BAB I PENDAHULUAN A. DASAR KUNJUNGAN Kunjungan kerja Komisi I DPR RI ke Republik Austria dan Republik Ceko dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor : 45 /PIMP/I/2007-2008 tanggal 22 Oktober 2007 tentang Penugasan Delegasi Anggota Komisi I DPR RI untuk melaksanakan Kunjungan Kerja ke Negara Austria dari tanggal 1 sampai dengan 7 November 2007. Dukungan anggaran sebenarnya hanya untuk kunjungan ke Austria, namun karena Republik Ceko letaknya berdekatan dengan Republik Austria dan dapat ditempuh melalui jalan darat, maka kunjungan dilanjutkan ke Republik Ceko. B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Melaksanakan fungsi pengawasan DPR RI terhadap pelaksanaan APBN dan kebijakan pemerintah, dalam hal ini Komisi I DPR RI terhadap mitra kerja Komisi I DPR RI di Bidang Luar Negeri, yaitu Kedutaan Besar RI di Negara Austria dan Negara Ceko, dengan mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan Duta Besar RI dalam rangka mendalami pelaksanaan tugas KBRI yang berkaitan dengan kegiatan : a. hubungan dan kerjasama antara Indonesia dengan Republik Austria dan Republik Ceko; b. Organisasi Internasional akreditasinya: c. Pelaksanaan dan penggunaan Anggaran di KBRI Wina dan Praha; d. Keberadaan, permasalahan dan perlindungan Warganegara Indonesia di Negara Austria dan Negara Ceko. 2. Komisi I DPR RI memanfaatkan kunjungan kerja tersebut untuk bertemu dan berdiskusi dengan parlemen dan pemerintah terkait dengan fungsi dan tugas Komisi I DPR RI dalam rangka meningkatkan hubungan persahabatan dan kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara-negara tersebut melalui Diplomasi antar Parlemen (Parliament to Parliament ). C. SUSUNAN DELEGASI Susunan Delegasi Komisi I DPR RI sebagai berikut : 1. Drs. Theo L Sambuaga F-PG 2. Drs. Guntur Sasono, M.Si F-PD 3. Yusron Ihza, LMM F-BPD 4. Marzuki Darusman, SH F-PG 5. Drs. Slamet Effendi Yusuf, Msi F-PG 6. H.A. Afifuddin Thaib, SH F-PG 7. DR. Sutradara Gintings F-PDIP 1 Ketua Delegasi Anggota Delegasi Anggota Delegasi Anggota Delegasi Anggota Delegasi Anggota Delegasi Anggota Delegasi 8. 9. 10. 11. 12. 13. F.X. Soekarno Drs. Djoko Susilo, MA Suprihartini, SI.P Sugeng Riyadi DR. Pribadi Sutiono Muhammad Kamal F-PD F-PAN Deplu Deplu Anggota Delegasi Anggota Delegasi Sekretariat Kom. I Sekretariat Kom. I Penasehat Delegasi Penasehat Delegasi D. ACARA KUNJUNGAN 1. REPUBLIK AUSTRIA Selama berada di Wina, Delegasi mengadakan pertemuan dengan : 1) Duta Besar dan Staf KBRI Wina; 2) Ketua Komisi Pertahanan Parlemen Austria - Mr. Peter Fichtenbauer (FPO) 3) Kementrian Luar Negeri Austria - DR. Hanz Winkler, State Secretary 4) Pejabat Departement of Safeguard – IAEA; 2. REPUBLIK CEKO Selama berada di Praha, Delegasi mengadakan pertemuan dengan : 1) Duta Besar dan Staf KBRI Praha; 2) H.E. Vaclac Havel – Mantan Presiden Ceko; 3) Commitee for Foreign Affairs, Defense and Security of the Senate; 4) Committee for Defense of the Chamber of Deputies; 5) Deputy-Chairman of the Foreign Affairs Committee of the Chamber of Deputies; 6) Deputi Menteri Pertahanan Ceko 3. REPUBLIK SLOVAKIA Dalam perjalanan darat dari Wina menuju Praha, Delegasi juga singgah di Bratislava – Slovakia dan berkesempatan bertemu dengan Duta Besar dan Staf KBRI Bratislava. 2 BAB II PELAKSANAAN KUNJUNGAN I. NEGARA AUSTRIA 1. GAMBARAN UMUM NEGARA AUSTRIA a. Keterangan Dasar Bentuk negara Bentuk pemerintahan Kepala Negara Kepala Pemerintahan Ibukota Bendera Lagu kebangsaan Bahasa nasional Mata uang Hari nasional Jumlah penduduk Luas wilayah Batas negara : : : : : : : : : : : : : Iklim Agama : : Federal, terdiri dari 9 negara bagian Demokrasi Parlementer Heinz Fischer (Presiden) Alfred Gusenbauer (Kanselir) Wina Merah – putih – merah Land der Berge Jerman Euro 26 oktober 8.292.322 jiwa (oktober 2006) 83.870 km2 Utara : Jerman, Ceko Timur : Slowakia, Hongaria Barat : Swiss, Liechtenstein Selatan : Slovenia, Italia 4 musin 74 % Katolik, 5 % Protestan 4 % Muslim, 17 % lain-lain b. Sistem Politik dan Pemerintahan Republik Austria diproklamasikan pada tahun 1918 setelah mundurnya Kaisar Habsburt yang terakhir, sebagai akibat tuntutan golongan buruh dan sosialis yang menghendaki terbentuknya pemerintahan republik. 1. Sistem Kepartaian Austria adalah negara demokrasi parlementer yang menganut sistem multi partai. Partai-partai yang ada di Austria adalah : Partai Sosial Demokratik, Partai Rakyat Austria, Partai Liberal Austria, Partai Hijau Austria dan Partai Forum Liberal. 2. Parlemen Austria adalah negara Federal yang menganut sistem demokrasi parlementer dengan sisterm perwakilan 2 kamar. Kamar pertama adalah DPR Pusat (Nationalrat) yang merupakan wakil partai-partai politik yang dipilih oleh rakyat melalui pemilu parlemen dengan jumlah 183 orang anggota. Pemilu tersebut diadakan setiap 4 tahun sekali berdasarkan sistem perwakilan berimbang. DPR Pusat bersama-sama dengan DPR Negara Bagian (Bundesrat) yaitu kamar kedua bertugas membuat undang-undang nasional seluruh negara. 3 Bundesrat beranggotakan 63 orang, dikirim dari negara-negara bagian dan dapat diganti secara terus menerus sesuai dengan hasil pemilihan DPR negara-negara bagian bersangkutan. Disamping itu terdapat Bundesversamlung (gabungan Bundesrat dan Nationalrat) yang mempunyai kekuasaan tertinggi, dimana hanya bersidang jika diperlukan, terutama untuk peristiwa nasional yang penting di Austria, seperti pelantikan presiden dan Gemeinderat (Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten) yang anggotanya dipilih rakyat di daerah kabupaten dengan tugas mengadakan pemilihan kepala daerah kabupaten. Dalam beberapa hal tertentu, daerah kabupaten mempunyai hak-hak otonomi. 3. Sistem Pemerintahan a) Bundespresident (Presiden Federal) Presiden Federal dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 6 tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Dalam melaksanakan tugasnya, Presiden bertanggung jawab kepada Bundesversamlung. Presiden mengangkat Perdana Menteri dan anggota kabinetnya dan Presiden adalah Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Austria; b) Bundesregierung (Pemerintah Federal) Pemerintah Federal dipimpin oleh Perdana Menteri (Bundeskanzler) dengan dibantu oleh wakil PM dan menteri serta beberapa sekretaris negara. Menurut kebiasaan, Perdana Menteri yang ditunjuk adalah ketua partai poliitk yang terkuat dan mempunyai wakil terbanyak dalam Parlemen Federal. Perdana Menteri bertanggungjawab kepada Nationalrat; c) Landesregierung (Pemerintah Negara Bagian) Kepala pemerintahan negara bagian adalah seorang gubernur (Landeshauptmann) yang dipilih oleh DPR negara bagian yang bersangkutan; 2. HUBUNGAN BILTERAL INDONESIA - AUSTRIA a. Politik Politik luar negeri RI yang bebas dan aktif dan politik luar negeri Austria yang netral merupakan titik tolak dalam meningkatkan kerjasama kedua negara, baik di forum bilateral maupun di fora internasional. Austria mendukung integritas wilayah RI dan mengharapkan agar hubungan kedua negara yang telah terjalin sejak tahun 1954 dapat lebih ditingkatkan melalui kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan. Dalam forum internasional, kedua negara saling memberikan dukungan dalam menghadapi masalah-masalah internasional. Indonesia memanfaatkan posisi Austria sebagai anggota berbagai organisasi internasional dan regional, khususnya UE dan OSCE. Meskipun hubungan bilateral kedua negara berlangsung baik, namum berada dalam kondisi datar. Hal ini dipengaruhi oleh orientasi kebijakan politik luar negeri Austria yang lebih mengutamakan hubungannya dengan sesama anggota UE, negara-negara tetangga yang langsung berbatasan, negara-negara Balkan dan negara-negara berkembangan di kawasan Afrika. Apresiasi yang disuarakan Austria menyatakan confident mereka terhadap kemampuan Indonesia sebagai a voice of democracy dan menghargai upaya Pemerintah RI untuk terus mengembangkan nilai-nilai demokrasi dan HAM di kawasan. Sejumlah isu penting lainnya juga di-address bersama 4 oleh Indonesia dan UE, seperti masalah Aceh, penanggulangan illegal logging, terorisme internasional, interfaith dialogue, perkembangan di Papua, ASEAN serta masalah Myanmar. Semua itu mendemonstrasikan koneksitas dalam semua tataran meski tidak dengan agregasi yang maksimum. Austria terlihat sangat ingin menampilkan profile internasional yang memiliki tingkat akseptabilitas yang tinggi, termasuk terhadap Indonesia. Namun jika ditelusuri jauh kedalam hubungan aspek bilateral yang ada, negara itu sebaliknya masih terkukung dengan politik proximity yang lebih mendahulukan negara-negara disekitarnya. Atensi yang relatif terbatas terhadap Asia mengakibatkan hubungan dengan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia secara bilateral berada pada tataran yang less enthusiastic. b. Ekonomi Hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara didasarkan patas persetujuan perdagangan yang ditandatangani di Den Haag pada tanggal 5 Mei 1951, Persetujuan Pengurangan Bea Cukai terhadap barang kerajinan yang ditandatangani pada tanggal 16 Desember 1977 dan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang ditandatangani pada bulan Juli 1986. Hubungan ekonomi kedua negara telah mengalami peningkatan ;yang pesat, baik dibdaing perdagangan maupun dalam bidang kerjasama ekonomi lainnya. Namun peningkatan hubungan tersebut sebenarnya masih jauh dibawah potensi yang dimiliki oleh kedua negara. Bagi Indonesia, Austria memiliki arti yang cukup penting dan strategis. Investasi Austria menduduki peringkat ke-33 dari 74 negara investor. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan utama mereka dalam melakukan investasi di Indonesia, diantaranya : potensi pasar, sumber alam/bahan mentah, stabilitas sosial, politik dan ekonomi, kepastian hukum dan tingkat upah/gaji. Dalam upaya lebih meningkatkan hubungan ekonomi bilateral, kedua negara tengah dalam proses pembahasan Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Industri, perjanjian tersebut dimaksudkan sebagai payung bagi kerjasama ekonomi dan industri kedua negara. Counter draft persetujuan sudah disampaikan ke Pemerintah Austria dan masih menunggu respon dari pihak Austria, salah satu paragraf yang masih terus dikaji oleh pihak Austria adalah mengenai Hak Kekayaan Intelektual. Perundingan Persetujuan Perlindungan dan Peningkatan Penanaman Modal antara kedua negara pending sejak bulan September 2001, dalam hal ini Pemerintah Austria menisyaratkan bahwa perundingan baru dapat dimulai apabila UU tentang Investasi RI telah selesai disusun dan disahkan. c. Aspek Multilateral Dalam konteks multilateral, Indonesia akan terus memajukan proponensinya terhadap multilaterisme. PTRI Wina akan terus memainkan peran dan kontribusi Indonesia dalam berbagai Forum dan Oerganisasi Internasional di Wina, yaitu : IAEA, CTBTO, UNOV/UNDOC, UNCOPUOS, UNIDO, UNCITRAL, OPEC maupun OPEC Fund. Indonesia harus mampu mengambil manfaat bagi kepentingan nasional dan keterlibatan dan partisipasi Indonesia di forum-forum multilateral yang ada dan sehari-hari menjadi rutinitas tugas PTRI Wina. Salah satu organisasi internasional yang mempunyai peran dalam penanganan masalah nuklir dunia adalah IAEA (The International Atomic Energy Agency). 5 1) Sejarah IAEA IAEA didirikan pada tahun 1957 sebagai reaksi dari rasa ketakutan dan harapan sebagai akibat ditemukan teknologi energi nuklir. Pedoman utama IAEA adalah pernyataan Presiden US. D. Eisenhower, yaitu ”Atoms for Peace” . Pedoman ini dijadikan dasar statuta IAEA yang diterima oleh 81 negara pada bulan Oktober 1956; IAEA adalah organisasi independen dalam tubuh PBB yang mendasarkan kegiatannya pada kerjasama ilmu pengetahuan dan teknologi dan bertindak sebagai penjuru pada kerjasama nuklir; IAEA membantu anggotanya dalam mencapai tujuan ekonomi dan social mereka dalam merencanakan dan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir untuk tujuan damai; IAEA mengembangkan standar keselamatan nuklir dan mempromosikan pencapaian dan pemeliharaan keselamatan tingkat tinggi teknologi energi nuklir serta menjamin perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan dari pencemaran radiasi ionisasi; IAEA melalui mekanisme inspeksi, meminta negara-negara anggota untuk sejalan dengan kewajiban mereka dalam Non-Proliferation Treaty dan perjanjian non-proliferation lainnya untuk menggunakan bahan dan fasilitas nuklir mereka untuk tujuan damai; Sejak terjadinya krisis misil di Kuba, IAEA kembali memegang peran penting sebagai akibat adanya kesamaan pandangan dari pihak Amerika Serikat dan Uni Sovyet tentang upaya pengendalian persenjataan nuklir; Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) telah disetujui yang pada intinya membekukan kepemilikan persenjataan nuklir hanya pada 5 negara, yaitu : AS, Rusia, Inggris, Perancis dan Cina. Negara-negara lain diwajibkan untuk menghapuskan opsi persenjataan nuklir dan menjadi pihak pada perjanjian keamanan komprehensif atas bahan-bahan nuklir yang dimilikinya. Dalam perkembangannya, NPT telah dibuat menjadi permanen pada tahun 1995; Dalam tahun-tahun belakangan, lingkup kerja IAEA telah melebar seiring dengan berkembangnya situasi keamanan dunia, dimana kekhawatiran akan penggunaan energi nuklir untuk kegiatan terorisme dunia. 2) Kerjasama Nuklir Promoting safeguards and verification (bekerja untuk mencegah bertambahnya penyebaran senjata nuklir. Promoting safety and security (membantu negara-negara anggota untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan nuklir mereka dan menyiapkan diri dalam setiap keadaan darurat. Tujuannya adalah untuk melindungi umat manusia dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi nuklir. Promoting science and technology (membantu negara-negara anggota untuk memobilisasi aplikasi damai teknologi nuklir. Kegiatan ini membantu pencapaian pengembangan teknologi enerji, lingkungan hidup, kesehatan dan pertanian yang berkesinambungan serta bekerjasama dalam teknologi nuklir. Kerjasama dibidang ini meliputi kerjasama teknik, research dan development. 6 II. NEGARA CEKO 1. GAMBARAN UMUM NEGARA CEKO a. Keterangan Dasar - Bentuk negara Bentuk pemerintahan Kepala Negara Kepala Pemerintahan Ibukota Lagu kebangsaan Bahasa nasional Mata uang Hari nasional Jumlah penduduk Luas wilayah Batas negara : : : : : : : : : : : : - Iklim Agama : : Republik Demokrasi Parlementer Vaclav Klaus (Presiden) Mirek Topolanek Praha Land der Berge Ceko Korun (Crown) 28 Oktober 10.235.455 (Juli 2006) 78.866 km2 Utara : Polandia Timur : Slovakia Barat : Jerman Selatan : Austria 4 musim 26 % Katolik, 1 % Protestan b. Sistem Politik dan Pemerintahan 1) Presiden sebagai kepala negara dipilih oleh Badan Legislatif, yaitu Parlemen dan Senat untuk masa jabatan 5 tahun. Presiden mengangkat perdana menteri dan anggota kabinetnya yang disusun oleh Perdana Menteri dari partai pemenang pemilu atau dari parpol yang berkoalisi. Untuk terpilihnya Presiden, dibutuhkan dukungan ½ lebih satu suara dari seluruh jumlah anggota parlemen. 2) Parlemen terdiri dari 2 kamar, yaitu Chamber of deputies (DPR – 200 kursi) dan Senat (81 kursi). Berdasarkan konstitusi tahun 1992, sistem kepartaian adalah multipartai. 2. HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA - CEKO a. Politik 1) Indonesia memberikan pengakuan kepada Republik Ceko yang berpisah secara damai dari Slovakia pada tanggal 31 Desember 1992. Hubungan diplomatik RI – Ceko dibuka pada tanggal 1 Januari 1993. 2) Menurut pandangan Ceko, Indonesia dengan letak yang sangat strategis dan jumlah penduduk yang besar memainkan peranan penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Disamping itu Indonesia dicatat sebagai negara yang mempunyai peran yang aktif dalam kelompok regional, seperti ASEAN, APEC dan ASEM. Tampaknya ada keingingan Ceko untuk menjadi anggota ASEM dan mengharapkan dukungan Indonesia. 3) Dengan adanya kedekatan hubungan politis antara kedua negara, dalam berbagai kesempatan pihak Ceko menegaskan dukungannya terhadap keutuhan wilayah NKRI. 7 b. Ekonomi Hubungan ekonomi Indonesia – Ceko didasarkan pada Trade Agreement yang ditandatangani di Jakarta pada tanggal 23 Mei 1994. Namun karena Ceko masuk sebagai anggota Uni Eropa, maka perjanjian perdagangan dengan Indonesia disempurnakan menjadi Agreement between The Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Czech Republic on Economic Cooperation pada tahun 1994. Persetujuan ini juga menjadi dasar bagi penyelenggaraan Komisi Bersama RI – Ceko. c. Kerjasama di Bidang Militer 1) pada tanggal 21 November 2006 di Jakarta telah ditandatangani ”Perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ceko tentang Kegiatan Kerjasama di Bidang Pertahanan (Agreement between The Government of the Republic of Indonesia and the Government the Czech Republic on Coperation Activities in the Field of Defence). 2) Kerjasama dibidang hankam antara kedua negara terus berlanjut dengan antara lain adanya berbagai kontrak pembelian senjata ringan laras panjang, pistol, truk serbaguna untuk infanteri dan amunisi untuk keperluan TNI. Disamping itu, kedua negara juga telah membahas draft persetujuan kerjasama pertahanan. d. Kerjasama di Bidang Pertahanan dan Kepolisian 1) Kerjasama di bidang persenjataan meliputi kerjasama di bidang penyediaan pesawat latih dan tempur, avionic, elektronika dan komunikasi, senjata api (ringan, menengah dan besar) serta amunisi. 2) Sebagai hasil pertemuan delegasi kemiliteran/kepolisian yang dilangsungkan bersamaan dengan pelaksanaan sidang kedua Komisi Bersama RI – Ceko di Jakarta tanggal 24 – 26 Februari 2003, dicatat kemajuan antara lain kesepakatan untuk pembuatan persetujuan kerjasama teknis kemiliteran (defence cooperation), kerjasama teknik militer (industri militer) serta industri mesin-mesin terkait. Kedua pihak juga sepakat untuk merealisir secara konkrit bentuk kerjasama tersebut didalam joint production diantara industri militer kedua negera termasuk alih teknologi. e. Rencana kerjasama bilateral dan prospek kedepan Pemerintah Indonesia telah memberikan fasilitas visa on arrival untuk warga negara ceko yang akan berkunjung ke Indonesia, terhitung mulai tanggal 28 Mei 2007, sedangkan WNI dapat berkunjung ke Ceko selama 5 hari menggunakan visa schengen tipe B atau tipe C tanpa mengajukan visa Ceko. Ketentuan ini berlaku sejak 1 September 2006. 8 BAB IV HASIL KUNJUNGAN 1. REPUBLIK AUSTRIA A. PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR DAN STAF PTRI/KBRI WINA Dalam pertemuan dengan Duta Besar dan Staf PTRI/KBRI Wina, dijelaskan hal-hal sebagai berikut : 1. Bidang Anggaran Pagu anggaran PTRI/KBRI Wina untuk Tahun Anggaran 2007 adalah sebesar USD. 3.400.189,47. Realisasi penyerapan anggaran sampai dengan triwulan ke-3 (Januari – September 2007) sebesar USD. 2.221.308,99 atau sekitar 65,3 % dari jumlah DIPA yang diterima KBRI. Kendala yang dihadapi dalam realisasi anggaran, antara lain : a) Masih seringnya penyampaian remis kepada Perwakilan terlambat dilakukan; b) Perbedaan selisih kurs yang diterima, baik pada saat pengiriman anggaran Perwakilan dalam mata uang rupiah ke mata uang dollar dan selisih kurs yang kembali harus terjadi dari mata uang dollar ke mata uang euro; c) Prinsip-prinsip pelaksanaan anggaran yang berbeda antara apa yang digunakan oleh Depkeu dengan Deplu, misalnya dalam masalah indeks perawatan kendaraan; d) Penerapan prinsip pelaksanaan anggaran yang sangat kaku, sehingga membuat perwakilan minim dalam penyerapan anggaran yang diterimanya, seperti anggaran komunikasi; e) Terjadinya perbedaan pandangan di tingkat perumusan dan penyusunan anggaran, baik di Depkeu maupun Bappenas yang menentukan tgidak adanya fleksibilitas pergeseran dari anggaran mengikat dan tidak mengikat serta pengurangan belanja perjalanan padahal sektor itu juga menjadi salah satu karakter kegiatan Perwakilan yang bertumpu pada lobi dan pendekatan ke wilayah akreditasi yang jauh dari pusat kota. 2. Pelaksanaan Tugas Perwakilan RI a. Kegiatan Bilateral Dalam konteks kegiatan bilateral, KBRI Wina telah melakukan upaya dalam rangka meningkatkan hubungan dan kerjasama antara Indonesia dan Austria, baik dalam kegiatan yang berkaitan dengan bidang politik, ekonomi, social dan budaya. b. Kegiatan Multilateral Dalam konteks multilateral terkait dengan akreditasi PTRI Wina dengan organisasi-organisasi internasional PBB dan non PBB yang berpusat di kota tersebut, Wakil Tetap/Dubes RI di Wina memikil credential dan tanggung jawab besar. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Wakil Tetap/Dubes RI di Wina menekankan untuk terus memajukan proponensi Indonesia terhadap multilateralisme. PTRI Wina akan terus memainkan peran dan kontribusi Indonesia dalam berbagai forum dan organisasi internasional di Wina, antara lain : IAEA, CTBTO, UNOV/UNODC, UNCOPUOS, UNIDO, UNICITRAL, OPEC maupun OPEC Fund. 9 Beberapa aspek kegiatan multilateral yang menonjol, antara lain : 1) representasi Indonesia di IAEA, dimana Indonesia telah tercatat menjadi anggota IAEA sejak tahun 1957; 2) CTBTO (Comprehensive Nuclear-Test Ban Treaty Organization). Sesuai mandatnya, kegiatan utama Prepcom CTBTO meliputi dua hal, yaitu pembentukan rezim verifikasi global untuk memonitor kepatuhan terhadap comprehensive ban on explosive nuclear testing dan promosi penandatanganan serta ratifikasi Treaty untuk mempercepat berlakukan Treaty; 3) UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) yang bertanggungjawab dalam memberantas perdagangan gelap, narkoba, kejahatan internasional terorganisasi dan terorisme; 4) CCPCJ (Commission on Crime Prevention and Criminal Justice) serta Terrorism Prevention Branch yang keseluruhannya membangun dan membahas sikap global bersama terhadap aksi-aksi kejahatan dalam segala bentuknya; 5) Sedangkan dari sudut multilateralisme yang bersifat penggalangan pembangunan maupun kepentingan ekonomi, akreditasi PTRI Wina sangat menonjol pada kegiatan sidang di UNIDO, OPEC, OPEC Fund dan UNICITRAL.; 6) PTRI Wina juga turut aktif dalam memberikan masukan bagi penyusunan dan implementasi kerjasama teknik RI-UNIDO dilakukan melalui program Country Service Framework for Indonesia yang difokuskan pada perkembangan UKM serta peningkatan efisiensi energi dan pembangunan industri ramah lingkungan; 7) Dengan OPEC, PTRI Wina juga turut serta dalam mempersiapkan penyelenggaraan KTT III OPEC yang dijadwalkan berlangsung di Saudi Arabia tanggal 17 – 18 November 2007, sedangkan dengan UNICITRAL status Indonesia masih sebatas observer. Keikutsertaan Indonesia sebagai observer diharapkan dapat memberikan masukan untuk menyempurnakan proses reformasi hukum Indonesia, khususnya di bidang perdagangan Indonesia; 8) Terrorism Prevention Branch (TPB) dalam UNODC tidak menggalang kerja sama dalam memberantas terorisme secara langsung, melainkan khusus bertugas memberikan bantuan teknis hukum kepada negara-negara anggota dalam meninjau dan menyesuaikan peraturan nasional mengenai terorisme dengan instrument hukum internasional terkait; 9) Berkaitan dengan upaya PBB dan Bank Dunia dalam mengimplementasikan program Stolen Assests Recovery Programme serta pendirian Working Group on Asset Recovery, dijelaskan bahwa StAR memberikan bantuan teknis bagi negara berkembang untuk memperkuat badan peradilannya, memperkuat integritas pasar finansial, menyediakan pinjaman/hibah serta konsultasi untuk membantu proses pengembalian asset, memfasilitasi kerja sama antarnegara, serta memonitor pemanfaatan asset yang telah dikembalikan. Indonesia menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi dalam program ini untuk meningkatkan kapasitas Indonesia dalam mengimplementasikan mengenai 10 pengembalian asset, khususnya dalam membekukan asset yang berada di luar yurisdiksi. Aktivitas PTRI/KBRI Wina disemua bidang tersebut di atas tercermin dengan terpilihnya Wakil Tetap/Duta Besar RI sebagai Ketua Kelompok Asia yang berfungsi untuk memfasilitasi dan menyatukan pandangan negara-negara Asia di berbagai forum tersebut. 3. Kegiatan penanganan WNI di Austria Jumlah WNI di Austria sekitar 688 orang dengan status sebagai pegawai swasta, pegawai badan internasional PBB dan non-PBB, dan mahasiswa. Khusus untuk mahasiswa, bidang yang studi yang diambil, antara lain dibidang informasi teknologi, biologi dan pertanian, manajemen dan lain-lain. Dalam penanganan perlindungan terhadap WNI di Austria, keberadan WNI di Austria dan Slovenia yang jumlah mayoritas adalah WNI berstatus menikah campuran dan pada umumnya memiliki anak, kondisi tersebut merupakan potensi masalah konsuler yang patut diantisipasi seperti kasus perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, pengasuhan anak (custody), status kewarganegaraan dan pembagian harta kekayaan. Sejauh ini telah tercatat 6 nama anak yang telah didaftarkan dan mendapat persetujuan Pemerintah RI. Dalam menjalin hubungan PTRI/KBRI Wina dengan masyarakat Indonesia di Austria, KBRI/PTRI Wina telah melakukan kegiatan dan komunikasi melalui berbagai kegiatan kelompok masyarakat. 4. B. Sarana/Prasarana, Personil dan Struktur Organisasi PTRI/KBRI Wina. - Gedung PTRI/KBRI Wina dan wisma duta RI sepenuhnya sudah merupakan hak milik dan asset Indonesia di luar negeri, sedangkan mengenai dukungan alat transportasi untuk menunjang kegiatan PTRI/KBRI Wina secara fisik cukup memadai. Namun dengan memperhatikan fluktuasi nilai mata uang euro yang sangat tinggi terhadap mata uang dollar, maka anggaran perawatan mobil yang nominalnya sudah sangat kecil menjadi lebih kecil lagi akibat penyusutan nilai tukar tersebut. Hal ini juga terjadi pada sectorsektor pembiayaan lain dari PTRI/KBRI Wina. - Secara umum kapasitas struktur dan jumlah personalia di PTRI/KBRI Wina sudah cukup memadai dan telah sesuai dengan indeks PTRI/KBRI Wina dimana jumlah pejabat home staff dan local stafnya disesuaikan dengan indeks perwakilan RI di luar negeri yang disusun oleh Deplu. Seluruh pelaksanaan tugas bilateral maupun organisasi internasional tersebut sampai saatnya masih dapat dilaksanakan oleh pejabat yang ada. PERTEMUAN DENGAN STATE SECRETARY (BIDANG POLITIK KAWASAN ASIA DAN BIDANG MULTILATERAL ) – KEMENTERIAN LUAR NEGERI AUSTRIA. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai kemungkinan dilakukan kerjasama antar parlemen (Parliament to Parliament) dan antar Pemerintahan kedua negara (Government to Government) dengan didahului adanya pertukaran informasi antara kedua belah pihak. Beberapa isu yang dibahas, antara lain : 11 1) Interfaith Dialogue Delegasi menjelaskan bahwa dalam rangka menciptakan kerukunan hidup dan perdamaian antar umat beragama, Pemerintah dan Parlemen Indonesia sangat mendukung dilaksanakannya Interfaith Dialogue antara penganut agama yang ada di dunia. Menangganpi pernyataan Delegasi tersebut, Pihak Kemlu menjelaskan bahwa Pemerintah dan Parlemen Austria juga sangat mendukung upaya perdamaian antar umat beragama melalui jalur Interfaith Dialogue. Negara Indonesia sebagai negara yang memiliki mayoritas penduduk muslim mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya menciptakan perdamaian melalui dialog antar umat beragama. Untuk itu diharapkan Indonesia dapat lebih berperan aktif dalam mengembangkan interfaith dialogue tersebut. 2) Investasi Dalam upaya meningkatkan hubungan dan kerjasama antara Indonesia – Austria, kedua belah pihak menyatakan bahwa kerjasama di bidang investasi harus terus didukung dan ditingkatkan, serta perjanjian-perjanjian yang telah disepakati antara kedua negara harus kembali di re-negosiasi. Demikian pula dengan upaya kerjasama teknis antara kedua negara perlu dirundingkan kembali. 3) Keanggotaan Austria pada United Nations Security Council Berkenaan dengan akan masuknya Austria sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2008, Pemerintah Austria meminta dukungan Pemerintah dan Parlemen Indonesia dalam pencalonan keanggotaan tersebut. Saingan utama Negara Austria adalah negara Iceland. Delegasi menanggapi dengan menyatakan akan berkoordinasi dengan Pemerintah RI (sebagai catatan : Pemerintah Austria tidak mendukung pencalonan Indonesia pada keanggotaan tidak tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2007, sementara itu Negara Iceland mendukung pencalonan Indonesia pada keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan PBB tahun 2007). 4) United Nations Framework Convention on Climate Change di Bali Pada bulan Desember 2007 akan dilaksanakan UN FrameworkClimate Change Conference di Bali. Isu perubahan ilim menciptakan interdependensi dunia dalam berbagai segi. Oleh sebab itu prinsip common but differentiated responsibilities harus menjadi dasar bagi upaya penyelesaian masalah. Indonesia telah merasakan dampak negatif dari perubahan iklim dengan mengalami berbagai musibah bencana alam, seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan dan tsunami. Indonesia ingin sepenuhnya memanfaatkan momentum tersebut guna meraih dukungan nyata dari masyarakat internasional dalam program re-Forestrasi, baik untuk kepentingan Forest Conservation maupun Industrian Forest Plantation. Berkenaan dengan itu, Delegasi meminta dukungan dan kehadiran Pemerintah Austria dalam konferensi tersebut. Pihak Kemlu menyatakan bahwa Pemerintah Austria sangat aktif dalam menyuarakan isu-isu yang berkaitan dengan Climate Change. Pemerintah Austria mendukung konservasi energy, alternative energy dan renewable economy, political and environment policies agar dapat dijadikan satu. Semua ini sesuai dengan kerangka kebijakan Uni Eropa. Austria mendukung Protokol Kyoto untuk 12 perubahan alam dan upaya mencari pembaruan energi (renewed energy). Perubahan iklim juga menjadi agenda pembangunan Austria dan bersama-sama dengan Uni Eropa, Austria akan mendorong Amerika Serikat untuk mendukung Protokol Kyoto. C. 5) Anti Corruption Conference di Bali Indonesia akan menyelenggarakan Anti Corruption Conference di Bali pada bulan Januari 2008. Delegasi meminta kesediaan Austria untuk hadir dalam konferensi tersebut dan pihak Austria menyatakan kesediaannya untuk hadir dalam konferensi tersebut. 6) Illegal Logging Illegal Logging merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Indonesia, mengingat masalah ini sangat merugikan negara. Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan dengan antara lain melakukan kerjasama dengan negara tetangga dibidang keamanan dan pertahanan. Pihak Kemlu mendukung upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah illegal logging. 7) Masalah Myanmar Pihak Kemlu menjelaskan, bahwa sesuai dengan kesepakatan consensus Uni Eropa, peristiwa yang terjadi di Myanmar tidaklah dapat diterima. Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam mencari solusi penyelesaian masalah di Myanmar. Pemerintah Austria sangat mendukung upaya dialog dalam menyelesaikan permasalahan di Myanmar. Untuk itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa harus memainkan peran yang lebih besar dalam membantu penyelesaian masalah Myanmar yang dapat mencerminkan concernnya masyarakat internasional terhadap penyelesaian masalah Myanmar. Pemerintah Austria juga menekankan bahwa penyelesaian masalah Myanmar harus dilakukan pada tingkat politik. Indonesia mendesak Pemerintah Myanmar untuk segera memulihkan kehidupan demokrasi , kebebasan pers, melakukan pemilu yang demokratis dan membebaskan Au San Su Kyi serta seluruh pimpinan politik dan melalui forum ASEAN minta agar segera dilakukan dialog dengan pihak-pihak terkait dalam menyelesaikan masalah Myanmar. PERTEMUAN DENGAN KETUA KOMISI PERTAHANAN – PARLEMEN AUSTRIA Dalam pertemuan dengan Ketua Komisi Pertahanan – Parlemen Austria pada intinya membahas mengenai : 1) Kerjasama di Bidang Pertahanan Kedua belah pihak menyatakan perlunya dilakukan kerjasama antara Indonesia dan Austria di bidang pertahanan. Kerjasama tersebut salah satunya adalah berkisar pada kemungkinan tukar menukar perwira/siswa untuk sekolah staf, pembelian persenjataan dari Austria kepada Indonesia dan terutama diarahkan pada prinsip menggunaan secara damai. 2) Masalah Kosovo Berkenaan dengan masalah Kosovo, Delegasi menjelaskan bahwa Indonesia memahami adanya aspek sui generis pada masalah Kosovo, 13 dan berpandangan bahwa penyelesaian dari masalah tersebut hendaknya tetap menghormati hukum internasional dan Piagam PBB. Indonesia berpandangan bahwa solusi yang dipaksakan akan sulit diterima oleh pihak Serbia maupun Kosovo dan bahkan hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan konflik etnis di kawasan. Oleh karena itu, Indonesia mendukung kesepakatan yang disetujui bersama antara Beograd dan Pristina. Dalam jangka panjang, suatu solusi yang diambil tanpa pendalaman terlebih dahulu dapat menimbulkan preseden buruk bagi Indonesia, khususnya dalam menghadapi kasus-kasus hak asasi manusia, konflik antar etnis dan separatisme. Indonesia perlu mengantisipasi kemungkinan Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya secara sepihak yang dikhawatirkan dapat memicu perang saudara di Kosovo. Dalam hal ini, Indonesia perlu tetap mendukung kedaulatan Serbia atas Kosovo sebagai posisi antara hingga ada penyelesaian yang dapat diterima oleh kedua pihak yang bersangkutan. D. PERTEMUAN DENGAN PEJABAT DEPARTEMEN OF SAFEGUARD IAEA (THE INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai mekanisme kerja dari IAEA, khususnya berkaitan dengan perencanaan suatu negara dalam menjalankan program nuklirnya. Dalam penjelasannya pihak IAEA menyatakan bahwa : 1) IAEA merupakan salah satu organisasi antar Pemerintah yang pelaksanaan mandatnya terkait dengan masalah strategis politis global. Sebagai sole competent authority yang memiliki kewenangan untuk melakukan verifikasi terhadap kepatuhan negara-negara terhadap ketentuan-ketentuan Non-Proliferation of Nuclear Weafons Treaty (NPT) dan safeguards lainnya, maka IAEA tidak dapat melepaskan diri dari pembahasan masalah dengan bobot strategis politis. Isu-isu utama menyangkut : isuisu safeguards diberbagai negara (Iran, Korea Utara, Timur Tengah), dan kerangka baru dalam masalah pengaturan pasokan bahan bakar nuklir dan olah ulang bahan bakar nuklir. Pembahasan masalah tersebut menunjukan bahwa aspek teknis dan politis dalam kegiatan IAEA sehari-hari sebagai sesuatu yang bersifat ”given”; 2) IAEA mendapat mandat dari Dewan keamanan PBB untuk memeriksa program nuklir dari suatu negara. Hal utama yang menjadi perhatian dari IAEA adalah tujuan program nuklir suatu negara dan apakah negara tersebut compliance dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku; 3) IAEA juga bertugas untuk memberikan masukan dan nasehat bagi negara-negara yang menjalankan program nuklir untuk tujuan damai. Sesuai mandatnya, IAEA juga memeriksa program nuklir suatu negara dan hasil pemeriksaannya akan berupa rekomendasi dan bukan sebuah penilaian atau judgement. Hasil rekomendasi tersebut akan sangat membantu tidak hanya bagi suatu negara yang menjalankan program nuklirnya, namun juga akan membantu masyarakat internasional dalam menciptakan rasa aman. 14 4) Mengenai keterlibatan IAEA dalam masalah nuklir Iran, dijelaskan bahwa pihak Iran sejak awal tidak membuka secara menyeluruh tentang program nuklirnya, sehingga ketika IAEA kembali memeriksa program nuklir Iran, maka terjadi perbedaan fase-fase dalam pengembangan antara untuk tujuan damai atau bukan untuk tujuan damai. 2. REPUBLIK CEKO A. PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR DAN STAF KBRI PRAHA Dalam pertemuan dengan Duta Besar dan Staf KBRI Praha, dijelaskan halhal sebagai berikut : 1. Bidang Anggaran Besaran anggaran untuk KBRI Praha Tahun Anggaran 2007 sebesar Rp.18.511.392.000,-. Realisasi anggaran sampai dengan triwulan tiga (Januari – September 2007) sebesar Rp.11.522.948.521,- atau rata-rata sebesar 62,25 %. Sejauh ini tidak terdapat kendala yang berarti dalam pelaksanaan realisasi anggaran tersebut. 2. Pelaksanaan tugas sebagai Perwakilan RI Dalam menjalankan tugasnya sebagai perwakilan RI di Negara Ceko, KBRI Praha telah melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan hubungan dan kerjasama antara Indonesia dan Ceko. Kegiatan tersebut, antara lain di bidang investasi, KBRI Praha terus melakukan pendekatan kepada beberapa pengusaha yang sekiranya dapat melakukan investasi di Indonesia. Selain itu KBRI Praha merencanakan mengundang para pengusaha Indonesia untuk mengadakan roadshow di Eropa Tengah dan Timur pada awal tahun 2008 untuk menjelaskan peluang usaha di Indonesia serta penjajakan kemungkinan peningkatan usaha di Ceko. Dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan kegiatan bilateral, KBRI Praha menghadapi kendala-kendala, antara lain : a. Situasi politik didalam negeri Ceko yang tidak stabil paska Pemilu 2006, mengakibatkan timbulnya kendala bagi upaya peningkatan kerjasama bilateral terutama di bidang politik dan ekonomi. Untuk itu upaya pendekatan kepada pihak Pemerintah Ceko juga tidak mudah dilakukan mengingat KBRI Praha tidak ingin terjadi salah langkah dalam melakukan pendekatan kepada pemerintah setempat. b. Sistem birokrasi dan administrasi “lapis pintu” masih berlangsung di Ceko, sehingga proses pengambilan keputusan berlangsung lama. Birokrasi seperti ini lazim terjadi diseluruh instansi yang ada di Ceko; c. Kemampuan berkomunikasi juga menjadi kendala yang dirasakan oleh KBRI Praha dalam menjalankan pendekatan terhadap pemerintah, pengusaha, dan masyarakat Ceko. Penguasaan Bahasa Inggris yang kurang dari kebanyakan warga Ceko dan penguasaan Bahasa Ceko yang sangat sulit merupakan salah satu kendala dalam memperlancar misi diplomasi; 15 3. Kegiatan Penanganan WNI di Ceko Jumlah WNI di Austria sekitar 113 orang dengan status sebagai pekerja dan mahasiswa. Bidang studi yang diambil para mahasiswa, antara lain bidang studi teknik, kedokteran, bioteknologi, ekonomi danpsikologi. Sebagian besar dari mereka adalah penerima beasiswa dari Pemerintah Ceko. Secara umum masalah yang dihadapi KBRI Praha dalam penanganan WNI adalah masalah perorangan yang sifatnya lebih administratif/kekonsuleran, seperti kehilangan paspor dan perselisihan antara TKI dengan perusahaan/perorangan. Hubungan KBRI Praha dengan WNI di Praha berlangsung sangat baik, terbukti dengan aktifnya semua masyarakat pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh KBRI Praha. 4. Sarana/Prasarana, Personalia dan Struktur Organisasi KBRI Praha - Berkaitan dengan Gedung KBRI Praha dan Wisma Duta, keduanya merupakan aset Indonesia di luar negeri, meskipun gedung wisma duta masih berstatus sewa beli dengan Yayasan Upakara (Deplu) hingga tahun 2016. Kondisi wisma duta saat ini sudah tidak representative dalam menjamu tamu-tamu asing, sehingga perlu dilakukan renovasi terhadap wisma duta tersebut. Disamping itu terbatasnya ruangan di KBRI Praha dalam menunjang kegiatan KBRI Praha. - Sarana dan prasarana kerja cukup menunjang, meskipun ada beberapa sarana yang harus diperbaiki atau diganti. Dukungan alat transportasi secara umum memadai, walaupun terdapat 7 kendaraan yang sudah berusia diatas 7 tahun dan seringkali rusak. - Dibidang personalia, KBRI Praha menghadapi kendala, antara lain : penurunan pendapatan seluruh staf KBRI Praha, terutama lokal staf akibat menguatnya mata uang Korun Ceko terhadap Dollar AS, sementara itu gaji seluruh staf KBRI Praha, baik home staff maupun local staff dalam bentuk USD, akibatnya terjadi penurunan penghasilan. Memperhatikan kondisi tersebut, KBRI Praha mengusulkan agar dapat diberikan tunjangan kemahalan bagi seluruh staf KBRI Praha. - Dibidang struktur organisasi, terdapat 15 orang local staff dengan indeksasi 1,5 untuk setiap home staff. Jumlah personil tersebut dinilai cukup memadai, namun untuk memenuhi kebutuhan masih diperlukan lagi pegawai tambahan, seperti untuk penterjemah, resepsionis, dan lain-lainnya. B. PERTEMUAN DENGAN COMMITTEE FOR FOREIGN AFFAIRS, DEFENCSE AND SECURITY OF THE SENATE Dalam pertemuan tersebut, Pihak senat mengharapkan tanggapan Delegasi terhadap beberapa permasalahan sebagai berikut : 1) Hubungan kedua negara Adanya keinginan yang kuat dari kedua Negara untuk terus meningkatkan hubungan dan kerjasama bilateral, baik dibidang pertahanan, ekonomi, politik dan social budaya; 2) Masalah Myanmar Menanggapi permasalahan Myanmar, Delegasi menegaskan bahwa Indonesia melalui ASEAN telah mendesak penguasa Myanmar untuk melakukan dialog dengan para pihak terkait dalam rangka mencari solusi damai terhadap permasalahan yang ada. Indonesia bersama- 16 sama dengan Negara ASEAN lainnya menentang tindak kekerasan yang dilakukan pihak penguasa di Myanmar dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Myanmar 3) Masalah Nuklir Iran Menanggapi pertanyaan tentang sikap Indonesia terhadap Nuklir Iran, Delegasi menjelaskan bahwa Indonesia mendukung posisi masyarakat internasional yang disampaikan melalui Resolusi Dewan Kemanan PBB. Dilain pihak, Indonesia juga mendukung pengembangan nuklir Iran, apabila pengembangan nuklir tersebut digunakan untuk tujuan damai. Sejauh ini belum ada bukti nyata, bahwa Iran mengembangkan senjata Nuklir. Indonesia akan bersikap tegas bersama-sama dengan masyarakat internasional untuk menentang pengembangan senjata nuklir yang digunakan bukan untuk tujuan damai. 4) Keadaan di Indonesia berkaitan dengan keberadaan pulau-pulau di Indonesia, antisipasi bahaya Tsunami dan pengamanan Selat Malaka - Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Delegasi menjelaskan bahwa saat ini Pemerintah Indonesia sedang melakujkan pendataan dan penamaan terhadap pulau-pulau yang belum memiliki nama sebagai bagian dari program yang dilaksanakan PBB. Dalam rangka pengamanan terhadap pulau-pulau tersebut, Pemerintah juga telah membangun pos-pos penjagaan dengan dilengkapi personil TNI dalam rangka pengamanan terhadap pulau-pulau tersebut. Pos penjagaan tidak hanya ditempatkan dipulau-pulau terdepan, tetapi juga ditempatkan diwilayah perbatasan dalam rangka menjaga wilayah NKRI dari ancaman Negara lain. - Berkenaan dengan antisipasi bahaya Tsufnami, delegasi mensjelaskan bahwa Pemerintah saat ini telah memngembangkan Early Warning System dengan menempatkan alat pendektesian dini terhadap bencana Tsunami disepanjang pantai Sumatera dan selatan plau jwa, sebagai upaya persiapan dalam menghadapi bencana serupa dimasa yang akan datang. - Berkenaan dengan pengamanan selat malaka, dijelaskan bahwa selat malaka merupakan jalur pelayaran internasional yang stragegis, yang menghubungkan dengan beberapa Negara. Dalam upaya mengamankan jalur pelayaran tersebut, Pemerintah telah menempatkan personil TNI yang didukung dengan kapal-kapal patroli dan yang dilengkapi dengan persenjataannya untuk melakukan patroli di sepanjang perairan selat malaka. Disamping itu pihak TNI juga telah melakukan kerjasama dalam upaya mengamankan selat malaka dengan Negara-negar disekitar selat malaka 5) Masalah Global Warning (Climate Change) Dijelaskan bahwa pada bulan Desember 2007 mendatang akan diselenggarakan 2 konferensi, yaitu konderensi ke-1 UNFCCC yang bertujuan untuk menjawab hambatan yang te rjadi dalam uapaya mengatasi masalah perubahan iklim (Climate Change) yang didasarkan pada konvensi Rio de Janeiro tahun 1990 dan pertemuan kedua adalah pertemuan Negara-negara pihak pada Kyoto Protokol. Indonesia ingin sepenuhnya memanfaatkan momentum tersebut guna meraih dukungan nyata dari masyarakat inetenasional dalam program re-forestrasi, baik untuk kepentingan forest sonservation maupun 17 industrian forest plantation. Sejauh ini respon dari Negara-negara sangatkan positif, sebagai contoh Korea selatan dan Australia telah menjalin kerjasama yang konkrit dengan Indonesia untuk melakukan program reforestrasi, sementara itu AS dan Norwegia juga telah siap melakukan hal yang sama dengan Indonesia. 6) Rencana Pembelian Pesawat Tempur L-159 Berkaitan dengan penawaran pemerintah Ceko kepada Pemerintah Indonesia mengenai pembelian Pesawat Tempur L-159, delegasi menjelaskan bahwa pihak parlemen akan mendukung rencana pembelian pesawat tempur tersebut. Dalam hubungan ini, dijelaskan pula bahwa Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Ceko telah menandatangani Perjanjian tentang Kegiatan Kerjsama di Bidang Pertahanan pada tanggal 21 November 200. Berkaitan dengan pembelian pesawat tersebut, juga diikuti dengan “transfer technology”, antara lain dengan memberikan ijin kepada pihak pembeli untuk memproduksi beberapa suku cadang dari pesawat tempur tersebut. Disamping itu delegasi juga mengharapkan dapat dihindari embargo terhadap persenjataan yang dibeli oleh Indonesia dan pembelian pesawat tempur tersebut tidak pula dikaitkan dengan regulasi yang terdapat dalam organisasi NATO, mengingat Ceko terikat pada egulasi kerjasama pertahanan dengan NATO dan AS. C. PERTEMUAN DENGAN DEPUTY-CHAIRMAN OF THE FOREIGN AFFAIRS COMMITTEE OF THE CHAMBER OF DEPUTIES Dalam acara jamuan makan siang oleh Wakil Ketua Komisi Luar Negeri – Parlemen Ceko, dibahas beberapa isu-isu sebagai berikut : 1) Masalah Nuklir Iran Menanggapi pertanyaan tentang sikap Indonesia terhadap Nuklir Iran, Delegasi menjelaskan bahwa Indonesia mendukung posisi masyarakat internasional yang disampaikan melalui Resolusi Dewan Kemanan PBB. Dilain pihak, Indonesia juga mendukung pengembangan nuklir Iran, apabila pengembangan nuklir tersebut digunakan untuk tujuan damai. Sejauh ini belum ada bukti nyata, bahwa Iran mengembangkan senjata Nuklir. Indonesia akan bersikap tegas bersama-sama dengan masyarakat internasional untuk menentang pengembangan senjata nuklir bukan untuk tujuan damai. 2) 3) Masalah Myanmar Menanggapi permasalahan Myanmar, Delegasi menegaskan bahwa Indonesia melalui ASEAN telah mendesak penguasa Myanmar untuk melakukan dialog dengan para pihak terkait dalam rangka mencari solusi damai terhadap permasalahan yang ada. Indonesia bersamasama dengan Negara ASEAN lainnya menentang tindak kekerasan yang dilakukan pihak penguasa di Myanmar dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Myanmar Perkembangan rencana pembelian pesawat tempur L-159 Delegasi menjelaskan bahwa rencana pembelian persenjataan dari Negara Ceko merupakan bagian dari upaya diversifikasi sumbersumber pembelian persenjataan TNI. Selama ini Indonesia hanya membeli persenjataan dari satu sumber dan mengakibatkan muncul permasalahan, seperti embargo terhadap suku cadang dan proses alih teknologi. Dalam hubungan ini, delegasi mengharapkan jaminan dari 18 Pemerintah Ceko mengenai tidak adanya upaya embargo kepada Indonesia. Menanggapi permintaan tersebut, Pihak Parlemen Ceko menjelaskan, bahwa keputusan untuk melakukan embargo kepada suatu Negara adalah atas pertimbangan Dewan Keamanan Internasional dan bukan atas desakan suatu Negara dan pemerintah Ceko merupakian pihak yang mengatur pembelian persenjataan tersbut, bukan dari Uni Eropa atau organisasi internasional lainnya. Dalam pertgemuan tersedbut, pihak parlemen juga menyampaikan rencana kunjungan Menteri Perdagangan dan Industri Ceko dalam waktu dekat ini dan rencana kunjungan Perdana Menteri Ceko pada tahun 2008. Diharapkan dari kunjungan tersbut dapat memberikan nilai positif dan mafnaat bagi peningkatan hubungan kedua Negara dan memberikan kontgribusi yang besar dalam neraca perdagangan kedua Negara. D. PERTEMUAN DENGAN WAKIL MENTERI PERTAHANAN CEKO Pertemuan tersebut secara garis besar membicarakan mengenai rencana pembelian pesawa tempur L-159 oleh Pemerintah Indonesia. Berkaitan dengan rencanan tersebut, pihak kementrian pertahanan ceko menjelaskan hal-hal sebagai berikut : 1) Khusus mengenai kemungkinan adandya kebijakan embargo dari pemerintah ceko terhadap persenjataan yang dibeli oleh Indonesia, dijelaskan bahwa tidak ada jaminan bahwa Pemerintah Ceko tidak akan tidak mengembargo persenjataan tersebut. Hal ini dikaitkan pada kenyataan bahwa terdapat kompnen tertentu dari pesawat ktempur L159 yang diproduksi oleh Negara lain, yaitu AS. Namun Pemerintah Ceko selama ini mengganggap bahwa Pemerintah Indonesia adalah Negara yang demokratis. Pembelian pesawat tempur tersebut tidak pula dikaitkan dengan regulasi yang terdapat dalam organisasi NATO, karena seperti diketahui bahwa Ceko merupakan salah satu anggota NATO. Proses penjeualan persenjataan dari Negara cko diatur oleh Negara Ceko sendiri sebagai Negara yang berdaulat. 2) Mengenai alih teknologi, Pemerintah Ceko menjelaskan bahwa alih teknologi akan menjadi bagian dari proses penjualatan persenjataan dimaksud. 3) Mengenai proses dalam pembelian pesawat tersebut, Pemerintah Ceko tidak dapat melakukan penjualan melalui jalur Government to Government (G to G), karena untuk pembelian tersebut diperlukan adanya konsorsium yang merupakan prime contractor. Bagi pihak Indonesia, proses tersebut sulit dilakukan , karma alih-alih proses pengadaan persenjataan bagi TNI disinyalir mengandung unsure korupsi dan mark up. Untuk itu jalur G to G merupakan salah satu cara dalam upaya menekan tingkat korupsi dan mark up. 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil kunjungan Komisi I DPR RI ke Negara Austria dan Ceko, Delegasi memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Republik Austria dan Republik Ceko secara umum berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan kunjungan, yaitu meningkatkan hubungan bilateral antar parlemen dan pemerintahan; 2. Tukar menukar pandangan yang dilakukan juga telah memberikan masukan kepada para pihak mengenai perlunya mengembangkan hubungan baik dan meningkatkan intensitas hubungan, mengingat banyaknya peluang kerja sama yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang; 3. Isu bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Austria dan Ceko kiranya dapat ditindaklanjuti sejalan dengan arah kepentingan nasional Indonesia dan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif; 4. Kendala yang terjadi dalam proses hubungan bilateral dengan pihak negara Austria dan Ceko kiranya dapat pula diselesaikan pada tingkatannya masingmasing guna mencapai suatu hubungan politik, ekonomi, sosial dan keamanan yang lebih baik dan kondusif; 5. Peran perwakilan RI di Austria dan Ceko kiranya sudah banyak membantu peningkatan hubungan bilateral yang ada. Walau demikian, peningkatan peran aktif perwakilan RI juga perlu untuk terus dilakukan. Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI ke Negara Austria dan Ceko pada Masa Persidangan II Tahun Sidang 2007 – 2008. Jakarta, 29 November 2007 DELEGASI KOMISI I DPR RI KETUA, THEO L. SAMBUAGA 20