BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
10 BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Multifinance
2.1.1
Definisi Multifinance
Berdasarkan (Indonesian Commercial Newsletter, Maret, 2008) Multifinance
adalah lembaga keuangan bukan bank yang bergerak dibidang jasa sewa guna
usaha (leasing), pembiayaan anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen dan
pembiayaan kartu kredit.
Sewa guna usaha (leasing), Kelompok ini mencakup pembiayaan perusahaan
dalam bentuk "finance lease" untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lesee)
selama jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala. Apabila
jangka waktunya sudah habis lesee boleh membeli barang modal yang bersangkutan
atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah
disepakati bersama.
Pembiayaan anjak piutang (factoring), kelompok ini mencakup usaha yang
kegiatan utamanya melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembeli atau
pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri.
Pembiayaan konsumen (consumer credits), kelompok ini mencakup usaha
yang kegiatan utamanya melakukan kegiatan pembiayaan pengadaan barang dan
jasa berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran secara angsuran
atau berkala.
11 Pembiayaan kartu kredit (credit card), Kelompok ini mencakup usaha yang
kegiatan utamanya melakukan pembiayaan dalam transaksi pembelian barang dan
jasa para pemegang kartu kredit.
Secara umum kepemilikan multifinance terdiri dari bank, afiliasi grup perusahaan
ATPM dan principal asing yang bergerak dalam jasa financing. Perusahaan yang kuat
hanyalah yang berafiliasi dengan bank atau produsen mobil dan agen tunggal
pemegang merek (ATPM). Sementara itu berdasarkan kelompok kepemilikan, bank
tercatat memiliki anak perusahaan multifinance terbanyak dibandingkan grup ATPM
dan lainnya.
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2008, p203) perusahaan pembiayaan
konsumen yang berbentuk lembaga keuangan bukan bank yang dapat didirikan oleh
suatu institusi non bank maupun oleh suatu bank, tetapi pada dasarnya antara bank
yang mendirikan dengan perusahaan pembiayaan konsumen yang didirikan disini
merupakan suatu badan usaha terpisah satu dengan lainnya.
2.2 Kredit
2.2.1
Pengertian Kredit
Kredit berasal dari kata credere yaitu bahasa Italia yang artinya percaya, jadi
orang yang mendapat kredit dari bank berarti orang tersebut dipercaya oleh bank
untuk mendapat pinjaman.
Pengertian kredit, menurut Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal
(2007,p4) kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditor
atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau
12 pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi
kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.
Menurut Syamsu Iskandar (2008, p93) kredit merupakan piutang bagi bank
atau lembaga keuangan bukan bank, maka pelunasannya (repayment) merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur terhadap utangnya, sehingga risiko
kredit macet dapat dihindarkan.
Pengertian kredit menurut (pasal 1 ayat 11 UU No.10 tahun 1998) kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelaj jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut Kasmir (2008, p101) kredit adalah kepercayaan pemberi kredit
kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan
sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan,
sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai
dengan jangka waktunya.
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2008, p113) kredit adalah
pemberian fasilitas pinjaman (bukan berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah,
baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash loan) maupun pinjaman nontunai (non
cash loan).
Berdasarkan (wikipedia.org) kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang
memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli
produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan.
Menurut Abu Mujahid (2007, wordpress.com) kredit adalah kemampuan
untuk melakukan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan
pada suatu jangka waktu yang disepakati.
13 Menurut Taghyr (2008, wordpress.com) Dalam bisnis, kredit adalah
pembelian atau peminjaman dengan janji pengembalian di kemudian hari. Pada
setiap rencana kredit, terdapat kreditor (pribadi, institusi keuangan, toko atau
perusahaan yang uangnya dipinjam). Dalam pembukuan, terdapat catatan sejumlah
uang milik pribadi atau institusi.
2.2.2
Unsur-Unsur Kredit
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007,p5-6) menyatakan bahwa
terdapat unsur-unsur kredit, yaitu;
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit
(nasabah).Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan
kerja sama yang saling menguntungkan.
2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan
atas credit rating penerima kredit.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang
berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar
dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrumen (credit
instrumen).
4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada
penerima kredit.
5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure essensial
kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik dilihat dari pemberi kredit
maupun dilihat dari penerima kredit.
6. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik dipihak pemberi kredit maupun dipihak
penerima kredit. Risiko dipihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar (risk of
default),
baik
karena
kegagalan
usaha
(pinjaman
komersial)
atau
14 ketidakmampuan bayar ( pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan
membayar. Risiko dipihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara
lain berupa pemberian kredit yang semula dimaksudkan oleh pemberi kredit
untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.
7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi
pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya
modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan
sebagainya.
Kasmir (2008, p103-105) unsur-unsur kredit terdiri dari;
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi sipemberi kredit bahwa kredit
yang diberikan benar-benar diterimakembali dimasa yang akan datang, sesuai
jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang
melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan.
2. Kesepakatan
Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini
dituangkan
dalam
suatu
perjanjian
di
mana
masing-masing
pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini
kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak
sebelum kredit dikucurkan.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan mempunyai jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka pendek (di bawah 1 tahun), jangka menengah (1
sampai 3 tahun), jangka panjang ( di atas 3 tahun). Jangka waktu merupakan
15 batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah
pihak. Untuk kondisi tertentu, jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai
kebutuhan.
4. Risiko
Akibat adanya tenggang waktu,maka pengembalian kredit akan memungkinkan
suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin
panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya, demikian pula
sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh
nasabah, maupun oleh risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana
alam, atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya,
sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.
5. Balas Jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian
suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan nama
bunga. Selain bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya
administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank.
2.2.3
Fungsi Kredit
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007,p7-11), kredit mempunyai
peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar, fungsi kredit
di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai
berikut;
1. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang
2. Kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang
3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
4. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
16 5. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi
6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional
7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional
Menurut Kasmir (2008, p107-108) kredit memiliki fungsi yang sangat luas.
Fungsi kredit adalah sebagai berikut;
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
4. Meningkatkan peredaran barang
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
2.2.4
Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2008, p117-120) Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan,
maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan
kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit
tersebut disalurkan. Penilaian kredit dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk
mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian
yang benar dan sungguh-sungguh.
Dalam melakukan penilaian criteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap
sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar
penilaian. Biasanya criteria yang umum dan harus dilakukan untuk mendapatkan
nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5 C dan
7 P.
17 Penilaian dengan analisis 5 C adalah sebagai berikut;
1. Character, Merupakan merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat dan watak
dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya.
Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur, dapat dilihat dari latar
belakang si nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang
bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan
keluarga, hobi, dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu
ukuran tentang “kemauan” nasabah untuk membayar.
2.
Capacity, Merupakan suatu analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah
dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam
mengelola
bisnis.
Kemampuan
ini
dihubungkan
dengan
latar
belakang
pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga
akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.
3. Capital, Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat
dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan
melakukan
pengukuran
seperti
dari
segi
likuiditas
dan solvabilitasnya,
rentabilitas, dan ukuran lainnya. Analisis capital juga harus menganalisis dari
sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal
yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal
sendiri dan berapa modal pinjaman.
18 4. Condition, Dalam penilaian kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, social,
dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang.
Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benarbenar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut
bermasalah relative kecil.
5. Colleteral, Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat
fisikmaupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika
terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan
secepat mungkin.
Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan analisis 7 P kredit
dengan unsure penilaian sebagai berikut;
1. Personality, Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian personality juga
mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi
suatu masalah dan menyelesaikannya.
2. Party, Yaitu menklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau golongangolongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Nasabah
yang digolongkan kedalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang
berbeda dari bank.
3. Purpose, Yaitu untuk mengetahui tujan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat
19 bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja,
investasi, konsumtif, produktif, dan lain-lain.
4. Prospect, Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan dating
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai
tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga
nasabah.
5. Payment, Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga
jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.
6. Profitability, Untuk menganalisis bagaimana kemampuan naabah dalam mencari
laba. Profitability diukur dari period eke periode, apakah akan tetap sama atau
akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan
diperolehnya.
7. Protection, Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan
mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar
aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang
atau orang atau jaminan asuransi.
20 2.2.5
Penggolongan Kualitas Kredit
Menurut Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007,p42-48) ada
beberapa penggolongan kualitas kredit, yaitu;
1. Kredit lancar (pass)
Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria di antaranya:
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif
c.
Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai (cash collateral)
Dengan indikator sebagai berikut:
a. Industri
1) Diterima/umum
2) Permintaan cukup
3) Prifitabilitas cukup
4) Persaingan minimal
b. Perusahaan
1) Di atas rata-rata sektor
2) Daya saing kuat
3) Produk dan pasar yang baik
c.
Keuangan
1) Menguntungkan
2) Likuid
3) Cash flow memadai
4) Rasio utang rendah
5) Dua sumber pembayaran kembali
6) Sedikit ketergantungan terhadap foreign exchange dan stabilitas
suku bunga.
21 d. Manajemen
1) Memiliki kemampuan
2) Memiliki integritas
3) Memiliki visi strategis yang jelas
4) Kontrol yang baik
5) Eksternal audit yang baik
e. Viability, tidak ada risiko yang signifikan
2. Perhatian Khusus (Special Mention)
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus apabila
memenuhi kriteria diantaranya:
a. Terdapat
Tunggakan
angsuran
pokok
dan/atau bunga
yang
belum
melampaui sembilan puluh hari
b. Kadang-kadang terjadi cerukan
c.
Mutasi rekening relatif aktif
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
e. Didukung oleh pinjaman baru
Dengan indikator sebagai berikut:
a. Industri
1) Dipertanyakan
2) Pendapatan menurun
3) Kompetisi meningkat
4) Kompetisi harga meningkat
5) Biaya operasi meningkat
6) Dalam real estate: tingkat hunian dan/atau daya serap menurun
b. Perusahaan
1) Di dalam rata-rata sektor
22 2) Beberapa kelemahan dalam persaingan
c.
Keuangan
1) Keuntungan rendah
2) Likuiditas dapat diterima
3) Rasio utang moderat
4) Dua sumber pembayaran kembali
5) Aliran kas lebih rendah dari pada pembayaran pokok dan bunga
pinjaman
6) Dapat menopang perubahan kecil foreign exchange dan suku bunga
d. Manajemen
1) Mampu memenuhi syarat
2) Memiliki integritas
3) Beberapa permasalahan strategis
4) Perbaikan dalam kontrol
5) Komite pemilik dan manajemen
6) Eksternal audit dapat diterima
e. Viability
1) Kemauan melepaskan diri dari masalah
2) Kekuatan untuk menanggulangi
3) Pemilik dapat mendukung
4) Modal bari dimungkinkan bila perlu
5) Tidak terdapat masalah ketenagakerjaan yang berarti
3. Kurang lancar (Substandard)
Kriteria kredit kurang lancar adalah sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
sembilan puluh hari
23 b. Sering terjadi cerukan
c.
Frekuensi mutasi rekening relatif rendah
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan
puluh hari
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah
f.
Dokumentasi pinjaman yang lemah
Dengan indikator sebagai berikut:
a. Industri
1) Bergejolak
2) Pendapatan menurun
3) Permintaan menurun
4) Risiko liberalisasi
5) Risiko bahan mentah
6) Risiko devaluasi
7) Regulasi harga
8) Weak co under preasure
b. Perusahaan
1) Di bawah rata-rata sektor
2) Tingkat kompetisi tinggi
3) Aspek teknologi lemah
c.
Keuangan
1) Pendapatan rendah mendekati 0
2) Likuiditas rendah
3) Rasio utang tinggi
4) Satu sumber pembayaran kembali
24 5) Aliran kas lebih rendah daripada pembayaran pokok dan bunga
pinjaman
6) Aset rentan terhadap perubahan kurs foreign exchange dan bunga
7) Meningkatkan masalah modal kerja
d. Manajemen
1) Kapasitas rendah
2) Kurang pengalaman
3) Integritas diragukan
4) Tidak ada visi strategis
5) Kontrol yang lemah
6) Konflik kepemimpinan
7) Eksternal audit dapat lemah
e. Viability
1) Dukungan pemilik diragukan
2) Memerlukan pemasaran yang baru
3) Risiko masa depan yang potensial
4) Terdapat masalah ketenagakerjaan
5) Produk dan pasar tidak dapat ditingkatkan
4. Diragukan (Doubtful)
Kredit digolongkan kredit diragukan apabila memenuhi kriteria berikut:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
180 hari
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen
c.
Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
d. Terjadi kapitalisasi bunga
25 e. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan
Dengan indikator sebagai berikut:
a. Industri
1) Tidak baik
2) Pendapatan 0 atau negatif
3) Kompetisi harga sangat tajam
4) Harga menurun
5) Memerlukan restrukturisasi operasional
6) Harga politis
b. Perusahaan
1) Jauh dibawah rata-rata sektor
2) Tingkat kompetisi yang sangat tinggi
3) Masalah teknologi yang parah
4) Membutuhkan modernisasi yang mendesak
5) Kehilangan pasar
6) Masalah produk
7) Ekspansi yang terlalu cepat
c.
Keuangan
1) Kerugian operasional
2) Tidak likuid
3) Menjual aset untuk mempertahankan usaha
4) Aliran kas < pembayaran bunga
5) Rasio utang sangat tinggi
6) Sumber pembayaran tidak cukup
7) Meningkatnya modal kerja menyembunyikan kerugian operasional
26 d. Manajemen
1) Parah
2) Tidak kompeten
3) Tidak bisa bekerjasama
4) Kontrol sangat lemah
5) Masalah kepemilikan
6) Tidak ada sumber permodalan baru
7) Eksternal audit yang parah
e. Viability
1) Masalah operasional
2) Kelebihan tenaga kerja yang banyak
3) Membutuhkan penghapusan utang
4) Restrukturisasi produk
5) Restrukturisasi proses
6) Pengembalian biaya tidak penuh
5. Macet (Loss)
Kredit digolongkan kredit macet apabila memenuhi kriteria di antaranya:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
270 hari
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
c.
Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada
nilai wajar
Dengan indikator sebagai berikut:
a. Industri
1) Hampir mati
2) Struktur industri lemah
27 3) Bersifat anakronis
b. Perusahaan
1) Tidak dapat berkompetisi
2) Ketinggalan teknologi
3) Produk yang lemah
4) Risiko negara
5) Peran yang sangat terbatas
6) Lower quartile
c.
Keuangan
1) Kerugian yang besar
2) Penjualan aset saat merugi
3) Masalah kas dan utang yang parah
4) Aliran kas < biaya produksi
5) Tidak ada sumber pembayaran
d. Manajemen
1) Sangat parah
2) Tidak dapat dipercaya
3) Sangat tidak kompeten
4) Kemungkinan terjadi fraud
5) Tidak ada kepemimpinan
e. Viability
1) Sangat dipertanyakan
2) Harus dilikuidasi
3) Harus dipecah-pecah
4) Likuidasi pada nilai dasar
5) Pembeli sedikit
28 2.3 Risiko
2.3.1
Pengertian Risiko
Menurut Ferry N. Idroes (2008, p4) Risiko merupakan bahaya: risiko adalah
ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan
dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Risiko juga merupakan
peluang: risiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan.
Menurut Bramantyo (2008, p32) Risiko bisa diartikan ketidakpastian yang
telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Risiko juga dapat diartikan
penyebaran atau penyimpangan dari target, sasaran atau harapan.
Menurut (Arthur Williams dan Richard, M. H.)
”Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode
tertentu”.
Menurut (A. Abas Salim) ”Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang
mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss)”.
Menurut (Soekarto) ”Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu
peristiwa”.
Menurut (Herman Darmawi) ”Resiko adalah probabilitas suatu hasil yang
berbeda dengan yang diharapkan”.
Menurut (Prof Dr.Ir. Soemarno,M.S.) ”Suatu kondisi yang timbul karena
ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin
terjadi disebut resiko”.
Menurut (Sri Redjeki Hartono) ”Resiko adalah suatu ketidakpastian di masa
yang akan datang tentang kerugian”.
29 Menurut (Subekti) "Resiko kewajiban memikul kerugian yang disebabkan
karena sutau kejadian di luar kesalahan salah satu pihak”.
Menurut (Vaughan)
Definisi risiko :
· Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian).
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan
kerugian.
Dalam
ilmu
statistik,
chance
dipergunakan
untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis
menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat
kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga
risiko tidak ada.
· Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol
dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
· Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty
merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada
pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan
dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.
Menurut (Isto) “Resiko adalah bahaya yang dapat terjadiakibat sebuah
proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang”.
30 Menurut (Eddie Cade) definisi risiko berbeda-beda, tergantung pada
tujuannya. Definisi risiko yang tepat dilihat dari sudut pandang Bank adalah,
exposure terhadap ketidakpastian pendapatan.
Menurut (Philip Best) menyatakan bahwa risiko adalah kerugian secara
finansial, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.3.2
Klasifikasi Risiko
Menurut Bramantyo (2008, p60-69) Risiko perusahaan dapat dikategorikan
ke dalam empat jenis risiko: keuangan, operasional, strategis, dan eksternalitas.
Masing-masing kategori risiko terdiri dari beberapa jenis risiko. Diantaranya adalah;
1. Risiko Keuangan, adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter
perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Ukuran keuangan dapat
berupa
arus
kas,
laba
perusahaan,
economic value added(EVA), dan
pertumbuhan penjualan. Risiko keuangan terdiri dari tiga jenis risiko: risiko
likuiditas, risiko kredit, dan risiko permodalan.
1.1 Risiko Likuiditas, adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak
dapat memenuhi kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran
tak terduga. Ini berkaitan dengan pengelolaan modal kerja perusahaan.
Risiko ini terjadi bila perusahaan kekurangan uang tunai atau modal kerja
bentuk lain yang bisa diuangkan dengan mudah untuk membayar utang
dagang, utang pajak, utang bank yang jatuh tempo, commercial paper(CP),
dan kewajiban jangka pendek lainnya. Pengertian kedua, risiko likuiditas
berarti kemungkinan penjualan suatu aset perusahaan dengan diskon yang
tinggi karena sulitnya mencari pembeli.
31 Ini terjadi bagi aset-aset yang jarang diperdagangkan. Perusahaan
menghadapi risiko likuiditas jenis ini terutama bagi yang menanamkan uang
di surat berharga. Beberapa salam, misalnya, termasuk dalam kategori
saham
tidur,
sehingga
sulit
diperdagangkan.
Kalaupun
bisa
dijual,
perusahaan harus menawarkan dengan harga yang rendah atau dengan
diskon yang tinggi. Ciri dari risiko likuiditas adalah besarnya spread, yaitu
selisih harga beli dan jual.
1.2 Risiko Kredit, risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara
kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti
tertuang dalam kesepakatan. Ini mengandung pengertian, risiko kredit
perusahaan berarti juga risiko turunnya kemampuan perusahaan debitur.
Oleh karena itu mengukur risiko kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal
risiko dan kualitas dari risiko. Keduanya menentukan kebijakan perusahaan
dalam memberi kredit. Ridiko kredit bagi perbankan merupakan risiko yang
paling penting dan dominan. Lain halnya dengan perusahaan bukan bank,
apalagi perusahaan bukan lembaga keuangan.
1.3 Risiko Permodalan, risiko permodalan juga disebut risiko solvensi, yaitu risiko
yang dihadapi perusahaan berupa kemungkinan tidak dapat menutup
kerugian. Risiko permodalan dapat dilihat dari rasio antara pinjaman dan
ekuitas.
32 1.4 Risiko Pasar, risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil
keuangan karena pergerakan variabel pasar selama periode likuidasi dan
perusahaan harus secara rutin melakukan penyesuaian nilai terhadap pasar
(mark to market). Hal-hal yang terkait dengan risiko pasar adalah transaksi
dan instrumen keuangan. Risiko pasar biasanya dikelompokkan menjadi
empat jenis: risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko
ekuitas.
2. Risiko Operasional, adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan
karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor lain. Risiko
operasional bisa terjadi pada dua tingkatan: teknis dan organisasi. Pada tataran
teknis risiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan
mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko tidak akurat dan
tidak memadai. Pada tataran organisasi, risiko operasional dapat terjadi karena
sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak
berjalan sebagaimana seharusnya.
2.1 Risiko produktivitas, berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat
produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variabel
yang mempengaruhi produktivitas kerja. Termasuk di dalamnya adalah
teknologi, peralatan, material, dan SDM.
2.2 Risiko teknologi, berupa potensi penyimpangan hasil karena teknolgi yang
digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi.
33 2.3 Risiko inovasi, adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya
pembaharuan, modernisasi, atau transformasi dalam beberapa aspek bisnis.
2.4 Risiko
sitem,
merupakan
bagian
dari
risiko
proses,
yaitu
potensi
penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian sistem dalam
operasi perusahaan.
2.5 Risiko proses, adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan dari proses karena adanya penyimpangan atau kesalahan dalam
kombinasi sumber daya dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan
prosedur merupakan salah satu bentuk perwujudan risiko proses.
3. Risiko Strategis, adalah risiko yang dapat mempengaruhi ekposur korporat dan
eksposur strategis (terutama eksposur keuangan) sebagai akibat keputusan
strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal usaha.
Beberapa klasifikasi risiko strategis;
a. Risiko usaha, adalah potensi penyimpangan hasil korporat (nilai
perusahaan
dan
kekayaan
pemegang
saham)
dan
hasil
keuangan karena perusahaan memasuki suatu bisnis tertentu
dengan lingkungan industri yang khas dan menggunakan
teknologi tertentu.
b. Risiko transaksi strategis, potensi penyimpangan hasil korporat
maupun
strategis
sebagai
akibat
perusahaan
melakukan
transaksi strategis. Seperti merger, akuisisi, investasi baru,
divestasi, spin off, likuidasi, aliansi, dan sejenisnya.
34 c.
Risiko hubungan investor, adalah berkaitan dengan potensi
penyimpangan hasil dari eksposur korporat dan terutama
eksposur keuangan karena ketidaksempurnaan dalam membina
hubungan dengan investor, baik pemegang saham maupun
kreditur.
4. Risiko Eksternalitas, adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat
dan strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha. Karena
pengaruh dari faktor eksternal. Seperti, reputasi, lingkungan, sosial, dan hukum.
4.1 Risiko
reputasi,
adalah
potensi
hilangnya
atau
hancurnya
reputasi
perusahaan karena penerimaan lingkungan eksternal yang rendah, bahkan
bisa terjadi penolakan.
4.2 Risiko lingkungan, adalah potensi penyimpangan hasil, bahkan potensi
penutupan
perusahaan
karena
ketidakmampuan
perusahaan
dalam
mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan.
4.3 Risiko sosial, adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya
perusahaan dengan lingkungan tempat perusahaan berada.
4.4 Risiko hukum, adalah kemungkinan penyimpangan hasil karena perusahaan
tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku. Dilingkungan perbankan
dikenal dengan risiko kepatuhan (compliance risk).
35 2.3.3
Risiko Kredit
Menurut Bramantyo (2008, p116) Risiko kredit merupakan perkara besar
bagi dunia perbankan, dan bagi lembaga keuangan pada umumnya. Namun risiko
kredit bukan merupakan risiko terbesar bagi perusahaan selain lembaga keuangan.
Sekalipun demikian, risiko kredit tetap perlu mendapat perhatian. Setia Rupiah yang
tidak tertagih menjadi kredit macet, yang kemudian menimbulkan biaya penyisihan
dalam laporan laba/rugi.
Risiko kredit adalah risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak
dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam
kesepakatan, atau turunnya kualitas debitur atau pembeli sehingga persepsi
mengenai kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Ini mengandung pengertian
risiko kredit suatu perusahaan berarti juga risiko turunnya kemampuan perusahaan
debitur. Oleh karena itu mengukur risiko kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal
risiko dan kualitas dari risiko. Keduanya menentukan kebijakan perusahaan dalam
memberi kredit.
Menurut (endratna.wordpress.com, 2008, mei) Risiko kredit merupakan
risiko yang paling signifikan dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial.
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena kegagalan debitur, yang menyebabkan
tak terpenuhinya kewajiban untuk membayar hutang. Secara garis besar, risiko
kredit dapat dibagi menjadi 3 (tiga): risiko default, risiko exposure, dan risiko
recovery. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas Bank, antara lain:
pemberian kredit, transaksi derivatif, perdagangan instrumen keuangan, serta
aktivitas Bank yang lain, termasuk yang tercatat dalam banking book maupun
trading book.
36 Menurut Siswanto (2007, p43-44) Risiko kredit adalah risiko yang timbul
karena penerbit surat berharga tidak memenuhi kewajibannya, misalkan tidak
membayar bunga atau tidak membayar kembali surat berharga yang mereka
terbitkan.
Menurut Ferry N.Idroes (2008, p22) Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko
kerugian sehubungan dengan pihak peminjam (counterparty) tidak dapat dan atau
tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana dana yang
dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.
Kebangkrutan
Nasabah
Gagal Bayar
Kesulitan Keuangan
Nasabah
Potensi Gagal
Bayar
Ambang Batas
Kriteria Kesehatan
Tidak Dipenuhi
Penurunan
Peringkat
Nasabah
Risiko
Kredit
Penurunan Kinerja
Nasabah
Pelanggaran
Kontrak
Kelemahan Kontrak
Kredit
Potensi
Pelanggaran
Kontrak
Gambar 2.1 (Kerangka Risiko Kredit)
Sumber: Djohanputro, Bramantyo. (2008, p117). Manajemen Risiko Korporat,
Penerbit PPM Manajemen, Jakarta.
37 Menurut Drs. Dian Komarsyah dan K. Bagus Wardianto dalam jurnalnya yang
berjudul “Analisis risiko piutang pada pt tunas financindo sarana di Bandar Lampung”
(2007). Untuk mengetahui bagaimana tingkat risiko piutang dan kriteria risiko kredit
sepeda motor pada PT Tunas Financindo Sarana di Bandar Lampung, baik dari segi
kebijaksanaan kredit terkait dengan standar kredit maupun umur piutang. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan rnenggunakan alat analisis Credit Risk untuk
mengetahui rata-rata umur piutang dan risiko kreditnya.
Menurut Michael Doumpos dan Constantin Zopounidis dalam jurnalnya yang
berjudul “Monotonic support vector machines for credit risk rating”. (2009). Credit
rating models adalah alat analisis yang biasa digunakan di dunia perbankan untuk
mengetahui kemungkinan
kredit
macet.
Credit rating models tidak hanya
mengidentifikasi data secara akurat, namun juga untuk mengatasi masalahnya.
Menurut Tom Yu, Tom Garside, dan Jim Stoker dalam RMA Journal yang
berjudul “Credit Risk-Rating System”. (2001). Credit risk ratings Menghasilkan data
yang dapat mendeskripsikan credit risk exposure didalam perusahaan. Seperti
mengendalikan seluruh proses kredit yang diberikan perusahaan dan dilakukan
pengawasan, serta credit risk ratings baik dilakukan untuk mencapai manajemen
risiko kredit yang lebih baik.
Menurut Radu Neagu, Sean Keenan, Kete Chalermkraivuth dalam The
Journal of Risk Model Validation yg berjudul “Internal credit rating systems:
methodology and economic value”. (2009). Kami menggunakan metode credit risk
rating untuk menterjemahkan bobot risiko kredit untuk kemudian diketahui
kemungkinan terjadinya risiko kredit macet dan mengsegmentasikannya kedalam
kelas-kelas risiko sehingga dapat diketahui tingkat risiko kreditnya.
Menurut Anna P.I. Vong dan Antonio Pires Patricio dalam jurnalnya yang
berjudul “Internal Credit Risk Rating Systems in the Macao Banking Sector”. (2005).
38 Internal credit risk rating systems telah menjadi elemen yang sangat penting untuk
memanajemen risiko kredit. Kenyataannya bahwa metode ada dalam Basel Accord II
yang didalamnya terdapat penerapan credit risk rating sebagai salah satu penilaian
kredit.
Menurut William F. Treacy dan Mark Carey dalam jurnalnya yang berjudul
“Credit risk rating systems at large US banks”. (2000). Credit risk rating systems
menjadi elemen sangat penting bagi dunia perbankan dalam mengukur dan
memanajemen risiko kredit. Kami mengungkapkan bahwa rating systems telah
digunakan oleh 50 bank terbesar di US.
2.3.4
Manajemen risiko
Sebagaimana
dikemukakan
Webb
(1994)
manajemen
risiko
adalah “suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah
diketahui (melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk
meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul”. Untuk itu risiko harus
didefinisikan dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Kerzner
(2001) mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua rangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk
perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa),
penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.
Jika
lebih
jauh
lagi
dikaitkan
dengan
fungsi
manajemen
secara
keseluruhan maka manajemen risiko adalah suatu manajemen fungsional yang
39 mendukung manajemen obyektif dengan sasaran adanya ketidakpastian di masa
mendatang (Tarmudji, 2000).
Berdasarkan
manajemen
risiko
beberapa
sebagai
penjelasan
bentuk
tersebut
pengelolaan
dapat
disusun
terhadap
risiko
konsep
untuk
meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul melalui perencanaan,
identifikasi, analisa, penanganan, dan pemantauan risiko.
2.3.5
Pentingnya Manajemen Risiko
Dalam dunia nyata selalu terjadi perubahan yang sifatnya dinamis, sehingga
selalu terdapat ketidakpastian (Webb, 1994). Risiko timbul karena adanya
ketidakpastian, dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan.
Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya keterbatasan
dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di masa yang akan datang (Kerzner,
2001). Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya risiko )
tidak dapat dikontrol, dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat
meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk
menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar
akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan
risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar
dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan (Cooper
dan Chapman, 1993) dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk
mengatasi risiko-risiko potensial tersebut.
40 Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam
menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang (Ritchie dan Marshall, 1993).
Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung informasi
tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventif di mana kondisi usaha
sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari
kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu
yang proaktif daripada reaktif.
Selalu terdapat perubahan dalam segala hal di dunia ini sehingga selalu
terdapat ketidakpastian dalam segala hal (Webb, 1994). Risiko timbul karena
adanya
ketidakpastian
dan
risiko
akan
menimbulkan
konsekuensi
tidak
menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena
adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di masa yang
akan
datang
ketidakpastian
(Kerzner,
2001).
sebagaimana
Kejadian
risiko
tidak
yang
dapat
memiliki
dikontrol,
peluang
dan
tidak
atau
ada
pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan
setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya, artinya
berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul
dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Manajemen
risiko
merupakan
pendekatan
terorganisasi
untuk
menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya
hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak
diharapkan (Cooper dan Chapman, 1993) dan dapat dikembangkan rencana
respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut.
41 Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam
menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang (Ritchie dan Marshall,
1993). Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung
informasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventif di mana kondisi
usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar
dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan
sesuatu yang proaktif daripada reaktif.
Dengan demikian melalui manajemen risiko akan diketahui metode yang
tepat untuk menghindari/mengurangi besarnya kerugian yang diderita akibat risiko.
Secara langsung manajemen risiko yang baik dapat menghindari semaksimal
mungkin dari biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat terjadinya suatu
peristiwa yang merugikan dan menunjang peningkatan keuntungan usaha.
Secara tak langsung manajemen risiko memberikan
sumbangan sebagai
berikut.
a. Memberikan pemahaman tentang risiko, efeknya, dan keterkaitannya secara
lebih baik dan pasti sehingga menambah keyakinan dalam pengambilan
keputusan yang dapat meningkatkan kualitas keputusan (Djojosoedarso, 1999).
b. Meminimalkan jumlah kejadian di luar dugaan dan memberikan gambaran
tentang akibat negatifnya sehingga mengurangi ketegangan dan kesalahpahaman.
c.
Membantu menyediakan sumberdaya dengan baik.
d. Menangkal timbulnya hal-hal dari luar yang dapat mengganggu kelancaran
operasional.
e. Mengurangi fluktuasi laba dan arus kas tahunan atau menstabilkan pendapatan.
42 f.
Menimbulkan kedamaian pikiran dan ketenangan tenaga kerja dalam bekerja.
g. Meningkatkan public-image perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.
Manajemen risiko pada saat ini merupakan kunci dari keseluruhan
manajemen bisnis (Kerzner, 2001). Tarmudji (2000) menambahkan bahwa obyektif
utama manajemen
risiko harus menyokong obyektif perusahaan. Dengan
berjalannya usaha bisnis yang diharapkan mendatangkan keuntungan, maka
meminimalkan risiko untuk mencapai keuntungan yang memuaskan menjadi sasaran
bisnis.
Ritchie dan Marshall (1993 ) mengemukakan bahwa:
"Pengalaman menunjukkan bahwa manajer yang efektif adalah manajer
yang menggunakan waktunya untuk berpikir tentang kebutuhan pada saat ini
dan kecenderungan di masa yang akan datang. Namun demikian manajer yang
peduli akan perkembangan yang memungkinkan serta hasil keluarannya (internal
atau eksternal), serta yang lebih proaktif daripada reaktif adalah manajer yang
lebih mungkin untuk sukses."
Ketidakpastian dalam suatu usaha dapat merupakan suatu kesempatan
(opportunity) atau risiko, yang dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian.
Analisa risiko dapat membantu untuk risiko spekulatif dengan lebih bijaksana dan
efisien dengan memutuskan apakah risiko tersebut harus dihindari atau dihadapi
(Umar, 2001). Lebih jauh lagi kemampuan dalam mengelola risiko akan
bermanfaat dalam persaingan serta mencegah terjadinya kegagalan dan
kehancuran sehingga suatu unit usaha dapat bertahan hidup (Darmawi, 1990).
43 2.3.6 Proses dalam Manajemen Risiko
Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam
menganalisa hal-hal tidak pasti yang akan terjadi masa yang akan datang
(Ritchie dan Marshall, 1993). Manajemen risiko memanfaatkan informasi tersebut
untuk memusatkan perhatian pada masa depan apabila terdapat ketidakpastian
dan kemudian mengembangkan rencana yang sesuai untuk mengatasi isu-isu
potensial tersebut dari dampak yang merugikan.
Tahapan dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut
(Kerzner, 2001).
1. Perencanaan (planning)
Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang
terorganisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan
penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian
risiko yang kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan
sumberdaya yang memenuhi.
2. Penilaian (assesment)
Terdiri atas proses identifikasi dan analisa area-area dan proses-proses
teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai
sasaran biaya, kinerja / performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.
a. Identifikasi (identifying)
Merupakan proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang
memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentifikasi dan didokumentasi.
44 b. Analisa (analyzing)
Merupakan proses menggali informasi / deskripsi lebih dalam terhadap
risiko yang telah diidentifikasi, yang terdiri atas:
-
kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek
biaya, waktu, dan teknis proyek
-
penyebab risiko
-
keterkaitan antar risiko
-
saat terjadinya risiko
-
sensitivitas terhadap waktu
3. Penanganan (handling)
Merupakan prases identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi
penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing
program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko,
mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko.
4. Pemantauan / monitoring risiko
Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil
kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai
dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian
hari.
45 2.4 Kerangka Pemikiran
Dalam melakukan penelitian ini terdapat kerangka pemikiran yang digunakan
untuk menyusun proposal skripsi ini:
PT Bukopin Finance
Analisis Risiko Kredit
pembiayaan mobil
Analisis Internal
Faktor
Keuangan
Faktor
Manajemen
Analisis Eksternal
Faktor
SDM
Faktor
Lingkungan
industri
Kartu
piutang
Faktor
Karakter
Debitur
5C
Penerapan analisis risiko
kredit dan Manajemen
Risiko kredit yang tepat
Gambar 2.2 (Kerangka pemikiran)
Faktor
Pasar
46 1
PT. XXX
PT. BUKOPIN FINANCE
(Perusahaan Pembiayaan
Konsumen)
(PEMASOK MOBIL)
3a
4
3b
2a
Analisis Riset
dengan Credit
Rating System
2b
KONSUMEN
(DEBITOR)
Penggunaan Analisis 5C
Gambar 2.3 (Prosedur kredit)
Sumber: Triandaru, Sigit. & Budisantoso, Totok. (2008, p207). Bank Dan
Lembaga Keuangan Lain. Edisi ke-2. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
1. Pembuatan perjanjian kerja sama pembiayaan konsumen
2. a) Perjanjian jual beli mobil yang dibiayai oleh PT BUKOPIN FINANCE sebagai
perusahaan pembiayaan konsumen
b) Perjanjian pembiayaan pembelian mobil dari pemasok oleh konsumen dan
menganalisis menggunakan 5C
3. a) Pembayaran tunai harga mobil
b) Penyerahan mobil
4. Pembayaran (angsuran pokok dan bunga) hingga lunas selama jangka waktu
tertentu.
47 Eksposur Kredit Kuantitas Risiko Kredit Dimensi Risiko Kredit Probabilitas gagal bayar Kualitas Jaminan Kualitas Risiko Kredit Probabilitas likuidasi jaminan CRS Faktorā€faktor dominan yang mempengaruhi risiko kredit pembiayaan mobil Gambar 2.4 (Dimensi risiko kredit)
Sumber: Djohanputro, Bramantyo. (2008, p117). Manajemen Risiko Korporat,
Penerbit PPM Manajemen, Jakarta
Besarnya risiko kredit terdiri dari dua faktor: besarnya eksposur kredit atau
kuantitas risiko kredit. Dan kualitas eksposur kredit. Yaitu Probabilitas gagal
bayar, kualitas jaminan, dan probabilitas likuidasi jaminan. Yang kemudian
menciptakan dimensi risiko kredit. Dimana Dimensi risiko kredit di identifikasi
dengan CRS serta dicari faktor-faktor dominan yang mempengaruhi risiko kredit
pembiayaan mobil.
Download