ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK

advertisement
ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH
UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH
kreditgogo.com
I.
Pendahuluan
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil,
makmur dan sejahtera,
pemerintah perlu menyelenggarakan pembangunan dalam segala aspek. Salah satu upaya
pembangunan dalam kerangka pembangunan nasional yang diselenggarakan Pemerintah
adalah pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Dalam melaksanakan program
pembangunan, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat memerlukan sumber
daya, yang diantaranya adalah tanah.
Kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara dan masyarakat yang
harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.1 Salah satu cara untuk mewujudkan kepentingan umum tersebut dilakukan dengan
pengadaan tanah. Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara
memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.2
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi
pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa,
negara dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
Penyelenggaraan pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan oleh
Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh instansi-instansi pemerintah. Instansi
penyelenggara pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah lembaga negara,
kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian, pemerintah provinsi, pemerintah
1
Perpres No. 30 Tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pasal 1 ayat (6)
2
Ibid, Pasal 1 ayat (2)
1
kabupaten/kota, dan Badan Hukum Milik Negara/Badan Usaha Milik Negara yang
mendapat penugasan khusus Pemerintah. Objek Pengadaan Tanah tersebut adalah tanah,
ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan
tanah, atau lainnya yang dapat dinilai.
Dalam pengadaan tanah, tidak dapat dilepaskan dengan adanya pajak. Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Hal paling penting dalam pajak adalah Subyek Pajak, Obyek Pajak
dan tarif Pajak. Pengertian dari ketiga hal tersebut adalah :
a. Subjek Pajak adalah pihak-pihak yang dikenai kewajiban untuk melaksanakan
pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya. Dapat meliputi orang pribadi maupun
badan (perusahaan).
b. Objek Pajak ialah segala sesuatu yang karena undang-undang dapat dikenakan pajak.
Kata "dapat" dikenakan pajak mengandung makna bahwa objek pajak boleh atau tidak
boleh kena pajak.
c. Tarif pajak adalah suatu penetapan atau prosentase berdasarkan undang-undang yang
digunakan untuk menghitung dan/atau menentukan jumlah pajak yang harus dibayarkan,
disetor dan/atau dipungut oleh wajib pajak.
Peraturan induk tentang jenis-jenis pajak yang berkaitan dengan pengadaan tanah
diatur dalam peraturan perundang-undangan, yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana terakhir diubah dengan UndangUndang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah;
Pelaksanaan masing-masing dari undang-undang tersebut telah diatur secara
teknis dalam peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dari peraturan pemerintah
sampai dengan peraturan dirjen pajak.
II.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, ditarik permasalahan-permasalahan aspek
pajak dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagai berikut:
1. Jenis pajak apa yang dikenakan dalam pengadaan tanah yang dilaksanakan oleh
pemerintah untuk kepentingan umum.
2. Berapakah tarif pajak atas pengadaan tanah untuk kepentingan umum tersebut.
2
III. Pembahasan
Peraturan tentang pajak tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan,
tidak kecuali peraturan tentang pajak dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
Pajak yang terkait dengan pengadaan tanah adalan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penghasilan (PPh). Tinjauan atas pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan tanah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN diatur dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Undang-undang tentang
PPN tersebut dalam perkembangannya telah mengalami tiga kali perubahan yaitu:

UU No. 11 Tahun 1994, telah diubah dengan
UU No. 18 Tahun 2000, telah diubah terakhir dengan

UU No. 42 Tahun 2009.
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau
jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen atau secara cuma-cuma/hadiah.
PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, karena pajak tersebut disetor oleh pihak lain
sebagai pemungut, yang bukan penanggung pajak.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang
atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Dalam perhitungan
PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan.
Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan
pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau
membuat produknya.
Obyek PPN menurut Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 sebagaimana
diubah terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009 adalah:
a.
penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha;
b.
impor Barang Kena Pajak;
c.
penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah yang dilakukan oleh pengusaha;
d.
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
e.
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
f.
ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Kena Pajak;
g.
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Kena Pajak; dan
h.
ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Tarif pajak pertambahan nilai yang dianut di Indonesia adalah tarif tunggal yaitu 10%
(sepuluh persen). Tarif pajak sebagaimana tersebut dapat diubah menjadi paling rendah
5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya
3
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Disamping itu tarif PPN sebesar 0% dapat
dikenakan atas:
a.
ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b.
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
c.
ekspor Jasa Kena Pajak.
Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu
dalam kelompok barang sebagai berikut:3
a.
barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung
dari
sumbernya;
b.
barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
c.
makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa
boga atau katering; dan
d.
uang, emas batangan, dan surat berharga.
Dengan demikian PPN tidak termasuk dalam pajak yang dikecualikan untuk
pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
2. Pajak Penghasilan Final (PPh Final)
Pajak penghasilan diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana beberapa kali mengalami perubahan yaitu:
a.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991;
b.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994;
c.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000;
d.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun.4
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas
penghasilan yang diterima dalam tahun pajak. Oleh karena itu Pajak Penghasilan melekat
pada subyeknya.5 Pajak Penghasilan termasuk salah satu jenis pajak subjektif. Subyek
pajak akan dikenai pajak apabila dia menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan, subyek pajak yang menerima atau memperoleh
3
Undang Undang No. 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Pasal 4
4
Undang Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 4
5
Undang Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal
1
4
penghasilan disebut sebagai Wajib Pajak. Demikian pula atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan atau
bangunan, terutang Pajak Penghasilan dan dalam hal ini yang bersifat final.6
Beberapa peraturan tentang Pengenaan pajak Penghasilan yang berkaitan
dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dapat ditemui dalam peraturanperaturan sebagai berikut:
a.
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016 Tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya,
b.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 635/KMK.04/1994 tentang Pelaksanaan
Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan hak atas tanah
dan/atau Bangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2008,
c.
Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER – 28/PJ/2009, 20 April 2009 tentang
Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang
Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah
dan atau Bangunan.
Kriteria tentang jenis penghasilan dari transaksi dan subyek atas pengalihan hak
atas tanah dan bangunan yang dapat dikenakan PPh, menurut PP No. 34 Tahun 2016
Pasal 1 adalah:
a. ayat (1) Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari:
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
b. perjanjian
pengikatan
jual
beli
atas
tanah
dan/atau
bangunan
beserta
perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat final.
b. ayat (2) Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh pihak
yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui penjualan, tukarmenukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang
disepakati antara para pihak.
c. ayat (3) Penghasilan dari perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan
beserta perubahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
penghasilan dari:
a. pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli pada
saat pertama kali ditandatangani; atau
6
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2016 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya
5
b. pihak pembeli yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli
sebelum terjadinya perubahan atau adendum perjanjian pengikatan jual beli, atas
terjadinya perubahan pihak pembeli dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut.
Pembayaran atas PPh tersebut berdasarkan Pasal 3 PP No. 34 Tahun 2016
dilakukan oleh Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan
dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan, wajib menyetor sendiri Pajak
Penghasilan yang terutang ke bank/pos persepsi sebelum akta, keputusan, kesepakatan,
atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang.
Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dipungut
oleh bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang
menyetujui tukar menukar. Bendahara pemerintah atau pejabat wajib menyetor Pajak
Penghasilan yang telah dipungut ke bank/pos persepsi sebelum melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau badan yang berhak menerimanya atau sebelum tukar menukar
dilaksanakan.(3) Penyetoran pajak) dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak atas nama
orang pribadi atau badan yang menerima pembayaran atau yang melakukan tukarmenukar. Bendahara pemerintah atau pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menyampaikan laporan mengenai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
kepada Direktur Jenderal Pajak.7
Pengecualian dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan
atas penghasilan adalah 8 :
a. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak
yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto
pengalihannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
b. orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan
dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
hibahtersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
7
8
PP 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah
dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya, Pasal 4.
PP 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah
dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya, Pasal 6
6
c. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan
cara hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
d. pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan karena waris;
e. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dalam
rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang telah ditetapkan
Menteri Keuangan untuk menggunakan nilai buku;
f.
orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan dalam
rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna, atau
pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan; atau
g. orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan
pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan.
Nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dalam penentuan besarnya
pajak dihitung berdasarkan:9
a. nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal pengalihan hak
kepada pemerintah;
b. nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang
(Vendu Reglement Staatsblad Tahun 1908 Nomor 189 beserta perubahannya);
nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa,
Selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b
Besarnya pajak penghasilan pengalihan atas tanah dan/atau bangunan sebesar:10
a. 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/
atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan berupa Rumah
Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan;
b. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan; atau
c. 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus dari
9
Ibid, Pasal 2 ayat (2)
10
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2016 Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya, Pasal 2 ayat (1)
7
Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus dari
kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.
Yang dimaksud pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
berdasarkan Pasal 10 UU No. 2 Tahun 2012, yang digunakan untuk pembangunan:
a. pertahanan dan keamanan nasional;
b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas
operasi kereta api;
c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan
sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;
d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;
g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;
h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;
i.
rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;
j. fasilitas keselamatan umum;
k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;
l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;
m. cagar alam dan cagar budaya;
n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;
o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan
untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;
p. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;
q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan
r. pasar umum dan lapangan parkir umum.11
IV. Penutup
Pengenaan Pajak atas Pengadaan tanah untuk kepentingan umum, diatur secara
terpisah-pisah dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Pengadaan Tanah untuk
kepentingan umum oleh instansi pemerintah wajib dikenakan PPN, hal ini berdasarkan
Pasal 4 UU No. 42 Tahun 2009 dimana Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum tidak
termasuk dalam golongan yang dikecualikan untuk dikenakan PPN. Tarif dalam pengenaan
PPN tersebut adalah adalah tarif tunggal yaitu 10% (sepuluh persen), sedangkan untuk
besarnya pajak penghasilan pengalihan atas tanah dan/atau bangunan sebesar 0% (nol
persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah, badan
11 Undang-Undnag Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Pasal 10.
8
usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha
milik daerah yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah, sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas
Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya.
Pengecualian dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan atas
penghasilan adalah orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak
Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah
bruto pengalihannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
9
Daftar Pustaka
Peraturan perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
sebagaimana telah
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1993 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1991
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 635/KMK.04/1994 Tentang Pelaksanaan Pembayaran
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2008 Tentang Perubahan Kedua atas
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/1994 Tentang Pelaksanaan Pembayaran
Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER – 28/PJ/2009, 20 April 2009 Tentang Pelaksanaan
Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.33/1996 tentang Pembayaran Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan emerintah
No. 71 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
1994 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan
10
Penyusun:
Tim Unit Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan
Selatan
Disclaimer:
Seluruh informasi yang disediakan dalam tulisan hukum adalah bersifat umum dan disediakan
untuk tujuan pemberian informasi hukum dan bukan merupakan pendapat instansi.
11
Download