HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI Galuh Tri Haswari 030113a029 ABSTRAK Status gizi ibu saat hamil ditentukan oleh status gizi saat ibu tersebut belum hamil, bahkan saat masih remaja. Jika memiliki lingkar lengan atas (LILA) kurang 23,5 cm, ibu tersebut disarankan untuk menunda kehamilan karena mengalami kekurangan energy kronis (KEK). Kondisi ini beresiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi bulan Januari-Desember 2014, sebanyak 1894 orang dengan sampel 288 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data yang digunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi, dengan p-value 0,048 < α (0,05). Hendaknya ibu hamil lebih memperhatikan gizinya selama menjalani kehamilan dengan mengkonsumsi makanan bergizi, mengurangi pekerjaan yang berat saat kehamilan dan rutin melakukan ANC sehingga kesehatan selama kehamilannya lebih terpantau, serta meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan bagi bayi BBLR. Kata Kunci : status gizi ibu hamil, kejadian berat bayi lahir rendah Kepustakaan : 37 Pustaka (2001-2011) ABSTRACT Maternal nutritional status during pregnancy is determined by the mother's nutritional status when not pregnant, even as a teenager. If the upper arm circumference (MUAC) less 23.5 cm, the mother is advised to postpone pregnancy because of a chronic energy deficiency (CED). These conditions are at high risk of having a baby with low birth weight (LBW). The purpose of this study was to determine the nutritional status of pregnant women relationship with the incidence of low birth weight babies in Permata Bunda Hospital Purwodadi. Design research is descriptive correlation with cross sectional approach. The population in this study were pregnant at Permata Bunda Hospital Purwodadi months from January to December 2014, as many as 1894 people with a sample of 288 people with purposive sampling technique. Analysis of the data used to chi-square test. The results showed that there is a relationship nutritional status of pregnant women with low birth weight incidence in Permata Bunda Hospital Purwodadi, with a p-value 0,048 < α (0,05). Pregnant women should pay more attention to the nutritional during their pregnancy by eating nutritious foods, reduce the heavy work during pregnancy and routine ANC so that health during pregnancy is monitored, as well as increasing knowledge about care for LBW infants. Keywords : nutritional status of pregnant women, the incidence of low birth weight Bibliography: 37 References (2001-2011) PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baikterhadap kesakitan maupun kematian. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI 2002. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia (SDKI) tahun 2007 memperlihatkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2012 meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes RI, 2012). Angka Kematian Bayi (AKB), per 1.000 kelahiran hidup periode 10 tahun terakhir sebelum survei menurut provinsi tahun 2012. Dari 33 provinsi di Indonesia, terdapat dua provinsi yang telah mencapai target MDGs 2015 untuk AKB yaitu Kalimantan Timur dan DKI Jakarta. Provinsi dengan AKB tertinggi terdapat di Papua Barat sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Gorontalo sebesar 67 dan Maluku Utara sebesar 62 per 1.000 kelahiran hidup. Terdapat 27% provinsi (9 provinsi) menunjukkan peningkatan kematian bayi antara tahun 2007-2012 yaitu Jawa Tengah (Dinkes RI, 2012). Angka Kematian Bayi (0-1 tahun) di Provinsi Jawa Tengah cenderung mengalami peningkatan yaitu di tahun 2008 sebesar 9,71%, tahun 2009 sebesar 10,37%, tahun 2010 sebesar 10,62%, tahun 2011 sebesar 10,34%, tahun 2012 sebesar 10,75% dan tahun 2013 sebesar 10,41% dengan rata-rata 5.865 kasus atau 10,41%. Angka kematian bayi per eks karesidenan di Provinsi Jawa Tengah untuk peringkat pertama Kabupaten Rembang sebesar 17,12%, Kabupaten Banjarnegara sebesar 16,61% dan Kota Salatiga sebesar 15,96%. Kabupaten Grobogan berada di peringkat 8 sebesar 14,14% (diatas 10,41%) (Dinkes Prov Jateng, 2013:27). Penyebab kematian bayi baru lahir yang biasanya tercatat dalam sertifikat kematian pada waktu itu adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Gibney, et.,al., 2009). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan. Terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram yaitu karena umur hamil kurnag dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dariu semestinya sekalipun umur cukup atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2009). Bayi BBLR mudah terkena penyakit infeksi, lebih mudah dan lebih lama sakit dan sakit yang di derita lebih berat serta mempunyai keterbatasan intelektual. Bayi yang dilahirkan dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) menyebabkan kondisi yang tidak menguntungkan dalam pertumbuhan, perkembangan, daya hidup dan perkembangan saat dewasa. Dua pertiga bayi dengan berat badan di bawah 2.000 gram di antaranya meninggal sampai usia enam tahun dengan tingkat kematian tertinggi terjadi pada tahun pertama (Sunarti, 2004). Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu faktor ibu, janin, plasenta dan lingkungan (Proverawati dan Sulistyorini, 2010:6). Asupan gizi ibu hamil yang kurang dan tidak mencukupi untuk menyediakan kebutuhan fisiologis kehamilan yakni perubahan hormon, meningkatnya volume darah untuk pertumbuhan janin sehingga suplai zat gizi pada janinpun berkurang. Akibatnya pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan lahir dengan berat yang rendah (Ma’rifah, 2011). Status gizi merupakan suatu dari kandungan makanan pokok yang diperlakukan untuk kesehatan dan kekuatan fisik manusia. Oleh karena itu, status gizi erat kaitannya dengan sejauh mana suatu makanan yang dikonsumsi oleh orang per orang (Purba, 2005). Status gizi seseorang pada dasarnya merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh (Sunarti, 2004). Pertumbuhan janin dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil. Status gizi ini berkaitan erat dengan berat badan ibu sebelum hamil. Selanjutnya status ini juga menentukan berapa kenaikkan badan yang ideal pada ibu tersebut saat hamil. Beberapa cara dapat digunakan untuk menilai status gizi seseorang (Wibisono dan Dwi, 2009). Status gizi ibu saat hamil ditentukan oleh status gizi saat ibu tersebut belum hamil, bahkan saat masih remaja. Jika memiliki lingkar lengan atas (LILA) kurang 23,5 cm, ibu tersebut disarankan untuk menunda kehamilan karena mengalami kekurangan energy kronis (KEK). Kondisi ini beresiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Susianto, 2010). Implikasi ukuran LILA terhadap berat bayi lahir adalah bahwa LILA menggambarkan keadaan konsumsi makanan terutama konsumsi energi dan protein dalam jangka panjang. Kekurangan energi secara kronis ini menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan fisiologi kehamilan yakni perubahan hormon dan meningkatkan volume darah untuk pertumbuhan janin, sehingga suplai zat gizi pada janin pun berkurang akibatnya pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan lahir dengan berat yang rendah (Depkes RI, 2006). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi diperoleh data untuk tahun 2013 terdapat 569 kasus BBLR dari 1276 persalinan (44,5%) yang terdiri bayi laki-laki 290 kasus dan bayi perempuan 279 kasus. Tahun 2014, pada bulan Januari-Juni terdapat 276 kasus BBLR dari 1164 persalinan (23,71%) yang terdiri dari bayi laki-laki 137 kasus dan bayi perempuan 139 kasus dan bayi meninggal 36 kasus. Berdasarkan hasil pengambilan secara acak terhadap data 10 ibu bersalin dan bayi yang dilahirkan diperoleh 6 bayi (60,0%) mengalami BBLR dimana 4 ibu (66,7%) dengan status gizi baik (LILA ≥ 23,5 cm) dan 2 ibu (33,3%) dengan status gizi buruk (LILA < 23,5 cm). Diperoleh pula 4 bayi (40,0%) tidak mengalami BBLR dimana 2 ibu (50,0%) dengan status gizi baik (LILA ≥ 23,5 cm) dan 2 ibu (50,0%) dengan status gizi buruk (LILA < 23,5 cm). METODE PENELITIAN Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang merupakan kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi bulan Januari-Desember 2014, sebanyak 1894 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Teknik mendapatkan sampel dengan cara menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dan bayi yang lahir di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi dimana berdasarkan teknik sampling yang digunakan diperoleh jumlah sampel sebanyak 288 orang. HASIL PENELITIAN Gambaran Status Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Tabel 1 Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu Status Frekuensi Persentase Gizi Ibu (f) (%) Kurang 198 68,8 Baik 90 31,2 Jumlah 288 100,0 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa status gizi ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi sebagian besar kategori kurang yaitu sebanyak 198 orang (68,8%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah Kejadian Frekuensi Persentase BBLR (f) (%) BBLR 167 58,0 tidak BBLR 121 42,0 Jumlah 288 100,0 Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi sebagian besar kategori BBLR yaitu sebanyak167 orang (58,0%). Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi. Tabel 3 Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Kejadian BBLR Status Gizi Ibu Hamil Kurang Baik Jumlah BBLR tidak Total f % f % f % 123 62,1 75 37,9 198 100,0 44 48,9 46 51,1 90 100,0 167 58,0 121 42,0 288 100,0 Berdasarkan hasil analisis hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi diperoleh hasil status gizi ibu hamil kategori kurang dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 123 bayi (62,1%) dan status gizi ibu hamil kategori kurang dengan bayi tidak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 75 bayi (37,9%). Status gizi ibu hamil kategori baik dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 44 bayi (48,9%) dan status gizi ibu hamil kategori baik dengan bayi tidak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 46 bayi (51,1%). Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2 2 hitung (3,92) > χ tabel (3,84) dan p value sebesar 0,048 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi. PEMBAHASAN Gambaran Status Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi kategori kurang sebanyak 198 orang (68,8%). Responden dengan status gizi kurang sebagian besar mempunyai LILA 23,1 cm χ2 p-value 3,920 0,048 yaitu sebanyak 47 orang (23,7%) dimana LILA terkecil 21,9 cm dan terbesar 23,40 cm dengan rata-rata 23,04 cm. Ibu yang mempunyai status gizi kurang berdasarkan hasil penelitian ditandai dengan berat badan ibu sebelum hamil kurang dari 42 kg, tinggi badan ibu kurang 145 cm, berat badan ibu pada kehamilan trimester III kurang 45 kg, Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil kurang dari 17,00, ibu menderita anemia (Hb kurang dari 11 gr %) (Weni, 2010). Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah cara untuk mengetahui status gizi pada ibu hamil. Pengukuran lingkar lengan atas dengan metode ini sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Ambang batas LILA di Indonesia adalah 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Arisman, 2004). Ibu yang mempunyai status gizi kurang akan menimbulkan gejala seperti daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit dan daya kerja merosot (Kartasapotra, 2003). Ibu yang mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinan. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena infeksi. Asupan energi dan protein merupakan penyebab langsung terjadinya masalah gizi selain infeksi (Supariasa, 2007). Konsumsi energi yang tidak seimbang akan menyebabkan keseimbangan positif dan negatif. Kelebihan energi dari energi yang dikeluarkan akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga berat badan berlebih, hal ini juga dipengaruhi oleh aktivitasnya. Sebaliknya asupan energi kurang dari yang dikeluarkan terjadi keseimbangan negatif, akibatnya berat badan lebih rendah dari normal dan ideal. Protein memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh manusia, protein merupakan sumber energi setelah glikogen, protein juga menjadi katalis bagi reaksi biokimia dalam tubuh (Supariasa, 2007). Protein digunakan sebagai penyusun struktur sel dan jaringan. Untuk itu individu harus mendapatkan asupan protein yang cukup, karena kekurangan protein akan berdampak buruk pada seorang individu, utamanya pada ibu prakonsepsi. Apalagi jika kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Kurangnya asupan energi ini akan berdampaak pada ketersediaan zat gizi lainya seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang merupakan sumber energi alternatif. Apabila tubuh kekurangan energi maka karbohidrat, protein atau lemak akan mengalami perubahan untuk menjadi sumber energi. Sehingga fungsi utama dari ketiga zat gizi ini akan menurun. Apabila ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka akan terjadi perubahan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh (Supariasa, 2007). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi kategori baik sebanyak 90 orang (31,2%). Responden dengan status gizi baik sebagian besar mempunyai LILA 23,8 cm yaitu sebanyak 21 orang (23,3%) dimana LILA terkecil 23,50 cm dan terbesar 25,00 cm dengan rata-rata 23,77 cm. hal tersebut menunjukkan bahwa status gizi ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi kategori baik ditunjukkan dengan hasil pengukuran LILA lebih dari 23,5 cm. Status gizi ibu hamil yang baik ditandai dengan beberapa hal diantaranya pada akhir kehamilan kenaikan berat hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk yang memiliki berat ideal cukup10-12 kg sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik kurang dari 10 kg (Kasdu, 2007). Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemai gizi. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2007). Ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi mempunyai dalam kategori baik sebanyak 90 orang dimana sebagian besar mempunyai pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 60 orang (66,7%) lebih banyak dari pada yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 21 orang (23,3%) dan yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 9 orang (10,0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai status gizi kategori baik mempunyai pendidikan Sekolah Mengengah Atas (SMA). Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi dengan adanya perkembangan teknologi saat ini dapat dengan mudah mengakses informasi dari berbagai media, sehingga mereka dapat meningkatkan pengetahuannya. Jenjang pendidikan formal di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No 66 tahun 2010 terbagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Berdasarkan Tabel 2 diketahui sebagian besar ibu dari responden berpendidikan menengah yaitu SMA sebanyak 44,2%. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun informal. Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi pola konsumsi makanan sehingga akan terjadi status gizi yang baik. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya melalui berbagai informasi (Budiyanto, 2004). Gambaran Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi yang mengalami BBLR yaitu sebanyak167 orang (58,0%). Responden dengan BBLR sebagian besar mempunyai berat badan 2300 gram yaitu sebanyak 39 orang (23,4%) dimana berat minimal 2100 gram dan terberat 2450 gram dengan rata-rata 2220 gram. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosioekonomi rendah. Kejadian berat bayi di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi kategori BBLR diantaranya disebabkan oleh faktor pekerjaan ibu. Berdasarkan data yang diperoleh ibu bayi di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 167 orang di mana sebagian besar ibu bayi bekerja yaitu sebanyak 163 orang (97,6%) lebih banyak daripada yang tidak bekerja yaitu sebanyak 4 orang (2,4%). Pekerjaan pada ibu hamil dengan beban atau aktivitas yang terlalu berat dan beresiko akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim karena adanya hubungan aksis fetoplasenta dan sirkulasi retroplasenta yang merupakan satu kesatuan. Bila terjadi gangguan atau kegagalan salah satu akan menimbulkan resiko pada ibu (gizi kurang atau KEK dan anemia) atau pada janin (BBLR), dan paritas dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi sehingga kajian penelitian ini menjadi sangat penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan atau aktivitas bagi ibu hamil adalah apakah aktivitasnya beresiko bagi kehamilan. Pekerjaan pada ibu hamil dengan beban atau aktivitas yang terlalu berat dan beresiko akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim karena adanya hubungan aksis fetoplasenta dan sirkulasi retroplasenta yang merupakan satu kesatuan. Bila terjadi gangguan atau kegagalan salah satu akan menimbulkan resiko pada ibu (gizi kurang atau KEK dan anemia) atau pada janin (BBLR), contoh aktivitas yang beresiko bagi ibu hamil adalah aktivitas yang meningkatkan stres, mengangkat sesuatu yang berat, berdiri lama sepanjang hari. Nasehat yang perlu disampaikan adalah bahwa ibu hamil tetap boleh melakukan aktivitas atau pekerjaan tetapi cermati apakah pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan beresiko atau tidak untuk kehamilan (Kusmiyati, et al, 2009). Mangkuprawira (2007) mengemukakan bahwa pekerjaan yang terlalu berat akan mempengaruhi kondisi ibu disaat hamil. Kelelahan yang berlebihan dapat diakibatkan oleh beban kerja terlalu berat dan posisi tubuh saat bekerja. Kebiasaan mengangkat barangbarang berat didalam pekerjaan sehari-hari pada wanita hamil akan menyebabkan gangguan kesehatan yaitu gangguan tulang punggung dan tulang belakang, hal ini akan membahayakan kehamilannya. Wanita wiraswasta dengan berdagang biasanya ibu tidak akan memilki waktu untuk memperhatikan dirinya sendiri terutama kesehatannya. Ibu sepanjang hari mengurusi dagangannya, apalagi bagi ibu yang berjualan dipasar tradisional yang memulai pekerjaannya dimalam hari, maka biasa kontak dengan udara malam yang dingin dan mereka kekurangan waktu istirahat dimalam hari. Belum keesokan harinya harus mengurusi pekerjaan rumah tangga. Banyak pula wanita yang pekerjaannya selalu berhubungan dengan bahan-banan kimia seperti karyawan pabrik, tanpa sadar ini dapat mempengaruhi kesehatannya sehingga berpengaruh juga terhadap kehamilannya (Mangkuprawira, 2007). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi kategori tidak BBLR yaitu sebanyak 121 orang (42,0%). Responden dengan tidak BBLR sebagian besar mempunyai berat badan 2600 gram yaitu sebanyak 37 orang (60,6%) dimana berat minimal 2500 gram dan terberat 3000 gram dengan rata-rata 2657,93 gram. Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi lahir di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi kategori tidak BBLR ditunjukkan dengan berat badan lebih dari 2500 gram. Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan persalinan normal atau Caesar yang sudah cukup umur (37 minggu sampai 42 minggu), memiliki berat 2500 gram / 2,5 kg - 4000 gram / 4 kg. Bayi Normal setelah dilahirkan akan langsung menangis dan tidak memiliki kelainan cacat bawaan. Apabila Berat Kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi kategori tidak BBLR (normal) diantaranya disebabkan oleh faktor umur ibu hamil 20-35 tahun. Umur ibu mempunyai hubungan erat dengan berat bayi lahir pada umur ibu yang dewasa mendukung perkembangan organ- organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya optimal. Emosi dan kejiwaannya sudah matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut dapat mengadapi kehamilannya secara sempurna, jarang terjadi komplikasikomplikasi (Suparyanto, 2012). Angka kejadian persalinan kurang bulan akan tinggi pada usia dibawah 20 tahun dan kejadian paling rendah pada usia 26-35 tahun, semakin muda umur ibu maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan. Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Depkes RI dalam hubungannya dengan umur ibu melahirkan, dikatakan bahwa risiko kehamilan akan terjadi pada ibu yang melahirkan dengan umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun erat kaitannya dengan terjadinya kanker rahim dan BBLR (Manuaba, 2008). Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi. Berdasarkan hasil analisis hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi diperoleh hasil, responden yang mempunyai status gizi kategori kurang sebanyak 198 orang di mana yang mengalami BBLR sebanyak 123 bayi (62,1%) lebih banyak dari pada yang tidak mengalami BBLR yaitu sebanyak 75 orang (37,9%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang mempunyai status gizi kategori kurang sebagian besar bayi yang dilahirkan mengalami BBLR. Status gizi ibu hamil merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin termasuk berat dan panjang bayi saat lahir. Berat dan panjang lahir menentukan status gizi dan pertumbuhan linier anak di masa mendatang (Schmidt et al., 2007). Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan dan kematian. BBLR mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik bayi Anak yang lahir dari ibu yang kurang gizi dan hidup di lingkungan miskin akan berisiko mengalami kurang gizi dan mudah terkena infeksi, selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang kurang gizi pula. Keadaan ini akan berdampak buruk bagi kualitas sumberdaya manusia dan perekonomian suatu bangsa (Gani, 2003). Faktor yang menyebabkan status gizi kategori kurang sebagian besar bayi yang dilahirkan mengalami BBLR diantaranya pendapatan keluarga yang rendah. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi daya beli seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan merupakan faktor yang paling menetukan kuantitas dan kualitas makanan dan gizi ibu selama bulanbulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi pada saat lahir. Semakin buruk gizi ibu semakin kurang berat dan panjang bayinya. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya (Departemen gizi dan Kesmas FKM UI, 2011). Berdasarkan hasil analisis hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi diperoleh hasil, responden yang mempunyai status gizi kategori baik sebanyak 90 orang dimana bayi yang tidak mengalami BBLR yaitu sebanyak 46 bayi (51,1%) lebih banyak dari pada yang mengalami BBLR sebanyak 44 bayi (48,9%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang mempunyai status gizi kategori baik sebagian besar bayi yang dilahirkan mempunyai berat badan normal. Kepercayaan popular yang ada dikalangan masyarakat, bahwa persalinan akan semakin mudah dan baik dengan semakin banyaknya pengalaman melahirkan. Persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Hal ini dikarenakan risiko komplikasi yang serius, seperti perdarahan dan infeksi meningkat secara bermakna tidak terjasi, sehingga ada kecenderungan bayi lahir dengan kondisi normal bahkan jarang terjadinya kematian ibu dan bayi. Berat badan lahir bayi meningkat seiring peningkatan status paritas dan mencapai berat badan maksimal pada paritas ketiga, kemudian pada paritas berikutnya rata-rata berat badan bayi akan menurun. Status paritas yang tinggi dapat meningkatkan risiko kejadian BBLR dan bayi lahir mati. Hal tersebut terjadi karena semakin tinggi status paritasnya maka kemampuan rahim untuk menyediakan nutrisi bagi kehamilan selanjutnya semakin menurun sehingga penyaluran nutrisi antara ibu dan janin terganggu yang akhirnya dapat mengakibatkan BBLR. Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2 2 p hitung (3,92) > χ tabel (3,84) dan value sebesar 0,048 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi. Berat bayi lahir merupakan indikasi yang potensial untuk status kesehatan bayi nantinya. Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram mempunyai kesempatan tinggi secara statistik untuk mendapatkan penyakit atau meninggal pada awal kehidupannya. Pada tubuh ibu yang kurang gizi tidak dapat membentuk plasenta yang sehat, yang cukup menyimpan zat-zat gizi untuk janin selama pertumbuhannya. Maka gizi ibu yang kurang baik perlu diperbaiki keadaan gizinya atau yang obesitas menjadi mendekati normal, yang dilakukan sebelum hamil. Sehingga mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapatkan bayi yang sehat, serta untuk mempertahankan kesehatannya sendiri (Soetjiningsih, 2007). Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan atau pada saat kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR). Disamping itu akan mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Kondisi anak yang terlahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan yang miskin akan menghasilkan generasi kekurangan gizi dan mudah terkena penyakit infeksi. Keadaan ini biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan yang kurang optimal (Supariasa, 2006). PENUTUP Kesimpulan 1. Status gizi ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi umumnya dalam kategori kurang yaitu sebanyak 198 orang (68,8%) 2. Kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi umumnya dalam kategori BBLR yaitu sebanyak167 orang (58,0%). 3. Ada hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Sebaiknya Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi memberikan tambahan informasi tentang BBLR dengan memberikan penyuluhan ketika ibu hendak pulang dari rumah sakit, sehingga kejadian BBLR tidak terjadi pada persalinan berikutnya. 2. Bagi Ibu Hamil Hendaknya ibu hamil lebih memperhatikan gizinya selama menjalani kehamilan dengan mengkonsumsi makanan bergizi, mengurangi pekerjaan yang berat saat kehamilan dan rutin melakukan ANC sehingga kesehatan selama kehamilannya lebih terpantau, serta meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan bagi bayi BBLR. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebaiknya meningkatkan hasil penelitian ini dengan mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi penelitian dengan menambah variabel independen misalnya usia ibu hamil, pekerjaan dan jarak kehamilan. DAFTAR PUSTAKA Arisman, 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Budiyanto, 2004. Gizi pada anak. In: Dasardasar ilmu gizi. 2nd ed. Ed: Universitas Muhammadiyah. Malang : UMM Press. Dahlan, 2010. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika. Departemen gizi dan Kesmas FKM UI, 2011. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan untuk Petugas), Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat. Francin, 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Hacker dan Moore, 2005. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi Dua. Jakarta : Hipokrates. Hastono, 2007. Analisis Data. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jotowiyono, 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta : Mulia Medika. Kartasapotra, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC. Kasdu, 2007. Gizi Dan Kesehatan Masytarakat. Jakarta : Raja Grafindo Persada Kramer, 2007. Inner Work Life: Understanding the Subtext of Business Performance, Harvard Business Review. May. Volume 85 Number 55 Kusmiyati, et al, 2009. Perawatan ibu hamil (Asuhan Ibu hamil). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Mangkuprawira, 2007. Manajemen mutu sumber daya manusia. Bogor : Galia Manuaba, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC Mochtar, 2008. Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid. 2. Jakarta: EGC. Notoatmojo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (ed. 2). Jakarta : Salemba Medika Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. Riskesdas, 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta Saryono, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogyakarta : Mitra Medika Siregar, 2005. Gizi Reproduksi. Jakarta : EGC. Soetjiningsih, 2007. Buku Ajar: Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto Sophia, 2009. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. medicastore.com/artikel/kebutuhan_ gizi_ibu_hamil Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suliha, 2007. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Supariasa, 2007. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Suparyanto, 2012. Konsep Dukungan Keluarga.http://konsep-dukungan keluarga.blogspot.com. (diunduh pada tanggal 08 Oktober 2012) Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama Wiknjosastro, 2007. Ilmu Kebidanan, Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka.