10 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Multifinance 2.1.1 Definisi Multifinance Berdasarkan (Indonesian Commercial Newsletter, Maret, 2008) Multifinance adalah lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dibidang jasa sewa guna usaha (leasing), pembiayaan anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen dan pembiayaan kartu kredit. Sewa guna usaha (leasing), Kelompok ini mencakup pembiayaan perusahaan dalam bentuk "finance lease" untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lesee) selama jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala. Apabila jangka waktunya sudah habis lesee boleh membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Pembiayaan anjak piutang (factoring), kelompok ini mencakup usaha yang kegiatan utamanya melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembeli atau pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Pembiayaan konsumen (consumer credits), kelompok ini mencakup usaha yang kegiatan utamanya melakukan kegiatan pembiayaan pengadaan barang dan jasa berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran secara angsuran atau berkala. 11 Pembiayaan kartu kredit (credit card), Kelompok ini mencakup usaha yang kegiatan utamanya melakukan pembiayaan dalam transaksi pembelian barang dan jasa para pemegang kartu kredit. Secara umum kepemilikan multifinance terdiri dari bank, afiliasi grup perusahaan ATPM dan principal asing yang bergerak dalam jasa financing. Perusahaan yang kuat hanyalah yang berafiliasi dengan bank atau produsen mobil dan agen tunggal pemegang merek (ATPM). Sementara itu berdasarkan kelompok kepemilikan, bank tercatat memiliki anak perusahaan multifinance terbanyak dibandingkan grup ATPM dan lainnya. Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2008, p203) perusahaan pembiayaan konsumen yang berbentuk lembaga keuangan bukan bank yang dapat didirikan oleh suatu institusi non bank maupun oleh suatu bank, tetapi pada dasarnya antara bank yang mendirikan dengan perusahaan pembiayaan konsumen yang didirikan disini merupakan suatu badan usaha terpisah satu dengan lainnya. 2.2 Kredit 2.2.1 Pengertian Kredit Kredit berasal dari kata credere yaitu bahasa Italia yang artinya percaya, jadi orang yang mendapat kredit dari bank berarti orang tersebut dipercaya oleh bank untuk mendapat pinjaman. Pengertian kredit, menurut Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007,p4) kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditor atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau 12 pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. Menurut Syamsu Iskandar (2008, p93) kredit merupakan piutang bagi bank atau lembaga keuangan bukan bank, maka pelunasannya (repayment) merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur terhadap utangnya, sehingga risiko kredit macet dapat dihindarkan. Pengertian kredit menurut (pasal 1 ayat 11 UU No.10 tahun 1998) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelaj jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Kasmir (2008, p101) kredit adalah kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2008, p113) kredit adalah pemberian fasilitas pinjaman (bukan berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash loan) maupun pinjaman nontunai (non cash loan). Berdasarkan (wikipedia.org) kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Menurut Abu Mujahid (2007, wordpress.com) kredit adalah kemampuan untuk melakukan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati. 13 Menurut Taghyr (2008, wordpress.com) Dalam bisnis, kredit adalah pembelian atau peminjaman dengan janji pengembalian di kemudian hari. Pada setiap rencana kredit, terdapat kreditor (pribadi, institusi keuangan, toko atau perusahaan yang uangnya dipinjam). Dalam pembukuan, terdapat catatan sejumlah uang milik pribadi atau institusi. 2.2.2 Unsur-Unsur Kredit Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007,p5-6) menyatakan bahwa terdapat unsur-unsur kredit, yaitu; 1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah).Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan. 2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit. 3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrumen (credit instrumen). 4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit. 5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure essensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit. 6. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik dipihak pemberi kredit maupun dipihak penerima kredit. Risiko dipihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau 14 ketidakmampuan bayar ( pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Risiko dipihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan. 7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan sebagainya. Kasmir (2008, p103-105) unsur-unsur kredit terdiri dari; 1. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi sipemberi kredit bahwa kredit yang diberikan benar-benar diterimakembali dimasa yang akan datang, sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. 2. Kesepakatan Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan. 3. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan mempunyai jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (di bawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun), jangka panjang ( di atas 3 tahun). Jangka waktu merupakan 15 batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu, jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. 4. Risiko Akibat adanya tenggang waktu,maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah, maupun oleh risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam, atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya. 5. Balas Jasa Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Selain bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. 2.2.3 Fungsi Kredit Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007,p7-11), kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar, fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut; 1. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang 2. Kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang 3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 4. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat 16 5. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi 6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional 7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional Menurut Kasmir (2008, p107-108) kredit memiliki fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit adalah sebagai berikut; 1. Untuk meningkatkan daya guna uang 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 3. Untuk meningkatkan daya guna barang 4. Meningkatkan peredaran barang 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi 6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha 7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional 2.2.4 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Menurut Kasmir (2008, p117-120) Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh. Dalam melakukan penilaian criteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian. Biasanya criteria yang umum dan harus dilakukan untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P. 17 Penilaian dengan analisis 5 C adalah sebagai berikut; 1. Character, Merupakan merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat dan watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur, dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi, dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan” nasabah untuk membayar. 2. Capacity, Merupakan suatu analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Capacity sering juga disebut dengan nama Capability. 3. Capital, Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Analisis capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman. 18 4. Condition, Dalam penilaian kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, social, dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benarbenar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relative kecil. 5. Colleteral, Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisikmaupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7 P kredit dengan unsure penilaian sebagai berikut; 1. Personality, Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya. 2. Party, Yaitu menklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Nasabah yang digolongkan kedalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Purpose, Yaitu untuk mengetahui tujan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat 19 bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif, dan lain-lain. 4. Prospect, Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan dating menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. 5. Payment, Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya. 6. Profitability, Untuk menganalisis bagaimana kemampuan naabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari period eke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. 7. Protection, Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. 20 2.2.5 Penggolongan Kualitas Kredit Menurut Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007,p42-48) ada beberapa penggolongan kualitas kredit, yaitu; 1. Kredit lancar (pass) Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria di antaranya: a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu b. Memiliki mutasi rekening yang aktif c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai (cash collateral) Dengan indikator sebagai berikut: a. Industri 1) Diterima/umum 2) Permintaan cukup 3) Prifitabilitas cukup 4) Persaingan minimal b. Perusahaan 1) Di atas rata-rata sektor 2) Daya saing kuat 3) Produk dan pasar yang baik c. Keuangan 1) Menguntungkan 2) Likuid 3) Cash flow memadai 4) Rasio utang rendah 5) Dua sumber pembayaran kembali 6) Sedikit ketergantungan terhadap foreign exchange dan stabilitas suku bunga. 21 d. Manajemen 1) Memiliki kemampuan 2) Memiliki integritas 3) Memiliki visi strategis yang jelas 4) Kontrol yang baik 5) Eksternal audit yang baik e. Viability, tidak ada risiko yang signifikan 2. Perhatian Khusus (Special Mention) Kredit yang digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria diantaranya: a. Terdapat Tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui sembilan puluh hari b. Kadang-kadang terjadi cerukan c. Mutasi rekening relatif aktif d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan e. Didukung oleh pinjaman baru Dengan indikator sebagai berikut: a. Industri 1) Dipertanyakan 2) Pendapatan menurun 3) Kompetisi meningkat 4) Kompetisi harga meningkat 5) Biaya operasi meningkat 6) Dalam real estate: tingkat hunian dan/atau daya serap menurun b. Perusahaan 1) Di dalam rata-rata sektor 22 2) Beberapa kelemahan dalam persaingan c. Keuangan 1) Keuntungan rendah 2) Likuiditas dapat diterima 3) Rasio utang moderat 4) Dua sumber pembayaran kembali 5) Aliran kas lebih rendah dari pada pembayaran pokok dan bunga pinjaman 6) Dapat menopang perubahan kecil foreign exchange dan suku bunga d. Manajemen 1) Mampu memenuhi syarat 2) Memiliki integritas 3) Beberapa permasalahan strategis 4) Perbaikan dalam kontrol 5) Komite pemilik dan manajemen 6) Eksternal audit dapat diterima e. Viability 1) Kemauan melepaskan diri dari masalah 2) Kekuatan untuk menanggulangi 3) Pemilik dapat mendukung 4) Modal bari dimungkinkan bila perlu 5) Tidak terdapat masalah ketenagakerjaan yang berarti 3. Kurang lancar (Substandard) Kriteria kredit kurang lancar adalah sebagai berikut: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui sembilan puluh hari 23 b. Sering terjadi cerukan c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah f. Dokumentasi pinjaman yang lemah Dengan indikator sebagai berikut: a. Industri 1) Bergejolak 2) Pendapatan menurun 3) Permintaan menurun 4) Risiko liberalisasi 5) Risiko bahan mentah 6) Risiko devaluasi 7) Regulasi harga 8) Weak co under preasure b. Perusahaan 1) Di bawah rata-rata sektor 2) Tingkat kompetisi tinggi 3) Aspek teknologi lemah c. Keuangan 1) Pendapatan rendah mendekati 0 2) Likuiditas rendah 3) Rasio utang tinggi 4) Satu sumber pembayaran kembali 24 5) Aliran kas lebih rendah daripada pembayaran pokok dan bunga pinjaman 6) Aset rentan terhadap perubahan kurs foreign exchange dan bunga 7) Meningkatkan masalah modal kerja d. Manajemen 1) Kapasitas rendah 2) Kurang pengalaman 3) Integritas diragukan 4) Tidak ada visi strategis 5) Kontrol yang lemah 6) Konflik kepemimpinan 7) Eksternal audit dapat lemah e. Viability 1) Dukungan pemilik diragukan 2) Memerlukan pemasaran yang baru 3) Risiko masa depan yang potensial 4) Terdapat masalah ketenagakerjaan 5) Produk dan pasar tidak dapat ditingkatkan 4. Diragukan (Doubtful) Kredit digolongkan kredit diragukan apabila memenuhi kriteria berikut: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari d. Terjadi kapitalisasi bunga 25 e. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan Dengan indikator sebagai berikut: a. Industri 1) Tidak baik 2) Pendapatan 0 atau negatif 3) Kompetisi harga sangat tajam 4) Harga menurun 5) Memerlukan restrukturisasi operasional 6) Harga politis b. Perusahaan 1) Jauh dibawah rata-rata sektor 2) Tingkat kompetisi yang sangat tinggi 3) Masalah teknologi yang parah 4) Membutuhkan modernisasi yang mendesak 5) Kehilangan pasar 6) Masalah produk 7) Ekspansi yang terlalu cepat c. Keuangan 1) Kerugian operasional 2) Tidak likuid 3) Menjual aset untuk mempertahankan usaha 4) Aliran kas < pembayaran bunga 5) Rasio utang sangat tinggi 6) Sumber pembayaran tidak cukup 7) Meningkatnya modal kerja menyembunyikan kerugian operasional 26 d. Manajemen 1) Parah 2) Tidak kompeten 3) Tidak bisa bekerjasama 4) Kontrol sangat lemah 5) Masalah kepemilikan 6) Tidak ada sumber permodalan baru 7) Eksternal audit yang parah e. Viability 1) Masalah operasional 2) Kelebihan tenaga kerja yang banyak 3) Membutuhkan penghapusan utang 4) Restrukturisasi produk 5) Restrukturisasi proses 6) Pengembalian biaya tidak penuh 5. Macet (Loss) Kredit digolongkan kredit macet apabila memenuhi kriteria di antaranya: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar Dengan indikator sebagai berikut: a. Industri 1) Hampir mati 2) Struktur industri lemah 27 3) Bersifat anakronis b. Perusahaan 1) Tidak dapat berkompetisi 2) Ketinggalan teknologi 3) Produk yang lemah 4) Risiko negara 5) Peran yang sangat terbatas 6) Lower quartile c. Keuangan 1) Kerugian yang besar 2) Penjualan aset saat merugi 3) Masalah kas dan utang yang parah 4) Aliran kas < biaya produksi 5) Tidak ada sumber pembayaran d. Manajemen 1) Sangat parah 2) Tidak dapat dipercaya 3) Sangat tidak kompeten 4) Kemungkinan terjadi fraud 5) Tidak ada kepemimpinan e. Viability 1) Sangat dipertanyakan 2) Harus dilikuidasi 3) Harus dipecah-pecah 4) Likuidasi pada nilai dasar 5) Pembeli sedikit 28 2.3 Risiko 2.3.1 Pengertian Risiko Menurut Ferry N. Idroes (2008, p4) Risiko merupakan bahaya: risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Risiko juga merupakan peluang: risiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan. Menurut Bramantyo (2008, p32) Risiko bisa diartikan ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Risiko juga dapat diartikan penyebaran atau penyimpangan dari target, sasaran atau harapan. Menurut (Arthur Williams dan Richard, M. H.) ”Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu”. Menurut (A. Abas Salim) ”Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss)”. Menurut (Soekarto) ”Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa”. Menurut (Herman Darmawi) ”Resiko adalah probabilitas suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan”. Menurut (Prof Dr.Ir. Soemarno,M.S.) ”Suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi disebut resiko”. Menurut (Sri Redjeki Hartono) ”Resiko adalah suatu ketidakpastian di masa yang akan datang tentang kerugian”. 29 Menurut (Subekti) "Resiko kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena sutau kejadian di luar kesalahan salah satu pihak”. Menurut (Vaughan) Definisi risiko : · Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian). Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada. · Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian). Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. · Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian). Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut. Menurut (Isto) “Resiko adalah bahaya yang dapat terjadiakibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang”. 30 Menurut (Eddie Cade) definisi risiko berbeda-beda, tergantung pada tujuannya. Definisi risiko yang tepat dilihat dari sudut pandang Bank adalah, exposure terhadap ketidakpastian pendapatan. Menurut (Philip Best) menyatakan bahwa risiko adalah kerugian secara finansial, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.3.2 Klasifikasi Risiko Menurut Bramantyo (2008, p60-69) Risiko perusahaan dapat dikategorikan ke dalam empat jenis risiko: keuangan, operasional, strategis, dan eksternalitas. Masing-masing kategori risiko terdiri dari beberapa jenis risiko. Diantaranya adalah; 1. Risiko Keuangan, adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Ukuran keuangan dapat berupa arus kas, laba perusahaan, economic value added(EVA), dan pertumbuhan penjualan. Risiko keuangan terdiri dari tiga jenis risiko: risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko permodalan. 1.1 Risiko Likuiditas, adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak terduga. Ini berkaitan dengan pengelolaan modal kerja perusahaan. Risiko ini terjadi bila perusahaan kekurangan uang tunai atau modal kerja bentuk lain yang bisa diuangkan dengan mudah untuk membayar utang dagang, utang pajak, utang bank yang jatuh tempo, commercial paper(CP), dan kewajiban jangka pendek lainnya. Pengertian kedua, risiko likuiditas berarti kemungkinan penjualan suatu aset perusahaan dengan diskon yang tinggi karena sulitnya mencari pembeli. 31 Ini terjadi bagi aset-aset yang jarang diperdagangkan. Perusahaan menghadapi risiko likuiditas jenis ini terutama bagi yang menanamkan uang di surat berharga. Beberapa salam, misalnya, termasuk dalam kategori saham tidur, sehingga sulit diperdagangkan. Kalaupun bisa dijual, perusahaan harus menawarkan dengan harga yang rendah atau dengan diskon yang tinggi. Ciri dari risiko likuiditas adalah besarnya spread, yaitu selisih harga beli dan jual. 1.2 Risiko Kredit, risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan. Ini mengandung pengertian, risiko kredit perusahaan berarti juga risiko turunnya kemampuan perusahaan debitur. Oleh karena itu mengukur risiko kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal risiko dan kualitas dari risiko. Keduanya menentukan kebijakan perusahaan dalam memberi kredit. Ridiko kredit bagi perbankan merupakan risiko yang paling penting dan dominan. Lain halnya dengan perusahaan bukan bank, apalagi perusahaan bukan lembaga keuangan. 1.3 Risiko Permodalan, risiko permodalan juga disebut risiko solvensi, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan berupa kemungkinan tidak dapat menutup kerugian. Risiko permodalan dapat dilihat dari rasio antara pinjaman dan ekuitas. 32 1.4 Risiko Pasar, risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan karena pergerakan variabel pasar selama periode likuidasi dan perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap pasar (mark to market). Hal-hal yang terkait dengan risiko pasar adalah transaksi dan instrumen keuangan. Risiko pasar biasanya dikelompokkan menjadi empat jenis: risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko ekuitas. 2. Risiko Operasional, adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan: teknis dan organisasi. Pada tataran teknis risiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi, risiko operasional dapat terjadi karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana seharusnya. 2.1 Risiko produktivitas, berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variabel yang mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk di dalamnya adalah teknologi, peralatan, material, dan SDM. 2.2 Risiko teknologi, berupa potensi penyimpangan hasil karena teknolgi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. 33 2.3 Risiko inovasi, adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya pembaharuan, modernisasi, atau transformasi dalam beberapa aspek bisnis. 2.4 Risiko sitem, merupakan bagian dari risiko proses, yaitu potensi penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian sistem dalam operasi perusahaan. 2.5 Risiko proses, adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena adanya penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumber daya dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan prosedur merupakan salah satu bentuk perwujudan risiko proses. 3. Risiko Strategis, adalah risiko yang dapat mempengaruhi ekposur korporat dan eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal usaha. Beberapa klasifikasi risiko strategis; a. Risiko usaha, adalah potensi penyimpangan hasil korporat (nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham) dan hasil keuangan karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertentu dengan lingkungan industri yang khas dan menggunakan teknologi tertentu. b. Risiko transaksi strategis, potensi penyimpangan hasil korporat maupun strategis sebagai akibat perusahaan melakukan transaksi strategis. Seperti merger, akuisisi, investasi baru, divestasi, spin off, likuidasi, aliansi, dan sejenisnya. 34 c. Risiko hubungan investor, adalah berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil dari eksposur korporat dan terutama eksposur keuangan karena ketidaksempurnaan dalam membina hubungan dengan investor, baik pemegang saham maupun kreditur. 4. Risiko Eksternalitas, adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha. Karena pengaruh dari faktor eksternal. Seperti, reputasi, lingkungan, sosial, dan hukum. 4.1 Risiko reputasi, adalah potensi hilangnya atau hancurnya reputasi perusahaan karena penerimaan lingkungan eksternal yang rendah, bahkan bisa terjadi penolakan. 4.2 Risiko lingkungan, adalah potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi penutupan perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan. 4.3 Risiko sosial, adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan berada. 4.4 Risiko hukum, adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Dilingkungan perbankan dikenal dengan risiko kepatuhan (compliance risk). 35 2.3.3 Risiko Kredit Menurut Bramantyo (2008, p116) Risiko kredit merupakan perkara besar bagi dunia perbankan, dan bagi lembaga keuangan pada umumnya. Namun risiko kredit bukan merupakan risiko terbesar bagi perusahaan selain lembaga keuangan. Sekalipun demikian, risiko kredit tetap perlu mendapat perhatian. Setia Rupiah yang tidak tertagih menjadi kredit macet, yang kemudian menimbulkan biaya penyisihan dalam laporan laba/rugi. Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan, atau turunnya kualitas debitur atau pembeli sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Ini mengandung pengertian risiko kredit suatu perusahaan berarti juga risiko turunnya kemampuan perusahaan debitur. Oleh karena itu mengukur risiko kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal risiko dan kualitas dari risiko. Keduanya menentukan kebijakan perusahaan dalam memberi kredit. Menurut (endratna.wordpress.com, 2008, mei) Risiko kredit merupakan risiko yang paling signifikan dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial. Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena kegagalan debitur, yang menyebabkan tak terpenuhinya kewajiban untuk membayar hutang. Secara garis besar, risiko kredit dapat dibagi menjadi 3 (tiga): risiko default, risiko exposure, dan risiko recovery. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas Bank, antara lain: pemberian kredit, transaksi derivatif, perdagangan instrumen keuangan, serta aktivitas Bank yang lain, termasuk yang tercatat dalam banking book maupun trading book. 36 Menurut Siswanto (2007, p43-44) Risiko kredit adalah risiko yang timbul karena penerbit surat berharga tidak memenuhi kewajibannya, misalkan tidak membayar bunga atau tidak membayar kembali surat berharga yang mereka terbitkan. Menurut Ferry N.Idroes (2008, p22) Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam (counterparty) tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya. Kebangkrutan Nasabah Gagal Bayar Kesulitan Keuangan Nasabah Potensi Gagal Bayar Ambang Batas Kriteria Kesehatan Tidak Dipenuhi Penurunan Peringkat Nasabah Risiko Kredit Penurunan Kinerja Nasabah Pelanggaran Kontrak Kelemahan Kontrak Kredit Potensi Pelanggaran Kontrak Gambar 2.1 (Kerangka Risiko Kredit) Sumber: Djohanputro, Bramantyo. (2008, p117). Manajemen Risiko Korporat, Penerbit PPM Manajemen, Jakarta. 37 Menurut Drs. Dian Komarsyah dan K. Bagus Wardianto dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis risiko piutang pada pt tunas financindo sarana di Bandar Lampung” (2007). Untuk mengetahui bagaimana tingkat risiko piutang dan kriteria risiko kredit sepeda motor pada PT Tunas Financindo Sarana di Bandar Lampung, baik dari segi kebijaksanaan kredit terkait dengan standar kredit maupun umur piutang. Analisis kuantitatif dilakukan dengan rnenggunakan alat analisis Credit Risk untuk mengetahui rata-rata umur piutang dan risiko kreditnya. Menurut Michael Doumpos dan Constantin Zopounidis dalam jurnalnya yang berjudul “Monotonic support vector machines for credit risk rating”. (2009). Credit rating models adalah alat analisis yang biasa digunakan di dunia perbankan untuk mengetahui kemungkinan kredit macet. Credit rating models tidak hanya mengidentifikasi data secara akurat, namun juga untuk mengatasi masalahnya. Menurut Tom Yu, Tom Garside, dan Jim Stoker dalam RMA Journal yang berjudul “Credit Risk-Rating System”. (2001). Credit risk ratings Menghasilkan data yang dapat mendeskripsikan credit risk exposure didalam perusahaan. Seperti mengendalikan seluruh proses kredit yang diberikan perusahaan dan dilakukan pengawasan, serta credit risk ratings baik dilakukan untuk mencapai manajemen risiko kredit yang lebih baik. Menurut Radu Neagu, Sean Keenan, Kete Chalermkraivuth dalam The Journal of Risk Model Validation yg berjudul “Internal credit rating systems: methodology and economic value”. (2009). Kami menggunakan metode credit risk rating untuk menterjemahkan bobot risiko kredit untuk kemudian diketahui kemungkinan terjadinya risiko kredit macet dan mengsegmentasikannya kedalam kelas-kelas risiko sehingga dapat diketahui tingkat risiko kreditnya. Menurut Anna P.I. Vong dan Antonio Pires Patricio dalam jurnalnya yang berjudul “Internal Credit Risk Rating Systems in the Macao Banking Sector”. (2005). 38 Internal credit risk rating systems telah menjadi elemen yang sangat penting untuk memanajemen risiko kredit. Kenyataannya bahwa metode ada dalam Basel Accord II yang didalamnya terdapat penerapan credit risk rating sebagai salah satu penilaian kredit. Menurut William F. Treacy dan Mark Carey dalam jurnalnya yang berjudul “Credit risk rating systems at large US banks”. (2000). Credit risk rating systems menjadi elemen sangat penting bagi dunia perbankan dalam mengukur dan memanajemen risiko kredit. Kami mengungkapkan bahwa rating systems telah digunakan oleh 50 bank terbesar di US. 2.3.4 Manajemen risiko Sebagaimana dikemukakan Webb (1994) manajemen risiko adalah “suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul”. Untuk itu risiko harus didefinisikan dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Kerzner (2001) mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa), penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko. Jika lebih jauh lagi dikaitkan dengan fungsi manajemen secara keseluruhan maka manajemen risiko adalah suatu manajemen fungsional yang 39 mendukung manajemen obyektif dengan sasaran adanya ketidakpastian di masa mendatang (Tarmudji, 2000). Berdasarkan manajemen risiko beberapa sebagai penjelasan bentuk tersebut pengelolaan dapat disusun terhadap risiko konsep untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul melalui perencanaan, identifikasi, analisa, penanganan, dan pemantauan risiko. 2.3.5 Pentingnya Manajemen Risiko Dalam dunia nyata selalu terjadi perubahan yang sifatnya dinamis, sehingga selalu terdapat ketidakpastian (Webb, 1994). Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di masa yang akan datang (Kerzner, 2001). Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya risiko ) tidak dapat dikontrol, dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan (Cooper dan Chapman, 1993) dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut. 40 Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993). Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung informasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventif di mana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu yang proaktif daripada reaktif. Selalu terdapat perubahan dalam segala hal di dunia ini sehingga selalu terdapat ketidakpastian dalam segala hal (Webb, 1994). Risiko timbul karena adanya ketidakpastian dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di masa yang akan datang ketidakpastian (Kerzner, 2001). sebagaimana Kejadian risiko tidak yang dapat memiliki dikontrol, peluang dan tidak atau ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan (Cooper dan Chapman, 1993) dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut. 41 Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993). Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung informasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventif di mana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu yang proaktif daripada reaktif. Dengan demikian melalui manajemen risiko akan diketahui metode yang tepat untuk menghindari/mengurangi besarnya kerugian yang diderita akibat risiko. Secara langsung manajemen risiko yang baik dapat menghindari semaksimal mungkin dari biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat terjadinya suatu peristiwa yang merugikan dan menunjang peningkatan keuntungan usaha. Secara tak langsung manajemen risiko memberikan sumbangan sebagai berikut. a. Memberikan pemahaman tentang risiko, efeknya, dan keterkaitannya secara lebih baik dan pasti sehingga menambah keyakinan dalam pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan kualitas keputusan (Djojosoedarso, 1999). b. Meminimalkan jumlah kejadian di luar dugaan dan memberikan gambaran tentang akibat negatifnya sehingga mengurangi ketegangan dan kesalahpahaman. c. Membantu menyediakan sumberdaya dengan baik. d. Menangkal timbulnya hal-hal dari luar yang dapat mengganggu kelancaran operasional. e. Mengurangi fluktuasi laba dan arus kas tahunan atau menstabilkan pendapatan. 42 f. Menimbulkan kedamaian pikiran dan ketenangan tenaga kerja dalam bekerja. g. Meningkatkan public-image perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat. Manajemen risiko pada saat ini merupakan kunci dari keseluruhan manajemen bisnis (Kerzner, 2001). Tarmudji (2000) menambahkan bahwa obyektif utama manajemen risiko harus menyokong obyektif perusahaan. Dengan berjalannya usaha bisnis yang diharapkan mendatangkan keuntungan, maka meminimalkan risiko untuk mencapai keuntungan yang memuaskan menjadi sasaran bisnis. Ritchie dan Marshall (1993 ) mengemukakan bahwa: "Pengalaman menunjukkan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang menggunakan waktunya untuk berpikir tentang kebutuhan pada saat ini dan kecenderungan di masa yang akan datang. Namun demikian manajer yang peduli akan perkembangan yang memungkinkan serta hasil keluarannya (internal atau eksternal), serta yang lebih proaktif daripada reaktif adalah manajer yang lebih mungkin untuk sukses." Ketidakpastian dalam suatu usaha dapat merupakan suatu kesempatan (opportunity) atau risiko, yang dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian. Analisa risiko dapat membantu untuk risiko spekulatif dengan lebih bijaksana dan efisien dengan memutuskan apakah risiko tersebut harus dihindari atau dihadapi (Umar, 2001). Lebih jauh lagi kemampuan dalam mengelola risiko akan bermanfaat dalam persaingan serta mencegah terjadinya kegagalan dan kehancuran sehingga suatu unit usaha dapat bertahan hidup (Darmawi, 1990). 43 2.3.6 Proses dalam Manajemen Risiko Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa hal-hal tidak pasti yang akan terjadi masa yang akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993). Manajemen risiko memanfaatkan informasi tersebut untuk memusatkan perhatian pada masa depan apabila terdapat ketidakpastian dan kemudian mengembangkan rencana yang sesuai untuk mengatasi isu-isu potensial tersebut dari dampak yang merugikan. Tahapan dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut (Kerzner, 2001). 1. Perencanaan (planning) Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang terorganisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko yang kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumberdaya yang memenuhi. 2. Penilaian (assesment) Terdiri atas proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya, kinerja / performance, dan waktu penyelesaian kegiatan. a. Identifikasi (identifying) Merupakan proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentifikasi dan didokumentasi. 44 b. Analisa (analyzing) Merupakan proses menggali informasi / deskripsi lebih dalam terhadap risiko yang telah diidentifikasi, yang terdiri atas: - kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek biaya, waktu, dan teknis proyek - penyebab risiko - keterkaitan antar risiko - saat terjadinya risiko - sensitivitas terhadap waktu 3. Penanganan (handling) Merupakan prases identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko. 4. Pemantauan / monitoring risiko Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari. 45 2.4 Kerangka Pemikiran Dalam melakukan penelitian ini terdapat kerangka pemikiran yang digunakan untuk menyusun proposal skripsi ini: PT Bukopin Finance Analisis Risiko Kredit pembiayaan mobil Analisis Internal Faktor Keuangan Faktor Manajemen Analisis Eksternal Faktor SDM Faktor Lingkungan industri Kartu piutang Faktor Karakter Debitur 5C Penerapan analisis risiko kredit dan Manajemen Risiko kredit yang tepat Gambar 2.2 (Kerangka pemikiran) Faktor Pasar 46 1 PT. XXX PT. BUKOPIN FINANCE (Perusahaan Pembiayaan Konsumen) (PEMASOK MOBIL) 3a 4 3b 2a Analisis Riset dengan Credit Rating System 2b KONSUMEN (DEBITOR) Penggunaan Analisis 5C Gambar 2.3 (Prosedur kredit) Sumber: Triandaru, Sigit. & Budisantoso, Totok. (2008, p207). Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi ke-2. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 1. Pembuatan perjanjian kerja sama pembiayaan konsumen 2. a) Perjanjian jual beli mobil yang dibiayai oleh PT BUKOPIN FINANCE sebagai perusahaan pembiayaan konsumen b) Perjanjian pembiayaan pembelian mobil dari pemasok oleh konsumen dan menganalisis menggunakan 5C 3. a) Pembayaran tunai harga mobil b) Penyerahan mobil 4. Pembayaran (angsuran pokok dan bunga) hingga lunas selama jangka waktu tertentu. 47 Eksposur Kredit Kuantitas Risiko Kredit Dimensi Risiko Kredit Probabilitas gagal bayar Kualitas Jaminan Kualitas Risiko Kredit Probabilitas likuidasi jaminan CRS Faktorāfaktor dominan yang mempengaruhi risiko kredit pembiayaan mobil Gambar 2.4 (Dimensi risiko kredit) Sumber: Djohanputro, Bramantyo. (2008, p117). Manajemen Risiko Korporat, Penerbit PPM Manajemen, Jakarta Besarnya risiko kredit terdiri dari dua faktor: besarnya eksposur kredit atau kuantitas risiko kredit. Dan kualitas eksposur kredit. Yaitu Probabilitas gagal bayar, kualitas jaminan, dan probabilitas likuidasi jaminan. Yang kemudian menciptakan dimensi risiko kredit. Dimana Dimensi risiko kredit di identifikasi dengan CRS serta dicari faktor-faktor dominan yang mempengaruhi risiko kredit pembiayaan mobil.