* By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T. * Fasor tegangan dan arus pada resistor Perhatikan Gambar 1 dibawah ini Gambar 1.a. Dalam daerah waktu Gambar 1.b. Dalam daerah frekuensi Kita mulai dari persamaan daerah waktu, lalu buat kedua arus dan tegangan menjadi kuantitas kompleks 𝑒 𝑗𝜔𝑡 , setelah menekan di seluruh persamaan, maka didapatkan hubungan yg diinginkan antara tegangan fasor dan arus fasor. Pada rangkaian R, gambar 1.a, dapat diperoleh persamaan : v(t) = Ri(t) …………………(1) Sekarang kita pakai tegangan kompleks : Vme j (t ) Vm cos(t ) jVm sin(t ) …….(2) Untuk arus kompleks : I me j (t ) I m cos(t ) jI m sin(t ) …..(3) Sehingga dari persamaan (2) dan (3) didapatkan : Vme j (t ) RI me j (t ) …………..(4) Dengan membagi seluruh ruas dengan maka didapatkan : Vme j RI me j e jt …………..(5) Persamaan (5) dalam bentuk polar, Vm RI .…………(6) Persamaan (6) hanya merupakan bentuk fasor tegangan umum dan fasor arus umum V dan I, jadi : V = RI ………….(7) Jadi hubungan tegangan arus di dalam bentuk fasor sebuah tahanan mempunyai bentuk yang sama seperti hubungan tegangan dan arus daerah waktu. (Lihat Gambar 1.b) Contoh : Jika sebuah tegangan v 8 cos(100t 50 ) 0 melintasi tahanan 4 Ohm, maka carilah arus pada daerah waktu dan fasor (frekuensi)? jawab : arus (daerah waktu) : v(t ) 8 cos(100t 500 ) i(t ) 2 cos(100t 500 ) R 4 Dalam bentuk fasor, tegangan menjadi : 8 50 Sehingga arus dalam bentuk fasor adalah : V 8 500 I 2 500 A R 4 0 V A Fasor tegangan dan arus pada induktor Perhatikan Gambar 2.a dan 2.b dibawah ini. Gambar 2.a. daerah waktu Gambar 2.b. daerah frekuensi Kita bisa mendapatkan persamaan tegangan untuk Gambar 2.a pada daerah waktu : di(t ) v(t ) L dt …………(8) Subtitusikan persamaan (2) dan (3) pada persamaan (8), sehingga didapatkan : Vm e j (t ) d ( I m e j (t ) ) L ……………….(9) dt Dari hasil turunan persamaan (9), didapat Vme j (t ) jLI me j (t ) ……………(10) Dengan menekan e jt , maka didapatkan : Vme j jLI me j ………….(11) Maka didapatkan hubungan fasor yang diinginkan sbb: V jLI …………………(12) Untuk sudut dari faktor jL besarnya tepat +90 derajat, jadi dapat disimpulkan bahwa arus (I) harus tertinggal dari V sebesar 90 derajat dalam sebuah induktor. Contoh soal Jika diberikan sebuah tegangan fasor 8 500 Volt dengan frekuensi = 100 rad/s kepada sebuah induktor 4H. Maka arus fasornya adalah : jawab : V 8 50 0 I j 0,02 50 0 A j L j.100.4 arus diatas dalam bentuk imajiner, maka bentuk riilnya adalah : I 0,02 1400 A Jika kita nyatakan arus fasor diatas ke dalam ungkapan arus domain waktu, maka : i(t ) 0,02 cos(100t 1400 ) A Fasor tegangan dan arus pada kapasitor Perhatikanlah Gambar 3.a dan 3.b dibawah ini. Gambar 3.a. daerah waktu Gambar 3.b. daerah frekuensi Pada Gambar 3.a, kita mendapatkan persamaan sbb : dv(t ) i(t ) C dt ………………(13) Sekali lagi, dengan mengambil v(t) dan i(t) sebagai kuantitas komplek (2) dan (3), dengan mengambil turunan jt ,maka persamaan yang ditunjukkan, serta menekan fasor dari I didapatkan sbb: e I jCV ………………(14) Jadi, dapat dilihat bahwa arus (I) mendahului tegangan V sebesar 90 derajat. Contoh soal 0 Jika sebuah tegangan fasor 8 50 Volt, diberikan pada kapasitor 4 F dan = 100 rad/s, maka arus fasornya adalah ………………………… Jawab: I jCV I j.100.4.(8 50 0 ) j 400(8 50 0 ) 40090 0.(8 50 0 ) 400.8 90 0 - 50 0 320040 0 A Persamaan arus dalam domain waktunya adalah : i (t ) 3200 cos(100t 400 ) A Rangkuman hubungan fasor tegangan dan arus pada tahanan, induktor dan kapasitor Komponen Pers. daerah waktu Pers. daerah frekuensi Tahanan v = Ri V = RI Induktor v = L di/dt V = jLI Kapasitor i = C dv/dt I = jCV * Hubungan arus dan tegangan untuk ketiga elemen pasif (R, L, dan C) adalah sbb: V RI V jLI V I jC Jika ketiga persamaan diatas kita tuliskan kedalam perbandingan fasor tegangan dan arus maka: V R I V jL I V 1 I jC Kita dapatkan bahwa untuk L dan C adalah fungsi sederhana dari harga elemen dan juga frekuensinya. Perbandingan tegangan dan arus adalah yang disebut impedansi dengan simbol Z. Impedansi adalah sebuah kuantitas kompleks yang berdimensi ohm, impedansi bukanlah fasor yang bisa ditransformasikan ke daerah waktu. Contoh : Jika diketahui = 10^4 rad/s, dengan induktor sebesar 5 mH yang tersusun seri dengan kapasitor sebesar 100 uF, maka impedansi total dari rangkaian seri L-C adalah: jawab: Z L jL j50 1 ZC j1 jC Impedansi seri adalah : Z eq j 50 j1 j 49 Jika rangkaian L-C di atas di rangkai secara paralel, maka impedansi ekivalennya adalah: ( j50)( j1) 50 Z eq j1,02 j50 j1 j 49 Bilangan kompleks atau kuantitas yang menyatakan impedansi dapat dinyatakan baik dalam bentuk polar maupun bentuk rectangular. Dalam bentuk polar, misalkan impedansinya adalah 100 60 maka artinya bahwa impedansi ini memiliki magnitudo = 100 dan sudut fase -600. Impedansi yang sama 100 60 0, bila dinyatakan dalam bentuk rectangular , maka 50 – j86,6. Ini bisa dikatakan bahwa impedansi ini mempunyai komponen penahan / resistansi sebesar 50 Ohm, dan komponen reaktif / reaktansi sebesar -86,6 Komponen penahan/ resistansi adalah bagian riil impedansi sedangkan komponen reaktif adalah bagian imajiner dari impedansi. Secara umum, bentuk impedansi dalam bentuk rectangular adalah : Z = R + jX Sedangkan dalam bentuk polar adalah : Z = |Z| dengan : | Z | R 2 X 2 X tan R 1 * Admitansi merupakan kebalikan dari impedansi. Kita definisikan admitansi sebagai Y Sebagai kebalikan impedansi, admitansi menawarkan beberapa hal yang memudahkan didalam analisis keadaan mantap sinusoida dari rangkaian RLC. , = Persamaan diatas tidak mengatakan bahwa bagian riil admitansi sama dg kebalikan riil impedansi I Y V 1 Y Z Y 1 1 G jB Z R jX 1 1 Y G jB Z R jX Dengan : G = konduktansi B = suseptansi Satuan Y, G dan B semua dalam mho (ohm kebalik). Misalkan impedansi Z = 1 – j2 ohm dapat dinyatakan dengan tahanan 1 Ohm seri dengan kapasitansi 0,1 uF, jika = 5 Mrad/s. Maka rangkaian tanahan (R) seri dengan kapasitansi mempunyai admitansi 1 1 1 1 j2 Y . 0,2 j 0,4 Z 1 j2 1 j2 1 j2 Admitansi ekivalen sebuah rangkaian pararel adalah jumlah admitansi dari setiap cabang. Jadi pernyataan admitansi Y = 0,2 + j0,4 itu bisa dinyatakan dengan konduktansi (G) 0,2 pararel dengan suseptansi (B) 0,4. Konduktansi (G) 0,2 bisa didapat dari tahanan 5 Ohm. Suseptansi (B) 0,4 bisa didapat dari kapasitor 0,08 uF pada = 5 Mrad/s. Perlu diingat bahwa Y(kapasitor) = jC R = 1 Ohm ; C = 0,1 uF ; = 5Mrad/s. Maka 1 Z eq Z R Z C R jC 1 1 Z eq 1 1 6 6 j.5.10 .0,1.10 j 0,5 Z eq 1 j 2 Admitansi rangkaian diatas adalah : 1 1 Y Z eq 1 j 2 Untuk menyelesaikan admitansi diatas, maka jadikan penyebutnya dalam bilangan riil yaitu dengan mengalikan pembilang dan penyebut dg conjugate penyebutnya Y 1 1 j2 . 0,2 j 0,4 1 j2 1 j2 Dengan : Konduktansi (G) = 0,2 Suseptansi (B) = 0,4 Admitansi Y = 0,2 + j0,4 bisa didapat dari rangkaian konduktansi (G) pararel dengan suseptansi (B) Y = Y(resistor) + Y(kapasitor) Y = G + JB Dimana : Y(kapasitor) = 1 / Zc = jwC Sehingga kita mendapatkan G = 0,2 mho dari tahanan resistor R= 5 ohm. Kita mendapatkan suseptansi B = 0,4 dari rumus Y(kapasitor) = jC = jB Misalkan nilai C = 0,08 uF dan = 5 Mrad/s, maka dengan nilai ini kita dapat mendapatkan B = 0,4 *