PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - RR CHINA PERIODE : JANUARI – OKTOBER 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Tiongkok / RR China 1. Total nilai perdagangan RR Tiongkok / RR China dengan Dunia pada periode Januari-Oktober 2015 sebesar US$ 3.175,72 miliar atau turun 10,09% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, sebesar US$ 3.532,07 miliar. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor RR Tiongkok / RR China ke Dunia sebesar US$ 1.860,68 miliar, turun 2,28% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 1.904,05 miliar. Sementara itu, nilai impor RR China dari Dunia periode Januari-Oktober 2015 sebesar US$ 1.315,04 miliar atau turun 19,22% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 1.628,02 miliar. 2. Neraca perdagangan RR China dengan Dunia periode Januari-Oktober 2015 tercatat surplus sebesar US$ 545,64 miliar. meningkat 97,68% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, yang tercatat surplus sebesar US$ 276,03 miliar. 3. Negara tujuan ekspor RR China terbesar pada periode ini adalah Amerika Serikat sebesar US$ 340,72 miliar, meningkat 5,46% dibanding periode yang sama tahun 2014, sebesar US$ 323,08 miliar; kemudian, Hongkong sebesar US$ 251,78 miliar (-12,03%); ke Jepang sebesar US$ 112,15 miliar (-9,37%). Sementara itu, negara asal impor RR China terbesar pada periode ini, adalah Korea Selatan dengan nilai US$ 141,72 miliar, turun 10,18% dibanding periode yang sama tahun 2014; Jepang sebesar US$ 117,61 miliar (-12,77%); Amerika Serikat sebesar US$ 116,70 miliar (-6,53%), dan Taiwan dengan nilai impor US$ 116,70 miliar (-6,07% ). 4. Beberapa komoditi impor Non Migas RR China terbesar dari Dunia pada periode Januari-Oktober 2015, yang meningkat bila dibanding periode yang sama tahun 2014, antara lain : Electro Integr Circuit & Microassem (HS 8542) US$ 183,99 miliar, naik 3,34%; Electric Appar For Line Teleph Or Line (HS 8517) US$ 38,62 miliar (10,54%) ; Chemical Woodpulp, Soda Or Sulfate, Oth Than Dissolving Grades (HS 4703) sebesar US$ 8,20 miliar, meningkat 7,91%; Cotton Yarn (Oth Th Sewing Thread), (HS 5205) US$ 5,08 miliar, naik 6,88%; Bread, Bisuits & Oth Bakers' Wr; (HS 1905) sebesar US$ 526,82 juta (35,17%); 5. Beberapa komoditi ekspor Non Migas RR China terbesar ke Dunia, pada periode Januari-Oktober 2015, yang meningkat bila dibanding periode yang sama tahun 2014, antara lain : Electric Apparatus For Line Telephony or Line Telegr (HS 8517) sebesar US$ 168,17 miliar, meningkat 13,35% dibanding periode yang sama tahun 2014; Electro Integr Circuit & Microassemb (HS 8542) US$ 53,98 miliar, naik 5,32%; Furniture, Nesoi (Oth Th Seats) (HS 9403) sebesar US$ 23,66 miliar, meningkat 4,60% dibanding periode yang sama tahun 2014; Seats (OthTh Barber, Dental & Similar Chairs), (HS 9401) sebesar US$ 19,23 miliar, naik 1,30% dibanding periode yang sama tahun 2014. B. Perkembangan Perdagangan Bilateral RR Tiongkok / RR China dengan Indonesia 1. Total nilai perdagangan RR China dengan Indonesia periode Januari-Oktober 2015 sebesar US$ 44.937,76 juta, turun 14,63% dibanding periode yang sama tahun 2014, sebesar US$ 52.638,62 juta. Total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor RR China ke Indonesia sebesar US$ 28.734,19 juta, turun 9,80% dibanding periode yang sama tahun 2014, yang tercatat sebesar US$ 31.855,50 juta. Sementara itu, nilai impor RR China dari Indonesia periode Januari-Oktober 2015 sebesar US$ 16.203,56 juta, turun 22,03% dibanding periode yang sama tahun 2014, yang tercatat US$ 20.783,12 juta. Neraca perdagangan Indonesia dengan RR China periode Januari - Oktober 2015 tercatat defisit bagi Indonesia sebesar US$ 12.530,63 juta, meningkat 13,17% dibanding periode Januari-Oktober 2014, yang tercatat defisit sebesar US$ 11.072,38 juta. 2. Beberapa komoditi ekspor terbesar Indonesia ke RR China periode Januari-Oktober 2015 antara lain, adalah : Palm Oil & Its Fractions, Not Chemically Modif, mencapai US$ 1.654,40 juta, naik sebesar 0,57%; Lignite, Agglomerated, Or Not, mencapai US$ 1.617,12 juta, turun 38,41%; Coal; Briquettes, Ovoids, etc, mencapai US$ 1.314,87 juta, turun 52,42%; Petro Gases & Oth Gaseous Hydrocb, sebesar US$ 1.062,32 juta, naik 63,45% . C. Informasi Lainnya 1. Penjualan Online pada Single Day. Single Day atau Guanggun Jie merupakan sebuah festival kawula muda Tiongkok merayakan status lajangnya. Tanggal, 11 November dipilih karena angka 1 menyerupai individu yang sendirian. Festival ini secara bertahap menjadi hari belanja online terbesar di dunia, dengan penjualan di situs Alibaba.com, Tmall.com, Taobao.com dan lainnya. Diperkirakan transaksi 1 hari itu mencapai US$ 5,8 miliar pada tahun 2013, dan US$ 9,3 miliar pada tahun 2014. Pada penjualan online tanggal 11 November 2015, diperkirakan mencapai 91,2 miliar yuan (US$ 14,3 miliar), yang merupakan peningkatan hingga 64% dibanding tahun 2014. Membuktikan bahwa konsumsi di Tiongkok terus meningkat secara signifikan. Pertumbuhan sejak 2011 hingga 2015 mencapai 71% . Alibaba.com dan Tmall.com mencapai penjualan online tertinggi, disusul JD.com. Alibaba dan Tmall mengalami peningkatan penjualan online hingga 60%, sedangkan JD mengalami peningkatan hingga 130%. Peningkatan yang signifikan itu banyak dipengaruhi meningkatnya penggunaan ecommerce pedesaan, global, dan koneksi online-untuk-offline. Dibanding dengan konsumsi di Amerika Utara, Eropa, Jepang, dan Korea, konsumsi domestik Tiongkok pasarnya sangat besar, dan daya belanja online sangat menguntungkan. Dari data Ministry of Commerce, dari Januari hingga September 2015, total penjualan barang-barang konsumsi tumbuh 10,5% (y-o-y) atau sebesar 21,6 trilliun yuan (US$ 3,4 triliun). Penjualan online tumbuh 36,2% atau mencapai 2,6 triliun yuan. Angka itu terus meningkat dengan membaiknya infrastruktur pembelian online seperti bandwith, akses internet ke pedesaan, sistem pembayaran online, hingga aspek logistik pengantaran barang. 2. Renminbi Qualified Foreign Institutional Investor (RQFII). Program Renminbi Qualified Foreign Institutional Investor (RQFII) merupakan suatu upaya internasionalisasi mata uang Renminbi (RMB), juga merupakan upaya RR Tiongkok (RRT) / RR China untuk mengizinkan secara selektif, investor institusi global untuk berinvestasi dalam mata uang RMB. Program ini telah beroperasi lebih dari satu dekade, dan alokasi izin kuota mata uang RMB terus berkembang. Pada akhir April 2011, 103 investor berlisensi telah diberikan kuota total sebesar US$ 20,7 miliar. Pada April 2012, kuota investasi itu meningkat menjadi US$ 30 miliar. Akhir Februari 2014, kuota total tercatat US$ 52,3 milyar. RRT memberikan 50 miliar yuan (US$ 7,8 milyar) kepada Malaysia di bawah program Renminbi Qualified Foreign Institutional Investor (RQFII). Sebagai komitmen pemerintah RRT memperkuat kerjasama keuangan dengan Malaysia. PM Li Keqiang menyerukan upaya bersama RRT dan Malaysia untuk menstabilkan pasar keuangan dan meningkatkan investasi serta kerjasama perdagangan untuk mengatasi ketidakstabilan keuangan global, dan penurunan indikator ekonomi lainnya. PM Li Keqiang berharap pengusaha Tiongkok melakukan pengembangan dan meningkatkan permintaan domestik pada kerja sama keuangan dan perdagangan itu, untuk mendapatkan peluang bisnis dengan perusahaan Malaysia. Importasi produk asing RRT dalam 5 tahun ke depan, diharapkan US$10 triliun. Dan, RRT semakin membuka pasarnya kepada negara asing, termasuk Malaysia. Sehingga, peningkatan komitmen antara kedua Negara ke arah yang lebih baik. Kedua negara semakin menunjukkan peningkatan kerjasamanya. Dari sisi perdagangan, selama 3 tahun terakhir total perdagangan Malaysia dan RRT terus meningkat, dimana Malaysia mencatatkan surplus perdagangan dengan RRT. Data perdagangan hingga Oktober 2015, total perdagangan Malaysia - RRT sebesar US$ 80,47 milyar, turun 3,08% dibanding Oktober 2014 sebesar US$ 83,02 milyar. Pada Oktober 2015, RRT mengimpor dari Malaysia sebesar US$ 43,57 milyar. Sedangkan, RRT mengekspor ke Malaysia sebesar US$ 36,9 milyar. Berbagai kebijakan diantara kedua negara di berbagai sektor semakin kuat. Malaysia, merupakan negara dengan total perdagangan tertinggi dengan RRT diantara negara ASEAN lainnya. Perwujudan dari pelaksanaan kerja sama yang nyata antara kedua negara. Malaysia dan RRT memiliki beberapa wilayah pengembangan industri (value added). Seperti elektronik, manufaktur industri dan sebagainya, telah dibangun di Malaysia untuk memenuhi kebutuhan domestik RRT. RRT selain meningkatkan quota investasi bagi Malaysia, juga meningkatkan investasi kuota untuk Singapura, dalam skema RQFII menjadi 100 milyar yuan (US$ 15,7 milyar). Indonesia perlu memanfaatkan kondisi yang sama dengan meningkatkan kerja sama di bidang industri manufaktur, yang dapat memenuhi permintaan domestik di RRT seperti industri pengolahan mineral yang dibutuhkan oleh RRT. Berbagai program dari RRT yang sedang dijalankan seperti “One Belt One Road” dan “Made in China 2025”, dapat dimanfaatkan industri manufaktur di Indonesia. Seperti dalam pelaksanaan program “Made in China 2025”, program ini merubah Tiongkok dari Manufacturing Giant menjadi Manufacturing Power. Indonesia sebaiknya fokus pada rantai pasok dari pemenuhan salah satu sektor dari “Made in China 2025”, seperti sektor peningkatan industri kapal laut Tiongkok. Dan, di sektor power energy dimana Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan secara efisien. 3. The 8th China (Zhengzhou) International Agro-Product Trade Fair 2015. China Agricultural Wholesale Markets Association (CAWA) dan Pemerintah kota Zhengzhou mengadakan pameran The 8th China (Zhengzhou) International AgroProduct Trade Fair 2015, tanggal 27-29 November 2015, di Zhengzhou International Convention and Exhibition Center. Pameran ini diikuti sekitar 200 perusahaan sektor pertanian dari Tiongkok. Perusahaan2 itu memamerkan berbagai produk pertanian dan turunannya seperti beras, kedelai, sayuran-sayuran, buahbuahan, teh, kopi, madu, produk peternakan, daging sapi, dan sebagainya. Pada 27 November 2015, dilakukan pembukaan oleh perwakilan Propinsi Henan, Kota Zhengzhou, AQSIQ, China General Chamber of Commerce, CCPIT, World Union of Whosales Markets, CAWA, dan lainnya. Turut hadir Duta Besar Peru dan perwakilan dari Kedutaan negara lainnnya seperti Australia, Bangladesh, India, Iran, Islandia, Laos, Malaysia, Meksiko, Mesir, Pakistan, Peru, Poland, Spanyol, Turki, dan Ukraina. Pada saat itu, Atdag Beijing melakukan pertemuan dengan perusahaan anggota CAWA, Hefei Fengle Co. Ltd. untuk menawarkan kerja sama impor produk pertanian dari Indonesia, seperti kacang dan buah. Mereka berminat mencari produk kacang mete asal Indonesia. Selanjutnya, pihak CAWA melakukan International Roundtable Meeting on International Produce Circulation and Food Trade. Roundtable yang dihadiri pengusaha dan anggota CAWA, dipimpin Chairman CAWA untuk membahas mengenai kondisi pertanian di Tiongkok. Sebagai pembicara diantaranya perwakilan dari AQSIQ yang menyampaikan bahwa pemerintah Tiongkok melakukan berbagai upaya untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada produk pertanian yang berkualitas, khususnya produk dari luar negeri. AQSIQ dalam menjalankan upaya tersebut melakukan dalam 3 tahap, yakni tahap mengajukan akses pasar untuk produk pertanian yang akan melakukan importasi ke Tiongkok, tahap proses aksepsi produk pertanian tersebut, dan tahap supervisi terhadap produk tersebut setelah memasuki pasar Tiongkok. AQSIQ juga menekankan agar produk pertanian yang memasuki pasar Tiongkok, mematuhi aturan-aturan standar yang telah ditetapkan, seperti standar kandungan, higienitas, label, dan sebagainya. Selain AQSIQ, roundtable ini juga diisi presentasi dari Spanyol, Australia, dan Meksiko. Dalam kesempatan roundtable itu, Atdag berdiskusi dengan pihak AQSIQ dalam melakukan importasi produk pertanian Indonesia, khususnya buah-buahan. Disampaikan bahwa pasar domestik Indonesia saat ini semakin tumbuh, dan membuka peluang kerja sama perdagangan dan investasi yang menguntungkan di sektor pertanian. Juga disampaikan bahwa aturan importasi produk pertanian seperti impor sapi dan daging, dipermudah untuk memenuhi pasar domestik Indonesia. Atdag menilai kegiatan pameran dan roundtable yang dikoordinir CAWA sangat baik untuk lebih memahami potensi pasar produk pertanian di Tiongkok, juga memberikan pemahaman mengenai aturan-aturan yang diterapkan Pemerintah Tiongkok. Kegiatan ini juga menjadi forum yang baik untuk menyampaikan perkembangan di Indonesia di sektor pertanian, dan mempromosikan produk pertanian Indonesia. Dengan kerja sama yang baik dengan CAWA maupun dengan asosiasi pengusaha lainnya yang terus meningkat, dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan produk Indonesia ke Tiongkok. (bth) Sumber : Laporan Atdag Beijing, RR China, November 2015