Negara Austria dan Ceko

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. DASAR KUNJUNGAN
Kunjungan kerja Komisi I DPR RI ke Republik Austria dan Republik Ceko
dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia Nomor : 45 /PIMP/I/2007-2008 tanggal 22 Oktober 2007
tentang Penugasan Delegasi Anggota Komisi I DPR RI untuk melaksanakan
Kunjungan Kerja ke Negara Austria dari tanggal 1 sampai dengan 7 November
2007. Dukungan anggaran sebenarnya hanya untuk kunjungan ke Austria, namun
karena Republik Ceko letaknya berdekatan dengan Republik Austria dan dapat
ditempuh melalui jalan darat, maka kunjungan dilanjutkan ke Republik Ceko.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Melaksanakan fungsi pengawasan DPR RI terhadap pelaksanaan APBN dan
kebijakan pemerintah, dalam hal ini Komisi I DPR RI terhadap mitra kerja
Komisi I DPR RI di Bidang Luar Negeri, yaitu Kedutaan Besar RI di Negara
Austria dan Negara Ceko, dengan mengadakan Rapat Dengar Pendapat
dengan Duta Besar RI dalam rangka mendalami pelaksanaan tugas KBRI
yang berkaitan dengan kegiatan :
a. hubungan dan kerjasama antara Indonesia dengan Republik Austria dan
Republik Ceko;
b. Organisasi Internasional akreditasinya:
c. Pelaksanaan dan penggunaan Anggaran di KBRI Wina dan Praha;
d. Keberadaan, permasalahan dan perlindungan Warganegara Indonesia di
Negara Austria dan Negara Ceko.
2. Komisi I DPR RI memanfaatkan kunjungan kerja tersebut untuk bertemu dan
berdiskusi dengan parlemen dan pemerintah terkait dengan fungsi dan tugas
Komisi I DPR RI dalam rangka meningkatkan hubungan persahabatan dan
kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara-negara tersebut melalui
Diplomasi antar Parlemen (Parliament to Parliament ).
C. SUSUNAN DELEGASI
Susunan Delegasi Komisi I DPR RI sebagai berikut :
1. Drs. Theo L Sambuaga
F-PG
2. Drs. Guntur Sasono, M.Si
F-PD
3. Yusron Ihza, LMM
F-BPD
4. Marzuki Darusman, SH
F-PG
5. Drs. Slamet Effendi Yusuf, Msi
F-PG
6. H.A. Afifuddin Thaib, SH
F-PG
7. DR. Sutradara Gintings
F-PDIP
1
Ketua Delegasi
Anggota Delegasi
Anggota Delegasi
Anggota Delegasi
Anggota Delegasi
Anggota Delegasi
Anggota Delegasi
8.
9.
10.
11.
12.
13.
F.X. Soekarno
Drs. Djoko Susilo, MA
Suprihartini, SI.P
Sugeng Riyadi
DR. Pribadi Sutiono
Muhammad Kamal
F-PD
F-PAN
Deplu
Deplu
Anggota Delegasi
Anggota Delegasi
Sekretariat Kom. I
Sekretariat Kom. I
Penasehat Delegasi
Penasehat Delegasi
D. ACARA KUNJUNGAN
1.
REPUBLIK AUSTRIA
Selama berada di Wina, Delegasi mengadakan pertemuan dengan :
1) Duta Besar dan Staf KBRI Wina;
2) Ketua Komisi Pertahanan Parlemen Austria - Mr. Peter
Fichtenbauer (FPO)
3) Kementrian Luar Negeri Austria - DR. Hanz Winkler, State
Secretary
4) Pejabat Departement of Safeguard – IAEA;
2.
REPUBLIK CEKO
Selama berada di Praha, Delegasi mengadakan pertemuan dengan :
1) Duta Besar dan Staf KBRI Praha;
2) H.E. Vaclac Havel – Mantan Presiden Ceko;
3) Commitee for Foreign Affairs, Defense and Security of the
Senate;
4) Committee for Defense of the Chamber of Deputies;
5) Deputy-Chairman of the Foreign Affairs Committee of the
Chamber of Deputies;
6) Deputi Menteri Pertahanan Ceko
3.
REPUBLIK SLOVAKIA
Dalam perjalanan darat dari Wina menuju Praha, Delegasi juga singgah di
Bratislava – Slovakia dan berkesempatan bertemu dengan Duta Besar dan
Staf KBRI Bratislava.
2
BAB II
PELAKSANAAN KUNJUNGAN
I. NEGARA AUSTRIA
1. GAMBARAN UMUM NEGARA AUSTRIA
a. Keterangan Dasar













Bentuk negara
Bentuk pemerintahan
Kepala Negara
Kepala Pemerintahan
Ibukota
Bendera
Lagu kebangsaan
Bahasa nasional
Mata uang
Hari nasional
Jumlah penduduk
Luas wilayah
Batas negara
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:


Iklim
Agama
:
:
Federal, terdiri dari 9 negara bagian
Demokrasi Parlementer
Heinz Fischer (Presiden)
Alfred Gusenbauer (Kanselir)
Wina
Merah – putih – merah
Land der Berge
Jerman
Euro
26 oktober
8.292.322 jiwa (oktober 2006)
83.870 km2
Utara : Jerman, Ceko
Timur : Slowakia, Hongaria
Barat : Swiss, Liechtenstein
Selatan : Slovenia, Italia
4 musin
74 % Katolik, 5 % Protestan
4 % Muslim, 17 % lain-lain
b. Sistem Politik dan Pemerintahan
Republik Austria diproklamasikan pada tahun 1918 setelah mundurnya
Kaisar Habsburt yang terakhir, sebagai akibat tuntutan golongan buruh dan
sosialis yang menghendaki terbentuknya pemerintahan republik.
1. Sistem Kepartaian
Austria adalah negara demokrasi parlementer yang menganut sistem
multi partai. Partai-partai yang ada di Austria adalah : Partai Sosial
Demokratik, Partai Rakyat Austria, Partai Liberal Austria, Partai Hijau
Austria dan Partai Forum Liberal.
2. Parlemen
Austria adalah negara Federal yang menganut sistem demokrasi
parlementer dengan sisterm perwakilan 2 kamar. Kamar pertama adalah
DPR Pusat (Nationalrat) yang merupakan wakil partai-partai politik yang
dipilih oleh rakyat melalui pemilu parlemen dengan jumlah 183 orang
anggota. Pemilu tersebut diadakan setiap 4 tahun sekali berdasarkan
sistem perwakilan berimbang. DPR Pusat bersama-sama dengan DPR
Negara Bagian (Bundesrat) yaitu kamar kedua bertugas membuat
undang-undang nasional seluruh negara.
3
Bundesrat beranggotakan 63 orang, dikirim dari negara-negara bagian
dan dapat diganti secara terus menerus sesuai dengan hasil pemilihan
DPR negara-negara bagian bersangkutan.
Disamping itu terdapat Bundesversamlung (gabungan Bundesrat dan
Nationalrat) yang mempunyai kekuasaan tertinggi, dimana hanya
bersidang jika diperlukan, terutama untuk peristiwa nasional yang
penting di Austria, seperti pelantikan presiden dan Gemeinderat (Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten) yang anggotanya dipilih rakyat di daerah
kabupaten dengan tugas mengadakan pemilihan kepala daerah
kabupaten. Dalam beberapa hal tertentu, daerah kabupaten mempunyai
hak-hak otonomi.
3. Sistem Pemerintahan
a) Bundespresident (Presiden Federal)
Presiden Federal dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 6
tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Presiden bertanggung jawab kepada
Bundesversamlung. Presiden mengangkat Perdana Menteri dan
anggota kabinetnya dan Presiden adalah Panglima Tertinggi
Angkatan Bersenjata Austria;
b) Bundesregierung (Pemerintah Federal)
Pemerintah Federal dipimpin oleh Perdana Menteri (Bundeskanzler)
dengan dibantu oleh wakil PM dan menteri serta beberapa sekretaris
negara. Menurut kebiasaan, Perdana Menteri yang ditunjuk adalah
ketua partai poliitk yang terkuat dan mempunyai wakil terbanyak
dalam Parlemen Federal.
Perdana Menteri bertanggungjawab
kepada Nationalrat;
c) Landesregierung (Pemerintah Negara Bagian)
Kepala pemerintahan negara bagian adalah seorang gubernur
(Landeshauptmann) yang dipilih oleh DPR negara bagian yang
bersangkutan;
2. HUBUNGAN BILTERAL INDONESIA - AUSTRIA
a. Politik
Politik luar negeri RI yang bebas dan aktif dan politik luar negeri Austria
yang netral merupakan titik tolak dalam meningkatkan kerjasama kedua
negara, baik di forum bilateral maupun di fora internasional. Austria
mendukung integritas wilayah RI dan mengharapkan agar hubungan kedua
negara yang telah terjalin sejak tahun 1954 dapat lebih ditingkatkan melalui
kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan. Dalam forum
internasional, kedua negara saling memberikan dukungan dalam
menghadapi masalah-masalah internasional. Indonesia memanfaatkan
posisi Austria sebagai anggota berbagai organisasi internasional dan
regional, khususnya UE dan OSCE.
Meskipun hubungan bilateral kedua negara berlangsung baik, namum
berada dalam kondisi datar. Hal ini dipengaruhi oleh orientasi kebijakan
politik luar negeri Austria yang lebih mengutamakan hubungannya dengan
sesama anggota UE, negara-negara tetangga yang langsung berbatasan,
negara-negara Balkan dan negara-negara berkembangan di kawasan
Afrika.
Apresiasi yang disuarakan Austria menyatakan confident mereka terhadap
kemampuan Indonesia sebagai a voice of democracy dan menghargai
upaya Pemerintah RI untuk terus mengembangkan nilai-nilai demokrasi dan
HAM di kawasan. Sejumlah isu penting lainnya juga di-address bersama
4
oleh Indonesia dan UE, seperti masalah Aceh, penanggulangan illegal
logging, terorisme internasional, interfaith dialogue, perkembangan di
Papua, ASEAN serta masalah Myanmar. Semua itu mendemonstrasikan
koneksitas dalam semua tataran meski tidak dengan agregasi yang
maksimum. Austria terlihat sangat ingin menampilkan profile internasional
yang memiliki tingkat akseptabilitas yang tinggi, termasuk
terhadap
Indonesia. Namun jika ditelusuri jauh kedalam hubungan aspek bilateral
yang ada, negara itu sebaliknya masih terkukung dengan politik proximity
yang lebih mendahulukan negara-negara disekitarnya. Atensi yang relatif
terbatas terhadap Asia mengakibatkan hubungan dengan negara-negara
ASEAN termasuk Indonesia secara bilateral berada pada tataran yang less
enthusiastic.
b. Ekonomi
Hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara didasarkan patas
persetujuan perdagangan yang ditandatangani di Den Haag pada tanggal 5
Mei 1951, Persetujuan Pengurangan Bea Cukai terhadap barang kerajinan
yang ditandatangani pada tanggal 16 Desember 1977 dan Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda yang ditandatangani pada bulan Juli 1986.
Hubungan ekonomi kedua negara telah mengalami peningkatan ;yang
pesat, baik dibdaing perdagangan maupun dalam bidang kerjasama
ekonomi lainnya. Namun peningkatan hubungan tersebut sebenarnya masih
jauh dibawah potensi yang dimiliki oleh kedua negara.
Bagi Indonesia, Austria memiliki arti yang cukup penting dan strategis.
Investasi Austria menduduki peringkat ke-33 dari 74 negara investor.
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan utama mereka dalam
melakukan investasi di Indonesia, diantaranya : potensi pasar, sumber
alam/bahan mentah, stabilitas sosial, politik dan ekonomi, kepastian hukum
dan tingkat upah/gaji. Dalam upaya lebih meningkatkan hubungan ekonomi
bilateral, kedua negara tengah dalam proses pembahasan Perjanjian
Kerjasama Ekonomi dan Industri, perjanjian tersebut dimaksudkan sebagai
payung bagi kerjasama ekonomi dan industri kedua negara. Counter draft
persetujuan sudah disampaikan ke Pemerintah Austria dan masih
menunggu respon dari pihak Austria, salah satu paragraf yang masih terus
dikaji oleh pihak Austria adalah mengenai Hak Kekayaan Intelektual.
Perundingan Persetujuan Perlindungan dan Peningkatan Penanaman
Modal antara kedua negara pending sejak bulan September 2001, dalam
hal ini Pemerintah Austria menisyaratkan bahwa perundingan baru dapat
dimulai apabila UU tentang Investasi RI telah selesai disusun dan disahkan.
c. Aspek Multilateral
Dalam konteks multilateral, Indonesia akan terus memajukan proponensinya
terhadap multilaterisme. PTRI Wina akan terus memainkan peran dan
kontribusi Indonesia dalam berbagai Forum dan Oerganisasi Internasional di
Wina, yaitu : IAEA, CTBTO, UNOV/UNDOC, UNCOPUOS, UNIDO,
UNCITRAL, OPEC maupun OPEC Fund. Indonesia harus mampu
mengambil manfaat bagi kepentingan nasional dan keterlibatan dan
partisipasi Indonesia di forum-forum multilateral yang ada dan sehari-hari
menjadi rutinitas tugas PTRI Wina.
Salah satu organisasi internasional yang mempunyai peran dalam
penanganan masalah nuklir dunia adalah IAEA (The International Atomic
Energy Agency).
5
1) Sejarah IAEA
 IAEA didirikan pada tahun 1957 sebagai reaksi dari rasa ketakutan
dan harapan sebagai akibat ditemukan teknologi energi nuklir.
Pedoman utama IAEA adalah pernyataan Presiden US. D.
Eisenhower, yaitu ”Atoms for Peace” . Pedoman ini dijadikan dasar
statuta IAEA yang diterima oleh 81 negara pada bulan Oktober 1956;
 IAEA adalah organisasi independen dalam tubuh PBB yang
mendasarkan kegiatannya pada kerjasama ilmu pengetahuan dan
teknologi dan bertindak sebagai penjuru pada kerjasama nuklir;
 IAEA membantu anggotanya dalam mencapai tujuan ekonomi dan
social mereka dalam merencanakan dan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir untuk tujuan damai;
 IAEA
mengembangkan
standar
keselamatan
nuklir
dan
mempromosikan pencapaian dan pemeliharaan keselamatan tingkat
tinggi teknologi energi nuklir serta menjamin perlindungan kesehatan
manusia dan lingkungan dari pencemaran radiasi ionisasi;
 IAEA melalui mekanisme inspeksi, meminta negara-negara anggota
untuk sejalan dengan kewajiban mereka dalam Non-Proliferation
Treaty dan perjanjian non-proliferation lainnya untuk menggunakan
bahan dan fasilitas nuklir mereka untuk tujuan damai;
 Sejak terjadinya krisis misil di Kuba, IAEA kembali memegang peran
penting sebagai akibat adanya kesamaan pandangan dari pihak
Amerika Serikat dan Uni Sovyet tentang upaya pengendalian
persenjataan nuklir;
 Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) telah
disetujui yang pada intinya membekukan kepemilikan persenjataan
nuklir hanya pada 5 negara, yaitu : AS, Rusia, Inggris, Perancis dan
Cina. Negara-negara lain diwajibkan untuk menghapuskan opsi
persenjataan nuklir dan menjadi pihak pada perjanjian keamanan
komprehensif atas bahan-bahan nuklir yang dimilikinya. Dalam
perkembangannya, NPT telah dibuat menjadi permanen pada tahun
1995;
 Dalam
tahun-tahun
belakangan,
lingkup kerja IAEA telah
melebar seiring dengan berkembangnya situasi keamanan dunia,
dimana kekhawatiran akan penggunaan energi nuklir untuk kegiatan
terorisme dunia.
2) Kerjasama Nuklir
 Promoting safeguards and verification (bekerja untuk mencegah
bertambahnya penyebaran senjata nuklir.
 Promoting safety and security (membantu negara-negara anggota
untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan nuklir mereka dan
menyiapkan diri dalam setiap keadaan darurat. Tujuannya adalah
untuk melindungi umat manusia dan lingkungan hidup dari bahaya
radiasi nuklir.
 Promoting science and technology (membantu negara-negara
anggota untuk memobilisasi aplikasi damai teknologi nuklir. Kegiatan
ini membantu pencapaian pengembangan teknologi enerji,
lingkungan hidup, kesehatan dan pertanian yang berkesinambungan
serta bekerjasama dalam teknologi nuklir. Kerjasama dibidang ini
meliputi kerjasama teknik, research dan development.
6
II. NEGARA CEKO
1. GAMBARAN UMUM NEGARA CEKO
a. Keterangan Dasar
-
Bentuk negara
Bentuk pemerintahan
Kepala Negara
Kepala Pemerintahan
Ibukota
Lagu kebangsaan
Bahasa nasional
Mata uang
Hari nasional
Jumlah penduduk
Luas wilayah
Batas negara
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
-
Iklim
Agama
:
:
Republik
Demokrasi Parlementer
Vaclav Klaus (Presiden)
Mirek Topolanek
Praha
Land der Berge
Ceko
Korun (Crown)
28 Oktober
10.235.455 (Juli 2006)
78.866 km2
Utara
: Polandia
Timur
: Slovakia
Barat
: Jerman
Selatan : Austria
4 musim
26 % Katolik, 1 % Protestan
b. Sistem Politik dan Pemerintahan
1) Presiden sebagai kepala negara dipilih oleh Badan Legislatif, yaitu
Parlemen dan Senat untuk masa jabatan 5 tahun. Presiden mengangkat
perdana menteri dan anggota kabinetnya yang disusun oleh Perdana
Menteri dari partai pemenang pemilu atau dari parpol yang berkoalisi.
Untuk terpilihnya Presiden, dibutuhkan dukungan ½ lebih satu suara
dari seluruh jumlah anggota parlemen.
2) Parlemen terdiri dari 2 kamar, yaitu Chamber of deputies (DPR – 200
kursi) dan Senat (81 kursi). Berdasarkan konstitusi tahun 1992, sistem
kepartaian adalah multipartai.
2. HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA - CEKO
a. Politik
1) Indonesia memberikan pengakuan kepada Republik Ceko yang berpisah
secara damai dari Slovakia pada tanggal 31 Desember 1992. Hubungan
diplomatik RI – Ceko dibuka pada tanggal 1 Januari 1993.
2) Menurut pandangan Ceko, Indonesia dengan letak yang sangat strategis
dan jumlah penduduk yang besar memainkan peranan penting dalam
menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Disamping
itu Indonesia dicatat sebagai negara yang mempunyai peran yang aktif
dalam kelompok regional, seperti ASEAN, APEC dan ASEM.
Tampaknya ada keingingan Ceko untuk menjadi anggota ASEM dan
mengharapkan dukungan Indonesia.
3) Dengan adanya kedekatan hubungan politis antara kedua negara, dalam
berbagai kesempatan pihak Ceko menegaskan dukungannya terhadap
keutuhan wilayah NKRI.
7
b. Ekonomi
Hubungan ekonomi Indonesia – Ceko didasarkan pada Trade Agreement
yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 23 Mei 1994. Namun karena
Ceko masuk sebagai anggota Uni Eropa, maka perjanjian perdagangan
dengan Indonesia disempurnakan menjadi Agreement between The
Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Czech
Republic on Economic Cooperation pada tahun 1994. Persetujuan ini juga
menjadi dasar bagi penyelenggaraan Komisi Bersama RI – Ceko.
c. Kerjasama di Bidang Militer
1) pada tanggal 21 November 2006 di Jakarta telah ditandatangani
”Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Republik Ceko tentang Kegiatan Kerjasama di Bidang Pertahanan
(Agreement between The Government of the Republic of Indonesia and
the Government the Czech Republic on Coperation Activities in the
Field of Defence).
2) Kerjasama dibidang hankam antara kedua negara terus berlanjut
dengan antara lain adanya berbagai kontrak pembelian senjata ringan
laras panjang, pistol, truk serbaguna untuk infanteri dan amunisi untuk
keperluan TNI. Disamping itu, kedua negara juga telah membahas draft
persetujuan kerjasama pertahanan.
d. Kerjasama di Bidang Pertahanan dan Kepolisian
1) Kerjasama di bidang persenjataan meliputi kerjasama di bidang
penyediaan pesawat latih dan tempur, avionic, elektronika dan
komunikasi, senjata api (ringan, menengah dan besar) serta amunisi.
2) Sebagai hasil pertemuan delegasi kemiliteran/kepolisian yang
dilangsungkan bersamaan dengan pelaksanaan sidang kedua Komisi
Bersama RI – Ceko di Jakarta tanggal 24 – 26 Februari 2003, dicatat
kemajuan antara lain kesepakatan untuk pembuatan persetujuan
kerjasama teknis kemiliteran (defence cooperation), kerjasama teknik
militer (industri militer) serta industri mesin-mesin terkait. Kedua pihak
juga sepakat untuk merealisir secara konkrit bentuk kerjasama tersebut
didalam joint production diantara industri militer kedua negera termasuk
alih teknologi.
e. Rencana kerjasama bilateral dan prospek kedepan
Pemerintah Indonesia telah memberikan fasilitas visa on arrival untuk warga
negara ceko yang akan berkunjung ke Indonesia, terhitung mulai tanggal 28
Mei 2007, sedangkan WNI dapat berkunjung ke Ceko selama 5 hari
menggunakan visa schengen tipe B atau tipe C tanpa mengajukan visa
Ceko. Ketentuan ini berlaku sejak 1 September 2006.
8
BAB IV
HASIL KUNJUNGAN
1.
REPUBLIK AUSTRIA
A.
PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR DAN STAF PTRI/KBRI WINA
Dalam pertemuan dengan Duta Besar dan Staf PTRI/KBRI Wina, dijelaskan
hal-hal sebagai berikut :
1. Bidang Anggaran
Pagu anggaran PTRI/KBRI Wina untuk Tahun Anggaran 2007 adalah
sebesar USD. 3.400.189,47. Realisasi penyerapan anggaran sampai
dengan triwulan ke-3 (Januari – September 2007) sebesar USD.
2.221.308,99 atau sekitar 65,3 % dari jumlah DIPA yang diterima KBRI.
Kendala yang dihadapi dalam realisasi anggaran, antara lain :
a) Masih seringnya penyampaian remis kepada Perwakilan
terlambat dilakukan;
b) Perbedaan selisih kurs yang diterima, baik pada saat
pengiriman anggaran Perwakilan dalam mata uang rupiah ke
mata uang dollar dan selisih kurs yang kembali harus terjadi
dari mata uang dollar ke mata uang euro;
c) Prinsip-prinsip pelaksanaan anggaran yang berbeda antara
apa yang digunakan oleh Depkeu dengan Deplu, misalnya
dalam masalah indeks perawatan kendaraan;
d) Penerapan prinsip pelaksanaan anggaran yang sangat kaku,
sehingga membuat perwakilan minim dalam penyerapan
anggaran yang diterimanya, seperti anggaran komunikasi;
e) Terjadinya perbedaan pandangan di tingkat perumusan dan
penyusunan anggaran, baik di Depkeu maupun Bappenas
yang menentukan tgidak adanya fleksibilitas pergeseran dari
anggaran mengikat dan tidak mengikat serta pengurangan
belanja perjalanan padahal sektor itu juga menjadi salah satu
karakter kegiatan Perwakilan yang bertumpu pada lobi dan
pendekatan ke wilayah akreditasi yang jauh dari pusat kota.
2. Pelaksanaan Tugas Perwakilan RI
a. Kegiatan Bilateral
Dalam konteks kegiatan bilateral, KBRI Wina telah melakukan upaya
dalam rangka meningkatkan hubungan dan kerjasama antara
Indonesia dan Austria, baik dalam kegiatan yang berkaitan dengan
bidang politik, ekonomi, social dan budaya.
b. Kegiatan Multilateral
Dalam konteks multilateral terkait dengan akreditasi PTRI Wina
dengan organisasi-organisasi internasional PBB dan non PBB yang
berpusat di kota tersebut, Wakil Tetap/Dubes RI di Wina memikil
credential dan tanggung jawab besar. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Wakil Tetap/Dubes RI di Wina menekankan untuk terus
memajukan proponensi Indonesia terhadap multilateralisme. PTRI
Wina akan terus memainkan peran dan kontribusi Indonesia dalam
berbagai forum dan organisasi internasional di Wina, antara lain :
IAEA, CTBTO, UNOV/UNODC, UNCOPUOS, UNIDO, UNICITRAL,
OPEC maupun OPEC Fund.
9
Beberapa aspek kegiatan multilateral yang menonjol, antara lain :
1) representasi Indonesia di IAEA, dimana Indonesia telah
tercatat menjadi anggota IAEA sejak tahun 1957;
2) CTBTO
(Comprehensive
Nuclear-Test
Ban
Treaty
Organization). Sesuai mandatnya, kegiatan utama Prepcom
CTBTO meliputi dua hal, yaitu pembentukan rezim verifikasi
global untuk memonitor kepatuhan terhadap comprehensive
ban
on explosive nuclear testing dan promosi
penandatanganan serta ratifikasi Treaty untuk mempercepat
berlakukan Treaty;
3) UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) yang
bertanggungjawab dalam memberantas perdagangan gelap,
narkoba, kejahatan internasional terorganisasi dan terorisme;
4) CCPCJ (Commission on Crime Prevention and Criminal
Justice)
serta
Terrorism
Prevention
Branch
yang
keseluruhannya membangun dan membahas sikap global
bersama terhadap aksi-aksi kejahatan dalam segala
bentuknya;
5) Sedangkan dari sudut multilateralisme yang bersifat
penggalangan pembangunan maupun kepentingan ekonomi,
akreditasi PTRI Wina sangat menonjol pada kegiatan sidang di
UNIDO, OPEC, OPEC Fund dan UNICITRAL.;
6) PTRI Wina juga turut aktif dalam memberikan masukan bagi
penyusunan dan implementasi kerjasama teknik RI-UNIDO
dilakukan melalui program Country Service Framework for
Indonesia yang difokuskan pada perkembangan UKM serta
peningkatan efisiensi energi dan pembangunan industri ramah
lingkungan;
7) Dengan OPEC,
PTRI Wina juga turut serta dalam
mempersiapkan penyelenggaraan KTT III OPEC yang
dijadwalkan berlangsung di Saudi Arabia tanggal 17 – 18
November 2007, sedangkan dengan UNICITRAL status
Indonesia masih sebatas observer. Keikutsertaan Indonesia
sebagai observer diharapkan dapat memberikan masukan
untuk menyempurnakan proses reformasi hukum Indonesia,
khususnya di bidang perdagangan Indonesia;
8) Terrorism Prevention Branch (TPB) dalam UNODC tidak
menggalang kerja sama dalam memberantas terorisme secara
langsung, melainkan khusus bertugas memberikan bantuan
teknis hukum kepada negara-negara anggota dalam meninjau
dan menyesuaikan peraturan nasional mengenai terorisme
dengan instrument hukum internasional terkait;
9) Berkaitan dengan upaya PBB dan Bank Dunia dalam
mengimplementasikan program Stolen Assests Recovery
Programme serta pendirian Working Group on Asset
Recovery, dijelaskan bahwa StAR memberikan bantuan teknis
bagi negara berkembang untuk memperkuat badan
peradilannya, memperkuat integritas pasar finansial,
menyediakan
pinjaman/hibah
serta
konsultasi
untuk
membantu proses pengembalian asset, memfasilitasi kerja
sama antarnegara, serta memonitor pemanfaatan asset yang
telah dikembalikan. Indonesia menyatakan keinginannya untuk
berpartisipasi dalam program ini untuk meningkatkan
kapasitas Indonesia dalam mengimplementasikan mengenai
10
pengembalian asset, khususnya dalam membekukan asset
yang berada di luar yurisdiksi.
Aktivitas PTRI/KBRI Wina disemua bidang tersebut di atas tercermin
dengan terpilihnya Wakil Tetap/Duta Besar RI sebagai Ketua
Kelompok Asia yang berfungsi untuk memfasilitasi dan menyatukan
pandangan negara-negara Asia di berbagai forum tersebut.
3. Kegiatan penanganan WNI di Austria
Jumlah WNI di Austria sekitar 688 orang dengan status sebagai
pegawai swasta, pegawai badan internasional PBB dan non-PBB,
dan mahasiswa. Khusus untuk mahasiswa, bidang yang studi yang
diambil, antara lain dibidang informasi teknologi, biologi dan
pertanian, manajemen dan lain-lain. Dalam penanganan
perlindungan terhadap WNI di Austria, keberadan WNI di Austria dan
Slovenia yang jumlah mayoritas adalah WNI berstatus menikah
campuran dan pada umumnya memiliki anak, kondisi tersebut
merupakan potensi masalah konsuler yang patut diantisipasi seperti
kasus perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, pengasuhan
anak (custody), status kewarganegaraan dan pembagian harta
kekayaan. Sejauh ini telah tercatat 6 nama anak yang telah
didaftarkan dan mendapat persetujuan Pemerintah RI.
Dalam menjalin hubungan PTRI/KBRI Wina dengan masyarakat
Indonesia di Austria, KBRI/PTRI Wina telah melakukan kegiatan dan
komunikasi melalui berbagai kegiatan kelompok masyarakat.
4.
B.
Sarana/Prasarana,
Personil
dan
Struktur Organisasi
PTRI/KBRI Wina.
- Gedung PTRI/KBRI Wina dan wisma duta RI sepenuhnya sudah
merupakan hak milik dan asset Indonesia di luar negeri, sedangkan
mengenai dukungan alat transportasi untuk menunjang kegiatan
PTRI/KBRI Wina secara fisik cukup memadai. Namun dengan
memperhatikan fluktuasi nilai mata uang euro yang sangat tinggi
terhadap mata uang dollar, maka anggaran perawatan mobil yang
nominalnya sudah sangat kecil menjadi lebih kecil lagi akibat
penyusutan nilai tukar tersebut. Hal ini juga terjadi pada sectorsektor pembiayaan lain dari PTRI/KBRI Wina.
- Secara umum kapasitas struktur dan
jumlah personalia di
PTRI/KBRI Wina sudah cukup memadai dan telah sesuai dengan
indeks PTRI/KBRI Wina dimana jumlah pejabat home staff dan
local stafnya disesuaikan dengan indeks perwakilan RI di luar
negeri yang disusun oleh Deplu. Seluruh pelaksanaan tugas
bilateral maupun organisasi internasional tersebut sampai saatnya
masih dapat dilaksanakan oleh pejabat yang ada.
PERTEMUAN DENGAN STATE SECRETARY
(BIDANG POLITIK
KAWASAN ASIA DAN BIDANG MULTILATERAL ) – KEMENTERIAN
LUAR NEGERI AUSTRIA.
Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai kemungkinan dilakukan
kerjasama antar parlemen (Parliament to Parliament) dan antar
Pemerintahan kedua negara (Government to Government) dengan didahului
adanya pertukaran informasi antara kedua belah pihak. Beberapa isu yang
dibahas, antara lain :
11
1)
Interfaith Dialogue
Delegasi menjelaskan bahwa dalam rangka menciptakan kerukunan
hidup dan perdamaian antar umat beragama, Pemerintah dan
Parlemen Indonesia sangat mendukung dilaksanakannya Interfaith
Dialogue antara penganut agama yang ada di dunia. Menangganpi
pernyataan Delegasi tersebut, Pihak Kemlu menjelaskan bahwa
Pemerintah dan Parlemen Austria juga sangat mendukung upaya
perdamaian antar umat beragama melalui jalur Interfaith Dialogue.
Negara Indonesia sebagai negara yang memiliki mayoritas penduduk
muslim mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya
menciptakan perdamaian melalui dialog antar umat beragama. Untuk
itu diharapkan Indonesia dapat
lebih berperan aktif dalam
mengembangkan interfaith dialogue tersebut.
2)
Investasi
Dalam upaya meningkatkan hubungan dan kerjasama antara
Indonesia – Austria, kedua belah pihak menyatakan bahwa kerjasama
di bidang investasi harus terus didukung dan ditingkatkan, serta
perjanjian-perjanjian yang telah disepakati antara kedua negara harus
kembali di re-negosiasi. Demikian pula dengan upaya kerjasama teknis
antara kedua negara perlu dirundingkan kembali.
3)
Keanggotaan Austria pada United Nations Security Council
Berkenaan dengan akan masuknya Austria sebagai Anggota Tidak
Tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2008, Pemerintah Austria
meminta dukungan Pemerintah dan Parlemen Indonesia dalam
pencalonan keanggotaan tersebut. Saingan utama Negara Austria
adalah negara Iceland. Delegasi menanggapi dengan menyatakan
akan berkoordinasi dengan Pemerintah RI (sebagai catatan :
Pemerintah Austria tidak mendukung pencalonan Indonesia pada
keanggotaan tidak tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2007,
sementara itu Negara Iceland mendukung pencalonan Indonesia pada
keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan PBB tahun 2007).
4)
United Nations Framework Convention on Climate Change di Bali
Pada bulan Desember 2007 akan dilaksanakan UN FrameworkClimate
Change Conference di Bali. Isu perubahan ilim menciptakan interdependensi dunia dalam berbagai segi. Oleh sebab itu prinsip common
but differentiated responsibilities harus menjadi dasar bagi upaya
penyelesaian masalah. Indonesia telah merasakan dampak negatif
dari perubahan iklim dengan mengalami berbagai musibah bencana
alam, seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan tsunami.
Indonesia ingin sepenuhnya memanfaatkan momentum tersebut guna
meraih dukungan nyata dari masyarakat internasional dalam program
re-Forestrasi, baik untuk kepentingan Forest Conservation maupun
Industrian Forest Plantation. Berkenaan dengan itu, Delegasi meminta
dukungan dan kehadiran Pemerintah Austria dalam konferensi
tersebut. Pihak Kemlu menyatakan bahwa Pemerintah Austria sangat
aktif dalam menyuarakan isu-isu yang berkaitan dengan Climate
Change. Pemerintah Austria mendukung konservasi energy, alternative
energy dan renewable economy, political and environment policies
agar dapat dijadikan satu. Semua ini sesuai dengan kerangka
kebijakan Uni Eropa. Austria mendukung Protokol Kyoto untuk
12
perubahan alam dan upaya mencari pembaruan energi (renewed
energy). Perubahan iklim juga menjadi agenda pembangunan Austria
dan bersama-sama dengan Uni Eropa, Austria akan mendorong
Amerika Serikat untuk mendukung Protokol Kyoto.
C.
5)
Anti Corruption Conference di Bali
Indonesia akan menyelenggarakan Anti Corruption Conference di Bali
pada bulan Januari 2008. Delegasi meminta kesediaan Austria untuk
hadir dalam konferensi tersebut dan pihak Austria menyatakan
kesediaannya untuk hadir dalam konferensi tersebut.
6)
Illegal Logging
Illegal Logging merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh
Pemerintah Indonesia, mengingat masalah ini sangat merugikan
negara. Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan dan
pemberantasan dengan antara lain melakukan kerjasama dengan
negara tetangga dibidang keamanan dan pertahanan. Pihak Kemlu
mendukung upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia
dalam mengatasi masalah illegal logging.
7)
Masalah Myanmar
Pihak Kemlu menjelaskan, bahwa sesuai dengan kesepakatan
consensus Uni Eropa, peristiwa yang terjadi di Myanmar tidaklah dapat
diterima. Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam mencari solusi
penyelesaian masalah di Myanmar. Pemerintah Austria sangat
mendukung upaya dialog dalam menyelesaikan permasalahan di
Myanmar. Untuk itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa harus memainkan
peran yang lebih besar dalam membantu penyelesaian masalah
Myanmar yang dapat mencerminkan concernnya masyarakat
internasional terhadap penyelesaian masalah Myanmar. Pemerintah
Austria juga menekankan bahwa penyelesaian masalah Myanmar
harus dilakukan pada tingkat politik. Indonesia mendesak Pemerintah
Myanmar untuk segera memulihkan kehidupan demokrasi , kebebasan
pers, melakukan pemilu yang demokratis dan membebaskan Au San
Su Kyi serta seluruh pimpinan politik dan melalui forum ASEAN minta
agar segera dilakukan dialog dengan pihak-pihak terkait dalam
menyelesaikan masalah Myanmar.
PERTEMUAN DENGAN KETUA KOMISI PERTAHANAN – PARLEMEN
AUSTRIA
Dalam pertemuan dengan Ketua Komisi Pertahanan – Parlemen Austria
pada intinya membahas mengenai :
1) Kerjasama di Bidang Pertahanan
Kedua belah pihak menyatakan perlunya dilakukan kerjasama antara
Indonesia dan Austria di bidang pertahanan. Kerjasama tersebut salah
satunya adalah berkisar pada kemungkinan tukar menukar
perwira/siswa untuk sekolah staf, pembelian persenjataan dari Austria
kepada Indonesia dan terutama diarahkan pada prinsip menggunaan
secara damai.
2) Masalah Kosovo
Berkenaan dengan masalah Kosovo, Delegasi menjelaskan bahwa
Indonesia memahami adanya aspek sui generis pada masalah Kosovo,
13
dan berpandangan bahwa penyelesaian dari masalah tersebut
hendaknya tetap menghormati hukum internasional dan Piagam PBB.
Indonesia berpandangan bahwa solusi yang dipaksakan akan sulit
diterima oleh pihak Serbia maupun Kosovo dan bahkan hal tersebut
dapat berpotensi menimbulkan konflik etnis di kawasan. Oleh karena
itu, Indonesia mendukung kesepakatan yang disetujui bersama antara
Beograd dan Pristina. Dalam jangka panjang, suatu solusi yang diambil
tanpa pendalaman terlebih dahulu dapat menimbulkan preseden buruk
bagi Indonesia, khususnya dalam menghadapi kasus-kasus hak asasi
manusia, konflik antar etnis dan separatisme.
Indonesia perlu
mengantisipasi
kemungkinan
Kosovo
mendeklarasikan
kemerdekaannya secara sepihak yang dikhawatirkan dapat memicu
perang saudara di Kosovo. Dalam hal ini, Indonesia perlu tetap
mendukung kedaulatan Serbia atas Kosovo sebagai posisi antara
hingga ada penyelesaian yang dapat diterima oleh kedua pihak yang
bersangkutan.
D.
PERTEMUAN DENGAN PEJABAT DEPARTEMEN OF SAFEGUARD IAEA (THE INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY)
Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai mekanisme kerja dari IAEA,
khususnya berkaitan dengan perencanaan suatu negara dalam
menjalankan program nuklirnya.
Dalam penjelasannya pihak IAEA
menyatakan bahwa :
1) IAEA merupakan salah satu organisasi antar Pemerintah yang
pelaksanaan mandatnya terkait dengan masalah strategis politis
global.
Sebagai sole competent authority yang memiliki
kewenangan untuk melakukan verifikasi terhadap kepatuhan
negara-negara terhadap ketentuan-ketentuan Non-Proliferation
of Nuclear Weafons Treaty (NPT) dan safeguards lainnya, maka
IAEA tidak dapat melepaskan diri dari pembahasan masalah
dengan bobot strategis politis. Isu-isu utama menyangkut : isuisu safeguards diberbagai negara (Iran, Korea Utara, Timur
Tengah), dan kerangka baru dalam masalah pengaturan
pasokan bahan bakar nuklir dan olah ulang bahan bakar nuklir.
Pembahasan masalah tersebut menunjukan bahwa aspek teknis
dan politis dalam kegiatan IAEA sehari-hari sebagai sesuatu
yang bersifat ”given”;
2) IAEA mendapat mandat dari Dewan keamanan PBB untuk
memeriksa program nuklir dari suatu negara. Hal utama yang
menjadi perhatian dari IAEA adalah tujuan program nuklir suatu
negara
dan apakah negara tersebut compliance dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku;
3) IAEA juga bertugas untuk memberikan masukan dan nasehat
bagi negara-negara yang menjalankan program nuklir untuk
tujuan damai. Sesuai mandatnya, IAEA juga memeriksa
program nuklir suatu negara dan hasil pemeriksaannya akan
berupa rekomendasi dan bukan sebuah penilaian atau
judgement. Hasil rekomendasi tersebut akan sangat membantu
tidak hanya bagi suatu negara yang menjalankan program
nuklirnya, namun juga akan membantu masyarakat internasional
dalam menciptakan rasa aman.
14
4) Mengenai keterlibatan IAEA dalam masalah nuklir Iran,
dijelaskan bahwa pihak Iran sejak awal tidak membuka secara
menyeluruh tentang program nuklirnya, sehingga ketika IAEA
kembali memeriksa program nuklir Iran, maka terjadi perbedaan
fase-fase dalam pengembangan antara untuk tujuan damai atau
bukan untuk tujuan damai.
2.
REPUBLIK CEKO
A.
PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR DAN STAF KBRI PRAHA
Dalam pertemuan dengan Duta Besar dan Staf KBRI Praha, dijelaskan halhal sebagai berikut :
1. Bidang Anggaran
Besaran anggaran untuk KBRI Praha Tahun Anggaran 2007 sebesar
Rp.18.511.392.000,-. Realisasi anggaran sampai dengan triwulan tiga
(Januari – September 2007) sebesar Rp.11.522.948.521,- atau rata-rata
sebesar 62,25 %. Sejauh ini tidak terdapat kendala yang berarti dalam
pelaksanaan realisasi anggaran tersebut.
2. Pelaksanaan tugas sebagai Perwakilan RI
Dalam menjalankan tugasnya sebagai perwakilan RI di Negara Ceko,
KBRI Praha telah melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka
meningkatkan hubungan dan kerjasama antara Indonesia dan Ceko.
Kegiatan tersebut, antara lain di bidang investasi, KBRI Praha terus
melakukan pendekatan kepada beberapa pengusaha yang sekiranya
dapat melakukan investasi di Indonesia. Selain itu KBRI Praha
merencanakan
mengundang para pengusaha Indonesia untuk
mengadakan roadshow di Eropa Tengah dan Timur pada awal tahun
2008 untuk menjelaskan peluang usaha di Indonesia serta penjajakan
kemungkinan peningkatan usaha di Ceko.
Dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan kegiatan bilateral,
KBRI Praha menghadapi kendala-kendala, antara lain :
a. Situasi politik didalam negeri Ceko yang tidak stabil paska Pemilu
2006, mengakibatkan timbulnya kendala bagi upaya peningkatan
kerjasama bilateral terutama di bidang politik dan ekonomi. Untuk itu
upaya pendekatan kepada pihak Pemerintah Ceko juga tidak mudah
dilakukan mengingat KBRI Praha tidak ingin terjadi salah langkah
dalam melakukan pendekatan kepada pemerintah setempat.
b. Sistem birokrasi dan administrasi “lapis pintu” masih berlangsung di
Ceko, sehingga proses pengambilan keputusan berlangsung lama.
Birokrasi seperti ini lazim terjadi diseluruh instansi yang ada di Ceko;
c. Kemampuan berkomunikasi juga menjadi kendala yang dirasakan
oleh KBRI Praha dalam menjalankan pendekatan terhadap
pemerintah, pengusaha, dan masyarakat Ceko.
Penguasaan
Bahasa Inggris yang kurang dari kebanyakan warga Ceko dan
penguasaan Bahasa Ceko yang sangat sulit merupakan salah satu
kendala dalam memperlancar misi diplomasi;
15
3. Kegiatan Penanganan WNI di Ceko
Jumlah WNI di Austria sekitar 113 orang dengan status sebagai pekerja
dan mahasiswa. Bidang studi yang diambil para mahasiswa, antara lain
bidang studi teknik, kedokteran, bioteknologi, ekonomi danpsikologi.
Sebagian besar dari mereka adalah penerima beasiswa dari Pemerintah
Ceko. Secara umum masalah yang dihadapi KBRI Praha dalam
penanganan WNI adalah masalah perorangan yang sifatnya lebih
administratif/kekonsuleran, seperti kehilangan paspor dan perselisihan
antara TKI dengan perusahaan/perorangan. Hubungan KBRI Praha
dengan WNI di Praha berlangsung sangat baik, terbukti dengan aktifnya
semua masyarakat pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh KBRI
Praha.
4. Sarana/Prasarana, Personalia dan Struktur Organisasi KBRI Praha
- Berkaitan
dengan Gedung
KBRI Praha dan Wisma Duta,
keduanya merupakan aset Indonesia di luar negeri, meskipun
gedung wisma duta masih berstatus sewa beli dengan Yayasan
Upakara (Deplu) hingga tahun 2016. Kondisi wisma duta saat ini
sudah tidak representative dalam menjamu tamu-tamu asing,
sehingga perlu dilakukan renovasi terhadap wisma duta tersebut.
Disamping itu terbatasnya ruangan di KBRI Praha dalam menunjang
kegiatan KBRI Praha.
- Sarana dan prasarana kerja cukup menunjang, meskipun ada
beberapa sarana yang harus diperbaiki atau diganti. Dukungan alat
transportasi secara umum memadai, walaupun terdapat 7 kendaraan
yang sudah berusia diatas 7 tahun dan seringkali rusak.
- Dibidang personalia, KBRI Praha menghadapi kendala, antara lain :
penurunan pendapatan seluruh staf KBRI Praha, terutama lokal staf
akibat menguatnya mata uang Korun Ceko terhadap Dollar AS,
sementara itu gaji seluruh staf KBRI Praha, baik home staff maupun
local staff dalam bentuk USD, akibatnya terjadi penurunan
penghasilan. Memperhatikan kondisi tersebut, KBRI Praha
mengusulkan agar dapat diberikan tunjangan kemahalan bagi
seluruh staf KBRI Praha.
- Dibidang struktur organisasi, terdapat 15 orang local staff dengan
indeksasi 1,5 untuk setiap home staff. Jumlah personil tersebut dinilai
cukup memadai, namun untuk memenuhi kebutuhan masih
diperlukan lagi pegawai tambahan, seperti untuk penterjemah,
resepsionis, dan lain-lainnya.
B.
PERTEMUAN DENGAN COMMITTEE FOR FOREIGN AFFAIRS,
DEFENCSE AND SECURITY OF THE SENATE
Dalam pertemuan tersebut, Pihak senat mengharapkan tanggapan Delegasi
terhadap beberapa permasalahan sebagai berikut :
1)
Hubungan kedua negara
Adanya keinginan yang kuat dari kedua Negara untuk terus
meningkatkan hubungan dan kerjasama bilateral, baik dibidang
pertahanan, ekonomi, politik dan social budaya;
2)
Masalah Myanmar
Menanggapi permasalahan Myanmar, Delegasi menegaskan bahwa
Indonesia melalui ASEAN telah mendesak penguasa Myanmar untuk
melakukan dialog dengan para pihak terkait dalam rangka mencari
solusi damai terhadap permasalahan yang ada. Indonesia bersama-
16
sama dengan Negara ASEAN lainnya menentang tindak kekerasan
yang dilakukan pihak penguasa di Myanmar dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di Myanmar
3)
Masalah Nuklir Iran
Menanggapi pertanyaan tentang sikap Indonesia terhadap Nuklir Iran,
Delegasi menjelaskan bahwa Indonesia mendukung posisi masyarakat
internasional yang disampaikan melalui Resolusi Dewan Kemanan
PBB. Dilain pihak, Indonesia juga mendukung pengembangan nuklir
Iran, apabila pengembangan nuklir tersebut digunakan untuk tujuan
damai. Sejauh ini belum ada bukti nyata, bahwa Iran mengembangkan
senjata Nuklir. Indonesia akan bersikap tegas bersama-sama dengan
masyarakat internasional untuk menentang pengembangan senjata
nuklir yang digunakan bukan untuk tujuan damai.
4)
Keadaan di Indonesia berkaitan dengan keberadaan pulau-pulau
di Indonesia, antisipasi bahaya Tsunami dan pengamanan Selat
Malaka
- Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Delegasi menjelaskan bahwa
saat ini Pemerintah Indonesia sedang melakujkan pendataan dan
penamaan terhadap pulau-pulau yang belum memiliki nama
sebagai bagian dari program yang dilaksanakan PBB. Dalam
rangka pengamanan terhadap pulau-pulau tersebut, Pemerintah
juga telah membangun pos-pos penjagaan dengan dilengkapi
personil TNI dalam rangka pengamanan terhadap pulau-pulau
tersebut. Pos penjagaan tidak hanya ditempatkan dipulau-pulau
terdepan, tetapi juga ditempatkan diwilayah perbatasan dalam
rangka menjaga wilayah NKRI dari ancaman Negara lain.
- Berkenaan dengan antisipasi bahaya Tsufnami, delegasi
mensjelaskan bahwa Pemerintah saat ini telah memngembangkan
Early Warning System dengan menempatkan alat pendektesian dini
terhadap bencana Tsunami disepanjang pantai Sumatera dan
selatan plau jwa, sebagai upaya persiapan dalam menghadapi
bencana serupa dimasa yang akan datang.
- Berkenaan dengan pengamanan selat malaka, dijelaskan bahwa
selat malaka merupakan jalur pelayaran internasional yang
stragegis, yang menghubungkan dengan beberapa Negara. Dalam
upaya mengamankan jalur pelayaran tersebut, Pemerintah telah
menempatkan personil TNI yang didukung dengan kapal-kapal
patroli dan yang dilengkapi dengan persenjataannya untuk
melakukan patroli di sepanjang perairan selat malaka. Disamping
itu pihak TNI juga telah melakukan kerjasama dalam upaya
mengamankan selat malaka dengan Negara-negar disekitar selat
malaka
5)
Masalah Global Warning (Climate Change)
Dijelaskan bahwa pada bulan Desember 2007 mendatang akan
diselenggarakan 2 konferensi, yaitu konderensi ke-1 UNFCCC yang
bertujuan untuk menjawab hambatan yang te rjadi dalam uapaya
mengatasi masalah perubahan iklim (Climate Change) yang
didasarkan pada konvensi Rio de Janeiro tahun 1990 dan pertemuan
kedua adalah pertemuan Negara-negara pihak pada Kyoto Protokol.
Indonesia ingin sepenuhnya memanfaatkan momentum tersebut guna
meraih dukungan nyata dari masyarakat inetenasional dalam program
re-forestrasi, baik untuk kepentingan forest sonservation maupun
17
industrian forest plantation. Sejauh ini respon dari Negara-negara
sangatkan positif, sebagai contoh Korea selatan dan Australia telah
menjalin kerjasama yang konkrit dengan Indonesia untuk melakukan
program reforestrasi, sementara itu AS dan Norwegia juga telah siap
melakukan hal yang sama dengan Indonesia.
6)
Rencana Pembelian Pesawat Tempur L-159
Berkaitan dengan penawaran pemerintah Ceko kepada Pemerintah
Indonesia mengenai pembelian Pesawat Tempur L-159, delegasi
menjelaskan bahwa pihak parlemen akan mendukung rencana
pembelian pesawat tempur tersebut. Dalam hubungan ini, dijelaskan
pula bahwa Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Ceko telah
menandatangani Perjanjian tentang Kegiatan Kerjsama di Bidang
Pertahanan pada tanggal 21 November 200. Berkaitan dengan
pembelian pesawat tersebut, juga diikuti dengan “transfer technology”,
antara lain dengan memberikan ijin kepada pihak pembeli untuk
memproduksi beberapa suku cadang dari pesawat tempur tersebut.
Disamping itu delegasi juga mengharapkan dapat dihindari embargo
terhadap persenjataan yang dibeli oleh Indonesia dan pembelian
pesawat tempur tersebut tidak pula dikaitkan dengan regulasi yang
terdapat dalam organisasi NATO, mengingat Ceko terikat pada egulasi
kerjasama pertahanan dengan NATO dan AS.
C. PERTEMUAN DENGAN DEPUTY-CHAIRMAN OF THE FOREIGN AFFAIRS
COMMITTEE OF THE CHAMBER OF DEPUTIES
Dalam acara jamuan makan siang oleh Wakil Ketua Komisi Luar Negeri –
Parlemen Ceko, dibahas beberapa isu-isu sebagai berikut :
1)
Masalah Nuklir Iran
Menanggapi pertanyaan tentang sikap Indonesia terhadap Nuklir Iran,
Delegasi menjelaskan bahwa Indonesia mendukung posisi masyarakat
internasional yang disampaikan melalui Resolusi Dewan Kemanan
PBB. Dilain pihak, Indonesia juga mendukung pengembangan nuklir
Iran, apabila pengembangan nuklir tersebut digunakan untuk tujuan
damai. Sejauh ini belum ada bukti nyata, bahwa Iran mengembangkan
senjata Nuklir. Indonesia akan bersikap tegas bersama-sama dengan
masyarakat internasional untuk menentang pengembangan senjata
nuklir bukan untuk tujuan damai.
2)
3)
Masalah Myanmar
Menanggapi permasalahan Myanmar, Delegasi menegaskan bahwa
Indonesia melalui ASEAN telah mendesak penguasa Myanmar untuk
melakukan dialog dengan para pihak terkait dalam rangka mencari
solusi damai terhadap permasalahan yang ada. Indonesia bersamasama dengan Negara ASEAN lainnya menentang tindak kekerasan
yang dilakukan pihak penguasa di Myanmar dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi di Myanmar
Perkembangan rencana pembelian pesawat tempur L-159
Delegasi menjelaskan bahwa rencana pembelian persenjataan dari
Negara Ceko merupakan bagian dari upaya diversifikasi sumbersumber pembelian persenjataan TNI. Selama ini Indonesia hanya
membeli persenjataan dari satu sumber dan mengakibatkan muncul
permasalahan, seperti embargo terhadap suku cadang dan proses alih
teknologi. Dalam hubungan ini, delegasi mengharapkan jaminan dari
18
Pemerintah Ceko mengenai tidak adanya upaya embargo kepada
Indonesia. Menanggapi permintaan tersebut, Pihak Parlemen Ceko
menjelaskan, bahwa keputusan untuk melakukan embargo kepada
suatu Negara adalah atas pertimbangan Dewan Keamanan
Internasional dan bukan atas desakan suatu Negara dan pemerintah
Ceko merupakian pihak yang mengatur pembelian persenjataan
tersbut, bukan dari Uni Eropa atau organisasi internasional lainnya.
Dalam pertgemuan tersedbut, pihak parlemen juga menyampaikan
rencana kunjungan Menteri Perdagangan dan Industri Ceko dalam
waktu dekat ini dan rencana kunjungan Perdana Menteri Ceko pada
tahun 2008. Diharapkan dari kunjungan tersbut dapat memberikan nilai
positif dan mafnaat bagi peningkatan hubungan kedua Negara dan
memberikan kontgribusi yang besar dalam neraca perdagangan kedua
Negara.
D.
PERTEMUAN DENGAN WAKIL MENTERI PERTAHANAN CEKO
Pertemuan tersebut secara garis besar membicarakan mengenai rencana
pembelian pesawa tempur L-159 oleh Pemerintah Indonesia. Berkaitan
dengan rencanan tersebut, pihak kementrian pertahanan ceko menjelaskan
hal-hal sebagai berikut :
1) Khusus mengenai kemungkinan adandya kebijakan embargo dari
pemerintah ceko terhadap persenjataan yang dibeli oleh Indonesia,
dijelaskan bahwa tidak ada jaminan bahwa Pemerintah Ceko tidak
akan tidak mengembargo persenjataan tersebut. Hal ini dikaitkan pada
kenyataan bahwa terdapat kompnen tertentu dari pesawat ktempur L159 yang diproduksi oleh Negara lain, yaitu AS. Namun Pemerintah
Ceko selama ini mengganggap bahwa Pemerintah Indonesia adalah
Negara yang demokratis. Pembelian pesawat tempur tersebut tidak
pula dikaitkan dengan regulasi yang terdapat dalam organisasi NATO,
karena seperti diketahui bahwa Ceko merupakan salah satu anggota
NATO. Proses penjeualan persenjataan dari Negara cko diatur oleh
Negara Ceko sendiri sebagai Negara yang berdaulat.
2)
Mengenai alih teknologi, Pemerintah Ceko menjelaskan bahwa alih
teknologi akan menjadi bagian dari proses penjualatan persenjataan
dimaksud.
3)
Mengenai proses dalam pembelian pesawat tersebut, Pemerintah Ceko
tidak dapat melakukan penjualan melalui jalur Government to
Government (G to G), karena untuk pembelian tersebut diperlukan
adanya konsorsium yang merupakan prime contractor. Bagi pihak
Indonesia, proses tersebut sulit dilakukan , karma alih-alih proses
pengadaan persenjataan bagi TNI disinyalir mengandung unsure
korupsi dan mark up. Untuk itu jalur G to G merupakan salah satu cara
dalam upaya menekan tingkat korupsi dan mark up.
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kunjungan Komisi I DPR RI ke Negara Austria dan Ceko, Delegasi
memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut :
1. Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Republik Austria dan Republik Ceko
secara umum berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan kunjungan, yaitu
meningkatkan hubungan bilateral antar parlemen dan pemerintahan;
2. Tukar menukar pandangan yang dilakukan juga telah memberikan masukan
kepada para pihak mengenai perlunya mengembangkan hubungan baik dan
meningkatkan intensitas hubungan, mengingat banyaknya peluang kerja sama
yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang;
3. Isu bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Austria dan Ceko
kiranya dapat ditindaklanjuti sejalan dengan arah kepentingan nasional
Indonesia dan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif;
4. Kendala yang terjadi dalam proses hubungan bilateral dengan pihak negara
Austria dan Ceko kiranya dapat pula diselesaikan pada tingkatannya masingmasing guna mencapai suatu hubungan politik, ekonomi, sosial dan keamanan
yang lebih baik dan kondusif;
5. Peran perwakilan RI di Austria dan Ceko kiranya sudah banyak membantu
peningkatan hubungan bilateral yang ada. Walau demikian, peningkatan peran
aktif perwakilan RI juga perlu untuk terus dilakukan.
Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Negara Austria dan Ceko
pada Masa Persidangan II Tahun Sidang 2007 – 2008.
Jakarta, 29 November 2007
DELEGASI KOMISI I DPR RI
KETUA,
THEO L. SAMBUAGA
20
Download