I. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu masalah krusial yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah kekurangan pasokan energi. Pasokan energi dalam negeri terutama berbasis fosil dan minyak bumi mengalami kendala akibat produksi yang lebih rendah dibanding tingkat konsumsinya yang berakibat ketergantungan pada impor. Berdasarkan data migas terjadi impor bahan bakar minyak dari 86.6 juta barrel tahun 2001 dengan nilai 2.6 milyar USD meningkat menjadi 124.8 juta barrel dengan nilai 5.8 milyar USD tahun 2004. Pada tahun 2007 kebutuhan solar nasional mencapai 30.40 juta liter. Kebutuhan solar ini akan meningkat pada tahun 2010 hingga mencapai 34.89 juta liter. Kondisi ini harus diantisipasi pemerintah dengan pengembangan berbagai sumber energi yang dapat diperbaharui. Dalam periode 1995-2004, produksi minyak mentah nasional ratarata mengalami penurunan 12.06 juta barel per tahun, atau sekitar 2.31% per tahun (BPS, 2005) dan berdasarkan data Pertamina (2005) persediaan minyak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Indonesia diperkirakan akan cukup hingga 20 tahun ke depan. Indonesia memiliki ketersediaan sumber daya genetik tanaman penghasil minyak nabati yang cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodisel. Salah satu diantaranya adalah Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Minyak jarak pagar (crude jatropha oil) memiliki sifat fisika dan kimia yang sesuai dengan minyak diesel, sehingga pemerintah memprogramkan untuk mensubtitusi 10 % dari kebutuhan minyak diesel. Tanaman jarak pagar selain dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif (penghasil minyak nabati non pangan) juga bermanfaat sebagai obat tradisional, insektisida nabati, tanaman pelindung dan pencegah erosi / konservasi, serta dapat diolah menjadi pakan ternak, pupuk organik dan surfaktan (Gubitz et al., 1996). Jarak pagar merupakan salah satu tanaman yang diunggulkan di Indonesia, namun demikian, produktivitasnya masih relatif rendah, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitas menjadi menunjukkan bahwa produktivitas jarak prioritas. Hasil penelitian pagar pada tahun pertama cukup bervariasi, yaitu 0.3 kg/pohon atau 833 kg/ha (Heller, 1996), 400 kg/ha/tahun (Jones dan Miller, 1992), dan 200 kapsul/tanaman atau 0.36 kg/pohon (Hasnam et al., 2007), dan 880 kg/ha (Santoso et al., 2008). Sementara itu, kandungan minyak biji (oil content in whole seed) yang dihasilkan oleh berbagai propenan di India sekitar 33.50 % - 38.42 % (Ginwal et al., 2003), IP-2A 31 % - 32 %, IP-2P 32 % - 34 %, dan IP-2M 31%-32% (Hasnam et al., 2008). Perbaikan teknik budidaya untuk meningkatkan produksi jarak pagar di Indonesia perlu dilakukan karena hingga saat ini teknologi budidaya berdasarkan kondisi spesifik wilayah Indonesia masih sangat terbatas. Observasi pendahuluan menunjukkan bahwa tanaman jarak pagar yang ditanam atau tumbuh secara alami yang berasal dari biji mempunyai karakter (1) secara alamiah percabangan (tajuk) yang terbentuk tidak teratur dan tidak produktif, (2) cabang umumnya terbentuk setelah bunga atau buah pertama terbentuk (memiliki 60 – 70 daun), (3) tinggi pohon mencapai 5-7 meter, (4) tunas cabang umumnya terbentuk bersamaan dengan perkembangan reproduktif, (5) bunga muncul pada ujung-ujung pucuk (bunga terminal). Pembentukan arsitektur tajuk bertujuan untuk mengoptimalkan intersepsi cahaya dan mengarahkan strategi pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang menguntungkan sehingga produktivitas tinggi dan memudahkan manajemen kebun. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengurangi kompetisi antara organ, vegetatif dan generatif serta keseimbangan alokasi asimilat yang harus ditunjang oleh intersepsi dan distribusi cahaya yang baik. Menurut Curry (1991) hasil tanaman dapat diprediksi dari perkembangan pertumbuhan tajuk (shoot), intersepsi cahaya dan distribusinya. Model hubungan distribusi cahaya dengan proses fungsi fisiologi, seperti induksi pucuk bunga, jumlah bunga menjadi buah (fruit set), dan kualitas buah dapat menjadi nilai yang berguna untuk mendesain arsitektur tajuk. Selanjutnya dinyatakan bahwa dalam kenyataannya aplikasi model intersepsi cahaya dan distribusinya dalam memodifikasi kanopi pohon secara signifikan meningkatkan efisiensi dan kualitas buah. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh George et al. (1993) dan Mowat dan George (1994) yang menyatakan bahwa mikroklimat di dalam kanopi pohon dapat mempengaruhi inisiasi pembungaan, pembungaan, bunga menjadi buah (fruit set) dan kualitas buah. Guillermo (2000) menyatakan bahwa intersepsi photosynthetically active radiation (PAR) selama periode pengisian biji meningkatkan bobot biji dan konsentrasi minyak pada bunga matahari. Menurut Costes et al. (2006), untuk menganalisis arsitektur pohon buah yang berimplikasi pada manajemen pohon dan produksi buah, yang pertama kali dilakukan adalah mengetahui fenomena pertumbuhan, proses percabangan dan pembungaan pada kanopi pohon. Selanjutnya, aplikasi analisis arsitektur pada tanaman difokuskan pada 2 hal, yaitu (1) struktur organ (organ arrangement), termasuk vegetatif dan organ bunga, (2) cabang buah dan seluruh perilaku pohon. Kedua hal ini sebagai struktur dasar yang digunakan untuk menginterpretasikan pengaruhnya pada aspek agronomi secara praktis. Seni membentuk pohon untuk mengubah tanaman yang berproduksi tinggi telah dimulai sejak lama pada berbagai tanaman bernilai ekonomi tinggi seperti kakao, kopi (Halle et al. 1978), tanaman sub tropika apel, pir, peach (Verheij dan Coronel, 1992) dan famili Rosaceae lain (Ryugo, 1988). Namun untuk tanaman jarak pagar masih belum banyak diteliti. Salah satu tindakan agronomis yang dapat dilakukan untuk perbaikan teknik budidaya tanaman jarak pagar adalah pembentukan arsitektur tajuk melalui pemangkasan. Pengaturan arsitektur tanaman melalui pemangkasan akan dapat mengefisienkan ruang tempat tanaman tumbuh dan dapat meningkatkan produktivitas terutama tanaman yang berbunga di ujung ranting (terminal) atau hasil tanaman per satuan luas karena tujuan pembentukan arsitektur tajuk untuk mengatur sistem percabangan, meratakan penerimaan cahaya, menyebarkan percabangan agar dapat membagi ruang tumbuh secara merata, mempermudah pengelolaan pohon dan mempermudah penyusunan anggaran kebun serta prediksi hasil karena ukuran dan bentuk pohon seragam (Widodo, 1995). Tindakan pembentukan arsitektur tajuk melalui pemangkasan pada tanaman jarak pagar sangat diperlukan untuk memperoleh tajuk tanaman yang efisien dalam memproduksi buah, meningkatkan produksi hasil panen, membentuk struktur fisik tanaman (kanopi) seperti semak atau payung dan meningkatkan cabang produktif. Semakin banyak cabang produktif yang dihasilkan maka buah dan biji yang dihasilkan akan semakin banyak pula sampai pada jumlah cabang terminal tertentu (Mahmud, 2006). Hal ini sejalan dengan pendapat Ginwal et al. (2003) yang menyatakan terdapat korelasi positif antara jumlah cabang, jumlah kapsul per tandan dengan produksi tanaman jarak pagar yang dihasilkan. Cabang tempat tumbuhnya bunga dan buah jarak pagar (selanjutnya disebut cabang terminal) sangat ditentukan oleh jumlah cabang primer dan sekunder yang tumbuh dari batang utama. Oleh karena itu pengaturan arsitektur tajuk yang berdasarkan jumlah cabang primer dan sekunder yang dipelihara menjadi penting untuk diteliti agar dapat membentuk arsitektur tajuk yang baik sehingga tanaman mampu menghasilkan bunga, buah serta kualitas minyak yang berkualitas. Menurut Ferry (2006) jumlah cabang primer yang perlu dipelihara antara 3 – 5 cabang sedangkan jumlah cabang sekunder yang perlu dipelihara sebanyak 3 cabang, Hal ini dilakukan agar setiap pohon jarak pagar mempunyai 40-45 cabang terminal. Berdasarkan laporan Mahmud (2006), di India, menunjukkan bahwa jumlah cabang terminal yang ideal per tanaman pada tanaman jarak pagar adalah 40 cabang dan jumlah buah 10-15 per tandan. Selanjutnya dikatakan jika jumlah cabang terminal per pohon lebih dari 40 cabang maka jumlah buah per tandan akan berkurang dan ukurannya mengecil sehingga akan mempengaruhi mutu biji yang dihasilkan. Berdasarkan hal di atas, kajian model arsitektur tajuk, mekanisme percabangan dan pembungaan yang terjadi pada tanaman jarak pagar, produksi dan kandungan minyak biji dengan melakukan intervensi terhadap bentuk arsitektur tajuk perlu untuk dilakukan dalam memperbaiki teknik budidaya tanaman jarak pagar. Tujuan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan arsitektur tajuk yang memiliki jumlah cabang primer dan sekunder yang dapat mendukung pertumbuhan, fotosintesis, produksi dan kandungan minyak jarak pagar melalui berbagai level pemangkasan batang utama dan cabang primer dan sekunder. Tujuan Khusus Penelitian 1. Menganalisis pola pembentukan cabang, model tajuk, dan mengobservasi pembentukan bunga pada arsitektur tajuk tanaman jarak pagar. 2. Mengkaji karakteristik fisiologi dan potensi “source” daun secara morfofisiologi berdasarkan posisi dan umur daun pada kanopi cabang tanaman jarak pagar dalam kaitannya dengan kemampuan fotosintesis, terutama dalam menentukan nomor daun terbaik sebagai referensi. 3. Mengkaji pengaruh arsitektur tajuk berdasarkan tinggi pangkasan batang utama dan jumlah cabang primer yang dipelihara terhadap pertumbuhan, produksi dan kandungan minyak jarak pagar 4. Mengkaji pengaruh arsitektur tajuk berdasarkan jumlah cabang primer dan sekunder yang dipelihara terhadap pertumbuhan, produksi dan kandungan minyak jarak pagar Kegunaan Penelitian Kegunaan hasil percobaan ditinjau dari konstribusinya untuk pengembangan ilmu dan pembangunan di bidang pertanian adalah : 1. Menemukan model tajuk dan pola percabangan jarak pagar yang alami dan dipangkas batang utamanya 2. Menemukan daun referensi untuk mengukur laju fotosintesis pada tanaman jarak pagar 3. Menemukan tinggi pangkasan batang utama dan jumlah cabang primer yang optimal terhadap pertumbuhan, produksi dan kadar minyak jarak pagar 4. Menemukan jumlah cabang primer dan sekunder yang optimal terhadap pertumbuhan, produksi dan kadar minyak jarak pagar 5. Menemukan karakter fisiologi dan fotosíntesis arsitektur tajuk tanaman jarak pagar Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan dalam empat percobaan, (1) mengkaji pembentukan cabang, model tajuk dan mengobservasi pembentukan bunga pada arsitektur tajuk tanaman jarak pagar, (2) studi karakteristik daun pada arsitektur tajuk jarak pagar secara morfologi dan fisiologi berdasarkan posisi daun dan umur daun pada kanopi cabang tanaman jarak pagar dalam kaitannya dengan kemampuan fotosintesis, terutama dalam menentukan nomor daun terbaik sebagai referensi, (3) menemukan arsitektur tajuk yang memiliki jumlah cabang yang dapat mendukung pertumbuhan dan meningkatkan produksi serta hasil minyak jarak pagar melalui : pengujian pengaruh arsitektur tajuk berdasarkan tinggi pangkasan batang utama dan jumlah cabang primer yang dipelihara terhadap pertumbuhan, produksi, dan kandungan minyak, dan (4) menemukan arsitektur tajuk yang memiliki jumlah cabang primer dan sekunder yang dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi dan kandungan minyak serta menemukan laju fotosintesis berdasarkan arsitektur tajuk yang dibentuk. Adapun alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Masalah : 1. Percabangan tidak teratur 2. Produktivitas tanaman rendah Percobaan 1 : Análisis Percabangan dan Model Tajuk (Pebruari 2007- Mei 2008) Percobaan 2 : Karakteristik daun jarak pagar hubunganya dengan fotosintesis (November 2007-Pebruari 2008) Studi Arsitektur Tajuk Jarak Pagar Hubungannya dengan Pertumbuhan, Produksi dan kandungan minyak jarak pagar melalui : Percobaan 3 : Studi pangkas batang utama dan jumlah cabang primer yang dipelihara (Pebruari 2007-Mei 2008) Percobaan 4 : Studi Jumlah cabang Primer dan Sekunder yang dipelihara (Pebruari 2007-Mei 2008) - Arsitektur tajuk yang teratur Kapasitas fotosíntesis yang tinggi Produksi dan kadar minyak tinggi efisien dalam panen Gambar 1. Diagram alur penelitian jarak pagar guna mengatasi kendala cabang yang tidak teratur dan prodiktivitas tanaman yang rendah