lyroudi dan Ginoglou ( 2009 ) menyatakan dalam hasil penelitiannya, bahwa
dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Namun mereka mengusulkan bahwa
dividen mungkin memiliki kandungan informasi, jika manajer memiliki informasi
lebih baik dari investor tentang prospek masa depan perusahaan dan menggunakan
informasi tersebut dalam wujud dividen.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian mengenai pemecahan saham (stock
split), menunjukkan bukti empiris yang menunjang teori yang ada bahwa pemecahan
saham (stock split) hanyalah merupakan efek yang ingin diberikan manajemen
terhadap investor atas kondisi perusahaannya. Hal itu dapat terlihat dari beberapa hasl
33
yang menyatakan tidak adanya return yang signifikan, dalam pemecahan saham
(stock split) dan hanya menghasilkan volume perdagangan
yang signifikan dan hal itu wajar karena pemecahan saham (stock split) itu sendiri
memecah nilai nominal saham dan jumlah perlembar saham menjadi lebih banyak.
Sedangkan untuk pengumuman dividen tunai (cash dividend) hal itu tidak jauh beda
dengan pemecahan saham (stock split), dimana manajemen dalam hal ini perusahaan
ingin memberikan sinyal kepada investor mengenai return masa depan perusahaan
dan ternyata investor memang menangkap sinyal tersebut dan lebih mempercayai
return yang akan dihasilkan atas dividen tunai (cash dividend). Karena adanya hasil
yang menyatakan bahwa terdapat return yang meningkat atas pengumuman dividen
tunai (cash dividend) tersebut.
2.6
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis merupakan penyertaan peneliti tentang hubungan antara variabel –variabel
dalam penelitian, serta merupakan penyertaan yang paling spesisfik dan hipotesis juga
merupakan dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya harus
diuji secara empiris.
Pemecahan saham (stock split) merupakan upaya yang dilakukan perusahaan guna
menarik investor, dan dilakukannya pemecahan saham (stock split) sebenanrnya tidak
memiliki nilai ekonomis. Dilakukannya pemecahan saham (stock split) adalah karena
perusahaan ingin menbuat sahamnya agar tetap pada rentang yang optimal. Dengan adanya
pemecahan saham (stock split) investor akan merasa seolah - olah menjadi lebih makmur,
karena memegang saham lebih banyak. Namun, banyak peristiwa pemecahan saham (stock
split) di pasar modal memberikan indikasi bahwa pemecahan saham (stock split) merupakan
alat yang penting dalam praktik pasar modal.
34
Berdasarkan Trading Range Theory yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kenaikan
harga saham dikarenakan harga saham yang rendah sehingga daya beli saham naik dan
meningkatkan likuiditas serta harga saham. Sedangkan berdasarkan Signalling Theory,
dilakukannya pemecahan saham (Stock Split) pada perusahaan memberikan sinyal positif
bagi investor. Hal itu dikarenakan karena dalam melakukan pemecahan saham (Stock Split)
membutuhkan dana yang cukup mahal, sehingga timbul asumsi bahwa hanya perusahaan
dengan prospek baik yang melakukan pemecahan saham (Stock Split). Ketika melakukan
penanaman modal di dalam saham sebuah perusahaan, keuntungan yang diberikan dari saham
dapat berupa capital gain dan dividen (Martalena dan Maya Malinda, 2011).
Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash dividend) ,
dimana pemodal atau pemegang saham mendapatkan uang tunai sesuai dengan jumlah saham
yang dimiliki dan dividen saham (stock dividen), dimana pemegang saham mendapatkan
jumlah saham tambahan. Sedangkan capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas
perdagangan di pasar sekunder (Rubrik Eurika,2002). Dividen tunai (cash dividend)
merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Dividen tunai (Cash Dividend)
lebih disukai dari pada dividen saham (stock dividend) karena dianggap lebih pasti dan
dividen tunai (cash dividend) juga akan dibagikan ke investor oleh perusahaaan setiap
tahunnya, dan pembagian dividen tunai (cash dividend) diharakan dapat menjadi hal yang
akan menarik investor lain untuk menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Pembagian
dividen tunai (cash dividend)
juga dapat menunjukkan tingkat likuiditas dari arus kas
perusahaan karena dalam pembagiannya tentu sebelumnya perusahaan harus memiliki
sejumlah dana guna memenuhi pembagian dividen dan hal ini hampir sama dengan
pemecahan saham (Stock Split) yang digunakan investor guna menarik investor. Karena hal
itulah disini peneliti tertarik untuk menganalisis peristiwa keduanya dan membandingkan
tingkat signifikansi diantara keudanya.
35
Peristiwa pemecahan saham (stock split) yang dilakukan perusahaan dan pembagian
dividen tunai (cash dividend) yang diberikan menurut peneliti merupakan dua hal yang
berbeda, namun merupakan sama – sama informasi yang penting yang ada di Pasar Modal.
Berdasarkan uraian itulah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pemecahan Saham (Stock Split)
Ho =
Terdapat korelasi yang signifikan atas aktivitas pemecahan saham ( stock split )
terhadap Abnormal Return portfolio saham.
H1
=
Tidak terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa pemecahan saham (stock
split) terhadap Abnormal Return portfolio saham.
2. Dividen Tunai (Cash Dividend)
Ho =
Terdapat korelasi yang signifikanatas peristiwa dividen tunai (cash dividend)
terhadap Abnormal Return portfolio saham.
H1 =
Tidak terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa dividen tunai (cash
dividend) terhadap Abnormal Return portfolio saham.
3. Analisa perbandingan antara reaksi pasar (market reaction) yang disebabkan oleh
pemecahan saham (stock split) dan dividen tunai (cash dividend).
Perbandingan tingkat signifikansi reaksi pasar (market reaction) yang disebabkan oleh
pemecahan saham (stock split) dan dividen tunai (cash dividend) yang diwakilkan oleh
abnormal return.
36
Skema Hipotesis
Aktivitas 1
Pemecahan
Saham
(stock split)
Aktivitas 2
Dividen Tunai
(cash dividend)
Terdapat korelasi yang
signifikan atas peristiwa
pemecahan saham (stock
split) terhadap Abnormal
Return
Tidak terdapat korelasi
yang signifikan atas
peristiwa pemecahan
saham (stocks split)
terhadap Abnormal
Return
Terdapat korelasi yang
signifikan atas peristiwa
dividen tunai (cash
dividend) terhadap
Abnormal Return
Tidak terdapat korelasi
yang signifikan atas
peristiwa dividen tunai
(cash dividend)
terhadapAbnormal
BAB III
Return
Analisa Perbandingan
tingkat signifikansi reaksi
pasar yang disebabkan
oleh pemecahan saham
(stock split ) dan dividen
tunai (cash dividend)
dan cash
37
Download