E-46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan yang stabil merupakan sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga dalam kondisi shock tetap mampu melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara baik. Dalam rangka mendukung hal dimaksud diperlukan pemahaman dengan melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan. Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai penyebab yang umumnya merupakan kombinasi antara kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku. Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal (internasional) dan internal (domestik). Risiko yang sering menyertai kegiatan dalam sistem keuangan antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional. Sejalan dengan hal tersebut dan adanya kecenderungan globalisasi sektor finansial yang didukung oleh perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa perbedaan waktu (time lag) dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan menjadi semakin dinamis dan beragam dengan kompleksitas yang semakin tinggi menjadikan Bank sebagai lembaga intermediasi dan lembaga jasa pelayanan masyarakat dituntut untuk selalu mengembangkan produk dan aktivitas untuk melayani masyarakat pada umumnya. Produk dan aktivitas yang ditawarkan perbankan berkembang menjadi semakin kompleks dan bervariasi. Hal tersebut menjadikan eksposur risiko yang ditanggung Bank menjadi semakin tinggi. Peningkatan risiko harus diimbangi dengan pengendalian risiko yang memadai, sehingga diperlukan peningkatan kualitas penerapan Manajemen Risiko, antara lain dengan peningkatan kualitas pelaporan produk atau aktivitas baru tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, aspek hukum, kompetensi pegawai, dan kesiapan infrastruktur (termasuk kebijakan dan prosedur) serta kehandalan teknologi informasi. Berbagai perkembangan tersebut dapat menjadi salah satu sumber pemicu ketidakstabilan sistem keuangan. Pada umumnya, identifikasi sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya bersifat forward looking sehingga dapat diketahui potensi risiko yang akan timbul dan berpengaruh terhadap kondisi sistem keuangan. Salanjutnya, atas dasar hasil identifikasi dilakukan analisis potensi risiko termasuk potensi sebarannya hingga mampu menurunkan kinerja perekonomian. Adapun hubungan stabilitas sistem keuangan dan stabilitas moneter sebagaimana bagan berikut. Halamanan 1 E-46 Sistem keuangan memegang peranan penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana pihak yang mengalami surplus kepada pihak yang mengalami defisit. Apabila sistem keuangan tidak stabil dan tidak berfungsi secara efisien, pengalokasian dana tidak akan berjalan dengan baik sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Sehubungan dengan hal tersebut, upaya untuk menghindari atau mengurangi risiko kemungkinan terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan sangatlah diperlukan, terutama untuk menghindari kerugian individual dan memburuknya perekonomian. Dalam rangka mendukung hal dimaksud diperlukan penyusunan laporan dan informasi guna mendukung pengambilan kebijakan di bidang moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan perbankan. Cakupan informasi dalam kaitannya dengan lembaga keuangan, perbankan khususnya, antara lain kondisi keuangan dan kegiatan usaha bank, baik secara individual maupun secara konsolidasi dengan perusahaan anak. Penyediaan informasi diperlukan sistem pelaporan yang terintegrasi yang implementasinya dilakukan secara bertahap dimulai dari penyampaian laporan per individual bank. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan penerapan sistem informasi pada perusahaan, khususnya yang bergerak pada bidang perbankan. Halamanan 2 E-46 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Secara umum, sistem informasi adalah kombinasi teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi untuk mendukung operasi dan manajemen. Sedangkan yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah teknologi terkait dengan sarana komputer, telekomunikasi dan sarana elektronis lainnya yang digunakan dalam pengolahan dana keyangan dan atau pelayanan perbankan. Istilah tersebut tidak terbatas hanya digunakan pada penggunaan organisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), namun mencakup orang yang berinteraksi dengan teknologi dalam rangka mendukung proses bisnis. Difinisi lain sistem informasi adalah berikut : Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) Sistem informasi adalah sebuah sistem informasi yang mempunyai fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik. Bodnar dan HopWood (1993) Sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna. Alter (1992) Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah perusahaan. Dengan demikian, sistem informasi merupakan proses menjalankan fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk kepentingan tertentu. Komponen sistem informasi disebut blok (building block), terdiri dari 9 (sembilan) komponen, yaitu: a. Komponen input Merupakan data yang masuk dalam sistem informasi, termasuk metode dan media untuk mengakomodir data yang akan dimasukkan, dapat berupa dokumen dasar. b. Komponen model Komponen model terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan menganalisa data input yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan guna menghasilkan output yang diinginkan. c. Komponen output Merupakan hasil dari informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua pemakai sistem. d. Komponen teknologi Halamanan 3 E-46 Teknologi merupakan “tool box” dalam sistem informasi yang digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan output, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. e. Komponen hardware Hardware berfungsi sebagai suatu media penyimpanan bagi sistem informasi, yaitu tempat menyimpan database atau sebagai sumber data dan informasi dalam rangka memperlancar dan mempermudah bekerjanua sistem informasi. f. Komponen software Software berfungsi sebagai alat untuk mengolah, menghitung dan memanipulasi data yang diambil dari hardware dalam rangka menciptakan informasi. g. Komponen basis data (database) Basis data (database) merupakan kumpulan data yang memeiliki keterkaitan dan hubungan satu dengan lain yang tersimpan dalam perangkat keras komputer dan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Penyimpanan databased untuk mendukung penyediaan informasi lebih lanjut. Data dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak paket yang disebut DBMS (Database Management System). h. Komponen kontrol Komponen kontrol digunakan sebagai pengendali dalam rangka menditeksi timbulnya beberapa hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti temperatur, api, air, debu, kecurangan, bencana alam, dan kegagalan system. Sehubungan dengan hal dimaksud, pengendalian harus dirancang agar dapat meyakinkan bahwa sesuatu hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah dan apabila telah terjadi kesalahan dapat segera diatasi (action). i. Komponen Jaringan Dalam rangka menghubungkan perangkat keras komputer dengan sebuah sistem diperlukan media untuk menghubungi antara hardware dan software. Komponen jaringan terdiri dari hardware dan software jaringan. Hardware berupa penghubung jaringan (Network Interface Card), media penghubung jaringan, HUB (konsentrator), repeater, bridge, dan router. Sedangkan komponen software jaringan berupa sistem operasi jaringan, network adapter drive, dan protokol jaringan. Halamanan 4 E-46 2.2. Peranan Sistem Informasi dalam Organisasi Peranan sistem informasi di suatu organisasi sangat signifikan dalam rangka menyelaraskan berbagai unsur yang memiliki saling keterkaitan sehingga mampu menghasilkan sistem informasi yang utuh, lengkap dan komprehensif dalam rangka mengambil keputusan yang cepat dan akurat. Dalam hal sistem tersebut cukup kompleks maka perlu diuraikan menjadi beberaoa subsistem untuk mendukung terlaksananya perencanaan dan pengendalian operasional. Dalam menguraikan informasi menjadi subsistem memungkinkan dilaksanannya penguraian lebih lanjut setiap subsistem yang diuraikan dan dirancang secara cermat agar sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan. Menurut O’Brien (2005), terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu: 1. Mendukung proses bisnis dan operasional. 2. Mendukung pengambilan keputusan. 3. Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil baik mengatasi masalah bisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi bisnis saat ini. Sistem informasi merupakan suatu sistem yang saling berinteraksi dengan lingkungan dan melalui suatu siklus yang disebut siklus sistem informasi. Siklus tersebut terdiri dari input, process, dan output (IPO). Siklus IPO menggambarkan bagaimana sistem memperoleh input dari luar dan kemudian diproses sehingga menghasilkan suatu output. Output yang dihasilkan akan dikembalikan sebagai information service. Terdapat tiga bagian utama sistem informasi yaitu: 1. Data yang mendukung informasi, 2. Prosedur bagaimana mengoperasikan sistem informasi; 3. Orang yang membuat produk, memecahkan masalah, membuat keputusan dan menggunakan sistem informasi Sistem informasi mulai pada tahap operasional (pemrosesan transaksi) sampai dengan penggunaan internet (e-commerce/e-business) mempunyai tiga peran utama, yaitu: 1. Mendukung proses bisnis dan operasional; 2. Mendukung pengambilan keputusan oleh karyawan dan manajemen; 3. Mendukung strategi untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Kebutuhan informasi dalam suatu organisasi ditentukan oleh karakteristik usaha dari perusahaan yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem informasi yang dibangun sebuah organisasi harus mampu mengakomodasi kebutuhan organisasi sesuai dengan jenjang manajemen. Dalam organisasi tradisional umumnya terdapat 4 kelompok manajemen, yaitu : Halamanan 5 E-46 1. Manajemen tingkat atas (manajemen strategis) : manajemen level tertinggi yang bertugas mengambil keputusan strategis, yaitu keputusan yang sangat kompleks dan strategis perusahaan. 2. Manajemen tingkat menengah (manajemen taktis): manajemen yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan taktis, yaitu keputusan-keputusan yang mengimplementasikan strategi organisasi untuk mencapai visi dan misi. 3. Manajemen tingkat bawah: manajemen yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan operasional organisasi dengan fokus utama operasional sehari-hari, dan melakukan tindakantindakan koreksi jika sewaktu-waktu dibutuhkan. 4. Para pegawai non-manajemen: semua pegawai yang tidak termasuk dalam manajemen. Arus informasi dalam organisasi mengalir baik secara vertikal maupun horisontal. Arus informasi vertikal dibedakan menjadi arus informasi vertikal ke atas dan vertikal ke bawah. Arus informasi vertikal ke bawah berupa strategi, sasaran, dan pengarahan. Arus informasi vertikal ke atas berupa ringkasan kinerja organisasi. Lebih lanjut, penerapan sistem informasi memberikan beberapa manfaat, yaitu : 1. Meningkatkan efisiensi operasional Investasi teknologi sistem informasi meningkatkan efisiensi operasional sehingga perusahaan dapat menjalankan strategi keunggulan biaya (low-cost leadership) dan menciptakan barriers to entry sejalan dengan meningkatkan biaya investasi guna mengantisipasi persaingan pasar. 2. Memperkenalkan inovasi dalam bisnis Tujuan sistem informasi strategis adalah membangun switching costs antara perusahaan dengan stakeholder. 3. Membangun sumber-sumber informasi strategis Teknologi sistem informasi menjadikan perusahaan memiliki sumber informasi strategis sehingga memiliki kesempatan keuntungan strategis. Dalam kaitannya dengan perbankan, yang dimaksud dengan teknologi informasi adalah teknologi terkait saran akomputerm telekomunikasi dan sarana elektronis lainnya yang digunakan dalam pengolahan data keuangan dan atau pelayanan kepada nasabah. Penggunaan teknologi informasi diperlukan bank dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan operasional Bank. Dengan perkembangan teknologi informasi memungkinkan Bank meningkatkan pelayanan kepada nasabah melalui produk-produk yang ditawarkan. Halamanan 6 E-46 BAB III PEMBAHASAN KASUS Dalam rangka meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, Bank dituntut untuk mengembangkan strategi bisnis antara lain dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Pengembangan strategi tersebut selanjutnya mendorong Bank untuk melakukan investasi teknologi informasi yang digunakan untuk pemrosesan transaksi dan informasi. Keberhasilan Bank dalam mengelola teknologi informasi akan menentukan keberhasilan Bank dalam menghasilkan sistem informasi manajemen yang lengkap, akurat, utuh, aman, konsisten dan tepat waktu. Informasi merupakan aset yang sangat penting bagi Bank, baik informasi yang terkait dengan nasabah, keuangan maupun informasi lainnya. Kebocoran dan gangguan teradap informasi tersebut akan berdampak financial maupun non financial kepada Bank dan nasabahnya, bank lain bahkan terhadap sistem perbankan secara nasional maupun internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank harus memastikan bahwa sistem informasi manajemen dapat menghasilkan informasi yang diperlukan dalam rangka mendukung peran dan fungsi manajemen secara efektif. Sistem informasi manajemen harus mampu menyajikan informasi yang dibutuhkan secara secara lengkap, akurat, terkini, utuh, aman, nenar, konsisten, tepat waktu, relevan dan dapat diaplikasikan untuk mempermudah proses perencanaan dan pengambialan keputusan yang mendukung strategi sejalan dengan visi dan misi suatu Bank. Selain itu sistem informasi yang dimiliki bank harus mampu memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Menfasilitasi pengelolaan operasional bisnis Bank termasuk pelayanan kepada nasabah, 2. Mencatat dan mengumpulkan informasi secara obyektif, 3. Mendistribusikan data dan informasi ke berbagai satuan kerja sesuai dengan jenis informasi, kualitas dan kuantitas maupun frekuensi dan waktu pengiriman laporan yang dibutuhkan, 4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi di Bank, 5. Membantu Bank meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, 6. Mendukung proses penilaian kinerja seluruh satuan kerja. Kemajuan teknologi dapat meningkatkan ketersediaan informasi sehingga satuan kerja teknologi informasi memegang peranan yang penting dalam efektivitas sistem informasi menajemen suatu Bank. Namun demikian, penggunaan teknologi informasi selain meningkatkan kecepatan dan keakuratan transaksi dan layanan kepada nasabah juga meningkatkan beberapa risiko terkait, seperti risiko operasional, legal, kepatuhan, strategis dan reputasional. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perbankan nasional diharapkan memiliki manajemen risiko yang mampu melakukan identifikasi, Halamanan 7 E-46 pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Adapun jenis-jenis risiko terkait teknologi informasi adalah: 1. Risiko Operasional. Penggunaan teknologi informasi dapat meninbulkan terjadinya risiko operasional yang disebabkan ketidaksesuaian desain, implementasi, pemeliharaan sisten atau komputer dan perlengkapannya, metode pengamanan, testing dan standar internal audit serta jasa pihak lain dalam penggunaan teknologi informasi. 2. Risiko Kepatuhan. Risiko ini dapat terjadi apabila Bank tidak memiliki sitem yang dapat memastikan kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku, seperti kerahasian data nasabah dan perhitungan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK). Ketidakmampuan Bank memitigasi risiko kepatuhan akan berdampak pada risiko reputasi sehingga pada akhirnya Bank akan sulit melakukan pengembangan usaha. 3. Risiko Hukum. Bank dapat menghadapi risiko hukum yang disebabkan tuntutan hukum dari pihak ketiga akibat ketiadaan peraturan yang mendukung atau kelemahan perikatan sepertinya tidak dipenuhinya syarat yang ditetapkan dalam suatu kontrak dengan pihak ketiga. 4. Risiko Strategis. Risiko strategis timbul akibat ketidaksesuaian teknologi informasi yang digunakan Bank dengan tujuan strategis Bank dan rencana strategis yang dibuat dalam mencapai tujuan tersebut. Kondisi tersebut disebabkan kualitas impelmentasi maupun sumber daya yang dibunakan teknologi kurang memadai. Sumber daya tersebut mencakup saluran komunikasi, operating sistem, delivery network serta kapasitas dan kapabilitas pengelola teknologi informasi. 5. Risiko Reputasi. Risiko ini merupakan dampak terakhir dari risiko lainnya. Opini negatif masyarakat akibat kegagagaln sistem yang mendukung produk yang ditawarkan dan ketidakmampuan Bank memberikan dukungan layanan nasabah pada saat terjadi kegagalan sistem (downtime). Opini negatif tersebut berdampak menurunkan loyalitas nasabah akibat keidaknyamanan pelayanan Bank. Dengan adanya beberapa risiko sebagaimana diuraikan di atas, maka manajemen Bank harus menggunakan proses analisis yang ketat, menyeluruh, hati-hati dan akurat untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi risiko serta memastikan pengendalian risiko yang diterapkan. Untuk mendukung hal tersebut, peniliaan risiko yang dilakukan Bank harus berkesinambungan yang meliputi: (i) pengumpulan data dan dokumen, (ii) analisis risiko, (iii) penetapan prioritas dan (iv) pemantauan kegiatan pengendalian dan mitigasi, Sehubungan dengan uraian di atas, berikut faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan penerapan sistem informasi pada suatu Bank, antara lain: Halamanan 8 E-46 1. Kesuksesan/Keberhasilan. Saat ini, pengembangan teknologi informasi di perbankan semakin pesat, mengingat dengan teknologi informasi manajemen sebuah Bank dapat dilakukan lebih efisien, bahkan keberhasilan manajemen dalam mengelola suatu Bank dipengaruhi oleh kualitas kinerja teknologi sistem informasi. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi kesuksesan/keberhasilan antara lain: a. Peran dan tanggung jawab manajemen. Mengacu pada Undang-Undang Perseroan terbatas, fungsi Dewan Komisaris adalah mengawasi kebijakan Direksi dalam operasional Bank serta memberi nasehat pada Direksi. Dengan demikian, Dewan Komisaris diharapkan memiliki komitmen dan berperan serta dalam kegiatan yang terkait teknologi informasi. Disisi lain, Direksi mempunyai tanggung jawab menetapkan rencana strategi dan pengembangan teknologi informasi serta menetapkan kebijakan dan prosedur terkait penyelenggaraan teknologi informasi yang memadai dan mengkomunikasikannya kepada satuan kerja penyelenggara maupun pengguna teknologi informasi. b. Rencana strategis teknologi informasi. Bank wajib memiliki rencana strategis teknologi informasi (information technology strategic plan). Rencana strategis teknologi informasi menggambarkan visi dan misi teknologi informasi suatu Bank, strategi yang mendukung visi dan misi serta prinsip-prinsip yang menjadi acuan pengguna teknologi informasi. Rencana tersebut akan diimplementasikan dalam satu tahun kedepan dijabarkan dalam Rencana Bisnis Bank. Dalam hal terdapat bagian dari stragis teknologi tersebut terkait dengan produk dan aktivitas baru serta jaringan kantor Bank maka harus diungkapkan. Dengan mempertimbangkan bahwa rencana strategis teknologi informasi bersifat jangka panjang maka untuk menjaga kesesuai dengan perkembangan usaha Bank maka Bank sebagiknya melakukan evaluasi secara berkala. c. Organisasi teknologi informasi. Bank wajib memiliki struktur organisasi yang bertanggung jawab terhadap kesinambungan dan kehandalan sistem dalam mendukung operasional dan pelaporan kepada stakeholder sesuai dengan skala dan karakteristik Bank yang bersangkutan. d. Kebijakan dan Prosedur. Bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur sebagai pedoman dalam menerapkan teknologi informasi dan sebagai baseline yang digunakan secara internal termasuk kebijakan manajemen risiko yang mampu mengidentifikasi, menukur dan memantau serta memitigasi pada setiap aktivitas bisnis. Proses manajemen risiko terkait teknologi informasi yang harus dilakukan Bank mencakup: (i) perencanaan penggunaan teknologi informasi, (ii) penilaian risiko teknologi informasi, (iii) penetapan proses pengukuran dan pemantauan risiko penyelenggaraan dan penggunaan teknologi informasi dan (iv) implementasi pengendalian teknologi informasi. e. Sumber Daya Manusia. Bank membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keahlian sesuai dan dapat mendukung pelaksanakaan fungsi teknologi informasi secara maksimal. Halamanan 9 E-46 f. Dokumentasi. Bank hatus memiliki dokumentasi kebijakan pengamanan dan manajemen risiko operasional yang jelas, lengkap dan dapat diaplikasikan terutama terkait dengan risiko yang melekat pada teknologi informasi. g. Tahap Uji Coba. Bank harus melakukan uji coba untuk memastikan keakuratan dan berfungsinya sistem aplikasi sesuai dengan kebutuhan dan hubungan sistem aplikasi tersebut dengan aplikasi lain yang telah digunakan Bank, Unji coba yang dapat dilakukan Bank antara lain: (i) unit testing, (ii) system integration system, (iii) stress testing dan (iv) user acceptance test. 2. Kegagalan. a. Perencanaan. Pengembangan dan pengadaan sistem teknologi informasi tidak disesuaikan dengan perkembangan bisnis dan karekteristik Bank. b. Sumber Daya. Sumber daya pendukung teknologi yang mendukung operasional Bank tidak memadai. Sumber daya tersebut mencakup saluran komunikasi, operating sistem, delivery network serta kapasitas dan kapabilitas pengelola teknologi informasi. c. Sumber daya manusia. Bank tidak memiliki sumber daya manusia yang memiliki kapabilitas terkait teknologi informasi (kualitas dan ketrampilan). Selain itu, Bank belum memastikan kecukupan pelatihan guna mendukung pengembangan sumber daya manusia dimaksud. d. Manajemen risiko. Proses manajemen risiko operasional teknologi informasi yang mencakup identifikasi, mengukur, mengendalikan dan memantau risiko belum dilakukan dengan optimal. e. Pengamanan. Informasi merupakan set yang sangat penting bagi Bank, sehingga informsi harus dilindungi atau dilindungi oleh seluruh personil di Bank. Pengamanan informasi sangat tergantung pada pengamanan terhadap semua aspek dan komnen terkait teknologi infomasi seperti perangkat lunas, perangkat keras, jaringan, peralatan pendukung dan sumber daya manusia. f. Pemeliharaan. Bank tidak melakukan pemeliharaan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak berkala dan berkesinambungan dalam rangka memastikan efektivitas operasional system. Halamanan 10 E-46 BAB IV KESIMPULAN 4.1. Kesimpulan 1. Terdapat beberapa faktor yang mendukung kesuksesan/keberhasilan dan yang menyebabkan kegagalan penerapan atau implementasi sistem informasi di suatu Bank. Beberapa faktor tersebut antara lain perananan manajemen, perencanaan, organisasi pendukung, kebikan dan prosedur serta sumber daya manusia. 2. Pengadanaan dan pengembangan teknologi informasi harus disesuaikan dengan perkembangan dan karakteristik usaha suatu Bank. 4.2. Saran Teknologi informasi merupakan aset penting karena operasional kegiatan usaha suatu Bank termasuk pemrosesan transaksi dan pelaporan sangat bergantung pada kehandalan teknologi informasi. Informasi yang dihasilkan sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan dan kehandalanan pelayanan. Sehubungan dengan hal tersebut, pengadaan dan pengembangan teknologi informasi harus mempertimbangkan skala serta karakteristik usaha suatu Bank dan agar memberikan manfaat yang optimal teknologi informasi harus dikelola secara efektif. Halamanan 11 E-46 DAFTAR PUSTAKA 1. http://antho-765.mhs.narotama.ac.id/2012/06/13/jawaban-uas-semester-genap-20112012-sisteminformasi-fe-reguler-a/ 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi 3. Ariefiani R, 2010, Faktor penentu kesuksesan dan kegagalan pengembangan sistem informasi di suatu perusahaan. http://rizma.blogstudent.mb.ipb.ac.id. [25 Desember 2010] 4. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, 2007, Ketentuan Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum, Jakarta, Bank Indonesia. 5. O’Brien, James A. 1999. Management Information Systems: Managing Information Tecnology in The Networked Enterprice, forth Edition, IRWIN, USA. 6. O’Brien, James A. 2002. Pengantar Sistem Informasi. Salemba Empat, Jakarta. 7. O’Brien JA, Marakas G. 2005. Management Information sistem. Ninth edition. Boston: Mc Graw Hill, Inc. 8. O’Brien, JA and George Marakas 2009. Management Information Sistem. Ninth Edition. McGraw-Hill.Inc. Boston. 9. O’Brian dan Marakas. 2008. Management Information System. McGraw Hill. Halamanan 12