4231

advertisement
HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR
RENDAH DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI
Galuh Tri Haswari
030113a029
ABSTRAK
Status gizi ibu saat hamil ditentukan oleh status gizi saat ibu tersebut belum hamil, bahkan
saat masih remaja. Jika memiliki lingkar lengan atas (LILA) kurang 23,5 cm, ibu tersebut
disarankan untuk menunda kehamilan karena mengalami kekurangan energy kronis (KEK). Kondisi
ini beresiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi bulan Januari-Desember 2014, sebanyak 1894 orang dengan sampel 288 orang dengan
teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data yang digunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian
berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi, dengan p-value 0,048 < α (0,05).
Hendaknya ibu hamil lebih memperhatikan gizinya selama menjalani kehamilan dengan
mengkonsumsi makanan bergizi, mengurangi pekerjaan yang berat saat kehamilan dan rutin
melakukan ANC sehingga kesehatan selama kehamilannya lebih terpantau, serta meningkatkan
pengetahuannya tentang perawatan bagi bayi BBLR.
Kata Kunci : status gizi ibu hamil, kejadian berat bayi lahir rendah
Kepustakaan : 37 Pustaka (2001-2011)
ABSTRACT
Maternal nutritional status during pregnancy is determined by the mother's nutritional status when
not pregnant, even as a teenager. If the upper arm circumference (MUAC) less 23.5 cm, the mother
is advised to postpone pregnancy because of a chronic energy deficiency (CED). These conditions
are at high risk of having a baby with low birth weight (LBW). The purpose of this study was to
determine the nutritional status of pregnant women relationship with the incidence of low birth
weight babies in Permata Bunda Hospital Purwodadi.
Design research is descriptive correlation with cross sectional approach. The population in
this study were pregnant at Permata Bunda Hospital Purwodadi months from January to December
2014, as many as 1894 people with a sample of 288 people with purposive sampling technique.
Analysis of the data used to chi-square test.
The results showed that there is a relationship nutritional status of pregnant women with low
birth weight incidence in Permata Bunda Hospital Purwodadi, with a p-value 0,048 < α (0,05).
Pregnant women should pay more attention to the nutritional during their pregnancy by eating
nutritious foods, reduce the heavy work during pregnancy and routine ANC so that health during
pregnancy is monitored, as well as increasing knowledge about care for LBW infants.
Keywords : nutritional status of pregnant women, the incidence of low birth weight
Bibliography: 37 References (2001-2011)
PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
jumlah penduduk yang meninggal sebelum
mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam
1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Usia bayi merupakan kondisi yang rentan
baikterhadap kesakitan maupun kematian.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun
2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup
menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di
tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup
berdasarkan hasil SDKI 2002. Hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia
(SDKI) tahun 2007 memperlihatkan bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia tahun 2012 meningkat menjadi
359 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes RI,
2012).
Angka Kematian Bayi (AKB), per
1.000 kelahiran hidup periode 10 tahun
terakhir sebelum survei menurut provinsi
tahun 2012. Dari 33 provinsi di Indonesia,
terdapat dua provinsi yang telah mencapai
target MDGs 2015 untuk AKB yaitu
Kalimantan Timur dan DKI Jakarta. Provinsi
dengan AKB tertinggi terdapat di Papua
Barat sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup,
diikuti oleh Gorontalo sebesar 67 dan Maluku
Utara sebesar 62 per 1.000 kelahiran hidup.
Terdapat 27% provinsi (9 provinsi)
menunjukkan peningkatan kematian bayi
antara tahun 2007-2012 yaitu Jawa Tengah
(Dinkes RI, 2012).
Angka Kematian Bayi (0-1 tahun) di
Provinsi Jawa Tengah cenderung mengalami
peningkatan yaitu di tahun 2008 sebesar
9,71%, tahun 2009 sebesar 10,37%, tahun
2010 sebesar 10,62%, tahun 2011 sebesar
10,34%, tahun 2012 sebesar 10,75% dan
tahun 2013 sebesar 10,41% dengan rata-rata
5.865 kasus atau 10,41%. Angka kematian
bayi per eks karesidenan di Provinsi Jawa
Tengah untuk peringkat pertama Kabupaten
Rembang sebesar 17,12%, Kabupaten
Banjarnegara sebesar 16,61% dan Kota
Salatiga
sebesar
15,96%.
Kabupaten
Grobogan berada di peringkat 8 sebesar
14,14% (diatas 10,41%) (Dinkes Prov Jateng,
2013:27). Penyebab kematian bayi baru lahir
yang biasanya tercatat dalam sertifikat
kematian pada waktu itu adalah Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) (Gibney, et.,al., 2009).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat 2500
gram atau kurang tanpa memperhatikan usia
kehamilan. Terdapat dua bentuk penyebab
kelahiran bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram yaitu karena umur hamil
kurnag dari 37 minggu, berat badan lebih
rendah dariu semestinya sekalipun umur
cukup atau karena kombinasi keduanya
(Manuaba, 2009).
Bayi BBLR mudah terkena penyakit
infeksi, lebih mudah dan lebih lama sakit dan
sakit yang di derita lebih berat serta
mempunyai keterbatasan intelektual. Bayi
yang dilahirkan dengan berat bayi lahir
rendah (BBLR) menyebabkan kondisi yang
tidak menguntungkan dalam pertumbuhan,
perkembangan,
daya
hidup
dan
perkembangan saat dewasa. Dua pertiga bayi
dengan berat badan di bawah 2.000 gram di
antaranya meninggal sampai usia enam tahun
dengan tingkat kematian tertinggi terjadi pada
tahun pertama (Sunarti, 2004).
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan bayi BBLR secara umum yaitu faktor
ibu, janin, plasenta dan lingkungan
(Proverawati dan Sulistyorini, 2010:6).
Asupan gizi ibu hamil yang kurang dan
tidak mencukupi untuk menyediakan
kebutuhan
fisiologis
kehamilan yakni
perubahan hormon, meningkatnya volume
darah untuk pertumbuhan janin sehingga
suplai zat gizi pada janinpun berkurang.
Akibatnya pertumbuhan dan perkembangan
janin terhambat dan lahir dengan berat yang
rendah (Ma’rifah, 2011).
Status gizi merupakan suatu dari
kandungan
makanan
pokok
yang
diperlakukan untuk kesehatan dan kekuatan
fisik manusia. Oleh karena itu, status gizi erat
kaitannya dengan sejauh mana suatu makanan
yang dikonsumsi oleh orang per orang
(Purba, 2005). Status gizi seseorang pada
dasarnya merupakan gambaran kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan dan
penggunaannya oleh tubuh (Sunarti, 2004).
Pertumbuhan janin dalam kandungan
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil. Status
gizi ini berkaitan erat dengan berat badan ibu
sebelum hamil. Selanjutnya status ini juga
menentukan berapa kenaikkan badan yang
ideal pada ibu tersebut saat hamil. Beberapa
cara dapat digunakan untuk menilai status
gizi seseorang (Wibisono dan Dwi, 2009).
Status gizi ibu saat hamil ditentukan oleh
status gizi saat ibu tersebut belum hamil,
bahkan saat masih remaja. Jika memiliki
lingkar lengan atas (LILA) kurang 23,5 cm,
ibu tersebut disarankan untuk menunda
kehamilan karena mengalami kekurangan
energy kronis (KEK). Kondisi ini beresiko
tinggi melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) (Susianto, 2010).
Implikasi ukuran LILA terhadap berat
bayi
lahir
adalah
bahwa
LILA
menggambarkan
keadaan
konsumsi
makanan terutama konsumsi energi dan
protein dalam jangka panjang. Kekurangan
energi secara kronis ini menyebabkan ibu
hamil tidak mempunyai cadangan zat gizi
yang
adekuat
untuk menyediakan
kebutuhan
fisiologi
kehamilan
yakni
perubahan
hormon dan meningkatkan
volume darah untuk pertumbuhan janin,
sehingga suplai zat gizi pada janin pun
berkurang akibatnya pertumbuhan dan
perkembangan janin terhambat dan lahir
dengan berat yang rendah (Depkes RI, 2006).
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi diperoleh data untuk tahun 2013
terdapat 569 kasus BBLR dari 1276
persalinan (44,5%) yang terdiri bayi laki-laki
290 kasus dan bayi perempuan 279 kasus.
Tahun 2014, pada bulan Januari-Juni terdapat
276 kasus BBLR dari 1164 persalinan
(23,71%) yang terdiri dari bayi laki-laki 137
kasus dan bayi perempuan 139 kasus dan bayi
meninggal 36 kasus.
Berdasarkan hasil
pengambilan secara acak terhadap data 10 ibu
bersalin dan bayi yang dilahirkan diperoleh 6
bayi (60,0%) mengalami BBLR dimana 4 ibu
(66,7%) dengan status gizi baik (LILA ≥ 23,5
cm) dan 2 ibu (33,3%) dengan status gizi
buruk (LILA < 23,5 cm). Diperoleh pula 4
bayi (40,0%) tidak mengalami BBLR dimana
2 ibu (50,0%) dengan status gizi baik (LILA
≥ 23,5 cm) dan 2 ibu (50,0%) dengan status
gizi buruk (LILA < 23,5 cm).
METODE PENELITIAN
Populasi
merupakan
wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang merupakan kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga benda-benda alam lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu (Saryono, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil
di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
bulan Januari-Desember 2014, sebanyak 1894
orang.
Sampel adalah sebagian dari populasi.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut
(Sugiyono,
2010).
Teknik
mendapatkan
sampel
dengan
cara
menggunakan purposive
sampling yaitu
teknik
penentuan
sampel
dengan
menggunakan
pertimbangan
tertentu
(Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian
ini adalah ibu hamil dan bayi yang lahir di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
dimana berdasarkan teknik sampling yang
digunakan diperoleh jumlah sampel sebanyak
288 orang.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Status Gizi Ibu Hamil di Rumah
Sakit Permata Bunda Purwodadi
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Status Gizi
Ibu
Status
Frekuensi
Persentase
Gizi Ibu
(f)
(%)
Kurang
198
68,8
Baik
90
31,2
Jumlah
288
100,0
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa
status gizi ibu hamil di Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi sebagian besar kategori
kurang yaitu sebanyak 198 orang (68,8%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kejadian
Berat Bayi Lahir Rendah
Kejadian
Frekuensi
Persentase
BBLR
(f)
(%)
BBLR
167
58,0
tidak BBLR
121
42,0
Jumlah
288
100,0
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah
Sakit Permata Bunda Purwodadi sebagian
besar kategori BBLR yaitu sebanyak167
orang (58,0%).
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian
berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
Tabel 3 Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
Kejadian BBLR
Status Gizi Ibu
Hamil
Kurang
Baik
Jumlah
BBLR
tidak
Total
f
%
f
%
f
%
123 62,1 75 37,9 198 100,0
44 48,9 46 51,1 90 100,0
167 58,0 121 42,0 288 100,0
Berdasarkan hasil analisis hubungan
status gizi ibu hamil dengan kejadian berat
bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi diperoleh hasil status gizi
ibu hamil kategori kurang dengan bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 123
bayi (62,1%) dan status gizi ibu hamil
kategori kurang dengan bayi tidak Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 75
bayi (37,9%). Status gizi ibu hamil kategori
baik dengan bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) sebanyak 44 bayi (48,9%) dan status
gizi ibu hamil kategori baik dengan bayi tidak
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak
46 bayi (51,1%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2
2
hitung (3,92) > χ tabel (3,84) dan p value
sebesar 0,048 (α = 0,05), maka dapat
disimpulkan ada hubungan status gizi ibu
hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah
di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
PEMBAHASAN
Gambaran Status Gizi Ibu Hamil di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa status gizi ibu hamil di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
kategori kurang sebanyak 198 orang (68,8%).
Responden dengan status gizi kurang
sebagian besar mempunyai LILA 23,1 cm
χ2
p-value
3,920
0,048
yaitu sebanyak 47 orang (23,7%) dimana
LILA terkecil 21,9 cm dan terbesar 23,40 cm
dengan rata-rata 23,04 cm.
Ibu yang mempunyai status gizi
kurang berdasarkan hasil penelitian ditandai
dengan berat badan ibu sebelum hamil kurang
dari 42 kg, tinggi badan ibu kurang 145 cm,
berat badan ibu pada kehamilan trimester III
kurang 45 kg, Indeks Masa Tubuh (IMT)
sebelum hamil kurang dari 17,00, ibu
menderita anemia (Hb kurang dari 11 gr %)
(Weni, 2010). Pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA) merupakan salah cara untuk
mengetahui status gizi pada ibu hamil.
Pengukuran
lingkar lengan atas dengan
metode ini sangat mudah dan dapat
dilakukan oleh siapa saja. Ambang batas
LILA di Indonesia adalah 23,5 cm atau di
bagian merah pita LILA, artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi
lahir rendah (BBLR) (Arisman, 2004). Ibu
yang mempunyai status gizi kurang akan
menimbulkan gejala seperti daya
tahan
tubuh menurun, rentan terhadap penyakit dan
daya kerja merosot (Kartasapotra, 2003).
Ibu yang mengalami kekurangan gizi
selama hamil akan menimbulkan masalah,
baik pada ibu, janin dan terhadap proses
persalinan. Gizi kurang pada ibu hamil dapat
menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu
antara lain anemia, perdarahan, berat badan
ibu tidak bertambah secara normal dan mudah
terkena infeksi. Asupan energi dan protein
merupakan penyebab langsung terjadinya
masalah gizi selain infeksi (Supariasa, 2007).
Konsumsi energi yang tidak seimbang
akan menyebabkan keseimbangan positif
dan negatif. Kelebihan energi dari energi
yang dikeluarkan akan diubah menjadi lemak
tubuh sehingga berat badan berlebih, hal ini
juga
dipengaruhi
oleh
aktivitasnya.
Sebaliknya asupan energi kurang dari yang
dikeluarkan terjadi keseimbangan negatif,
akibatnya berat badan lebih rendah dari
normal dan ideal. Protein memiliki fungsi
yang sangat penting dalam tubuh manusia,
protein merupakan sumber energi setelah
glikogen, protein juga menjadi katalis bagi
reaksi biokimia dalam tubuh (Supariasa,
2007).
Protein digunakan sebagai penyusun
struktur sel dan jaringan. Untuk itu individu
harus mendapatkan asupan protein yang
cukup, karena kekurangan protein akan
berdampak buruk pada seorang individu,
utamanya pada ibu prakonsepsi. Apalagi
jika kondisi ini berlangsung dalam jangka
waktu yang lama. Kurangnya asupan energi
ini akan berdampaak pada ketersediaan zat
gizi lainya seperti karbohidrat, protein, dan
lemak yang merupakan sumber energi
alternatif. Apabila tubuh kekurangan energi
maka karbohidrat, protein atau lemak akan
mengalami perubahan untuk menjadi sumber
energi. Sehingga fungsi utama dari ketiga zat
gizi ini akan menurun. Apabila ini
berlangsung dalam waktu yang lama, maka
akan terjadi perubahan berat badan dan
kerusakan jaringan tubuh (Supariasa, 2007).
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa status gizi ibu hamil di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
kategori baik sebanyak 90 orang (31,2%).
Responden dengan status gizi baik sebagian
besar mempunyai LILA 23,8 cm yaitu
sebanyak 21 orang (23,3%) dimana LILA
terkecil 23,50 cm dan terbesar 25,00 cm
dengan rata-rata 23,77 cm. hal tersebut
menunjukkan bahwa status gizi ibu hamil di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
kategori baik ditunjukkan dengan hasil
pengukuran LILA lebih dari 23,5 cm.
Status gizi ibu hamil yang baik
ditandai dengan beberapa hal diantaranya
pada akhir kehamilan kenaikan berat
hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus.
Sementara untuk yang memiliki berat ideal
cukup10-12 kg sedangkan untuk ibu yang
tergolong gemuk cukup naik kurang dari 10
kg (Kasdu, 2007).
Cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama
hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas
(LILA),
dan
mengukur
kadar
Hb.
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar
10 – 12 kg, dimana pada trimester I
pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II
sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.
Pertambahan berat badan ini juga sekaligus
bertujuan memantau pertumbuhan janin.
Pengukuran LILA dimaksudkan untuk
mengetahui apakah seseorang menderita
Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan
pengukuran kadar Hb untuk mengetahui
kondisi ibu apakah menderita anemai gizi.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu
hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan
melahirkan bayi dengan berat normal.
Kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi
lebih besar dan lebih sehat daripada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Pendidikan gizi merupakan suatu proses
merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan
dengan status gizi yang baik (Suliha, 2007).
Ibu hamil di Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi mempunyai dalam kategori
baik sebanyak 90 orang dimana sebagian
besar mempunyai pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 60
orang (66,7%) lebih banyak dari pada yang
berpendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) yaitu sebanyak 21 orang (23,3%) dan
yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu
sebanyak 9 orang (10,0%). Hal tersebut
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
responden yang mempunyai status gizi
kategori baik mempunyai pendidikan Sekolah
Mengengah Atas (SMA). Ibu dengan tingkat
pendidikan
tinggi
dengan
adanya
perkembangan teknologi saat ini dapat
dengan mudah mengakses informasi dari
berbagai media, sehingga mereka dapat
meningkatkan pengetahuannya.
Jenjang
pendidikan
formal
di
Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah
RI No 66 tahun 2010 terbagi menjadi
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Berdasarkan Tabel 2
diketahui sebagian besar ibu dari responden
berpendidikan
menengah
yaitu
SMA
sebanyak 44,2%.
Pengetahuan
dapat
diperoleh dari pendidikan formal maupun
informal. Pengetahuan yang baik akan
mempengaruhi pola konsumsi makanan
sehingga akan terjadi status gizi yang baik.
Faktor pendidikan dapat mempengaruhi
kemampuan menyerap pengetahuan tentang
gizi yang diperolehnya melalui berbagai
informasi (Budiyanto, 2004).
Gambaran Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah di Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan menunjukkan bahwa kejadian
berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit
Permata Bunda Purwodadi yang mengalami
BBLR yaitu sebanyak167 orang (58,0%).
Responden dengan BBLR sebagian besar
mempunyai berat badan 2300 gram yaitu
sebanyak 39 orang (23,4%) dimana berat
minimal 2100 gram dan terberat 2450 gram
dengan rata-rata 2220 gram.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi
bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan
batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosioekonomi rendah. Kejadian berat bayi di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
kategori BBLR diantaranya disebabkan oleh
faktor pekerjaan ibu.
Berdasarkan data yang diperoleh ibu
bayi di Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi dengan berat badan lahir rendah
sebanyak 167 orang di mana sebagian besar
ibu bayi bekerja yaitu sebanyak 163 orang
(97,6%) lebih banyak daripada yang tidak
bekerja yaitu sebanyak 4 orang (2,4%).
Pekerjaan pada ibu hamil dengan beban
atau aktivitas yang terlalu berat dan
beresiko akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim karena
adanya hubungan aksis fetoplasenta dan
sirkulasi retroplasenta yang merupakan satu
kesatuan. Bila terjadi gangguan atau
kegagalan salah satu akan menimbulkan
resiko pada ibu (gizi kurang atau KEK dan
anemia) atau pada janin (BBLR), dan paritas
dapat mempengaruhi optimalisasi
ibu
maupun janin pada kehamilan yang dihadapi
sehingga kajian penelitian ini menjadi sangat
penting.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pekerjaan atau aktivitas bagi ibu
hamil adalah apakah aktivitasnya beresiko
bagi kehamilan. Pekerjaan pada ibu hamil
dengan beban atau aktivitas yang terlalu berat
dan
beresiko
akan
mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan
janin
dalam rahim karena adanya hubungan aksis
fetoplasenta dan sirkulasi retroplasenta yang
merupakan satu kesatuan.
Bila
terjadi
gangguan atau kegagalan salah satu akan
menimbulkan resiko pada ibu (gizi kurang
atau KEK dan anemia) atau pada janin
(BBLR), contoh aktivitas yang beresiko bagi
ibu hamil
adalah
aktivitas
yang
meningkatkan stres, mengangkat sesuatu
yang berat, berdiri lama sepanjang hari.
Nasehat
yang perlu disampaikan adalah
bahwa ibu hamil tetap boleh melakukan
aktivitas atau pekerjaan tetapi cermati
apakah pekerjaan atau aktivitas yang
dilakukan beresiko atau tidak untuk
kehamilan (Kusmiyati, et al, 2009).
Mangkuprawira
(2007)
mengemukakan bahwa pekerjaan yang
terlalu berat akan mempengaruhi kondisi
ibu
disaat
hamil.
Kelelahan
yang
berlebihan dapat diakibatkan oleh beban
kerja terlalu berat dan posisi tubuh saat
bekerja. Kebiasaan mengangkat barangbarang berat didalam pekerjaan sehari-hari
pada wanita hamil akan menyebabkan
gangguan kesehatan yaitu gangguan tulang
punggung dan tulang belakang, hal ini
akan membahayakan kehamilannya.
Wanita
wiraswasta
dengan
berdagang biasanya ibu tidak akan memilki
waktu untuk memperhatikan dirinya sendiri
terutama kesehatannya. Ibu sepanjang hari
mengurusi dagangannya, apalagi bagi ibu
yang berjualan dipasar tradisional yang
memulai pekerjaannya dimalam hari, maka
biasa kontak dengan udara malam yang
dingin dan mereka kekurangan waktu
istirahat dimalam hari. Belum keesokan
harinya harus mengurusi pekerjaan rumah
tangga.
Banyak
pula wanita
yang
pekerjaannya selalu berhubungan dengan
bahan-banan kimia seperti karyawan pabrik,
tanpa sadar ini dapat mempengaruhi
kesehatannya sehingga berpengaruh juga
terhadap kehamilannya (Mangkuprawira,
2007).
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan menunjukkan bahwa kejadian
berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit
Permata Bunda Purwodadi kategori tidak
BBLR yaitu sebanyak 121 orang (42,0%).
Responden dengan tidak BBLR sebagian
besar mempunyai berat badan 2600 gram
yaitu sebanyak 37 orang (60,6%) dimana
berat minimal 2500 gram dan terberat 3000
gram dengan rata-rata 2657,93 gram. Hal
tersebut menunjukkan bahwa bayi lahir di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
kategori tidak BBLR ditunjukkan dengan
berat badan lebih dari 2500 gram.
Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan
persalinan normal atau Caesar yang sudah
cukup umur (37 minggu sampai 42 minggu),
memiliki berat 2500 gram / 2,5 kg - 4000
gram / 4 kg. Bayi Normal setelah dilahirkan
akan langsung menangis dan tidak memiliki
kelainan cacat bawaan. Apabila Berat
Kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah
Sakit Permata Bunda Purwodadi kategori
tidak BBLR (normal) diantaranya disebabkan
oleh faktor umur ibu hamil 20-35 tahun.
Umur ibu mempunyai hubungan erat
dengan berat bayi lahir pada umur ibu yang
dewasa mendukung perkembangan organ-
organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya
optimal.
Emosi dan kejiwaannya sudah
matang, sehingga pada saat kehamilan ibu
tersebut dapat mengadapi kehamilannya
secara sempurna, jarang terjadi komplikasikomplikasi (Suparyanto, 2012).
Angka kejadian persalinan kurang
bulan akan tinggi pada usia dibawah 20 tahun
dan kejadian paling rendah pada usia 26-35
tahun, semakin muda umur ibu maka anak
yang dilahirkan akan semakin ringan.
Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan
Depkes RI dalam hubungannya dengan
umur ibu melahirkan, dikatakan bahwa
risiko kehamilan akan terjadi pada ibu yang
melahirkan dengan umur kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun erat kaitannya
dengan terjadinya kanker rahim dan BBLR
(Manuaba, 2008).
Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan
Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
Berdasarkan hasil analisis hubungan
status gizi ibu hamil dengan kejadian berat
bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi diperoleh hasil, responden
yang mempunyai status gizi kategori kurang
sebanyak 198 orang di mana yang mengalami
BBLR sebanyak 123 bayi (62,1%) lebih
banyak dari pada yang tidak mengalami
BBLR yaitu sebanyak 75 orang (37,9%). Hal
tersebut menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai status gizi kategori kurang
sebagian besar bayi yang dilahirkan
mengalami BBLR.
Status gizi ibu hamil merupakan salah
satu faktor yang menentukan pertumbuhan
dan perkembangan janin termasuk berat dan
panjang bayi saat lahir. Berat dan panjang
lahir menentukan status gizi dan pertumbuhan
linier anak di masa mendatang (Schmidt et
al., 2007). Gizi ibu yang buruk sebelum
kehamilan maupun pada saat kehamilan,
dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR), gangguan
pertumbuhan dan perkembangan otak bayi
serta peningkatan risiko kesakitan dan
kematian. BBLR mempunyai dampak buruk
terhadap
perkembangan
kognitif
dan
psikomotorik bayi
Anak yang lahir dari ibu yang kurang
gizi dan hidup di lingkungan miskin akan
berisiko mengalami kurang gizi dan mudah
terkena
infeksi,
selanjutnya
akan
menghasilkan wanita dewasa yang kurang
gizi pula. Keadaan ini akan berdampak buruk
bagi kualitas
sumberdaya manusia dan
perekonomian suatu bangsa (Gani, 2003).
Faktor yang menyebabkan status gizi kategori
kurang sebagian besar bayi yang dilahirkan
mengalami BBLR diantaranya pendapatan
keluarga yang rendah.
Pendapatan biasanya berupa uang yang
mempengaruhi daya beli seseorang untuk
membeli sesuatu. Pendapatan merupakan
faktor yang paling menetukan kuantitas dan
kualitas makanan dan gizi ibu selama bulanbulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi
pada saat lahir. Semakin buruk gizi ibu
semakin kurang berat dan panjang bayinya.
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan
makanan antara lain tergantung pada besar
kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan
makanan
itu
sendiri, serta
tingkat
pengelolaan sumber daya lahan dan
pekarangan. Keluarga dengan pendapatan
terbatas kemungkinan besar akan kurang
dapat memenuhi kebutuhan makanannya
terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
dalam tubuhnya (Departemen gizi
dan
Kesmas FKM UI, 2011).
Berdasarkan hasil analisis hubungan
status gizi ibu hamil dengan kejadian berat
bayi lahir rendah di Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi diperoleh hasil, responden
yang mempunyai status gizi kategori baik
sebanyak 90 orang dimana bayi yang tidak
mengalami BBLR yaitu sebanyak 46 bayi
(51,1%) lebih banyak dari pada yang
mengalami BBLR sebanyak 44 bayi (48,9%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden
yang mempunyai status gizi kategori baik
sebagian besar bayi yang dilahirkan
mempunyai berat badan normal.
Kepercayaan
popular
yang
ada
dikalangan masyarakat, bahwa persalinan
akan semakin mudah dan baik dengan
semakin
banyaknya
pengalaman
melahirkan. Persalinan kedua dan ketiga
adalah persalinan yang paling aman. Hal
ini dikarenakan risiko komplikasi yang
serius, seperti perdarahan dan infeksi
meningkat secara bermakna tidak terjasi,
sehingga ada kecenderungan bayi lahir
dengan kondisi normal bahkan jarang
terjadinya kematian ibu dan bayi. Berat badan
lahir bayi meningkat seiring peningkatan
status paritas dan mencapai berat badan
maksimal pada paritas ketiga, kemudian pada
paritas berikutnya rata-rata berat badan bayi
akan menurun. Status paritas yang tinggi
dapat meningkatkan risiko kejadian BBLR
dan bayi lahir mati. Hal tersebut terjadi
karena semakin tinggi status paritasnya
maka
kemampuan rahim
untuk
menyediakan
nutrisi
bagi
kehamilan
selanjutnya semakin menurun sehingga
penyaluran nutrisi antara ibu dan janin
terganggu
yang
akhirnya
dapat
mengakibatkan BBLR.
Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2
2
p
hitung (3,92) > χ tabel (3,84) dan
value sebesar 0,048 (α = 0,05), maka dapat
disimpulkan ada hubungan status gizi ibu
hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah
di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi.
Berat bayi lahir merupakan indikasi
yang potensial untuk status kesehatan bayi
nantinya. Bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram mempunyai
kesempatan tinggi secara statistik untuk
mendapatkan penyakit atau meninggal pada
awal kehidupannya. Pada tubuh ibu yang
kurang gizi tidak dapat membentuk plasenta
yang sehat, yang cukup menyimpan zat-zat
gizi untuk janin selama pertumbuhannya.
Maka gizi ibu yang kurang baik perlu
diperbaiki keadaan gizinya atau yang obesitas
menjadi mendekati normal, yang dilakukan
sebelum hamil. Sehingga mereka mempunyai
kesempatan lebih besar untuk mendapatkan
bayi yang sehat, serta untuk mempertahankan
kesehatannya sendiri (Soetjiningsih, 2007).
Status
gizi
ibu
hamil
sangat
mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan, apabila status gizi ibu buruk,
baik sebelum kehamilan atau pada saat
kehamilan akan menyebabkan berat badan
lahir rendah (BBLR). Disamping itu akan
mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan
otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi
baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan
sebagainya. Kondisi anak yang terlahir dari
ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam
lingkungan yang miskin akan menghasilkan
generasi kekurangan gizi dan mudah terkena
penyakit infeksi. Keadaan ini biasanya
ditandai dengan berat dan tinggi badan yang
kurang optimal (Supariasa, 2006).
PENUTUP
Kesimpulan
1. Status gizi ibu hamil di Rumah Sakit
Permata Bunda Purwodadi umumnya
dalam kategori kurang yaitu sebanyak
198 orang (68,8%)
2. Kejadian berat bayi lahir rendah di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi
umumnya dalam kategori BBLR yaitu
sebanyak167 orang (58,0%).
3. Ada hubungan status gizi ibu hamil
dengan kejadian berat bayi lahir rendah
di Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi.
Saran
1. Bagi Rumah Sakit Permata Bunda
Purwodadi
Sebaiknya Rumah Sakit Permata
Bunda Purwodadi memberikan tambahan
informasi
tentang
BBLR
dengan
memberikan penyuluhan ketika ibu
hendak pulang dari rumah sakit, sehingga
kejadian BBLR tidak terjadi pada
persalinan berikutnya.
2. Bagi Ibu Hamil
Hendaknya ibu hamil lebih
memperhatikan gizinya selama menjalani
kehamilan
dengan
mengkonsumsi
makanan bergizi, mengurangi pekerjaan
yang berat saat kehamilan dan rutin
melakukan ANC sehingga kesehatan
selama kehamilannya lebih terpantau,
serta meningkatkan pengetahuannya
tentang perawatan bagi bayi BBLR.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebaiknya meningkatkan hasil
penelitian ini dengan mengendalikan
faktor lain yang mempengaruhi penelitian
dengan menambah variabel independen
misalnya usia ibu hamil, pekerjaan dan
jarak kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan:
Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Budiyanto, 2004. Gizi pada anak. In: Dasardasar ilmu gizi. 2nd ed. Ed:
Universitas Muhammadiyah. Malang
: UMM Press.
Dahlan, 2010. Statistik untuk Kedokteran dan
Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat. Edisi 5. Jakarta :
Salemba Medika.
Departemen gizi dan Kesmas FKM UI,
2011.
Pedoman
Umum
Gizi
Seimbang
(Panduan
untuk
Petugas), Jakarta : Direktorat
Jenderal
Bina
Kesehatan
Masyarakat
Departemen
Gizi
Kesehatan Masyarakat.
Francin, 2004. Gizi Dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC
Hacker dan Moore, 2005. Essensial Obstetri
dan Ginekologi. Edisi Dua. Jakarta :
Hipokrates.
Hastono, 2007. Analisis Data. Jakarta :
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Jotowiyono, 2010. Asuhan Keperawatan
Neonatus dan Anak. Yogyakarta :
Mulia Medika.
Kartasapotra, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: EGC.
Kasdu, 2007. Gizi Dan Kesehatan
Masytarakat. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Kramer,
2007.
Inner
Work
Life:
Understanding the Subtext of
Business Performance, Harvard
Business Review. May. Volume 85
Number 55
Kusmiyati, et al, 2009. Perawatan ibu hamil
(Asuhan Ibu hamil). Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Mangkuprawira, 2007. Manajemen mutu
sumber daya manusia. Bogor : Galia
Manuaba, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan
&
Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC
Mochtar, 2008. Sinopsis obstetri : obstetri
operatif, obstetri sosial, jilid. 2.
Jakarta: EGC.
Notoatmojo, 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. (ed. 2). Jakarta :
Salemba Medika
Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta
: Penerbit Yayasan Bina Pustaka.
Sarwono Prawirohardjo.
Riskesdas, 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia. Jakarta
Saryono, 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jogyakarta : Mitra
Medika
Siregar, 2005. Gizi Reproduksi. Jakarta :
EGC.
Soetjiningsih, 2007. Buku Ajar: Tumbuh
Kembang
Remaja
dan
Permasalahannya. Jakarta : Sagung
Seto
Sophia, 2009. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil.
medicastore.com/artikel/kebutuhan_
gizi_ibu_hamil
Sugiyono,
2010.
Metode
Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Suliha, 2007. Pendidikan Kesehatan dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Supariasa, 2007. Penilaian Status Gizi.
Jakarta : EGC.
Suparyanto, 2012. Konsep
Dukungan
Keluarga.http://konsep-dukungan
keluarga.blogspot.com.
(diunduh
pada tanggal 08 Oktober 2012)
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta
: Pustaka Rihama
Wiknjosastro, 2007. Ilmu Kebidanan,
Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Download