BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan
keputusannya untuk berinvestasi. Hipotesis pasar modal efisien menyatakan
bahwa pasar yang efisien akan bereaksi dengan cepat terhadap informasi yang
relevan. Suatu informasi dianggap relevan jika informasi tersebut mampu
mengubah keputusan. Pengumuman yang mengandung informasi (information
content) diharapkan direaksi oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya
perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur
dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan
menggunakan abnormal return (Hartono, 2009: 537).
Pasar efisien dapat didefinisikan dalam beberapa macam definisi, yaitu
didasarkan pada (1) nilai intrinsik sekuritas, (2) akurasi dari harga sekuritas (3)
distribusi dari informasinya dan (4) proses dinamik (Hartono, 2009: 510).
Berdasarkan nilai intrinsik sekuritas, efisiensi pasar (market efficiency) diukur
dari seberapa jauh harga-harga sekuritas menyimpang dari nilai intristik atau nilai
fundamental atau nilai sebenarnya. Berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga,
Fama (1970) mendefinisikan suatu pasar modal dikatakan efisien jika hargaharga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia.
Bentuk pasar efisiensi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yang dikenal
dengan hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis). Ketiga bentuk
efisiensi pasar yang dimaksud adalah (1) hipotesis pasar efisien bentuk lemah
(weak form of the efficient market hypothesis), yaitu harga yang terbentuk atas
suatu saham merupakan cerminan dari pergerakan harga saham yang
bersangkutan di masa lalu, (2) hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat
(semi-strong form of the efficient market hypothesis), yaitu harga mencerminkan
semua informasi publik yang relevan, dan (3) hipotesis pasar efisien bentuk kuat
(strong form of the efficient market hypothesis), yaitu harga yang terjadi
mencerminkan semua informasi yang ada, baik informasi publik (public
information) maupun informasi pribadi (private information).
Menurut Beaver (1989) definisi pasar efisien yang didasarkan pada distribusi
informasi adalah pasar dikatakan efisien terhadap suatu sistem informasi, jika
harga-harga sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem
informasi tersebut. Suatu proses distribusi informasi dengan mengatakan bahwa
jika setiap orang mengamati suatu sistem informasi yang menghasilkan informasi,
maka setiap orang dianggap mendapatkan informasi yang sama.
Definisi pasar efisien yang didasarkan pada suatu proses dinamik
mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan menjelaskan
bagaimana harga-harga akan menyesuaikan karena informasi tidak simetris
tersebut. Jika pasar bereaksi dengan cepat untuk mencapai harga keseimbangan
baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia (fully reflect),
maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien. Efisiensi pasar,
seperti ini disebut dengan efisiensi pasar dari aspek informasi (informationally
efficient market), yaitu bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi yang tersedia.
Ketersediaan informasi saja tidak menjamin pasar akan efisien. Pasar
dikatakan efisien, jika pelaku pasar pintar dalam mengambil keputusan yang
benar terhadap informasi yang diterima. Pelaku pasar yang pintar dapat menikmati
keuntungan yang tidak normal (abnormal return) disebabkan mereka dapat
menginterpretasikan informasi dengan lebih benar dibandingkan dengan kelompok
pelaku pasar yang kurang atau tidak pintar. Efisiensi pasar berdasarkan
ketersediaan informasi saja tidaklah cukup, tetapi diperlukan keahlian pelaku
pasar dalam mengolah informasi untuk pengambilan keputusan yang benar.
Hartono (2009:507) menyatakan efisiensi, seperti ini sebagai efisiensi pasar dari
aspek keputusan (decisionally efficient market).
Pengambil keputusan yang benar harus dapat memahami nilai ekonomis
dari suatu peristiwa. Pelaku pasar harusnya dapat membedakan pengumuman
yang bernilai ekonomis dan yang tidak bernilai ekonomis (Hartono,
2009:540). Jika suatu pengumuman atau peristiwa tidak mempunyai nilai
ekonomis, untuk pasar yang efisien, maka seharusnya pasar tidak bereaksi terhadap
pengumuman tersebut. Sebaliknya jika pasar bereaksi untuk pengumuman yang
tidak mempunyai nilai ekonomis, berarti pasar belum efisien karena tidak dapat
membedakan pengumuman yang bernilai informasi ekonomis dengan yang tidak
bernilai informasi ekonomis (Hartono, 2009:543)
Peristiwa yang tidak
mempunyai nilai ekonomis tetapi sering direspon oleh pasar contohnya adalah
peristiwa stock split.
Pemecahan saham (stock split) merupakan salah satu bentuk dari corporate
action. Stock split merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan
menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahnya. Stock
split yaitu menambah jumlah saham dengan cara pengurangan nilai nominalnya.
Stock split mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar
tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Harga per lembar saham
baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Stock split
biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan
mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Menurut Hartono
(2009:542) stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain
stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Secara teoretis stock split tidak
memiliki nilai ekonomis karena stock split hanyalah mengganti saham yang
beredar dengan cara menurunkan nilai pari saham sedangkan saldo modal saham
dan laba yang ditahan tetap sama. Misalnya jumlah saham yang beredar adalah
10.000 lembar saham dengan nilai Rp 1.000 per lembar. Nilai ekuitas
perusahaan adalah sebesar 10.000 x Rp 1.000 = Rp 10.000.000. Perusahaan
memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan dua lembar saham (1:2),
sehingga harga per lembar saham yang baru adalah Rp 500 dan jumlah saham
yang beredar sebanyak 20.000 lembar saham. Nilai ekuitas perusahaan tidak
berubah, yaitu tetap sebesar 20.000 x Rp 500 = Rp 10.000.000.
Menurut Halim (2005: 142) terdapat dua jenis stock split yaitu: pemecahan
naik (split up atau sering disebut stock split) dan pemecahan turun (split down
atau sering disebut reverse stock). Pemecahan naik adalah penurunan nilai
nominal perlembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang
beredar, misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3,1:4, 1:5,
1:10. Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan
mengurangi jumlah saham yang beredar, misalnya pemecahan turun dengan faktor
pemecahan 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 10:1.
Stock split ditinjau dari sisi emiten memberikan keuntungan berupa harga
saham yang menjadi lebih marketable sehingga emiten dapat terhindar dari
ancaman delisting karena sahamnya jarang ditransaksikan. Harga saham yang
terjangkau diharapkan meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga emiten
mendapatkan tambahan modal. Ditinjau dari sisi investor, adanya stock split
diharapkan dapat meningkatkan return dan mengurangi risiko investasi.
Menurut Harsono (2004) ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan
melakukan stock split antara lain 1) agar saham tidak terlalu mahal sehingga dapat
meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan
saham, 2) untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham
kepada kisaran yang telah ditargetkan, dan 3) untuk memberikan informasi
mengenai kesempatan berinvestasi yang berupa peningkatan laba.
Peristiwa stock split masih banyak dilakukan oleh emiten, hal ini
memberikan indikasi bahwa stock split merupakan hal penting dalam pasar
modal. Pada tahun 2005 sampai tahun 2014 terdapat 73 perusahaan yang
melakukan stock split yang dapat di lihat pada Tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Jumlah Perusahaan yang Melakukan Stock Split Periode 2005-2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah
Sumber: Icamel, 2014
Jumlah perusahaan yang
melakukan stock split
5
9
8
9
2
5
10
11
9
5
73
Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa pengumuman stock
split direaksi oleh pasar dengan cepat. Penelitian tentang peristiwa stock split,
antara lain dilakukan oleh Kurniawati (2003) yang menunjukkan bahwa
pengumuman stock split memiliki kandungan informasi sehingga direspon
oleh para pelaku pasar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian oleh Almilia dan
Kristijadi (2005) pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan
bertumbuh dan tidak bertumbuh memiliki kandungan informasi sehingga
direspon oleh para pelaku pasar. Lyroudi, et al (2006) meneliti pengaruh
pemecahan saham di Nasdaq. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi pasar
terhadap pengumuman stock split adalah positif. Carroll (2010) menyatakan
bahwa stock split merupakan sinyal positif dari perusahaan dan menyatakan
bahwa perusahaan mereka sebagai investasi yang lebih baik daripada yang tidak
melakukan stock split. Reaksi positif ini menyiratkan investor dan para manajer
merasa stock split sebagai good news mengenai perusahaan mereka.
Pengujian respon pasar atas pengumuman stock split ini merupakan sebuah
event study. Hartono (2009:536) menyebutkan bahwa studi peristiwa (event
study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu
peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman
dan dapat digunakan untuk menguji
kandungan
informasi
(information
content). Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas
bersangkutan dan diukur dengan menggunakan return atau dengan menggunakan
abnormal return. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap normal return. Jika abnormal return memberikan
gambaran mengenai reaksi pasar pada masing-masing hari sepanjang periode
jendela, maka Cumulative Abnormal Return (CAR) dapat memberikan gambaran
mengenai reaksi pasar secara keseluruhan pada hari-hari sebelum pengumuman,
pada saat pengumuman dan setelah pengumuman. Penelitian ini akan diukur
dengan menggunakan CAR.
Secara teori stock split tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi pengumuman
stock split
masih direaksi oleh investor yang tercermin dari harga saham
(Kurniawati, 2003). Hasil penelitian Almilia dan Kristijadi (2005) menunjukkan
bahwa pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan bertumbuh dan
tidak bertumbuh memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh para
pelaku pasar. Hasil penelitian oleh Ika dan Anna (2008) dengan menggunakan
one sample t-test menunjukkan bahwa terdapat abnormal return yang signifikan
pada hari t-4 dan t-3 pengumuman stock split. Artinya pengumuman stock split
memiliki kandungan informasi sehingga direaksi oleh para pelaku pasar di pasar
modal.
Hasil penelitian Almilia dan Kristijadi (2005) dan penelitian oleh Ika dan
Anna (2008) menunjukkan bahwa pasar masih mereaksi stock split pada tahun
penelitian yaitu tahun 2005 dan tahun 2008, pasar masih menganggap bahwa
stock split mengadung informasi. Perkembangan teknologi di jaman yang serba
online ini sebenarnya bisa membantu mendapatkan informasi yang benar.
Dengan asumsi bahwa pasar bisa mendapatkan informasi secara luas dan cepat
seharusnya pasar tidak mereaksi pengumuman yang tidak mengandung
informasi.
Anomali pasar adalah suatu teknik atau strategi yang bertentangan dengan
pasar efisien (Jones,1998) Anomali yang terjadi di pasar modal tidak semuanya
berkaitan dengan waktu, beberapa terkait dengan adanya pengumuman seperti
stock split atau mengenai akuisisi. Berdasarkan hal tersebut diatas dan adanya
inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti ingin mengevaluasi
efisiensi pasar atas peristiwa stock split di Bursa Efek Indonesia selama rentang
waktu tahun 2005 sampai tahun 2014. Periode 10 tahun dibagi menjadi dua
periode, yaitu periode I tahun 2005-2009 dan periode II tahun 2010-2014.
Pembagian periode dilakukan untuk mengetahui apakah dengan berjalannya
waktu, yaitu pada periode II investor lebih memahami tentang informasi yang ada
di pasar daripada periode pertama.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi peristiwa (event study).
Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari
pengumuman. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah
Cumulative Abnormal Return (CAR) saham perusahaan yang melakukan stock
split periode II (2010-2014) lebih kecil daripada periode I (2005-2009)?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi efisiensi pasar berdasarkan reaksi atas stock split
dengan membandingkan CAR saham yang melakukan stock split periode 20102014 (periode II) dengan CAR saham 2005-2009 (periode I).
1.4 Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris tentang
stock split sehingga dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya yang
melakukan penelitian dengan objek yang sama.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat menjadikan bahan masukan bagi
perusahaan yang menentukan kebijakan berkaitan dengan stock split.
Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi referensi investor dalam
mengambil keputusan investasi secara tepat.
Download