BAB II LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1 Pasar Modal
II.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pada
dasarnya
pasar
modal
(capital
market)
merupakan
tempat
diperjualbelikannya instrumen keungan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham),
instrumen derivatif, dan instrumen lainnya menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:1).
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misal
pemerintah), dan sebagainya sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar
modal memfasilitiasi berbagaisaran dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya.
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal memberikan
pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu “kegiatan yang besangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
II.1.2 Fungsi Pasar Modal
8
Pasar modal yang maju dan berkembang pesar merupakan impian banyak negara.
Banyak negara berlomba memajukan pasar modal melalui berbagai kebijakan, baik
bersifat langsung maupun tidak langsung.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:2) mengemukakan bahwa Pasar modal
berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi
sekaligus, yaitu ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahan yang mempertemukan dua
kepentingan, yaitu pihak yang memiliki dana (investor) dan pihak yang memerlukan
dana issuer
(dalam hal ini perusahaan) dapat memamfaatkan dana tersebut untuk
kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik
investasi yang dipilih.
II.1.3 Manfaat Pasar Modal
Keberadaan pasar modal di indonesia sangat strategis dan mempunyai beberapa
mamfaat menurut Darmadji dan Fakhrudi (2011:2), antara lain:
-
Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus
memungkinkan alokasi sumber dan secara optimal.
-
Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya
diversifikasi.
-
Menyediakan indikator utama (leading indicator) vagi tren ekonomi negara.
9
-
Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga lapisan masyarakat
menengah.
-
Memungkinakan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme
serta pencipataan iklim berusaha yang sehat
-
Memungkinkan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme serta
penciptaan iklim berusaha yang sehat.
-
Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
-
Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai
prospek.
-
Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko
yang bisa diperhitungkan melaui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi
investasi.
-
Membina iklim keterbukaan bagi duni usaha, memberikan akses kontrol sosial.
-
Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan pemamfaatan
manajemen profesional.
II.2 Pengertian Go Public
Penawaran umum sering disebut dengan istilah go public. Menurut Pandji dan
Piji (2006:46), go public merupakan penawaran saham dan obligasi untuk pertama
kalinya. Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit pertama kaliya melakukan
penjualan saham atau obligasi. Dengan demikian, perusahaan itu dikatakan sedang go
public, dan sahamnya ditawarkan melalui mekanisme yang disebut Initial Public
Offering (IPO). Setelah go public perusahaan melanjutkan dengan proses listing
10
(pencatatan) di bursa. Setelah listing di bursa, barulah saham perusahaan publik tersebut
dapat diperjualbelikan.
II.2.1 Alasan Perusahaan Memilih Go Public.
Menurut T. Dominic H (2008:37), alasan perusahaan go public dari sudut biaya,
adalah merupakan cara untuk menggalang dana yang jauh lebih murah daripada
menerbitkan obligasi apalagi meminjam uang dari bank. Faktor lain juga mendorong
perusahaan go public adanya insentif dari pemerintah . di banyak negara, perusahaan
yang go public akan mendapat keringanan pajak. Di indonesia aturan ini diberlakukan
mulai 1 Januari 2008. Perusahaan yang memiliki free float (saham yang ada di
masyarakat luas) minimal 40% akan mendapat keringanan pajak sampai 5%.
II.2.2 Keuntungan dan Kerugian Perusahaan Go Public
Menurut Jogiyanto (2010:35-36) keuntungan dan kerugian perusahaan go public
adalah:
Keuntungan:
-
Kemudahan dalam meningkatkan modal dimasa mendatang.
Untuk perusahaan yang tertutup, calon investor biasanya enggan untuk
menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan
antara pemilik dan investor. Sedang untuk perusahaan yang sudah go public,
11
informarsi keuangan harus dilaporkan ke publik secara reguler yang
kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik.
-
Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham.
Untuk perusahaan yang belum go public yang belum mempunyai pasar untuk
sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya
dibandingkan jika dengan perusahaan go public.
-
Nilai pasar perusahaan diketahui.
Untuk alasan-alasan tertentu, nilai pasar perusahaan perlu untuk diketahui.
Misalnya jika perusahaan ingin memberikan insentif dalam bentuk opsi saham
(stock option) kepada manajer-manajernya. Maka nilai sebarnya dari opsi
tersebutperlu diketahui. Jika perusahaan masih tertutup, nilai opsi sulit
ditentukan.
Di samping keuntungan dari go public, beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut:
-
Biaya laporan meningkat
Untuk perusahaan yang sudah go public, setiap kuartal dan tahunnya harus
menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan ini sangat
mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil.
-
Terbuka.
Semua perusahaan go public pasti transparan dan sangat mudah untuk diketahui
oleh para kompetitornya dari segi data dan managementnya.
-
Keterbatasan kekuasan pemilik.
12
Para pemilik perusahaan harus memperhatikan kepentingan bersama para
pemegang saham, tidak bisa lagi melakukan praktek nepotisme, kecurangan
dalam pengambilan keputusan dan lainnya.
II.3 Saham
II.3.1 Pengertian Saham
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:5), saham (stock) didefinisikan sebagai
tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
II.3.2 Jenis-Jenis Saham
Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di
masyarakat. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:6), ada beberapa jenis saham
yaitu:
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau kalim, maka saham terbagi
atas:
a. Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan
pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
13
b. Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak
mendatangkan hasil seperti ini yang dikehendaki oleh investor.
2. Dilihat dari cara peralihannya, saham dibedakan menjadi :
a. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke
investor lain.
b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannyaharus melalui
prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangannya, maka saham dapat dikategorikan menjadi:
a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan
yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.
b. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten yang
memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden
yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
c. Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader
di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga
growth stock lesser known, yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader
dalam industri namun memiliki ciri growth stock.
14
d. Saham spekulatif (speculative stocks), yaitu saham suatu perusahaan yang
tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun,
akan tetapi memungkinkan penghasilan yang tinggi di masa mendatang,
meskipun belum pasti.
e. Saham sklikal (counter cyclical stocks), yaitu saham yang tidak terpengaruh
oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
II.3.4 Keuntungan dan Risiko Dalam Investasi Saham
Pada dasarnya setiap investasi memliki keuntungan dan kerugian (resiko), disini
akan dijelaskan keuntungan dan kerguian dalam investasi saham. Menurut Darmadji dan
Fakhrudin (2011:9-11) ada keuntungan dan risko dalam investasi saham.
Keuntungan:
1. Deviden
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen
tunai yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai
dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Deviden saham yaitu kepada
setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham, sehingga jumlah
saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian
deviden saham tersebut.
15
2. Capital gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuknya dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan
melalui capital gain.
Disamping itu dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga
dimungkinkan untuk mendapatkan saham bonus. Saham bonus adalah saham yang
dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham . agio
saham adalah selisih antar harga jual terhadapa harga nominal saham tersebut pada saat
perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana.
Risisko:
1. Tidak mendapat dividen
Perusahaan
akan
membagikan
dividen
jika
operasinya
menghasilkan
keuntungan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika
perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan
investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
2. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital
gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Dengan demikian seorang
investor mengalami capital loss.
Disamping risiko tersebut, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan
potensi risko lainnya, yaitu:
16
1. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan
saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi,
maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa list
atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham
akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang obligasi,
artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, telebih dahulu dibagikan
kepada kreditu atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru
dibagikan kepada pemegang saham.
2.
Saham dikeluarkan dari bursa (delisting)
Risiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek alias di-delist. Suatu saham perusahaan
di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dala kurun
waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, megalami kerugian beberapa tahun,
tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan
berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan Bursa Efek. Saham
yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa. Meskipun
saham tersebut tetap dapat diperdagngkan di luar bursa, tidak terdapat patokan
harga yang jelas dan tidak terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga
sebelumnya.
3. Saham diberhentikan sementara (suspensi)
Risiko lain yang menggangu para investor untuk melakukan aktivitasnya, yaitu
jika suatu saham disuspensi alias diberhentikan perdagangannya oleh otoritas
17
Bursa Efek. Dengan demikian investor tidak dapat menjual sahamnya hingga
suspensi dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya
satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, tetapi dapat pula berlangsung
dalam kurun waktu beberapa hari perdangan.
II.4 Stock Split
II.4.1 Pengertian Stock Split
Menurut Basir dan Fakhrudin (2005:119) dan Darmadji (2011:144) stock split
adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil, misalnya dari
Rp 1000 per saham menjadi Rp 500 per lembar saham atau dari Rp 500 per lembar
saham menjadi Rp 1000 per lembar saham. Menurut Jogiyanto (2011:561) stock split
adalah memecah lembar selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar
saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n harga sebelumnya.
II.4.2 Tujuan Stock Split
Pemecahan saham bertujuan agar perdagangan saham menjadi lebih likuid,
karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih
murah, menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:144). Hal ini akan sangat efektif jika
dilakukan terhadap saham-saham yang harganya sudah cuku tinggi.
Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel stock split bertujuan meningkatkan daya
jual saham dengan cara menurunkan nilai pasar per lembarnya. Pada hakikatnya stock
18
split mengubah nilai nominal per saham tetapi tidak mempengaruhi saldo ekuitas
pemegang saham. Saham yang lebih likuid akan menarik investor untuk membeli saham
tersebut, karena lebih mudah untuk memperjualbelikannya. Stock split dilakukan untuk
menjaga harga pasar saham agar tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih
memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan, menurut Halim (2005:97). Sedangkan
menurut Irham dan Yovi (2006) dalam ekonomi.kabo.biz menyatakan bahwa ada
beberapa tujuan suatu perusahaan yang melakukan stock split, yaitu:
1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan
publik untuk membeli/memiliki saham tersebut.
2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham.
3. Menarik investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal
maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau.
4. Menambah jumlah saham yang beredar.
Kesimpulan dari beberapa alasan dilakukannya stock split yang telah dipaparkan di
atas mempunyai tujuan, antara lain:
-
Menurunkan harga saham agar menarik investor baru untuk membeli saham
tersebut.
-
Meningkatkan jumlah pemegang saham.
-
Saham agar menjadi likuid.
II.4.3 Manfaat Stock Split
19
Dalam melakukan stock split, para emiten mempunyai tujuan dan alasan dalam
melakukan stock split. Beberapa pelaku pasar khususnya emiten berpendapat bahwa
aktivitas split dapat memberikan manfaat bagi perusahaan.
Ika dan Purwaningsih (2008) mengemukakan bahwa manfaat yang pada umumnya
diperoleh dari stock split yaitu:
1. Menurunkan harga saham yang kemudian akan membantu menigkatkan daya
tarik investor.
2. Membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan.
3. Mengubah para investor odd lot (investor yang membeli saham dibawah 1
lot/500 lembar) menjadi investor round lot (investor yang membeli minimal 1
lot/ 500 lembar).
Selain bagi perusahaan, stock split juga dipercaya beberapa pihak membawa
keuntungan bagi investor, karena calon investor yang belum mampu membeli saham
tersebut, dengan adanya stock split yang mengakibatkan saham menjadi lebih murah,
sehingga calon investor mampu membelinya.
II.4.4 Jenis dan Teori Stock Split
Stock split (pemecahan saham) adalah perubahan nilai nominal per lembar saham
dan perubahan jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan. Menurut
Ika dan Purwaningsih (2008) Pada dasarnya terdapat dua jenis stock split, yaitu:
20
-
Split up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan
penambahan jumlah saham yang beredar .
-
Split down adalah meningkatkan nilai nominal per lebar saham dan mengurangi
jumlah saham yang beredar.
Dua teori utama yang mendominasi literatur stock split adalah trading range theory
dan signaling theory (sukardi,2003) dalam Ika dan Purwaningsih (2008):
1. Trading range theory
Manajemen melakukan stock split
dalam upaya untuk mengarahkan harga
saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal atau tidak terlalu tinggi
untuk saham perusahaan. Menurut teori ini, harga saham yang dinilai terlalu
tinggi menyebabkan saham tersebut kurang aktif untuk diperdagangkan.
Keputusan stock split menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi,
sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi yang
kemudian meningkatkan likuiditas perdangan saham
2. Signaling theory
Perusahaan melakukan stock split karena harga saham sudah melebihi harga
optimal dimana harga saham sudah tidak dapat meningkat seusai dengan
kenaikan kinerja perusahaan. Saham perlu dipecah agar harga saham menjadi
lebih kecil dan kemudian harga saham akan meningkat sesuai dengan kenaikan
kinerja perusahaan. Oleh karena itu,menurut signaling theory, stock split hanya
dilakukan perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang baik dimana
perusahaan yakin bahwa harga saham telah dipecah akan naik sesuai dengan
kinerja perusahaan di masa depan.
21
II.4.5 Syarat-Syarat Stock Split
Menurut Saleh dan Fakhrudin (2005:122), beberapa hal yang harus dipenuhi oleh emiten
yang akan melakukan stock split di antaranya adalah:
1. Harus mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB).
2. Perubahan AD/ART yang mengubah nilai nominal saham telah disahkan oleh
Departemen kehakiman & HAM dan telah mendapatkan TDP dari Departemen
Perindustrian dan Perdagangan
3. Peraturan BEJ Nomor I-A butir V.3. tentang pencatatan saham tambahan yang
berasal pemecahan saham:
- Saham yang baru dikeluarkan tersebut merupakan saham yang memiliki
klasifikasi yang sama dengan saham induknya.
- Harga teoritis saham hasil tindakan penerbitan saham baru sekurang-kurangnya
RP 100,- Harga teoritis saham dihitung berdasarkan dihitung berdasarkan rata-rata harga
penutupan saham perusahaan yang bersangkutan selama 25 (dua puluh lima)
hari bursa berturut-turut di pasar reguler sebelum perusahaan tercatat
melakukan iklan pengumuman mengenai akan dilakukaknya pemanggilan
Rapat Umum Pemegang Saham, perusahaan tercatat yang mengagendakan
pemecahan saham.
22
II.5 Return saham
Pengembalian (return) investasi merupakan hasil yang diperoleh dari suatu
investasi, Didit Herlianto (2010:65). Menurut Jogiyanto (2010:253-254), return saham
dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspetasi
(expected return).
Menurut Didit Herlianto (2010:65-66), return realisasi merupakan return yang
sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam
mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko dimasa
mendatang.
Return ekspetasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan
masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada
ketidakpastian (uncertainty) antara retun yang akan diperoleh dengan risko yang akan
dihadapi. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dengan risiko yang akan
dihadapinya. Semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspetasi
memiliki hubungan postif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasa dikolerasikan
dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high retun,
low risk lo return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi
yang berisiko.
Return yang diterima investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu
current income (pendapatan lancar) contohnya deviden dan capital gain /capital loss
(keuntungan selisih harga).
23
II.6 Likuiditas Saham
Likuiditas saham merupakan suatu indikator dan reaksi pasar terhadap suatu
pengumuman yang diukur salah satunya dengan trading volume activity (TVA).
Pengukuran trading volume activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan
untuk melihat reaksi pasar modal dari sisi likuiditas saham terhadap suatu informasi
dengan parameter penggerakan aktivitas volume perdagangan atau trading volume
activity, Beaver (1968) dalam Budiarto (1999) dalam Ediningsih (2004) dalam Harjum
dan Hanung (2008).
Tujuan stock split terhadap likuiditas saham agar membuat saham perusahaan
menjadi lebih likuid. Likuiditas saham yang dimaksud adalah kemudahan untuk
memperjualbelikan saham dan lebih sering diperdagangkan di bursa. Ketidaklikuidan
saham disebabkan oleh dua sebab, yaitu harga saham yang tinggi dan jumlah saham
yang beredar terlalu rendah.
II.7 Hubungan Stock split Terhadap Harga Saham
Harga saham yang tinggi membuat investor enggan investasi ke saham tersebut.
Perusahaan melakukan stock split bertujuan agar menurunkan harga saham. Dengan
harga saham yang turun membuat investor tertarik untuk membelinya.
II.8 Market Capitalization
24
Menurut Didit Herlianto (2010:127), market capitalization adalah nilai dari suatu
perusahaan, dari hasil kali harga saham dengan jumlah saham yang beredar. Junaidi
(2008:105). Kapitalisasi pasar dibagi atas tiga kelompok yaitu big cap, mid cap dan
small cap. Saham yang masuk dalam kelompok big cap atau perusahaan blue chip
memiliki prestasi dalam earnings, dividen dan risiko yang juga dibarengen dengan risiko
yang tinggi. Harga saham small cap relatif lebih labil dibanding big cap dan mid cap.
Kiyoshi dan james (1985) dalam Junaidi (2008:105), yang meneliti pada Tokyo
Stock Exchange dengan kesimpulan bahwa perusahaan kecil memiliki rate of return
yang lebih besar disbanding dengan perusahaan besar. Simpulan ini didukung oleh hasil
penelitian Elton dab Breda (2000) yang juga meneliti pasar modal di Jepang yang
menyimpulkan ada perbedaan return saham perusahaan small cap dibanding big cap.
II.9 Hipotesis dan Pengembangan
Tujuan stock split adalah menurunkan harga saham dan meningkatkan likuiditas
saham. Teori yang mendukung signaling theory dimana perusahaan memberikan sinyal
bahwa perusahaan mempunyai kinerja keuangan yang baik sehingga perisitiwa stock
split memberikan informasi bahwa harga saham yang dipecah akan meningkat di masa
depan. Tujuan stock split juga didukung trading range theory dimana stock split akan
meningkatkan likuiditas saham. Dari teori-teori diatas peneliti merumuskan hipotesis
menjadi dua yaitu :
-
Return
 Uji regresi ( uji T)
25
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan atas peristiwa stock split
terhadap perolehan return harian portofolio.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap
perolehan return harian portofolio.
 Uji korelasi (Pearson correlation dan nilai signifikansi)
Ho: tidak terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa stock split
terhadap perolehan return harian portofolio
Ha: terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap
perolehan return harian portofolio.
 Uji paired sample t tets
Ho:tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada perolehan rata-rata
return harian portofolio sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
Ha: terdapat perbedaan yang signifikan pada perolehan rata-rata
return harian portofolio sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
-
Trading volume activity
 Uji regresi (uji T)
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan atas peristiwa stock split
terhadap trading volume activity.
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap
trading volume activity.
26
 Uji korelasi
Ho: tidak terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa stock split
terhadap trading volume activity.
Ha: terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap
trading volume activity.
 Uji paired sample t tets
Ho: tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume
activity sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
Ha: terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity
sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
27
Download