BAB II LANDASAN TEORI dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Pasar Modal II.1.1 Pengertian Pasar Modal Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya instrumen keungan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:1). Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misal pemerintah), dan sebagainya sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitiasi berbagaisaran dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu “kegiatan yang besangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. II.1.2 Fungsi Pasar Modal 8 Pasar modal yang maju dan berkembang pesar merupakan impian banyak negara. Banyak negara berlomba memajukan pasar modal melalui berbagai kebijakan, baik bersifat langsung maupun tidak langsung. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:2) mengemukakan bahwa Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahan yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memamfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. II.1.3 Manfaat Pasar Modal Keberadaan pasar modal di indonesia sangat strategis dan mempunyai beberapa mamfaat menurut Darmadji dan Fakhrudi (2011:2), antara lain: - Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dan secara optimal. - Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. - Menyediakan indikator utama (leading indicator) vagi tren ekonomi negara. 9 - Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga lapisan masyarakat menengah. - Memungkinakan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme serta pencipataan iklim berusaha yang sehat - Memungkinkan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme serta penciptaan iklim berusaha yang sehat. - Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. - Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek. - Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melaui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. - Membina iklim keterbukaan bagi duni usaha, memberikan akses kontrol sosial. - Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan pemamfaatan manajemen profesional. II.2 Pengertian Go Public Penawaran umum sering disebut dengan istilah go public. Menurut Pandji dan Piji (2006:46), go public merupakan penawaran saham dan obligasi untuk pertama kalinya. Pertama kali di sini berarti bahwa pihak penerbit pertama kaliya melakukan penjualan saham atau obligasi. Dengan demikian, perusahaan itu dikatakan sedang go public, dan sahamnya ditawarkan melalui mekanisme yang disebut Initial Public Offering (IPO). Setelah go public perusahaan melanjutkan dengan proses listing 10 (pencatatan) di bursa. Setelah listing di bursa, barulah saham perusahaan publik tersebut dapat diperjualbelikan. II.2.1 Alasan Perusahaan Memilih Go Public. Menurut T. Dominic H (2008:37), alasan perusahaan go public dari sudut biaya, adalah merupakan cara untuk menggalang dana yang jauh lebih murah daripada menerbitkan obligasi apalagi meminjam uang dari bank. Faktor lain juga mendorong perusahaan go public adanya insentif dari pemerintah . di banyak negara, perusahaan yang go public akan mendapat keringanan pajak. Di indonesia aturan ini diberlakukan mulai 1 Januari 2008. Perusahaan yang memiliki free float (saham yang ada di masyarakat luas) minimal 40% akan mendapat keringanan pajak sampai 5%. II.2.2 Keuntungan dan Kerugian Perusahaan Go Public Menurut Jogiyanto (2010:35-36) keuntungan dan kerugian perusahaan go public adalah: Keuntungan: - Kemudahan dalam meningkatkan modal dimasa mendatang. Untuk perusahaan yang tertutup, calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan investor. Sedang untuk perusahaan yang sudah go public, 11 informarsi keuangan harus dilaporkan ke publik secara reguler yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik. - Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham. Untuk perusahaan yang belum go public yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan jika dengan perusahaan go public. - Nilai pasar perusahaan diketahui. Untuk alasan-alasan tertentu, nilai pasar perusahaan perlu untuk diketahui. Misalnya jika perusahaan ingin memberikan insentif dalam bentuk opsi saham (stock option) kepada manajer-manajernya. Maka nilai sebarnya dari opsi tersebutperlu diketahui. Jika perusahaan masih tertutup, nilai opsi sulit ditentukan. Di samping keuntungan dari go public, beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut: - Biaya laporan meningkat Untuk perusahaan yang sudah go public, setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil. - Terbuka. Semua perusahaan go public pasti transparan dan sangat mudah untuk diketahui oleh para kompetitornya dari segi data dan managementnya. - Keterbatasan kekuasan pemilik. 12 Para pemilik perusahaan harus memperhatikan kepentingan bersama para pemegang saham, tidak bisa lagi melakukan praktek nepotisme, kecurangan dalam pengambilan keputusan dan lainnya. II.3 Saham II.3.1 Pengertian Saham Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:5), saham (stock) didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. II.3.2 Jenis-Jenis Saham Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:6), ada beberapa jenis saham yaitu: 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau kalim, maka saham terbagi atas: a. Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. 13 b. Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti ini yang dikehendaki oleh investor. 2. Dilihat dari cara peralihannya, saham dibedakan menjadi : a. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannyaharus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangannya, maka saham dapat dikategorikan menjadi: a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. b. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock lesser known, yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. 14 d. Saham spekulatif (speculative stocks), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memungkinkan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e. Saham sklikal (counter cyclical stocks), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. II.3.4 Keuntungan dan Risiko Dalam Investasi Saham Pada dasarnya setiap investasi memliki keuntungan dan kerugian (resiko), disini akan dijelaskan keuntungan dan kerguian dalam investasi saham. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:9-11) ada keuntungan dan risko dalam investasi saham. Keuntungan: 1. Deviden Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Deviden saham yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham, sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian deviden saham tersebut. 15 2. Capital gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuknya dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Disamping itu dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan saham bonus. Saham bonus adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham . agio saham adalah selisih antar harga jual terhadapa harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana. Risisko: 1. Tidak mendapat dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Sebaliknya, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. 2. Capital loss Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Dengan demikian seorang investor mengalami capital loss. Disamping risiko tersebut, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risko lainnya, yaitu: 16 1. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa list atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditur atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, telebih dahulu dibagikan kepada kreditu atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru dibagikan kepada pemegang saham. 2. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting) Risiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek alias di-delist. Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk, misalnya dala kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, megalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan Bursa Efek. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa. Meskipun saham tersebut tetap dapat diperdagngkan di luar bursa, tidak terdapat patokan harga yang jelas dan tidak terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya. 3. Saham diberhentikan sementara (suspensi) Risiko lain yang menggangu para investor untuk melakukan aktivitasnya, yaitu jika suatu saham disuspensi alias diberhentikan perdagangannya oleh otoritas 17 Bursa Efek. Dengan demikian investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, tetapi dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdangan. II.4 Stock Split II.4.1 Pengertian Stock Split Menurut Basir dan Fakhrudin (2005:119) dan Darmadji (2011:144) stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil, misalnya dari Rp 1000 per saham menjadi Rp 500 per lembar saham atau dari Rp 500 per lembar saham menjadi Rp 1000 per lembar saham. Menurut Jogiyanto (2011:561) stock split adalah memecah lembar selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n harga sebelumnya. II.4.2 Tujuan Stock Split Pemecahan saham bertujuan agar perdagangan saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah, menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:144). Hal ini akan sangat efektif jika dilakukan terhadap saham-saham yang harganya sudah cuku tinggi. Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel stock split bertujuan meningkatkan daya jual saham dengan cara menurunkan nilai pasar per lembarnya. Pada hakikatnya stock 18 split mengubah nilai nominal per saham tetapi tidak mempengaruhi saldo ekuitas pemegang saham. Saham yang lebih likuid akan menarik investor untuk membeli saham tersebut, karena lebih mudah untuk memperjualbelikannya. Stock split dilakukan untuk menjaga harga pasar saham agar tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan, menurut Halim (2005:97). Sedangkan menurut Irham dan Yovi (2006) dalam ekonomi.kabo.biz menyatakan bahwa ada beberapa tujuan suatu perusahaan yang melakukan stock split, yaitu: 1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk membeli/memiliki saham tersebut. 2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham. 3. Menarik investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau. 4. Menambah jumlah saham yang beredar. Kesimpulan dari beberapa alasan dilakukannya stock split yang telah dipaparkan di atas mempunyai tujuan, antara lain: - Menurunkan harga saham agar menarik investor baru untuk membeli saham tersebut. - Meningkatkan jumlah pemegang saham. - Saham agar menjadi likuid. II.4.3 Manfaat Stock Split 19 Dalam melakukan stock split, para emiten mempunyai tujuan dan alasan dalam melakukan stock split. Beberapa pelaku pasar khususnya emiten berpendapat bahwa aktivitas split dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. Ika dan Purwaningsih (2008) mengemukakan bahwa manfaat yang pada umumnya diperoleh dari stock split yaitu: 1. Menurunkan harga saham yang kemudian akan membantu menigkatkan daya tarik investor. 2. Membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan. 3. Mengubah para investor odd lot (investor yang membeli saham dibawah 1 lot/500 lembar) menjadi investor round lot (investor yang membeli minimal 1 lot/ 500 lembar). Selain bagi perusahaan, stock split juga dipercaya beberapa pihak membawa keuntungan bagi investor, karena calon investor yang belum mampu membeli saham tersebut, dengan adanya stock split yang mengakibatkan saham menjadi lebih murah, sehingga calon investor mampu membelinya. II.4.4 Jenis dan Teori Stock Split Stock split (pemecahan saham) adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan perubahan jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan. Menurut Ika dan Purwaningsih (2008) Pada dasarnya terdapat dua jenis stock split, yaitu: 20 - Split up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan penambahan jumlah saham yang beredar . - Split down adalah meningkatkan nilai nominal per lebar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Dua teori utama yang mendominasi literatur stock split adalah trading range theory dan signaling theory (sukardi,2003) dalam Ika dan Purwaningsih (2008): 1. Trading range theory Manajemen melakukan stock split dalam upaya untuk mengarahkan harga saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal atau tidak terlalu tinggi untuk saham perusahaan. Menurut teori ini, harga saham yang dinilai terlalu tinggi menyebabkan saham tersebut kurang aktif untuk diperdagangkan. Keputusan stock split menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi yang kemudian meningkatkan likuiditas perdangan saham 2. Signaling theory Perusahaan melakukan stock split karena harga saham sudah melebihi harga optimal dimana harga saham sudah tidak dapat meningkat seusai dengan kenaikan kinerja perusahaan. Saham perlu dipecah agar harga saham menjadi lebih kecil dan kemudian harga saham akan meningkat sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan. Oleh karena itu,menurut signaling theory, stock split hanya dilakukan perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang baik dimana perusahaan yakin bahwa harga saham telah dipecah akan naik sesuai dengan kinerja perusahaan di masa depan. 21 II.4.5 Syarat-Syarat Stock Split Menurut Saleh dan Fakhrudin (2005:122), beberapa hal yang harus dipenuhi oleh emiten yang akan melakukan stock split di antaranya adalah: 1. Harus mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). 2. Perubahan AD/ART yang mengubah nilai nominal saham telah disahkan oleh Departemen kehakiman & HAM dan telah mendapatkan TDP dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan 3. Peraturan BEJ Nomor I-A butir V.3. tentang pencatatan saham tambahan yang berasal pemecahan saham: - Saham yang baru dikeluarkan tersebut merupakan saham yang memiliki klasifikasi yang sama dengan saham induknya. - Harga teoritis saham hasil tindakan penerbitan saham baru sekurang-kurangnya RP 100,- Harga teoritis saham dihitung berdasarkan dihitung berdasarkan rata-rata harga penutupan saham perusahaan yang bersangkutan selama 25 (dua puluh lima) hari bursa berturut-turut di pasar reguler sebelum perusahaan tercatat melakukan iklan pengumuman mengenai akan dilakukaknya pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham, perusahaan tercatat yang mengagendakan pemecahan saham. 22 II.5 Return saham Pengembalian (return) investasi merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi, Didit Herlianto (2010:65). Menurut Jogiyanto (2010:253-254), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspetasi (expected return). Menurut Didit Herlianto (2010:65-66), return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko dimasa mendatang. Return ekspetasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara retun yang akan diperoleh dengan risko yang akan dihadapi. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspetasi memiliki hubungan postif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasa dikolerasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high retun, low risk lo return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Return yang diterima investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) contohnya deviden dan capital gain /capital loss (keuntungan selisih harga). 23 II.6 Likuiditas Saham Likuiditas saham merupakan suatu indikator dan reaksi pasar terhadap suatu pengumuman yang diukur salah satunya dengan trading volume activity (TVA). Pengukuran trading volume activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal dari sisi likuiditas saham terhadap suatu informasi dengan parameter penggerakan aktivitas volume perdagangan atau trading volume activity, Beaver (1968) dalam Budiarto (1999) dalam Ediningsih (2004) dalam Harjum dan Hanung (2008). Tujuan stock split terhadap likuiditas saham agar membuat saham perusahaan menjadi lebih likuid. Likuiditas saham yang dimaksud adalah kemudahan untuk memperjualbelikan saham dan lebih sering diperdagangkan di bursa. Ketidaklikuidan saham disebabkan oleh dua sebab, yaitu harga saham yang tinggi dan jumlah saham yang beredar terlalu rendah. II.7 Hubungan Stock split Terhadap Harga Saham Harga saham yang tinggi membuat investor enggan investasi ke saham tersebut. Perusahaan melakukan stock split bertujuan agar menurunkan harga saham. Dengan harga saham yang turun membuat investor tertarik untuk membelinya. II.8 Market Capitalization 24 Menurut Didit Herlianto (2010:127), market capitalization adalah nilai dari suatu perusahaan, dari hasil kali harga saham dengan jumlah saham yang beredar. Junaidi (2008:105). Kapitalisasi pasar dibagi atas tiga kelompok yaitu big cap, mid cap dan small cap. Saham yang masuk dalam kelompok big cap atau perusahaan blue chip memiliki prestasi dalam earnings, dividen dan risiko yang juga dibarengen dengan risiko yang tinggi. Harga saham small cap relatif lebih labil dibanding big cap dan mid cap. Kiyoshi dan james (1985) dalam Junaidi (2008:105), yang meneliti pada Tokyo Stock Exchange dengan kesimpulan bahwa perusahaan kecil memiliki rate of return yang lebih besar disbanding dengan perusahaan besar. Simpulan ini didukung oleh hasil penelitian Elton dab Breda (2000) yang juga meneliti pasar modal di Jepang yang menyimpulkan ada perbedaan return saham perusahaan small cap dibanding big cap. II.9 Hipotesis dan Pengembangan Tujuan stock split adalah menurunkan harga saham dan meningkatkan likuiditas saham. Teori yang mendukung signaling theory dimana perusahaan memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai kinerja keuangan yang baik sehingga perisitiwa stock split memberikan informasi bahwa harga saham yang dipecah akan meningkat di masa depan. Tujuan stock split juga didukung trading range theory dimana stock split akan meningkatkan likuiditas saham. Dari teori-teori diatas peneliti merumuskan hipotesis menjadi dua yaitu : - Return Uji regresi ( uji T) 25 Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap perolehan return harian portofolio. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap perolehan return harian portofolio. Uji korelasi (Pearson correlation dan nilai signifikansi) Ho: tidak terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap perolehan return harian portofolio Ha: terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap perolehan return harian portofolio. Uji paired sample t tets Ho:tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada perolehan rata-rata return harian portofolio sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Ha: terdapat perbedaan yang signifikan pada perolehan rata-rata return harian portofolio sebelum dan sesudah peristiwa stock split. - Trading volume activity Uji regresi (uji T) Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap trading volume activity. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap trading volume activity. 26 Uji korelasi Ho: tidak terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap trading volume activity. Ha: terdapat korelasi yang signifikan atas peristiwa stock split terhadap trading volume activity. Uji paired sample t tets Ho: tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Ha: terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa stock split. 27