Pengaruh Tegakan Mahoni

advertisement
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar
Agroforestri jarak pagar di bawah tegakan mahoni di BKPH Babakan
Madang berada di dua macam jenis tegakan yaitu mahoni muda dan mahoni tua.
Secara visual pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda lebih baik
dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Jarak pagar di
bawah tegakan mahoni muda tumbuh lebih besar dan tinggi. Bebeda halnya
dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda, jarak pagar di bawah tegakan
mahoni tua pertumbuhanya membengkok mencari arah datangnya cahaya. Selain
secara visual pertumbuhan jarak pagar dapat diukur dengan beberapa parameter
antara lain : tinggi, diameter, panjang, lebar, luas tajuk dan panjang akar. Adapun
hasi dari pengukuran parameter pertumbuhan dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengukuran parameter pertumbuhan jarak pagar
Rata-rata
Diameter (cm)
Tinggi (cm)
Panjang tajuk (cm)
Lebar Tajuk (cm)
Luas Tajuk (cm²)
Panjang akar horisontal (cm)
Panjang akar vertikal (cm)
Keterangan : JPMM (Jarak Pagar Mahoni Muda)
JPMT (Jarak Pagar Mahoni Tua)
JPMM
2,3
142,4
67,7
42,6
31,4
64,2
19,5
JPMT
1,8
125,4
50,3
35
21
55,6
20,8
Pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan tua
dibandingkan dengan pengujian statistik berupa uji-t. Uji-t atau uji sebaran t
merupakan salah satu pengujian untuk menguji dua peubah yaitu pertumbuhan
jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan mahoni tua dalam satu populasi.
Dimana hasil uji-t dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Hasil uji-t parameter pertumbuhan
Rata-rata
Diameter (cm)
Tinggi (cm)
Panjang tajuk (cm)
Lebar Tajuk (cm)
Luas Tajuk (cm²)
Panjang akar horisontal (cm)
Panjang akar vertikal (cm)
Keterangan* = Nilai P < 0,05 berbeda nyata,
tn
= Nilai P > 0,05 tidak berbeda nyata.
Nilai-P (Hasil Uji-t)
0,000*
0,007*
0,000*
0,017*
0,000*
0,571tn
0,812 tn
Hasil uji-t pada Tabel 2 parameter pertumbuhan yang memiliki nilai p <
0,05 antara lain : diameter, tinggi, panjang, lebar, dan luas tajuk. Nilai p < 0,05
memiliki arti bahwa parameter diameter, tinggi, panjang, lebar dan luas tajuk di
bawah tegakan mahoni muda berbeda nyata dengan jarak pagar di bawah tegakan
mahoni tua. Sedangkan parameter akar pada panjang horizontal dan vertikal
memiliki nilai p > 0,05 yang berarti tidak berbeda nyata antara akar jarak pagar di
bawah tegakan mahoni muda dan mahoni tua.
5.1.1 Parameter diameter, tinggi, dan luas tajuk
Diameter merupakan salah satu parameter yang dapat dilihat dalam
pertumbuhan suatu tanaman. Dari hasil uji-t pada Tabel 2 diameter jarak pagar
pada tegakan mahoni muda berbeda nyata dengan tegakan mahoni tua. Perbedaan
ini dapat dilihat dari hasil pengukuran pada Tabel 1. Dari Tabel 1 nilai rata-rata
diameter JPMM lebih besar dibandingkan dengan diameter JPMT. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pengaruh tegakan mahoni yang paling baik untuk diameter
adalah jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda.
Tinggi juga merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang sering
diamati selain diameter. Dari hasil uji-t pada Tabel 2 tinggi jarak pagar pada
mahoni muda berbeda nyata dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua.
Perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata tinggi jarak pagar di bawah
tegakan mahoni muda lebih besar dibandingkan dengan jarak pagar di bawah
tegakan mahoni tua.
Tajuk merupakan bagian dari tanaman yang memiliki salah satu fungsi
untuk menahan pukulan air hujan. Selain itu tajuk juga memiliki kaitan penting
dengan faktor-faktor seperti jarak tanam permulaan, kontrol kualitas kayu,
pemeliharaan antar tegakan dan berpengaruh terhadap produksi sebuah tanaman.
Menurut Widodo (2005) di dalam Raden et al. (2009). Pembentukan arsitektur
tajuk bertujuan untuk mengurangi sistem percabangan, meratakan penerimaan
cahaya, menyebarkan percabangan agar dapat membagi ruang tumbuh secara
merata, mempermudah pengelolaan pohon dan mempermudah penyusunan
anggaran kebun serta prediksi hasil karena ukuran dan bentuk pohon seragam.
Hasil uji-t pada Tabel 2, panjang, lebar, dan luas tajuk memiliki nilai p <
0,05 yang berarti adanya perbedaan antara jarak pagar di bawah tegakan mahoni
muda dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua. Perbedaan ini dapat
dilihat dari hasil rata-rata panjang, lebar dan luas tajuk pada Tabel 1. Dilihat dari
hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa pengaruh tegakan mahoni muda lebih
baik untuk panjang, lebar, dan luas tajuk jarak pagar dibandingkan dengan
pengaruh tegakan mahoni tua.
Perbedaan hasil pertumbuhan untuk diameter, tinggi, panjang, lebar, dan
luas tajuk jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda memiliki pengaruh yang
berbeda dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua.
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi.
Menurut Pandey dan Sinha (1972) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara
lain, suplai makanan (nutrisi), suplai air, suplai oksigen, suhu, cahaya, hormon
pertumbuhan. Selain itu menurut Sitompul dan Guritno (1995) faktor genetik,
bahan tanaman, dan pengaruh masa lalu juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
Salah satu faktor yang penting adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya
merupakan salah satu faktor yang bepengaruh terhadap proses fotosintesis. Hasil
pengukuran intensitas cahaya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil pengukuran intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk
mahoni
Jenis tegakan
Mahoni muda
Mahoni tua
Persentase penutupan
tajuk (%)
36,50
84,38
Intensitas cahaya matahari
(10¹ LUX)
246
192
Intensitas cahaya yang tertinggi pada tegakan mahoni muda yaitu 246.10¹
Lux (Tabel 3). Semakin besar intensitas cahaya matahari maka pertumbuhan juga
akan semakin cepat. Hal ini disebabkan karena cahaya matahari berpengaruh
terhadap laju fotosintesis dari suatu tanaman. Daniel et al. (1987) menyebutkan
bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis. Bertambahnya intensitas
cahaya, maka bertambah pula fotosintesis neto. Hasil dari proses fotosintesis
berupa photosintat
yang akan membantu pertumbuhan tanaman. Kecilnya
intensitas cahaya akan mengakibatkan pertumbuhan tinggi tidak ke atas tetapi ke
arah datangnya cahaya. Pertumbuhan jarak pagar yang membengkok terdapat
pada jarak pagar mahoni tua (Lampiran 1).
Intensitas cahaya matahari dipengaruhi oleh cuaca dan juga tajuk. Dari
Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase penutupan tajuk pada mahoni muda lebih
kecil dibandingkan dengan persentase penutupan tajuk pada mahoni tua. Menurut
Suryanto et al. 2006 perkembangan tajuk berhubungan dengan proses
penangkapan
energi
matahari.
Dalam
praktek
tumpangsari,
informasi
perkembangan tajuk akan berhubungan dengan proses berbagai sumberdaya
dengan
tanaman pertanian, terutama mengenai durasi praktek tumpangsari.
Perbedaan persentase ini menyebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk ke
dalam tegakan mahoni muda lebih besar dibandingkan dengan intensitas cahaya di
mahoni tua. Cuaca juga berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya
matahari. Karena setiap waktu cuaca dapat berubah-ubah. Perbedaan waktu
pengukuran intensitas cahaya juga dapat berpengaruh terhadap besarnya intensitas
cahaya. Untuk itu perlu adanya pengukuran intensitas cahaya dalam waktu yang
bersamaan. Dilihat dari hasil perbedaan intensitas cahaya tersebut dapat diduga
intensitas cahaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan
pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan mahoni tua.
Besarnya intensitas pada tegakan mahoni muda dapat menyebabkan pertumbuhan
jarak pagar yang lebih baik dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan
mahoni tua.
Suhu
merupakan
salah
satu
faktor
yang
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan suatu tanaman. Karena suhu berpengaruh terhadap fotosintesis suatu
tanaman. Dari hasil pengukuran suhu pada tegakan mahoni muda lebih tinggi
yaitu 28,53ºC dibandingkan dengan suhu pada mahoni tua yang besarnya 28,07ºC.
Menurut Hambali et al. (2006) jarak pagar paling sesuai tumbuh pada suhu 20 −
26º C. Apabila suhu terlalu tinggi atau lebih dari 35º C atau lebih rendah dari pada
15º C, akan menyebabkan pertumbuhan yang terhambat dan mengurangi kadar
minyak dalam biji. Jadi pada suhu tersebut jarak pagar masih dapat bertahan
hidup. Perbedaan suhu diantara kedua tegakan memang tidak berbeda jauh. Suhu
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari dan juga cuaca. Seperti halnya pada
intensitas cahaya, pengukuran suhu sebaiknya dilakukan secara bersamaan
dikedua tegakan. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengukuran suhu dapat
dibandingkan dengan kedua tegakan
Menurut Pandey dan Sinha (1972) suhu rendah pada malam hari untuk
mengurangi laju respirasi dan suhu tinggi selama sehari untuk fotosintesis yang
berguna untuk meningkat dan mengumpulkan photosintat juga meningkatkan
pertumbuhan. Suhu pada mahoni muda lebih tinggi dibandingkan dengan tegakan
mahoni tua. Hal ini diduga sebagai salah satu penyebab perbedaan pertumbuhan
pada kedua tegakan tersebut.
Faktor yang berpengaruh penting adalah unsur hara. Tanah merupakan
perantara penyedia faktor unsur hara. Menurut Daniel et al. (1995) tanah
merupakan
faktor
yang
penting
dalam
pengelolaan
silvikultur
seperti
pertumbuhan semai dan penentuan pertumbuhan tegakan. Analisis tanah pada
penelitian ini dilakukan dengan pustaka sekunder. Hasil analisis tanah dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil analisis tanah
Analisi Tanah
Tekstur
Pasir (%)
Pasir sangat halus (%)
Debu (%)
Liat (%)
Bobot Isi (gr/cm³)
Permeabilitas (cm/jam)
Porositas (%)
Ph
C-Organik (%)
N-total (%)
KTK (me/100 gr)
Sumber : (Prihatiningtyas 2010)
JPMM
Liat
6,97
0,73
29,20
62,99
1,1
2,73
58,44
5,64
1,34
0,1
17,72
JPMT
Liat
6,89
0,66
29,83
62,62
1,05
4,42
43,85
6,41
1,62
0,03
26,78
Tekstur tanah pada kedua tegakan bersifat liat. Pada Tabel 4 bobot isi
tanah kecil, dan permeabilitas sedang memungkinkan lebih banyak air yang
terserap ke dalam tanah sehingga dapat mengurangi erosi. Bobot isi berbanding
terbalik dengan porositas tanah, bila bobot isi tanah rendah maka porositas tanah
akan tinggi dan sebaliknya. Porositas dipengaruhi oleh bahan organik, struktur
tanah, dan juga tekstur tanah. Bobot isi menunjukan kepadatan tanah, selain itu
bobot isi berfungsi untuk menghitung kebutuhan pupuk dan air. (Hardjowiegeno
2003)
Bahan organik pada analisis tanah JPMM lebih kecil dibandingkan dengan
JPMT. Menurut Sutanto (2005) kandungan bahan organik biasanya diukur
berdasarkan kandungan C-organik. Pada C-organik JPMM lebih kecil
dibandingkan dengn JPMT.
Kedua tegakan juga memiliki pH yang masam.
Kemasaman tanah (pH) memiliki fungsi untuk menentukan mudah tidaknya unsur
hara diserap oleh tanaman. Menurut Hardjowiegeno (2003) pada umumnya hara
mudah diserap pada pH netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara
mudah larut dalam air. Pada pH masam unsur P tidak dapat diserap tanaman
karena diikat (difiksasi) oleh Al. Selain itu tanah masam unsur mikro dapat mudah
larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang banyak dan dapat bersifat racun.
Sedangkan nilai N-total pada tegakan mahoni muda tergolong rendah, sedangkan
pada tegakan mahoni tua tergolong sangat rendah. Kekurangan nitrogen dapat
menyebabkan pertumbuhan yang kerdil, pertumbuhan akar yang terhambat, dan
juga menyebabkan warna daun menjadi kuning. Kapasitas tukar kation atau KTK
sangat erat dengan kesuburan tanah. Semakin tinggi KTK semakin subur tanah
karena tanah mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Pada
Tabel 4 nilai KTK pada mahoni tua lebih besar dibandingkan dengan mahoni
muda. Seharusnya tanah di bawah tegakan mahoni tua lebih subur dibandingkan
dengan mahoni muda. Namun kembali kekandungan N total yang lebih tinggi di
mahoni muda. Hal ini lah yang diduga menjadi salah satu penyebab pertumbuhan
jarak pagar lebih baik di bawah tegakan mahoni muda lebih baik dibandingkan
dengan mahoni tua.
Jarak
tanam
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan. Karena jarak tanam berpengaruh terhadap kompetisi unsur hara, air,
dan intensitas cahaya. Tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua ataupun
mahoni muda memiliki jarak tanam rata-rata 1 m x 1 m, namun banyak
jarak
tanam antar jarak pagar kurang dari 1 m x 1 m, dan lebih dari 1 m x 1 m. Jarak
tanam yang tidak beraturan dan terlalu dekat menimbulkan persaingan atau
kompetisi. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) apabila dua atau lebih tanaman
ditanam dengan cukup dekat dan ketersediaan unsur hara dan air terbatas, maka
kompetisi akan faktor tersebut akan terjadi. Selain itu menurut Suprayogo et al.
2003 kompetisi antar tanaman yang ditanam berdampingan pada satu lahan yang
sama sering terjadi, bila ketersediaan sumber kehidupan tanaman berada dalam
jumlah yang terbatas. Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam hambatan
pertumbuhan terhadap tanaman lain, seperti berkurangnya intensitas cahaya
karena naungan pohon, atau menipisnya unsur hara dan air karena dekatnya
perakaran dua jenis tanaman yang berdampingan. Pada lokasi penelitian pada
jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan tegakan mahoni tua diduga terjadi
sebuah kompetisi, karena jarak tanam yang terlalu dekat dan juga kandungan
unsur hara yang sedikit. Kondisi dari jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua
dan muda dapat dilihat dalam Gambar 1.
A
B
Gambar 1 Tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua (A), mahoni muda
(B)
Lingkaran merah merupakan kondisi tanaman jarak pagar di bawah tegakan
mahoni muda dan tua. Dari gambar di atas dapat dikatakan bahwa kondisi
kerapatan pada tegakan mahoni tua lebih rapat di bandingkan dengan tegakan
mahoni muda. Adanya kerapatan ini akan menimbulkan kompetisi.
Menurut Omon dan Adman (2007) Persaingan akan terjadi bila tajuk
tanaman saling bersentuhan dan persaingan dalam memperoleh cahaya matahari
serta unsur cahaya. Dari Gambar 1 tanaman jarak pagar (lingkaran merah) mahoni
tua saling besentuhan dengan sesama jarak pagar (intra-spesies), dan dengan
tanaman lain (inter-spesies) dibandingkan dengan jarak pagar mahoni muda.
Dengan demikian dapat diduga bahwa JPMT memiliki kompetisi yang lebih besar
dibandingkan dengan JPMM. Kompetisi cahaya tidak seaktif kompetisi air dan
hara. Biasanya adanya kompetisi cahaya tanaman akan merubah bentuk
tumbuhnya mencari arah datangnya cahaya, selain itu akan memperbesar
permukaan daun, dan mempertebal daun. Seperti pada JPMT banyak tanaman
yang tumbuhnya tidak keatas melainkan mencari datangnya cahaya. Hal ini
disebabkan karena kerapatan tanaman jarak pagar pada mahoni tua lebih rapat
dibandingkan dengan jarak pagar di mahoni muda. Adanya kerapatan pada JPMT
menyebabkan pertumbuhan pada JPMT tidak dapat tumbuh secara baik, karena
diduga persaingan yang terjadi di JPMT lebih besar dibandingkan dengan JPMM.
Pemeliharaan
tanaman
juga sangat
penting untuk
meningkatkan
pertumbuhan. Pada lokasi penelitian sudah dilaksanakan pemeliharaan, namun
pemeliharaan yang dilakukan kurang intensif. Hal ini terbukti dengan banyaknya
gulma berupa rumput dan semak belukar yang tumbuh di bawah tegakan mahoni,
terutama pada mahoni tua. Hambali et al. 2006 menyebutkan bahwa gulma yang
tumbuh disekitar jarak pagar dapat menjadi pesaing dalam penyerapan nutrisi.
Lahan yang bebas gulma berdampak pada pertumbuhan tanaman jarak lebih baik
karena dapat menyerap nutrisi secara optimal. Pertumbuhan JPMM lebih baik
dibandingkan dengan JPMT dapat disebabkan karena adanya gulma yang lebih
banyak di JPMT. Selain penyiangan yang dilakukan juga terdapat pendangiran
namun, tidak semua tanaman jarak pagar dilakukan pendangiran. Ada beberapa
tanaman jarak pagar pada mahoni tua di bagian atas tidak dilakukan pendangiran
karena letak tanaman jarak pagar yang sulit dijangkau. Adanya gangguan hewan
kerbau menyebabkan tanaman menjadi rusak dan mati. Tanaman jarak pagar
yang sudah rusak dan mati tidak langsung dilakukan penyulaman, terkadang
sampai
berminggu-minggu
baru
dilakukan
penyulaman.
Penyulaman
menggunakan tanaman jarak kembali yang ditanam tidak sesuai aturan yaitu 1 m
x 1 m. Menurut Omon dan Adman (2007) pembersihan atau pemeliharaan akan
memberikan ruang bagi masuknya cahaya yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
untuk melangsungkan proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini sangat berguna
bagi tanaman dalam bertahan hidup. Perlu adanya peningkatan pemeliharaan
tanaman jarak pagar agar pertumbuhan semakin meningkat.
Hasil pengukuran parameter pertumbuhan jarak pagar di bawah tegakan
mahoni muda lebih baik dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan
mahoni tua. Melihat dari hal ini dapat disimpulkan bahwa tanaman jarak pagar
dapat digunakan sebagai tanaman tumpangsari dengan syarat intensitas cahaya
yang cukup bagi jarak pagar. Jarak pagar dapat tetap ditanam di tegakan yang tua
asalkan masih memungkinkan adanya intensitas cahaya matahari yang masuk
cukup serta pemeliharaan yang intensif.
5.1.2 Parameter akar
Parameter pertumbuhan selain tinggi, diameter, panjang, lebar, dan luas
tajuk, adalah akar. Akar merupakan salah satu parameter pertumbuhan. Dimana
akar memiliki fungsi yang penting dalam suatu pertumbuhan. Selain untuk
menopang tubuh tanaman, akar juga berfungsi untuk menyerap air dan juga hara.
Dimana hara dan air merupakan salah satu unsur yang penting untuk pertumbuhan
dan produksi. Dari hasil uji-t pada Tabel 2 nilai p untuk panjang akar horizontal
dan vertikal memiliki nilai yang lebih besar dari pada 0,05. Nilai p > 0,05
memiliki arti panjang akar horizontal dan vertikal jarak pagar di bawah tegakan
mahoni muda tidak berbeda nyata dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni
tua. Nilai rata-rata pada Tabel 1 merupakan nilai antara (range) panjang akar
vertikal dan horizontal. Panjang akar vertikal jarak pagar berkisar antara 19,5 cm
sampai 20,8 cm. Sedangkan panjang akar horizontal berkisar antara 55,6 sampai
64,2 cm. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jarak pagar tegakan mahoni muda
ataupun tua tidak berpengaruh terhadap akar.
Pertumbuhan
akar
sangat
penting
karena
berkaitan
dengan
keberlangsungan dari pertumbuhan suatu tanaman. Parameter pertumbuhan akar
memiliki perbedaan dengan parameter pertumbuhan lain. Parameter diameter,
tinggi, lebar, panjang, dan luas tajuk jarak pagar di bawah mahoni muda berbeda
dengan jarak pagar di bawah mahoni tua. Sedangkan pada akar tidak terdapat
perbedaan antara kedua tegakan mahoni. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Menurut Sutton (1969) dalam Daniel et al. (1987) faktor yang dapat
mempengaruhi sitem perakaran seperti tipe tanah, status nutrisi, karakteristik
drainase, keberadaan atau ketidak beradaan gambut, lempung, padas dan bahan
organik. Selain itu juga menurut Islami dan Utomo (1995) faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan sistem perakaran antara lain, faktor dalam
(hereditas), dan faktor luar/ lingkungan (kelembaban tabah, suhu tanah, kesuburan
tanah, keasaman tanah, aerasi tanah, hambatan mekanis tanah, kompetisi dan
interaksi perakaran)
Kesuburan atau status nutrisi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan atau pertumbuhan akar. Pada Tabel 4 kandungan
nilai nitrogen pada kedua tegakan tersebut rendah. Kekurangan nitrogen dapat
menyebabkan pertumbuhan akar terhambat. Hal inilah yang dapat diduga menjadi
salah satu penyebab perakaran tersebut tidak berkembang di kedua tegakan
tersebut.
Keasaman tanah (pH) juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
akar. Biasanya akar dapat tumbuh pada pH sekitar 5-8. Namun, ada beberapa
tanaman yang membutuhkan pH tertentu agar dapat tumbuh. Kemasaman tanah
(pH) asam dapat menyebabkan kelarutan pada mangan, besi, dan alumunium
semakin meningkat sehingga dapat menghambat pertumbuhan akar. Dari kedua
tegakan memiliki jenis tanah yang asam. Menurut Islami dan Utomo (1995)
tanaman yang tumbuh pada tanah asam dengan kelarutan Al yang tinggi dapat
menyebabkan berhentinya pertumbuhan akar dan penumpulan pada akar
tanaman. Meskipun tidak terlalu asam pada tanah di kedua tegakan tersebut. Hal
ini diduga menjadi salah satu penyebab pertumbuhan akar jarak pagar yang tidak
maksimal di kedua tegakan tersebut.
Hambatan mekanis juga merupakan salah satu faktor dari pertumbuhan
akar. Hambatan mekanis ini bisa berupa tekstur ataupun struktur dari tanah.
Menurut Islami dan Utomo (1995) tekstur dan struktur tanah yang tidak sesuai
dapat menghambat petumbuhan akar. Sebagai contoh tanah yang tumbuh di tanah
lempung dan berpasir lebih baik pertumbuhanya dibandingkan dengan tanahtanah yang memiliki kandungan lempung tiga kali lipat. Perkembangan akar akan
terhambat dengan adanya mekanis tanah, dalam arti kekuatan tanah makin tinggi.
Selain itu menurut Rusdiana et al. 2000 struktur tanah yang padat akan
menghambat laju penetrasi akar lebih dalam. Karena tanah padat susah ditembus
oleh akar, maka daerah pemanjangan akar akan semakin pendek. Tanah pada
lokasi penelitian memiliki tekstur liat. Tanah liat ini akan mengakibatkan
pertumbuhan akar terhambat. Hal ini disebabkan tanah liat memiliki porositas
yang sangat kecil. Tanah liat juga akan mengakibatkan terjadinya kelembaban
pada tanah yang tinggi karena air yang sulit untuk meresap kedalam tanah. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya pembuskan pada akar. Pembusukan pada akar dapat
dilihat pada Gambar 2.
A
B
Gambar 2 Busuk akar pada tanaman jarak pagar mahoni tua (A), mahoni muda
(B)
Gangguan dari hewan kerbau diduga menjadi salah satu penghambat
dalam pertumbuhan akar. Tanah yang dilewati kerbau struktur tanahnya menjadi
lebih padat. Sehingga akar akan susah untuk berkembang karena pori-pori yang
semakin kecil. Menurut Rusdiana et al. 2000 pertumbuhan akar sangat
dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya. Adanya pemadatan tanah akan merubah
struktur tanah dan pori-pori tanah, sehingga kandungan air tanah tersebut berubah.
Kondisi akar jarak pagar yang berada di tanah yang sering dilewati kerbau
terdapat pada Lampiran 1. Selain itu di lapangan banyak ditemukan batu-batu
besar di dalam tanah baik di bawah tegakan mahoni muda atau di bawah tegakan
mahoni tua. Tanaman jarak pagar yang masih terdapat polybag juga ditemukan.
Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan akar jarak pagar terhambat. Adanya
hambatan-hambatan ini diduga menjadi salah satu penyebab dari perbedaan antara
parameter pertumbuhan akar dengan parameter pertumbuhan yang lain.
Sampel dari tanaman jarak pagar yang digunakan dapat menjadi salah satu
penyebab perbedaan antara parameter akar dengan parameter pertumbuhan yang
lain. Sampel yang diambil yaitu berjumlah 15 tanaman pada masing-masing
tegakan. Sedangkan pada pengukuran parameter lain tidak menggunakan sampel
tetapi dengan metode sensus. Hal ini disebabkan karena metode pengukuran akar
menggunakan metode destruktif atau merusak tanaman jarak pagar. Karena hal
inilah sampel yang diambil hanya berjumlah 15 tanaman jarak pagar dari setiap
masing-masing tegakan. Untuk itu perlu adanya perbaikan dalam pengambilan
sampel untuk akar pada jarak pagar agar dapat mewakili.
Hasil pengukuran panjang akar dari jarak pagar dapat digunakan sebagai
perkiraan jarak tanam jarak pagar sebagai tanaman tumpang sari. Menurut
Prihandana dan Hendroko 2006 perakaran jarak pagar yang berasal dari biji
memiliki akar tunggang, sedangkan bibit yang berasal dari stek batang sistem
perakaran lemah atau dangkal. Pada hasil penelitian perakaran dari jarak pagar
tidak terlalu dalam. Panjang akar vertikal dari jarak pagar terdalam yaitu sekitar
20,8 cm, sedangkan horizontal 64,2 cm. Menurut Hambali et al. 2006
menyebutkan bahwa tanaman jarak pagar memiliki sifat intercroping atau sifat
yang dapat ditanam dengan tanaman lain, jarak tanam dapat ditanam dengan
jambu mete dengan jarak tanam jambu mete yaitu 6 m x 12 m. Sementara jarak
pagar ditanam jarak tanam 2 m x 2 m. Dari hasil penelitian Nurunnajah 2011
bahwa perakaran dari pohon mahoni tidak telalu dalam. Perakaran dalam vertikal
hanya sekitar 14,8 cm. Dilihat dari hal tersebut pada lokasi penelitian dapat
dikatakan tidak sesuai Agroforestri antara mahoni dengan jarak pagar karena
jarak tanam yang berdekatan. Seharusnya jarak tanaman jarak pagar minimal 2 m
x 2 m atau lebih karena perakaran dalam mahoni dangkal, dan jarak tanam mahoni
sangat tidak beraturan.
Tanaman jarak pagar dapat digunakan sebagai tanaman tumpangsari.
Menurut Jumin 2008 ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sistem
tumpangsari salah satunya adalah akar. Pengaturan sifat akar sangat perlu untuk
menghindarkan persaingan unsur hara, air yang berasal dari tanah. Oleh sebab itu
jarak tanam dalam sebuah agroforestri sangatlah penting. Jarak tanam yang sesuai
untuk tanaman jarak pagar adalah minimal 2 m x 2 m. Namun, jarak tanam ini
tergantung dari kondisi tanah dan tegakan. Menurut Sudrajat (2006) jarak tanam
untuk tanaman jarak pagar 2 m x 1,5 m untuk tanah kurus / dengan irigasi, 2 m x 2
m untuk tanah normal, dan 2 m x 3 m untuk tanah subur. Menurut Puslitbang
Pertanian (2008) jarak tanam untuk tanaman jarak pagar 1,5 m x 4 m, 1,5 m x 6
m, 2 m x 4 m dan 2 m x 6 m. Kondisi tegakan juga berpengaruh terhadap jarak
tanam. Tegakan dengan intensitas cahaya yang besar dapat ditanam lebih rapat
dibandingkan dengan tegakan yang intensitasnya kecil. Adapun kondisi dari akar
tanaman jarak pagar dapat dilihat pada Gambar 3.
A
B
Gambar 3 Akar tanaman jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua (A), mahoni
muda (B)
5.2 Produksi Jarak Pagar
Jarak pagar memiliki banyak fungsi, terutama buah jarak pagar yang
memiliki kandungan minyak yang besar yaitu 20 − 40 %. Kandungan minyak
yang besar pada buah jarak pagar menjadikan tanaman tersebut memiliki potensi
untuk dikembangkan.
Pada penelitian ini, selain melihat pertumbuhan dari
tanaman jarak pagar juga melihat produksi buah dari jarak pagar. Produksi buah
jarak pagar dilihat dari berat buah jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan
tua.
Hasil berat buah jarak pagar yang telah ditimbang kemudian dilakukan uji
sebaran t atau uji-t. Dari hasil uji-t untuk produksi nilai p yaitu 0,000 yang lebih
kecil dari pada 0,05. Hal ini berarti bahwa produksi jarak pagar di bawah tegakan
mahoni muda (JPMM) berbeda nyata dengan jarak pagar mahoni tua (JPMT).
Perbedaan jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dengan jarak pagar di
bawah tegakan mahoni tua dapat dilihat dari hasil berat buah pada kedua tegakan
tersebut. Dari hasil penimbangan berat buah jarak pagar, buah jarak pagar di
bawah tegakan mahoni muda lebih besar yaitu 21,5 g/pohon/bulan dibandingkan
dengan berat buah jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua yaitu sebesar 7,47
g/pohon/bulan.
Menurut Hambali et al. 2006 produksi biji dari buah jarak pagar 3 – 4 kg
biji/pohon/tahun.Pada hasil penelitian berat buah JPMM sebelum menjadi biji
yaitu 21,5 g/pohon/bulan atau 0,02 kg/pohon/bulan. Sedangkan untuk JPMT berat
buahnya 7,47 g/pohon/bulan atau 0,007 kg/pohon/bulan. Apabila di konversikan
ke dalam tahun untuk produksi buah jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda
sekitar 0,24 kg/pohon/tahun, sedangkan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tua
yaitu 0,084 kg/pohon/tahun. Produksi buah ini dapat dikatakan masih sangat kecil,
karena tidak semua tanaman jarak pagar pada lokasi penelitian berbuah. Pada
lokasi penelitian jumlah jarak pagar hanya berbuah 36 tanaman, sedangkan jarak
pagar di bawah mahoni tua 15 tanaman.
Produksi buah jarak pagar sangat kecil, selain itu perbedaan produksi buah
jarak pagar antara mahoni muda dan tua sangat besar. Adanya perbedaan produksi
dari jarak pagar di bawah tegakan mahoni muda dan mahoni tua disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut Daniel et al. (1987), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi produksi antara lain : tempat tumbuh, iklim, penyebab fisiologis.
Sedangkan menurut Sudrajat (2006) salah satu faktor yang mempengaruhi
produktifitas tanaman jarak pagar adalah kesuburan tanah.
Produktivitas tanaman jarak pagar di mahoni muda lebih baik
dibandingkan dengan jarak pagar di bawah tegakan mahoni tuamahoni tua.
Perbedaan ini diakibatkan karena intensitas cahaya pada mahoni muda lebih besar
dari pada mahoni muda. Seperti halnya pada pertumbuhan, produksi juga
membutuhkan cahaya untuk proses fotosintesis. Semakin tinggi intensitas cahaya
maka akan meningkatkan proses fotosintesis dan akan meningkatkan pula
produksi dari tanaman jarak pagar. Menurut Raden et al. (2009) semakin
meningkatnya laju fotosintesis akan meningkatkan kebutuhan sink pada
pertumbuhan dan produksi (jumlah buah, jumlah biji dan bobot biji pertanaman)
tanaman jarak pagar.
Kesuburan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh di dalam
produksi buah. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kandungan nitrogen atau unsur
makro yang dibutuhkan tanaman lebih besar tanah di bawah tegakan mahoni
muda. Adanya unsur makro yang lebih besar akan menyebabkan peningkatan
produksi dari sebuah tanaman. Menurut Sudrajat (2006) semakin subur lahan
maka produktivitasnya juga tinggi. Semakin subur dari tanah dibawah tegakan
mahoni muda dapat menyebabkan peningkatan produktivitas pada tanaman jarak
pagar.
Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produksi. Seperti halnya pada pertumbuhan, jarak tanam terhadap kompetisi unsur
hara, air, dan intensitas cahaya. Jarak tanam pada kondisi lapang tidak beraturan
karena jarak tanam yang tidak sesuai dapat mengakibatkan timbulnya kompetisi.
Pada jarak pagar mahoni tua (JPMT) kondisi dilapangan lebih rapat dibandingkan
dengan jarak pagar mahoni muda (JPMM). Selain jarak tanam yang rapat pada
JPMT juga terdapat beberapa tanaman lain atau gulma, sehingga menimbulkan
persaingan atau kompetisi. Menurut Jumin (2008) kerapatan tanaman sangat
penting diketahui karena berpengaruh terhadap sebuah produksi tanamannya.
Adanya persaingan yang sangat ketat yang berakibat adanya penurunan produksi.
Menurut Sitompul dan Guritno (1995), intensitas kompetisi semakin rendah
dengan tingkat penyediaan nitrogen akan semakin tinggi yang membawa kepada
hasil per satuan tanaman semakin besar. Pada Tabel 4 dapat dilihat unsur dari N
sangat kecil, dan kerapatan pada mahoni tua lebih rapat. Hal ini diduga
menyebabkan perbedaan produksi jarak pagar pada tegakan mahoni muda dan tua.
Pemeliharaan juga sangat berkaitan dengan produksi jarak pagar. Di lokasi
penelitian pemeliharaan tidak intensif. Hal ini terbukti banyaknya tanaman jarak
pagar yang mati, banyak ditumbuhi gulma. Pemeliharaan ini tidak hanya pada
pemupukan tanaman jarak pagar, penyiangan, tetapi juga pemotongan cabang
pada tanaman jarak pagar. Menurut Hambali et al. 2006 pemotongan cabang
berfungsi untuk meningkatkan jumlah cabang produktif. Semakin banyak cabang
pada tanaman jarak pagar maka biji yang dihasilkan akan semakin banyak pula.
Menurut Raden et al. 2009 peningkatan jumlah cabang akibat pemangkasan
batang utama memberikan pengaruh terhadap peningkatan diameter batang, luas
daun total, dan presentase intersepsi cahaya. Tinggi pemangkasan 30-40 cm
dengan jumlah cabang primer 3 atau lebih (6 cabang primer) dapat meningkatkan
produksi jarak pagar. Pada kondisi lapangan cabang dari tanaman jarak pagar
sendiri sangat sedikit, sehingga produksi yang dihasilkan juga sedikit. Selain itu
pemeliharaan untuk hama juga sangat penting. Ada beberapa buah jarak pagar
yang diserang hama berupa kepik yang menyerap buah, sehingga menurunkan
produksi dari buah jarak pagar. Untuk itu perlu adanya pengendalian hama pada
buah jarak pagar yaitu dengan cara penyemprotan menggunakan pestisida nabati.
Namun, pada kondisi dilapangan hal ini tidak ditindak lanjuti dan ditakutkan
hama akan semakin menyebar ke tanaman jarak pagar lainnya.
Download